• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGARAN TAPAH DARUSSALAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGARAN TAPAH DARUSSALAM"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

71 FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA DEMAM

BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGARAN TAPAH DARUSSALAM

Lia Fentia1*, Ratna Juwita 2, Mimi Susanti 3 STIKes Tengku Maharatu

*e-mail: liafentia336@gmail.com

ABSTRAK

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang dapat menyebabkan kematian. Masih tingginya kasus DBD karena kurangnya pengetahuan dan perilaku masyakat dalam pencegahan DBD. Puskesmas Pagaran Tapah Darussalam salah satu puskesmas di Kabupaten Rokan Hulu yang terdapat kasus DBD yaitu tahun 2019 sebanyak 39 kasus dan tahun 2020 sebanyak 10 kasus dan 1 kasus kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Pagaran Tapah Darussalam Kabupaten Rokan Hulu.

Jenis penelitian ini kuantitatif dengan pendekatan case control. Penelitian dilakukan di Puskesmas Pagaran Tapah Darussalam. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Pagaran Tapah Darussalam sebanyak 49 orang. Sampel sebanyak 49 orang kelompok kasus dan 49 orang kelompok kontrol. Teknik pengambilan sampel secara purposive sampling pada kelompok kontrol dan total sampling pada kelompok kasus, Hasil penelitian didapatkan ada hubungan pengetahuan (p=0,009), perilaku pemberantasan sarang nyamuk (p=0,002) dan faktor lingkungan (p=0,000) terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD). Disarankan kepada puskesmas khususnya kepada penanggung jawab program Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) dan Promosi Kesehatan (Promkes) untuk dapat melakukan evaluasi pelaksanaan program penanggulangan penyakit DBD sehingga dapat menekankan angka kejadian penyakit DBD yang pada akhirnya dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Kata kunci : Demam Berdarah Dengue (DBD), lingkungan, Pengetahuan, perilaku pemberantasan sarang nyamuk

ABSTRACT

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an infectious disease that can cause death. The high number of dengue cases is due to a lack of community knowledge and behavior in preventing dengue fever. The Pagaran Tapah Darussalam Health Center is one of the health centers in Rokan Hulu Regency which has dengue cases, namely in 2020 as many as 10 cases and 1 case of death. This study aims to determine the factors related to the occurrence of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) in the Work Area of Pagaran Tapah Darussalam Public Health Center, Rokan Hulu Regency. This type of research is quantitative with a case control approach. The research was conducted at the Pagaran Tapah Darussalam Health Center.

The population in this study were all patients with Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) in the Work Area of the Pagaran Tapah Darussalam Health Center as many as 49 people. The

(2)

72 samples were 49 people in the case group and 49 people in the control group. The sampling technique was purposive sampling in the control group and total sampling in the case group.

The results showed that there was a relationship between knowledge (p = 0.009), mosquito nest eradication behavior (p = 0.002) and environmental factors (p = 0.000) on the incidence of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF). It is recommended to the heakth center especially to the person in charge of the Communicable Disease Eradication (P2M) and Health Promotion (Promkes) program to be able to evaluate the implementation of the DHF disease control program so that it can emphasize the incidence of DHF which in turn can improve public health status

Keywords : Dengue Hemorrhagic Fever (DHF), environment, Knowledge, Eradication Of Mosquito Nests

PENDAHULUAN

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan di masyarakat yang cendrung meningkat serta semakin luas penyebarannya sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk terutama yang tinggal di daerah perkotaan di negara tropis dan suptropis (Ariani, 2016). Demam Berdarah Dengue (DBD) atau yang dikenal dengan Dengue Hemoragic Fever (DHF) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti. Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak menimbulkan kematian di daerah tropis dan sub tropis serta ancaman bagi kesehatan dunia karena lebih dari 100 negara terjangkit DBD. Nyamuk Aedes aegypti biasanya mencari mangsa pada pagi hari pukul 08.00-10.00 dan sore hari pukul 15.00-17.00 (Marni, 2016).

Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menyebar dengan cepat di semua

wilayah di dunia dalam beberapa tahun terakhir. Menurut World Health Organisation (WHO) pada tahun 2019, sekitar 390 juta orang di dunia terinfeksi virus dengue per tahun. Sebanyak 3,9 miliar penduduk di 128 negara berisiko terinfeksi virus dengue dengan 70% risiko paling banyak ditemukan di Asia. Filipina menempati peringkat pertama dengan kasus DBD tertinggi yaitu 52%. Peringkat kedua yaitu negara Thailand sebesar 30%

dan Indonesia menempati urutan ketiga dengan kasus DBD sebesar 29% (WHO, 2019).

Jumlah kasus DBD di Indonesia tahun 2019 sebanyak 138.127 kasus, IR (Incidence Rate) sebanyak 51,53/ 100.000 penduduk, CFR (Case Fatality Rate) sebesar 0,67 dan sebanyak 919 orang diantaranya meninggal dunia. Jumlah kasus DBD di Indonesia tahun 2019 mengalami kenaikan yang signifikan jika dibandingkan pada tahun 2018 sebanyak

(3)

73 65.602 kasus, IR sebanyak 27,73/ 100.000

penduduk, CFR sebesar 0,70 dan sebanyak 462 orang diantaranya meninggal dunia.

Provinsi Kalimantan utara merupakan Provinsi dengan kasus DBD terbanyak yaitu 239 kasus/100.000 penduduk dengan CFR 0,85%. Sedangkan di Provinsi Riau tahun 2019, IR sebesar 59,18 kasus/100.000 penduduk dengan CFR 0,73%, juga lebih tinggi jika dibandingkan tahun 2018 yaitu IR 13,47 kasus/100.000 penduduk dengan CFR 0,87%, (Kemenkes RI, 2019).

Berdasarkan data Dinkes Riau tahun 2019, dari 12 Kabupaten yang ada di Provinsi Riau, Kabupaten Bengkalis menempati peringkat pertama sebagai kabupaten dengan kasus DBD terbanyak yaitu 1.116 kasus dengan CFR 0,7% dan 8 orang meninggal dunia. Sedangakan di Kabupaten Rokan Hulu terdapat 230 kasus dengan 5 orang meninggal dunia. Dari 12 Kabupaten/Kota di Provinsi Riau terdapat satu kabupaten dengan angka kematian atau Case Fatality Rate (CFR) tertinggi yaitu Kabupaten Rokan Hulu sebesar 2,2%. Kematian akibat DBD dikatakan tinggi jika CFR > 1% (Dinkes Riau, 2019).

Data dari Dinas kesehatan Kabupaten Rokan Hulu tahun 2020, terdapat 137 kasus DBD dengan IR sebesar 22,45 kasus/100.000 penduduk dan CFR 1%.

Kasus kematian karena DBD terdapat di

Puskesmas Rokan Hilir II sebanyak 1 kasus dan Puskesmas Pagaran Tapah sebanyak 1 kasus.

Demam Berdarah Dengue (DBD) memiliki gejala yang sama dengan demam dengue dengan gejala lain seperti sakit/nyeri pada ulu hati terus menerus, pendarahan pada hidung, mulut, gusi atau memar pada kulit. Penyakit DBD dapat menyerang segala usia, umumnya penyakit DBD terjadi pada anak-anak dengan usia kurang dari 15 tahun (Kemenkes RI, 2017). Penyakit DBD ditandai dengan 4 ciri utama yaitu pembesaran limfa, terjadinya shock (kejang) pada penderita, adanya pendarahan dan demam dengan suhu yang berubah–ubah karena virus dengue mengalami masa inkubasi di dalam tubuh. Penderita DBD yang mengalami shock (kejang) akibat adanya kebocoran plasma darah dapat mengalami kematian apabila tidak ditangani secara tepat dan cepat (Widyatama, 2018).

Berdasarkan teori John Gordon, kejadian satu penyakit terjadi akibat adanya ketidakseimbangan antara faktor lingkungan (environment), faktor perilaku manusia (host) dan faktor penyakit (agent).

Sebagai salah satu penyakit menular melalui vektor, kejadian DBD tidak terlepas dari adanya faktor lingkungan dan perilaku (Anggraeni,2018). Penyakit DBD dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan

(4)

74 perilaku masyarakat yang meliputi

pengetahuan, sikap dan perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

Lingkungan tempat potensial untuk perindukan nyamuk Aedes aegypti adalah tempat Penampungan Air (TPA) yang digunakan sehari-hari, yaitu drum, bak mandi dan WC, gentong, ember dan lain- lain. Tempat perindukan lainnya yang non TPA adalah vas bunga, ban bekas, botol bekas, tempat minum burung, tempat sampah dan lain-lain, serta TPA alamiah yaitu lubang pohon, daun pisang, pelepah daun keladi, lubang batu, dan lain-lain.

Adanya kontainer di tempat ibadah, pasar dan saluran air hujan yang tidak lancar di sekitar rumah juga merupakan tempat perkembangbiakan yang baik (Syamsul, 2018).

Selain kondisi lingkungan, perilaku masyarakat yang belum menerapkan perilaku sehat juga merupakan faktor penyebab kejadian DBD. Perilaku kesehatan merupakan suatu respon atau tindakan seseorang terhadap lingkungan yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu penyakit seperti DBD. Perilaku kesehatan yang berkaitan dengan kejadian DBD yaitu perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) diantaranya kerja bakti membersihkan lingkungan rumah, buang sampah pada tempatnya, menutup tempayan dan tempat penampungan air,

menguras bak mandi, menyikat bak mandi, mengubur botol dan kaleng-kaleng bekas, serta tidak menggantung pakaian setelah digunakan. Perilaku-perilaku tersebut merupakan upaya untuk menghilangkan tempat perindukan dan tempat peristirahatan nyamuk Aedes aegypti secara fisik. Perilaku kesehatan lingkungan akan memutus siklus hidup vektor DBD yaitu nyamuk Aedes aegypti sehingga angka kejadian DBD dapat ditekan (Angraeni, 2018).

Menurut Ariani (2016), untuk menerapkan perilaku PSN yang baik dibutuhkan pengetahuan yang baik pula.

Masyarakat dengan pengetahuan yang baik lebih banyak melakukan praktik PSN yang baik dibandingkan masyarakat dengan pengetahuan yang tidak baik. Pada umumnya masyarakat dengan pengetahuan yang baik merasa takut akan penularan DBD, sehingga lebih rajin dalam melaksanakan kegiatan PSN DBD.

Semakin banyak masyarakat yang berpengetahuan tinggi tentang DBD dan PSN DBD , maka semakin banyak masyarakat yang akan melaksanakn praktik PSN DBD dengan baik dan berkesinambungan (Ariani, 2016).

Berdasarkan hasil penelitian Mayela (2020) dengan judul faktor -faktor yang berhubungan dengan kejadian demam berdarah dengue pada balita di wilayah

(5)

75 kerja Puskesmas I Denpasar Barat, dari 50

responden terdapat riwayat kejadian DBD pada balita 64%, pengetahuan tentang BDB 40%, tindakan Pemberantasan Sarang Nyamuk 40%, faktor lingkungan 32% di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Barat tahun 2019. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan, pemberantasan sarang nyamuk dan faktor lingkungan dengan kejadian demam berdarah dengue. Hasil Penelitian Husna (2020) dengan judul analisis faktor yang mempengaruhi kejadian demam berdarah dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Way Kandis Bandar Lampung menunjukkan variabel pengetahuan dan jumlah kontainer secara statistik signifikan berhubungan dengan kejadian DBD. Penelitian Akbar (2019) dengan judul faktor risiko kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Indramayu menunjukkan hasil yaitu praktek 3M plus di rumah dan kebiasaan mengantung pakaian merupakan faktor risiko kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Indramayu.

Salah satu Puskesmas dengan kasus DBD tertinggi yaitu Puskesmas Pagaran Tapah Darussalam yaitu sebanyak 6 kasus pada tahun 2018 dan meningkat signifikan pada tahun 2019 sebanyak 39 kasus dan menurun kembali di tahun 2020 sebanyak 10 kasus dengan rincian Desa Pagaran

Tapah 7 kasus, Desa Kembang Damai 2 kasus dan Desa Sangkir Indah 1 kasus.

Meskipun terjadi penurunan kasus kejadian DBD tetapi pada tahun 2020 terdapat 1 orang meninggal dunia karena DBD dengan IR sebesar 41,09/100.000 penduduk dan CFR sebesar 10%. Untuk Angka Bebas Jentik (ABJ) di Puskesmas Pagaran Tapah Darussalam yaitu 70%

masih dibawah standar ABJ nasional yaitu 90%. Berdasarkan observasi awal peneliti, sebagian rumah di wilayah kerja puskesmas Pagaran Tapah Darussalam kondisi lingkungan fisiknya masih banyak terdapat tempat perindukan nyamuk dan jentik nyamuk di tempat penampungan air seperti bak mandi dan drum air, dari segi perilaku masih banyak masyarakat yang tidak menjaga kebersihan lingkungan rumah seperti jarang menguras bak mandi, jarang membuka jendela rumah, menumpuk sampah kotor diatas tanah, dan sebagian masyarakat ada yang tidak melakukan 3M plus untuk mencegah terjadinya penyakit demam berdarah dengue (DBD).

Berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada 5 orang warga yang pernah mengalami kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Pagaran Tapah Darussalam diketahui 3 orang tidak mengetahui tentang cara penularan DBD dan cara pencegahannya serta tidak melakukan

(6)

76 upaya pencegahan kebersihan lingkungan

rumah dan melakukan pemberantasan sarang nyamuk seperti 3M plus.

Sedangkan 2 orang mengetahui penyebab DBD tetapi jarang melakukan pemberantasan sarang nyamuk sehingga masih terdapat jentik nyamuk di penampungan air.

Berdasarkan dari data tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan terjadinya Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Pagaran Tapah Darussalam Kabupaten Rokan Hulu”.

METODOLOGI

Penelitian ini berjenis kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian analitik dengan menggunakan pendekatan Case Control Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Pagaran Tapah Darussalam Kabupaten Rokan Hulu. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada Mei - Juni 2021.

Populasi dalam penelitian ini sebanyak 49 orang. Sampel kasus berjumlah 49 orang diambil secara total sampling dari populasi kelompok kasus dan 49 kelompok kontrol yang diambil dari rumah terdekat dari kelompok kasus. Teknik pengambilan sampel pada kelompok kontrol menggunakan purposive sampling. Data

dianalasis menggunakan analisis univriat dan bivariat.

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Univariat

Umur

Kelompok kasus mayoritas kategori umur responden adalah dewasa tengah (36-50 tahun) sebanyak 27 orang (55,1%) sedangkan pada kelompok kontrol mayoritas kategori umur responden adalah dewasa awal (21-35 tahun) sebanyak 25 orang (51%).

Jenis Kelamin

Kelompok kasus mayoritas jenis kelamin responden adalah perempuan sebanyak 38 orang (77,6%) sedangkan pada kelompok kontrol mayoritas jenis kelamin responden juga perempuan sebanyak 36 orang (73,5%).

Pendidikan

Kelompok kasus mayoritas pendidikan responden adalah SD dan SMP masing-masing sebanyak 19 orang (38,8%) sedangkan pada kelompok kontrol mayoritas pendidikan responden adalah SMA sebanyak 21 orang (42,9%).

Pekerjaan

Kelompok kasus mayoritas pekerjaan responden adalah IRT sebanyak 22 orang (44,9%) sedangkan pada kelompok kontrol mayoritas pekerjaan

(7)

77 responden juga IRT sebanyak 23 orang

(46,9%).

Pengetahuan

Kelompok kasus mayoritas pengetahuan responden adalah kurang sebanyak 23 orang (46,9%) sedangkan pada kelompok kontrol mayoritas pengetahuan responden adalah baik sebanyak 24 orang (49%).

Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk

Kelompok kasus mayoritas perilaku pemberantasan sarang nyamuk responden adalah tidak baik sebanyak 34 orang (69,4%) sedangkan pada kelompok kontrol mayoritas perilaku pemberantasan sarang nyamuk responden adalah baik sebanyak 31 orang (63,3%).

Faktor Lingkungan

Kelompok kasus mayoritas faktor lingkungan responden adalah tidak baik sebanyak 38 orang (77,6%) sedangkan pada kelompok kontrol mayoritas faktor lingkungan responden adalah baik sebanyak 29 orang (59,2%).

Analisa Bivariat

Hubungan Pengetahuan Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue

Berdasarkan hasil penelitian diketahui dari 49 orang responden kelompok kasus, diketahui ada 23 orang (46,9%) memiliki pengetahuan yang

kurang. Dari 49 responden pada kelompok kontrol, ada 24 orang (49%) memiliki pengetahuan yang baik. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa p value 0,009 < α 0,05. Ada hubungan pengetahuan terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Pagaran Tapah Darussalam Kabupaten Rokan Hulu

Hubungan Pemberantasan sarang nyamuk Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue

Hasil penelitian menunjukkan dari 49 orang responden kelompok kasus, diketahui ada 34 orang (46,9%) memiliki perilaku pemberantasan sarang nyamuk yang tidak baik. Dari 49 responden pada kelompok kontrol ada 31 orang (63,3%) memiliki perilaku pemberantasan sarang nyamuk yang baik. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa p value 0,002 < α 0,05. Ada hubungan perilaku pemberantasan sarang nyamuk terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Pagaran Tapah Darussalam. Berdasarkan nilai OR 3,904 menunjukkan bahwa masyarakat yang memiliki perilaku pemberantasan sarang nyamuk yang tidak baik beresiko 3, 904 kali mengalami kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) dibandingkan masyarakat yang memiliki perilaku pemberantasan sarang nyamuk yang baik.

(8)

78 Hubungan Faktor Lingkungan

Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue

Hasil penelitian menunjukkan dari 49 orang responden kelompok kasus, ada 38 orang (77,6%) memiliki lingkungan yang tidak baik. Dari 49 orang responden kelompok kontrol, ada 29 orang (59,2%) dengan lingkungan yang baik. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa p value 0,000

< α 0,05. Ada hubungan faktor lingkungan terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Pagaran Tapah. Berdasarkan nilai OR 5,009 menunjukkan bahwa masyarakat dengan faktor lingkungan yang tidak baik beresiko 5,009 kali mengalami kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) dibandingkan masyarakat dengan faktor lingkungan yang baik.

Hubungan Pengetahuan Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue

Menurut Ariani (2016), seseorang yang memiliki pengetahuan baik akan melakukan praktik PSN DBD dengan baik bila dibandingkan dengan seseorang yang memiliki pengetahuan kurang. Pada umumnya, seseorang dengan pengetahuan yang baik merasa takut akan penularan penyakit DBD, sehingga orang yang memiliki pengetahuan baik akan lebih tanggap dan rajin dalam melaksanakan

kegiatan PSN DBD. Dapat Dilihat bahwa semakin banyak orang yang berpengetahuan tinggi tentang DBD dan PSN DBD, maka semakin banyak orang yang akan melaksanakan praktik PSN DBD dengan baik dan berkesinambungan.

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Susila (2020) dengan judul hubungan tingkat pengetahuan DBD dengan kejadian DBD di Banjar Pegok, Desa Sesetan, Kecamatan Denpasar Selatan diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan sedang berjumlah 32 orang (55,2%). Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan DBD dengan kejadian DBD di Banjar Pegok, Desa Sesetan, Kecamatan Denpasar Selatan dengan ρ value 0,003.

Asumsi peneliti, pengetahuan tentang DBD menjadi hal yang penting diketahui oleh masyarakat sampai di tingkat keluarga. Rendahnya pengetahuan tentunya sejalan dengan munculnya risiko terkena DBD. Dengan demikian, jika keluarga khususnya memiliki pengetahuan yang baik mengenai DBD, maka dapat terhindar dari risiko terkena DBD.

Hubungan Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue

Upaya yang dianggap tepat dalam pencegahan dan pemberantasan adalah

(9)

79 melalui kegiatan PSN DBD. Kegiatan PSN

DBD dilakukan dengan cara 3M yaitu menguras tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali, menutup rapat-rapat tempat penampungan air dan menguburkan barang yang tidak terpakai/barang bekas. Selain itu ditambah dengan cara lainnya yang dikenal dengan 3M plus yaitu kegiatan 3M ditambah pencegahan gigitan nyamuk, pengurangan tempat perkembangbiakan dan tempat peristirahatan nyamuk penular penyakit DBD (Shofiyanah, 2016).

Hal ini sejalan dengan pendapat Ayun (2017) yang menyatakan perilaku PSN keluarga mempunyai peranan cukup penting terhadap penularan DBD. Namun perilaku PSN tersebut harus didukung oleh pengetahuan, sikap dan tindakan yang benar sehingga diterapkan dengan benar.

Sekarang ini masih ada anggapan berkembang dimasyarakat yang menimbulkan perilaku tidak sesuai seperti anggapan bahwa DBD hanya terjadi didaerah kumuh dan PSN tidak tampak jelas hasilnya dibandingkan fogging.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Dharmasuari (2019) dengan judul hubungan tingkat pengetahuan dan perilaku pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) terhadap kejadian DBD di Desa Pemecutan Klod, Kecamatan Denpasar Barat diketahui 60% responden

memiliki perilaku pencegahan DBD yang baik. Terdapat hubungan antara perilaku pencegahan DBD terhadap kejadian DBD di Desa Pemecutan Klod, Kecamatan Denpasar Barat dengan nilai p value = 0,004.

Menurut asumsi peneliti, perilaku PSN keluarga di wilayah kerja Puskesmas Pagaran Tapah Darussalam sebagian masih cenderung tidak baik. Perilaku PSN keluarga tidak baik terutama pada kelompok kasus menyebabkan perkembangbiakan nyamuk aedes tersebut lebih cepat, seperti halnya masih banyak yang menggantung pakaian, terdapat tempat-tempat penampungan air yang tidak tertutup, dan bak mandi jarang dikuras, kebiasaan seperti ini harus diperbaiki guna mengantisipasi terjadinya penyakit DBD tersebut.

a. Hubungan Faktor Lingkungan Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue

Menurut Syamsul (2018) bahwa Penyakit DBD dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Lingkungan tempat potensial untuk perindukan nyamuk Aedes aegypti adalah tempat Penampungan Air (TPA) yang digunakan sehari-hari, yaitu drum, bak mandi, bak WC, gentong, ember dan lain-lain.

Faktor yang memudahkan seseorang menderita Demam Berdarah Dengue adalah karena faktor lingkungan

(10)

80 yang buruk yang dapat dilihat dari kondisi

berbagai tempat berkembangbiaknya nyamuk seperti Tempat Penampungan Air (TPA), karena kondisi ini memberikan kesempatan pada nyamuk untuk hidup dan berkembang biak. Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk yang jarak terbanganya pendek (100 meter). Oleh karena itu, nyamuk tersebut bersifat domestik. Apabila rumah penduduk saling berdekatan maka nyamuk dapat dengan mudah berpindah dari satu rumah ke rumah lainnya. Apabila penghuni salah satu rumah ada yang terkena Demam Berdarah Dengue (DBD), maka virus tersebut dapat ditularkan kepada tetangganya, (Ariani, 2016).

Berdasarkan penelitian Wisfer (2019) tentang hubungan kepadatan penghuni, tempat penampungan air keluarga dengan keberadaan larva aedes aegypti di wilayah endemis DBD Kota Makassar diketahui ada hubungan tempat penampungan air (p value= 0,002) dan kepadatan penghuni (p value= 0,011) dengan keberadaan larva Aedes aegypti di Wilayah endemis DBD Kota Makassar dengan nilai p value= 0,002.

Menurut asumsi peneliti, faktor lingkungan rumah yang tidak baik sangat mendukung terserangnya penyakit DBD karena pada kelompok kontrol lingkungan rumah masih banyak terdapat genangan air

dan kaleng-kaleng bekas yang dapat memicu bersarangnya nyamuk Aedes Aegypti. Hasil observasi langsung yang dilakukan peneliti diketahui bahwa responden pada kelompok kasus masih banyak terdapat tempat perkembangan sarang nyamuk, ada tempat penampungan air seperti kaleng bekas, pot bunga yang wadahnya tergenang air, botol-botol bekas yang terletak disamping rumah. Selain itu responden jarang membersihkan tempat penampungan air, seperti bak dan drum sehingga memudahkan nyamuk untuk berkembangbiak, kemungkinan besar sudah jadi kebiasaan keluarga yang seharusnya minimal sekali seminggu dibersihkan. Adanya perbedaan kondisi lingkungan antara kelompok kasus dan kontrol ini tidak terlepas dari pengetahuan dan perilaku PSN dari masing-masing kelompok.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

1. Kelompok kasus mayoritas pengetahuan responden adalah kurang sebanyak 46,9% sedangkan pada kelompok kontrol pengetahuan responden adalah baik sebanyak 49%.

kelompok kasus PSN responden adalah tidak baik sebanyak 369,4% sedangkan pada kelompok kontrol PSN responden adalah baik sebanyak 63,3%.

(11)

81 Kelompok kasus faktor lingkungan

responden adalah tidak baik sebanyak 77,6% sedangkan pada kelompok kontrol faktor lingkungan responden adalah baik sebanyak 59,2%.

2. Ada hubungan pengetahuan terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Pagaran Tapah Darussalam Kabupaten Rokan Hulu (p=0,009).

3. Ada hubungan perilaku pemberantasan sarang nyamuk terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Pagaran Tapah Darussalam Kabupaten Rokan Huluu (p=0,002).

4. Ada hubungan faktor lingkungan terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Pagaran Tapah Darussalam Kabupaten Rokan Huluu (p=0,000).

SARAN

1. Bagi Responden

Diharapkan kepada masyarakat terutama pada kelompok kasus agar dapat meningkatkan peran aktifnya dalam program pemberantasan penyakit DBD seperti mengikuti penyulahan untuk meningkatkan pengetahuan, karena peran serta masyarakat merupakan komponen utama dalam program pemberantasan penyakit DBD. Selain itu menerapkan PSN

yang baik serta menjaga kebersihan lingkungan rumah agar kejadian DBD tidak terulang kembali

2. Bagi Puskesmas Pagaran Tapah Darussalam

Diharapkan kepada puskesmas khususnya kepada penanggung jawab program Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) dan Promosi Kesehatan (Promkes) untuk dapat melakukan evaluasi pelaksanaan program penanggulangan penyakit DBD di wilayah kerja Puskesmas Pagaran Tapah Darussalam sehingga dapat menekankan angka kejadian penyakit DBD yang pada akhirnya dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

3. Bagi STIKes Tengku Maharatu Pekanbaru

Diharapkan bagi STIKes Tengku Maharatu Pekanbaru untuk menambah referensi berhubungan dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) di perpustakaan STIKes Tengku Maharatu Pekanbaru.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya agar dapat melanjutkan penelitian tentang faktor- faktor yang berhubungan terjadinya Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan menambahkan variabel yang berbeda

(12)

82 dengan penelitian serta sampai ketahap

analisis multivariat..

DAFTAR PUSTAKA

Agustin. (2017). Perilaku bertelur dan siklus hidup aedes aegypti Pada berbagai Media Air. Jurnal Biologi.

Vol. 6, No. 4: 71-81

Akbar. (2019). Faktor Risiko Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Indramayu. The Indonesian Journal of Health Promotion, Vol. 2. No. 3 : 159-164 . ISSN : 2597-6052

Angraeni, P. (2018). Faktor Risiko (Breeding Places, Resting Places, Perilaku Kesehatan Lingkungan, Dan Kebiasaan Hidup) Pada Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang.

Jurnal Manajemen Bencana. Vol. 4.

No. 1 : 1-24

Ariani. (2016). Demam Berdarah Dengue . Yogyakarta : Nuha Medika

Arikunto, S. (2014). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Ayun, L. (2017). Hubungan Antara Faktor Lingkungan Fisik dan Perilaku Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Sekaran, Kecamatan

Gunungpati, Kota Semarang.Public Health Perspective Journal Vol.2, No.1 : 97 – 104

Dewi. (2019). Hubungan Pengetahuan Orang Tua Tentang Penyakit DBD dengan Perilaku Pencegahan DBD di Kelurahan Tlogomas Kota Malang. Jurnal Nursing News.

Vol.4, No.1 : 348-358

Dharmasuari, S. (2019). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Perilaku Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) Terhadap Kejadian DBD di Desa Pemecutan Klod, Kecamatan Denpasar Barat. Jurnal Medika. Vol. 8, No 4 : 1-7, ISSN:

2303-1395

Dinkes Riau. (2019). Profil Kesehatan Provinsi Riau Tahun 2019.

Pekanbaru : Dinas Kesehatan Riau Donsu. (2017). Metodologi Keperawatan.

Yogyakarta : Pustaka Baru Press Hidayat. (2014). Metode Penelitian

Kebidanan & Tehnik Analisa Data.

Jakarta : Salemba Medika

Husna. (2020). Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Way Kandis Bandar Lampung Tahun 2020. Jurnal Analis Kesehatan. Vol. 9, No. 1 : 9-16 Jafar, H. (2017). Mosquito Nests

Eradication Through Monitoring The

(13)

83 Mosquito Larva (Jumantik) By

School Children In Preventing Dengue Hemorrhagic Fever.

Indonesian Contemporary Nursing Journal. Vol. 3, No. 3 : 8-14

Kartika. (2016). Hubungan Sanitasi Lingkungan Sekolah Dasar Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Preventia. Vol. 1, No. 2 : 1-9

Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

. (2017). Infodatin Demam Berdarah Dengue (DBD). Jakarta : Kementrian Kesehatan RI

. (2014). Petunjuk Teknis Jumantik- PSN Anak Sekolah. Jakarta : Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Mangindaan. (2018). Hubungan Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Desa Watudambo Kecamatan Kauditan. Jurnal KESMAS, Vol. 7 No. 5 : 1-6

Marni. (2016). Asuhan Keperawatan Anak pada Penyakit Tropis. Jakarta : Erlangga

Mayela. (2020). Faktor -Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Pada Balita . Jurnal Kebidanan. Vol. 9, No . 2 : 90-96. ISSN : 2657-1978

Maryunani, A. (2013). Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Jakarta:

Trans Info Media.

Maulida. (2016). Analisis Hubungan Karakteristik Kepala Keluarga Dengan Perilaku Pencegahan Demam Berdarah di Pakijangan Brebes. Jurnal Infokes Vol. 6, No . 1 : 1-8. ISSN : 2086-2628

Monintja, T. (2015). Hubungan antara Karakteristik Individu, Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan PSN DBD Masyarakat Kelurahan Malalayang I Kecamatan Malalayang Kota Manado. JIKMU.

Vol. 5, No . 2: 503-519

Muda, S. (2019). Determinan yang Berhubungan Dengan Keberadaan Jentik di Kelurahan Rangkah Buntu, Surabaya. The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education. Vol. 1, No. 1: 22-33 Najmah. (2016). Epidemiologi Penyakit

Menular. Jakarta : TIM

Notoatmodjo,S. (2018). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi.

Jakarta : Rineka Cipta

(14)

84 . (2018). Metodelogi Penelitian

Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Ratnawati. (2017). Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Perilaku Pencegahan Penyakit DBD. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 7, No.

1: 15-18, ISSN : 2089-4686

Riyanto, A. (2017). Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Jakarta.

Nuha Medika

Sandra. (2019). Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue pada Anak Usia 6-12 Tahun Di Kecamatan Tembalang. Jurnal Epidemiologi Kesehatan Komunitas Vol. 4, No. 1: 1-10

Shofiyanah. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan PSN DBD Di Sekolah Dasar. Journal of Health Education. Vol. 4, No. 7:

9-13, ISSN: 2528-2905

Suharyo. (2017). Hubungan Lingkungan Fisik Dengan Keberadaan Jentik Aedes Pada Area Bervegetasi Pohon Pisang. Unnes Journal of Public Health. Vol. 6, No. 4: 272-276, ISSN 2584-7604

Sujarweni, W. (2014). Metode Penelitian Keperawatan. Yogyakarta : Gava Media

Sumampouw. (2020). Epidemiologi Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara. Sam Ratulangi Journal of Public Health. Vol. 1, No. 1: 1-8 Susila, P. (2020). Hubungan Tingkat

Pengetahuan DBD Dengan Kejadian DBD di Banjar Pegok, Desa Sesetan, Kecamatan Denpasar Selatan.

Jurnal Dunia Kesehatan. Vol. 5, No.

1 : 28-33

Suyanto. (2017). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Praktek Pengendalian Nyamuk Aedes Aegypti di Kelurahansangkrah Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta. Jurnal Kesehatan. Vol. 4, No. 1: 1-13, ISSN:

1979-7621

Syamsul, M. (2018). Hubungan Faktor Lingkungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Maros Sulawesi Selatan.

UNM Environmental Journals. Vol.

1, No. 3: 82-85, ISSN: 2500-2902 Tumurang. (2018). Promosi Kesehatan.

Yogyakarta : Indomedia Pustaka WHO. (2015). National Guidelines

forClinical Management of Dengue Fever.

http://pbhealth.gov.in/Dengue- National-

Guidelines2014%20Compressed.pdf.

(15)

85 Diakses pada tanggal 28 Februari

2021

. (2019). Dengue And Severe Dengue. https://www.who.int/news- room/fact-sheets/detail/dengue-and-severe- dengue Diakses pada tanggal 28 Februari 2021

Widyatama . (2018). Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Pare.

Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.10, No.4: 417-423

Wisfer, I. (2019). Hubungan Jumlah Penghuni, Tempat Penampungan Air Keluarga Dengan Keberadaan Larva Aedes aegypti di Wilayah Endemis DBD Kota Makassar. Jurnal Kesehatan Lingkungan : 1-11

Yusoff. (2019). Demam Berdarah Dengue.

Jurnal Kedokteran Universitas Udayana: 1-33

Referensi

Dokumen terkait

• Hilang minat &amp; ketertarikan terhadap aktivitas yang biasanya menyenangkan • Perasaan mudah lelah, gangguan lambung, sakit kepala, atau keluhan. fisik lain

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Berbasis Kelas, tindakan berupa intervensi terhadap proses kegiatan belajar mengajar di kelas yang mengarah kepada peningkatan

Muhammadiyah 1 memberikan respon yang baik dimana siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan siswa dapat menyajikan ringkasan materi dalam peta

Dalam scenario ini yang dilajkukan adalah dengan (a) pembatasan pertumbuhan penduduk yang semula 1,68% per tahun diturunkan menjadi 1% per tahun, dan penggunaan air

Proses penciptaan kemakmuran finansial (wealth creation) bagi sebuah organisasi yang menjalankan model bisnis Social Entrepreneurship bukanlah tujuan utama, hal tersebut hanyalah

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan limbah cair tahu untuk melihat pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman seledri dapat disimpulkan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Terhadap Loyalitas Pelanggan Restoran Ayam Resto Colomadu. Sampel dalam penelitian

Penulis memilih desa junrejo sebagai tempat penelitian alasannya dikarenakan penulis mendapat informasi secara langsung dari masyarakat Desa Junrejo bahwasannya Tanah