• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada taraf konsep paling awal, daya dukung (carryng capacity) menjelaskan hubungan antara ukuran suatu populasi dengan perubahan dalam sumber-sumbernya tempat bergantungnya populasi tersebut. Diasumsikan terdapat suatu ukuran populasi optimal yang dapat ditopang oleh sumberdaya yang ada. Konsep ini dasarnya diaplikasikan untuk menjelaskan laju stok maksimum dalam suatu area. Sangat jelas proses menentukan daya dukung suatu lingkungan meniscayakan adanya suatu ukuran sebagai acuan untuk menetapkan apa yang akan dioptimumkan.

Pengukuran daya dukung lingkungan didasarkan pada pemikiran bahwa lingkungan memiliki kapasitas maksimum untuk mendukung suatu pertumbuhan organisme. Makalah ini akan menjelaskan tentang daya dukung lingkungan pada tanaman sawi dengan berbagai perlakuan, yakni perlakuan 1 biji, perlakuan 3 biji, perlakuan 6 biji, perlakuan 9 biji, perlakuan 12 biji, perlakuan 15 biji dan perlakuan 18 biji.

1.2 Tujuan

 Untuk mengetahui pengertian daya dukung lingkungan

 Untuk mengetahui pengertian analisa daya dukung lingkungan

 Untuk mengetahui dampak daya dukung lingkungan

(2)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Carrying Capacity (Daya Dukung Lingkungan)

 Daya dukung lingkungan pada hakekatnya adalah daya dukung lingkungan alamiah, yaitu berdasarkan biomas tumbuhan dan hewan yang dapat dikumpulkan dan ditangkap per satuan luas dan waktu di daerah itu. (Puspitasari, 2011).

 Carrying Capacity atau Daya dukung lingkungan mengandung pengertian kemampuan suatu tempat dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara optimum dalam periode waktu yang panjang. Daya dukung lingkungan dapat pula diartikan kemampuan lingkungan memberikan kehidupan organisme secara sejahtera dan lestari bagi penduduk yang mendiami suatu kawasan. (Naufal, 2012)

 Carrying capacity atau daya dukung adalah jumlah maksimum individu yang dapat didukung atau dilayani oleh sumber daya yang ada di dalam suatu ekosistem. Dengan kata lain, carrying capacity dapat disebut juga sebagai kemampuan lingkungan (ekosistem) dalam mendukung kehidupan semua makhluk yang ada di dalamnya secara berkelanjutan.

 Carrying Capacity atau Daya dukung lingkungan mengandung pengertian kemampuan suatu tempat dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara optimum dalam periode waktu yang panjang. Daya dukung lingkungan dapat pula diartikan kemampuan lingkungan memberikan kehidupan organisme secara sejahtera dan lestari bagi penduduk yang mendiami suatu kawasan. Konsep daya dukung lingkungan berasal dari pengelolaan hewan ternak dan satwa liar (Soemarwoto, 1997).

 Daya Dukung yaitu Konsep dasar dalam pengelolaan lanskap dan sumberdaya alam yangmerupakan batas penggunaan suatu area yang dipengaruhi oleh beberapa faktor alami untuk daya tahan terhadap lingkungan. Misalnya: pangan, tempat berlindung, air dll.

2

(3)

Gambar dibawah ini menunjukkan skema framework untuk menentukan carrying capacity. Pengertian daya dukung dapat dilihat dari dua persepsi:

- Konteks EKOLOGI - Konteks EKONOMI

Untuk kepentingan tertentu konsep daya dukung dapat dilihat dari berbagai persepsi sesuai dengan kebutuhannya, misalnya: daya dukung lahan, daya dukung ruang, dll.

2.2 Dampak Carrying Capacity

Sejarah dari pertanian di Indonesia yang mengalami perubahan-perubahan dari waktu ke waktu. Dengan diawali sistem pertanian tradisional dan sekarang ini menuju pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture). Intensifikasi pertanian di lahan yang selama ini

(4)

Namun akibat dari pertanian intensif yang dilakukan sebelumnya baik pada masa pertanian tradisional maupun pada saat “Revolusi Hijau” berdampak pada daya dukung dari lahan menjadi berkurang.

Penggunaan lahan yang tepat adalah langkah pertama dalam praktek pertanian modern, penerapan teknik konservasi tanah dan air yang memadai dan perencanaan penggunaan lahan/tata ruang yang baik. Penggunaan lahan yang tepat adalah salah satu bagian dari konservasi tanah dan air yang merupakan penempatan setiap bidang tanah pada penggunaan yang sesuai dengan kemampuannya dan memperlakukannya sesuai syarat- syarat yang diperlukan, sehingga tanah tersebut tidak rusak dan dapat menjamin produktivitas yang tinggi secara lestari.

Dampak dari penggunaan teknologi-teknologi modern dapat mempengaruhi daya dukung lahan dalam penggunaan bercocok tanam. Karena teknologi-teknologi modern dapat merusak sifat fisik tanah dan mengurangi tingkat kesuburan tanah. Hal lainnya yang dapat mempengaruhi lingkungan adalah penggunaan pestisida secara tidak bijak sehingga dapat mencemari lingkungan baik udara, air maupun tanahnya. Hal ini yang menjadi kendala dalam proses pendayagunaan lahan secara maksimal.

Solusi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya dukung lahan terhadap tanaman budidaya adalah dengan cara meminimalisir input dari luar (pupuk, bibit, maupun pestisida) dan mengurangi pengolahan tanah yang sekarang ini sangat intensif. Sistem pertanian tersebut dapat diterapkan dengan jalan sistem pertanian berlanjut.

Terdapak dampak yang lain terhadap carrying capacity antara lain :

1. Alih fungsi lahan pertanian produktif menjadi lahan non pertanian seperti industri, permukiman, prasarana umum, dan lain sebagainya. Secara keseluruhan, alih fungsi lahan dari kawasan lindung menjadi kawasan budidaya (pertanian, industri, permukiman, dan sebagainya) mencapai 50.000 ha/ tahun.

2. Penurunan secara signifikan luas hutan tropis sebagai kawasan resapan air. Pengurangan ini terjadi baik akibat kebakaran maupun akibat penjarahan/ penggundulan. Apabila tidak diambil langkah-langkah tepat maka kerusakan hutan akan menyebabkan run-off yang besar pada kawasan hulu-hilir, meningkatkan resiko pendangkalan dan banjir pada wilayah hilir, mengganggu siklus hidrologis, dan memperluas kelangkaan air bersih dalam jangka panjang.

4

(5)

3. Meningkatnya satuan wilayah sungai (SWS) yang kritis. Pada tahun 1984, tercatat dari total 89 SWS yang ada di Indonesia, 22 SWS berada dalam kondisi kritis. Kondisi ini terus memburuk dimana pada tahun 1992 jumlah SWS yang kritis meningkat menjadi 39 SWS dan pada tahun 1998 membengkak menjadi 59 SWS.

2.3 Definisi analisa carrying capacity

Analisis daya dukung (carrying capacity analysis) merupakan suatu alat perencanaan pembangunan yang memberikan gambaran hubungan antara penduduk, penggunaan lahan dan lingkungan. Analisis daya dukung dapat memberikan informasi yang diperlukan dalam menilai tingkat kemampuan lahan dalam mendukung segala aktifitas manusia yang ada di wilayah yang bersangkutan.

Informasi yang diperoleh dari hasil analisis daya dukung secara umum akan menyangkut masalah kemampuan (daya dukung) yang dimiliki oleh suatu daerah dalam mendukung proses pembangunan dan pengembangan daerah itu, dengan melihat perbandingan antara jumlah lahan yang dimiliki dan jumlah penduduk yang ada.

(6)

BAB III

ALAT DAN BAHAN

3.1 Alat

Penggaris, sekop, timbangan analitik, oven

3.2 Bahan

Sejumlah Benih (Jagung, padi, Kacang Tanah, Kedele, Kacang buncis, Bayam, Kangkung, Sawi), Pasir, Kompos, Polybag diameter 20 cm, air.

3.3 Metode Praktikum

Perlakuan dalam Percobaan Ini Adalah:

Media dan Air

1. Media dalam polybag:

a) 100% Pasir + 0% Kompos, b) 75% Pasir + 25% Kompos c) 50% Pasir + 50% Kompos d) 25% Pasir + 25% Kompos e) 100% Kompos

2. Pemberian air a) Secukupnya

b) 60% dari secukupnya c) 20% dari secukupnya

Tanaman

1. Populasi tanaman (satu jenis : sawi) a) 1 (satu) tanaman per polybag b) 3 (tiga) tanaman per polybag c) 6 (enam) tanaman per polybag d) 9 (Sembilan) tanaman per polybag

6

(7)

e) 12 (duabelas) tanaman per polybag f) 15 (limabelas) tanaman per polybag g) 18 (delapan belas) tanaman per polybag

2. Populasi tanaman (2 Jenis tanaman beda jenis/family, Jagung dan Kedelai) a) 2 (dua) tanaman per polybag

b) 4 (empat) tanaman per polybag c) 6 (enam) tanaman per polybag d) 8 (delapan) tanaman per polybag e) 10 (sepuluh) tanaman per polybag f) 12 (duabelas) tanaman per polybag

Pemeliharaan dan Pengamatan 1. Pemeliharaan:

a) Disiram tanaman setiap hari (Kecuali hujan) sesuai dengan perlakuan pemberian air

b) Buang tanaman lain yang tidak termasuk dalam perlakuan

c) Bila terdapat hama dan penyakit pada tanaman buang/matikan dengan cara mekanis

2. Pengamatan:

a) Amati pertumbuhan semua tanaman setiap dua hari sekali (saat berkecambah, tinggi tanaman, perilaku morfologi tanaman, jumlah daun dan berat basah serta kering termasuk bagian akar pada akhir pengamatan)

(8)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabulasi Data

A. PERLAKUAN MEDIA

TABEL PENGAMATAN TINGGI TANAMAN Lactuca sativa L varietas lettuce grand rapids black seed (cm)

No MINGG

U KE-

PERLAKUAN

K0 K1 K2 K3 K4

1 0 7.166 7.2 7.2 7.166 7.166

2 1 15.833 12.166 14.966 13 13

3 2 20.6 16.3 18.2 18.1 15.966

4 3 21.466 20 20.733 20.533 17.433

5 4 21.933 21.166 21.3 21.1 18.6

Keterangan:

 K0: 100 % Pasir + 0% Kompos

 K1: 75 % Pasir + 25 % Kompos

 K2: 50 % Pasir + 50 % Kompos

 K3: 25 % Pasir + 75 % Kompos

 K4: 100 % Kompos

8

(9)

Minggu1 Minggu2 Minggu3 Minggu4 Minggu5 0

5 10 15 20 25

K0 K1 K2 K3 K4

TABEL JUMLAH DAUN MINGGUAN N

O

MINGG U KE-

PERLAKUAN

K0 K1 K2 K3 K4

1 0 4 4 4 4 4

2 1 4 4 4 4 5

3 2 7 6 6 7 7

4 3 7 6 6 7 6

5 4 9 7 8 8 9

(10)

Minggu1 Minggu2 Minggu3 Minggu4 Minggu5 0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

K0 K1 K2 K3 K4

10

(11)

RERATA BERAT AKAR (gram) SETELAH PANEN N

O

PERLAKUA

N BERAT TANAMAN

1 K0 0.27 0.274 0.265 0.809 0.269

2 K1 0.374 0.386 0.306 1.066 0.355

3 K2 0.59 0.530 0.688 1.815 0.605

4 K3 0.720 0.610 0.697 2.027 0.676

5 K4 1.056 0.960 1.050 3.066 1.022

K0 K1 K2 K3 K4

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

berat akar1 berat akar2 berat akar3 berat akar4 berat akar5

(12)

TABEL RERATA BERAT SEGAR TANAMAN (gram) N

O

BERAT TANAMAN PADA PERLAKUAN

K0 K1 K2 K3 K4

1 1.500 1.612 1.862 2.922 3.100

2 1.509 1.768 1.793 1.853 2.986

3 1.498 1.327 1.950 2.395 3.099

4 4.498 4.707 5.604 7.170 9.185

5 1.499 1.569 1.868 2.930 3.062

1 2 3 4 5

0 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 10,000

K0 K1 K2 K3 K4

12

(13)

B. PERLAKUAN AIR

D1 : Air Secukupnya D2 : 60% dari secukupnya D3 : 20% dari secukupnya

TABEL PENGARUH IRIGASI TERHADAP TINGGI TANAMAN (cm) JAGUNG IRIGASI

DEFISIT

MINGGU KE

1 2 3 4 5 6 7 8

D1 19.92 51.08 77.70 102.00 115.35 124.75 127.50 128

D2 20.25 51.58 70.60 90.50 106.42 113.50 115.83 117.00

D3 20.00 48.72 48.72 69.50 73.33 94.42 100.00 101.83

Minggu1 Minggu2 Minggu3 Minggu4 Minggu5 Minggu6 Minggu7 Minggu8 0

20 40 60 80 100 120 140

D1 D2 D3

(14)

TABEL PENGARUH IRIGASI DEFISIT TERHADAP JUMLAH TANAMAN (HELAI) IRIGASI

DEFISIT

MINGGU KE

1 2 3 4 5 6 7 8

D1 3 5 7 9 10 9 10 12

D2 3 5 6 8 9 9 9 10

D3 3 5 5 6 8 9 8 8

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu 8 0

2 4 6 8 10 12 14

D1 D2 D3

TABEL PENGARUH IRIGASI DEFISIT TERHADAP LUAS DAUN (cm2) IRIGASI

DEFISIT

MINGGU KE

1 2 3 4 5 6 7 8

D1 21.8 80.8 382.4 1000.7 1337.0 2110 2360.6 2950.0

D2 25.0 82.0 256.3 763.8 1274.1 1840.1 1958.2 2291.2

D3 22.8 85.3 226.3 514.4 778.6 936.2 968.2 1051.4

14

(15)

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu 8 0

500 1000 1500 2000 2500 3000 3500

D1 D2 D3

TABEL PENGARUH IRIGASI DEFISIT TERHADAP HASIL PRODUKSI (gram) IRIGASI

DEFISIT

BERAT BASAH BERAT KERING HASIL PRODUKSI

D1 73.68 64.18 16.27

D2 47.80 42.87 9.66

D3 16 13.86 0

(16)

berat basah beratkering hasilproduksi 0

10 20 30 40 50 60 70 80

D1 D2 D3

16

(17)

C. PERLAKUAN POPULASI TANAMAN 1 JENIS

TABEL HASIL PENGAMATAN MINGGUAN TINGGI TANAMAN SAWI (Brassica rapa) (cm)

PERLAKUA N

TINGGI TANAMAN PADA MINGGU KE-

1 2 3 4 5 6

1 Biji 1.76 2.93 4.03 5.35 6.42 8.29

3 Biji 1.24 2.93 3.37 4.50 4.58 5.03

6 Biji 2.00 4.00 2.35 1.60 0.00 0.00

9 Biji 1.69 3.35 4.00 4.78 6.89 7.15

12 Biji 1.52 3.21 3.35 4.00 5.04 6.03

15 Biji 1.61 3.33 3.78 4.06 5.20 6.22

18 Biji 1.58 3.23 4.01 4.04 5.23 6.89

Keterangan : - Perlakuan 1 : 1 biji - Perlakuan 2 : 3 biji - Perlakuan 3 : 6 biji - Perlakuan 4 : 9 biji - Perlakuan 5 : 12 biji - Perlakuan 6 : 15 biji - Perlakuan 7 : 18 biji

6 7 8 9

(18)

TABEL HASIL PENGAMATAN MINGGUAN JUMLAH DAUN TANAMAN SAWI (Brassica rapa)

PERLAKUA N

JUMLAH DAUN PADA MINGGU KE-

1 2 3 4 5 6

1 Biji 5 8 6 7 7 8

3 Biji 2 3 3 4 5 6

6 Biji 3 4 4 3 4 4

9 Biji 3 4 4 5 5 5

12 Biji 3 3 3 4 4 4

15 Biji 3 3 4 3 4 4

18 Biji 2 3 3 4 4 4

Keterangan : - Perlakuan 1 : 1 biji - Perlakuan 2 : 3 biji - Perlakuan 3 : 6 biji - Perlakuan 4 : 9 biji - Perlakuan 5 : 12 biji - Perlakuan 6 : 15 biji - Perlakuan 7 : 18 biji

18

(19)

perlakuan1 perlakuan2 perlakuan3 perlakuan4 perlakuan5 perlakuan6 perlakuan7 0

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 2 3 4 5 6

TABEL HASIL PENGAMATAN MINGGUAN JUMLAH BERAT BIOMASSA TANAMAN SAWI (Brassica rapa)

PERLAKUAN BERAT BASAH TOTAL BERAT KERING TOTAL

1 Biji 5,78 3,54

3 Biji 1.58 0.30

6 Biji 0.00 0.00

9 Biji 0.22 0.33

12 Biji 0.23 0.29

15 Biji 0.21 0.27

Keterangan :

- Perlakuan 1 : 1 biji - Perlakuan 2 : 3 biji

(20)

Perlakuan1 Perlakuan2 Perlakuan3 Perlakuan4 Perlakuan5 Perlakuan6 0

1 2 3 4 5 6 7

berat basah total berat kering total

20

(21)

D. PERLAKUAN POPULASI TANAMAN 2 JENIS

TABEL PENGAMATAN HARIAN TINGGI TANAMAN PADA TANAMAN JAGUNG DAN KEDELAI

· Kedelai

Perlakuan jumlah tanaman per polybag

Tinggi Tanaman Kedelai Polikultur dengan Tanaman Jagung

1 2 3 4 5 6 7

2 14.36 19.96 22.73 25.83 28.32 32.51 36.51

4 13.51 19.06 21.42 24.7 27.25 31.63 34.79

6 11.93 16.31 19.15 22.24 24.27 28.15 31.15

8 15.05 19.41 31.96 34.67 36.29 37.55 41.9

10 13.63 17.59 29.19 33.2 34.16 35.2 38.01

12 12.65 17.24 20.34 22.87 24.37 28.51 32.37

Keterangan :

- Perlakuan 1 : 2 - Perlakuan 2 : 4 - Perlakuan 3 : 6 - Perlakuan 4 : 8 - Perlakuan 5 : 10 - Perlakuan 6 : 12

30 35 40 45

1 2

(22)

22

(23)

· Jagung

Perlakuan jumlah tanaman per polybag

Tinggi Tanaman Kedelai Polikultur dengan Tanaman Jagung

1 2 3 4 5 6 7

2 20.3 30.93 36.95 41.36 44.83 50.33 53.97

4 18.98 19.13 33.82 38.5 42.1 46.28 50.84

6 18.16 28.04 32.57 34.72 38.12 43.1 45.63

8 18.23 26.76 29.56 31.20 34.67 38.33 42.03

10 17.87 19.33 23.46 29.02 33.50 36.08 39.98

12 18.00 19.06 24.05 27.88 31.25 32.67 36.79

Keterangan :

- Perlakuan 1 : 2 - Perlakuan 2 : 4 - Perlakuan 3 : 6 - Perlakuan 4 : 8 - Perlakuan 5 : 10 - Perlakuan 6 : 12

20 30 40 50 60

1 2 3 4 5 6 7

(24)

4.2 Analisa Data

4.2.1 Analisa Data Terhadap Carryng Capacity A. Analisis Perlakuan Media

- Tinggi Tanaman

Dari hasil pengamatan tinggi tanaman Lactuca sativa L varietas lettuce grand rapids black seed berdasarkan perlakuan media didapatkan bahwa pada tanaman yang diberi perlakuan dengan media 100% pasir + 0% kompos mengalami pertumbuhan lebih tinggi dari pada perlakuan yang lain, dan pada perlakuan ke 2 memiliki pertumbuhan yang tinggi pula setelah perlakuan K0, setelah itu diikuti dengan pertumbuhan perlakuan K3 dan K4. Pada perlakuan K0 dengan media 100% pasir mengalami pertumbuhan yang cepat karena pada awal pertumbuhan media pasir sangatlah menunjang karena memiliki pori makro yang dapat ditembus oleh akar dengan mudah, tetapi harus ditunjang dengan pengairan yang baik.

Menurut literature Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan fungsi tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan sebagai media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan perakaran setek batang tanaman. Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk dipindahkan ke media lain. Sementara bobot pasir yang cukup berat akan mempermudah tegaknya setek batang. Selain itu, keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam.

Oleh karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau angin. Dengan demikian, media pasir lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan yang lebih intensif. Hal tersebut yang menyebabkan pasir jarang digunakan sebagai media tanam secara tunggal. Penggunaan pasir sebagai media tanam sering dikombinasikan dengan campuran bahan anorganik lain, seperti kerikil, batu-batuan, atau bahan organic yang disesuaikan dengan jenis tanaman. Pasir pantai atau semua pasir yang berasal dari daerah yang bersersalinitast tinggi merupakan jenis pasir yang harus dihindari untuk gunakan sebagai media tanam, karena pasir tersebut sudah dicuci terlebih

24

(25)

dahulu. Kadar garam yang tinggi pada media tanam dapat menyebabkan tanaman menjadi lemah. Selain itu, organ-organ tanaman, seperti akar dan daun, juga memperlihatkan gejala terbakar yang selanjutnya mengakibatkan kematian jaringan (nekrosis). (Rahmawan, 2010).

Pada perlakuan K4 dengan pemberian media 100% kompos mengalami pertumbuhan lambat, tetapi dalam jangka waktu lama pemberian kompos akan memberikan reaksi yang baik untuk pertumbuhan tanaman karena Kompos bersifat hidrofilik sehingga dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam memegang air dan mengandung unsur C yang relatif tinggi sehingga dapat menjadi sumber energi mikroba.

Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat.

Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Tanaman yang dipupuk dengan kompos cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia. Menyatakan bahwa kompos mampu mengurangi kepadatan tanah sehingga memudahkan perkembangan akar dan kemampuannya dalam penyerapan hara. Peranan bahan organik dalam pertumbuhan tanaman dapat secara langsung, atau sebagian besar mempengaruhi tanaman melalui perubahan sifat dan ciri tanah.

(Besuki, 2012).

- Jumlah Daun

Pada perlakuan ini dapat dilihat bahwa perlakuan pada K0 dan K4 memiliki jumlah daun yang tinggi dari pada perlakuan yang lainya. Selain media pasir yang sangat bagus bagi pertumbuhan daun, media tanam yang banyak mengandung humus juga baik

(26)

- Berat Akar Setelah Panen

Pada perlakuan ini juga dapat dilihat bahwa perlakuan K4 (100 % kompos) mempunyai berat akar yang paling tinggi, dibanding perlakuan yang lain. Seperti pada literatur (CPIS,1991) kompos memperbaiki struktur tanahyang semula padat menjadi gembur sehingga memepermudah mengelola tanah. Dengan struktur tanah yang baik berarti difusi O2 atau aerasi akan lebih banyak sehingga proses fisiologis di akar akan lancar. Berat akar setelah panen pada K4 paling tinggi. Hal ini karena kompos berkontribusi besar untuk pertumbuhan akar.

- Berat Segar Tanaman

Berat segar tanaman yang tampak optimal yakni pada K4 (100 % kompos). Hal ini karena penyerapan air dan unsure hara ke bagian tanaman berlangsung optimal tanpa banyak kehilangan.

B. Perlakuan Air

- Pengaruh Irigasi Terhadap Tinggi Tanaman Jagung

Pada tabel pengaruh irigasi terhadap tinggi tanaman (cm) jagung, dengan perlakuan D1 dengan air secukupnya, D2 60% dari secukupnya , dan D3 dengan 20%

dari secukupnya. Pada D1 perlakuan air secukupnya, pada minggu pertama tinggi tanaman jagung 19,92 cm, lalu pada minggu kedua bertambah 51,08 cm, minggu ketiga 77,70 cm, minggu keempat 102,00 cm, minggu kelima 115,35, minggu keenam 127,50 minggu ketujuh 127,50 cm, dan minggu kedelapan bertambah 0,5 cm. Sedangkan pada perlakuan D2 dengan air 60% dari secukupnya, minggu pertama tinggi jagung 20,25 cm, pada minggu kedua mengalami pertambahan 51,58 cm, pada minggu ketiga bertabah 70,60 cm, minggu keempat bertambah 90,50 cm, minggu kelima bertambah 106,42 cm, minggu keenam bertambah 113,50 cm, minggu ketujuh bertambah 2,33 cm, minggu kedelapan bertambah 1,17 cm. Dan pada perlakuan D3 air 20% dari secukupnya pada minggu pertama tinggi jagung 20 cm, dan pada minggu kedua bertambah 48,72 cm, minggu ketiga tidak mengalami pertambahan tinggi, minggu keempat bertambah 69,50 cm, minggu kelima bertambah 73,33 cm, minggu keenam bertambah 94,42 cm, minggu ketujuh bertambah 5,58 cm, dan minggu kedelapan bertambah 1,83 cm. Pertambahan

26

(27)

tinggi total D1 dari minggu pertama sampai minggu kedelapan yaitu 108,08 cm, dan pertambahan terbanyak terdapat pada minggu kedua, dan pertambahan tinggi paling sedikit pada minggu kedelapan hanya 0,5 cm. Pertambahan tinggi total D2 dari minggu pertama sampai minggu kedelapan yaitu 96,75 cm, dan pertambahan terbanyak terdapat pada minggu kedua, dan pertambahan tinggi paling sedikit pada minggu kedelapan hanya 1,17 cm. Pertambahan tinggi total D3 dari minggu pertama sampai minggu kedelapan yaitu 81,83 cm, dan pertambahan terbanyak terdapat pada minggu kedua, dan pertambahan tinggi paling sedikit pada minggu kedelapan hanya 1,83 cm.

Pertambahan tinggi mulai dari minggu pertama sampai minggu kedelapan yang paling banyak adalah pada D1, lalu D2 dan terakhir D3.Dari ketiga perlakuan (D1, D2, D3), pertambahan tinggi paling banyak semuanya terdapat pada minggu kedua, dan paling sedikit pada minggu kedelapan.

- Pengaruh Irigasi Defisit Terhadap Jumlah Tanaman (Helai)

Pada tabel pengaruh irigasi defisit terhadap jumlah tanaman (helai), dengan perlakuan D1 dengan air secukupnya, D2 60% dari secukupnya , dan D3 dengan 20%

dari secukupnya. Pada D1 perlakuan air secukupnya, pada minggu pertama jumlah tanaman3 helai, lalu pada minggu kedua bertambah 2 helai, minggu ketiga 2 helai, minggu keempat 2 helai, minggu kelima 1 helai, minggu keenam berkurang 1 helai, mungkin dikarenakan kering lalu rontok, minggu ketujuh bertambah lagi 1 helai menjadi 10 helai, dan minggu kedelapan bertambah 2 helai menjadi 12 helai. Sedangkan pada perlakuan D2 dengan air 60% dari secukupnya, minggu pertama jumlah tanaman 3 helai, pada minggu kedua mengalami pertambahan 2 helai, pada minggu ketiga bertabah 1 helai, minggu keempat bertambah 2 helai, minggu kelima bertambah 1 helai, minggu

(28)

sampai minggu kedelapan yaitu 9 helai tetapi ada helai yang hilang sebelumnya.

Pertambahan jumlah total D2 dari minggu pertama sampai minggu kedelapan yaitu 7 helai tetapi ada helai yang hilang sebelumnya. Pertambahan jumlah total D3 dari minggu pertama sampai minggu kedelapan yaitu 5 helai tetapi ada helai yang hilang sebelumnya.

Pertambahan jumlah tanaman (helai) mulai dari minggu pertama sampai minggu kedelapan pertambahan jumlah D1 yang paling banyak pertambahannya, lalu D2 dan terakhir D3.

- Pengaruh Irigasi Defisit Terhadap Luas Daun

Berdasarkan dari hasil tabel didapatkan pada minggu pertama untuk tanaman dengan perlakuan pemberian air secukupnya luas daun pada D1 adalah 21,8 cm2, pada minggu-minggu berikutnya luas daun bertambah perlahan. Minggu kedua luas daun adalah 80,8 cm2, pada minggu ketiga luas daun bertambah 301,6 cm2 menjadi 382,4 cm2. Pada minggu keempat luas daun bertambah menjadi 1000,7 cm2 dan minggu kelima luas daun bertambah 336,3 cm2 menjadi 1337 cm2. Pada minggu keenam luas daun adalah 2110 dan minggu ketujuh luas daun menjadi 2360,6 cm2 sedangkan pada minggu terakhir luas daun mencapai 2950 cm2.

Untuk tanaman dengan perlakuan D2 atau pemberian air 60% dari secukupnya luas daun di minggu pertama adalah 25 cm2, pada minggu-minggu berikutnya luas daun bertambah perlahan. Minggu kedua luas daun adalah 82 cm2 tidak berbeda jauh dengan luas daun pada tanaman dengan perlakuan D1 di minggu kedua, pada minggu ketiga luas daun bertambah 174,3 cm2 menjadi 256,3 cm2. Pada minggu keempat luas daun bertambah menjadi 763,8 cm2 dan minggu kelima luas daun bertambah 510,3 cm2 menjadi 1274,1 cm2. Pada minggu keenam luas daun adalah 1840,1 dan minggu ketujuh luas daun menjadi 1958,2 cm2 sedangkan pada minggu terakhir luas daun mencapai 2291,2 cm2.

Untuk tanaman dengan perlakuan D3 atau pemberian air 20% dari secukupnya luas daun di minggu pertama adalah 22,8 cm2, pada minggu-minggu berikutnya luas daun bertambah perlahan. Minggu kedua luas daun adalah 85,3 cm2, pada minggu ketiga luas daun bertambah menjadi 226,3 cm2. Pada minggu keempat luas daun bertambah menjadi 514,4 cm2 dan minggu kelima luas daun bertambah menjadi 778,6 cm2. Pada minggu

28

(29)

keenam luas daun adalah 936,2 cm2 dan minggu ketujuh luas daun menjadi 968,2 cm2 sedangkan pada minggu terakhir luas daun mencapai 1051,4 cm2.

Dari hasil tersebut tanaman dengan perlakuan air secukupnya menunjukkan hasil luas daun yang paling baik diantara tanaman dengan perlakuan air D1 dan D2. Dan pertumbuhan luas daun paling lambat pada tanaman dengan perlakuan D3 atau dengan pemberian air 20% dari secukupnya. Hal ini dapat dikarenakan tanaman kekurangan pasokan air untuk tumbuh sehingga petumbuhan tanaman dengan 20% air dari secukupnya lebih lambat dibandingkan tanaman yang diberi air secukupnya atau yang diberi air 60% dari secukupnya.

- Pengaruh Irigasi Defisit Terhadap Hasil Produksi

Pada tabel pengaruh irigasi defisit terhadap hasil produksi (gram), dengan perlakuan D1 dengan air secukupnya, D2 60% dari secukupnya , dan D3 dengan 20%

dari secukupnya. Pada D1 perlakuan air secukupnya, pada minggu pertama dengan berat basah 73,68 gram, berat keringnya 64,18 gram, hasil produksinya yaitu 16,27 gram. Pada D2 perlakuan air secukupnya, pada minggu pertama dengan berat basah 47,80 gram, berat keringnya 42,87 gram, hasil produksinya yaitu 9,66 gram. Pada D3 perlakuan air secukupnya, pada minggu pertama dengan berat basah 16 gram, berat keringnya 13,86 gram, hasil produksinya yaitu 0 gram. Hasil produksi paling banyak terdapat pada D1, kemudian D2, terakhir D3 tidak menghasilkan produksi.

C. Perlakuan Populasi Tanaman 1 Jenis (Tanaman Sawi)

Berdasarkan tabel hasil pengamatan mingguan tinggi tanaman sawi dapat diketahui bahwa pada perlakuan 1 biji memiliki pertumbuhan yang tertinggi dari pada perlakuan lainya,

(30)

perkembangan yang tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain, hal ini disebabkan oleh daya dukung produksi pada tanaman sawi perlakuan 1 biji.

D. Perlakuan Populasi Tanaman 2 Jenis (Kedelai dan Jagung) - Pengamatan Harian Tinggi Tanaman pada Tanaman Kedelai

Dilihat dari pengamatan tinggi tanaman perharinya dapat dikatakan semakin meningkat. Pada perlakuan pertama yaitu 2 tanaman dalam satu polybag dan hasil yang ditunjukkan adalah semakin meningkat, dilihat dari hari pertama yaitu 14,36 dan hari ke- 7 adalah 36,51. Dari pelakauan yang pertama ini sangat menunjukkan bahwa kedua tanaman ini sangat menunjukkan perkembangan yang baik.

Perlakuan kedua yaitu dengan 4 tanaman didalam 1 polybag pertumbuhannya hampir sama dengan perlakuan yang pertama yaitu dihari pertama yaitu 13,51 dan hari ketuju yaitu 34,79. Pada perlakuan ketiga yaitu dengan 6 tanaman didalam 1 polybag diperoleh hasil yang hampir sesuai dengan perlakuan kedua yaitu pada hari pertama 11,93 dan hari ketuju yaitu 31,15. Pada perlakuan ke 4 adalah dengan satu polybag diisi 8 tanaman kedelai di mulai pengukuran tinggi pada minggu ke 1 adalah 15,05 dan semakin meningkat hingga hari ke 7 yaitu 41.9. Perlakuan selanjutanya adalah dengan menggunakan satu polybag diisi dengan 10 tanaman kedelai pada hari ke 1 tinggi 13.63 dan hari ke 7 adalah 38,1. Dan perlakuan yang terakir adalah pengisian 12 tanaman dengan menguunakan 1 polybag dan di dapatkan data ketinggian tanaman pada hari ke 1 adalah 12,65 dan semakin meningkat hingga 32,37. Pada masing-masing perlakuan diperoleh data tinggi tanaman yang paling tertinngi yaitu pada perlakuan keempat, yaitu satu polybag diisi dengan 8 tanaman kedelai yang tinggi pada hari ke ketuju mencapai 41,9, hal tersebut dapat terjadi karena adanya faktor populasi dan daya dukung lingkungan dapat dilihat dari pegertian daya dukung lingkungan yaitu kemampuan suatu tempat dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara optimum dalam periode waktu yang panjang di tambah dengan adanya jumlah populasi yang berbeda dalam satu polybag. Rata- rata kepadatan populasi atau ukuran populasi dari suatu tanaman.

Dari data hasil perlakuan didapatkan bahwa dengan perlakuan dengan 8, 10, 2, 4, 12, tanaman lebih tinggi dari pada perlakuan 6 tanaman hal ini dimungkinkan karena daya dukung lingkungan pada perlakuan 8 tanaman lebih mendukung, tetapi jika dilogika

30

(31)

seharusnya tanaman dengan perlakuan 2 tanaman lebih tinggi jika daya dukung lingkungan antar perlakuan sama.

- Pengamatan Harian Tinggi Tanaman pada Tanaman Jagung

Pada tabel perlakuan populasi tanaman jagung dilakukan perlakuan jumlah tanaman per polybag yaitu 2 tanaman per polybag, 4 tanaman per polybag, 6 tanaman per polybag, 8 tanaman per polybag, 10 tanaman per polybag, dan 12 tanaman per polybag. Pada perlakuan 2 tanaman per polybag hari pertama didapatkan tinggi tanaman 20,3 cm, pada hari kedua tanaman bertambah tinggi menjadi 30,93, pada hari ketiga tanaman bertambah 6,02 cm, sehingga tanaman bertambah tinggi menjadi 36,95.

Pada hari keempat dan hari kelima tinggi tanaman mencapai 41,36 dan 44,83. Hari keenam tinggi tanaman bertambah menjadi 50,33 dan pada hari terakhir tinggi tanaman mencapai 53,97.

Pada perlakuan 4 tanaman per polybag hari pertama didapatkan tinggi tanaman 18,98 cm, pada hari kedua tanaman bertambah tinggi menjadi 19,13, pada hari ketiga tanaman bertambah tinggi menjadi 33,82. Pada hari keempat tinggi tanaman menjadi 38,5 cm dan hari kelima tinggi tanaman mencapai 42,1 cm. Hari keenam tinggi tanaman bertambah menjadi 46,28 dan pada hari terakhir tinggi tanaman mencapai 50,84 cm.

Pada perlakuan 6 tanaman per polybag hari pertama didapatkan tinggi tanaman 18,16 cm, pada hari kedua tanaman bertambah tinggi menjadi 28,04 cm, pada hari ketiga tanaman bertambah tinggi menjadi 32,57 cm. Pada hari keempat dan hari kelima

(32)

Pada perlakuan 10 tanaman per polybag hari pertama didapatkan tinggi tanaman 17,87 cm, pada hari kedua tanaman bertambah tinggi menjadi 19,33 cm, pada hari ketiga tanaman bertambah tinggi menjadi 23,46 cm. Pada hari keempat dan hari kelima tinggi tanaman mencapai, yaitu 29,02 dan 33,50 cm. Hari keenam tinggi tanaman bertambah menjadi 36,08 cm dan pada hari terakhir tinggi tanaman mencapai 39,98 cm.

Pada perlakuan 12 tanaman per polybag hari pertama didapatkan tinggi tanaman 18 cm, pada hari kedua tanaman bertambah tinggi menjadi 19,06 cm, pada hari ketiga tanaman bertambah tinggi menjadi 24,05 cm. Pada hari keempat dan hari kelima tinggi tanaman mencapai, yaitu 27,88 dan 31,25 cm. Hari keenam tinggi tanaman bertambah menjadi 32,67 cm dan pada hari terakhir tinggi tanaman mencapai 36,79 cm.

Dari hasil di atas terlihat bahwa pad perlakuan 2 tanaman per polybag menghasilkan rata-rata tinggi tanaman paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini dapat dikarenakan pada polybag yang berisi 2 tanaman dengan dimisalkan kandungan unsur hara dan pemberian air yang sama lebih minim kompetisi dibandingkan polybag yang berisi lebih banyak, sehingga kebutuhan air dan hara tanaman tercukupi menjadikan tanaman tumbuh maksimal. Terlihat pada tabel semakin banyak tanaman yang ada dalam polybag, semakin lambat juga pertumbuhan tinggi tanaman juga bisa dikatakan semakin rendah. Daya dukung lingkungan yang sama juga mempengaruhi tinggi tanaman.

4.2.2 Perbedaan Fenomena Kompetisi dan Carryng Capacity (Daya Dukung Lingkungan) Kompetisi adalah interaksi antar individu yang muncul akibat kesamaan kebutuhan akan sumberdaya yang bersifat terbatas, sehingga membatasi kemampuan bertahan (survival), pertumbuhan dan reproduksi individu penyaing. Kompetisi didefinisikan sebagai interaksi antar individu yang berakibat pada pengurangan kemampuan hidup mereka. Kompetisi dapat terjadi antar individu (intraspesifik) dan antar individu pada satu spesies yang sama atau interspesifik.

Pada pertumbuhan tanaman sawi dengan perlakuan 1 biji terlihat berbeda pertumbuhannya dengan tanaman sawi dengan perlakuan lainya, bahwa pada perlakuan 1

32

(33)

tidak ada kompetisi untuk perebutan hara, udara, cahaya sehingga dapat tumbuh dengan baik, berbeda dengan tanaman dengan perlakuan yang lebih dari 1 biji sehingga untuk tumbuhnya memerlukan hara, air, udara, cahaya, dll, diselingi dengan kompetisi dengan tanaman sejenisnya. Hal ini terlihat dengan tanaman sawi pada perlakuan 8 biji yang pertumbuhanya sangat lambat dibanding lainya. Dapat terlihat juga pada banyaknya daun yang tumbuh. Pada perlakuan pemberian media yakni: K0: 100 % Pasir + 0%

Kompos

K1: 75 % Pasir + 25 % Kompos K2: 50 % Pasir + 50 % Kompos K3: 25 % Pasir + 75 % Kompos K4: 100 % Kompos

Mendapatkan hasil bahwa tanaman dengan perlakuan K0 mendapatkan hasil pertumbuhan tertinggi, dan sebaliknya pada perlakuan K4 yakni menggunakan media kompos pertumbuhanya sangat lambat, hal ini dikarenakan bahwa pada perlakuan K0 sangat mendukung untuk pertumbuhan awal karena mempunyai pori makro sehingga akar tanaman dapat dengan mudah untuk menyerap air, hara, dll. Tetapi dalam jangka waktu yang lama pemberian media tanam pada K0 sangat tidak mendukung karena kurangnya hara dalam media. Hal ini sangat berbanding terbalik dengan tanaman yang diberi perlakuan K4 yang sangat lambat dalam pertumbuhanya, karena akar susah untuk menembus media yang mempunyai mikro kecil, tetapi dalam jangka waktu lama tanaman dengan pemberian perlakuan K4 sangat mendukung karena adanya kecukupan hara.

Tetapi pada perlakuan K0 berat segar tanaman dan berat akar tanaman setelah panen lebih ringan dari pada tanaman K4 hal ini dimungkinkan karena pada tanaman K0

(34)

keadaannya merugikan pertumbuhan dan menjadi lebih buruk ketika mencapai titik jenuh. Pengaruh buruk yang lain dari kelebihan air adalah terbawanya unsur hara bersama gerakan air tersebut ke bawah. Pada tanah yang bertekstur halus, hal ini mungkin hanya perpindahan unsur hara ke lapisan yang lebih bawah dan tidak terlalu dalam sehingga masih dapat diserap oleh akar tanaman. Oleh sebab itu kebijakan pengelolaan air harus dilakukan agar pemanfaatan air dapat efisien dan sesuai dengan kebutuhan.

34

(35)

BAB V Kesimpulan

Untuk dapat mengukur daya dukung, harus diketahui jumlah populasi, waktu, dan daya dukung. Jika pertumbuhanya dibawah garis daya dukung, maka akan terjadi stress, kompetisi, serta gangguan seiring dengan berjalannya waktu. Pada perlakuan media sebaiknya perbandingan antara pasir dengan kompos seimbang agar dapat tumbuh secara optimal, karena jika hanya menggunakan media pasir saja akan kekurangan hara dalam jangka waktu yang panjang, dan bila menggunakan kompos saja akan memperburuk hasil pertumbuhan dalam jangka panjang. Selain itu, perlakuan air yang cukup dan tepat sangat berpengaruh terhadap hasil dan pertumbuhan tanaman.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa: 1) Ada pengaruh prestasi belajar antara pembelajaran dengan metode eksperimen

Upaya manusia untuk menghasilkan kehidupan yang layak dan lebih baik terutama dalam perkembangan teknologi, terutamamengenai Mesin PendinginIkan (FREEZER) yang

Hasil penelitian menunjukan ketiga fraksi memiliki aktivitas antibakteri, dimana aktivitas terbesar dihasilkan pada konsentrasi sampel dalam kertas cakram 50 μl dengan

Keberhasilan kegiatan belajar mengajar dikelas, tidak hanya tergantung dalam penguasaan bahan ajar atau penggunaan metode pembelajaran, tetapi proses pembelajaran yang baik

(1) Izin pemanfaatan ruang manfaat jalan dan ruang milik jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 untuk kepentingan lain harus mematuhi persyaratan teknis jalan dan pedoman

Sedangkan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada lansia di keluarga yaitu di Kelurahan Tuah Karya Kecamatan Tampan bahwa lansia yang memiliki kualitas

Agroindustri daging sapi merupakan suatu kegiatan ekonomi, karena berhubungan dengan biaya – biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi untuk

Abstrak—Sistem penerima konvensional pada sistem komunikasi DS-CDMA, terjadi degradasi kinerja akibat perbedaan daya dengan sinyal penginterferensi yang tinggi (Near-