• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS POTENSI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SUB SEKTOR KOSMETIK DAN KEPERLUAN RUMAH TANGGA YANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS POTENSI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SUB SEKTOR KOSMETIK DAN KEPERLUAN RUMAH TANGGA YANG "

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS POTENSI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SUB SEKTOR KOSMETIK DAN KEPERLUAN RUMAH TANGGA YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2015-2018

WIWIN FENTI ASFIRATNA

DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2020

(2)

ii

SKRIPSI

ANALISIS POTENSI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SUB SEKTOR KOSMETIK DAN KEPERLUAN RUMAH TANGGA YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2015-2018

Sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Disusun dan diajukan oleh

WIWIN FENTI ASFIRATNA

kepada

DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2020

(3)

iii

Persetujuan

(4)

iv

SKRIPSI

ANALISIS POTENSI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SUB SEKTOR KOSMETIK DAN KEPERLUAN RUMAH TANGGA YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2015-2018

disusun dan diajukan oleh WIWIN FENTI ASFIRATNA

A211 16 009

telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi pada tanggal 26 Agustus 2020 dan dinyatakan telah memenuhi syarat kelulusan

Menyetujui, Panitia Penguji

No. Nama Penguji Jabatan Tanda Tangan 1. Prof. Dr. Abd. Rahman Kadir, SE., M.Si., CIPM Ketua 1 ……….

2. Dr. Andi Nur Baumassee, SE., MM Sekretaris 2 ……….

3. Dr. Kasman Damang, SE., ME Anggota 3 ……….

4. Dr. Hj. Andi Ratna Sari, SE., M.Si Anggota 4 ……….

Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisiss

Universitas Hasanuddin

Prof. Dra. Hj. Dian A.S. Parawansa, M.Si., Ph.D.NIP. 19620405 198702 2 001

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Wiwin Fenti Asfiratna

NIM : A21116009

Jurusan/Program Studi : Manajemen

dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul:

Analisis Potensi Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Kosmetik dan Keperluan Rumah Tangga yang Terdaftar Di Bursa

Efek Indonesia Periode 2015-2018

adalah karya ilmiah saya sendiri dan sepanjang sepengetahuan saya di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik disuatu perguruan tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).

Makassar, 22 Juli 2020 Yang membuat pernyataan,

Wiwin Fenti Asfiratna

(6)

vi PRAKATA

Dengan mengucapkan Alhamdulillah segala puji dan syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“Analisis Potensi Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Kosmetik dan Keperluan Rumah Tangga yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2018”. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program sarjana Strata 1 (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaiaan skripsi ini yaitu kepada:

1. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan motivasi, menyemangati, dan doa yang tiada henti-hentinya sehingga skripsi ini selesai.

2. Bapak Prof. Dr. Abd. Rahman Kadir, SE., M.Si., CIPM selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis serta selaku dosen pembimbing Skripsi I yang telah berkenan memberikan tambahan ilmu dan solusi pada permasalahan atas kesulitan penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Prof. Dr. Hj. Mahlia Muis, SE., M.Si selaku Wakil Dekan I, Ibu Prof. Dr.

Haliah, SE., M.Si., Ak., CA selaku Wakil Dekan II, dan Bapak Dr. H.

Madris, SE., DPS., M.Si selaku Wakil Dekan III.

(7)

vii

4. Ibu Prof. Dra. Hj. Dian A.S. Parawansa, M.Si., Ph.D selaku ketua Departemen Manajemen dan Bapak Andi Aswan, SE., M.BA selaku sekretaris departemen Manajemen.

5. Bapak Dr. Andi Nur Baumassepe Mappanyompa, SE., MM selaku dosen pembimbing skripsi II yang telah berkenan memberikan tambahan ilmu dan solusi pada permasalahan atas kesulitan penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan pengetahuan kepada peneliti.

7. Seluruh staf dan karyawan Universitas Hasanuddin yang telah memberikan bantuan kepada peneliti.

8. Seluruh teman-teman Fastco 2016 di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.

9. Indah, Hamdana, Imelda, Dela, Irfan, dan Hendra yang telah memberikan dorongan semangat dan saling mengingatkan untuk segera menyelesaikan skripsi.

10. Terkhusus temanku Hasmira, yang mendorong semangat peneliti jika lalai untuk menyelesaikan skripsi, teman yang selalu bersama-sama di kampus dari awal-awal kuliah hingga sekarang, dan juga telah memberikan banyak kenangan kebersamaan yang menyenangkan.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Makassar, 22 Juli 2020

Wiwin Fenti Asfiratna

(8)

viii ABSTRAK

Analisis Potensi Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Kosmetik dan Keperluan Rumah Tangga yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2018

Wiwin Fenti Asfiratna Abd. Rahman Kadir

Andi Nur Baumassepe Mappanyompa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi financial distress pada perusahaan manufaktur sub sektor kosmetik dan keperluan rumah tangga periode 2015-2018. Penelitian ini menggunakan data sekunder pada perusahaan manufaktur sub sektor kosmetik dan keperluan rumah tangga yaitu PT Kino Indonesia Tbk, PT Martina Berto Tbk, PT Mustika Ratu Tbk, PT Mandom Indonesia Tbk, dan PT unilever Indonesia Tbk. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Altman Z-Score pertama, karena perusahaan yang diteliti merupakan perusahaan manufaktur. Hasil penelitian menggunakan metode Altman Z-Score menunjukkan bahwa terdapat perusahaan yang memiliki risiko yang tinggi terhadap financial distress yaitu PT Martina Berto Tbk. Selain itu, terdapat perusahaan yang termasuk dalam kategori grey area atau masih memiliki risiko financial distress yaitu PT Mustika Ratu Tbk. Serta ada tiga perusahaan yang aman dari financial distress yaitu PT Kino Indonesia Tbk, PT Mandom Indonesia Tbk, dan PT Unilever Indonesia Tbk.

Kata Kunci: Financial distress, Altman Z-Score

(9)

ix ABSTRACT

Analysis of the Potential of Financial Distress in Manufacturing Companies Cosmetics and Household Utilities Sub Sector Listed on the Indonesia

Stock Exchange Period 2015-2018

Wiwin Fenti Asfiratna Abd. Rahman Kadir

Andi Nur Baumassepe Mappanyompa

This study aims to determine the potential for financial distress of companies manufacturing sub-sector of cosmetics and household use period 2015-2018. This study uses secondary data on cosmetics and household needs manufacturing companies, namely PT Kino Indoensia Tbk, PT Martina Berto Tbk, PT Mustika Ratu Tbk, PT Mandom Indonesia Tbk, and PT Unilever Indonesia Tbk. The analytical method used in this study was the first Altman Z-Score, because the company studied was a manufacturing company. The results of the study using the Altman Z-Score method indicate that there is a company that has a high risk of financial distress, namely PT Martina Berto Tbk. In addition, there are companies that are in the gray area category or still have financial distress risk, namely PT Mustika Ratu Tbk. And there are three companies that are safe from financial distress, namely PT Kino Indonesia Tbk, PT Mandom Indonesia Tbk, and PT Unilever Indonesia Tbk.

Keywords: Financial distress, Altman Z-Score

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR GRAFIK ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Kegunaan Penelitian ... 5

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 5

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 5

1.5 Sistematika Penulisan ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Tinjauan Teori dan Konsep ... 7

2.1.1 Pengertian Kinerja Keuangan ... 7

2.1.2 Analisis Kinerja Keuangan ... 9

2.1.3 Manfaat Kinerja Keuangan ... 10

2.1.4 Analisis Rasio Keuangan ... 11

2.1.5 Jenis-Jenis Analisis Rasio Keuangan ... 11

2.1.6 Manfaat Analisis Rasio Keuangan ... 13

2.1.7 Financial Distress ... 14

(11)

xi

2.1.8 Sumber-Sumber Informasi Kesulitan Keuangan ... 16

2.1.9 Penyebab Terjadinya Financial Distress ... 16

2.1.10 Manfaat Informasi Financial Distress ... 18

2.1.11 Analisis Model Altman Z-Score ... 19

2.2 Tinjauan Empirik ... 22

2.3 Kerangka Pemikiran ... 27

2.4 Hipotesis ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

3.1 Rancangan Penelitian ... 29

3.2 Tempat Penelitian... 29

3.3 Populasi dan Sampel ... 30

3.4 Jenis dan Sumber Data ... 31

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 32

3.6 Variabel dan Definisi Operasional ... 32

3.7 Metode Analisis Data ... 35

BAB IV PEMBAHASAN ... 37

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 37

4.1.1 PT Kino Indonesia Tbk... 37

4.1.2 PT Martina Berto Tbk ... 38

4.1.3 PT Mustika Ratu Tbk ... 39

4.1.4 PT Mandom Indonesia Tbk ... 40

4.1.5 PT Unilever Indonesia Tbk ... 41

4.2 Perhitungan Analisis Altman Z-Score Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Kosmetik Dan Keperluan Rumah Tangga ... 42

4.2.1 Analisis Altman Z-Score pada PT Kino Indonesia Tbk ... 42

4.2.2 Analisis Altman Z-Score pada PT Martina Berto Tbk ... 46

4.2.3 Analisis Altman Z-Score pada PT Mustika Ratu Tbk ... 50

4.2.4 Analisis Altman Z-Score pada PT Mandom Indonesia Tbk 55

4.2.5 Analisis Altman Z-Score pada PT Unilever Indonesia Tbk . 59

4.3 Tingkat Risiko Financial Distress Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Kosmetik dan Keperluan Rumah Tangga ... 64

4.4 Grafik Model Altman Z-Score ... 65

(12)

xii

BAB V PENUTUP ... 67

5.1 Kesimpulan ... 67

5.2 Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

LAMPIRAN ... 72

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Daftar Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Kosmetik dan

Keperluan Rumah Tangga ... 2 Tabel 2.1 Daftar Penelitian Terdahulu ... 23 Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 34 Tabel 4.1 Perhitungan Variabel-Variabel Z-Score PT Kino Indonesia Tbk

Periode 2015-2018 (dalam Rupiah) ... 42 Tabel 4.2 Perhitungan Rasio Z-Score PT Kino Indonesia Tbk Periode

2015-2018 ... 43 Tabel 4.3 Tingkat Risiko Financial Distress PT Kino Indonesia Tbk Tahun

2015-2018 ... 45 Tabel 4.4 Perhitungan Variabel-Variabel Z-Score PT Martina Berto Tbk

Periode 2015-2018 (dalam Rupiah) ... 46 Tabel 4.5 Perhitungan Rasio Z-Score PT Martina Berto Tbk Periode 2015-

2018 ... 47 Tabel 4.6 Tingkat Risiko Financial Distress PT Martina Berto Tbk Tahun

2015-2018 ... 49 Tabel 4.7 Perhitungan Variabel-Variabel Z-Score PT Mustika Ratu Tbk

Periode 2015-2018 (dalam Rupiah) ... 50 Tabel 4.8 Perhitungan Rasio Z-Score PT Mustika Ratu Tbk Periode 2015-

2018 ... 52 Tabel 4.9 Tingkat Risiko Financial Distress PT Mustika Ratu Tbk Tahun

2015-2018 ... 54 Tabel 4.10 Perhitungan Variabel-Variabel Z-Score PT Mandom Indonesia

Tbk Periode 2015-2018 (dalam Rupiah) ... 55 Tabel 4.11 Perhitungan Rasio Z-Score PT Mandom Indonesia Tbk Periode

2015-2018 ... 56 Tabel 4.12 Tingkat Risiko Financial Distress PT Mandom IndonesiaTbk

Tahun 2015-2018 ... 58 Tabel 4.13 Perhitungan Variabel-Variabel Z-Score PT Unilever Indonesia

Tbk Periode 2015-2018 (dalam jutaan Rupiah)... 59

(14)

xiv

Tabel 4.14 Perhitungan Rasio Z-Score PT Unilever Indonesia Tbk Periode 2015-2018 ... 60 Tabel 4.15 Tingkat Risiko Financial Distress PT Unilever IndonesiaTbk

Tahun 2015-2018 ... 63 Tabel 4.16 Tingkat Risiko Financial Distress Perusahaan Manufaktur Sub

Sektor Kosmetik dan Keperluan Rumah Tangga Periode 2015-

2018 ... 64

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 28

(16)

xvi

DAFTAR GRAFIK

Halaman Grafik 4.1 Model Altman Z-Score Perusahaan Manufaktur Sub Sektor

Kosmetik dan Keperluan Rumah Tangga ... 65

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Biodata ... 72

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan dapat diartikan sebagai suatu organisasi yang dimana aktivitas operasionalnya menyediakan barang dan jasa untuk masyarakat dengan tujuan mendapatkan keuntungan sehingga mampu memuaskan kebutuhan masyarakat, mampu terus berkembang dan bertahan untuk waktu yang lama. Tantangan saat ini yang memberikan dampak buruk bagi Indonesia yaitu perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat dan China yang mengakibatkan pelemahan perekonomian pada kedua Negara ini, serta mengakibatkan ekspor Indonesia mengalami penurunan salah satunya pada perusahaan manufaktur. Akibat penurunan ekspor yang terjadi, pendapatan perusahaan juga mengalami penurunan. Tantangan selanjutnya yaitu nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Nilai tukar rupiah yang melemah dapat berdampak pada perusahaan manufaktur, terutama yang menggunakan bahan baku impor. Sehingga berpengaruh pada biaya produksi perusahaan yang menjadi semakin besar. Besarnya biaya produksi akan mempengaruhi harga jual produk dan volume penjualan.

Dampak buruk yang terjadi akibat fenomena tersebut dapat dialami pada perusahaan manufaktur salah satunya adalah sub sektor kosmetik dan keperluan rumah tangga. Yang termasuk dalam dalam sub sektor tersebut yaitu sebagai berikut:

(19)

2

Tabel 1.1 Daftar Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Kosmetik dan Keperluan Rumah Tangga

No. Kode Saham Nama Emiten Tanggal IPO

1. KINO Kino Indonesia Tbk 11 Desember 2015

2. MBTO Martina Berto Tbk 13 Januari 2011

3. ADES Akasha Wira Internasional TBk

13 Juni 1994

4. KPAS Cottonindo Ariesta Tbk 5 Oktober 2018 5. TCID Mandom Indonesia Tbk 23 September 1993

6. MRAT Mustika Ratu Tbk 27 Juli 1995

7. UNVR Unilever Indonesia Tbk 11 Januari 1982 Sumber : www.idx.co.id

Dalam menghasilkan keuntungan yang optimal, pihak manajemen harus mampu melakukan pengendalian kegiatan operasional perusahaan, terutama pada keuangan perusahaan. Pengendalian kegiatan operasional perusahaan dilakukan untuk mempertahankan eksistensi dan pengembangan perusahaan agar mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain. Perusahaan yang tidak mampu bersaing atau berkembang dalam menjalankan usahanya dapat berujung pada potensi financial distress.

Financial distress atau kesulitan keuangan merupakan suatu keadaan dimana kondisi keuangan perusahaan mengalami penurunan yang terjadi sebelum likuidasi atau kebangkrutan (Platt dan Platt, 2002 dalam Putri, 2014).

Potensi financial distress dapat saja terjadi dimasa depan pada setiap perusahaan. Hal ini dapat menimbulkan kekhawatiran bagi berbagai pihak baik dari pihak internal maupun pihak eksternal. Bagi pihak investor akan kehilangan sahamnya yang telah diinvestasikan di perusahaan tersebut dan bagi pihak kreditur akan rugi karena dana yang dipinjamkan tidak dapat dilunasi oleh perusahaan. Financial distress bisa diakibatkan oleh kinerja keuangan yang terus

(20)

3

menurun. Kinerja keuangan merupakan gambaran kemampuan perusahaan dalam mengelola kegiatan operasionalnya sehingga dapat mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan dapat membantu dalam memprediksi potensi financial distress. Oleh karena itu, diperlukan analisis prediksi potensi financial distress untuk melakukan antisipasi dari peringatan awal financial distress.

Prediksi financial distress dapat mendeteksi indikator masalah dimasa depan dengan solusi awal yang dapat mencegah konsekuensi serius bagi perusahaan (Siwi, James, dan Ferdinand: 2018). Salah satu model prediksi potensi financial distress yaitu Model Altman Z-Score. Z-Score merupakan suatu metode yang digunakan untuk memprediksi potensi financial distress perusahaan dengan cara menghitung lima rasio yaitu modal kerja terhadap total aktiva, laba ditahan terhadap total aktiva, laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aktiva, nilai pasar saham terhadap total utang, serta penjualan terhadap total aktiva.

Model Altman terdiri dari tiga model yaitu Altman Z-Score pertama untuk perusahaan manufaktur yang go public, Altman Z-Score revisi untuk perusahaan bukan manufaktur dan tidak go public, dan Altman Z-Score modifikasi dibuat lebih sederhana dengan menghilangkan satu rasio yaitu penjualan terhadap total asset, digunakan untuk perusahaan bukan manufaktur tetapi go public.

Model Altman Z-Score telah digunakan oleh beberapa peneliti untuk memprediksi financial distress pada perusahaan. Burhanuddin (2015) menemukan bahwa terdapat satu perusahaan yang berada pada kategori grey area atau masih memiliki potensi financial distress. Annuri dan Ruzikna (2017), menemukan bahwa pada perusahaan minyak dan gas (Migas) terdapat dua perusahaan yang memiliki risiko tinggi terhadap financial distress. Nugroho dan Wisnu (2012), juga menemukan bahwa pada perusahaan manufaktur terdapat

(21)

4

10 perusahaan yang berisiko terjadi financial distress. Rahayu, I Wayan, dan Ni Nyoman (2016), Berdasarkan analisis model Altman Z-Score menunjukkan bahwa perusahaan Telekomunikasi memiliki tiga perusahaan yang mengalami financial distress.

Setelah penelitian di atas diketahui, maka peneliti ingin memprediksi potensi financial distress pada perusahaan manufaktur sub sektor kosmetik dan keperluan rumah tangga dengan melakukan analisis model Altman Z-Score.

Sehingga berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka peneliti memilih judul penelitian: “Analisis Potensi Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Kosmetik dan Keperluan Rumah Tangga yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2018”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka diidentifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu apakah terdapat potensi financial distress pada perusahaan manufaktur sub sektor kosmetik dan keperluan rumah tangga periode 2015- 2018?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan yaitu untuk mengetahui potensi financial distress pada perusahaan manufaktur sub sektor kosmetik dan keperluan rumah tangga pada periode 2015-2018.

(22)

5

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

a. Diharapkan dapat menambah pengetahuan untuk pembaca, tentang analisis prediksi potensi financial distress.

b. Dapat menjadi salah satu sumber referensi bagi akademisi dalam pembuatan tugas ataupun karya ilmiah.

c. Dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan dalam memprediksi financial distress pada perusahaan.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan penilaian kinerja keuangan atau prediksi potensi financial distress perusahaan dan juga dapat dijadikan bahan evaluasi untuk pengambilan keputusan perusahaan dimasa yang akan datang.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran mengenai hal-hal yang dibahas dalam penelitian ini, maka sistematika penulisannya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka berisi tentang informasi teori yang menjadi latar belakang penelitian atau uraian mengenai teori, membahas tentang tinjauan empirik atau penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis.

(23)

6

BAB III METODE PENELITIAN

Mengenai rancangan penelitian, tempat penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, variabel dan definisi operasional, dan metode analisis data yang digunakan.

BAB IV PEMBAHASAN

Dalam bab ini menyajikan analisis data dari setiap variabel beserta pembahasannya. Dapat disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

BAB V PENUTUP

Berisi kesimpulan yang diambil dari hasil penelitian yang dilakukan dan berisi saran agar bermanfaat bagi objek penelitian.

(24)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori dan Konsep 2.1.1 Pengertian Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan mencerminkan kondisi keuangan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber daya. Menurut Jumingan (2006:239) kinerja keuangan adalah kondisi keuangan perusahaan pada periode tertentu mengenai berbagai aspek seperti penghimpunan dana dan penyaluran dana yang berdasarkan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas.

Menurut Ismail dan Darsono (2009:138) kinerja keuangan merupakan hasil pencapaian dari kegiatan operasional perusahaan yang disajikan dalam bentuk angka-angka.

Sucipto (2003) menyatakan bahwa kinerja keuangan adalah penentuan mengenai kriteria yang dapat mengukur keberhasilan perusahaan atau organisasi dalam menghasilkan profit atau laba. Sedangkan menurut Sutrisno (2009:53) mendefinisikan kinerja keuangan sebagai suatu prestasi yang telah dicapai perusahaan sehingga mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan pada periode tertentu. Sehingga dapat disimpulkan dari berbagai pendapat para ahli di atas mengenai kinerja keuangan yaitu hasil pencapaian perusahaan pada periode tertentu dari kegiatan operasional yang disajikan dalam bentuk angka- angka sehingga mencerminkan perkembangan dari perusahaan tersebut.

Kinerja keuangan perusahaan berkaitan dengan keadaan atau posisi keuangan perusahaan yang dipengaruhi oleh struktur keuangan dan kekayaan, solvabilitas, likuiditas, dan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Hal ini sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan/IAI (2009):

(25)

8

“Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh sumber daya yang dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas dan solvabilitas, serta kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan. Informasi sumber daya manusia ekonomi yang dikendalikan dan kemampuan perusahaan dalam memodifikasi sumber daya ini dimasa lalu berguna untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dimasa depan dan bagaimana penghasilan bersih (laba) dan arus kas dimasa depan akan didistribusikan kepada mereka yang memiliki perusahaan, informasi tersebut juga berguna untuk memprediksi seberapa jauh perusahaan akan berhasil meningkatkan lebih lanjut sumber keuangannya pada saat jatuh tempo. Likuiditas merupakan ketersediaan kas jangka pendek dimasa depan setelah memperhitungkan komitmen yang ada.

Solvabilitas merupakan ketersediaan kas jangka panjang untuk memenuhi komitmen pada saat jatuh tempo.”

Kinerja keuangan juga berkaitan dengan pengukuran dan penilaian kinerja perusahaan. Pengukuran kinerja dibutuhkan dalam kegiatan operasional agar perusahaan bisa bersaing dengan perusahaan lain. Sedangkan penilaian berkaitan mengenai efektivitas operasional, karyawan, dan organisasi berdasarkan kriteria yang ditetapkan. Menurut Munawir (2012:31) tujuan pengukuran kinerja keuangan perusahaan adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan saat tertagih.

b. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangan jangka panjang dan keuangan jangka pendek apabila perusahaan dilikuidasi.

(26)

9

c. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan profit pada periode tertentu.

d. Untuk mengetahui tingkat stabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk menjalankan usahanya dengan kondisi stabil.

2.1.2 Analisis Kinerja Keuangan

Analisis kinerja keuangan merupakan proses mereview data, menghitung dan memberikan solusi terhadap keuangan perusahaan dalam periode tertentu.

Berikut terdapat jenis-jenis analisis keuangan yaitu:

a. Analisis perbandingan laporan keuangan, yaitu teknik analisis dengan membandingkan dua laporan keuangan pada dua atau lebih periode yang ditunjukkan dalam jumlah (absolut) ataupun dalam persentase (relatif).

b. Analisis tren (tendensi posisi), yaitu teknik untuk mengetahui tendensi keuangan apakah mengalami penurunan atau kenaikan.

c. Analisis persentase per komponen (common size), yaitu teknik untuk mengetahui persentase investasi masing-masing aktiva terhadap total aktiva maupun utang atau secara keseluruhan.

d. Analisis sumber dan penggunaan modal kerja, yaitu teknik untuk mengetahui seberapa besar penggunaan dan sumber modal kerja dalam dua periode yang dibandingkan.

e. Analisis sumber dan penggunaan kas, yaitu teknik untuk mengetahui kondisi kas beserta penyebab terjadi perubahan kas dalam periode tertentu.

(27)

10

f. Analisis rasio keuangan, yaitu teknik untuk mengetahui hubungan antara pos tertentu dalam laporan laba rugi maupun neraca baik secara simultan maupun individu.

g. Analisis perubahan laba kotor, yaitu teknik untuk mengetahui kondisi laba dan penyebab terjadinya perubahan pada laba.

h. Analisis Break Even, yaitu teknik untuk mengetahi tingkat penjualan yang harus dicapai agar tidak mengalami kerugian.

2.1.3 Manfaat Kinerja Keuangan

Laporan dari kinerja keuangan sangat bermanfaat bagi suatu perusahaan.

Informasi mengenai kinerja keuangan memiliki manfaat dalam beberapa hal yaitu:

a. Dapat digunakan sebagai penentuan strategi perusahaan untuk masa yang akan datang.

b. Dapat mengukur prestasi yang telah dicapai perusahaan dalam periode tertentu sehingga menggambarkan tingkat keberhasilan dari pelaksanaan kegiatannya.

c. Mampu menilai kontribusi dalam pencapaian tujuan perusahaan secara menyeluruh.

d. Sebagai dasar dalam menentukan kebijakan penanaman modal agar dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi perusahaan.

e. Dapat melihat kinerja perusahaan secara menyeluruh.

f. Sebagai petunjuk dalam pembuatan keputusan perusahaan.

(28)

11

2.1.4 Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan penting bagi calon investor dalam menentukan perusahaan mana yang akan dipilih untuk menyetorkan dananya sebagai investasi. Rasio keuangan merupakan perbandingan antara satu komponen dengan komponen lain dalam laporan keuangan yang mempunyai hubungan relevan dan signifikan. Menurut Munawir (2004:37) menyatakan bahwa analisis rasio merupakan metode analisa yang digunakan untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam laporan laba rugi atau neraca ataupun kombinasi kedua laporan tersebut. Menurut Jumingan (2006:44) menyimpulkan rasio keuangan merupakan alat utama untuk menganalisis keuangan, dikarenakan dapat digunakan untuk mengetahui tentang keadaan keuangan perusahaan.

Sedangkan menurut Ross, Westerfield dan Jordan (2009) analisis rasio keuangan adalah hubungan yang dihitung dari data keuangan perusahaan untuk tujuan perbandingan. Dapat disimpulkan bahwa analisis rasio keuangan adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu dengan menghitung data keuangan dari laporan laba rugi atau neraca.

2.1.5 Jenis-Jenis Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan dikelompokkan menjadi lima kategori yaitu:

a. Rasio Likuiditas, yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendek. Yang termasuk dalam rasio ini adalah current ratio merupakan rasio yang memberi informasi tentang kemampuan aktiva lancar dalam menutupi hutang lancar, dan quick ratio menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid untuk menutupi hutang lancar.

(29)

12

b. Rasio Aktivitas, yaitu rasio yang mengukur efektifitas penggunaan aktiva dengan melihat aktivitas-aktivitas aktiva tersebut. Yang termasuk dalam rasio ini adalah inventory turnover ratio (rasio perputaran persediaan) menilai efisiensi pengendalian persediaan barang yang dibeli kemudian dijual kembali oleh perusahaan, assets turnover ratio (rasio perputaran aktiva) menunjukkan kemampuan perusahaan menciptakan penjualan menggunakan aset yang dimiliki, fixed assets turnover ratio (rasio perputaran aktiva tetap) menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktiva secara efektif, working capital turnover ratio (rasio perputaran modal kerja) menunjukkan kemampuan perusahaan menggunakan modal kerja untuk menciptakan penjualan, dan accounts receivable turnover ratio (rasio perputaran piutang) menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menagih penjualan kredit untuk diubah menjadi kas.

c. Rasio Solvabilitas, yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka panjang. Yang termasuk dalam rasio ini adalah debt to equity ratio menunjukkan proporsi relatif antara hutang dan ekuitas untuk membiayai aset perusahaan, dan debt ratio menunjukkan seberapa besar perusahaan dalam mengandalkan hutang untuk membiayai aset perusahaan.

d. Rasio Profitabilitas, yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan profit atau laba dari sumber-sumber yang ada. Yang termasuk dalam rasio ini adalah Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio yang mengukur kemampuan mendapatkan laba bersih dari penjualan, Return on Equity (ROE) merupakan rasio yang mengukur kemampuan menghasilkan laba dari investasi pemegang saham, Return on Assets (ROA) merupakan rasio yang mengukur

(30)

13

kemampuan menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki, Return on Investment (ROI) mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba menggunakan keseluruhan aktiva yang ada dalam perusahaan, dan Gross Profit Margin merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan menghasilkan laba yang akan menutupi biaya operasional atau semua biaya-biaya,.

e. Rasio Pasar, yaitu rasio yang mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku perusahaan. Yang termasuk dalam rasio ini adalah earning per share ratio (rasio pendapatan per lembar saham) menunjukkan jumlah uang yang didapatkan dari setiap lembar saham, price earning ratio (rasio harga laba) mengukur seberapa banyak investor bersedia dalam membayar dari laba perusahaan, price to book value ratio (rasio pasar per buku) mengukur seberapa besar nilai perusahaan dari apa yang sedang atau telah ditanamkan pemilik perusahaan, dividend yield ratio (rasio pendapatan dividen) menunjukkan seberapa banyak penghasilan yang dihasilkan setiap rupiah yang diinvetasikan dalam saham perusahaan, dan dividend payout ratio (rasio pembayaran dividen) menunjukkan seberapa besar dividen yang akan dibagikan terhadap total laba bersih suatu perusahaan dan juga mengukur besaran jumlah dividen yang dibagikan pada pemegang saham.

2.1.6 Manfaat Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan memiliki berbagai manfaat yaitu:

a. Dapat membantu dalam menganalisis tren kinerja pada suatu perusahaan.

b. Dapat membantu stakeholder dalam membandingkan hasil keuangan suatu perusahaan dengan pesaingnya.

(31)

14

c. Dapat membantu pihak manajemen, kreditur, dan investor dalam mengambil keputusan.

d. Dapat menunjukkan letak permasalahan keuangan perusahaan serta kekuatan dan kelemahannya.

2.1.7 Financial Distress

Financial distress atau kesulitan keuangan yaitu suatu keadaan dimana kondisi keuangan perusahaan mengalami penurunan yang terjadi sebelum likuidasi atau kebangkrutan (Platt dan Platt, 2002 dalam Putri, 2014). Menurut Brigham dan Daves (2003) dalam Fachrudin (2008), financial distress terjadi karena kesalahan dalam pengambilan keputusan dan pengawasan kondisi keuangan perusahaan yang kurang akibatnya pengeluaran lebih besar daripada pemasukan atau penggunaan uang tidak sesuai keperluan perusahaan.

Menurut Almilia dan Kristijadi (2003), financial distress adalah kondisi perusahaan yang mengalami laba bersih operasi (net operation income) negatif selama lebih dari satu tahun dan tidak melakukan pembayaran deviden atau menghilangkan pembayaran deviden, serta pemberhentian tenaga kerja.

Kesulitan keuangan (financial distress) digunakan untuk menggambarkan permasalahan likuiditas yang tidak dapat diatasi tanpa harus melakukan restrukturisasi perusahaan atau perubahan skala operasi (Munawir, 2002 dalam Christanty, 2010:22). Sebuah isu yang penting yaitu kesalahan umum yang menyamakan kebangkrutan dan financial distress. Padahal, hal itu tidak benar, financial distress merupakan salah satu penyebab kebangkrutan pada suatu perusahaan. Tetapi, tidak semua perusahaan yang mengalami financial distress akan bangkrut.

Menurut Altman, dalam Pramuditya (2014), financial distress memiliki empat istilah umum yaitu:

(32)

15

a. Economic Failure

Economic failure atau kegagalan ekonomi yaitu suatu kondisi dimana perusahaan tidak dapat menutup total biaya, termasuk biaya modal.

Perusahaan masih bisa melanjutkan operasinya sepanjang pemilik berkenan menerima tingkat pengembalian (rate of return) dibawah tingkat bunga pasar dan kreditur bersedia menyediakan tambahan modal.

b. Business Failure

Business failure atau kegagalan bisnis yaitu bisnis yang berhenti beroperasi karena tidak mampu menghasilkan laba atau rugi.

c. Insolvency

Insolvency terdapat dua macam yaitu:

 Technical Insolvency, terjadi jika perusahaan tidak mampu

memenuhi kewajiban saat jatuh tempo. Technical Insolvency hanya bersifat sementara, jika perusahaan diberikan waktu maka kemungkinan bisa membayar hutangnya dan terhindar dari financial distress. Tetapi, jika technical insolvency merupakan gejala awal kegagalan ekonomi, maka kemungkinan bisa menjadi tanda perhentian pertama menuju bankcruptcy.

 Insolvency in Bankcruptcy, apabila perusahaan memiliki nilai buku

hutang melebihi nilai pasar asset, hal ini dapat mengarah pada likuidasi bisnis.

d. Legal Bankcruptcy

Perusahaan dikatakan mengalami kebangkrutan secara hokum, jika perusahaan mengajukan tuntutan secara resmi dengan Undang-Undang yang berlaku (Brigham dan Gapenski, 1997 dalam Hidayat, 2013).

(33)

16

2.1.8 Sumber-Sumber Informasi Kesulitan Keuangan

Terdapat beberapa indikator atau sumber informasi mengenai kemungkinan dari kesulitan keuangan yaitu (Foster, 1986 dalam Amilia dan Kristijadi, 2003):

a. Analisis arus kas untuk periode sekarang dan masa yang akan datang.

Kelebihan digunakannya sumber informasi ini yaitu langsung menggambarkan kesulitan keuangan pada periode-periode yang diinginkan.

b. Analisis strategi perusahaan yang mempertimbangkan struktur biaya relatif, pesaing potensial, kemampuan perusahaan untuk meneruskan kanaikan biaya, perluasan rencana dalam industri, dan kualitas manajemen.

c. Analisis laporan keuangan dari perusahaan dan perbandingannya dengan perusahaan lain. Analisis ini berfokus pada suatu variabel keuangan tunggal atau kombinasi dari variabel keuangan.

d. Variabel-variabel yang diperoleh dari pihak eksternal seperti pasar modal dan konsultasi investasi atau lembaga penilai obligasi. Secara implisit variabel-variabel tersebut dapat memberikan informasi mengenai strategi perusahan, arus kas masa yang akan datang,dan informasi mengenai laporan keuangan perusahaan.

2.1.9 Penyebab Terjadinya Financial Distress

Menurut Lizal (2002) dalam Pramuditya (2014), financial distress memiliki beberapa penyebab yaitu:

a. Neoclassical Model. Financial distress bisa terjadi jika alokasi sumber daya tidak tepat. Mengestimasi kesulitan dapat dilakukan dengan menggunakan laporan laba rugi dan neraca.

(34)

17

b. Financial Model. Financial distress ditandai dengan adanya struktur keuangan yang salah sehingga mengakibatkan batasan likuiditas (liquidity contrains). Hal ini berarti meskipun perusahaan dapat bertahan dalam waktu jangka panjang, akan tetapi perusahaan tersebut harus bangkrut dalam waktu jangka pendek.

c. Corporate Governance Model. Financial distress terjadi jika perusahaan memiliki struktur keuangan yang baik dan susunan aset yang tepat, tetapi dikelola dengan buruk.

Menurut Damodaran (1997) dalam Hidayat (2013), faktor penyebab financial distress yang bersifat mikro atau dari dalam perusahaan adalah sebagai berikut:

a. Kesulitan arus kas. Terjadi jika penerimaan pendapatan perusahaan dari kegiatan operasi tidak mampu menutupi beban-beban usaha dari hasil aktivitas operasi perusahaan. Kesulitan arus kas juga dapat disebabkan oleh adanya kesalahan manajemen dalam mengelola aliran kas sehingga memperburuk kondisi keuangan perusahaan.

b. Besarnya jumlah hutang. Terjadi ketika kewajiban pembayaran hutang jatuh tempo, tetapi perusahaan tidak mampu melunasi tagihan-tagihan tersebut, maka kreditur akan melakukan penyitaan harta perusahaan untuk menutupi pembayaran tagihan tersebut.

c. Kerugian dalam kegiatan operasional perusahaan selama beberapa tahun. Dapat terjadi ketika beban operasional lebih besar dari pendapatan yang diterima oleh perusahaan.

Adapun faktor-faktor penyebab yang bersifat makro atau dari luar perusahaan. Seperti, kebijakan pemerintah yang bisa menambah beban usaha perusahaan, misalnya tarif pajak yang mengalami kenaikan dapat menambah beban perusahaan. Selanjutnya, kebijakan suku bunga pinjaman yang

(35)

18

mengalami kenaikan sehingga menyebabkan peningkatan beban bunga perusahaan.

2.1.10 Manfaat Informasi Financial Distress

Kegunaan informasi financial distress yaitu (Platt dan Platt dalam Pramuditya, 2014):

a. Mempercepat tindakan manajemen dalam mencegah sebelum terjadinya kebangkrutan di masa yang akan datang.

b. Bagi pihak manajemen dapat mengambil tindakan merger perusahaan yang lebih mampu mengelola perusahaan dengan baik dan mampu membayar hutang perusahaan.

c. Sebagai tanda awal adanya kebangkrutan. Jika perusahaan mengalami financial distress maka akan memberikan dampak yang kurang baik bagi beberapa pihak. Misalnya, perusahaan akan kehilangan kredibilitas dihadapan investor baru sehingga tidak dapat menambah modal melalui pasar saham, perusahaan juga mendapatkan sanksi berupa suspensi atau delisting dari Bursa.

Manfaat informasi financial distress bagi berbagai pihak yaitu (Almilia dan Kristijadi, 2016):

a. Pemberi pinjaman atau kreditor

Dengan adanya informasi financial distress, kreditor bbisa mengambil keputusan untuk memberikan pinjaman atau tidak pada perusahaan dan dapat menentukan kebijakan dalam mengawasi pinjaman yang diberikan.

b. Investor

Dapat membantu investor dalam memutuskan berinvestasi pada suatu perusahaan.

(36)

19

c. Pembuat peraturan atau badan regulator

Dapat membantu untuk menilai stabilitas perusahaan dan mengetahui kesanggupan perusahaan dalam membayar hutang.

d. Pemerintah

Dapat membantu dalam melakukan antitrust regulation.

e. Auditor

Dapat membantu dalam pembuatan penilaian going concern perusahaan dengan menggunakan alat yaitu model prediksi financial distress.

f. Manajemen

Dapat digunakan untuk mencegah kebangkrutan pada perusahaan dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk mengatasi kesulitan keuangan.

2.1.11 Analisis Model Altman Z-Score

Model Altman Z-Score merupakan salah satu alat yang digunakan untuk memprediksi terjadinya financial distress yang dilakukan oleh Edward I. Altman pada tahun 1968. Willy (2011:4) dalam Puspitasari (2016), menyatakan bahwa model Altman Z-Score adalah salah satu analisis multivariate untuk memprediksi financial distress perusahaan dengan tingkat keakuratan dan ketepatan relatif dapat dipercaya. Altman telah menggabungkan beberapa rasio menjadi model prediksi dengan menggunakan teknik statistik yaitu analisis diskriminan untuk memprediksi terjadinya financial distress pada suatu perusahaan dengan istilah Z-Score. Z-Score merupakan skor yang ditentukan dari hitungan standar yang akan menunjukkan tingkat kemungkinan financial distress perusahaan.

Wulandari (2014), dalam Gunawan, Rahadien, dan Desi (2017) menjelaskan bahwa model Altman Z-Score menggunakan model step-wise Multivariate

(37)

20

Discriminant Analysis (MDA). MDA adalah teknik statistik yang digunakan untuk membuat model yang dimana variabel dependennya merupakan variabel kualitatif. Altman (2000) dalam Matturungan, Budi, dan Abdul (2017) menunjukkan bahwa model Altman memiliki akurasi hingga 72% dalam memprediksi kebangkrutan dalam waktu dua tahun sebelum terjadi kebangkrutan dan memiliki akurasi hingga 80%-90% memprediksi kebangkrutan dalam waktu satu tahun sebelum terjadi kebangkrutan.

Seiring dengan perkembangan ilmu penelitian, model Altman terus diperluas hingga penerapannya tidak hanya pada perusahaan manufaktur go- public tetapi juga mencakup perusahaan manufaktur yang tidak go-pubic dan perusahaan yang bukan manufaktur. Berikut perkembangan dari model Altman Z-Score yaitu:

a. Model Altman Pertama

Model ini dikembangkan untuk perusahaan-perusahaan manufaktur go- public. Rumus yang digunakan adalah:

( ) ( ) ( ) ( ) ( )

Keterangan:

X1 = Net Working Capital to Total Assets X2 = Retained Earning to Total Assets

X3 = Earning Before Interest and Tax to Total Assets X4 = Market Value of Equity to Book Value of Total Debt X5 = Sales to Total Assets

Untuk menilai kondisi perusahaan maka ditetapkan kriteria berikut:

 Jika nilai Z < 1,81 maka termasuk perusahaan yang berisiko tinggi terhadap financial distress.

(38)

21

 Jika nilai Z 1,81 – 2,99 maka termasuk grey area (masih memiliki risiko financial distress).

 Jika nilai Z > 2,99 maka perusahaan dalam kondisi sehat, aman dari

financial distress.

b. Model Altman Revisi

Model ini dikembangkan untuk perusahaan manufaktur yang tidak go- public. Variabel X4 pada model ini menggunakan nilai buku stockholders equity karena perusahaan yang tidak go-public tidak memiliki market value of equity. Mengingat bahwa tidak semua perusahaan go-public, dan memiliki nilai pasar maka rumusnya diubah menjadi sebagai berikut:

( ) ( ) ( ) ( ) ( )

Keterangan:

X1 = Net Working Capital to Total Assets X2 = Retained Earning to Total Assets

X3 = Earning Before Interest and Tax to Total Assets X4 = Book Value of Equity to Book Value of Total Debt X5 = Sales to Total Assets

Untuk menilai kondisi perusahaan maka ditetapkan kriteria berikut:

 Jika nilai Z < 1,23 maka termasuk perusahaan yang berisiko tinggi

terhadap financial distress.

 Jika nilai Z 1,23 – 2,9 maka termasuk grey area (masih memiliki risiko financial distress).

 Jika nilai Z > 2,9 maka perusahaan dalam kondisi sehat, aman dari financial distress.

(39)

22

c. Model Altman Modifikasi

Model ini digunakan untuk memprediksi perusahaan-perusahaan bukan manufaktur. Pada model ini, nilai X5 atau nilai sales to total assets tidak dihitung karena selalu berubah-ubah secara signifikan dalam industri.

Rumus yang digunakan yaitu:

( ) ( ) ( ) ( )

Keterangan:

X1 = Net Working Capital to Total Assets X2 = Retained Earning to Total Assets

X3 = Earning Before Interest and Tax to Total Assets X4 = Market Value of Equity to Book Value of Total Debt Adapun kriteria yang ditetapkan untuk menilai yaitu:

 Jika nilai Z < 1,1 maka termasuk perusahaan yang berisiko tinggi

terhadap financial distress.

 Jika nilai Z 1,1 – 2,6 maka termasuk grey area (masih memiliki risiko financial distress).

 Jika nilai Z > 2,6 maka perusahaan dalam kondisi sehat, aman dari financial distress.

2.2 Tinjauan Empirik

Ada beberapa penelitian sebelumnya yang meneliti mengenai prediksi potensi kebangkrutan dengan model Altman Z-Score yaitu sebagai berikut:

(40)

23

Tabel 2.1 Daftar Penelitian Terdahulu No. Peneliti

(Tahun)

Judul Penelitian

Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

1. Mokhamad Iqbal Dwi Nugroho dan Wisnu Mawardi (2012)

Analisis Prediksi Financial

Distress dengan Menggunakan Model Altman Z- Score Modifikasi 1995 (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Indonesia Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2010)

 Working Capital to Total Assets

 Retained

Earning to Total Assets

 Earning Before Interest and Taxes to Total Assets

 Market Value Of Equity to Book

Value Of

Liabilities

 Financial Distress

Dari hasil

penelitian terdapat 10 perusahaan yang mengalami distress dan 78 perusahaan mengalami non distress. Variabel rasio X1, X2, X3, dan X4

berpengaruh positif terhadap financial distress. Fungsi diskriminan distress memiliki persentase tingkat kebenaran sebesar 73,3% dan fungsi diskriminan non distress memiliki persentase tingkat kebenaran sebesar 86,2%.

2. Gusti Ayu Mahanavami dan Anak Agung Bagus Surya Gangga (2015)

Analisis Laporan Keuangan sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan pada PT Mayora Indah Tbk.

 Working Capital to Total Assets

 Retained

Earning to Total Assets

 Earning Before Interest and Taxes to Total Assets

Kondisi keuangan PT Mayora Indah Tbk pada tahun 2009 sampai dengan 2010 dalam kategori bangkrut,

sedangkan tahun 2011 dan 2012

(41)

24

No. Peneliti (Tahun)

Judul Penelitian

Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

 Market Value Of Equity to Book

Value Of

Liabilities

 Sales to Total Assets

 Kebangkrutan

masuk dalam grey area, serta 2013 masuk dalam kategori sehat.

3. Rizky Amalia Burhanuddin (2015)

Analisis Penggunaan Metode Altman Z-Score dan metode

Springate untuk Mengetahui Potensi Terjadinya Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia Sub Sektor Semen periode 2009-2013.

 Working capital to total assets

 Retained

earning to total assets

 Earning before interest and taxes to total assets

 Market value of equity to book value of total Liabilities

 Sales to Total Assets

 Earning Before

Taxes to

Current liabilities

 Financial Distress

Hasil prediksi menggunakan metode Altman Z- Score terdapat satu perusahaan berada pada grey area dan hasil prediksi

menggunakan metode springate terdapat satu perusahaan yang mengalami financial distress.

4. Muhammad Alim (2016)

Analisis Perbandingan Tingkat Resiko Kebangkrutan pada Bank

 Working capital to total assets

 Retained

earning to total assets

Berdasarkan penelitian bank konvensional secara keseluruhan

(42)

25

No. Peneliti (Tahun)

Judul Penelitian

Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

Syariah dan Bank

Konvensional yang Terdaftar di Website resmi Bank.

 Earning before interest and taxes to total assets

 Market value of equity to book value of total Liabilities

 Kebangkrutan

berada pada daerah rawan bangkrut atau grey area, sedangkan secara

keseluruhan bank syariah dalam kategori sehat.

5. Fitriani Rahayu, I Wayan

Suwendra, dan Ni Nyoman Yulianthi (2016)

Analisis Financial

Distress dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score, Springate, dan Zmijewski pada Perusahaan Telekomunikasi

 Working capital to total assets

 Retained

earning to total assets

 Earning before interest and taxes to total assets

 Book value of equity to book value of total Liabilities

 Sales to Total Asset

 Earning Before

Taxes to

Current Debt

 Net income to total Assets

 Total liabilities to Total Assets

Hasil perhitungan berdasarkan model Altman Z-Score diperoleh tiga perusahaan yang mengalami financial distress.

Jika berdasarkan metode Springate diperoleh empat perusahaan dalam kondisi financial distress. Dan berdasarkan metode Zmijewski diperoleh dua perusahaan yang mengalami financial distress.

6. Ilmi Furqan Al Annuri dan

Analisis Penggunaan

 Working Capital to Total Assets

Berdasarkan hasil penerapan model

(43)

26

No. Peneliti (Tahun)

Judul Penelitian

Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

Ruzikna (2017)

Metode Altman (Z-Score) dalam Memprediksi Terjadinya Financial distress pada Perusahaan Minyak Bumi dan Gas (Migas) yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2010- 2014

 Retained

Earning to Total Assets

 Earning Before Interest and Taxes to Total Assets

 Book Value Of Equity to Book

Value Of

Liabilities

 Financial Distress

Altman Z-Score selama tahun 2010-2014, terdapat dua perusahaan yang terindikasi

mengalami financial distress.

Perusahaan yang dalam kategori sehat hanya satu perusahaan dan ada empat perusahaan yang berada dalam grey area.

7. Claudia Chyntia Siwi, James D. D.

Massie, dan Ferdinand J.

Tumewu (2018)

An Analysis of Bankcruptcy Prediction In Manufacturing Firm By Using Bankcruptcy Models (Case Study In Chemical Sub Sector Listed In Indonesia Stock Exchange 2013- 2017)

 Working capital to total assets

 Retained

earning to total assets

 Earning before interest and taxes to total assets

 Market value of equity to book value of total Liabilities

 Sales to Total Assets

 Net income to total Assets

Hasil penelitian menggunakan metode Altman Z- Score terdapat lima perusahaan yang mengalami

kebangkrutan pada tahun-tahun

tertentu, sedangkan jika menggunakan metode Zmijewski hanya satu

perusahaan yang diprediksi

mengalami kebangkrutan.

(44)

27

No. Peneliti (Tahun)

Judul Penelitian

Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

 Total liabilities to Total Assets

 Current Assets to Current Liabilities

2.3 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tinjauan pustaka, maka disajikan kerangka pemikiran untuk menggambarkan variabel-variabel independen, dalam hal ini adalah net working capital to total assets ratio, retained earning to total assets ratio, earning before interest and tax to total assets, market value of equity to book value to total debt, dan sales to total assets yang diformulasikan ke dalam rumus Altman Z-Score.

Kemudian, dari hasil perhitungan tersebut dimasukkan dalam kriteria nilai Z- Score untuk melihat perusahaan yang memiliki risiko financial distress. Kerangka pemikiran yang menunjukkan hubungan tersebut yaitu sebagai berikut:

(45)

28

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap perumusan masalah penelitian yang akan diuji kebenarannya melalui penelitian yang akan dilakukan.

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah bahwa dalam perusahaan manufaktur sub sektor kosmetik dan keperluan rumah tangga terdapat perusahaan yang memiliki risiko financial distress.

Z-Score Net Working Capital

to Total Assets Ratio (X1)

Retained Earning to Total Assets Ratio (X2)

Market Value Of Equity to Book Value Of Liabilities Ratio (X4)

Earning Before Interest and Taxes To Total Assets Ratio (X3)

Sales to Total Assets Ratio (X5)

Financial Distress

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Kriteria nilai Z-Score yaitu:

 Nilai Z < 1,81 maka berisiko tinggi financial distress

Nilai Z 1,81 - 2,99 maka termasuk grey area (masih memiliki risiko financial distress)

 Nilai Z > 2,99 maka terhindar dari financial distress

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui secara empiris sejauh mana hubungan antara citra tubuh dengan harga diri pada remaja akhir yang mengikuti modem

Mereka juga senantiasa berusaha memberikan pelayanan yang terbaik terhadap semua orang yang berkunjung di kampus tersebut, terutama terhadap semua mahasiswa dari

kelompok responden relaksasi aromaterapi bunga mawar dari nyeri sedang (skala 5) menjadi nyeri ringan (skala 0,9). 3) Aromaterapi bunga mawar lebih efektif dalam

1) Programming learning platform helps the students to learn basic java programming by using heuristic method where the students have to solve all of the problems that the

Fungsi utama Kalimas pada saat ini adalah sebagai tempat pembuangan air dari saluran drainase yang ada di wilayah Kota Surabaya, terutama yang berada di bagian tengah.. Aliran air

10 41122165 Mohamad Aldy Tofan RPL Penentuan Penerimaan Bantuan Dana Rumah Tidak Layak Huni ( Rutilahu) Melalui Penerapan Sistem Pendukung Keputusan Menggunakan Metode

Bagi peserta pelelangan yang merasa keberatan atas hasil pelelangan tersebut diatas diberi kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara on line melalui portal LPSE Provinsi

bahwa untuk optimalisasi pelaksanaan tugas dan fungsi riset budidaya rumput laut di bidang sumber daya, biologi, ekologi, bioteknologi, serta lingkungan, dan adanya perubahan