(
Aquilaria malaccensis
Lamk.
)
BERDASARKAN LETAK DAUN PADA
BATANG
SKRIPSI
Oleh:
Nora Adriana
071203006
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
NILAI KESUKAAN KONSUMEN TERHADAP TEH DAUN GAHARU
(
Aquilaria malaccensis
Lamk.
)
BERDASARKAN LETAK DAUN PADA
BATANG
SKRIPSI
Oleh:
Nora Adriana
071203006
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
ABSTRACT
NORA ADRIANA: Value Of Consumers Preference Towards To Agarwood Tea
Leaves (Aquilaria malaccensis Lamk.) On The Location Of Leaves In The Trunk supervised by RIDWANTI BATUBARA and ELISA JULIANTI.
Agarwood is a product of non-timber forest product are high value and are exported to foreign countries. Utilization of wood still focused on the use of agarwood tress, sap and skin is more often used as a distinctive aroma produced. Therefore, it is necessary to study on the effect of the aloe plant leaf leaves of that aloes. The purpose of this study is to determine the level of preference for the public to tea agarwood (A. malaccensis Lamk) based on the location of the leaves on the stem.
The result showed that the level of public preference for tea agarwood (A. malaccensis Lamk) are on a scale of 3-4 is enough like to like. Consumers prefer tea from the leaves of the aloes are in the middle position on the aloe tree.
ABSTRAK
NORA ADRIANA: Nilai Kesukaan Konsumen Terhadap Teh Daun Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) Berdasarkan Letak Daun Pada Batang, dibimbing oleh RIDWANTI BATUBARA dan ELISA JULIANTI.
Gaharu merupakan salah satu produk Hasil Hutan Non Kayu yang bernilai tinggi dan diekspor ke mancanegara. Pemanfaatan gaharu masih terfokus pada pemanfaatan pohon gaharu, getah dan kulitnya yang lebih sering digunakan karena aroma khas yang dihasilkan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh letak daun pada tanaman gaharu terhadap karakteristik nilai kesukaan konsumen pada teh daun gaharu yang dihasilkan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk) berdasarkan letak daun pada batang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesukaan masyarakat terhadap Teh gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk) berada pada skala 3-4 yaitu cukup suka hingga suka, dimana konsumen lebih menyukai teh dari daun gaharu yang berada pada posisi tengah pada batang pohon gaharu.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bekiun pada tanggal 21 November 1989 sebagai anak pertama dari pasangan Srianto (Bapak) dan Rohana (Ibu). Penulis menyelesaikan sekolah dasar di SD Negri 1 Kuala pada tahun 2001, Sekolah Menengah Pertama Negri 1 Kuala pada tahun 2004, dan pada tahun 2007 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas Negri 1 Kuala. Pada tahun yang sama penulis diterima melalaui jalur Panduan Minat dan Prestasi (PMP) di Fakultas Pertanian, Jurusan Kehutanan, Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Universitas Sumatera Utara.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Nilai Kesukaan Konsumen Terhadap Teh Daun Gaharu (AquilariamalaccensisLamk) Berdasarkan Letak Daun Pada Pohon” dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menjadi Sarjana Kehutanan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada komisi pembimbing Ibu Ridwanti Batubara S.Hut., MP dan Dr. Ir. Elisa Julianti M.Si selaku ketua dan anggota komisi pembimbing serta Afiffudin Dalimunte SP, MP dan Pindi Patana S,Hut. Msi sebagai komisi penguji I dan Penguji II yang mana telah banyak memberikan berbagai masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis mengharapkan agar skripsi ini dapat menjadi panduan belajar dan bacaan yang bermanfaat bagi mahasiswa/i Kehutanan secara khusus dan menjadi salah satu sumber informasi bagi masyarakat secara umum. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Medan, Oktober 2015
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK... ... i
ABSTRACT... ... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 2
Manfaat Penelitian ... 2
TINJAUAN PUSTAKA Teh ... 3
Gaharu (AquilariamalaccensisLamk.) ... 4
Daun Gaharu ((AquilariamalaccensisLamk.) ... 6
Tanin ... 7
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 10
Bahan dan Alat Penelitian ... 10
Prosedur Penelitian... 11
Pengambilan Sampel Tanaman ... 11
Pembuatan Teh dan Simplisia Daun Gaharu ... 11
Penetapan Kadar Air ... 12
Pembuatan Pereaksi ... 12
Penentuan Kadar Tanin ... 13
Uji Hedonik ... 14
Analisis Data ... 15
HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air ... 16
Kadar Tanin Teh Daun Gaharu ... 17
Nilai Kesukaan Konsumen Terhadap Teh Daun Gaharu ... 18
Saran ... 21
DAFTAR PUSTAKA ... 22
DAFTAR TABEL
No. Halaman 1. Hasil Skrining Fitokimia Simplisia, Ekstrak Etanol Daun Gaharu Segar
Dan Ekstrak Etanol Gaharu Simplisia ... 7
2. Skala Hedonik dan Skala Numerik ... 14
3. Kadar Air Gaharu Menurut Posisi Daun Pada Batang ... 16
4. Kadar Tanin Gaharu Menurut Posisi Daun Pada Batang ... 17
5. Hasil Survey Uji Hedonik Tingkat Kesukaan Masyarakat Terhadap Teh Gaharu (Aquilaria malacensis) Berdasarkan Posisi Daun Pada Batang ... 19
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Berat Kering dan Berat Serbuk Daun Gaharu ... 24
2. Penentuan Kadar Air Daun Gaharu... 24
3. Penetuan Kadar Tanin Daun Gaharu... 24
4. Persentase Jumlah Panelis Berdasarkan Jenis Kelamin ... 24
5. Persentase Jumlah Panelis Berdasarkan Umur ... 25
4. Hasil Survey Uji Hedonik Tingkat Kesukaan Masyarakat Terhadap Teh Daun Gaharu (Aquilaria malacensis) Berdasarkan Letak Daun Pada Batang ... 26
ABSTRACT
NORA ADRIANA: Value Of Consumers Preference Towards To Agarwood Tea
Leaves (Aquilaria malaccensis Lamk.) On The Location Of Leaves In The Trunk supervised by RIDWANTI BATUBARA and ELISA JULIANTI.
Agarwood is a product of non-timber forest product are high value and are exported to foreign countries. Utilization of wood still focused on the use of agarwood tress, sap and skin is more often used as a distinctive aroma produced. Therefore, it is necessary to study on the effect of the aloe plant leaf leaves of that aloes. The purpose of this study is to determine the level of preference for the public to tea agarwood (A. malaccensis Lamk) based on the location of the leaves on the stem.
The result showed that the level of public preference for tea agarwood (A. malaccensis Lamk) are on a scale of 3-4 is enough like to like. Consumers prefer tea from the leaves of the aloes are in the middle position on the aloe tree.
ABSTRAK
NORA ADRIANA: Nilai Kesukaan Konsumen Terhadap Teh Daun Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) Berdasarkan Letak Daun Pada Batang, dibimbing oleh RIDWANTI BATUBARA dan ELISA JULIANTI.
Gaharu merupakan salah satu produk Hasil Hutan Non Kayu yang bernilai tinggi dan diekspor ke mancanegara. Pemanfaatan gaharu masih terfokus pada pemanfaatan pohon gaharu, getah dan kulitnya yang lebih sering digunakan karena aroma khas yang dihasilkan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh letak daun pada tanaman gaharu terhadap karakteristik nilai kesukaan konsumen pada teh daun gaharu yang dihasilkan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk) berdasarkan letak daun pada batang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesukaan masyarakat terhadap Teh gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk) berada pada skala 3-4 yaitu cukup suka hingga suka, dimana konsumen lebih menyukai teh dari daun gaharu yang berada pada posisi tengah pada batang pohon gaharu.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gaharu merupakan salah satu produk Hasil Hutan Non Kayu yang bernilai tinggi dan diekspor ke mancanegara. Gaharu adalah gumpalan resin wangi disebabkan oleh adanya serangan infeksi jamur penyakit yang membantu pembentukan gaharu yang dihasilkan oleh jenis-jenis pohon penghasil gaharu dari keluarga Thymeleaceae. Ada lebih dari 26 jenis pohon penghasil gaharu dari genera Aquilaria, Gyrinops, Aetoxylon, Wikstroemia (Bizzy et al, 2011).
Produk gaharu sudah dikenal sudah dikenal sejak abad ke 3 digunakan sebagai bahan ritual keagamaan di China (incense), bahan pengikat parfum, industri kosmetik, aromatheraphy, dan obat untuk kesehatan manusia. Produk hilir yang sekarang sedang berkembang adalah sabun, shampoo dan teh gaharu (Tujarman, 2000). Pucuk daun gaharu berpotensi untuk diolah menjadi minuman teh mengingat pohon gaharu dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis. Pucuk daun gaharu ini diambil dari pohon gaharu.
Beberapa jenis pohon Gaharu dan penyebarannya di Indonesia adalah: Aquilaria malaccensis (Sumatra dan Kalimantan), Aquilaria beccariana
(Sumatera dan Kalimantan), Aquilaria microcarpa (Sumatera dan Kalimantan), Aquilaria filaria (Irian dan Maluku), Aquilaria cumingiana (Sulawesi), Aquilaria
tomntosa (Irian), Grynops audate dan Grynops podocarpus (Irian), Grynops
versteegii (Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan Irian), Wikstoemia
androsaemifolia (Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, dan Sulawesi) (Bizzy et al,
Pemanfaatan gaharu masih terfokus pada pemanfaatan pohon gaharu, getah dan kulitnya yang lebih sering digunakan karena aroma khas yang dihasilkan. Mutu teh yang berasal dari tanaman teh (Camelia sinensis) sangat dipengaruhi oleh letak daun pada tanaman. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh letak daun pada tanaman gaharu terhadap karakteristik nilai kesukaan konsumen pada teh daun gaharu yang dihasilkan.
Tujuan Penelitian
Teh pada umumnya memiliki perbedaan rasa, aroma serta warna berdasarkan letak daun pada batang. Oleh karena itu maka penelitian ini akan dicobakan untuk mengetahui tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk) berdasarkan letak daun pada batang.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah
1. Mendapatkan informasi mengenai tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk) berdasarkan letak daun pada batang. 2. Dapat digunakan sebagai acuan bagi petani gaharu dalam mengolah gaharu
TINJAUAN PUSTAKA
Teh
Teh sebagai bahan minuman dibuat dari pucuk muda daun teh yang telah mengalami proses pengolahan seperti pelayuan, oksidasi enzimatis, penggilingan dan pengeringan. Manfaat yang telah dihasilkan dari minuman teh adalah rasa segar, dapat memulihkan kesehatan badan dan terbukti tidak menimbulkan dampak negatif. Khasiat yang dimiliki oleh minuman teh tersebut berasal dari kandungan senyawa kimia yang tedapat dalam daun teh. Senyawa kimia yang terkandung dalam daun teh terdiri dari empat kelompok besar yaitu golongan fenol, bukan fenol, aromatis dan enzim. Keempat kelompok senyawa kimia tersebut bersama-sama mendukung terjadinya sifat-sifat baik pada seduhan daun teh, apabila pengendaliannya selama pengolahan dapat dilakukan dengan tepat. Komposisi susunan kimia dalam daun teh sangat bervariasi bergantung pada beberapa faktor yaitu jenis klon, variasi musim dan kondisi tanah, perlakuan kultur teknis, umur daun dan banyaknya sinar matahari yang diterima (Towaha, 2013).
proses fermentasi itu) harus dikompensasi dengan wangi-wangian dari bahan bahan non teh (Radiana, 1985).
Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.)
Gaharu merupakan produk kehutanan yang memiliki nilai ekonomi sangat tinggi. Gaharu sudah dikenal sejak ribuan tahun lalu dan diperdagangkan ke Timur Tengah oleh para pedagang Cina dan Indo-Cina. Gaharu dalam perdagangan internasional dikenal dengan sebutan agarwood, eaglewood, atau aloewood adalah produk Hasil Hutan Non Kayu dalam bentuk gumpalan, serpihan
atau bubuk yang memiliki aroma keharuman khas bersumber dari kandungan bahan kimia berupa resin. Selain mengandung resin, gaharu juga mengandung essens yang disebut sebagai minyak essens (essential oil) yang dibuat dengan ekstraksi atau penyulingan dari gubal gaharu. Essens gaharu ini digunakan sebagai bahan pengikat dari berbagai jenis parfum, kosmetika, dan obat-obatan herbal. Selain itu, serbuk atau abu dari gaharu dapat digunakan sebagai bahan pembuatan dupa/hio dan bubuk aroma theraphy dan daun gaharu bisa dibuat menjadi teh herbal yang dapat membantu kebugaran tubuh (Sofyan et al, 2010).
Taksonomi tumbuhan gaharu (A. malaccensis Lamk.) menurut Tarigan (2004) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dikotil
Ordo : Myrtales Famili : Thymeleaceae Genus : Aquilaria
Species : A. malaccensis Lamk.
Daerah sebaran tumbuh pohon penghasil gaharu di Indonesia dijumpai di wilayah hutan Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya dan Nusa Tenggara. Secara ekologis berada pada ketinggian 0 – 2400 mdpl, pada daerah beriklim panas dengan suhu antara 28º – 34C, berkelembaban sekitar 80 % dan bercurah hujan antara 1000 – 2000 mm/th. Lahan tempat tumbuh pada berbagai variasi kondisi struktur dan tekstur tanah, baik pada lahan subur, sedang hingga lahan marginal. Gaharu dapat dijumpai pada ekosistem hutan rawa, gambut, hutan dataran rendah atau hutan pegunungan, bahkan dijumpai pada lahan berpasir berbatu yang ekstrim (Sumarna, 2012).
persaingan, sehingga populasi anakan tingkat semai akan menurun hingga 60 – 70 %. Aspek pertumbuhan permudaan alam tingkat semai penting diketahui sebagai dasar dalam penyediaan bibit tanaman dengan cara memanfaatkan cabutan permudaan alam (Sumarna, 2012).
A. malaccensis Lamk.pohon dengan tinggi batang yang dapat mencapai
antara 35 – 40 m, berdiameter sekitar 60 cm, kulit batang licin berwarna putih atau keputih-putihan dan berkayu keras. Daun lonjong memanjang dengan ukuran panjang 5 – 8 cm dan lebar 3 – 4 cm, ujung daun runcing, warna daun hijau mengkilat. Bunga berada diujung ranting atau diketiak atas dan bawah daun. Buah berada dalam polongan berbentuk bulat telur aatau lonjong berukuran sekitar 5 cm panjang dan 3 cm lebar. Biji/benih berbentuk bulat atau bulat telur yang tertutup bulu-bulu halus berwarna kemerahan (Sumarna, 2012).
Daun Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.)
Berdasarkan penelitian Silaban (2014), ekstrak daun gaharu dari jenis Aquilaria malaccensis mengandung senyawa metabolit sekunder flavonoid,
senyawa glikosida, tanin, dan steroid/Triterpenoid. Hasil uji fitokimia yang dilakukan Silaban (2014), diketahui bahwa senyawa-senyawa metabolit sekunder tersebut yang diperkirakan mempunyai aktivitas sebagai antiradikal bebas.
seng, tembaga dan selenium (Se) juga berperan sebagai antioksidan. Diantara zat-zat antioksidan ini diduga ada dalam ekstrak metanol daun gaharu seperti senyawa fenol dan flavonoid (Mega dan Swastini, 2010).
Berdasarkan penelitian Silaban (2014), ekstrak daun gaharu dari jenis Aquilaria malaccensis mengandung senyawa metabolit sekunder flavonoid,
senyawa glikosida, tanin, dan steroid/Triterpenoid. Hasil uji fitokimia daun gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) dapat dilihat pada Tabel 1:
Tabel 1. Hasil Skrining Fitokimia Simplisia, Ekstrak Etanol Daun Gaharu Segar dan Ekstrak Etanol Gaharu Simplisia
No. Pemeriksaan Simplisia Ekstrak Etanol Ekstrak Etanol daun gaharu daun gaharu Simplisia
1. Alkaloid - - -
2. Flavonoid + + +
3. Glikosida + + +
4. Saponin - - -
5. Tanin + + +
6. Steroid/Triterpenoid + + +
Keterangan: ( + ) positif : mengandung golongan senyawa ( - ) negatif : tidak mengandung golongan senyawa
(Silaban, 2014).
Hasil uji fitokimia yang dilakukan Silaban (2014), diketahui bahwa senyawa-senyawa metabolit sekunder tersebut yang diperkirakan mempunyai aktivitas sebagai antiradikal bebas.
Tanin
tanaman yang dapat menghasilkan tanin, antara lain : tanaman pinang, tanaman akasia, gabus, bakau, pinus dan gambir. Tanin juga yang dihasilkan dari tumbuh-tumbuhan mempunyai ukuran partikel dengan range besar. Tanin ini disebut juga asam tanat, galotanin atau asam galotanat. Adapun kegunaan dari tanin antara lain adalah
1. Sebagai pelindung pada tumbuhan pada saat massa pertumbuhan bagian tertentu pada tanaman .
2. Sebagai anti hama bagi tanaman shingga mencegah serangga dan fungi 3. Digunakan dalam proses metabolisme pada bagian tertentu tanaman. 4. Pada industri farmasi tanin digunakan sebagai anti septik pada jaringan
luka,misalnya luka bakar yaitu dengan cara mengendapkan protein. Selain itu tanin juga digunakan untuk campuran obat cacing dan anti kanker. 5. Pada industri kulit tanin banyak dipergunakan karena kemampuannya
mengikat bermacam – macam protein sehinggga dapat mencegah kulit dari proses pembusukkan.
6. Tanin juga dipergunakan pada industri pembuatan tinta dan cat karena dapat memberikan warna biru tua atau hijau kehitam – hitaman dengan kombinasi -kombinasi tertentu.
7. Tanin dapat berperan sebagai antidotum (keracunan alkaloid) dengan cara mengeluarkan asam tamak yang tidak terlarut
8. Pada industri minuman tanin juga digunakan untuk pengendapan serat – serat organik pada minuman anggur atau bir (Risnasari, 2001).
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari hingga Februari 2015. Tempat pengambilan sampel dilakukan di pertanaman pohon gaharu di Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Pembuatan teh, penetapan kadar air dilakukan di Laboratorium Farmakognosi dan Laboratorium Penelitian, Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Penentuan kadar tanin dilakukan di Laboratorium Analisis Kimia Bahan Pangan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Survei tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh gaharu dilakukan di sekitar kampus dan tempat umum.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun gaharu (A. malaccensis Lamk.) yang segar, akuades, larutan gelatin, larutan
Prosedur Penelitian
Pengambilan Sampel Tanaman
Pengambilan sampel dilakukan secara purposif tanpa membandingkan dengan tanaman yang sama dari daerah yang lain. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan perbedaan letak daun pada batang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun gaharu (A. malaccensis Lamk.) yang diambil dari pertanaman pohon gaharu di Langkat, Provinsi Sumatera Utara.
Pembuatan Teh dan Simplisia Daun Gaharu
1. Daun gaharu dikelompokkan berdasarkan letak daun pada batang.
2. Sampel daun gaharu dibersihkan dari kotoran yang menempel dengan air mengalir
3. Dilayukan dengan disebarkan di atas kertas perkamen hingga airnya terserap 4. Dilakukan pengeringan secara kering udara lalu diovenkan dengan suhu 400C
selama 24 jam.
5. Diblender daun yang sudah kering
6. Setelah diblender, dimasukkan ke dalam plastik polietilen
Penetapan Kadar Air
Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotropi (Destilasi Toluen). Alat-alat terdiri dari labu alas bulat 500 ml, alat penampung, pendingin, tabung penyambung, tabung penerima 5 ml.
Cara kerja : masukkan 100 ml toluen dalam 1 ml air suling ke dalam labu alas bulat, didestilasi selama 2 jam, toluen didinginkan selama 30 menit dan volume air didalam tabung penerima dibaca, kemudian ke dalam labu dimasukkan 2,5 g sampel lalu dipanaskan selama 15 menit. Setelah toluen mendidih, kecepatan tetesan diatur 2 tetes untuk tiap detik sampai sebagian air terdestilasi, kemudian kecepatan destilasi dinaikkan sampai 4 tetes tiap detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen, destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluen memisah sempurna, dibaca volume air dengan ketelitian 0,05 ml. Kadar air dihitung dalam persen (WHO, 1998).
Pembuatan Pereaksi
1. Larutan indigocarmin
Sebanyak 6 gram indigocarmin di larutkan ke dalam 500 ml aquades dan dipanaskan. Setelah dingin ditambahkan aquades sampai satu liter lalu disaring (Sudarrnadji, 1984).
2. Larutan KMnO4
akan distandarisasi sampai warna yang timbul nampak akan hilang (dibutuhkan 34 ml larutan KMnO4). Dipanaskan lagi sampai hampir mendidih lalu titrasi diteruskan perlahan-lahan sampai timbul warna jambon yang dapat bertahan selama 30 detik. Untuk lebih teliti, dilakukan titrasi blanko (250 ml) asam sulfat 1:19 tanpa penambahan Na2C2O4 dengan cara yang sama. Biasanya kebutuhan larutan KMnO4 untuk titrasi blanko ini tidak kurang dari 0,05 ml. Kebutuhan larutan KMnO4 adalah jumlah KMnO4 titrasi pertama dikurangi dengan titrasi blanko.
�. KMnO4 = ��� − �������
0,067007 �� KMnO4 yang dibutuhkan
Penentuan Kadar Tanin
Penentuan kadar tanin dilakukan berdasarkan dalam Sudarmadji (1989).
% ����� = 10(� − �) ×�× 0,000416
Sampel (gr) × 100
Keterangan :
A : Volume titrasi tanin (ml) B : Volume titrasi balnko (ml) N : Normalitas KmNO4 standar (N) 10 : Faktor Pengenceran, 1 ml KmNO4 0,1 N : Setara 0,00416 gr tanin
Uji Hedonik
Uji kesukaan juga disebut sebagai uji hedonik. Dalam uji hedonik panelis dimintakan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya ketidaksukaan dan mengemukakan tingkat kesukaan atau disebut juga dengan skala hedonik. Pengujian dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan skala numerik. Pengujian ini diberikan kepada 50 orang panelis dengan berbagai variasi umur (17-50 tahun), jenis kelamin dan suku untuk pengujian terhadap rasa, aroma, dan warna. Skala yang digunakan pada Tabel 2.
Tabel 2. Skala Hedonik dan Skala Numerik
Skala Hedonik Skala Numerik
Sangat suka 5
Suka 4
Cukup suka 3
Tidak suka 2
Sangat tidak suka 1
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penetapan Kadar Air
Penetapan kadar air sangat berhubungan dengan mutu teh yang dihasilkan. Tabel 3 menunjukkan kadar air tertinggi pada sampel bagian bawah (B3) sebesar 3,33% dan terendah pada sampel bagian tengah pada batang (T1) sebesar 1,33%. Hasil ini menunjukan bahwa daun yang berada di bagian tengah memiliki kandungan air yang lebih rendah dibandingkan dengan bagian pada pucuk dan bawah. Perbedaan kadar air dipengarui oleh perbedaan jenis pohon, umur, tempat tumbuh, ketinggian , letak geografis dan musim.
Nilai kadar air yang diperoleh sesuai dengan statndarisasi kadar air daun teh yaitu tidak melebihi 10% (Ditjen POM, 1995).
Tabel 3. Kadar Air Gaharu Menurut Posisi Daun Pada Batang
Posisi Daun Pada Batang Ulangan Kadar Air
Pucuk 1
2 3
2,00 2,66 2,00
Rata-Rata 2,22
Tengah 1
2 3
1,33 2,00 2,00
Rata-Rata 1,77
Bawah 1
2 3
2,00 2,00 3,33
Rata-rata 2,43
Kadar Tanin Teh Daun Gaharu
Tinggi rendahnya kadar tanin dipengaruhi oleh banyak sedikitnya kadar ekstrak dalam air teh karena tanin memiliki sifat jika dilarutkan kedalam air akan membentuk koloid dan memiliki rasa asam dan sepat . Pengaruh posisi daun pada batang terhadap kadar tanin daun gaharu dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kadar Tanin Gaharu Menurut Posisi Daun Pada Batang
Posisi Daun Pada Batang Ulangan Kadar Tanin
Pucuk 1
2 3
2,33 2,19 2,51
Rata-Rata 2,34
Tengah 1
2 3
2,29 0,92 2,52
Rata-Rata 1,91
Bawah 1
2 3
2,18 2,16 2,24
Rata-rata 2,19
Tabel 4 menunjukkan rata-rata kadar tanin yang tertinggi diperoleh pada sampel yang diperoleh di bagian pucuk posisi daun pada batang yaitu (2,34%) dan terendah pada bagian tengah posisi daun pada batang yaitu (1,91%). Hal ini disebabkan oleh faktor umur yang berpengaruh nyata terhadap kandungan senyawa kimia tanin. Semakin bertambah umur pohon gaharu maka kandungan tanin yang terdapat pada daun semakin tinggi. Perbedaan kandunga persen tanin juga dipengarui oleh perbedaan jenis pohon, umur, tempat tumbuh, dan ketinggian juga bervariasi tergantung pada letak geografis dam musim (Prayitno, 1982).
Winarno (1993) rasa sepat umumnya terjadi karena adanya presipitasi protein yang melapisi rongga mulut dan lidah atau karena terjadinya penyamakan pada lapisan rongga mulut oleh tanin.
Berdasarkan penelitian Sihombing (2014), hasil penetapan kadar rata-rata tanin daun gaharu dari umur berbeda dan daun yang berbeda, kadar rata-rata tanin tertinggi diperoleh dari daun gaharu tua umur 7 tahun yaitu sebesar 1,80% dan terendah pada daun muda umur 4 tahun sebesar 1,00%. Bagian tanaman yang sering digunakan sebagai obat adalah daunnya, karena daunnya diketahui memiliki senyawa tanin 9-12%, minyak atsiri, minyak lemak dan asam malat (Depkes ,1989). Dari hasil penelitian Sihombing (2014) menunjukkan bahwa dari umur 4 dan 7 tahun layak digunakan sebagai minuman seduh karena jumlah kadar tanin yang terkandung dari tiap daun tidak jauh berbeda dan tidak memberikan rasa sepat jika digunakan menjadi minuman seduh. Hal ini sama dengan kandungan rata-rata tanin yang terdapat pada bagian pucuk, tengah dan bawah yang semuanya berada dibawah dai jumlah senyawa tanin yang diperuntukkan untuk obat yaitu 9-12% dan layak digunakan sebagai minuman seduh.
Nilai Kesukaan Konsumen Terhadap Teh Daun Gaharu
Tabel 5. Hasil Survei Uji Hedonik Tingkat Kesukaan Masyarakat terhadap Teh Gaharu
(Aquilaria malacensis) berdasarkan Posisi Daun Pada Batang
Posisi Daun Pada Batang Rasa Aroma Warna
Pucuk 3,76 3,92 3,64
Tengah 3,94 3,94 3,91
Bawah 3,36 3,42 3,32
Skala 1 –5 = sangat tidak suka –sangat suka
1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = cukup, 4 = suka, 5 = sangat suka
Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa berdasarkan survey nilai kesukaan konsumen pada teh daun gaharu baik dari posisi daun pada batang bagian pucuk, tengah dan bawah, disukai oleh konsumen dengan skala kesukaan rata-rata pada 4 (suka). Dalam hal ini, diketahui bahwa berdasarkan skala kesukaan rata-rtaa konsumen masyarakat menyukai teh dari daun gaharu.
Berdasarkan jumlah panelis untuk nilai tingkat kesukaan terhadap rasa, warna dan aroma dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Persentase Jumlah Panelis Berdasarkan Nilai Kesukaan Terhadap Rasa, Aroma dan Warna Teh Daun Gaharu
Skala Letak Daun
Jumlah Panelis (orang) Persentase Jumlah Panelis (%)
teh daun gaharu dari bagian tengah batang. Hal ini berhubungan dengan nilai kadar air dan kadar tanin yang terkandung pada daun teh gaharu yang berasal dari bagian tengah pohon. Berdasarkan nilai kadar air dan kadar tanin dari teh daun gaharu, maka dapat dilihat adanya hubungan antara kadar air dan kadar tanin dengan nilai kesukaan teh daun gaharu pada masyarakat. Teh daun gaharu dengan kadar air dan kadar tanin yang tinggi memiliki nilai kesukaan yang lebih rendah dibandingkan dengan teh dengan kadar air dan kadar tanin yang lebih rendah. Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa daun gaharu pada bagian tengah memiliki nilai kadar air dan kadar tanin yang lebih rendah dibandingkan dengan daun gaharu bagian pucuk maupun bawah batang
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk) berada pada skala 3-4 yaitu cukup suka hingga suka, dimana konsumen lebih menyukai teh dari daun gaharu yang berada pada posisi tengah pada batang pohon gaharu.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Bizzy.I, Faisal.M., Setiabudidaya. D. 2011. Studi Potensi Energi Matahari dalam Perancangan Peralatan Pelayuan dan Pengeringan Pucuk Daun Gaharu. Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya. Palembang.
Ditjen POM. 1995. Materia Medika Indonesia, Jilid VI. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Departemen Kesehatan. 1989. Vademakum Bahan Obat Alam. Dirjen POM Departemen Kesehatan RI. Jakarta
Mega, IM dan Swastini, DA. 2010. Skrining Fitokimia dan Aktivitas Antiradikal Bebas Ekstrak Metanol Daun Gaharu (Gyrinops versteegii). Jurnal Kimia 4(2): 187-192.
Prayitno.T.A. 1982. Pengaruh Umur Terhadap Kadar Tanin Dalam Pohon. Duta Rimba.
Radiana, S. 1985. Petunjuk Pengolahan Teh Hitam. PT. Wiga Guna, Jakarta. Risnasari, I. 2001. Pemanfaatan Tanin Sebagai Pengawet Kayu. Skripsi. Medan. Rita, Y. 2006 Kandungan Tanin dan Potensi Anti Streptococcus Mutans Daun
The Varietas Assamica pada Berbagai Tahap Pengolahan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sihombing E. E. J. 2014. Skrining Fitokimia Daun Muda dan Daun Tua Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk) Serta Kaitannya Dengan Umur Pohon Yang Berpotensi Sebagai Antioksidan. USU. Medan.
Silaban, S. 2014. Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk). USU Press. Medan. Sofyan. A, dkk, 2010. Pengembangan dan Peningkatan Produktivitas Pohon
Penghasil Gaharu sebagai Tanaman Obat di Sumatera. Balai Penelitian Kehutanan Palembang. Palembang.
Sudarmadji, S. 1989. Analisa Bahan Makanan Dari Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Tarigan, K. 2004. Profil Pengusahaan (Budidaya) Gaharu. Pusat Bina Penyuluhan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta
Towaha. 2013. Kandungan Senyawa Kimia Pada Daun Teh (Camellia sinensis). Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Vol. 19 No.3. Tujarman M. 2000. Teknologi Rekayasa Produksi Gaharu Dengan Induksi Jamur
Fusarium. Penelitian Mikrobiologi Hutan Departemen Kehutanan. Bogor. Winarno. F.G. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen. Gramedia. Jakarta. World Health Organitation. 1988. Quality Control Method For Medicinal Plant
LAMPIRAN
Tabel 1. Berat Kering dan Berat Serbuk Daun Gaharu
No Posisi Daun Pada Batang
Kode Berat Kering Oven (g)
Berat Serbuk (g)
Tabel 2. Penentuan Kadar Air Daun Gaharu
No Posisi Daun Pada Batang
Kode Volume
Tabel 3. Penentuan Kadar Tanin
No Posisi Daun Pada Batang
Kode Volume Titrasi Tanin (ml)
Kadar Tanin (%)
Tabel 4. Persentase Jumlah Panelis Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel. 5. Persentase Jumlah Panelis Berdasarkan Umur
Umur Panelis (thn) Jumlah (orang) Persentase (%) 10 – 20
21 – 30 31 – 40 41 – 50
>50
9 36
2 1 2
Tabel 6. Hasil Survei Uji Hedonik Tingkat Kesukaan Masyarakat Terhadap Teh Gaharu (Aquilaria malacensis) Berdasarkan Letak Daun Pada
Pekerjaan Suku Tingkat Kesukaan
Rasa Aroma Warna
Rafidah Hasan Giska P. Andini Efri Alamsyah S M. Fahmi Nasution
Yovie Fahlevi Anisa Ramadani
Reza Putra P Isma Yanti Indra L Rangkuti Enda K. Sembiring
Sakinah Putri Rusvika Situmorang
Iman S. Rambe Pratiwi Rambe Yanti Siregar Sofyan Azhar R M. Firmansyah P
Ika Wardani Bella D Malau
Maya Putri Suciati Putri Mayang Sari David Aldiansyah Desi Anggraini Gloria Hutagaol
Novida Sari Fitria Wahyuni
29 Restu Indra Humaira Zitni S
Eko Wardhana Adita W. S Yanti Hasibuan
Riki Hamdani M. Rifki Darma K Ginting
Wira Budi S Iskandar Z Miflathul Zannah
Agnes Yolanda Silviaria S
M. Mahdi Siska L. Ginting Rafelia Elkana S