• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN PUSAT SENI BUDAYA ADAT SAI BATIN LAMPUNG DI KAWASAN PESISIR (Skripsi) Oleh: GRACE NOVI TRIANA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2022

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERANCANGAN PUSAT SENI BUDAYA ADAT SAI BATIN LAMPUNG DI KAWASAN PESISIR (Skripsi) Oleh: GRACE NOVI TRIANA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2022"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN PUSAT SENI BUDAYA ADAT SAI BATIN LAMPUNG DI KAWASAN PESISIR

(Skripsi)

Oleh:

GRACE NOVI TRIANA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2022

(2)

ABSTRAK

PERANCANGAN PUSAT SENI BUDAYA ADAT SAI BATIN LAMPUNG DI KAWASAN PESISIR

Oleh

GRACE NOVI TRIANA

Indonesia sebagai bangsa yang besar dengan kemajemukan sukunya memiliki latar belakang kebudayaan yang sangat beragam. Setiap daerah memiliki kekhasan budayanya yang biasanya menarik perhatian dan menjadi motor penggerak dunia pariwisata, salah satunya daerah Lampung. Lampung merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di ujung pulau Sumatera, yang juga memiliki kebudayaan yang sangat kaya dan beragam. Lampung sendiri memiliki semboyan yang berbunyi

“Sang Bumi Ruwa Jurai”. Maknanya ialah bahwa Lampung sebagai satu daerah yang dihuni oleh dua suku, asli dan pendatang. Namun, terdapat makna lain yang terkandung dalam semboyan tadi. “Sang Bumi Ruwa Jurai” juga dapat dimaknai bahwa di bumi Lampung ini terdapat dua masyarakat adat, yaitu adat pepadun dan

(3)

adat saibatin. Masyarakat kelompok adat Sai Batin kental dengan nilai aristokrasinya yang masih dipegang teguh oleh masyarakat adat sai batin. Proses sejarah yang cukup panjang pun berlangsung, hingga akhirnya terbentuk kulturisasi serta akulturasi. Namun, dengan adanya perpaduan budaya yang terjadi, eksistensi adat sai batin mulai menurun dan terancam hilang. Maka berdasarkan hal yang ada, dibutuhkan sebuah cara yang efisien untuk menjaga keberlangsung kebudayaan adat sai batin. Salah satu cara untuk menjaga keberlangsungan budaya adalah dengan menyediakan sarana kebudayaan seperti Pusat Seni Budaya Adat Sai Batin.

Pusat Seni Budaya Adat Sai Batin sebagai sebuah wadah untuk melakukan berbagai kegiatan meliputi usaha mengoleksi, mengonservasi, menginterpresentasikan, hingga mempublikasikan artefak budaya kepada masyarakat.

____

Kata Kunci: Indonesia, Keberagaman Budaya, Lampung Sang Bumi Ruwa Jurai, Pusat Seni Budaya, Sai Batin

(4)

ABSTRACT

DESIGN OF THE SAI BATIN TRADITIONAL ART CULTURE CENTER OF LAMPUNG IN THE COASTAL AREA

By

GRACE NOVI TRIANA

Indonesia as a large nation with its ethnic diversity has a very diverse cultural background. Each region has its unique culture which usually attracts attention and becomes the driving force of the world of tourism, one of which is the Lampung area. Lampung is one of the provinces in Indonesia which is located at the tip of the island of Sumatra, which also has a very rich and diverse culture. Lampung itself has a motto that reads "The Earth Ruwa Jurai". The meaning is that Lampung is an area inhabited by two tribes, natives and immigrants. However, there is

(5)

another meaning contained in this motto. "Sang Bumi Ruwa Jurai" can also be interpreted that on this Lampung earth there are two indigenous peoples, namely the pepadun custom and the saibatin custom. The people of the Sai Batin indigenous group are thick with their aristocratic values which are still firmly held by the Sai Inner indigenous people. A fairly long historical process took place, until finally culturization and acculturation were formed. However, with the cultural fusion that took place, the existence of the inner sai adat began to decline and was in danger of being lost. So based on the existing things, an efficient way is needed to maintain the continuity of the traditional sai inner culture. One way to maintain cultural sustainability is to provide cultural facilities such as the Sai Batin Cultural Arts Center. The Sai Batin Traditional Cultural Arts Center as a forum to carry out various activities including collecting, conserving, interpreting, and publishing cultural artifacts to the public.

____

Keywords: Indonesia, Cultural Diversity, Lampung Sang Bumi Ruwa Jurai, Cultural Arts Center, Sai Batin

(6)

Oleh

GRACE NOVI TRIANA

(Skripsi)

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ARSITEKTUR

Pada

Jurusan Arsitektur

Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2022

(7)

vi

(8)
(9)

vi

(10)
(11)

v

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Grace Novi Triana dilahirkan di kota Metro, Lampung Tengah pada tanggal 6 November 1998, merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, yang terlahir dari pasangan suami-istri bapak Salman Stefanus, S. H.

dan Ibu Karyawati, A. Md.

Pendidikan yang telah ditempuh penulis antara lain yaitu TK Pamerdisiwi Bandar Jaya, Kabupaten Lampung Tengah diselesaikan pada tahun 2004; SDK 03 Bandar Jaya, Kabupaten Lampung Tengah diselesaikan pada tahun 2010; SMP Xaverius 02, Kota Bandar Lampung, diselesaikan pada tahun 2013; Pendidikan SMA Xaverius, Kota Bandar Lampung, diselesaikan pada tahun 2016.

Selanjutnya pada tahun 2016, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi S1 Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Lampung melalui jalur SBMPTN.

Pada tahun 2020, penulis melakukan kerja praktik di PT. Nusa Raya Cipta pada Proyek Pembangunan Lampung City Mall, Bandar Lampung, sekaligus melakukan penelitian serta menyusun laporan seminar arsitektur pada museum seni budaya.

Kemudian pada Tahun 2021, penulis menyusun skripsi dengan judul Perancangan Pusat Seni Budaya Adat Sai Batin di Kawasan Pesisir sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata 1 (S1) Program Studi Arsitektur Universitas Lampung.

(12)

PERSEMBAHAN

Ucapan puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, Karena berkat kasih karunia dan penyertaan-Nya

saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini saya persembahkan kepada kedua orang tua saya tercinta

Papa Salman Stefanus dan Mama Karyawati, serta kedua kakak saya,

Christoper Andre Kurniawan Christine Dewi Aprilia

yang telah mendoakan dengan tulus demi keberhasilan saya dan selalu ada dalam kondisi baik maupun buruk.

Juga tak lupa,

Civitas Akademika Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Lampung

(13)

vii

MOTTO

“Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.”

(1 Petrus 5 : 7)

“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”

(Filipi 4 : 13)

“It’s okay to take it slow. Because slow progress is still a progress tho.”

(Grace Novi Triana)

(14)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani serta nikmat-Nya dan rahmat-Nya sehingga atas izin-Nya lah skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Pusat Seni Budaya Adat Sai Batin di Kawasan Pesisir”

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Arsitektur Strata 1 (S1) Program Studi Arsitektur Universitas Lampung.

Dalam kesempatan in penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa atas kelancaran dan penyertaan yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan skripsi pada waktu yang tepat.

2. Bapak Ir. Agung Cahyo Nugroho, S. T., M. T., selaku Kaprodi S1 Arsitektur Universitas Lampung;

3. Ibu Yunita Kesuma, S.T., M.Sc., selaku Pembimbing Utama atas kesediannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini, sekaligus selaku Pembimbing akademik;

(15)

ix

4. Ibu Fadhilah Rusmiati, S.T., M.T, selaku pembimbing kedua atas kesediannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

5. Bapak Ir. Kelik Hendro Basuki S.T., M.T, selaku penguji utama pada ujian skripsi. Terima kasih untuk masukan dan saran-saran yang diberikan;

6. Bapak dan ibu dosen beserta staf Arsitektur Universitas Lampung atas ilmu, pelajaran, maupun pengalaman yang penulis terima;

7. Teristimewa kepada papa Salman Stefanus dan mama Karyawati atas segala dukungan, semangat, dan kasih sayang yang tak berkesudahan;

8. Kepada kedua kakak terkasih, Christoper Andre Kurniawan yang telah memberikan “perasaan roller-coaster” selama masa pendewasaan ini, dan Christine Dewi Aprilia yang telah menyemangati dan selalu mengingatkan bahwa penulis adalah seorang manusia yang berharga;

9. Seluruh Civitas Akademika Arsitektur Universitas Lampung, terutama teman - teman S1 maupun D3 Arsitektur angkatan 2016, yang telah memberikan dukungan, serta motivasi selama masa perkuliahan;

10. Teman-teman yang selalu menyempatkan hadir dalam Seminar Kuliah Kerja Lapangan, Seminar Kerja Praktik, Seminar Arsitektur, Seminar Proposal, Seminar Hasil yang dilakukan offline maupun online dan telah meluangkan waktu dan mengorbankan pulsa kuotanya;

(16)

11. Teman - teman peramai selama kehidupan perkuliahan, Maura Bintang Lestari, Sondang Mayda Sihombing, M Helmy Abdillah, Melia Rizkita Irda, Jihan Meiby, Annisa Nurul Qomaryah, Malta Anggita Yudantari, M Ali Yasirni, terimakasih telah menemani, mendukung, dan selalu menyemangati.

Semoga Tuhan membalas semua kebaikan kalian. Sukses selalu, sobat;

12. Kepada sahabat terbaik penulis, Maura Bintang Lestari. Terimakasih sudah dengan tulus menemani dan menjaga penulis bahkan di saat – saat tersulit sekalipun. Tuhan tau semua kebaikanmu. Kamu yang terbaik;

13. Kepada Al Garton Mourzade Herawanto, terimakasih sudah menemani dan mendukung penulis selama proses menyelesaikan perkuliahan. Semangat untuk kita, dan semoga kesuksesan selalu berada di setiap perjalanan kita.

14. Teman-teman KKN, Dellya, Ayu, Kak Maya, Yoga, Andika, Nando. Terima kasih telah mengisi hari – hari selama KKN di desa Bandar Negri Suoh;

15. Kepada teman – teman grup Lovely, Mey Liviana Krisdayanti Sanulo Sohahau Malau, Ribka Rebekka Marpaung, Nova Alfionita Nababan, Theofilius Naiborhu, Raja Aman Simarmata. Terimakasih telah mewarnai kehidupan berpetualang selama dunia perkuliahan di fakultas Teknik. Jesus Bless Y’all, guys!

16. Apresiasi tertinggi ditujukan kepada diri ini. Terimakasih sudah bertahan dan mau untuk terus beruang hingga akhir. Kehidupan mungkin tidak akan semakin mudah, tetapi kita pasti akan bida melaluinya. Proud of you, Grace!

(17)

xi

(18)
(19)

xi

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK

HALAMAN JUDUL……….... i

LEMBAR PERSETUJUAN ………... ii

LEMBAR PENGESAHAN ……… iii

SURAT PERNYATAAN ……… iv

RIWAYAT HIDUP ………. v

PERSEMBAHAN ………... vi

MOTTO ………... vii

SANWACANA ……… viii

DAFTAR ISI ………... xi

DAFTAR GAMBAR………... xv

DAFTAR TABEL ………... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Rumusan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Perancangan ... 6

1.5 Manfaat Perancangan ... 6

1.6 Sistematika Penulisan ... 6

1.7 Kerangka Berfikir... 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Tinjauan Umum Seni Budaya ... 11

2.1.1 Pengertian Seni Budaya ... 11

(20)

xii

2.1.2 Klasifikasi Seni Budaya ... 12

2.1.3 Sifat-sifat Seni Budaya ... 14

2.1.4 Fungsi Seni Budaya ... 16

2.2 Tinjauan Umum Pusat Seni Budaya Adat Sai Batin Lampung ... 19

2.2.1 Pengertian Pusat Seni Budaya Adat Sai Batin Lampung ... 2.2.2 Fungsi dan Tipologi Pusat Seni Budaya Adat 19 Sai Batin Lampung ... 22

2.2.3 Persyaratan Perancangan Museum ... 2.2.4 Jenis Kegiatan pada Pusat Seni Budaya Adat 25 Sai Batin Lampung ... 37

2.2.5 Fasilitas Kegiatan Pusat Seni Budaya Adat Sai Batin Lampung .. 38

2.3 Tinjauan Umum Adat Sai Batin Lampung... 42

2.3.1 Sejarah dan Perkembangan Adat Sai Batin ... 42

2.3.2 Bentuk Kebudayaan pada Adat Sai Batin ... 43

2.3.3 Klasifikasi Upacara Adat Sai Batin ... 49

2.3.4 Klasifikasi Peralatan dalam Prosesi Upacara Adat Sai Batin ... 62

2.3.5 Klasifikasi Seni budaya Adat Sai Batin ... 66

2.3.6 Klasifikasi Peralatan dalam Prosesi Upacara Adat Sai Batin ... 62

2.4 Tinjauan Umum Kawasan Pesisir ... 67

2.4.1 Potensi Bencana Kawasan Pesisir ... 72

2.4.2 Mitigasi Bencana Secara Umum pada Kawasan Pesisir ... 74

2.5 Studi Preseden ... 75

2.5.1 Museum Pusaka Nias ... 75

2.5.2 Taman Werdhi Budaya Art Center ... 81

2.5.3 Samsara Bali ... 85

2.5.4 Marie Tjibaou Cultural Center ... 93

2.5.5 Chinese Traditional Culture Museum ... 100

2.5.6 Xu Wei Art Museum and Qingteng Square ... 104 2.5 Hasil Studi Komparasi ...

110

(21)

xiii

BAB III METODE PERANCANGAN ... 113

3.1 Ide Perancangan ... 113

3.2 Pendekatan Perancangan ... 114

3.3 Titik Berat Perancangan ... 114

3.4 Pengumpulan Data ... 115

3.4.1 Jenis dan Sumber Data ... 115

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data ... 116

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 116

3.5.1 Metode Analisis ... 116

3.5.2 Konsep Perancangan ... 117

3.6 Kerangka Perancangan ... 118 BAB IV TINJAUAN WILAYAH PERANCANGAN ... 119

4.1 Gambaran Umum Wilayah ... 119

4.1.1 Letak dan Kondisi Geografis ... 121

4.1.2 Kondisi Topografi ... 121

4.1.3 Kondisi Geologi ... 122

4.1.2 Kondisi Pariwisata Lampung ... 123

4.1.3 Wisata Budaya di Lampung ... 125

4.2 Pemilihan Alternatif Tapak ... 126

4.2.1 Kriteria Pemilihan Tapak ... 126

4.2.2 Alternatif Tapak ... 127

4.2.3 Pemilihan Tapak ... 130 BAB V ANALISIS PERANCANGAN ... 132

5.1 Analisa Kontekstual ... 132

5.1.1 Analisa Mezzo ... 132

5.1.2 Analisa Mikro ... 135

(22)

xiv

5.2 Analisa Fungsional ... 151

5.2.1 Analisa Fungsi ... 151 5.2.2 Analisa Pengguna ... 152 5.2.3 Analisa Kegiatan ... 154 5.2.4 Analisa Pola Kegiatan ... 157 5.3 Analisa Spasial ... 158 5.3.1 Kebutuhan Ruang ... 158 5.3.2 Hubungan Ruang ... 169 5.4 Analisa Desain ... 172 5.4.1 Konsep Arsitektur Tradisional Lampung ... 173 5.4.2 Mitigasi Bencana di Kawasan Pesisir ...

179

BAB VI KONSEP PERANCANGAN ... 183 6.1 Konsep Dasar ... 183 6.2 Konsep Perancangan Tapak ... 184 6.2.1 Tanggapan Analisis Secara Keseluruhan ... 184 6.2.2 Zonasi ... 184 6.2.3 Sirkulasi dan Pencapaian ... 186 6.3 Konsep Desain Arsitektur ... 187 6.3.1 Bentuk Massa Bangunan ... 187 6.3.2 Konsep Fasad Bangunan ... 188 6.3.3 Konsep Ruang ... 191 6.4 Konsep Sistem Struktur ... 212 6.5 Konsep Sirkulasi Vertikal ... 214 6.6 Konsep Jaringan Utilitas ... 216 6.6.1 Sistem Penyedian Air Bersih ... 216 6.6.2 Sistem Air Hujan ... 217 6.6.3 Sistem PembuanganAir Kotor ... 217 6.6.4 Sistem Elektrikal ... 218 6.6.5 Sistem Audio dan Vidio ... 219 6.6.6 Sistem Keamanan ... 219

(23)

xv

6.6.7 Sistem Proteksi Kebakaran ... 222 6.6.8 Sistem Penangkal Petir ... 223 6.7 Konsep Jaringan Utilitas ...

24

BAB VII PENUTUP ... 231 7.1 Kesimpulan ... 231 7.2 Saran ... 231

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR & TABEL

GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1

Kerangka Pikir ... 10

Gambar 2.1 Sudut pandang dalam pameran ... 28 Gambar 2.2 Sudut pandang dalam pameran ... 29 Gambar 2.3 Teknik Pencahayaan pda Ruang Pemaran Museum ... 31

(24)

xvi

Gambar 2.4 Teknik Pencahayaan pada Objek Pameran 2 Dimensi (Panel) ... 32 Gambar 2.5 Teknik Pencahayaan pada Objek Pameran 4 Dimensi ... 32 Gambar 2.6 Teknik Peletakkan Objek Pamer ... 33 Gambar 2.7 Susunan Koridor ke Ruang ... 35 Gambar 2.8 Susunan Koridor ke Ruang ... 36 Gambar 2.9 Contoh Susunan Ruang Pameran ... 37 Gambar 2.10 Adat Pernikahan ... 49 Gambar 2.11 Ritual Busunat ... 58 Gambar 2.12 Site Plan Museum Pusaka Nias ... 77 Gambar 2.13 Pavilion I Museum Pusaka Nias ... 77 Gambar 2.14 Pavilion II Museum Pusaka Nias ... 78 Gambar 2.15 Pavilion III Museum Pusaka Nias ... 79 Gambar 2.16 Pavilion IV Museum Pusaka Nias... 79 Gambar 2.17 Ruang Megalit Museum Pusaka Nias ... 80 Gambar 2.18 Penginapan Museum Pusaka Nias ... 81 Gambar 2.19 Amphiteater Ardha Candra ... 82 Gambar 2.20 Pintu Masuk Gedung Ksirarnawa ... 83 Gambar 2.21 Panggung Terbuka di Gedung Ksirarnawa ... 83 Gambar 2.22 Amphiteater Kalangan ... 84 Gambar 2.23 Samsara Living Museum ... 85 Gambar 2.24 Museum ... 87 Gambar 2.25 Water Blessing ... 88 Gambar 2.26 Cooking Class & Arak Making ... 90 Gambar 2.26 Genejek Lesson... 90 Gambar 2.27 Balinese Dance ... 91 Gambar 2.28 offering making ... 92 Gambar 2.29 honeymoon blessing ... 92 Gambar 2.30 culinary experience ... 93 Gambar 2.31 Jean Marie Tjibaou Cultural Centre ... 94

(25)

xvii

Gambar 2.32 Siteplan Jean Marie Tjibaou Cultural Centre ... 95 Gambar 2.33 Perspektif Jean Marie Tjibaou Cultural Centre ... 95 Gambar 2.34 Perspektif Jean Marie Tjibaou Cultural Centre ... 96 Gambar 2.35 Bentuk dari Rumah Kanak Asli sebagai konsep dalam Jean Marie Tjibaou Cultural Centre ... 97 Gambar 2.36 Interior Jean Marie Tjibaou Cultural Centre ... 98 Gambar 2.37 Interior Jean Marie Tjibaou Cultural Centre ... 98 Gambar 2.38 Fasad Jean Marie Tjibaou Cultural Centre... 99 Gambar 2.39 Konstruksi Jean Marie Tjibaou Cultural Centre ... 100 Gambar 2.40 Chinese Traditional Culture Museum ... 100 Gambar 2.41 Fasad Traditional Culture Museum ... 101 Gambar 2.42 Interior Traditional Culture Museum ... 101 Gambar 2.43 Detail Elemen dinding Traditional Culture Museum... 102 Gambar 2.44 Panel Langi-langit Chinese Traditional Culture Museum .. 103 Gambar 2.45 Site and floorplan Chinese Traditional Culture Museum ... 103 Gambar 2.45 Pola Struktural Fasad Chinese Traditional

Culture Museum ... 104 Gambar 2.46 Xu Wei Art Museum and Qingteng Square ... 104 Gambar 2.47 Fasad Xu Wei Art Museum and Qingteng Square ... 105 Gambar 2.48 Konsep Ruang Dalam dan Luar Xu Wei Art Museum and

Qingteng Square... 106 Gambar 2.49 Desain Ruang Luar Xu Wei Art Museum and Qingteng

Square ... 106 Gambar 2.50 Detail bahan dengan tekstur pada Xu Wei Art Museum and

Qingteng Square... 106 Gambar 2.51 Alun-alun Xu Wei Art Museum and Qingteng Square…….. 112 Gambar 2.52 Diagram Konsep Xu Wei Art Museum and Qingteng Square..112 Gambar 2.53 Ruang Luar Lengkap Xu Wei Art Museum and Qingteng Square ... 113

(26)

xviii

Gambar 3.1 Metode Perancangan ... 114 Gambar 3.2

Diagram Kerangka Perancangan ... 118

Gambar 4.1 Peta Adminitrasi Provinsi Lampung ... 120 Gambar 4.2

Eksisting Wisata Budaya Provinsi Lampung ... 125

Gambar 5.1 Peta Adminitrasi Kabupaten Lampung Selatan ... 134 Gambar 5.2 Site Pusat Seni dan Budaya Saibatin Lampung ... 135 Gambar 5.3 Ukuran Site ... 136 Gambar 5.4 Konteks Kawasan Sekitar ... 138 Gambar 5.5 Topografi ... 141 Gambar 5.6 Analisis Vegetasi ... 142 Gambar 5.7 Analisis Aksesbilitas dan Sirkulasi ... 143 Gambar 5.8 Potongan A-A ... 143 Gambar 5.9 Analisis Utilitas ... 144 Gambar 5.10 Analisis Kebisingan dan Kemacetan ... 145 Gambar 5.11 Analisis Kebisingan dan Kemacetan ... 146 Gambar 5.12 Analisis Kebisingan dan Kemacetan ... 147 Gambar 5.13 Analisis Kebisingan dan Kemacetan ... 148 Gambar 5.14 Analisis Iklim ... 150 Gambar 5.15 Pola Kegiatan Staff Pengelola ... ... 157 Gambar 5.16 Pola Kegiatan Ilmuwan dan Staff Peneiti ... 157 Gambar 5.17 Pola Kegiatan Pwngunjung ... 157 Gambar 5.18 Pola Kegiatan Tsmu (VIP) ... 157 Gambar 5.19 Pola Kegiatan Tamu Khusus Pameran ... 158 Gambar 5.20 Hubungan Ruang Keseluruhan ... 169 Gambar 5.21 Hubungan Ruang Penrimaan ... 170 Gambar 5.22 Hubungan Ruang Kegiatan Utama dan Seniman ... 170 Gambar 5.23 Hubungan Ruang Penunjang ... 171 Gambar 5.24 Hubungan Ruang Pengelola ... 171 Gambar 5.25 Hubungan Ruang Servis ... 172

(27)

xix

Gambar 5.26 Contoh Rumah Adat Lampung ... 174 Gambar 5.27 Atap Rumah Adat Lampung ... 175 Gambar 5.28 Ijan (tangga) ... 175 Gambar 5.29 Garang Hadap... 176 Gambar 5.30 Tepas ... 176 Gambar 5.31 Ornamen Lampung... 178 Gambar 5.32

Perlindungan Permukiman terhadap Bencana Tsunami ... 181

Gambar 6.1 Skema Konsep Dasar ... 183 Gambar 6.2 Tanggapan Analisis Secara Keseluruhan ... 184 Gambar 6.3 Zonasi berdasarkan Mtigasi Bencana... 185 Gambar 6.4 Zonasi ... 185 Gambar 6.5 Zonasi Vertikal ... 186 Gambar 6.6 Sirkulasi dan Pencapaian... 186 Gambar 6.7 Konsep Dasar Massa Bangunan ... 187 Gambar 6.8 Proses Konsep Bentuk Massa Bangunan ... 188 Gambar 6.9 Konsep Fasad Bangunan ... 189 Gambar 6.10 Konsep Organisasi Ruang ... 192 Gambar 6.11 Sistem Pencahayaan ... 199 Gambar 6.12 Teknologi Solutube ... 200 Gambar 6.13 Jenis Pencahayaan melalui Lampu... 200 Gambar 6.14 Sistem Penghawaan Alami ... 201 Gambar 6.15 Sistem Penghawaan Buatan ... 201 Gambar 6.16 Konsep Akustik Ruang ... 202 Gambar 6.17 Contoh Suasana 1 ... 205 Gambar 6.18 Contoh Suasana 2 ... 209 Gambar 6.19 Breakwater di pinggir pantai ... 210 Gambar 6.20 Sitting Area ... 210 Gambar 6.21 Board Walk ... 210 Gambar 6.22 Konsep Penataan Ruang Luar ... 210

(28)

xx

Gambar 6.23 Konsep Penataan Ruang Dalam ... 212 Gambar 6.24 Diagaram Struktur ... 213 Gambar 6.25 Konsep Struktur ... 213 Gambar 6.26 Standart Ukuran Lift ... 215 Gambar 6.27 Standart Ukuran Tangga ... 216 Gambar 6.28 Standart Ukuran Ramp ... 216 Gambar 6.29 Skema Air Bersih ... 217 Gambar 6.30 Skema Rainwater Harvesting System ... 217 Gambar 5.31 Skema Air Kotor ... 218 Gambar 6.32 Skema Sumber Energi Listrik ... 218 Gambar 6.33 Sistem Panel Surya On-grid ... 219 Gambar 6.34 Sistem Audio dan Vidio ... 219 Gambar 6.34 Sistem Keamanan ... 220 Gambar 5.35 Sistem Proteksi Kebakaran ... 222 Gambar 6.36 Sistem Penangkal Petir ... 224 Gambar 6.37 Siteplan ... 224 Gambar 6.38 Denah Basement... 225 Gambar 6.39 Denah Lantai 1 ... 225 Gambar 6.40 Denah Lantai 2 ... 226 Gambar 6.41 Denah Lantai 3 ... 226 Gambar 6.42 Tampak Depan ... 227 Gambar 6.43 Tampak Samping Kiri ... 227 Gambar 6.44 Tampak Samping Kanan ... 227 Gambar 6.45 Tampak Belakang... 227 Gambar 6.46 Potongan A-A ... 228 Gambar 6.47 Potongan B-B ... 228 Gambar 5.48 Potongan C-C ... 228 Gambar 6.49 Detail ... 229 Gambar 6.50 Tampak Orthogonal Belakang ... 229 Gambar 6.51 Tampak Orthogonal Depan ... 229

(29)

xxi

Gambar 6.52 Perspektif Ruang Luar... 230 Gambar 5.53

TABEL

Perspektif Ruang Dalam ... 230

Halaman

Tabel 2.1 Kategori Museum ... 22 Tabel 2.2

Komparasi Studi Preseden Pusat Seni Budaya ... 110 Tabel 4.1 Penilaian Berdasarkan Kriteria Lokasi... 127 Tabel 4.2 Alternatif Tapak ... 128 Tabel 4.3

Penilaian Berdasarkan Kriteria Lokasi... 131

Tabel 5.1 Daftar Fasilitas Penunjang ... 138 Tabel 5.2 Matriks Analisa SWOT ... 140 Tabel 5.3 Pengelompokan Raung Berdasarkan Fungsi ... 152 Tabel 5.4 Identifikasi Pengguna Staff Pengelola ...

153

Tabel 5.5 Analisa Kegiatan Pengguna ... 155 Tabel 5.6 Analisa Kebutuhan Ruang... 160 Tabel 5.7 Standar Ruang Parkir ... 166 Tabel 5.8 Kebutuhan SRP Tempat Rekreasi ... 166 Tabel 5.9 Analisa Kebutuhan Parkir ... 167 Tabel 5.10 Kebutuhan Ruang Keseluruhan ... 167 Tabel 5.11

Persyaratan Ruang ... 168

Tabel 6.1 Material Fasad dengan fungsi dan karakteristik... 190 Tabel 6.2 Karakteristik Ruang ... 193 Tabel 6.3 Konsep Warna ... 198 Tabel 6.4 Bahan Akustik Ruangan ... 203 Tabel 6.5 Jenis Perkerasan ... 205

(30)

ii

Tabel 6.6 Jenis Vegetasi ... 205 Tabel 6.7 Sistem Struktur ... 214 Tabel 6.8 Proteksi Kebakaran ... 222

(31)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai bangsa yang besar dengan kemajemukan sukunya memiliki latar belakang kebudayaan yang sangat beragam. Keberagaman budaya Indonesia adalah harta kekayaan budaya setiap suku budaya yang mencerminkan perjalanan perkembangan kebudayaan di setiap tempat dan menjadi warisan nenek moyang yang tak ternilai harganya. 1 Kebudayaan suatu daerah dipengaruhi oleh kondisi daerah itu sendiri. Setiap daerah memiliki kekhasan budayanya yang biasanya menarik perhatian dan menjadi motor penggerak dunia pariwisata, salah satunya daerah Lampung. Lampung merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di ujung pulau Sumatera, yang juga memiliki kebudayaan yang sangat kaya dan beragam.

Lampung sendiri memiliki semboyan yang berbunyi “Sang Bumi Ruwa Jurai”. Semboyan ini secara harfiah memiliki arti satu bumi dua macam atau dua golongan masyarakat. Maknanya ialah bahwa Lampung sebagai satu daerah yang dihuni oleh dua suku, asli dan pendatang. Namun, terdapat makna

1 Nurul Akmal. 2019. Ensiklopedia Keragaman Budaya

(32)

lain yang terkandung dalam semboyan tadi. “Sang Bumi Ruwa Jurai” juga dapat dimaknai bahwa di bumi Lampung ini terdapat dua masyarakat adat, yaitu adat pepadun dan adat saibatin, dan juga dua dialek yang digunakan di masyarakat Lampung, yaitu dialek A (dialek api) dan dialek O (dialek nyou).2 Penduduk Lampung awal mulanya berasal dari daerah Sekala Brak, yang semula dihuni oleh dua masyarakat kelompok adat dengan unsur budaya masing-masing, salah satu diantaranya adalah adat Sai Batin yang berada di pesisir. Istilah saibatin berasal dari kata sai dan batin, sai memiliki arti satu dan batin memiliki arti Jiwa. Secara harfiah istilah saibatin memiliki makna satu jiwa, satu junjungan, satu ketua adat yang memimpin di dalam satu komunitas. 3 Masyarakat kelompok adat Sai Batin kental dengan nilai aristokrasinya yang masih dipegang teguh oleh masyarakat adat sai batin. 4 Proses sejarah yang cukup panjang pun berlangsung, hingga akhirnya terbentuk kulturisasi serta akulturasi. Namun, dengan adanya perpaduan budaya yang terjadi, eksistensi adat sai batin mulai menurun dan terancam hilang, dikarenakan masyarakat sudah terpengaruh oleh budaya-budaya luar dan banyak generasi muda sekarang tidak mengetahui makna dari budaya itu sendiri. Lunturnya kebudayaan asli suatu daerah tidak hanya menyebabkan kerugian secara materi namun lebih menimbulkan kerugian dari segi nilai di

2 Rina Martiara. 2014. Cangget: Identitas Kultural Lampung Sebagai Bagian Dari Keragaman Budaya Indonesia. Yogyakarta: ISI Yogyakarta.

3 Fitri Daryanti. 2017. Nyambai: Sebuah Bentuk Seni Pertunjukan Masyarakat Adat Saibatin di Pesisir Lampung. Yogyakarta

4 Firman Sujadi, 2013. LAMPUNG Sai Bumi Ruwa Jurai.

(33)

3

mana suatu daerah tidak dapat menjaga kebudayaan aslinya. 5 Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No.02 Tahun 2019, Tentang Pelestarian adat istiadat dan seni budaya Lampung , bahwa adat istiadat, seni dan budaya Lampung merupakan bagian dari kekayaan khasanah budaya bangsa Indonesia dan sekaligus sebagai aset nasional, keberadaannya perlu dijaga, diberdayakan, dibina, dilestarikan dan dikembangkan. Maka berdasarkan data yang ada, dibutuhkan sebuah cara yang efisien untuk menjaga keberlangsung kebudayaan adat sai batin.

Salah satu cara untuk menjaga keberlangsungan budaya adalah dengan menyediakan sarana kebudayaan seperti Pusat Seni Budaya Adat Sai Batin.

Pusat Seni Budaya Adat Sai Batin sebagai sebuah wadah untuk melakukan berbagai kegiatan meliputi usaha mengoleksi, mengonservasi, menginterpresentasikan, hingga mempublikasikan artefak budaya kepada masyarakat. Wadah tersebut diharapkan dapat menarik minat masyakarat untuk mengenal dan meningkatkan apresiasi terhadap seni budaya adat sai batin Lampung.

Provinsi Lampung memiliki beberapa bangunan berkaitan dengan seni budaya yang telah tersedia tetapi belum ada sebuah bangunan yang khusus mengenai kebudayaan asli Lampung, khususnya Sai Batin. Selain itu fasilitas

5 Dr. Pribadi Widodo, M.Sn., B.E. Arch. Museum Seni Budaya Yogyayakarta. Yogyakarta, ITB

(34)

yang ada kurang memadai dan terkesan tidak menarik bagi masyarakat. Oleh sebab itu Pusat Seni Budaya Sai Batin Lampung yang bersifat edukatif dan

rekreatif akan menjadi fasilitas kebudayaan yang mengkhususkan pada konservasi dan eksibi bentuk-bentuk seni budaya dari adat Sai Batin yang berfokus pada pengenalan dan peningkatan minat masyarakat terhadap budaya sehingga mendukung keberlangsung kebudayaan Lampung tesebut.

Sebagai lokasi perancangan, Lampung memiliki kondisi geografis yang sangat menguntungkan untuk mendukung keberhasilan perancangan.

Keletakan Provinsi Lampung yang sangat dekat dengan pulau Jawa terutama Jakarta dan kota-kota di sekitarnya menyebabkan daya tarik wisata yang ada di Provinsi Lampung dimasukkan dalam target tujuan wisata. Selain itu keletakan lokasi ini merupakan wilayah yang menjadi jalur perlintasan dan tempat istirahat bagi orang yang ingin mengunjungi berbagai wilayah di Sumatera melalui jalur darat dari arah selatan (Pelabuhan Kapal Bakauheni, Lampung Selatan). Hal tersebut memberi dampak pada kondisi kunjungan wisatawan di Provinsi Lampung, yang dalam kurun waktu 5 tahun terakhir mencapai 3,3 juta untuk wisatawan domestik dan 75 ribu untuk wisatawan mancanegara dengan kenaikan 10-15% pertahun. Berdasarkan data, sektor pariwisata bahari berkembang pesat dan menjadi pilihan destinasi wisatawan terbanyak (rapat tertutup Asisten II bidang ekonomi dengan Kadis Pariwisata 11 Februari 2015 dalam duajurai.com).

(35)

5

Berdasarkan hal-hal diatas, maka sarana kebudayaan berupa Pusat Seni Budaya Adat Sai Batin berada di Kawasan Pesisir Lampung. Kawasan psesisir Lampung dimaksudkan sebagai lokasi yang tepat untuk mendukung pengenalan seni budaya adat Sai Batin kepada masyarakat lokal dan wisatawan sekaligus lokasi yang berpotensi untuk memvisualkan kembali bagaimana kehidupan masyarakat kelompok sai batin pada mulanya yang berada dikawasan pesisir.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari ilatar ibelakang idi iatas idapat idisimpulkan imenjadi isebuah permasalahan, iantara ilain: i i

1. Belum tersedianya wadah fasilitas kebudayaan yang mengkhususkan pada konservasi dan eksibi bentuk-bentuk seni budaya dari adat Sai Batin sebagai sarana untuk mengenalkan dan meningkatkan apresiasi terhadap seni budaya adat sai batin Lampung.

2. Menempakatkan wadah sebagai sarana untuk menjaga keberlangsungan seni budaya sai batin yang memperhatikan lokasi dan potensi kawasan perancangan.

1.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada perancangan ini adalah sebagai berikut:

(36)

1. Bagaimana mewujudkan Pusat Seni Budaya Adat Sai Batin sebagai wadah konservasi dan eksibi bentuk-bentuk seni budaya sai batin yang bersifat edukatif dan rekreatif?

2. Bagaimana mewujudkan Pusat Seni Budaya Sai Batin yang mendukung keberlangsung budaya sai batin di kawasan pesisir yang memperhatikan lokasi dan potensi kawasan perancangan?

1.4 Tujuan Perancangan

Ada beberapa hal yang menjadi tujuan utama dalam perancangan ini, yaitu : 1. Merancang bangunan yang berfungsi sebagai wadah konservasi dan eksibi

bentuk-bentuk seni budaya sai batin yang bersifat edukatif dan rekreatif.

2. Merancang bangunan Pusat Seni Budaya Sai Batin sebagai dukungan terhadap keberlangsung budaya sai batin yang berada dikawasan pesisir.

1.5 Manfaat Perancangan

1. Sebagai salah satu solusi/strategi dalam konservasi dan eksibi bentukbentuk seni, serta menambah bahan informasi bagi penulis maupun pembaca mengenai perancangan Pusat Seni Budaya Adat Sai Batin Lampung di Kawasan Pesisir.

2. Sebagai iliteratur rancangan dengan objek bangunan kebudayaan yang mendukung keberlangsung budaya dengan lokasi perancangan di kawasan pesisir.

(37)

7

1.6 Sistematika Penulisan

Pembahasan iyang idilakukan idalam ipenulisan iini iterbagi ikedalam bagian- bagian iutama iyang imasing-masing iberisikan isebagai iberikut:

BAB iI iPENDAHULUAN i i

Memaparkan Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah

Tujuan Perancangan, Manfaat Perancangan, Sistematika Penulisan dan Kerangka Pikir.

BAB iII iTINJAUAN iPUSTAKA i i

Menguraikan pembahasan informasi tentang Pusat Seni Budaya, Sai Batin, dan terkait dengan fungsi dan kawasan perancangan bangunan.

BAB iIII IMETODOLOGI PERANCANGANi i

Menguraikan tentang metode dan langkah yang dilakukan oleh penulis dalam mengumpulkan informasi atau data yang berhubungan dengan perancangan.

BAB iIV TINJAUAN WILAYAH PERENCANAAN i i i

Menguraikan perkembangan konteks kajian pada lokasi khusus di Lampung, menguraikan kriteria dan pembobotan dalam pemilihan site serta memaparkan opsional tapak yang sesuai.

(38)

BAB iV ANALISIS TAPAK DAN PEMBAHASAN

Menguraikan tentang analisa-analisa yang penulis lakukan untuk merancang bangunan Pusat Seni Budaya Sai Batin di Kawsan Pesisir, diantaranya adalah analisa makromikro, analisa kontekstual tapak, analisa fungsional, analisa spasial, dan analisa mengenai keterkaitan kebutuhan ruang dan pengguna bangunan.

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

Menguraikan tentang ide/gagasan/konsep perancangan tapak, perancangan arsitektur, peranangan struktur, serta konsep utilitas.

BAB VII PENUTUP

Penutup berisi tentang kesimpulan sebagai jawaban dari keseluruhan masalah yang diambil dari pembahasan, serta saran yang dapat disampaikan kepada pembaca untuk menjadikan referensi yang bisa bermanfaat untuk pembaca dimasa yang akan datang.

(39)

9

1.7 Kerangka Berfikir

(40)

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Sumber : Ilustrasi Penulis

METODE PENGUMPULAN DATA DATA PRIMER

Observasi

Dokumetasi

DATA SEKUNDER

Studi literatur

Jurnal/buku

Analisis 1. Analisa kontekstual 2. Analisa fungsional 3. Analisa khusus 4. Analisa spasial 5. Analisa desain

Konsep . 1. Konsep Dasar

. 2. Konsep Perancangan Arsitektur 3. Konsep Perancangan Utilitas . 4. Konsep Perancangan Struktur .

Hasil Rancangan

(41)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Seni Budaya

2.1.1 Pengertian Seni Budaya

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), seni budaya adalah perihal kesenian dan kebudayaan. Seni budaya juga dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang diciptakan manusia yang memiliki unsur keindahan secara turun-menurun dari generasi satu ke generasi lainnya.

Hubungan budaya dan Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.

Terdapat beberapa defini mengenai seni bdudaya yang dikemukakan oleh para ahli yaitu sebagai berikut :

(42)

a. Menurut M.Thoyibi, seni budaya dapat diartikan sebagai penjelmaan rasa seni yang sudah membudaya yang termasuk dalam aspek kebudayaan yang dapat dirasakan dan diresapi oleh banyak orang dalam rentang perjalanan sejarah peradaban manusia.

b. Harry Sulastianto mengatakan bahwa seni budaya adalah sebuah keahlian dalam aktivitas mengekspresikan ide-ide dan pemikiran estetika termasuk dalam mewujudkan kemampuan dan imajinasi pandangan atas beberapa benda, karya, atau suasana yang dapat menghadirkan ras indah dan menciptakan peradaban manusia yang lebih maju.

c. Sartono Kartodirjo mengemukan bahwa seni budaya merupakan sistem yang koheren yang dapat digunakan untuk menjalankan komunikasi efektif melalui satu bagian seni yang dapat menunjukkan maksud secara keseluruhan.

Maka berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulakan secara sederhana bahwa seni budaya adalah segala sesuatu yang diciptakan oleh manusia yang berkaitan dengan cara hidup dan berkembang secara bersama-sama.

2.1.2 Klasifikasi Seni Budaya

Seni budaya terbagi kedalam beberapa kelompok jenis karya seni yang spesifik untuk mempermudah identifikasi pengelompokannya.

Kelompok jenis karya seni tersebut antara lain :

(43)

13

a. Seni Rupa

Seni rupa merupakan suatu bentuk ungkapan seni yang mengekspresikan pengalaman hidup, pengalaman estetis, atau artistik manusia dengan menggunakan unsur seni untuk menghasilkan susunan dengan menggunakan unsur seni untuk mneghasilkan struktur karya seni rupa yang dapat dilihat, diamati, diraba, didengar,atau diapresiasi oleh publik atau penikmat seni.

b. Seni Musik

Seni musik adalah salah satu cabang seni yang dapat terwujud karena adanya bunyi. Musik dibangun oleh unsur-unsur ritme, melodi, harmoni, dan tekstur.

c. Seni Tari

Seni tari terdiri dari unsur-unsur tari seperti gerak, tenaga, ruang, dan waktu. Seni tari mencakup keterampilan gerak berdasarkan olah tubuh dengan tanpa rasa rangsangan bunyi serta apresiasi terhadap gerak tari.

d. Seni Drama

Kelompok seni yang mencakup keterampilan pementasan dengna memadukan seni musik, seni tari, dan peran.

e. Seni Keterampilan

Seni keterampilan mencakup segala aspek kecakapan hidup yang meliputi keterampilan personal, keterampilan sosial, keterampilan vokasional, dan keterampilan akademik.

(44)

2.1.3 Sifat-sifat Seni Budaya

Menurut The Liang Gie,6 produk seni budaya memiliki sifat-sifat antara lain :

a. Seni bersifat Kreatif

Seni menciptakan karya abru yang belum ada sebelumnya. Menurut Sofyan Salam karya, karya seni lahir dari proses kreatif yang bermula dari ide imajinatif manusia. Sifat dasar seni kreatif merupakan sesuatu yang misterius karena lahir dari imajinasi manusia, baik dari seorang anak kecil, orang dewasa, seorang awam seni, maupun dari seorang seniman profesional.

b. Seni bersifat Individu

Seni bersifat individual karena seni merupakan interpretasi subjektif dari seorang manusia. Hal ini karena seni lahir dari seorang manusia.

Hal ini karena seni lahir dari imajinasi pribadi. Sehingga, karya seni memiliki ciri pribadi yang membedakan dari karya seni lain.contoh nyatanya adalah beberapa orang seniman yang melukis senja yang sama. Walaupun onjek yang dilukis adalah sama, tiap seniman memiliki caranya sendiri untuk meginterprestasikan pemandangan tersebut keatas kanvas. Sehingga, dihasilkan gambar pemandangan yang berbeda dari setiap pelukis. Seni juga bersifat individual, bukan hanya dari pembuat karya seni tersebut melainkan dari segi

6 The Liang Gie, 1976. Garis Besar Estetik (Filsafat Keindahan). Yogyakarta.

(45)

15

penikmatnya juga. Misaalnya, suatu karya seni memberikan makna rasa yang berbeda-beda bagi siapa yang melihatnya.

c. Seni bersifat Ekspresif

Seni ekspresif artinya karya seni merupakan luapan ekspresi dari perasaaan seniman yang menciptakannya. Perasaan yang

diekspresikan dapat berupa perasaan yang positif maupun perasaan yang negatif. Sifat ekspresif juga dirasakan oleh penikmat seni, ketika suatu karya seni, seseorang akan merasaakan bahwa karya seni tersebut mengekspresikan perasaan yang berbeda-beda. Ekspresi perasaan membantu kita untuk mengapresiasi suatu karya seni.

d. Seni bersifat Abadi

Karya seni yang telah dihasilkan oelh seseorang dan telah diapresiasi oleh massyarakat tidak dapat ditarik kembali atau terhapuskan oleh waktu, meskipun penciptanya telah meninggal. Bahkan karya seni telah rusak dimakan usia. Pada dasarnya ketika menciptakan karya seni, kita hanya menyusun mozaik dari berbagi pecahan-pecahan kearifan yang telah ada disekita kita. Hingga pad amasanya, karya yang telah tercipta juga akan menjadi kearifan dan akan digunakan oleh gnerasi penrus untuk menyusun mozaik baru.

e. Seni bersifat Universal

Seni terus berkembang diseluruh dunia dalam sepanjang waktu dan dapat dipahami oleh siapapun, meskipun dalam beberapa kasus butuh waktu pembelajaran atau tepatnya penghayatan. Manusia purba telah mampu mengembangkan seni sebagai penunjang kebutuhan komunikasi melalui gambar-gambar sederhana. Gambar telah

(46)

dikenal jauh sebelum bahasa ditemukan dan berhasil menjadi media komunikasi pada masa dan komunitas yang sama. Contoh lainnya adalah susunan nada musik yang serupa dapat menggerakkan hati pendengarnya kearah ayng sama, meskipun ia tidak mengerti bahasa lirik lagu yang dinyanyikan.

2.1.4 Fungsi Seni Budaya

Seni budaya memiliki dampak yang lebih luas terhadap masyarakat dalam bidang ekonomi, kesehatan, kesejahteraan, dan pendidikan.

Berikut beberapa fungsi seni budaya dalam kehidupan sehari-hari ditinjau secara individu maupun sosial yaitu sebagai berikut :

a. Fungsi Individual

Fungsi individual seni bermanfaat untuk kebutuhan pribadi penciptanya. Terdapat dua macam fungsi individual seni, yaitu:

• Fungsi Pemenuhan Kebutuhan Fisik

Pemenuhan kebutuhan fisik yang dimaksud adalah manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang diberi kemampuan untuk mengapresiasi suatu keindahan. Karena berkaitan dengan keindahan, segi kenyamanan saat menciptakan karya seni tersebut menjadi suatu hal yang harus terpenuhi.

(47)

17

Fungsi Pemenuhan Kebutuhan Emosional

Manusia kerap mencurahkan emosi dan perasaannya melalui sebuah seni yang menggambarkan keadaan atau imajinasinya.

Dari imajinasi yang didapatnya, terciptalah sebuah karya seni yang berharga.

b. Fungsi Sosial

Fungsi sosial seni bermanfaat sebagai pemenuhan kebutuhan sosial seseorang. Terdapat beberapa macam fungsi sosial seni, antara lain:

• Fungsi Religi atau Keagamaan

Seni sebagai media penunjang kegiataan keagamaan dan kepercayaan yang dianut seseorang. Contohnya, seni sebagai sarana ritual keagamaan, upacara pernikahan, busana dan pakaian adat, lagu-lagu religi, dan sebagainya.

• Fungsi Pendidikan

Seni sebagai media pendidikan dapat dilihat dengan adanya pelajaran seni musik. Pelajaran ini kerap mengadakan kegiatan ansambel secara berkelompok. Melalui kegiatan ansambel, proses pembelajaran menjadi lebih menghibur dan

menyenangkan. Selain itu, karya seni sering digunakan untuk menunjang pembelajaran yang membutuhkan ilustrasi.

Contohnya penggunaan gambar ilustrasi buku pelajaran, film

(48)

ilmiah/dokumenter, poster, lagu anak-anak, alat peraga IPA, dan sebagainya.

Fungsi Komunikasi

Seni dapat digunakan sebagai sarana komunikasi. Seni berperan dalam menyampaikan kritik sosial, gagasan, kebijakan serta memperkenalkan produk kepada masyarakat. Tujuannya agar informasi mudah diterima masyarakat. Seni yang bisa digunakan sebagai sarana komunikasi adalah melalui pagelaran wayang kulit, wayang orang, seni teater, poster, drama komedi, dan reklame.

• Fungsi Rekreasi/Hiburan

Seni berfungsi sebagai sarana melepas kejenuhan dan penat yang dialami seseorang. Melalui pertunjukkan seni, perasaan seseorang yang semula sedih bisa menjadi terhibur kembali.

• Fungsi Artistik

Fungsi ini merupakan fakta bahwa seorang seniman menyajikan karya seninya tidak untuk hal yang bersifat komersial. Artinya, seni pertunjukan ini tidak bisa dinikmati orang lain. Karya seni ini hanya bisa dinikmati oleh para seniman dan komunitasnya.

• Fungsi Guna (Seni Terapan)

Dalam proses penciptaannya, seni terapan ini mempertimbangkan aspek kegunaan karya seni tersebut.

(49)

19

Contohnya adalah peralatan rumah tangga yang berasal dari gerabah ataupun rotan.

Fungsi Kesehatan (Terapi)

Di era saat ini banyak sekali seniman yang menciptakan seni untuk menimbulkan rasa nyaman dan tenang ketika melihat, mendengar, atau merabanya. Dalam hal ini, seni digunakan sebagai kebutuhan terapi. Contohnya adalah seni musik yang dapat menyembuhkan penyandang autisme dan gangguan

psikologis dari sebuah trauma kejadian.

2.2 Tinjauan Umum Pusat Seni Budaya Adat Sai Batin Lampung

2.2.1 Pengertian Pusat Seni Budaya Adat Sai Batin Lampung Pusat Seni Budaya Adat Sai Batin Lampung memiliki arti kelompok kata yang dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Pusat

Pusat atau dalam Bahasa Inggris “center”, diartikan “a place at which an activity or complex of activities is carried”, yang diartikan sebagai titik poin yang menjadi tempat tujuan yang menarik bagi banyak orang untuk menuju tempat tersebut. Dalam Bahasa Indonesia, pusat dapat diartikan sebagai inti yang utama, pokok,

(50)

pangkal, atau yang menjadi tumpuan dan bersifat mengumpulkan. 7

7 Poerwadarminta, WJS. 1995. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.

(51)

21

b. Seni

Dalam bahasa inggris disebut “art”, berasal dari akar kata ‘ar’

(Yunani) berarti menyesuaikan, menyambung. Seni adalah hasil karya manusia yang mengkomunikasikan pengalaman-pengalaman batinnya yang disajikan secara menarik, sehingga meransang timbulnya pengalaman batin pula pada manusia lain yang menghayatinya. 8

c. Budaya

Secara umum, budaya berasal dari kata “buddhayah” (Sansakerta) merupakan bentuk jamak kata “buddhi” berarti akal. Dalam bahasa Barat disebut “culture”, dari kata “colere” (Latin) berarti mengolah, mengerjakan. Dalam kedua istilah, baik bahasa Sansakerta maupun Latin dapat diartikan secara luas bahwa budaya adalah suatu sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan miliknya dengan belajar.

d. Adat

Secara etimologi, adat berasal dari bahasa Arab yang berarti kebiasaan. Jadi secara etimologi adat dapat didefinisikan sebagai perbuatan yang dilakukan berulang-ulang lalu menjadi kebiasaan

8 Soedarso dalam N Nelson, 2016. Kreativitas dan Mtivasi dalam Pembelajaran Seni Lukis.

(52)

yang tetap dan dihormati orang, maka kebiasaan itu menjadi adat.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adat adalah aturan

(perbuatan) yang lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala; cara (kelakuan) yang sudah menjadi kebiasaan; wujud gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilainilai budaya, norma, hukum dan aturan yang satu dengan yang lainnya berkaitan menjadi suatu

sistem”. 9 e. Sai Batin

Suku Saibatin merupakan salah satu suku asli dari Provinsi Lampung.

Suku Saibatin mendiami daerah pesisir Lampung yang membentang dari timur, selatan, hingga barat.

f. Lampung

Lampung adalah sebuah provinsi paling selatan di Pulau Sumatera, Indonesia. Di sebelah utara berbatasan dengan Bengkulu dan Sumatera Selatan.

Melalui penjabaran diatas maka didapatkan pengertian secara sederhana bahwa Pusat Seni Budaya Adat Sai Batin Lampung merupakan tempat untuk mewadahi kegiatan berupa aktivitas mengumpulkan melestarian dan mengembangkan seni budaya adat sai batin di provinsi Lampung.

Wadah ini difungsikan sebagai sarana edukasi, pertunjukkan, lathan dan

9 Depdikbud, 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pustaka Pelajar: Jakarta.

(53)

23

sarana wisata untuk mempromosikan seni budaya adat sai batin. Pada tempat ini diharapkan dapat terjadi proses trasnfer of knowledge.

2.2.2 Fungsi dan Tipologi Pusat Seni Budaya Adat Sai Batin Lampung Fungsi pusat seni budaya adat sai batin bersifat edukatif dan rekreatif meliputi fungsi edukasi dan fungsi rekreasi.

a. Konservasi. Sebagai tempat konservasi dan mempunyai peran sebagai sarana pendidikan untuk mempelajari dan mengenal

b. Edukasi. Pusat seni budaya adat sai batin dapat menyediakan edukasi dan penyaluran ilmu wawasan bagi masyarakat yang tertarik akan seni budaya adat sai batin, menjadi tempat pelatihan.

c. Rekreatif. Mampu menjadi wadah pusat informasi dan menampilkan objek pamer tentang seni budaya adat sai batin dan menyediakan layanan yang berbasis pendidikan berupa wisata kultural dengan tujuan untuk meningkatkan potensi wisata lokal.

Pusat seni budaya adat sai batin dapat menjadi sarana penghubung untuk aktivitas pelestarian, aktivitas transfer of knowledge, dan aktivitas hiburan bagi semua pengguna Pusat Seni Budaya Adat Sai Batin.

(54)

Tabel 2.1 Kategori Museum

Categories of Museum

Art Science

Art Association Galleries Zoologi museum

Art and Craft Museum Planetarium, Observatories, and Astronomy

Civic Art and Cultural Center Botanical Gardens Folk Art Museum Aquarium, Marine Museum Decorative Art Museum Archaeology Museum

History Specialized

Military Museum Agricluture Museum Historical Society Museum Architecture Museum

History Museum Gun Museum

Historic Agencies Sport Museum

College and University Museum Company Museum

General Museum Nature Center

Sumber : Public Space Design In Museum, David A Robillard Pusat Seni Budaya Adat Sai Batin memiliki arti yang sama dengan civic art dan cultural center, yang mana masuk dalam kategori museum, yaitu art museum. Museum memiliki tugas menyimpan, merawat, mengamankan dan memanfaatkan koleksi museum berupa benda cagar budaya (Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995 : dalam Pedoman Museum Indoneisa,2008). Berdasarkan hal tersebut, museum memiliki dua fungsi dasar secara umum, yaitu :

a. Sebagai tempat pelestarian

Museum harus dapat menjalankan fungsi sebagai :

• Penyimpanan, yang meliputi pengumpulan benda untuk menjadi koleksi, pencatatan koleksi, sistem penomoran dan penataan

koleksi.

(55)

25

• Perawatan, yang meliputi kegiatan mencegah dan menanggulangi kerusakan koleksi.

• Pengamanan, yang meliputi kegiatan perlindungan untuk menjaga koleksi dari gangguan atau kerusakan oleh faktor alam dan ulah manusia.

b. Sebagai sumber informasi

Museum harus dapat menjalankan fungsi sebagai :

• Penelitian, dilakukan untuk mengembangkan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan dan teknologi.

• Penyajian harus tetap memperhatikan aspek pelestarian dan pengamanannya.

Menurut iICOM i(International iCouncil iof iMuseums), imenegaskan bahwa fungsi imuseum iada i9, iyaitui:10

• Tempat ipengumpulan idan ipengamanan iwarisan ibudaya idan alam.

• Tempat idokumentasi idan iperancangan iilmiah.

• Konservasi idan ipreservasi. I

• Media ipenyebaran idan ipemerataan iilmu iuntuk iumum.

• Tempat ipengenalan idan ipenghayatan ikesenian. I

• Visualisasi iwarisan ibudaya idan ialam. I

• Media iperkenalan ibudaya iantar idaerah idan iantar ibangsa.

10 http://icom.museum/ethics_2001_engl.html

(56)

• Cermin ipertumbuhan iperadaban iumat imanusia.

• Pembangkit irasa ibertaqwa idan ibersyukur ikepada iTuhan iYang iMaha Esa.

2.2.3 Persyaratan Perancangan Museum

Dalam merancang sebuah museum sangat diperlukan untuk memperhatikan persyaratan dan standar perancangan pada ruang museum agar dapat memaksimalkan fungsi dan tujuan dari museum.

Dalam proses perancangan museum terdapat beberapa persyaratan umum perancangan museum dari segi arsitektur, antara lain adalah11 :

A. Museum harus mempunyai ruang kerja bagi para konsevatornya, dibantu oleh perpustakaan dan staff administrasi.

B. Museum harus mempunyai ruang-ruang untuk koleksi penyelidikan (reference collection) yang disusun menurut system dan metoda yang khas bagi ilmu yang mencakupnya.

C. Museum harus mempunyai ruangan-ruangan untuk pameran

sewaktu-waktu (temporary exhibition) yang sifatnya lebih khusus, tetapi lebih jelas dan sedapat mungkin diselenggarakan secara konstruktif sehingga terasa faedahnya bagi pendidikan masyarakat.

11 Persoalan Museum Di Indonesia, Drs. Amir Sutaarga

(57)

27

D. Museum harus dilengkapi dengan suatu laboratorium yang berkewajiban mencari cara-cara merawat atau mengawetkan barangbarang koleksinya, menghindarkan dari bahaya serangga, dan bahaya kehancuran-kehancuran lainnya.

E. Museum harus mempunyai ruangan-ruangan untuk bagian informasi dan pendidikan, yang dapat memberikan kesempatan kerja bagi para anggota staff ilmiah yang ditugaskan untuk meyusun acara-acara kunjungan, ceramah, pemutaran film/slide bagi pelajar, mahasiswa, turis dan lainnya.

F. Museum harus mempunyai studio dengan perlengkapan pemotretan dan pembuatan alat-alat audio visual lainnya, studio untuk membuat

reproduksi barang-barang koleksi atau untuk membetulkan barangbarang koleksi yang rusak.

G. Museum harus dilengkapi dengan alat sudio visual berupa slide film, alat-alat penyimpan suara, dan Iain-Iain.

H. Museum yang besar koleksinya harus sanggup mengadakan dan menyelenggarakan pameran keliling.

I. Museum harus mempunyai ruang-ruang yang cukup luas untuk menampung semua koleksi museum yang akan dipamerkan dan ruang yang berukuran besar untuk menampung benda-benda koleksi yang mempunyai dimensi cukup besar.

(58)

J. Kemudahan akses bagi pedestrian, parkir pengunjung dan staff museum.

K. Adanya sarana berlindung di luar bangunan bagi pengunjung bila terjadi cuaca buruk.

Selain persyaratan umum, dalam proses perancangan sebuah museum juga terdapat beberapa syarat lain dan standar perencanaan ruang yang ditentukan berdasarkan pengguna bangunan, yaitu

kelompok pengunjung dan kelompok staff & pengelola. Berikut syarat – syarat dan standar perencanaan ruang pada sebuah museum :

A. Flow Pengguna

Pengguna dalam sebuah bangunan museum terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pengunjung dan kelompok pengelola &

staff. Kebanyakan dari kelompok pengunjung biasanya mengunjungi sebuah museum hanya beberapa kali dalam hidupnya, oleh karena itu diperlukan kenyamanan dan kesan yang baik dalam pengalaman ruang yang dialami oleh kelompok pengunjung. Untuk mencapai kenyamanan dalam pengalaman ruang yang dialami oleh pengunjung, perlu direncanakan flow pengunjung dari ruang ke ruang agar terarah dan pengunjung dapat menikmati rangkaian pameran secara maksimal. Sedangkan dalam kelompok pengelola & staff, yang dituntut adalah flow yang bersifat privat. Oleh karena itu, perlu diusahakan pemisahan ruang dari flow kesibukan ruang – ruang pamer untuk pengunjung umum guna menghindari crossing

(59)

29

flow.

B. Tata Letak Ruang

Perencanaan tata letak ruang yang baik berkaitan erat dengan flow pengguna bangunan lancar dan terarah. Dalam merencanakan tata letak ruang sebuah museum, perlu diketahui bahwa standar minimal dalam merancang tata ruang yaitu12 :

• Terlindung dari gangguan, pencurian, kelembaban, kering, dan debu,

• Mendapatkan cahaya yang terang, merupakan bagian dari pameran yang baik.

Tata letak ruang pada sebuah bangunan museum dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu :

• Ruang Pameran (pameran tetap, pameran temporer, ruang untuk menaruh karya – karya, ruang untuk belajar, dan ruang untuk

belajar),

• Ruang Fasilitas Pendukung (ruang santai, café & restaurant, tempat menyimpan barang, ruang pengawetan, laboratorium, ruang administrasi)

12 Architect Data, Ernst Neufert

(60)

C. Teknis Peletakan Koleksi

Untuk mencapai tujuan dari fungsi bangunan museum secara maksimal, menurut Ernst Neufert Suatu pameran yang baik seharusnya dapat dilihat publik tanpa rasa lelah. Teknis peletakan koleksi dengan baik merupakan salah satu hal yang perlu dipertimbangkan agar pengunjung museum dapat menikmati koleksi pameran dengan rasa nyaman dan tanpa rasa lelah. Penyusunan setiap kelompok lukisan yang berada dalam satu dinding menyebabkan ruang menjadi terasa lebih kecil. Sudut pandang normal pada manusia adalah 54º alau 27º terdapat pada sisi bagian dinding lukisan yang diberikan cahaya yang cukup dari kejauhan 10 m = 4,9 m.

Gambar 2.1 Sudut pandang dalam pameran Sumber : Architect Data, Ernst Neufert

(61)

31

Gambar 2.2 Sudut pandang dalam pameran Sumber : Architect Data, Ernst Neufert

D. Teknis Penyimpanan Koleksi

Benda – benda koleksi pada sebuah museum memiliki teknis penyimpanan yang khusus dan tidak dapat dilakukan secara sembarangan, Hal ini diterapkan guna menjaga kualitas dan keaslian dari benda koleksi dari museum. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam teknis penyimpanan koleksi di sebuah museum, antara lain adalah :

• Pencahayaan

Pencahayaan pada bangunan museum pada umumnya sama dengan bangunan lainnya kecuali pada areal pameran. Pada areal pameran, pada umumnya pencahayaan terdistribusi secara tidak merata. Pada umumnya pencahayaan menggunakan pencampuran antara cahaya buatan dan cahaya matahari. Akan tetapi pada museum science hanya menggunakan pencahayaan buatan. Hal ini dikarenakan pencahayaan buatan dapat lebih memberikan efek yang lebih bagus pada benda yang dipamerkan

(62)

dibandingkan pencahayaan alami. Akan tetapi, seorang manusia pada umumnya lebih memilih keberadaan cahaya alami walaupun sedikit. Hal ini dikarenakan efek cahaya matahari yang berkesan hidup dibandingkan cahaya buatan yang berkesan mati.

Seorang arsitek diharapkan dapat mendesain bangunan museum dengan pencampuran antara cahaya buatan dan cahaya alami. Hal ini dikarenakan untuk keseimbangan antara penglihatan dan perasaan dalam suatu bangunan. Pencampuran pencahayaan tersebut diharapkan dapat mengurangi kerugian masing-masing pencahayaan. Permasalahan tersebut adalah seperti : “The natural partner in the combination varies widely in chromaticity and quantity, from day to day , and season to season, and frequently will change in both color and quanity in matter of minutes.” 13

Warna pencahayaan, merupakan faktor yang sangat penting.

Menurut penelitian, pencahayaan dalam bangunan exhibisi diperlukan dua jenis cahaya. Ruangan dapat diterangi secara tidak langsung dengan cahaya fluorescent 4500o. Objek yang dipamerkan mendapat pencahayaan dengan cahaya lampu incandescent tanpa filter dengan suhu 2800o – 3100o memberi pencahayaan spot pada objek individual, maupun pencahayaan flood di lokasi tertentu .

13 Illuminating Engineeering, halaman 20.

(63)

33

Pencahayaan ruangan diharapkan tidak melebihi terangnya pencahayaaan terhadap objek. Akan tetapi pencahayaan ruangan juga tidak diharapkan terlalu gelap sehingga objek yang dipamerkan terlalu kontras.

Perletakan pencahayaan harus dilakukan secara hati-hati untuk mencegah efek silau, dan pantulan dari silau. Usaha untuk mencegah efek silau ini dilakuka n dengan memberikan lapisan kaca difusi. Oleh karena itu pada umumnya dilakukan pencahayaan secara tidak langsung pada areal pameran di dalam sebuah museum. Pemanfaatan skylight cukup membantu dalam hal ini. Penggunaan refleksi cahaya juga mendapat peran yang cukup penting dalam hal ini.

Gambar 2.3 Teknik Pencahayaan pda Ruang Pemaran Museum

(64)

Sumber : Architect Data, Ernst Neufert

Gambar 2.4 Teknik Pencahayaan pada Objek Pameran 2 Dimensi (Panel) Sumber : Architect Data, Ernst Neufert

Gambar 2.5 Teknik Pencahayaan pada Objek Pameran 4 Dimensi Sumber : Architect Data, Ernst Neufert

(65)

35

Sumber : Architect Data, Ernst Neufert

• Temperatur Ruangan

Kondisi tempat yang terlalu kering atau terlalu lembab dapat berpengaruh buruk dan merusak benda koleksi. Oleh karena itu, beberapa benda koleksi harus diperhitungkan dan dijaga kelembabannya, bahkan perlu juga diperhitungkan intensitas panas yang ditimbulkan dari pencahayaan buatan (lighting). Suhu dan kelembaban yang optimum tidak hanya diterapkan pada ruang pamer saja, melainkan juga pada ruang Storage (penyimpanan koleksi) dan ruang konservasi. 14Museum yang baik sebaiknya tetap menerapkan penghawaan alami.

14 New Metric Hand Book, Museum and Galleries

Gambar 2.6 Teknik Peletakkan Objek Pamer

Referensi

Dokumen terkait