BaB I
PMDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan ini diuraikan dasar-dasar
pemikiran yang dijadikan landasan pokok dalam penulisan tesis yang berjudul "Perilaku Mengajar Guru Agama Lu - lusan Program S1 Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Pa
da^" •
Adapun uraian yang akan disajikan pada bab I ini meliputi : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Masalah Pe - nelitian, (3) Tujuan Penelitian, (4) Kegunaan Peneliti
an.
A« fertar Belakang Masalah
Bidang pendidikan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional bahkan dipandang sebagai salah sa- tu aspek yang sangat strategis dalam mencapai tujuan pembangunan nasional tersebut* Pendidikan adalah salah satu upaya utama dalam pembangunan nasional yang ditu - jukan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya dan seluruh masyarakat Indonesia yang adil dan makmur ber- dasarkan Pancasila, seperti tercantum di dalam Undang - undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989, tentang
Sistem Pendidikan Nasional pada fasal 3 dan 4 (Armas
Duta : 1990 ; 194) sebagai berikut :Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembang - kan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upava mewu-
judkan tujuan nasional. P J
Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehi dupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia-manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampil- an, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kema -
syarakatan dan kebangsaan.
Dalam rangka untuk mencapai cita-cita dan tujuan pendidikan nasional seperti diungkapkan di atas, pada sektor pendidikan telah dilakukan berbagai usaha pemba- haruan oleh pemerintah, baik yang berhubungan dengan masalah kualitas atau mutu, relevansi, efektivitas, dan efisiensi maupun yang berkaitan dengan masalah perluas-
an kesempatan belajar dan pendidikan dasar. Usaha-usaha
tersebut dimaksudkan oleh pemerintah untuk mendorong lembaga-lembaga pendidikan yang sudah ada agar lebih giat dan efektif dalam mencapai tujuannya.
Perwujudan pembaharuan yang dilakukan itu seyog- yanya tercermin dalam setiap kurikulum lembaga pendi dikan mulai dari tingkat dasar sampai ke tingkat tinggi.
Kurikulum yang dimaksudkan di sini tidak hanya meliputi
bahan pelajaran atau rencana pengajaran yang akan dibe- rikan kepada siswa, akan tetapi mencakup segala peng - alaman dan pengaruh yang bercorak pendidikan yang dite- rima siswa di sekolah. Seperti yang dikemukakan olehNasution (1990 : 13) bahwa :
Kurikulum itu tidak hanya meliputi pelajaran yang
akan dipelajari oleh murid. Bahan itu baru merupakan kurikulum sampai bahan pelajaran itu menjadi bagian
dari pengalaman anak. Hubungan antar manusia dalam kelas, metode mengajar dan prosedur evaluasi merupa kan bagian dari kurikulum seperti halnya bahan pel -
ajaran itu sendiri.
Pernyataan Nasution ini menunjukkan, bahwa penger- tian kurikulum itu tidaklah terbatas pada tujuan, bahan pelajaran, metode dan evaluasi yang termuat dalam renca- na pengajaran semata, tetapi lebih luas dari itu yakni
mencakup sarana dan prasarana, sikap dan perilaku pendi-dik (guru) serta tenaga kependidikan lainnya. Jadi, ku - rikulum itu pengertiannya luas, seperti yang diungkapkan oleh Alice Miel (Nasution : 1990 , 13-14) :
...bahwa kurikulum juga meliputi keadaan gedung, suasana sekolah, keinginan, keyakinan, pengetahuan , dan sikap orang-orang yang meladeni dan diladeni se kolah, yakni anak didik, masyarakat, para pendidik
dan personalia (termasuk penjaga sekolah, pegawai
administrasi, jururawat, dan pegawai sekolah lainnya yang ada hubungannya dengan murid-murid).Oleh karena itulah, maka pembaharuan dalam bidang pendidikan dilakukan dalam berbagai sektor dan bidang, termasuk sektor pendidikan tenaga kependidikan atau Lem baga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK).
Pada sektor pendidikan tenaga keguruan telah di - lakukan berbagai usaha pembaharuan dalam rangka mening - katkan efektivitas serta memenuhi tuntutan untuk meng - atasi masalah-masalah seperti rendahnya mutu lulusan,
sistem pengelolaan lembaga dan sebagainya. Pembaharuan dalam bidang tenaga kependidikan (keguruan) merupakan salah satu aspek yang sangat strategis dalam kerangka pembaharuan Sistem Pendidikan Nasional, karena kemampuan tenaga kependidikan khususnya guru sebagai ujung tombak yang selalu berada pada garis terdepan sangatlah menen -
tukan keberhasilan usaha pendidikan.Salah satu segi pembaharuan yang dilakukan oleh
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yaitu me-
ngembangkan program pendidikan guru yang berorientasi atau didasarkan atas kompetensi profesional yang memadai.Tentang penegmabnagn program ini, Darji Darmodiharjo
(1983 : 44) mengatakan sebagai berikut :
...untuk mengembangkan program pendidikan guru perlu digunakan pendekatan yang disebut Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi (PGBK). Pendekatan ini mem - persyaratkan bahwa program pendidikan guru harus di dasarkan atas, serta mengarah pada kompetensi profe sional yang memadai.
Seiring dengan pembaharuan yang dilakukan oleh
beberapa Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK)
tersebut, IAIN yang juga memiliki Fakultas Tarbiyah yang menghasilkan calon guru agama telah pula mengadakan be - berapa penyesuaian pada kurikulumnya. Seperti terlihatpada kurikulum yang sedang diimplementasikan saat ini,
yaitu kurikulum yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Agama No. 97 tahun 1982 dan disempurnakan denganKeputusan No. 122 tahun 1988, dalam hal ini termasuk kuri-
kulum Fakultas Tarbiyah berorientasi pada kompetensi atau menganut pendekatan kompetensi, seperti dinyatakan dalam buku Pedoman IAIN Imam Bonjol Padang (IAIN : 1989;
49), sebagai berikut :
...Pendekatan yang dilakukanpun pendekatan kompeten si yaitu suatu cara menetapkan pertanggungjawaban (accountability) atau keberhasilan program yang me -
libatkan tiga pihak, yaitu penghasil, pemakai dan
kelompok profesional.Accountability di sini berarti isi dan cara penyam- paian tidak hanya ditentukan oleh dosen saja. la di- tetapkan oleh tiga pokok lembaga penghasil, termasuk
dosen, kelompok profesional dan pemakai lulusan.Fakultas Tarbiyah sebagai salah satu Fakultas
yang berada di bawah naungan IAIN Imam Bonjol Padang, se-
suai dengan misi dan tugas pokoknya bertujuan membentuk sarjana muslim yang ahli dalam bidang tarbiyah, meliputi pendidikan agama Islam, bahasa Arab dan tadris. Selain dari itu, Fakultas Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama(PA) bertujuan membentuk sarjana muslim yang ahli ilmu
agama Islam dalam bidang pengajaran dan pendidikan agama Islam yang dipersiapkan untuk bertugas pada Sekolah Me - nengah Umum Tingkat Pertama, Tingkat Atas dan pada Mad - rasah-Madrasah yang berada di bawah pembinaan DepartemenAgama. Dengan demikian jelas bahwa secara legalitas for
mal lulusan program S1 Fakultas Tarbiyah IAIN merupakan
tenaga-tenaga yang kompeten untuk mengajarkan pendidikan
agama Islam di sekolah-sekolah umum*
6
Meskipun Fakultas Tarbiyah IAIN sebagai lembaga
penghasil guru agama telah mengadakan penyesuaian dalam kurikulumnya dan sampai saat ini telah menghasilkan 157 orang sarjana program S1 yang sebagian diantaranya sudah bertugas pada beberapa sekolah umum, tapi dewasa ini ma- sih saja banyak muncul sorotan dan rasa kurang puas ma syarakat terhadap mutu pendidikan agama Islam di sekolah.
Tidak hanya sampai di situ saja, bahkan Fakultas Tarbi - yah IAIN yang merupakan wadah atau lembaga pengadaan gu
ru agama juga tidak luput dari sorotan tersebut. Hal ini
disebabkan karena ada anggapan bahwa yang bertanggung
jawab atas mutu pendidikan agama Islam di sekolah adalah guru agama, yang dalam hal ini dihasilkan oleh Fakultas Tarbiyah IAIN, dan oleh karenanya Fakultas Tarbiyah IAIN lah yang bertanggung jawab.
Selain itu, isu tersebut di atas pun dirasakan oleh Menteri Agama Republik Indonesia selaku pembina Lembaga Pendidikan yang menghasilkan guru-guru agama Is
lam. Seperti pernah disampaikannya, sebagai berikut :
Banyaknya Institut Agama Islam Negeri (IAIN) be- lum menjamin baiknya pendidikan agama Islam,dan pen didikan agama Islam di sekolah umum sampai sekarang masih belum mantap. Hal ini menurut beberapa laporan dan penelitian disebabkan karena materi dan cara pe- nyampaiannya yang kurang menarik oleh guru (Pikiran
Rakyat, 25 Mei 1991).
Selain dari adanya keresahan masyarakat dan pernya
taan serta pengakuan Menteri Agama Republik Indonesia se perti diungkapkan di atas, bila diperhatikan pula fenome- na yang terjadi di tengah-tengah masyarakat menunjukkan adanya kecenderungan bahwa pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah menengah belum berhasil dengan baik. Hal ini terlihat dari masih banyaknya para lulusan sekolah menengah itu yang belum mampu membaca Al-Qur'an dan meng- hayati kandungan maknanya, berkurangnya gairah siswa un tuk melakukan ibadah ritual keagamaan terutama shalat dan puasa di bulan ramadhan, memudarnya rasa persaudaraan di kalangan para pelajar yang ditandai dengan seringnya ter jadi perkelahian antar pelajar sekolah menengah, yang de- wasa ini tidak hanya terjadi di kota-kota besar, tapi su dah menggejala sampai ke kota-kota kecil di daerah.
Selain itu juga terlihat adanya kecenderungan berkurang -
nya rasa hormat siswa terhadap guru yang ditandai pula
dengan terjadinya pemukulan, penusukan dan pelemparan gu ru oleh siswa. Padahal menurut tema sentral pendidikanagama Islam di sekolah umum, siswa sekolah menengah yang sudah menerima pendidikan agama Islam akan menunjukkan perilaku sebagai berikut :
a. Siswa taat beribadah, berzikir, berdo'a serta mampu menjadi imam;
b. Siswa mampu membaca Al-Quran dan menghayati kan -
dungan maknanya;
8
c. Siswa memiliki akhlak yang baik;
d. Siswa mampu menerapkan muamalah dengan baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 (Depdik -
bud RI : 1989 ,11).Diakui bahwa fenomena-fenomena yang diungkapkan
di atas tidak sepenuhnya disebabkan oleh karena belumberhasilnya pelaksanaan pendidikan agama Islam di seko - lah, tapi setidak-tidaknya hal ini memberi petunjuk bah wa tujuan pendidikan agama Islam belum tereapal dengan
sepenuhnya.
Akibat dari adanya keresahan masyarakat, -pernya -
taan dan pengakuan Menteri Agama Republik Indonesia serta fenomena-fenomena yang terjadi di tengah-tengah
ma syarakat tentang hasil pelaksanaan pendidikan agama Is -lam di sekolah umum, timbul berbagai tanggapan atau pen dapat yang berusaha mencari akar permasalahannya. Ada yang berpendapat bahwa salah satu sebabnya adalah karena perilaku mengajar yang ditampilkan oleh guru agama belum sesuai dengan yang diharapkan. Guru agama belum mampu menerapkan berbagai variasi metode di dalam mengajar, terutama metode-metode yang relevan dengan pendidikan agama Islam. Guru agama kurang memberikan perhatian ter hadap aspek pedagogis dan didaktik di dalam pelaksanaan proses belajar mengajar... Sajauhmana kebenaran pendapat tersebut* masih memerlukan pembuktian secara empiris.
Sehubungan dengan adanya permasalahan tersebut di atas dan mengingat pula para lulusan program SI Fa - kultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Imam Bonjol Padang yang mengajar pada sekolah-sekolah umum belum pernah diteliti performance atau perilaku meng - ajarnya, maka untuk memperoleh gambaran yang lebih leng- kap tentang perilaku mengajar guru-guru agama yang ber- tugas pada Sekolah Menengah Umum Tingkat Pertama (SMP), Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas (SMA), dan Sekolah Menengah Kejuruan Tingkat Atas (SMEA), perlu dilakukan
suatu studi tersendiri melalui penelitian ilmiah.B. Masalah Penelitian
Mengingat luasnya latar belakang permasalahan yang dikemukakan pada bagian terdahulu, perlu adanya perumusan masalah yang definitif dan jelas.
Adapun permasalahan yang dijadikan fokus dalam penelitian ini adalah "Perilaku Mengajar Guru Agama Lu lusan Program S1 Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Pa
dang yang bertugas pada Sekolah Menengah Umum Tingkat Pertama (SMP). Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan Tingkat Atas (SMEA).
10
Berdasarkan fokus penelitian tersebut dirumuskan
tema masalah, sebagai berikut."Bagaimana Perilaku Mengajar Guru Agama Lulusan Program
SM Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang ? "Permasalahan yang akan diungkapkan dan dianalisis oleh studi ini yaitu "perilaku guru agama dalam melaksa
nakan proses belajar mengajar di kelas". Perilaku yang dilihat tersebut berupa aktivitas atau
kegiatan ayata yang ditampilkan oleh guru agama pada setiap tahapanpengajaran, yakni : tahap awal" pengajaran (pre-active) , tahap pelaksanaan pengajaran (inter-active), dan tahap akhir pengajaran (post-active).
Selain itu, juga diteliti dan dilihat langkah- langkah serta aktivitas yang dilakukan oleh guru agama dalam melaksanakan penilaian hasil belajar siswa serta aktivitas dan langkah-langkah yang dilakukannya dalam mempersiapkan atau menyusun satuan pelajaran.
1. Perilaku yang ditampilkan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar
Pertama, pada tahap awal pengajaran yang akan diobserva-
si yaitu aktivitas yang berhubungan dengan : (1) mencip-
takan suasana untuk memulai proses belajar mengajar,(2)
menjelaskan kegunaan bahan pelajaran, (3) menjelaskan
hubungan antara pelajaran yang lalu dan yang akan dibe -
rikan (apersepsi) , (4) menarik perhatian atau memberi
motivasi kepada siswa.•*"*"
Kedua, pada tahap pelaksanaan pengajaran dilihat aktivi tas mengenai : (1) menyampaikan pokok bahasan yang akan diajarkan, (2) menuliskan pokok bahasan di papan tulis,
(3) menguraikan atau menyajikan pelajaran kepada siswa,
(4) menggunakan metode atau strategi mengajar, (5) meng gunakan alat peraga atau media pengajaran yang relevan, (6) menerapkan atau menggunakan berbagai kerampilan yang menunjang jalannya proses belajar mengajar seperti:
(a) melakukan tanya jawab dengan siswa dalam rangka un - tuk memperoleh umpan balik, (b) memberikan reinforcement
(c) menyampaikan pelajaran bagian demi bagian, (d) meng gunakan bahasa yang mudah dipahami, (e) menggunakan sua- ra yang jelas sehingga dapat didengar semua siswa, (f)
mengatur tempo di dalam menyampaikan pelajaran.
Ketiga, pada tahap akhir pengajaran diobservasi aktivi - tas atau.kegiatan yang berhubungan dengan: (1) pelaksa - naan pos tes atau penilaian hasil belajar, (2) memberi tugas siswa, (3) menyampaikan ikhtisar pelajaran, dan
(4) menutup atau mengakhiri pelajaran.
2. Perilaku yang dilaksanakan dalam menilai hasil
belajar siswa
Dalam aspek ini akan diobservasi mengenai langkah
langkah dan cara yang dilakukan dalam menilai hasil bel
ajar, yaitu tentang : (1) menyusun atau mempersiapkan
kisi-kisi, (2) menyusun soal atau butir tes, dan (3)m® ~
12
laksanakan penilaian, meliputi : (a) penilaian yang di - laksanakan selama proses belajar mengajar yakni : pre - tes dan pos-tes, (b) penilaian yang dilakukan menjelang mid smester (subsumatif), (c) mid smester, dan (d) peni laian akhir smester (sumatif), serta (4) melakukan peni laian terhadap ketiga lingkup yakni : pengetahuan, peng-
hayatan dan pengamalan.
3. Perilaku yang dilaksanakan dalam menyusun atau mempersiapkan rencana pengajaran (satuan pel ajaran)
Perilaku yang akan diobservasi dalam aspek ini
mengenai langkah-langkah dan aktivitas dalam : (1) mene-tapkan atau menentukan bahan pelajaran, (2) merumuskan tujuan pengajaran, (3) menentukan kegiatan belajar meng ajar yang mencakup : (a) penggunaan metode atau strategi (b) penggunaan alat peraga/media pengajaran dan sumber belajar lainnya, (4) menentukan alat dan prosedur peni -
laian (evaluasi), (5) menyusun bentuk dan isi satuan pelajaran.Kemudian dalam studi ini, di samping meneliti pe rilaku mengajar guru agama dalam melaksanakan proses belajar mengajar di kelas, juga menelaah beberapa latar belakang guru agama, yaitu : latar belakang pendidikan, aktivitas guru agama dalam masyarakat terutama dalam kegiatan keagamaan dan sosial kemasyarakatan, kondisi
13
sekolah tempat guru agama mengajar, dalam hal ini yang
dilihat : (a) sarana belajar yang menunjang pelaksanaan proses belajar mengajar, (b) perhatian dan dukungan ke - pala sekolah terhadap pendidikan agama Islam, dan (c) perhatian siswa terhadap pelajaran agama Islam.
Terakhir, studi ini akan menganalisis perilaku mengajar guru agama ditinjau dari beberapa latar bela - kang guru yaitu : latar belakang pendidikannya, aktivi - tas dalam masyarakat dan kondisi sekolah tempat mengajar, Mengapa faktor-faktor tersebut merupakan hal yang perlu
dipertimbangkan dalam penelitian ini ? Hal ini bertolak
dari beberapa asumsi, antara lain bahwa : (1) perwujudan perilaku guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar
itu merupakan hasil dari proses belajar yang pernah di- ikutinya. Proses belajar itu dapat melalui pendidikan
sebelum-jabatan dan dapat pula melalui pendidikan dalamjabatan (Asrori, 1990 ; 9), (2) bahwa dengan semakin ba-
nyaknya aktivitas guru agama dalam kegiatan keagamaan di masyarakat terutama memberikan pengajian agama, ~ makin mempermantap penguasaannya terhadap bahan pelajaran, ka rena secara tersirat bahan pelajaran yang akan diajarkan telah termasuk di dfilam bahan pengajian yang diberikanj(3) bahwa kondisi sekolah, ukuran dan fasilitas yang di-
miliki yang berhubungan dengan perlengkapan belajar dan mengajar juga dapat memberi pengaruh kepada perilaku14
mengajar guru, seperti dikemukakan oleh Lee S. Shulman
(Wittrock : 1986 , 6) bahwa kondisi sekolah, besar se kolah, ketersediaan fasilitas sekolah seperti televisi pendidikan, buku teks dan Iain-lain mempengaruhi peri
laku mengajar.
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mem
peroleh gambaran tentang perilaku mengajar guru agama lulusan program S1 Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol
Padang dan faktor-faktor yang melatarbelakanginya.Adapun secara khusus, tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh beberapa temuan tentang :
1. Penampilan mengajar guru agama di kelas,
berkenaan dengan materi/bahan dan metode yang dipakai
(digunakan).2. Kesesuaian (consistency) antar komponen pengajaran dan langkah-langkah mengajar.
3. Faktor-faktor yang melatarbelakangi penam - pilan mengajar guru agama tersebut.
15"
D. Kegunaan Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh melalui temuan atau hasil penelitian ini, antara lain sebagai berikut :
1. Dengan adanya penelitian ini dan apabila tu - juan-tujuan yang telah dikemukakan terdahulu dapat ter eapal, maka temuan penelitian ini dapat menjadi masuk - kan (in-put) yang sangat berharga ,dan dapat digunakan sebagai umpan balik (feedback) bagi guru agama, teruta
ma dalam meningkatkan dan menyempurnakan penampilan mengajar di depan kelas. Selain itu, juga berguna buat guru agama untuk meningkatkan kemampuan serta keteram - pilannya dalam menciptakan konsistensi (kesesuaian) an-
tar komponen pengajaran dan langkah-langkah mengajar yang dilakukan dalam pelaksanaan proses belajar meng
ajar.
2. Temuan dan rekomendasi hasil penelitian ini diharapkan pula berguna bagi lembaga pendidikan yang menghasilkan calon guru agama (Fakultas Tarbiyah IAIN), untuk penyempurnaan program perkuliahan terutama yang berhubungan dengan pendidikan keguruan seperti ; mem - perkaya pengalaman belajar calon guru agama dengan me - tode-metode mengajar yang relevan untuk pendidikan aga ma Islam, Selain itu, juga untuk penyempurnaan penye -
lenggaraan latihan praktek keguruan (praktek mengajar)
menuju kepada pelaksanaan yang terencana, terpadu dan
TF
terkontrol, melalui peningkatan kerjasama dan pengem - bangan komunikasi dua arah dengan kepala-kepala sekolah dan guru-guru pamong (pembimbing) yang ada di lapangan.
3. Temuan penelitian ini juga berguna bagi lem - baga-lembaga terkait dengan pembinaan profesionalisme guru agama, yakni Kantor Wilayah Departemen Agama dan Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Provinsi Sumatera Barat sebagai masukan dan umpan balikuntuk penyusunan program kegiatan, terutama yang ter -
arah pada pembinaan dan pengembangan profesionalisme guru agama seperti : Penataran Guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam, Pemantapan Kerja Guru (PKG), Pena -
taran PPSI dan atau penataran-penataran lain yang rele-van.
4. Temuan penelitian ini diharapkan pula berman- faat bagi kepala sekolah. Sebagai atasan atau pembina langsung guru-guru agama, kepala sekolah memerlukan da ta empiris tentang perilaku mengajar yang ditampilkan oleh guru agama dalam pelaksanaan tugas mengajar. De ngan hasil penelitian ini kepala sekolah dapat melaku - kan pembinaan terhadap guru agama, baik dengan cara mengikut sertakan guru agama pada Penataran dan atau latihan, maupun melalui pembinaan langsung oleh kepala
sekolah sendiri.