PAKRAMAN (DESA ADAT)
MELAHIRKAN “PARIWISATA UNTUK BALI”,
TELAH BERUBAH MENJADI “BALI UNTUK PARIWISATA”
PROF. DR. IBRAHIM R. SH. MH.
SMS. 08123815993
PANSUS UU DESA DPRD PROVINSI BALI, DESA DINAS ATAU DESA ADAT
1. NB (Nusa Bali).15-12-2014. Ida Bagus Kiana, anggota DPRD Kota Denpasar, mengatakan ketika desa adat didaptarkan, otonomi desa adat tidak akan berlaku, karena tunduk pada putusan pemerintah pusat.
2. BP (Bali Post). 15-12-2014. Daftarkan desa adat, Bali akan tunduk pada Pemerintah Pusat, kata DPRD Provinsi Bali.
3. NB. 13-12-2014. Heiring Pansus UUDesa dengan DPD dan DPR. Pansus mendaftarkan desa adat kep Pemerintah Pusat
4. NB. 16-12-2014. Soal UUDesa, Sulinggih sarankan undang Pusat
PANSUS UU DESA DPRD PROVINSI BALI, DESA DINAS ATAU DESA ADAT
5. RB (Radar Bal) 16-12-2014. Suara Sulinggih terbelah ada yang usul desa adat, ada desa dinas, ada desa dinas dan desa adat.
6. RB. 20-12-2014. Kabupaten/Kota Se-Bali cenderung tidak memilih
7. NB. 20-12-2014. Bupati Gianyar AA Gede Agung Bharata, memilih desa adat. Pansus temui jalan buntu, Staf ahli cenderung ke desa adat
8. NB.6-1-2015, Bupati Badung AA Gede Agung, desa adat dan dinas Harmonis 9. NB. 6-1-2015. Para Lawyer, usul tidak memilih
10. BP.8-1-2015. Bendesa Adat se Bali, datangi Pansus UUDesa desak daftarkan desa adat
PANSUS UU DESA DPRD PROVINSI BALI, DESA DINAS ATAU DESA ADAT
11. NB.8-1-2015. Majelis Utama Desa Pakraman, usulkan desa adat 12. NB. 9-1-2015. Bendesa adat di Denpasar, tetap seperti sekarang
13. NB. 10-1-2015. Bupati dan DPRD Buleleng, sepakat daftarkan Desa Adat
14. BP. 10-1-2015. Dr. Wayan Koster, Kembalikan Baliku dengan memilih desa pakraman 15. BP.10-1-2015. Bupati Karangasem Geredeg, daptarkan desa pakraman dan dinas.
16. NB.10-1-2015. Pansus UUDesa DPRD Privinsi Bali, terbitkan Rekomendasi, sodorkan kedua jenis desa, silahkan Gubernur memilih
17. BP. 12-1-2015. Gubernur meminta Bupati/Walikota, mantapkan pilihan.
PANSUS UU DESA DPRD PROVINSI BALI, DESA DINAS ATAU DESA ADAT
18. NB. 14-1-2015. MADP Kuta dan Kutsel, pilih desa adat
19. NB. 14-1-2015. Pilihan desa pakraman, resahkan Kaur Desa 20. NB. 14-1-2015. PDIP-Golkar Memanas Soal UUDesa
21. NB. 15-1-2015. Pilihan Desa adat, akhirnya kandas.
22. NB. 15-1-2015. Soal UUDesa sepakat seperti sekarang, hasil keputusan Pemkot- DPRD Kota Denpasar.
23. BP. 16-1-2015. Batas penetapan berakhir, Keputusan Bupati Belum di dukung Perda
BALI DISARANKAN UJI MATERI, PASAL 298 UU NO. 23 TAHUN 2014
1. Nusa Bali. 25 September 2015. Bali disarankan uji materi UU No. 23 tahun 2014, agar bantuan Desa Adat bisa cair.
2. Pansus UU Desa DPRD Provinsi Bali Tahun 2013, tidak menghasilkan pilihan, mau desa dinas atau desa adat
3. Kini kembali mau bentuk Pansus UU No. 23 Tahun 2014, untuk uji materi supaya desa adat bisa menerima hibah, karena penerima hibah Bansos wajib berbadan hukum
4. Bentuk Pansus lagi, habiskan uang, hasil tidak maksimal dan mentah kembali, karena
Pansus yang dibentuk, adalah Pansus Politik.
ZELFBESTUURSREGELEN TAHUN 1938 STAATSBLAD 1938 NOMOR 529
1. Stb. 1938 No. 529, membagi Bali menjadi 8 Kerajaan, yaitu: <> (1). Lanschap Buleleng, <>(2).
Lanschap Jemberana, <>(3). Lanschap Badung, <>(4). Lanschap Tabanan, <>(5). Gianyar,
<>(6). Klungkung, <>(7). Lanschap Bangli, <>(8). Lanschap Karangasem
2. Paruman Agung Raja-Raja tahun 30 September 1938, untuk kerja sama antara kerajaan
3. Setelah Proklamasi 17 Agustur 1945, Bali, NTB, dan NTT menjadi Provinsi Sunda Kecil,
kemudian dengan UU No. 64 Tahun 1958, Provinsi Sunda Kecil menjadi tiga provinsi: Bali,
NTB, dan NTT.
UUD 1945 DAN UUD NRI 1945
1. Sejak tahun 1945-2015, UUD telah melahirkan 9 UU Pemda sampai dengan yang terakhir UU No. 23 Tahun 2014
2. Pasal 18 UUD 1945, telah melahirkan 6 UU, yaitu: UU No. 1 Tahun 1945; UU No. 22 Tahun 1948; Perpres No. 6 Tahun 1959; UU No. 18 Tahun 1965; UU No. 5 Tahun 1974; UU No. 22 Tahun 1999;
3. Pasal 18 UUD NRI 1945, telah melahirkan 2 UU, yaitu: UU No. 32 Tahun 2004; UU No.
23 Tahun 2014;
TEORI HUBUNGAN PEMERINTAH PUSAT DENGAN DAERAH PADA NEGARA KESATUAN
NEGARA KESATUAN
ASAS DESENTRALISASI ASAS SENTRALISASI ASAS TUGAS PEMBANTUAN ASAS DEKONSENTRASI
OTONOMI PROVINSI SENTRAL KABUPATEN/KOTA
HUBUNGAN PUSAT DAN DAERAH UU NO. 22 TAHUN 1999
NEGARA KESATUAN
ASAS DESENTRALISASI ASAS SENTRALISASI
ASAS TUGAS PEMBANTUAN ASAS DEKONSENTRASI
ASAS DEKONSENTRASI
PROVINSI SENTRAL
OTONOMI KABUPATEN/KOTA
HUBUNGAN PUSAT DAN DAERAH UU NO. 23 TAHUN 2014
NEGARA KESATUAN
ASAS DESENTRALISASI ASAS SENTRALISASI
ASAS TUGAS PEMBANTUAN ASAS DEKONSENTRASI
ASAS DEKONSENTRASI
OTONOMI PROVINSI SENTRAL
KABUPATEN/KOTA
URUSAN PEMERINTAHAN UU NO. 23 TAHUN 2014
1. Urusan Pemerintahan ABSOLUT: (kewenangan pusat) = <1>> politik luar negeri <2>
pertahanan <3> Keamanan <4> yustisi <5> Moneter-fiskal <6> agama.
2. Urusan Pemerintahan KONKUREN: (dibagi Pusat-Provinsi-Kab/Kota) = otonomi =>>
wajib dan pilihan <>> wajib = dasar. Pilihan = tidak dasar
3. Urusan Pemerintahan UMUM (kewenangan presiden sebagai kepala pemerintahan) Catatan: UP ABSOLUT (kewenangan pusat), UP KONKUREN (Otonomi Wajib-Pilihan), UP
UMUM (kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan).
DESA DAN PAKRAMAN DI PROVINSI BALI
NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH DESA /KELURAHAN JUMLAH DESA ADAT 1
2
Buleleng Jembrana
148 51
166 64 3
4
Tabanan Denpasar
123 43
340 35 5
6
Gianyar Bangli
69 69
269 155 7
8
Klugkung Karangasem
59 77
98 185
9 Badung 62 120
JUMLAH --- 701 --- 1.433
UU NO. 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA
1. Pasal 1 poin 43 UU No. 23 Tahun 2014, Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan NKRI
2. Pasal 1 poin 1 UU No. 6 Tahun 2014, copy paste Pasal 1 poin 43 UU No. 23 Tahun
2014
PILIH DESA DINAS ATAU DESA ADAT
1. Pasal 1 poin 1 UU No. 6 Tahun 2014, Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan NKRI
2. Pasal 6 ayat (1), Desa terdiri atas Desa dan Desa Adat
3. Pasal 67 poin a, Desa berhak mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan
hak asal-usul, adat istiadat, dan nilsi sosial budaya masyarakat desa == Ketentuan ini
merugikan Desa Adat (Pakraman) di Bali, kalau daerah lain tidak apa-apa
PILIH DESA DINAS ATAU DESA ADAT
4. Pasal 95 ayat (1), Pemerintahan Desa dan masyarakat desa dapat membentuk lembaga desa adat
5. Ayat (2), Lembaga desa adat, merupakan lembaga yang menyelenggarakan fungsi adat istiadat dan menjadi bagian dari susunan asli desa yang tumbuh dan berkembang atas prakarsa masyarakat desa
6. Ayat (3), Lembaga desa adat, bertugas membantu pemerintah desa dan sebagai mitra dalam memberdayakan, melestarikan dan mengembangkan adat istiadat sebagai wujud pengakuan terhadap adat istiadat masyarakat desa
7. Pasal 103, Kewenangan Desa Adat ..., Kalau pilihan Desa Dinas, kenapa ada kewenangan desa adar
TIGA SYARAT BERLAKUNYA
HUKUM
3. YURIDIS 1. FILOSOFIS
ENAM SYARAT BERLAKUNYA NORMA
HUKUM/KAIDAH HUKUM
1. H.K. FILSAFAT
6. H.K. TOOL OF SOCIAL
ENGINEERING
5. H.K. TOOL OF SOCIAL
CONTROL
4. H.K.
EKONOMIS 3. H.K. ILMU 2. H.K. SENI
NORMA HUKUM/
KAIDAH HUKUM 2. SOSIOLOGIS
SYARAT BERLAKUNYA HUKUM
PAKRAMAN (DESA ADAT)
1. Tahun 1022, Raja di Bali Anak Wungsu (1022), datang MPU KUTURAN mengAJEGkan Bali, melalui ajaran TRI HITA KARANA [(Khayangan Tiga [(dasar filosofis dan sosiologis lahirnya PAKRAMAN), berkhirarki dengan Dang Khayangan, dan Sad Khayangan].
2. Abad ke 14, datang DANG HYANG NIRATHA mengAJEGkan Bali, kembali. PAKRAMAN MERUPAKAN KESATUAN JIWA MANUSIA DAN ALAM, MELAHIRKAN KEUNIKAN BUDAYA SAMPAI ABAD KE-20. Maka, visi Pariwisata adalah PARIWISATA UNTUK BALI”
3. Abad ke-21, disebut sebagai zaman Edan/Kalabendu. Semula Visi Pariwisata Bali: “PARIWISATA UNTUK BALI” (wisata alam, wisata budaya, wisata peradaban, dan wisata religius), telah berubah menjadi “BALI UNTUK PARIWISATA”, yaitu wisata HEDONISME dan HYPIESME, kemudian di perkuat dengan MP3EI (lihat PP No. 50 Tahun 2011 jo Perpres No. 32 Tahun 2011).
4. AJEG BALI, YA PAKRAMAN
Agama Hindu
PADMA BHUWANA
Susila Tatwa
Upakara
Tri Hita Karana
1. M-T
3. M-M
2. M-A Sad
Kertih
1. Atma (Pura)
2. Wana (hutan)
3. Danu (mata air)
5. Jana (manusia) 4. Segara (laut)
6. Jagat (pakraman)
Tri Mandala
1. Utama
2. Madya
3. Nista
PADMA BHUWANA
Tri Hita Karana
1.M-T
3.M-M 2.M-A
1. Pura Besakih 2. Pura Batur
3. Pura Lempuyang Luhur 4. Pura Batukaru
5. Pura Luhur Uluwatu 6. ... ... ?
Tri Mandala
3. Taksu Krama 2. Taksu
Alam
1. Taksu Khayangan:
Sad, Dang, Khahti
1. Gunung Agung
2. Kintamani dan Batur 3. Tampaksiring dan Ubud 4. Sanur, Nusa Dua,Kuta 5. Bedugul dan Kebun Raya 6. Pulau Menjangan dan
Taman Nasional Bali Barat
1. Bali Aga 2. Orang Bali 3. Krama Tamiu
Sad Kertih
PADMA BHUWANA 1. Atma (Pura)
2. Wana (hutan) 3. Danu (mata air) 4. Segara (laut)
5. Jana (manusia) 6. Jagat (Pakraman)
TRI HITA KARANA
PP NO. 50 TAHUN 2011
TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA NASIONAL
1. Pasal 1 (5), Distinasi Pariwisata Nasional (DPN) adalah Distinasi pariwisata yang berskala nasional
2. Pasal 1 (6), Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) adalah kawasan yang
memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan
pariwisata nasional yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek,
seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam,
daya dukung lingkungan hidup serta pertahanan dan keamanan
PP NO. 50 TAHUN 2011
1. Pasal 1 ayat (8), Daya Tarik Wisata (DTW) adalah segala sesuatu yng memiliki keunikan, keindahan dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan waisatawan.
2. Pasal 1 ayat (9), Aksebilitas Pariwisata (AP) adalah semua jenis sarana dan prasarana
transportasi yang mendukung pergerakan wisatawan dari wilayah asal wisatawan ke
destinasi pariwisata maupun pergerakan di dalam walayah destinasi pariwisata dalam
kegiatan dengan motivasi kinjungan wisata
PP NO. 50 TAHUN 2011
1. Pasal 1 ayat (11), Fasilitas Umum adalah ...
2. Pasal 1 ayat (12), Fasilitas Pariwisata adalah ...
3. Pasal 1 ayat (15), Industri Pariwisata adalah ...
4. Pasal 1 ayat (17), Organisasi Pariwisata adalah ...
PP NO. 50 TAHUN 2011
1. Ada 222, Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) 2. Di 50 Destinasi Pariwisata Nasional (DPN)
3. Ada 88 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN)
4. KSPN, Namanya saja NASIONAL, berarti merupakan kewenangan Pusat
untuk mengaturnya.
11 KSPN DAN 1 DPN
KSPN/DPN USULAN
1. Bali Utara/ Singaraja dan Sekitarnya
2. MENJANGAN – Pemuteran dan sekitarnya
1. --- 2. Keluarkan dari KSPN 3. Taman Nasional Bali Barat dan sekitarnya
4. BEDUGUL dan Sekitarnya
3. –--- 4. Keluarkan dari KSPN 5. KUTA – SANUR - NUSA DUA dan sekitarnya
6. Nusa Penida dan sekitarnya
5. Keluarkan dari KSPN 6. --- 7. Ubud dan sekitarnya
8. KINTAMANI - DANAU BATUR dan sekitarnya
7. --- 8. Keluarkan dari KSPN 9. BESAKIH - GUNUNG AGUNG dan sekitarnya
10.Tulamben-Amed dan sekitarnya
9. Keluarkan dari KSPN 10. ---
11. Karangasem-Amuk dan sekitarnya 11. ---
DPN = BALI – NUSA LEMBONGAN DAN SEKITARNYA DPN ---
SAD KHAYANGAN PERDA PROVINSI 16 TAHUN 2009
1. Pure Besakih, Karang asem
2. Pure Lempuyang Luhur, Karangasem 3. Pure Andakasa, Karangasem
4. Pure Batu Karu, Tabanan 5. Pure Batur Kintamani, Bangli 6. Pure Goa Lawah, Klungkung 7. Pure Kentel Gumi, Klungkung 8. Pure Luhur Uluwatu, Badung 9. Pure Puncak Mangu, Badung 10. Pure Pusering Jagat. Gianyar
DAFTAR PUSTAKA
1. Bagir Manan, 1994, Hubungan Antara Pusat dan Daerah Menurut UUD 1945, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta 2. David J. Stuart-Fox, 2002, Pure Besakih: Temple, Relegion and Society in Bali, Leiden KITLV Press
3. Fred B. Eiseman, JR, 1990, Bali Sekala dan Niskala Essays on Religion, Ritual, and Art, North America, Latin America and Europe, Tuttle Publishig
4. Hans Kelsen, 1950, The Law of The United Nations A Critical Analysis of Its Fundamental Problems, Stevens & Sons Limited, London
5. Hartawan Mataram, 1977, Pemikiran Sistem Pemerintahan Baru Di Bali, Bupati Kepala Daerah Tingkat II Buleleng, Singaraja.
6. Ibrahim R, 2003, Sistem Pengawasan Konstitusional Antara Kekuasaan Legislatif dan Eksekutif Dalam Pembaruan Undang Undang Dasar 1945, Disertasi pada Pascasarjana Universitas Padjadjaran, Bandung.
DAFTAR PUSTAKA
7. Ibrahim R, 2015, Reklamasi Pintu Masuk Ke Sebelas KSPN Kapitalisasi Bali Besar Besaran, Bali Post, 13 April 2015
8. Ibrahim R, Dampak Reklamasi Teluk Benoa Terhadap Perkembangan Pariwisata Bali, Materi Kuliah Umum Asian Law Students Association Local Chepter, Visit Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro dan Airlangga di Fakultas Hukum Universitas Udayana, 22-27 Agustus 2015
9. Soekadijo, R.G, 2000, Anatomi Pariwisata, Memahami Pariwisata Sebagai System Lingkage, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
10. Robert Endi Jaweng (ed), 2004, Kompilasi Undang Undang Otonomi Daerah dan Sekilas Proses Kelahirannya (1903-2004), Institute for Local Development Yayasan Tifa, Jakarta.
11. Soetandyo Wignosubroto dkk, 2005, Pasang Surut Otonomi Daerah Sketsa Perjalanan 100 Tahun, Yayasan Tifa, Jakarta