• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRAKTIKUM PAJAK. PENGHASILAN torang Pribadi) Adhipradana PS. Benny Gunawan Ardiansyah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PRAKTIKUM PAJAK. PENGHASILAN torang Pribadi) Adhipradana PS. Benny Gunawan Ardiansyah"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

PRAKTIKUM

PAJAK

PENGHASILAN torang Pribadi)

Primandita Fitriandi | Nur Farida Liyana Adhipradana PS

Editor: Benny Gunawan Ardiansyah

(2)

PRAKTIKUM

PAJAK

PENGHASILAN torang pribadi)

Primandita Fitriandi | Nur Farida Liyana Adhipradana PS

Editor: Benny Gunawan Ardiansyah

Diterbitkan atas Kerja Sama:

PENERBIT ANDI"

(3)

PRAKTIKUM PAJAK PENGHASILAN (ORANG PRIBADI)

Oleh: Primandita Fitriandi Nur Farida Liyana Adhipradana P.S.

Hak Cipta @2019 pada Penulis.

Editor : Benny Gunawan Ardiansyah

Co. Editor : Radhitya Indra Arhadi Desain Cover : Dany Nofiyanto

Setter : Gerson Dullosa Korektor : Brigita Swila

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, baik secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotokopi, merekam atau dengan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari penulis.

Diterbitkan oleh Penerbit ANDI (Anggota IKAPI)

1. Beo 38-40, Telp. (0274) 561881 (Hunting), Fax. (0274) 588282 Yogyakarta 55281

Percetakan CV ANDI OFFSET

Jl. Beo 38-40, Telp. (0274) 561881 (Hunting), Fax. (0274) 588282 Yogyakarta 55281

Perpustakaan Nasional: Kat-alog dalam Terbitan (KDT)

Fitriandi, Primandita

PRAKTIKUM PAJAK PENGHASILAN (ORANG PRIBADI)/Primandita Fitriandi, Nur Farida Liyana, dan Adhipradana P.S.

- Ed.I.- Yogyakarta: ANDI,

28-27-26-25-24-23-22-21-20-19 hlm vi 4 98: 20x 28 Cm.

190 9 8.7 &.» 4 82 4 ISBN: 978-623-01-0404-6

IL. Judul 1. Taxes

2. Liyana, Nur Farida 3. PS., Adhipradana

DDC'23 : 336,2

(4)

Kata Sambutan

Kepala Laboratorium Pajak

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala, yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada para penulis dan editor sehingga dapat menyelesaikan buku Praktikum Pajak Penghasilan (Orang Pribadi). Begitu

pula selawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Secara khusus tujuan penyusunan buku ini adalah semata-mata untuk menambah literature bagi mahasiswa yang sedang mempelajari mata kuliah Praktikum Perpajakan. Selain itu, secara umum buku ini diharapkan dapat memberi tambahan pengetahuan bagi masyarakat dan manfaat bagi semua pembelajar.

Kami mewakili tim Laboratorium Jurusan Pajak Politeknik Keuangan Negara STAN mengapresiasi kepada semua penyusun buku dan mengucapkan terima kasih kepada segenap civitas akademia kampus PKN STAN, begitu pula semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku ini, serta kepada Penerbit ANDI.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapat imbalan yang setimpal dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Amin.

Tangerang Selatan, September 2019

Benny Setiawan

(5)

Prakata

Penyusunan buku Praktikum Pajak Penghasilan (Orang Pribadi) yang dikhususkan untuk orang pribadi, ini bertujuan agar mahasiswa mudah mengaplikasikan peraturan- peraturan perpajakan dalam penghitungan dan pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Orang Pribadi. Dalam buku praktikum ini, soal-soal yang disajikan berupa studi kasus yang komprehensif dan mencakup kasus-kasus yang mendekati praktik- praktik di lapangan. Mahasiswa juga dapat mengerjakan soal secara parsial dalam studi kasus yang ada dalam buku ini.

Buku praktikum ini juga berisi ringkasan ketentuan-ketentuan peraturan perpajakan yang terkait penghitungan Pajak Penghasilan secara umum. Harapannya mahasiswa dapat dengan mudah dan cepat memperoleh pemahaman dasar dalam mengerjakan studi kasus.

Kami para penyusun buku, Primandita Fitriandi sebagai penulis pertama, menyadari buku praktikum ini masih terdapat kekurangan. Kritik dan saran masih sangat diperlukan untuk penyempurnaannya. Semoga buku praktikum ini dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam memahami Pajak Penghasilan, menghitung dan mengisi SPT Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan khususnya kepada Direktur, Ketua Jurusan Perpajakan, Ketua Program Diploma III Perpajakan, Kepala Laboratorium Pajak Politeknik Keuangan Negara STAN, dan pihak penerbit, serta pihak-pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu, sehingga buku praktikum ini dapat terwujud.

Tangerang Selatan, September 2019

Penulis

(6)

KATA SAMBUTAN KEPALA LABORATORIUM PAJAK .

Daitar Isi

DAFTAR ISI voc ceesexoc00vse1ssesersnisnet0nesesanssenesensesnasennenanenanennasasanesaneo naa saen saksi aenaesaasasnbsen BAB 1

PENGANTAR PAJAK PENGHASILAN ... 1

1. Karakteristik Pajak Penghasilan 1

2. Subjek Pajak Penghasilan... 1

3. Tidak Termasuk Subjek Pajak Penghasilai 2

4. Objek Pajak Penghasilan 9)

5. Objek Pajak Tidak Final (Tarif Umum) s2

6. Objek Pajak Final. 3

7. Bukan Objek Paja 4

8. Biaya/Pengeluaran yang Boleh Dikurangkan.. 5

9. Biaya/Pengeluaran yang Tidak Boleh Dikurangkan 6

10. Biaya dengan Perlakuan Khusus... 7

NI. Harga Perolehan dan Pengalihan Harta .8

12. Penyusutan Fiskal ..8

13. Amortisasi Fiskal.. 9

14. Penghasilan Kena Pajal

15. Kompensasi Kerugian aga

16. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

17. Kondisi Khusus Pengenaan Pajak atas Keluarga 18. Rekonsiliasi Fiskal

19. Norma Penghitungan Penghasilan Net 20. Tarif Pajak Penghasilan Orang Pribadi .

21. Pajak Penghasilan atas Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.

22. Pelaporan Surat Pemberitahuan Orang Pribadi (SPT)...ooooooooooooooooooooooo BAB 2

STUDI KASUS.

1.

ND

SUN

Penentuan Subjek Pajak.

Penentuan Jenis Objek Pajak Pilihan Ganda ...

Studi Kasus Penghitungan Sederhana.

Studi Kasus SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi Formulir 1770 SS Studi Kasus SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi Formulir 1770 S ..

Studi Kasus SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi Formulir 1770 (NPPN) |.

(7)

8. Studi Kasus SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi Formulir 1770 (NPPN) 11...

9. Studi Kasus SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi Formulir 1770 (NPPN & MT).

10. Studi Kasus SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi Formulir 1770 (Pembukuan) | .

TI. Studi Kasus SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi Formulir 1770 (Pembukuan) II ee

12. Studi Kasus Pengisian SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi PH dan MT ... 39

BAB 3

LEMBAR JAWABAN UNTUK STUDI KASUS..o..ooooooocooooccoooccooo.ccooo.ocooococoo.ooooooo.mco————il LEMBAR JAWABAN STUDI KASUS 1

LEMBAR JAWABAN STUDI KASUS 2

LEMBAR JAWABAN STUDI KASUS 3

LEMBAR JAWABAN STUDI KASUS 4 ad

LEMBAR JAWABAN STUDI KASUS 5 US

LEMBAR JAWABAN STUDI KASUS 8 LEMBAR JAWABAN STUDI KASUS 9....

LEMBAR JAWABAN STUDI KASUS 10 LEMBAR JAWABAN STUDI KASUS 11

LEMBAR JAWABAN STUDI KASUS 12 DAFTAR PUSTAKA...

BIODATA PENULIS...

vi | Praktikum Pajak Penghasilan (Orang Pribadi)

Bahan dengan hak cipta

(8)

Bab 1

Pengantar Pajak Penghasilan

Karakteristik Pajak Penghasilan

Karakteristik utama dari Pajak Penghasilan (PPh), yaitu:

a. Pajak subjektif, dalam menentukan besarnya beban PPh keadaan subjek pajak sangat diperhatikan.

b. Pajak langsung, penanggung jawab beban pajak secara ekonomis dan pemikul beban pajak berada di pihak yang sama.

c. Pajak pusat, lembaga pemerintah yang bertanggung jawab untuk mengadminis- trasikan PPh adalah pemerintah pusat.

d. Sistem self-assessment dan withholding. Dalam self-assessment system Wajib Pajak wajib menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan pajaknya sendiri, tidak perlu menunggu ketetapan pajak dari fiskus. Sedangkan, withholding system undang-undang mewajibkan pihak ketiga untuk memotong/

memungut Pajak Penghasilan atas penghasilan yang diterima/diperoleh oleh Wajib Pajak.

Subjek Pajak Penghasilan

Yang menjadi subjek pajak adalah:

a. 1) Orang pribadi

2) warisan belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak,

b. badan, dan

c. bentuk usaha tetap.

Selain itu, subjek pajak bisa dibedakan menjadi dua, yaitu subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri. Subjek Pajak Dalam Negeri dapat berupa orang pribadi, badan, dan warisan belum terbagi. Sedangkan, Subjek Pajak Luar Negeri dapat berupa Subjek Pajak Luar Negeri BUT dan Subjek Pajak Luar Negeri Bukan

BUT. Perbedaan Pemajakan atas Subjek/Wajib Pajak Dalam Negeri dan Subjek/

Wajib Pajak Luar Negeri Bukan BUT.

(9)

« WP Luar Negeri

No Uraian WP Dalam Negeri (Bukan BUT)

1. | Penghasilan yang dapat Penghasilan yang diterima atau | Penghasilan yang bersumber dari

dikenakan pajak diperoleh dari Indonesia dan Indonesia

luar Indonesia

2. | Dasar pengenaan pajak Penghasilan Neto Penghasilan Bruto

3. | Tarif pajak Tarif umum Tarif sepadan (tarif proporsional)

4. | Kewajiban pelaporan Wajib menyampaikan SPT Tidak wajib menyampaikan SPT

pajak Tahunan PPh Tahunan PPh

3. Tidak Termasuk Subjek Pajak Penghasilan

Pasal 3 Undang-Undang PPh mengatur pihak yang tidak termasuk Subjek Pajak Penghasilan sebagai berikut.

a. Kantor perwakilan negara asing:

b. pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat, atau pejabat-pejabat lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja dan bertempat tinggal bersama-sama mereka dengan syarat tertentu:

c. organisasi-organisasi internasional dengan syarat tertentu:

d. pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional dengan syarat tertentu.

4. Objek Pajak Penghasilan

Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan mengatur bahwa:

“Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun.” Pembagian jenis penghasilan bisa dilihat dalam grafik berikut ini.

Dikenakan

| mem Tidak Final na |

on Tenaaa. | (Tarif Umum)

Dikenakan

T——

T—— Final

Tidak digabungkan

Dikecualikan dengan Penghasilan dari Objek yang Dikenakan Pajak

Pajak dengan Tarif Umum

5. Objek Pajak Tidak Final (Tarif Umum)

a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima

atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus,

gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan

lain:

2 | Praktikum Pajak Penghasilan (Orang Pribadi)

(10)

0

Koo

oat 3 ab -|

023-—

ks)

g.

r

s.

. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan, . laba usaha:

. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta:

. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak:

bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian

utang:

. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, . royalti atau imbalan atas penggunaan hak,

sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, penerimaan atau perolehan pembayaran berkala,

. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah:

keuntungan selisih kurs mata uang asing:

. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva:

. premi asuransi,

. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas,

. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak:

penghasilan dari usaha berbasis syariat,

imbalan bunga, dan

surplus Bank Indonesia.

Objek Pajak Final

Berikut ini adalah penghasilan yang dikenakan PPh bersifat final.

a. Penghasilan yang dikenakan PPh final berdasarkan Pasal 4 ayat (2) dan Pasal 17 ayat (2c) dan ayat (2d) Undang-Undang PPh:

1) Bunga Deposito, dan Tabungan, serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia.

2) Bunga Obligasi.

3) Diskonto Surat Perbendaharaan Negara (SPN).

4) Bunga Simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi.

5) Hadiah Undian.

6) Penghasilan dari Transaksi Penjualan Saham di Bursa Efek.

7) Penghasilan Perusahaan Modal Ventura dari Transaksi Penjualan Saham atau Pengalihan Penyertaan Modal pada Perusahaan Pasangan Usahanya.

8) Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.

9) Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi.

10) Penghasilan dari Persewaan Tanah dan/atau Bangunan.

11)Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.

12)Penghasilan WP Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) berupa Uplift atau Imbalan lain yang sejenis.

13) Penghasilan WP KKKS dari Pengalihan Interest.

14) Dividen yang diterima oleh WP Orang Pribadi Dalam Negeri.

Pengantar Pajak Penghasilan | 3

(11)

b. Penghasilan yang dikenakan PPh Final berdasarkan Pasal 15 Undang- Undang PPh.

1) Penghasilan Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri.

2) Penghasilan Perusahaan Pelayaran dan/atau Penerbangan Luar Negeri.

3) Penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Luar Negeri yang mempunyai kantor perwakilan dagang di Indonesia dari penyerahan barang di Indonesia.

4) Penghasilan bagi Wajib Pajak yang Melakukan Kegiatan Usaha Jasa Maklon (Contract Manufacturing) Internasional di bidang produksi mainan anak- anak (ada hubungan istimewa dengan pengguna jasa).

. Penghasilan yang dikenakan PPh Final berdasarkan Pasal 19 Undang-Undang PPh Penghasilan berupa selisih lebih Revaluasi Aktiva Tetap.

. Penghasilan yang dikenakan PPh Final berdasarkan Pasal 21 Undang-Undang PPh.

1) Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, atau Jaminan Hari Tua yang dibayarkan sekaligus.

2) Honorarium dan Imbalan lain yang diterima Pegawai Negeri Sipil, Anggota

TNI/Polri.

. Penghasilan yang dikenakan PPh Final berdasarkan Pasal 22 Undang-Undang PPh, yaitu penjualan BBM dan BBG oleh produsen atau importir kepada penyalur/agen.

Penghasilan yang dikenakan PPh Final berdasarkan Pasal 8 ayat (1) Undang- Undang PPh, yaitu penghasilan istri yang semata-mata diterima atau diperoleh dari satu pemberi kerja yang telah dipotong PPh Pasal 21 dan pekerjaan istri tidak ada hubungannya dengan usaha atau pekerjaan bebas suami atau anggota keluarga lainnya.

Bukan Objek Pajak

Penghasilan yang dikecualikan dari objek pajak yang diatur dalam Pasal 4 ayat (3) Undang-Undang PPh adalah:

a. 1) bantuan atau sumbangan dengan syarat tertentu:

2) harta hibahan dengan syarat,

sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan:

b. warisan,

. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal,

. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit),

. pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan

asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa,

dividen atau bagian laba dengan syarat tertentu:

| Praktikum Pajak Penghasilan (Orang Pribadi)

(12)

. iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai:

. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang- bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan:

i. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif,

j. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat tertentu,

. beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu:

. sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan dengan

syarat tertentu, dan

. bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu dengan syarat tertentu.

Biaya/Pengeluaran yang Boleh Dikurangkan

Dalam Undang-Undang PPh, biaya-biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto diatur pada Pasal & ayat 1. Biaya-biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu:

a. Biaya yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari satu tahun, perlakuannya merupakan beban pada tahun yang bersangkutan. Misalnya gaji pegawai, biaya alat tulis kantor, dan biaya listrik.

b. Biaya yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atau melalui amortisasi.

PENGHASILAN BRUTO

Objek Pajak Objek Pajak Bukan Objek

Tidak Final Final Pajak

Tidak Boleh Dikurangkan

Boleh

Dikurangkan

PENGELUARAN / BIAYA

Biaya-biaya yang boleh dikurangkan termasuk:

1) Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan

usaha, antara lain:

a) biaya pembelian bahan,

b) biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam

bentuk uang,

Pengantar Pajak Penghasilan | 5

(13)

c) bunga, sewa, dan royalti,

d) biaya perjalanan,

e) biaya pengolahan limbah,

f) premi asuransi:

g) biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan:

h) biaya administrasi: dan

i) pajak kecuali Pajak Penghasilan.

2) Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu).

3) Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

4) Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan

5) Kerugian selisih kurs mata uang asing.

6) Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia.

7) Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan.

8) Piutang yang nyata, tidak dapat ditagih dengan syarat tertentu.

9) Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

10)Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

11)Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

12) Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

13)Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

9. Biaya/Pengeluaran yang Tidak Boleh Dikurangkan

Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang PPh mengatur tentang biaya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto sebagai berikut.

a. pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apa pun seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi:

. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang

saham, sekutu, atau anggota,

. pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali untuk bidang tertentu,

. premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna,

dan asuransi beasiswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi,

. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam

| Praktikum Pajak Penghasilan (Orang Pribadi)

(14)

bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan,

f. jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan:

g. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan kecuali memenuhi

Syarat tertentu:

h. pajak Penghasilan,

i. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya,

j- gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham,

k. sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan, serta sanksi pidana

berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan.

10. Biaya dengan Perlakuan Khusus

a. Biaya telepon seluler dan kendaraan dinas Telepon seluler:

1) Biaya perolehan telepon seluler dapat dibebankan sebesar 50Y6 dari jumlah biaya perolehan atau pembelian melalui penyusutan aktiva tetap Kelompok

1.

2) Biaya berlangganan atau pengisian ulang pulsa dapat dibebankan sebesar 50Yo.

Mobil sedan dan sejenisnya:

1) Biaya perolehan atau perbaikan besar mobil sedan atau sejenisnya tersebut, dapat dibebankan perusahaan sebesar 50Yo melalui penyusutan aktiva tetap

Kelompok 2.

2) Biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin mobil tersebut dapat dibebankan oleh perusahaan sebesar 50Yo.

Bus, minibus, atau sejenisnya untuk antar jemput karyawan:

1) Biaya perolehan atau perbaikan besar dapat dibebankan seluruhnya sebagai biaya

perusahaan melalui penyusutan aktiva tetap Kelompok 2. Demikian juga, biaya

pemeliharaan atau perbaikan rutin mobil tersebut dapat dibebankan oleh perusahaan seluruhnya.

b. Biaya promosi/entertainment

Promosi yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto merupakan akumulasi dari jumlah biaya periklanan, biaya pameran produk, biaya pengenalan produk baru dan/atau biaya sponsorship yang berkaitan dengan promosi produk.

Apabila biaya promosi tersebut dikeluarkan kepada pihak lain, maka Wajib Pajak wajib membuat daftar nominatif, yang paling sedikit harus memuat data penerima berupa nama, Nomor Pokok Wajib Pajak, alamat, tanggal, bentuk dan jenis biaya, besarnya biaya, nomor bukti pemotongan, dan besarnya Pajak Penghasilan yang dipotong. Daftar nominatif ini dilaporkan, sebagai lampiran saat Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan.

Pengantar Pajak Penghasilan | 74

(15)

Format Daftar Nominatif itu sudah ditentukan sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-02/PMK.03/2010 tentang Biaya Promosi yang dapat dikurangkan dari Penghasilan Bruto.

c. Biaya perolehan perangkat lunak (software) komputer 1) Program aplikasi umum

Atas pengeluaran/biaya perolehan dan upgrade perangkat lunak komputer berupa program aplikasi umum pembebanannya dilakukan sekaligus dalam bulan pengeluaran, kecuali program tersebut sebagai bagian dari harga pembelian perangkat keras komputer, maka pembebanannya termasuk dalam penyusutan perangkat keras komputer tersebut (Kelompok 1).

2) Program aplikasi khusus

Atas pengeluaran/biaya perolehan dan upgrade perangkat lunak komputer berupa program aplikasi khusus, pembebanannya dilakukan melalui amortisasi harta tak berwujud (Kelompok 1).

11. Harga Perolehan dan Pengalihan Harta

Harga perolehan dan pengalihan harta adalah sebagai berikut.

(No. Cara Pengalihan Harga Perolehan

Jual beli Tidak dipengaruhi hubungan istimewa adalah jumlah yang sesungguhnya dikeluarkan atau diterima.

Dipengaruhi hubungan istimewa adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan

atau diterima (harga pasar).

3. ILikuidasi, penggabungan, | Harga Pasar

peleburan, pemekaran, pemecahan, atau

pengambilalihan usaha

6. (Penyertaan modal Harga Pasar 12. Penyusutan Fiskal

Penyusutan pada dasarnya merupakan alokasi secara sistematis atas biaya perolehan harta berwujud untuk dibebankan selama masa manfaat harta berwujud.

Penyusutan untuk tujuan pajak agak berbeda dengan penyusutan untuk tujuan komersial yang dilaporkan di laporan laba rugi. Perbedaan tersebut biasanya mengenai metode penyusutan, masa manfaat harta, dan saat mulai dilakukan penyusutan. Selain itu, penyusutan untuk tujuan fiskal tidak mengenal nilai sisa.

Saat dimulainya penyusutan adalah bulan dilakukannya pengeluaran untuk perolehan harta berwujud, kecuali ditentukan lain oleh Menteri Keuangan. Sedangkan masa manfaat dan tarif penyusutan adalah sebagaimana berikut ini.

8 | Praktikum Pajak Penghasilan (Orang Pribadi)

(16)

$ Masa Tarif Penyusutan

Kelompok Harta Berwujud Manfaat Garis Saldo

Lurus Menurun

I. Bukan bangunan

Kelompok 1 4 tahun 25Y9 50Y0

Kelompok 2 8 tahun 12,5Y6 25Yo

Kelompok 3 16 tahun 6,25Y6 12,5Yo

Kelompok 4 20 tahun 5Yo 10Y9

II. Bangunan

Permanen 20 tahun 5Yo

Tidak Permanen 10 tahun 10Yo

13. Amortisasi Fiskal

14.

Pasal 11A ayat (1) Undang-Undang PPh mengatur bahwa amortisasi dilakukan atas pengeluaran untuk memperoleh harta tak berwujud dan pengeluaran lainnya. Yang dimaksud dengan pengeluaran lainnya termasuk biaya perpanjangan hak guna

bangunan, hak guna usaha, hak pakai, dan muhibah (goodwill) yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun yang dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.

Ada tiga jenis metode amortisasi yang dipergunakan untuk tujuan perpajakan:

Kelompok Harta Tak Berwujud Metode Penyusutan Hak penambangan, hak pengusahaan hutan, dan hak

pengusahaan sumber alam serta hasil alam lainnya, selain bidang penambangan minyak dan gas bumi.

Hak penambangan minyak dan gas bumi.

Satuan produksi, maksi-

mal 20Y6 setahun.

Satuan produksi, tidak ada batasan maksimal.

Garis lurus atau Saldo menurun ganda.

Sedangkan masa manfaat dan tarif adalah sebagai berikut.

Tarif Amortisasi

Garis Lurus | Saldo Menurun

25Yo 50Yo

12,5Y0 25Y9

6,25Y9 12,5Yo

Pengeluaran selain di atas.

Kelompok Harta Tak

Berwujud Masa Manfaat

Kelompok 1 4 tahun

8 tahun 16 tahun 20 tahun Kelompok 2

Kelompok 3 Kelompok 4

Penghasilan Kena Pajak

Dasar pengenaan pajak untuk penghasilan yang merupakan objek pajak tidak final adalah penghasilan kena pajak. PPh terutang dalam satu tahun pajak dihitung dengan mengalikan penghasilan kena pajak dan tarif umum Pasal 17.

Pengantar Pajak Penghasilan | 9

(17)

PENGHASILAN BRUTO |

Objek Pajak Objek Pajak Bukan Objek

Tidak Final | Final Pajak

Penghasilan Tarif Umum |

Kena Pajak ) » ( Pasal 17 j- PPh Terutang

15. Kompensasi Kerugian

Kompensasi kerugian bisa dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Kompensasi kerugian horizontal

Semua jenis penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak digabungkan untuk mendapatkan dasar pengenaan pajak, apabila dalam satu tahun pajak suatu usaha atau kegiatan menderita kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan lainnya (kompensasi horizontal), kecuali:

1) usaha yang menderita kerugian tersebut dikenai pajak dengan tarif yang bersifat final atau dikecualikan dari objek pajak:

2) kerugian yang diderita di luar negeri.

b. Kompensasi kerugian vertikal

Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan fiskal didapat kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan lima tahun.

16. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PTKP yang berlaku mulai tahun 2016 sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.010/2016 adalah sebagai berikut.

Wajib Pajak orang pribadi Rp 54.000.000

Tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin Rp 4.500.000 Tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya Rp 54.000.000 digabung dengan penghasilan suami

Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan Rp 4.500.000 keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta

anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga

10 I Praktikum Pajak Penghasilan (Orang Pribadi)

(18)

17.

18.

Keterangan:

a. PTKP melihat kondisi awal tahun pajak.

b. Keluarga adalah satu kesatuan ekonomis kecuali penghasilan suami, istri, dan anak yang belum dewasa merupakan satu kesatuan dan yang bertanggung jawab atas pemenuhan kewajiban perpajakan adalah kepala keluarga.

Kondisi Khusus Pengenaan Pajak atas Keluarga

Pasal 8 Undang-Undang PPh juga mengatur hal-hal yang menyimpang dari kondisi

umum, yaitu:

a. Istri yang memperoleh atau menerima penghasilan semata-mata dari satu pemberi kerja.

Penghasilan istri yang diperoleh atau diterima dari satu pemberi kerja yang sudah dipotong PPh Pasal 21 dianggap sudah dikenakan pajak bersifat final dengan ketentuan sebagai berikut.

1) Penghasilan tersebut semata-mata dari satu pemberi kerja:

2) pekerjaan tersebut tidak ada hubungannya dengan usaha atau pekerjaan bebas suami atau anggota keluarga lainnya.

Sehingga atas penghasilan istri tersebut tidak digabung dengan penghasilan suaminya.

b. Penghasilan suami dan istri dikenai pajak secara terpisah, dalam hal:

1) Suami istri telah hidup berpisah berdasarkan putusan hakim (status HB).

Dalam kondisi ini penghitungan penghasilan kena pajak dan pengenaan pajaknya sendiri-sendiri. Masing-masing suami dan istri diberikan PTKP dengan status tidak kawin, dengan jumlah tanggungan berdasarkan keadaan sebenarnya, maksimal 3 orang.

2) Suami istri mengadakan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta secara

tertulis (status PH).

Dalam kondisi ini penghitungan penghasilan kena pajak berdasarkan penjumlahan penghasilan neto suami dan istri, kemudian dikurangi PTKP status kawin,

penghasilan istri digabung dengan penghasilan suami, dan jumlah tanggungan maksimal tiga orang.

3) Istri memilih untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya sendiri

(status MT).

Dalam kondisi ini perlakuan perpajakannya sama dengan kondisi suami istri yang mengadakan perjanjian pisah penghasilan dan harta secara tertulis.

Rekonsiliasi Fiskal

Rekonsiliasi fiskal dilakukan oleh Wajib Pajak yang menyelenggarakan pembukuan.

Berdasarkan pasal 28 ayat (1) Undang-Undang KUP, Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan usaha atau pekerjaan bebas dan semua Wajib Pajak badan wajib menyelenggarakan pembukuan, kecuali Wajib Pajak orang pribadi tersebut diperbolehkan menghitung penghasilan neto menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN).

Hal-hal yang menyebabkan perbedaan besarnya laba (rugi) komersial dan laba (rugi) fiskal, antara lain:

a. Penghasilan yang bukan objek pajak.

b. Penghasilan yang sudah dikenakan pajak bersifat final.

c. Biaya-biaya yang tidak boleh dikurangkan untuk tujuan perpajakan.

Pengantar Pajak Penghasilan | 11

(19)

Koreksi fiskal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Koreksi fiskal positif, yaitu koreksi fiskal yang menambah besarnya penghasilan neto fiskal.

b. Koreksi fiskal negatif, yaitu koreksi fiskal yang mengurangi besarnya penghasilan neto fiskal.

19. Norma Penghitungan Penghasilan Neto

Wajib Pajak yang boleh menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto harus memenuhi ketentuan sebagai berikut.

a. Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang peredaran brutonya dalam satu tahun kurang dari Rp4.800.000.000,00

b. Wajib memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu tiga bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan.

c. Wajib menyelenggarakan pencatatan.

d. Dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 yang mulai berlaku tanggal 1 Juli 2013, Wajib Pajak orang pribadi dan badan yang melakukan usaha dengan peredaran bruto tidak lebih Rp4,8 miliar setahun

dikenakan PPh final sebesar 1”o dari peredaran usaha setiap bulan, kecuali

penghasilan dari usaha sehubungan dengan pekerjaan bebas. Dengan demikian, sejak tanggal 1 Juli 2013, yang dapat menggunakan NPPN adalah orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas dengan peredaran usaha tidak lebih dari Rp4,8 miliar setahun.

Besarnya Norma Penghitungan Penghasilan Neto dikelompokkan menurut jenis usaha dan menurut wilayah. Wilayah dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

a. 10 (sepuluh) ibu kota provinsi yaitu Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Manado, Makassar, dan Pontianak,

b. ibu kota provinsi lainnya:

c. daerah lainnya.

20. Tarif Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Tarif umum bagi Wajib Pajak orang pribadi diatur pada Pasal 17 ayat (1) Undang- Undang PPh adalah sebagai berikut.

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp50 juta 5Yo

Di atas Rp50 juta s.d. Rp250 juta 1540

Di atas Rp250 juta s.d. Rp500 juta 25Y9

Di atas Rp500 juta 3040

21. Pajak Penghasilan atas Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu a. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018, dijelaskan bahwa atas

penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri yang memiliki peredaran bruto tertentu, dikenakan pajak yang bersifat final dalam jangka waktu tertentu, dengan tarif 0,5Yo dari dasar pengenaan pajak.

12 | Praktikum Pajak Penghasilan (Orang Pribadi)

(20)

22.

b. Wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu adalah:

1) Wajib Pajak orang pribadi, dan

2) Wajib Pajak Badan berbentuk koperasi, persekutuan komanditer, firma, atau perseroan terbatas, yang menerima atau memperoleh penghasilan dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam 1 (satu) tahun pajak.

. Tidak termasuk dalam pengertian penghasilan dari usaha yang dikenai PPh yang bersifat final menurut PP Nomor 23 Tahun 2018, yaitu:

1) penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas,

2) penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar negeri yang pajaknya terutang atau telah dibayar di luar negeri,

3) penghasilan-penghasilan yang telah dikenai PPh yang bersifat final dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tersendiri: dan

4) penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak.

. Sedangkan jangka waktu tertentu pengenaan pajak yang bersifat final mengikuti ketentuan sebagai berikut.

1) Bagi Wajib Pajak orang pribadi, jangka waktunya adalah 7 (tujuh) tahun, 2) bagi Wajib Pajak badan berbentuk koperasi, persekutuan komanditer, atau

firma, jangka waktunya adalah 4 (empat) tahun, dan

3) bagi Wajib Pajak berbentuk perseroan terbatas, jangka waktunya adalah 3 (tiga) tahun.

Pelaporan Surat Pemberitahuan Orang Pribadi (SPT)

Pelaporan SPT bagi Wajib Pajak orang pribadi bisa dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:

a. SPT 1770, untuk yang menerima atau memperoleh penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas yang menyelenggarakan pembukuan atau Norma Penghitungan Penghasilan Neto.

. SPT 1770 S, untuk yang menerima atau memperoleh penghasilan dari satu atau lebih pemberi kerja.

. SPT 1770 SS, untuk yang menerima atau memperoleh penghasilan dari satu pemberi kerja dengan jumlah penghasilan bruto dari pekerjaan tidak lebih dari 60 juta setahun dan tidak menerima penghasilan lain kecuali berupa bunga bank dan/atau bunga koperasi.

Pengantar Pajak Penghasilan | 13

(21)

Bahan dengan hak cipta

(22)

Bah 2

Studi Kasus

Penentuan Subjek Pajak

Sebutkan status subjek pajak berikut ini.

a. Subjek Pajak Dalam Negeri Orang Pribadi (SPDN OP).

b. Subjek Pajak Dalam Negeri Badan (SPDN Badan).

c. Subjek Pajak Luar Negeri BUT (SPLN BUT).

d. Subjek Pajak Luar Negeri Non BUT (SPLN Non BUT).

e. Bukan Subjek Pajak (Bukan SP).

Sarah bekerja pada Dinas Agama Pemda Makassar dan memiliki usaha dagang.

Mr. Wong Fei Hung, WNA Negara Y, bekerja pada PT Indojaya sebagai manajer pemasaran dengan kontrak kerja selama 2 tahun sejak 1 April 2019.

Yayasan Tutur Tinular bergerak dalam bidang sosial panti Asuhan di Semarang.

XYZ Corp., yang bertempat kedudukan di Negara X memperoleh penghasilan dividen dari PT Indofiesta.

Mr. Jackson, WNA Negara Z, hanya bekerja pada Konsulat Negara X di Makassar.

Mr. Kakinaka, yang bertempat tinggal di Negara Y, memberikan jasa konsultan melalui pegawainya kepada perusahaan di Indonesia sejak 1 November 2018 s.d. 28 Februari 2019 dan setiap bulan pulang ke negaranya selama 5 hari kalender

Jaya Construction Ltd., sebuah perusahaan konstruksi yang didirikan di Negara Z, mengerjakan proyek di Maros dan memiliki kantor

di Makassar di mana anggota direksi sering rapat dan mengambil keputusan strategis di Makassar.

(23)

NO. URAIAN

8) | Rusmina bekerja di Kuwait sebagai TKI selama 2 tahun dan belum kembali ke Indonesia.

9) | KPP Pratama Makassar Selatan meningkatkan mutu pelayanannya kepada Wajib Pajak dalam wilayah kerjanya.

perusahaan yang bertempat kedudukan di Negara Y.

11) | Salman bekerja di Kedubes RI di Beijing selama 5 tahun tanpa pernah kembali ke Indonesia.

12) | Beyonci dari USA mengisi konser musik di Surabaya selama 3 hari berturut-turut.

13) | LED Corp., yang bertempat kedudukan di Negara X, bergerak

dalam bidang usaha dagang, mempunyai cabang di Jakarta untuk menjalankan usaha dagang di Indonesia.

3

14) | Mike Tyler dari Australia datang ke Indonesia dan kontrak bekerja selama 3 tahun di PT Jaya Negeriku.

1 5) JUNHCR bekerja selama 8 bulan di Jakarta.

2. Penentuan Jenis Objek Pajak

Sebutkan status objek pajak berikut ini.

a. Objek Pajak Tidak Final (OPTF) b. Objek Pajak Final (OPF)

c. Bukan Objek Pajak (BOP)

1) | PT Indah memperoleh dividen atas kepemilikan sahamnya sebesar 30Y6 pada D Corp. yang bertempat kedudukan di Negara Z.

CV ABB menerima penghasilan bunga pinjaman dari PT G

Winarni memperoleh penghasilan sewa dari gudang miliknya.

Saudara Yudhi memperoleh royalti sehubungan dengan pembuatan buku karya tulisnya.

Zainal menerima warisan dari orang tuanya berupa toko yang masih menghasilkan.

Saudara Zulham menerima dividen atas kepemilikan sahamnya sebesar 2596 pada PT C Tbk.

Ny. Leli, seorang staf, menerima beras dan minyak goreng setiap bulan dari PT Bangun Perkasa yang bergerak di bidang jasa

pelaksanaan konstruksi.

8) | Tuan Gani memperoleh klaim asuransi kesehatan.

9) | Petani menjual tanah kebun kelapa sawitnya sebesar Rp5.000.000.000,00.

16 | Praktikum Pajak Penghasilan (Orang Pribadi)

(24)

10) | Tuan Taufik, anggota CV Garda Maritim, menerima gaji dari CV tersebut sehubungan dengan jabatannya sebagai direktur.

11) | Ny. Santi menjual sebagian saham ASII yang dimilikinya di bursa

senilai 2,5 miliar.

12) | Koperasi Usaha Maju menerima dividen atas kepemilikan sahamnya sebesar 1096 di PT BAC.

13) | Dana Pensiun Tua Hepi yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan

menerima iuran pensiun dari anggotanya.

14) | Tuan Igbal selaku PNS di LIPI menerima honor sebagai narasumber seminar ekonomi di kampus STAN.

15) | Mr. Kukuh menerima pensiunan bulanan yang dibayar oleh PT Taspen.

Pilihan Ganda

Pilihlah jawaban yang Saudara anggap paling benar, dengan memberi tanda silang (X)jawaban a, b, c, atau d pada lembar jawab yang telah disediakan!

1. Salah satu ciri yang melekat pada pajak langsung adalah ...

Subjek pajaknya merupakan pihak yang dituju oleh undang-undang sebagai

a.

b.

pemotong pajak.

Subjek pajaknya merupakan pihak yang dituju oleh undang-undang sebagai pemungut pajak.

Subjek pajaknya merupakan penanggung pajak secara yuridis formal dalam kewajiban untuk melunasi pajak.

Subjek pajaknya bukan merupakan penanggung pajak secara yuridis formal dalam kewajiban untuk melunasi pajak.

2. Dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan, pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal dari warisan yang belum terbagi, tetap dapat dilaksanakan karena warisan yang belum terbagi ditetapkan sebagai ...

pn xp

Subjek pajak Objek pajak

Pemotong pajak Penanggung pajak

. Mr. Mao Gen Tong adalah warga negara Y, tinggal di negara Y, dan tidak pernah datang ke Indonesia. Pada tahun 2019, Mr. Mao Gen Tong menerima dividen dari PT Indo Jaya Perkasa, yang bertempat kedudukan di Indonesia. Dengan demikian, status Mr. Mao Gen Tong pada tahun 2019 adalah ...

a. Subjek Pajak Dalam Negeri b. Subjek Pajak Luar Negeri

Studi Kasus | 17

(25)

c. Bentuk Usaha Tetap d. Bukan Subjek Pajak

4. Karyono lahir pada tanggal 1 Januari 1994 dan lulus kuliah tanggal 6 Agustus 2019. Karyono mulai bekerja pada tanggal 1 September 2019 dan mendapat gaji pada tanggal 30 September 2019. Dengan demikian, saat dimulainya kewajiban pajak subjektif Karyono sebagai subjek pajak dalam negeri adalah pada tanggal

1 Januari 1994

6 Agustus 2019 1 September 2019

30 September 2019 ngopi:

5. Berikut ini tidak termasuk subjek pajak penghasilan adalah ...

Organisasi massa.

Ikatan Konsultan Pajak Indonesia.

Kedutaan Besar Amerika di Indonesia.

. Warga negara asing hanya sebagai pegawai Kantor Perwakilan Dagang Asing di Indonesia.

ang

6. Berikut ini adalah contoh penghasilan yang dikenakan pajak bersifat final a. Hadiah yang diterima oleh seorang pelari atas keberhasilannya

menjuarai lomba lari maraton.

b. Hadiah yang diterima oleh seseorang atas prestasinya sebagai wiraswasta terbaik.

C. Hadiah yang diterima oleh seseorang atas keberhasilannya menjuarai lomba pembuatan logo PT Indojaya.

d. Hadiah yang diterima oleh seseorang berupa mobil hasil undian dari Bank Mandiri.

7. Berikut ini yang bukan merupakan objek pajak bagi PT Indo Jaya adalah Setoran modal tunai dari pemegang saham.

Laba hasil penjualan mesin.

Penghasilan bunga pinjaman.

Dividen yang diterima dari PT Setia Kawan atas kepemilikan sahamnya sebesar 1076.

an gp:

8. Berikut ini pengeluaran yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto dalam menghitung penghasilan kena pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri adalah a. Gaji pegawai yang dibayarkan oleh PT A yang melakukan usaha dagang.

b. Pajak Penghasilan yang dibayarkan oleh PT B yang melakukan usaha jasa konsultan.

18 | Praktikum Pajak Penghasilan (Orang Pribadi)

(26)

c. Bagian laba yang dibayarkan oleh Firma Amin, Bagas, dan Rekan kepada anggota Firma.

d. Sanksi administrasi yang tercantum dalam SKPKB yang diterbitkan kepada PT C.

9. Pengeluaran berikut ini yang hanya boleh dikurangkan dari penghasilan bruto sebesar 50Yo dalam menghitung penghasilan kena pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri adalah ...

a. Biaya pemeliharaan bus untuk antar jemput karyawan.

b. Biaya voucher handphone milik perusahaan yang digunakan oleh manajer pemasaran.

Cc. Biaya penyusutan mobil pick-up untuk mengantarkan barang dagangan yang dijual.

d. Biaya pembelian perangkat lunak aplikasi umum berupa Microsoft Office yang dipasang di komputer perusahaan.

10. Pengeluaran berikut ini yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto dalam menghitung penghasilan kena pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri adalah ...

a. Biaya sewa peralatan yang digunakan oleh PT Mitra Sejati untuk menjalankan usaha dagang.

b. Biaya Pajak Bumi dan Bangunan gedung kantor yang dibayarkan oleh PT Mitra Sejati untuk menjalankan usaha dagang.

Cc. Biaya untuk cuti berlibur pemegang saham bersama keluarganya ke luar negeri yang ditanggung oleh PT Mitra Sejati.

d. Biaya makanan dan minuman yang disediakan di tempat kerja untuk seluruh karyawan PT Mitra Sejati.

1l.PT Alaska menjual mesin kepada PT Wija dengan harga jual sebesar Rp450.000.000,00. Pada saat dijual, nilai buku fiskal mesin sebesar Rp400.000.000,00 dan harga pasarnya sebesar Rp600.000.000,00. PT Alaska mempunyai hubungan istimewa dengan PT Wija. Pernyataan berikut ini yang benar adalah ...

a. Harga perolehan mesin bagi PT Wija adalah sebesar Rp450.000.000,00.

b. Harga perolehan mesin bagi PT Wija adalah sebesar Rp400.000.000,00.

C. Keuntungan penjualan mesin bagi PT Alaska yang merupakan objek pajak adalah sebesar Rp50.000.000,00.

d. Harga penjualan bagi PT Alaska untuk menghitung keuntungan penjualan mesin adalah sebesar Rp600.000.000,00.

Studi Kasus | 19

(27)

12. Aktiva tetap berupa mesin (Kelompok 3) dibeli pada tanggal 30 November 2019 seharga Rp576.000.000,00. Nilai penyusutan fiskal berdasarkan metode Garis Lurus untuk tahun 2019 adalah ...

a. Rp36.000.000,00 b. Rp12.000.000,00 c. Rp6.000.000,00 d. Rp3.000.000,00

13.PT Sahabat Sejati menjual truk kepada PT Mitra Jaya dengan harga jual sebesar Rp550.000.000. Pada saat dijual, nilai buku fiskal mesin sebesar Rp500.000.000,00 dan harga pasarnya sebesar Rp650.000.000,00. PT Sahabat Sejati tidak mempunyai hubungan istimewa dengan PT Mitra Jaya. Pernyataan berikut ini yang benar adalah...

a. Keuntungan penjualan mesin bagi PT Sahabat Sejati yang merupakan objek pajak adalah sebesar Rp150.000.000,00.

b. Kerugian penjualan mesin bagi PT Sahabat Sejati yang merupakan objek pajak adalah sebesar Rp100.000.000,00.

C. Keuntungan penjualan mesin bagi PT Sahabat Sejati yang merupakan objek pajak adalah sebesar Rp50.000.000,00.

d. Kerugian pembelian mesin bagi PT Mitra Jaya yang merupakan objek pajak adalah sebesar Rp50.000.000,00.

14.PT Metallo bergerak dalam bidang usaha manufaktur, dan mempunyai aktiva tetap berupa bus untuk antar jemput karyawan, mobil pikap untuk mengantar barang yang dijual, mobil sedan yang digunakan direktur pemasaran, dan

handphone yang digunakan oleh pegawai bagian humas. Apabila PT Metallo menggunakan metode garis lurus, pernyataan terkait dengan penyusutan berikut ini yang benar adalah ...

a. Biaya penyusutan fiskal bus untuk antar jemput karyawan dihitung dengan cara mengalikan tarif penyusutan dengan nilai sebesar 50Y6 dari harga perolehan.

b. Biaya penyusutan fiskal mobil pickap dihitung dengan cara mengalikan tarif penyusutan dengan nilai sebesar 5096 dari harga perolehan.

c. Biaya penyusutan fiskal mobil sedan yang digunakan oleh direktur pemasaran dihitung dengan cara mengalikan tarif penyusutan dengan nilai sebesar 50Y6 dari harga perolehan.

d. Biaya penyusutan fiskal handphone yang digunakan oleh bagian humas dihitung dengan cara mengalikan tarif penyusutan dengan nilai sebesar harga perolehan.

15. Tuan Vanio adalah seorang arsitek dan beristrikan Nyonya Vanisa yang memiliki usaha jasa konsultan hukum (NPWP ikut suami). Anggota keluarga Vanio per 1 Januari 2019 terdiri dari istri, mertua Tuan Vanio (pensiunan), dan seorang anak yang belum sekolah. Pada tanggal 1 Maret 2019 lahir anak yang kedua. Status dan besarnya PTKP Tuan Vanio tahun 2019 adalah ...

a. K/1/2 Rp121.500.000,00 b. K/I/1 Rp117.000.000,00

20 | Praktikum Pajak Penghasilan (Orang Pribadi)

(28)

c. K/2 Rp67.500.000,00 d. K/1 Rp63.000.000,00

16. Tuan Suprapto adalah seorang konsultan teknik dan memperoleh penghasilan neto pada tahun 2019 sebesar Rp800.000.000,00. Istrinya, Nyonya Risa, seorang karyawati yang hanya bekerja pada PT Indoraya dan memperoleh penghasilan neto dari pekerjaan tersebut sebesar Rp400.000.000,00 dan telah dipotong PPh Pasal 21 oleh PT Indoraya. Tuan Suprapto hanya memiliki seorang anak yang baru berumur 10 tahun yang sudah menjadi artis cilik dan anak tersebut memperoleh penghasilan pada tahun 2019 sebesar Rp1.000.000.000,00.

Penghasilan neto yang dikenakan Tarif Pasal 17 atas nama Tuan Suprapto untuk Tahun Pajak 2019 adalah ...

Rp800.000.000,00 Rp1.200.000.000,00 Rp1.800.000.000,00 Rp2.200.000.000,00

ang

17. Tuan Febrian (status PTKP K/0) seorang notaris, memperoleh penghasilan neto pada tahun pajak 2019 sebesar Rp167.500.750,00. Apabila diketahui tidak ada zakat yang dibayarkan dan tidak ada kompensasi kerugian, maka PPh terutang Tuan Febrian untuk tahun pajak 2019 adalah ...

a. Rp11.350.000,00 b. Rp11.350.112,00 c. Rp20.125.000,00 d. Rp20.125.112,00

18.PT Jaya Perkasa bergerak dalam bidang usaha jasa pelaksanaan konstruksi yang tidak memiliki kualifikasi usaha jasa pelaksanaan konstruksi. Pada tahun 2018 menerima pembayaran termin (imbalan jasa pelaksanaan konstruksi) dari pengguna jasa (pemilik proyek) sebesar Rp10.000.000.000,00. Besarnya PPh Final Pasal 4 ayat (2) yang terutang atas pembayaran termin tersebut adalah

Rp600.000.000,00 Rp400.000.000,00 Rp300.000.000,00 Rp200.000.000,00

songo:

19. Pelunasan pajak berjalan berikut ini yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak dan dapat dikreditkan oleh Wajib Pajak tersebut selama tidak bersifat final adalah

PPh Pasal 21 PPh Pasal 22 PPh Pasal 23 PPh Pasal 25

Snp:

Studi Kasus | 21

Referensi

Dokumen terkait

DAFTAR MATA KULIAH YANG DITAWARKAN PADA PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PEMBANGUNAN NEGARA SEMESTER GASAL

Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Sapi, Dosis Pupuk Majemuk NPK dan Kombinasinya Terhadap Rata - rata Berat Buah Pertanaman (kg) .. The effect of Cow Manure, NPK

peringkat ( rating ) yang menjadi modal untuk menarik para pemasang iklan. Bisnis media tidak dibatasi oleh sumber daya dalam menghasilkan produknya,. atau sumber daya bisnis

Menimbang, bahwa dalam pasal 14 Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tetntang perlindungan anak dijelaskan bahwa setiap anak berhak diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika

15, Lebak Bulus, Cilandak , Jakarta Selatan..

Ikan Sapu-sapu (Hypostomus plecostomus) yang terdapat di sungai Pabelan Kartasura tahun 2012 diambil 3 lokasi untuk sampling yaitu bagian batas awal sungai, area tengah

Tingkatan tersebut berdasarkan dari peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan dengan lima langkah pemecahan masalah Newman yaitu membaca (reading), memahami

Trus kalau bisa tuh dia kalau tau ada perkumpulan kanker atau ada orang yang sama- sama kanker mungkin bisa diketemukan dengan orang yang sakit kanker juga, terus untuk