• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS A. Kerangka Teori - Iklan di Televisi dan Keputusan Membeli

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II URAIAN TEORITIS A. Kerangka Teori - Iklan di Televisi dan Keputusan Membeli"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

20 BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Kerangka Teori

Teori adalah himpunan konstruk atau konse, defenisi, dan proporsi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Kerlinger, 1986). Teori menurut Wilbur Schram adalah suatu perangkat yang saling berkaitan, pada abstraksi dengan kadar yang tinggi, dan daripadanya proposisi bisa dihasilkan yang dapat diuji secara ilmiah, dan pada landasannya dapat dilakukan prediksi mengenai perilaku (Effendy, 2003: 241).

Seorang peneliti sebelum melakukan penelitian perlu menusun kerangka teori

karena kerangka teori merupakan landasan berpikir untuk menggambarkan dari sudut

mana peneliti menyoroti masalah yang akan diteliti.

II.1 Komunikasi

II.1.1 Defenisi Komunikasi

Istilah komunikasi dalam bahasa inggris berasal dari kata latincommunication,

dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya

adalah sama makna.

Melalui komunikasi orang berusaha mendefenisikan sesuatu, termasuk istilah “komunikasi” itu sendiri.Sampai saat ini terdapat banyak defenisi komunikasi yang berasal dari banyak ahlli.Menurut Bernard Berelson dan Gary A. Stetner “komunikasi adalah gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya, dengan menggunakan symbol-simbol, kata-kata, gambar, figure, grafik, dan sebagainya. Tindakan atu proses transmisi itulah biasanya disebut komunikasi” (Mulyana, 2007: 68).

Seperti ilmu-ilmu lainnya, ilmu komunikasi pun menyelidiki gejala

komunikasi. Tidak hanya dengan pendekatan secara ontologis (apa itu

komunikasi) tetapi juga secara epistimologis (untuk apa komunikasi itu

(2)

21 II.1.2 Proses Komunikasi

Dalam berkomunikasi ada proses yang terjadi untuk menyamakan pesan dari

komunikator ke komunikan. Ada dua tahap proses komunikasi yaitu secara primer

dan sekunder.

a. Proses komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses pemyampaian pikiran

dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang

(symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam komunikasi

adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara

langsung mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator

kepada komunikan.

Bahasa yang paling banyak digunakan dalam komunikasi karena

bahasa yang mampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain.

Baik berbentuk ide, informasi, atau opini baik mengenai hal yang konkret

maupun yang abstrak, bukan saja tentang hal atau peristiwa yang terjadi saat

sekarang, melainkan juga pada masa lalu dan masa akan datang.

Kial (gesture) memang dapat menerjemahkan pikiran seseorang

sehingga terekspresikan secara fisik.Akan tetapi menggapai tangan, atau

memainkan jari-jemari atau mengedipkan mata, atau menggerakkan anggota

tubuh lainnya hanya dapat mengkomunikasikan hal-hal tertentu saja (sangat

terbatas).

Isyarat dengan menggunakan alat seperti tongtong, bedug, sirine, dan

lain-lain sert warna yang mempunyai makna tertentu. Namun lambang

tersebut amat terbatas kemampuannya dalam mentransisikan pikiran seseorang

(3)

22

Gambar sebagai lambang yang banyak dipergunakan dalam

komunikasi melebihi kial, isyarat, dan warna dalam hal kemampuan

menerjemahkan pikiran seseorang, tetapi tidak melebihi bahasa.Buku-buku

yang ditulis dengan bahasa sebagai lambang untuk menerjemahkan pemikiran

tidak mungkin diganti dengan gambar apalagi oleh lambang-lambang

lainnya.Namun demi efektifnya komunikasi, lambang-lambang tersebut sering

dipadukan penggunaannya. Pikiran atau perasaan seseorang baru diketahui

akan ada dampaknya kepada orang lain apabila ditransmisikan oleh media

primer tersebut yaitu lambang-lambang. Dengan demikian, pesan (message)

yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan terdiri atas isi

(content) dan lambang (symbol).

Proses komunikasi berlangsung pertama-tama komunikator menyandi

(encode) pesan yang akan disampaikan kepada komunikan. Hal ini berarti

komunikator memformulasikan pikiran dan atau perasaannya ke dalam

lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Setelah

itu komunikan mengawa-sandi (decode) pesan dari komunikator.Ini berarti

komunikan menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan atau perasaan

komunikator dalam konteks pengertiannya. Yang penting dalam proses

penyandian (coding) ialah bahwa komunikator dapat menyandi dan

komunikan dapat mengawa-sandi hanya ke dalam kata bermakna yang pernah

diketahui dalam pengalaman masing-masing.

Wilbur schramm, dalam karyanya “Communication Research in the

United States”, menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan

yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of

reference), yakni panduan pengalaman dan pengertian (collection of

experience and meanings) yang pernah diperoleh komunikan. Menurut

(4)

23

dengan pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain (Effendy, 2006: 11-13).

b. Proses komunikasi secara sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah penyampaian pesan oleh

seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai

media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.

Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan

komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang

relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, surat kabar, majalah, radio,

televisi, film, dan banyak lagi media adalah media kedua yang sering

digunakan dalam komunikasi. Media merupakan alat atau sarana yang

diciptakan untuk meneruskan komunikasi dengan bahasa.Sejalan dengan

berkembangnya masyarakat beserta peradaban dan kebudayaannya,

komunikasi bermedia (mediated communication) mengalami kemajuan dengan

memadukan komunikasi berlambang bahasa dengan komunikasi berlambang

gambar dan warna.Maka film, televisi, dan video pun sebagai media yang

mengandung bahasa, gambar, dan warna.

Pentingnya peranan media, yakni media sekunder, dalam proses

komunikasi disebabkan oleh efisiennya dalam mencapai komunikan. Surat

kabar, radio, atau televisi misalnya, merupakan media yang efisien dalam

mencapai komunikan dalam jumlah yang banyak.Akan tetapi komunikasi

bermedia efektif dalam menyampaikan pesan yang bersifat informatif.

Sementara untuk menyampaikan pesan persuasif komunikasi dengan tatap

muka akan lebih efektif dan efisien karena kerangka acuan (frame of

(5)

24

berlangsung seketika dan komunikator mengetahui tanggapan atau reaksi

komunikan pada saat itu juga.

Sementara dengan menggunakan komunikasi bermedia, komunikator

tidak dapat mengetahui kerangka acuan khalayak yang menjadi sasaran

komunikasinya, umpan balik tidak berlangsung pada saat itu dan dinamakan

umpan balik tertunda (delayed feedback).Hal ini karena sampainya tanggapan

atau reaksi khalayak pada komunikator memerlukan tenggang waktu. Namun,

bagaimanapun juga dalam komunikasi bermedia, misalnya surat, poster,

spanduk, radio, televisi, atau film,umpan balik akan terjadi.

Komunikasi sekunder merupakan sambungan dari komunikasi primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, maka dalam menata lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus memperhitungkan ciri-ciri atau sifat-sifat media yang akan digunakan. Untuk menentukan media yang akan digunakan perlu didasari pertimbangan mengenai siapa komunikan yang dituju. Komunikan media surat, poster, atau papan pengumuman akan berbeda dengan komunikan surat kabar, radio, televisi, atau film (Effendy, 2006 : 16-18).

Unsur-unsur dalam proses komunikasi

• Sender (komunikator)

Proses komunikasi dimulai atau berawal dari sumber atau pengirim pesanyaitu

dimana gagadan, ide atau pikiran berasal, yang kemudian disampaikan ke pihak

lainnya, yaitu penerima pesan. Sumber atau pengirim pesan disebut komunikator

(sender).

• Penyandian (encoding)

Yakni proses pengalihan pikiran kedalam bentuk lambang atau dapat pula diartikan

sebagai kegiatan yang dilakukan sumber untuk menerjemahkan pikiran dan

ide-idenya kedalam suatu bentuk yang dapat diterima oleh indra pihak penerima.

Encoding dalam proses komunikasi dapat terjadi berkali-kali. Dalam percakapan tatap

(6)

25 • Pesan (message)

pesan merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan komunikator.

Pesan memiliki wujud (physical) yang dapat dirasakan atau diterima oleh indra.

Dominick mendefenisikan pesan sebagai the actual physical product that the source

encodes yaitu produk fisik aktual yang telah di encoding sumber (Morrisan, 2009:

19).

Antara encoding dan pesan keduanya tampak serupa.Encoding merupakan proses

yang terjadi di otak untuk menghasilkan pesan, sedangkan pesan merupakan hasil dari

proses encoding yang dapat dirasakan atau diterima oleh indra. • Saluran (media atau channel)

Yakni jalan yang dilalui pesan yang disampaikan dari komunikator kepada

komunikan. Para ahli komunikasi, pada mulanya berpendapat bahwa komunikasi

tatap muka (face to face communication) atau disebut juga komunikasi interpersonal

sebagai bentuk komunikasi yang memiliki efek atau pengaruh paling kuat jika

dibandingkan dengan komunikasi massa, karena komunikasi interpersonal terjadi

secara langsung, melibatkan sedikit orang atau mungkin hanya dua orang yang sedang

berbicara,serta adanya umpan balik yang bersifat segera. Namun demikian,

perkembangan komunikasi massa menunjukkan bahwa pengaruh atau efek

komunikasi massa saat ini sangat sulit dibedakan dengan komunikasi interpersonal.

Perkembangan ini menunjukkan bahwa umpan balik pada komunikasi massa bisa

bersifat langsung dan segera. Kecepatan umpan balik yang diterima media penyiaran

dari audiensnya, misalnya dalam program interaktif, memiliki kecepatan yang sama

(7)

26

Decoding

Yaitu pengawasandian, proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambang

yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.Decoding merupakan kegiatan untuk

menerjemahkan atau menginterpretasikan pesan-pesan fisik kedalam suatu bentuk

yang memiliki arti bagi penerima. • Komunikan (receiver)

Penerima atau disebut juga audiens merupakan sasaran target dari pesan atau yang

menerima pesan dari komunikator. Penerima dapat berupa satu individu, satu

kelompok, lembaga atau bahkan kumpulan manusia yang tidak saling mengenal. • Umpan balik (feedback)

Yakni tanggapan atau respon dari penerima pesan yang membentuk dan mengubah

pesan yang disampaikan sumber.Umpan balik menjadi tempat perputaran arah dari

arus komunikasi.Artinya, sumber pertama, kemudian menjadi penerima, sementara

penerima pertama menjadi sumber baru.Umpan balik berguna bagi sumber karena

umpan balik memungkinkan sumber untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan

yang muncul.Umpan balik juga penting bagi penerima karena memungkinkan

penerima berusaha untuk mengubah elemen-elemen dalam komunikasi. • Gangguan (noise)

Gangguan yang tidak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat

diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan

oleh komunikator kepadanya. Gangguan yang sangat kecil mungkin dapat diabaikan,

namun terlalu banyak gangguan dapat menghambat pesan untuk mencapai

tujuannya.Gangguan ada tiga jenis, yaitu gangguan semantik, gangguan mekanik, dan

gangguan lingkungan. Gangguan semantik terjadi bilamana orang memiliki arti yang

(8)

27

muncul masalah dengan alat yang membantu terjadinya komunikasi.Gangguan

lingkungan terjadi jika sumber gangguan berasal dari luar elemen-elemen

komunikasi.Semakin besar gangguan, maka pesan yang diterima menjadi semakin

tidak jelas.

II.1.3 Bentuk Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy ada beberapa bentuk komunikasi, antara lain sebagai berikut:

1. Komuniksi pribadi (personal communication)

a. Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) b. Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication) 2. Komunikasi kelompok (group communication)

a. Komunikasikelompok kecil (small group communication) 1. Ceramah (lecture)

2. Diskusi panel (panel discussion) 3. Forum

4. Seminar

5. Curahsaran (brainstorming)

b. Komunikasi kelompok besar (large group communication/public speaking)

3. Komunikasi organisasi (organization communication) 4. Komunikasi massa (mass communication)

a. Komunikasi massa cetak (printed mass communication) 1. Surat kabar

2. Majalah

3. Buku, dan lain-lain

b. Komunikasi massa elektronik (electronic mass communication) 1. Radio

2. Televisi 3. Film, dan

lain-lain (Effendy, 2006: 7).

II.1.4 Sifat Komunikasi

Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari komunikatorkepada

komunikan yang memiliki beberapa sifat. Berdasarkan sifatnya, komunikasi dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

(9)

28 a. Komunikasi lisan (oral communication)

b. Komunikasi tulisan (written communication)

2. Komunikasi nonverbal

a. Komunikasi kial (gesture communication)

b. Komunikasi gambar (pictorial communication)

3. Komunikasi tatap muka (face-to-face communication)

4. Komunikasi bermedia (mediated communication)

(Effendy, 2006: 7)

II.1.5 Fungsi dan Tujuan Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy, terdapat beberapa fungsi komunikasi yaitu

menginformasi (to inform), mendidik (to educate), menghibur (to entertain), mempengaruhi

(to infect).

a. Menyampaikan informasi (to inform)

Memberikan informasi kepada masyarakat.Karena perilaku menerima informasi merupakan perilaku alamiah masyarakat. Dengan menerima informasi yang benar masyarakat akan aman tentram. Informasi akurat diperlukan oleh beberapa bagian masayarakat untuk bahan dalam memperoleh keputusan.Informasi dapat dikaji secara mendalam sehingga melahirkan teori-teori baru. Dengan demikian, akan menambah perkembangan ilmu pengetahuan. Informasi disampaikan pada masyarakat melalui tatanan komunikasi, tetapi lebih banyak melalui kegiatan mass communication.

b. Mendidik (to educate)

Mendidik masyarakat. Kegiatan komunikasi pada mayarakat dengan memberikan informasi tidak lain agar masyarakat menjadi lebih baik, lebih maju, lebih berkembang kebudayaannya. Kegiatan masyarakat dalam arti luas adalah memberikan berbagai informasi yang dapat menambah kemajuan masyarakat denagan tatanan komunikasi massa. Sedangkan kegiatan mendidik masyarakat dalam arti sempit adalah memberikan berbagai informasi dan juga berbagai ilmu pengetahuan melalui berbagai tatanan kelompok pda pertemuan-pertemuan, kelas-kelas, dan sebagainya.

c. Menghibur (to entertain)

(10)

29 d. Mempengaruhi (to influence)

Mempengaruhi masyarakat.Kegiatan memberikan berbagai informasi pada masyarakat juga dapat dijadikan sarana untuk mempengaruhi masyarakat tersebut kearah perubahan sikap dan perilaku yang diharapkan. (Effendy, 2006: 20).

Komunikasi memiliki tujuan utama yaitu untuk menyampaikan pesan.Penyampaian pesan adalah tujuan yang paling utama. Menurut Onong Uchjana Effendy, ada beberapa tujuan dari komunikasi antara lain sebagai berikut :

a. Mengubah sikap (to change the attitude), kegiatan memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan supaya masyarakat akan berubah sikapnya.

b. Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion), memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan akhirnya supaya masyarakat mau berubah pendapat dan persepsinya terhadap tujuan informasi itu disampaikan. c. Mengubah perilaku (to change behavior), kegiatan memberikan berbagai

informasi pada masyarakat dengan tujuan supaya masyarkat akan berubah perilakunya.

d. Mengubah masyarakat/perubahan sosial (to change the society), perubahan sosial dan partisipasi sosial, memberikan berbagai informasi pada masyarakat yang tujuan akhirnya supaya masyarakat mau mendukung dan ikut serta terhadap tujuan informasi itu disampaikan (Effendy, 2005:55).

II.1.6 Metode Komunikasi

Kata metode berasal dari bahasa inggris, artinya rangakain yang sistematis. Metode

komunikasi berarti kegiatan-kegiatan yang teroganisir yang meliputi:

1. Komunikasi informative (informative communication)

2. Komunikasi persuasive (persuasive communication)

3. Komunikasi pervasive (pervasive communication)

4. Komunikasi koersif (coersif communication)

5. Komunikasi instruktif (instructive communication)

6. Komunikasi manusiawi (human communication)

(11)

30 II.1.7 Teknik Komunikasi

Teknik berasal dari kata technicon, bahasa yunani, yang berarti kterampilan

komunikasi, maka teknik komunikasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Jurnalistik (journalism)

2. Hubungan masyarakat (public relation)

3. Periklanan (advertising)

4. Publisitas (publicity)

5. Propaganda

(Effendy, 2006:8)

II.2 Komunikasi Massa

II.2.1 Pengertian Komunikasi Massa

Menurut pendapat Tan dan Wright, dalam Liwert 1991, komunikasi massa merupakan

bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator

dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar),

sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu. Defenisi komunikasi yang paling

sederhana dikemukakan oleh Bittner, yakni komunikasi massa adalah pesan yang

dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (Ardianto, 2004: 3).

Dari defenisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa harus menggunakan

(12)

31

(keduanya dikenal sebagai media elektronik) ; surat kabar dan majalah (keduanya disebut

sebagai media cetak) ; serta media film.

Ahli komunikasi lainnya, Joseph A. Devito merumuskan defenisi komunikasi massa

pada intinya merupakan penjelasan tentang pengertian massa, serta tentang media yang

digunakannya. Ia mengemukakan defenisinya dalam dua item, yakni “pertama, komunikasi

massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang liar biasa

banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang

yang menonton televisi, tetapi ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak

sukar didefenisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh

pemancar-pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa akan lebih logis bila

didefenisikan menurut bentuknya : televisi, radio siaran, surat kabar, majalah dan film

(Ardianto, 2004, 6).

Dari beberapa defenisi komunikasi massa yang dikemukakan para ahli komunikasi,

nampaknya tidak ada perbedaan yang mendasar, bahkan defenisi tersebut saling melengkapi

satu sama lainnya. Bahkan secara tidak langsung dari pengertian komunikasi massa dapat

diketahui pula ciri-ciri komunikasi massa yang membedakannya dengan bentuk komunikasi

lainnya.

II.2.2 Karakteristik Komunikasi Massa

Seperti yang dikatakan oleh Severin dan Tankard, Jr bahwa komunikasi itu adalah

keterampilan, seni, dan ilmu, dikaitkan dengan pendapat Devito bahwa komunikasi massa itu

ditujukan kepada massa melalui media massa dibandingkan dengan jenis

komunikasi-komunikasi lainnya, maka komunikasi-komunikasi massa mempunyai ciri-ciri khusus atau karakteristik

(13)

32

Ada beberapa karakteristik komunikasi massa menurut Ardianto, yaitu sebagai berikut:

1. Komunikasi massa berlangsung satu arah

Hal ini berarti bahwa tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada komunikator. Karena komunikasi yang dilakukan menggunakan media massa maka komunikator dan komunikan tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog. Dengan demikian, komunikasi massa bersifat satu arah.

2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga

Media massa sebagai saluran komunikasi merupakan lembaga, yakni suatu institusi atau organisasi. Komunikator pada media massa, misalnya wartawan surat kabar atau penyiar televisi, karena media yang digunakan merupakan suatu lembaga dalam menyebarluaskan pesan komunikasinya bertindak atas nama lembaga, sesuai dengan ketentuan surat kabar atau stasiun televisi yang diwakilinya.

3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum

Komunikasi massa bersifat terbuka, artinya komunikasi massa ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok tertentu. Oleh karena itu, pesan komunikasinya bersifat umum dan mengenai kepentingan umum.

4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan

ciri lain dari komunikasi massa adalah memiliki kemampuan untuk menimbulkan keserempakan pada pihak khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan. Dengan jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapai relative banyak dan tidak terbatas, dan komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.

5. Komunikasi bersifat heterogen

Khalayak yang merupakan kumpulan anggota masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen. Dalam keberadaannya yang terpencar-pencar satu sama lain, tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi, serta perbedaan-perbedaan lain seperti : jenis kelamin, usia, agama, ideology, pekerjaan, pendidikan, pengalaman, kebudayaan, pandangan hidup, keinginan, cita-cita dan sebagainya. 6. Komunikasi massa mengutamakan isi ketimbang hubungan

Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus.Pada komunikasi antarpribadi, hal tersebut sangat penting. Sebaliknya, pada komunikasi massa yang penting adalah unsur isi. Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang digunakan.

7. Stimulasi alat indra terbatas

Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada siaran radio dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar. Sedangkan pada media televisi dan film, menggunakan indra penglihatan dan pendengaran.

(14)

33

Pada komunikasi massa, komunikator tidak dapat mengetahui kerangka acuan khalayak yang menjadi sasaran komunikasinya, umpan balik tidak berlangsung pada saat itu dan dinamakan umpan balik tertunda (delayed feedback).Hal ini karena sampainya tanggapan atau reaksi khalayak kepada komunikator memerlukan tenggang waktu. (Ardianto, 2004: 7-12).

II.2.3 Fungsi Komunikasi Massa

Fungsi komunikasi massa bagi masyarakat menurut Dominick, terdiri dari surveilance

(pengawasan), interpretation (penafsiran), linkage (pertalian), transmission of values

(penyebaran nilai) dan entertainment (hiburan).

1. Surveilance (pengawasan)

Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama: (1) warning of

beware surfeilance (pengawasan peringatan), (2) instrumental surfeilance

(pengawasan instrumental). fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media

menginformasikan tentang ancaman dari angina topan, meletusnya gunung merapi,

kondisi efek yang memprihatinkan, tayangan inflasi atau adanya serangan militer.

Peringatan ini dengan serta merta dapat menjadi ancaman.Fungsi pengawasan

instrumental adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan

atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. Berita tentang apa yang

sedang dimainkan dibioskop, bagaimana harga-harga saham di bursa efek,

produk-produk baru, ide-ide tentang mode, resep masakan, dan sebagainya.

2. Interpretation (penafsiran)

Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya

memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap

kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan

(15)

34

mengajak para pembaca atau pemirsa memperluas wawasan dan membahasnya lebih

lanjut dalam komunikasi antarpribadi atau komunikasi kelompok.

3. Linkage (pertalian)

Media massa dapat menyatukan anggota masyarkat yang beragam, sehingga

membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang

sesuatu.

4. Transmission of values (penyebaran nilai-nilai)

Fungsi penyebaran nilai tidak kentara.Fungsi ini juga disebut socialization

(sosialisasi). Sosialisasi mengacu kepada cara, dimana individu mengadopsi perilaku

dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambaran masyarakat itu ditonton,

didengar dan dibaca. Media massa mewakili dengan model peran yang kita amati dan

diharapkan menirunya.

5. Entertainment (hiburan)

Mengenai hal ini memang jelas tampak pada televisi, film, dan rekaman suara. Media

massa lainnya seperti surat kabar dan majalah, meskipun fungsi utamanya adalah

informasi dalam bentuk pemberitaan, rubrik-rubrik hiburan selalu ada, misalnya cerita

pendek, cerita panjang, atau cerita bergambar.

(Arianto, 2004: 15-18).

II.3 Komunikasi Pemasaran

(16)

35

Doyle, Peter (2000) dalam bukunya ‘Value Based Communications’

menyatakan bahwa suatu perusahaan tidaklah cukup hanya memproduksi suatu

produk yang bagus namun perusahaan tersebut harus pula mengkomunikasikan nilai

dari produknya kepada para konsumen potensial secara efektif. Pada saat ini produk

yang bersaing untuk menarik perhatian konsumen sangatlah besar sehingga meraih

perhaian mereka menjadi masalah utama. Berkenaan dengan hal ini diperlukan

komunikasi pemasaran untuk membuat konsumen mengenal suatu produk,

mengkomunikasikan nilai fungsional dan atribut emosional produk tersebut, merayu

konsumen dengan kelebihan produk tersebut dibandingkan dengan produk kompetitor

sejenis, dan memastikan konsumen pernah membeli produk tersebut walaupun hanya

sekali. Bagi perusahaan baru, jika tidak memperhatikan masalah komunikasi ini maka

penawaran yang dilakukan akan lambat naiknya, produk yang diciptakan akan ditiru

oleh kompetitor, dan tentu saja perusahaan tersebut akan gagal dalam mencapai

tingkat proporsi pemasaran yang penting untuk meraih masa kritis. Sedangkan, untuk

perusahaan yang telah mapan, kemampuan komunikasi yang tidak memadai akan

meningkatkan resiko untuk tidak dihargai oleh konsumennya dan competitor baru

akan mengikis citra perusahaan tersebut dalam kepemimpinan dan inovasi.

(Sumarwan, dkk; 2013: 345-346)

II.3.2 Jenis Komunikasi pemasaran

Jenis komunikasi pemasaran yang terlibat dalam hal ini dapat berwujud

sebagai berikut:

a. Periklanan

b. Promosi penjualan

(17)

36 d. Penjualan perseorangan

e. Respon langsung

Kemajuan di teknologi informasi memberi arti bahwa saat ini komunikasi

dipandang hubungan dua arah atau proses interaktif. Hal ini tidak hanya menyangkut

masalah penyiaran informasi suatu perusahaan dan produk yang dihasilkan, namun

jga menemukan cara untuk mendorong konsumen agar mengungkapkan kebutuhan

mereka dan tingkat kepusan mereka terhadap produk dan layanan yang tersedia.

Ada dua tipe utama maslaah komunikasi pemasaran, yaitu keterlibatan yang

besar (high involvement) dan keterlibatan yang rendah (low involvement).Situasi

pembelian dalam keterlibatan yang besar, pembeli mencari informasi yang

berhubungan dengan keuntungan emosional yang diatawarkan produk saingan. Fungsi

komunikasi disini adalah untuk membantu memecahkan masalah ini dengan

menyediakan informasi untuk membawa mereka kedalam proses pengenalan produk

dan membangun sikap yang mendorong mereka untuk membeli produk tersebut.

Fungsi komunikasi disini bukan lagi membujuk konsumen untuk mencobanya, tetapi

memperkuat kebiasaan konsumen untuk membeli.

Masalahnya menjadi kontroversial dalam situasi keterlibatan rendah ketika

pembelanjaan pemasaran dan komunikasi tidak meningkatkan penjualan.Penempatan

posisi produk yang tepatdengan nilai konsumen yang atraktif (manfaat yang

diharapkan lebih besar daripada biaya yang diperkirakan) dan sistem distribusi

pemasaran secara menyeluruh tanpa program komunikasi pemasaran yang baik.

Apabila target konsumen tidak perduli terhadap produk dan manfaatnya serta biaya

dan nilainya maka hanya ada sedikit peluang merek akan melakukan

(18)

37 II.3.3 Tujuan Komunikasi Pemasaran

Ada tiga tujan dasar dalam komunikasi pemasaran yang masing-masing dapat

menjadi fokus dari komunikasi pemasaran tersebut, yaitu:

1. Membangun kesadaran: yaitu membangun suatu tingkat kepedulian

tertentu terhadap informasi penting yang disampaikan berkenaan dengan

organisasi produk atau jasanya.

2. Penetrasi pesan: mempertahankan tingkat keberadaan tertentu yang

diharapkan dari citra (image), manfaat utama, dan pengenalan nama dari

waktu ke waktu di memori konsumen

3. Rangsangan melakukan tindakan: memotivasi konsumen yang disasar

(target customers) agar serta mengambil tindakan tertentu karena penetrasi

pesan dan tindakan hanya dapat terjadi setelah konsumen memiliki tingkat

kepedulian tertentu, perusahaan perlu terlebih dahulu membangun

kesadaran dan pemahaman sebelum melangkah kepada tujuan komunikasi

pemasaran lainnya.

II.4 Iklan

II.4.1 Defenisi Iklan

Periklanan adalah bagian penting dari dari banyak strategi

pemasaran.Positioning dan komunikasi yang disampaikan melalui iklan seringkali

menentukan kejelasan dan waktu untuk usaha penjualan serta promosi lainnya.iklan

tidak hanya merupakan elemen yang menentukan dari bauran pemasaran (marketing

mix) tetapi juga menghabiskan biaya yang sulit dievaluasi. Ini disebabkan karena

tidak mudah untuk menulusuri naiknya tingkat penjualan yang terkait dengan

(19)

38

Kasali (1995: 10) mengemukakan kata iklan (advertising) berasal dari bahasa

yunani yang artinya “mengubah jalan konsumn untuk membeli”. Iklan adalah segala

bentuk presentasi non-pribadi dan promosi gagasan barang atau jasa oleh sponsor

tertentu yang harus dibayar (Kotler, 2005:277).

II.4.2 Fungsi Iklan

Adanya iklan berfungsi agar pesan yang disampaikan dalam iklan dapat

sampai kepada audience. Ada beberapa fungsi iklan antara lain adalah sebagai

berikut:

1. Informing (memberi informasi)

Periklanan membuat konsumen sadar (aware)akan merek-merek baru dan

mendidik mereka terhadap berbagai fitur dan manfaat merek, serta

memfasilitasi penciptaan citra merek (brand image) yang positif. Karena

merupakan suatu bentuk komunikasi yang efektif, berkemampuan

menjangkau khalayak luas dengan biaya yang relatif rendah.Periklanan

memfasilitasi pengenalan (introducing) merek-merek baru, meningkatkan

jumlah permintaan terhadap merek yang sudah ada dan meningkatkan

puncak kesadaran dalam benak konsumen (TOMA- top of mind awareness)

untuk merek-merek yang sudah ada dalam kategori produk yang matang.

2. Persuasing (membujuk)

Iklan yang efektif akan mampu mempersuasi (membujuk) pelanggan

untuk mencoba produk dan jasa yang diiklankan. Persuasi berbentuk

mempengaruhi permintaan primer.Yakni, menciptakan permintaan bagi

(20)

39

membangun permintaan sekunder, yaitu permintaan bagi merek

perusahaan yang spesifik.

3. Reminding (mengingatkan)

Iklan menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan para

konsumen saat kebutuhan muncul yang berhubungan dengan produk yang

diiklankan. Dampak periklanan di masa lalu dapat memungkinkan merek

pengiklan untuk hadir di benak konsumen sebagai suatu kandidat merek

yang akan dibeli.

4. Adding value ( memberikan nilai tambah)

Periklanan memberi nilai tambah pada merek dengan mempengaruhi

persepsi konsumen.Periklanan yang efektif menyababkan merek

dipandang lebih elegan, lebih bergaya, lebih bergengsi, dan bisa lebih

unggul dari tawaran pesaing.

5. Assisting (bantuan untuk upaya lain perusahaan)

Pada saat-saat lain, peran utama periklanan adalah sebagai pendamping

yang memfasilitasi upaya-upaya lain dari perusahaan dari proses

komunikasi pemasaran. Peran penting lain dari periklanan adalah

membantu perwakilan penjualan. Ikaln mengawali produk-produk

penjualan dan memberikan pendahuluan yang bernilai bagi wiraniaga

sebelum melakukan kontak personal dengan para pelanggan yang

perspektif. (Shimp, 2003: 357).

II.4.3 Tujuan Periklanan

Tujuan periklanan yang utama adalah menjual atau mengiklankan penjualan barang,

(21)

40

segera, meskipun banyak juga penjualan yang baru erjadi pada waktu mendatang. Dari segi

lain, periklanan yang periklanan yang rill adalah mengadakan komunikasi secara efektif.

Pemasaran bertujuan memberitau serta memberi petunjuk kepada pembeli potensial

dan untuk meningkatkan penjualan. Dalam periklanan diusahakan agar dapat menarik

perhatian, minat, keinginan, keyakinan, serta menimbulkan tindakan membeli dengan

memanfaatkan media yang tersedia seperti televisi, majalah, surat kabar dan lainnya.

II.4.4 Dampak Iklan

Menurut Kasali ( 1995: 45) berpendapat bahwa secara umum iklan mempunyai

dampak untuk:

1. Menarik calon konsumen menjadi konsumen loyal selama jangka waktu tertentu.

2. Mengembangkan sifat positif calon konsumen yang diharapkan menjadi pembeli

yang potensial di masa yang mendatang.

II.4.5 Strategi Periklanan

1. Periklanan yang berorientasi pada manfaat produk atau keistimewaan produk

(producy benefit or oriented advertising)

Strategi iklan yang berorientasi pada manfaat produk atau

keistimewaan-keistimewaan produk adalah suatu strategi periklanan yang mengkomunikasikan

kegunaan atau keistimewaan suatu merek atau produk kepada konsumen. Hasil

yang diperoleh akan lebih memuaskan jika product featureatau product benefit

yang ditonjolkan bersifat unik,dalam arti tidak memiliki pesaing.

(22)

41

Strategi ini merupakan suatu cara untuk memberikan atau menempelkan suatu

kepribadian (personality) pada suatu merek. Strategi ini sering dijadikan bila

produk yang diiklankan tidak memiliki product feature atau benefit yang unik.

3. Periklanan yang berorientasi pada permasalahan atau peluang (problem or

opportunity oriented advertising)

Strategi iklan ini merupakan strategi periklanan yang dijalankan dengan mencari

permasalahan suatu produk untuk dinetralisir melalui iklan.Alternatif lainnya

adalah mencari peluang untuk dieksplor dalam periklanan. Strategi ini didasarkan

pada pandangan selama masih ada sales resistance problem, mayoritas konsumen

tidak akan mau membeli produk tersebut. Karena itu, permasalahan tersebut harus

diatasi oleh pabriknya maupu n melalui periklanan.

4. Periklanan yang berorientasi pada kompetitif (competitive positioning oriented

advertising)

Sebagai akibat perkembangan ekonomi dan teknologi informasi, konsumen atau

calon konsumen dipaksa menerima informasi diluar batas kemampuan untuk

menyimpan dan mengingatnya. Kita dipaksa menyimpan jutaan nama perusahaan,

produk, merek, tempat, nama orang, konsep dan sebagainya. Akhirnya dikepala

manusia nama-nama itu disederhanakan, disusun menurut tangga-tangga.Anak

tangga teratas dipersiapkan sebagai yang paling bermutu, tangga kedua untuk

merek kedua, dan seterusnya.Hal ini tidak mudah sebab ini menyangkut persepsi

bagaimana meyakinkan calon pembeli bahwa produk tersebut berada di tangga

pertama.Posisi ini dicapai melalui suatu komunikasi periklanan dengan strategi

merebut sepotong kapling dari suatu ceruk yang masihtersedia di pasaryang

(23)

42

Dari penjelasan diatas, maka kita dapat melihat bahwa iklan dan komunikasi pemasaran

adalahhal yang saling melengkapi.

II.5 Media Iklan

Media iklan merupakan alat yang digunakan dalam kegiatan periklanan.Media

bukanlah suatu penyampaian berita yang pasif, bahkan sering media itu dapat mempengaruhi

efektivitas beritanya. Adapun faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media

adalah: tujuan periklanan, sirkulasi media, keperluan berita, waktu dan lokasi dimana

keputusan membeli dibuat, biaya advertesi, kerjasama dan bantuan promosi yang

diatawarkan, dan karakteristik media, kebaikan dan keburukan media. Media periklanan

adalah sebuah lembaga yang mempunyai kegiatan usaha (alat komunikasi/penerangan) yang

ditujukan kepada orang banyak atau masyarakat umum. Beberapa contoh media adalah:

televisi, radio, majalah, dan surat kabar (Swasta, 2000: 257).

Dalam kenyataannya sering kita jumpai bahwa perusahaan sering menggunakan

beberapa media sekaligus dalam periklanan. Disamping menggunakan media televisi juga

menggunakan media surat kabar. Hal ini dipandang perlu karena masing-masing jenis media

memiliki karakteristik yang bergerak sekalipun hanya dinikmati lebih lama meskipun

gambarnya tidak bergerak dan tanpa suara.

II.6 Media iklan Televisi

Perangkat televisi dari hari ke hari menjadi sumber informasi yang utama di dalam

keluarga.Sektor komunikasi terus berkembang seiring dengan perkembangan teknologi dan

(24)

43

perusahaan-perusahaan dalam mengiklankan produknya agar lebih dikenal oleh

masyarakat.Televisi menjadi media yang begitu digemari dalam mengiklankan produk yaitu

karena memasang iklan di televisi memberi dampak yang besar dan cepat.

II.6.1 Bentuk Iklan di Televisi

Iklan televisi terdiri dari beberapa bentuk, Kasali mengemukakan bentuk-bentuk iklan di televisi:

1. Pensponsoran

Banyak sekali acara televisi yang penayangannya dan pembuatannya dilakukan atas biaya sponsor atau pengiklan. Pihak sponsor bersedia membiayai seluruh biaya produksi plus fee untuk televisi.

2. Partisipasi

Bentuk iklan di televisi ini agak berbeda dengan bentuk sebelumnya,namun akan dapat mengurangi beban biaya dan resiko. Melalui iklan sepanjang 15, 30 dan 60 detik, iklan disisipkan diantara satu atau beberapa acara (spots)

3. Spots announcements

Bentuk iklan televisi ini mengacu pada pengertian announcement iklan tersebut ditempatkan pada pergantian acara.

4. Public service announcement

Bentuk iklan ini biasanya dimuat atas permintan pemerintah atau suatu LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) untuk menggalang solidaritas masyarakat atas suatu masalah. (Kasali, 1993: 121)

II.6.2 komponen dalam Iklan Televisi

Iklan televisi biasanya mempunyai empat komponen yang penting dalam mendesain

tampilannya, yaitu: gaya penyampaian, nada penyampaian, pilihan kata-kata, dan unsur

format. Keempat komponen tersebut merupakan bagian dari kreativitas dalam menyampaikan

suatu citra dan pesan yang terpadu dalam melaksanankan pesan.

Menurut Kotler (2001: 154-160) para pembuat atau pemasang iklan televisi harus

mempunyai konsep kreatif. Biasanya, penulis naskah iklan dan pengarah seni akan

bekerjasama untuk menghasilkan banyak konsep kreatif, dengan harapan salah satu dari

konsep-konsep tersebut akan menjadi ide besar yang menarik. Oleh karena itu, para pembuat

iklan harus menentukan gaya penyampaian, pilihan kata, dan unsur format yang menarik

(25)

44 a. Gaya penyampaian

Semua pesan biasanya dapat disajikan dengan berbagai gaya penyampaian, sesuai

dengan pesan yang akan disampaikan kepada konsumen.

b. Pilhan kata-kata

Pembuat iklan harus menggunakan kata-kata yang dapat menarik perhatian

konsumen. Selain itu juga penulis iklan di tuntut untuk jeli melihat bagaimana

kata-kata yang dirangkainya akan muncul dimata para calon pembeli. Penataan

kata yang teliti dan cermat akan sangat membantu menarik perhatian. Oleh karena

itu, pilihlah kata-kata yang dapat dimengerti, dapat dipahami, sopan, dan mudah

diingat, sehingga konsumen akan mudah memahami pesan yang disampaikan

yang pada akhirnya pesan tersebut akan dengan mudah mendapat respon dari

konsumen (Kasali, 1993: 84-85).

c. Nada penyampaian

Komunikator harus memilih nada yang tepat untuk iklannya. Setiap iklan harus

menyatakan sesuatu yang bersifat positif tentang produk atau dengan kata lain

bahwa produknya adalah yang terbaik. Komunikator harus bisa menggunakan

nada penyampaian yang tepat, bentuk bahasa yang tepat, dan cocok, sehingga

pesan yang telah disampaikan akan dipercaya oleh konsumen (Sulaksana, 2003:

61-64).

d. Unsur format

Unsur format seperti ukuran iklan, gambar, warna, dan ilustrasi akan sangat

mempengaruhi dampak iklan maupun biayanya. Iklan ukuran besar menarik lebih

banyak perhatian, walau tidak sebesar biaya yang dikeluarkan. Gambar, warna,

dan ilustrasi yang menarik akan meningkatkan efektivitas iklan. Sehingga akan

(26)

45 II.6.3 Kelebihan Iklan di Televisi

Iklan di televisi mempunyai beberapa kelebihan. Kelebihan iklan televisi antara lain:

dapat dinikmati oleh siapa saja, waktu dan siarannya sudah tertentu. Dapat memberikan

kombinasi antara suara dengan gambar yang bergerak (Swasta, 2000: 255).

Sedangkan menurut Frank Jeffkins memyatakan bahwa kelebihan-kelebihan iklan

televisi adalah sebagai berikut:

1. Kesan realistik

Sifatnya yang visual dan merupakan kombinasi warna-warna, suara dan gerakan

membuat iklan-iklan di televisi Nampak begitu hidup nyata kelebihan ini tidak

dimiliki oleh media lain. Dengan kelebihan ini, para pengiklan dapat

menunjukkan dan memamerkan kelebihan dan keunggulan produknya secara

detail.Jika produk itu sebuah makanan awet, maka pengiklan dapat menunjukkan

kemasan yang khas secara jelas sehingga para konsumen dapat dengan mudah

mengenalinya di toko-toko. Sekalipun ingatan konsumen terhadap apa yang

diiklankan timbul tenggelam, namun iklan visual akan menancapkan kesan yang

lebih dalam, sehingga para konsumen begitu melihat produknya akan segera

teringat iklannya di televisi. Pengaruh ini dapat diperkuat lagi, jika pembuatan

iklannya dilakukan dengan teknologi grafis computer.

2. Repetisi/pengulangan

Iklan televisi dapat ditayangkan hingga beberapa kali dalam sehari sampai

(27)

46

menyaksikannya, dan dalam frekuensi yang cukup sehingga pengaruh iklan itu

bangkit.Dewasa ini, para pembuat iklan televisi tidak lagi berpanjang-panjang.

Mereka justru membuat iklan televisi yang singkat namun semakin menarik , agar

ketika ditayangkan pemirsa tidak bosan.

3. Masyarakat lebih tanggap

Ditayangkannya iklan televisi yang biasanya ditonton pada saat kita dirumah dan

bersantai bersama keluarga, maka masyarakat lebih siap memberikan

perhatian(dibandingkan dengan iklan poster yang dipasang ditengah jalan,

masyaakatsibuk dengan aktifitasnya, menuju suatu tempat atau akan bergegad ke

kantor tentunya tidak akan sempat memperhatikannya). Perhatian terhadapiklan

televisi akan semakin besar, jika materinya dibuat dengan standar teknis yang

tinggi, dan menggunakan tokoh-tokoh ternama sebagai pemerannya.

4. Adanya pemilihan arena siaran (zoning) dan jaringan kerja (networking) yang

mengefektifkan jangkauan masyarakat. Seorang pengiklan dapat menggunakan

satu kombinasi atau banyak kombinasi stasiun televisi sekaligus untuk membuat

iklannya, bahkan ia bisa saja membuat jaringan kerja dengan semua stasiun

televisi, sehingga iklannya akan ditayangkan oleh semua stasiun televisi.

5. Terkait dengan media lain.

Tayangan iklan di televisi mungkin saja terlupakan begitu cepat, tetapi kelemahan

ini bisa diatasi dengan wahana iklan lain (Jefkins, 1997: 110-113).

II.6.4 Kelemahan iklan di televisi

Jika iklan televisi begitu berpengaruh bahkan terkesan sebagai media iklan yang

(28)

47

terus dominan sebagai wahana iklan, hal ini disebabkan karena iklan-iklan televisi juga

memiliki kelemahan.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Frank Jefkins yang menyatakan

kelemahan-kelemahan iklan adalah:

1. Televisi cenderung menjangkau pemirsa secara massal sehingga pemilihan (untuk

membidik pangsa pasar tertentu) sering sulit dilakukan. Pihak pengiklan akan

lebih selektif dalam membidik pangsa pasar yang dikehendakinya kalau ia

menggunakan media pers.

2. Jika yang diperlukan calon pembeli dalah data-data yang lengkap mengenai suatu

produk atau perusahaan pembuatnya, maka televisi tidak akan bisa menandingi

media pers.

3. Karena pemirsanya yang sulit dipilah-pilah, maka iklan televisi justru terbilang

mahal, apalagi terdapat ribuan iklan lainnya yang membujuk, sehingga pangsanya

Nampak lebih kecil. Semuanya itu tidak memberikan alas an yang sah atas

mahalnya iklan televisi, dan wajar saja kalai para pengiklan kemudian memilih

media cetak untuk iklan mereka.

4. Hal-hal kecil lainnya bisa dan biasa dikerjakan banyak dikerjakan orang sambil

menonton, sama seperti mereka mendengarkan siaran radio. Akibatnya,

konsentrasi mereka terpecah. Kemungkinan “zipping” menambah peluang

terpecahnya pemirsa iklan. Seoarang pemirsa yang merasa terganggu oleh adanya

iklan dapat mengeliminasi iklan atau suaranya. Atau mengganti saluran dengan

menggunakan remote control. Jika memutar iklan program-program rekaman,

mereka dapat melewati iklan iklan-iklan yang disisipkan pada acara yang hendak

mereka nikmati dengan teknik “zipping”, yaitu menggunakan tombol percepat

(29)

48

5. Karena pembuatan iklan televisi butuh waktu yang cukup lama, maka ia tidak

cocok untuk iklan-iklan khusus atau bahkan yang bersifat darurat yang harus

segera mungkin disiarkan (misalnya iklan konser yang akan berlangsung dua hari

lagi).

6. Di Negara-negara yang memiliki cukup banyak stasiun televisi, atau yang jumlah

total pemirsanya relative sedikit, biaya siaran mungkin cukup rendah sehingga

memungkinkan iklan ditayangkan panjang dan berulang-ulang, hal ini dapat

membuat pemirsa bosan.

7. Kesalahan serius yang dibuat produsen iklan televisi, menggunakan model atau

penyaji yang sama dengan iklan lainnya akan membuat pemirsa bingung dan

bosan. (Jefkins, 1997: 113-115).

II.7 Teori AIDDA

AIDDA adalah akronim dari kata-kata Attention (perhatian), Interest

(perhatian), Desire (hasrat), Decision (keputusan), dan Action (kegiatan). Konsep

AIDDA ini adalah proses psikologis pada diri khalayak. Berdasarkan konsep

AIDDA itu khalayak akan membaca dan melakukan action apa yang dianjurkan

pihak penyusun berita atau tajuk atau artikel, maka pertama-tama mereka harus

membangkitkan perhatiannya (attention).

Sebuah iklan akan memberikan efek bagi responden yang mendengarkan dan

atau menyaksikan sebuah iklan, adapun efek iklan menurut Jefkins (1997:

234-235) adalah:

(30)

49

Suatu iklan bisa berhasil memenangkan perhatian, memecahkan

perhatian pembaca dari berita atau editorial iklan lain, atau bisa saja tidak

diperhatikan sedikitpun oleh pembaca.Beberapa stimulus mampu menarik

perhatian, karena orang diajari atau dikondisikan untuk bereaksi terhadap

iklan.Contoh music atau suara seperti telepon, atau bel pintu, dan sirine

yang mearung-raung terkadang dimasukkan sebagai latar belakang iklan

radio dan televisi.Jalan cerita yang menggambarkan pesan iklan itu sendiri

juga dianggap mampu menarik perhatian.

b. Interest (ketertarikan)

Tidak ada suatu patokan tertentu dalam penggunaan perangkat kreatif

ini guna membuat orang tertarik pada iklan itu kecuali iklan itu juga

berhasil meraih rasa ketertarikan mereka.Daya tarik iklan disini dengan

menggunakan sederatan selebritis yang dianggap paling cantik dan elegan

sesuai dengan image produk.

c. Desire (keinginan)

Pembaca harus dibuat lebih dari sekedar merasa tertarik dan

terpikat.Mereka harus didorong untuk menginginkan produk atau jasa

yang diiklankan.Pengetahuan juga meningkatkan kemampuan konsumen

untuk memahami suatu pesan. Efek menguntungkan pemahaman ini akan

disertai berkurangnya kesalahpahaman. Jadi harapan yang dicapai label

merek cukup kuat untuk mengubah persepsi konsumen atas suatu produk.

Sifat kebutuhan konsumen pada waktu disoroti kemudian suatu iklan akan

(31)

50

suatu iklan, karena konsumen sudah dimotivasi kebutuhannya sendiri

untuk memproses iklan itu.

d. Decision (keputusan)

Sangat bagus bila mampu menciptakan keinginan untuk membeli,

memiliki atau menikmati produk atau jasa yang diinginkan. Namun juga

perlu menciptakan iklan yang mampu memunculkan keyakinan bahwa

memang layak untuk melakukan pembelian dan hal ini akan memberikan

kepuasan sebagaimana yang mereka inginkan. Tentu saja keputusan disini

mungkin dapat diraih dengan meningkatkan kepercayaan konsumen

terhadap produk yang diiklankan.

e. Action (tindakan)

Bagaimana iklan mampu menimbulkan respon.Iklan cetak bersifat

statis dan tidak mudah untuk membuat pembaca melakukan tindakan

sesuai dengan yang diinginkan.Tentu saja mungkin ada suatu pendekatan

yang langsung memunculkan aksi pada headline, atau mungkin implisit di

keseluruhan iklan. Respon disini diharapkan dapat mengarah pada

tindakan pembelian nyata dan atau pembelian ulang bagi konsumen yang

mempunyai loyalitas.

Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan,

sikap, pendapat dan tingkah laku konsumsi melalui mekanisme daya tarik jika pihak

komunikan merasa bahwa komuninakor ikut serta dengannya; dengan kata lain perkataan

pihak komunikan merasa adanya kesamaan antara komunikator dengannya, sehingga dengan

(32)

51

komunikator. Sikap komunikator yang berusaha menyamakan diri dengan komunikan ini

akan menimbulkan simpati komunikan pada komunikator.

Dimulanya komunikasi dengan membangkitkan perhatian merupakan awal suksesnya

komunikasi.Apabila perhatian komunikan telah terbangkitkan, hendaknya disusul dengan

upaya menumbuhkan minat (interest), yang merupakan derajat yang lebih dari

perhatian.Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya

hasrat (desire) untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan komunikator.Hanya ada

hasrat saja pada diri komunikan, bagi komunikator belum berarti apa-apa, sebab harus

dilanjutkan dengan datangnya keputusan (decision), yakni keputusan untuk melakukan

kegiatan (action) sebagaimana diharapkan komunikator.

Apabila perhatian sudah terwujud, maka menyusul upaya menumbuhkan minat.Upaya

ini dapat berhasil, dengan mengutarakan hal-hal yang menyangkut kepentingan komunikan

tahap berikutnya adalah memunculkan hasrat pada komunikan untuk melakukan ajakan,

bujukan, atau rayuan komunikator.Peran imbauan emosional perlu ditampilkan oleh

komunikator, sehingga pada tahap berikutnya komunikan dapat mengambil keputusan untuk

melakukan suatu kegiatan sebagaimana diharapkan daripadanya.

II.8 Teori S-O-R

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus – Organism – Respons ini semula

berasal dari psikologi. Kalau kemudian menjadi menjadi juga teori komunikasi, tidak

mengherankan karena objek material dai psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu

manusia yang jiwanya meliputi sikap, opini, perilaku, kognisi afeksi dan konasi. Menurut

stimulus respons ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus,

sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan

(33)

52 a. Pesan (Stimulus, S)

b. Komunikan (Organism , O)

c. Efek (Respons, R)

Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek “how”

bukan “what” atau “why”.Jelasnya how to communicate, dalam hal ini how to change the

attitude, bagaimana mengubah sikap komunikan. (Effendy, 2003: 254-255).

Hovland beranggapan bahwa perubahan sikap adalah serupa dengan proses belajar.

Dalam mempelajari sikap yang baru ada tiga variabel penting yangmenunjang proses belajar

tersebut yaitu perhatian, pengertian, dan penerimaan (Effendy, 2003: 255).

B. Kerangka Konsep

Dalam penelitian, seorang peneliti menggunakan istilah khusus untuk

menggambarkan secara tepat fenomena yang ditelitinya.Inilah yang disebut konsep,

yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak

kejadian, keadaan, kelompok atu individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.

Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis

dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Adanya

kerangka konsep dapat menuntun penelitian pada rumusan hipotesis (Nawawi, 2001:

40).

Gambar 2.1

C. Opersional Variabel Variabel(x) Iklan Maybeline

(34)

53

Defenisi konsep operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995:46).

Tabel 3.2 Operasional variabel

Konsep teoritis Variabel Operasional

Variabel (X)

Iklan Maybeline 1. Nada Penyampaian

2. Pilihan kata-kata

Sikap perempuan dalam keputusan Membeli

1. Perhatian (Attention) 2. Ketertarikan (Interest) 3. Keinginan (Desire) 4. Keputusan (Decision) 5. Tindakan (Action)

A. Defenisi Operasional

(35)

54 a. Variabel Bebas (iklan Maybeline)

1. Nada penyampaian: penyajian iklan dengan menggunakan nada penyampaian yang tepat, bentuk pemakaian bahasa yang cocok menyatakan sesuatu yang bersifat positif tentang produk Maybeline

2. Pilihan kata-kata

• Isi pesan: pesan yang dibuat harus singkat, padat, dan jelas sehingga komunikan mengetahui isi pesan iklan Maybeline.

• Slogan: kalimat atau kata yang dibuat dalam iklan Maybeline untuk memunculkan keinginan khalayak

3. Unsur format

• Tata gambar: penataan gambar dalam iklan Maybeline yang dapat menarik khalayak

• Warna: warna yang ditampilkan iklan Maybeline untuk menarik minat khalayak

• Tampilan: tampilan iklan Maybeline yang dibuat untuk menarik perhatian khalayak

4. Gaya penyampaian

• Music/jingle: instrument music yang dibuat dalam iklan Maybeline untuk menarik perhatian khalayak

• Bintang iklan: bintang iklan sebagai komunikator dalam iklan Maybeline

b. Variabel terikat (keputusan membeli) 1. Perhatian (Attention)

Yaitu waktu yang dihabiskan responden untuk memperhatikan atau menonton iklan Maybeline setiap ditayangkan di televisi.

2. Ketertarikan (Interest)

Yaitu hal-hal yang menyenagkan ataupun menarik yang mendorong responden untuk menonton iklan Maybeline.

3. Keinginan (Desire)

Yaitu keinginan atau hasrat responden untuk menginginkan produk Maybeline yang diiklankan.

Gambar

Tabel 3.2 Operasional variabel

Referensi

Dokumen terkait

tegakkan untuk tempat bersarang dan jenis tumbuhan pakan kukang (Nycticebus coucang) di Hutan Lindung Pegunungan Merratus, Kalimantan Selatan dilakukan selama

Manikandan dan Dandapat memanfaatkan kriteria WWPRD ( wavelet based weighted PRD) pada metode SPIHT sehingga dapat melakukan kompresi sinyal ECG single lead yang mengandung

Temuan ini mendukung penelitian Schleifer & Vishny (1997) yang dikatakan bahwa blockholders me- miliki investasi yang baik dalam bentuk hutang dan saham yang besar

tentang Petunjuk Teknis Penyaluran Bantuan Pemerintah Bantuan Sarana Budidaya pada Pokdakan, kami Pokja Pusat telah melakukan verifikasi dokumen hasil identifikasi dan

Dalam penelitian ini diketahui bahwa helai daun terpanjang ditemukan pada populasi Ipomoea pes- caprae dari Pantai Teluk Pacitan yang hampir sama panjang dengan populasi dari

Bagi siswa yaitu: peserta didik dapat meningkatkan pemahaman dalam mengenal dan memahami materi sistem pencernaan manusia, menumbuhkan kreativitas, rasa percaya diri,

Reaksi dekomposi katalitik metana dengan katalis Fe/Mo/MgO menghasilkan diameter luar nanotube karbon yang ingin dicapai pada tujuan penelitian, yaitu nanotube karbon yang

Hasil dari penelitian ini merupakan salah satu solusi yang dapat digunakan dalam menangani permasalahan di Kabupaten Kudus dengan membuat aplikasi ALPUKAT, ALPUKAT adalah