• Tidak ada hasil yang ditemukan

An analysis of leading sectors and regional development direction Of Sabang City, Aceh Province;

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "An analysis of leading sectors and regional development direction Of Sabang City, Aceh Province;"

Copied!
381
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN ARAHAN

PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA SABANG

PROVINSI ACEH

DESYAN RIA

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis Analisis Sektor Unggulan dan Arahan Pengembangan Wilayah Kota Sabang Provinsi Aceh adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Desember 2012

Desyan Ria

(3)

ABSTRACT

DESYAN RIA. An Analysis Of Leading Sectors and Regional Development Direction Of Sabang City, Aceh Province. Under direction of SANTUN R.P. SITORUS and SETIA HADI.

Sabang city is one of the districts/cities in Aceh province that has low Gross Regional Domestic Product (GRDP) and so far Sabang under developed, although it has a wide range of potential areas that can be developed. In order to enhance the regional development progress, one of the development policy and direction of regional development is to give attention to the leading sectors. The purpose of this study were: (1) To analyse the key sectors which can provide a multiplier effect for economic growth in the Sabang city (2) To analyse the hierarchy level of regional growth based on the facilities and infrastructure in the Sabang city (3) To review extent of spatial interaction that is capable supporting development of the area in Sabang city (4) To formulate policy directions of Sabang city development. The analysis techniques used in this study were the Location Quotient (LQ), Shift Share Analysis (SSA), Input-Output (I-0), Skalogram, Descriptive analysis, Analytical Hierarchy Process (AHP) and combination of Analytical Hierarchy Process (AHP) and SWOT (AWOT). The result showed that Sabang has a sector with a competitive advantage, linkages between sectors namely the processing industrial sector, the power sector and the wholesale and retai trade sectors. The direction of development policy for leading sector in the Sabang city is increasing linkages between sectors with other sectors that can provide added value so it can increase the role of leading sectors in regional economy. Decreasing rate of regional development caused by limited amount of economic infrastructure. Therefore, the direction of development in Sabang city is economic infrastructure needs to be developed so that citizen can be motivated to participate in various economic activities in Sabang city and finally can increase rate of development in the Sabang city.

(4)

RINGKASAN

DESYAN RIA. Analisis Sektor Unggulan dan Arahan Pengembangan Wilayah Kota Sabang Provinsi Aceh. Dibimbing oleh SANTUN R.P. SITORUS dan SETIA HADI.

Karakteristik potensi wilayah baik yang bersifat alami maupun buatan, merupakan salah satu unsur yang perlu diperhatikan dalam proses perencanaan pembangunan. Pemahaman yang mendalam terhadap karakteristik dan potensi yang dimiliki suatu daerah, khususnya sektor-sektor unggulan yang ada, merupakan hal penting dalam merumuskan strategi pembangunan yang akan dilakukan, dengan harapan agar competitive advantage tersebut dapat memberikan manfaat yang optimal bagi kemajuan suatu daerah. Kota Sabang memiliki potensi yang mampu dikembangkan dan berpeluang menjadi sektor unggulan daerah. Namun demikian, dengan keragaman potensi yang dimiliki tersebut pada tahun 2010 ukuran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) masih rendah dan sampai saat ini Kota Sabang belum berkembang. Melihat kondisi yang demikian, Pemerintah Daerah Kota Sabang perlu menentukan sektor yang diperkirakan bisa tumbuh cepat di wilayah tersebut.

Dalam upaya meningkatkan pembangunan sektor-sektor unggulan ini sehingga mampu menjadi sektor yang strategis dalam pengembangan wilayah, maka tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis sektor yang merupakan sektor unggulan dan mampu memberikan efek multiplier bagi pertumbuhan ekonomi di Kota Sabang (2) menganalisis tingkat hirarki wilayah berdasarkan sarana dan prasarana wilayah yang ada di Kota Sabang (3) mengkaji interaksi spasial yang ada mampu mendukung pengembangan wilayah di Kota Sabang (4) merumuskan arahan kebijakan pembangunan Kota Sabang.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data-primer berupa data hasil survei lapangan dan data sekunder berupa informasi dan data dari literatur-literatur yang didapat dari instansi terkait seperti BPS, BAPPEDA, BPKS, Administrator Pelabuhan, perpustakaan dan lainnya. Teknik analisis yang digunakan adalah metode Location Quotient (LQ), Shift Share Analysis (SSA),

Input-Output (I-O), Skalogram, Deskriptif, Analytical Hierarchy Process (AHP) dan AWOT.

Hasil penelitian menunjukkan ada lima sektor yang memberikan sumbangan paling tinggi terhadap PDRB Kota Sabang Tahun 2010 berturut-turut adalah : sektor pemerintahan umum dan pertahanan (37,54 %), sektor bangunan (17,32 %), sektor perdagangan besar dan eceran (16,19 %), sektor industri pengolahan (4,59 %) dan sektor peternakan dan hasil-hasilnya (4,24 %).

Hasil analisis keterkaitan langsung ke belakang atau Direct Backward Linkage (DBL) menunjukkan lima sektor yang memiliki nilai DBL tertinggi yaitu: (1) industri pengolahan (2) listrik (3) restoran (4) air bersih dan (5) angkutan sungai, danau dan penyebrangan. Hasil analisis keterkaitan langsung kedepan atau

(5)

(IDK), serta multiplier effect menunjukkan hasil yang tidak berbeda jauh dengan hasil DBL dan DFL.

Untuk identifikasi sektor unggulan di Kota Sabang ditentukan berdasarkan 5 (lima) kriteria yakni; (a) Sektor basis yang dianalisis dengan metode LQ >1, (b) Sektor yang mempunyai nilai SSA (differential shift ) positif, (c) Sektor yang memiliki keterkaitan ke depan yang relatif tinggi dan sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang yang relatif tinggi, (d) Sektor yang memiliki keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan yang relatif tinggi dan sektor yang memiliki keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang yang relatif tinggi, dan (e) Sektor yang memiliki efek multiplier yang besar. Jika salah satu sektor mempunyai 3 (tiga) dari 5 (lima) kriteria yang diberikan, maka sektor tersebut dapat dikatakan sebagai sektor unggulan. Atas dasar kriteria sektor unggulan tersebut maka sektor unggulan di Kota Sabang adalah: sektor industri pengolahan, sektor listrik dan sektor perdagangan besar dan eceran.

Pengembangan suatu wilayah merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembangunan. Hasil analisis skalogram menunjukkan tingkat hirarki wilayah sebagian besar desa di Kota Sabang tahun 2008 termasuk dalam hirarki II dan tahun 2011 termasuk dalam hirarki III. Hirarki I mempunyai indeks perkembangan (IP) > 37,721 ; hirarki II mempunyai IP antara 29,890 hingga 31,971 ; hirarki III mempunyai IP < 23,270. Hasil yang diperoleh menunjukkan untuk hirarki I mempunyai nilai IP > 37,888 ; hirarki II mempunyai IP antara 28,942 hingga 31,690 ; hirarki III mempunyai IP 26,970. Tahun 2008 ada 4 desa yang termasuk hirarki I yaitu: Desa Iboih, Aneuk Laot, Kuta Barat dan Kuta Ateuh sedangkan tahun 2011 jumlah desa berhirarki I mengalami penurunan menjadi 3 desa yaitu: Desa Balohan, Aneuk Laot dan Kuta Ateuh. Hirarki II merupakan wilayah dengan tingkat perkembangan sedang, dapat ditunjukkan oleh sarana dan prasarana yang tersedia dalam jumlah lebih sedikit. Untuk tahun 2008 ada 8 desa yang termasuk hirarki II dan tahun 2011 hanya terdapat 6 desa. Hirarki III merupakan wilayah dengan tingkat perkembangan rendah, jumlah sarana dan prasarana yang tersedia relatif sangat kurang. Ada 6 desa yang termasuk hirarki III tahun 2008 dan ada 9 desa untuk tahun 2011.

(6)

antara Kota Sabang dengan daerah lainnya sangat kecil. Aktivitas produksi hanya berorientasi pada masyarakat lokal dan kurang dipasarkan keluar daerah.

Hasil analisis AHP menunjukkan bahwa untuk kriteria kebijakan pembangunan Kota Sabang urutannya adalah: (1) peningkatan kualitas SDM dengan skor 0,336, (2) sektor ekonomi dengan skor 0,329 pengurangan jumlah penduduk miskin dengan skor 0,191, (3) pengurangan jumlah penduduk miskin dengan skor 0,191 dan (4) penyerapan tenaga kerja dengan skor 0,144. Sasaran kebijakan pembangunan Kota Sabang urutannya adalah: (1) sektor sektor industri dan perdagangan dengan skor 0,406, (2) sektor jasa kepelabuhanan dengan skor 0,227. Penyerapan tenaga kerja (1) sektor perikanan dengan skor 0,243 dan (2) sektor pariwisata dengan skor 0,124. Sasaran peningkatan kualitas SDM adalah : (1) pendidikan dengan skor (0,310), (2) kesehatan dengan skor (0,217). Sasaran pengurangan jumlah penduduk miskin yaitu : (1) layanan kesehatan dengan skor 0,239, (2) layanan pendidikan dengan skor 0,233. Alternatif kebijakan pembangunan lebih memprioritaskan pengembangan masyarakat daripada pengembangan sektor unggulan.

Berdasarkan hasil analisis dengan metode A’WOT, disusun arahan pengembangan wilayah untuk strategi dan pengembangan sektor unggulan di Kota Sabang. Berdasarkan analisis matriks internal-eksternal (IE), strategi yang bisa dilakukan yaitu melalui strategi pertumbuhan dengan integrasi horizontal. Hasil analisis matriks space dapat mempertajam strategi yang akan dikembangkan, dimana strategi yang akan dikembangkan berada di Kuadran II yaitu melalui strategi diversifikasi. Oleh karena itu, strategi alternatif yang dikembangkan adalah strategi strategi ST (StrengthsTreaths) yaitu, strategi untuk menggunakan kekuatan yang dimiliki wilayah dengan cara menghindari ancaman. Tiga rumusan strategi utama yang dapat dikembangkan, yaitu : (1) Penguatan sistem pertahanan dan keamanan sehingga jumlah investor yang menanamkan modal usahanya semakin bertambah serta mengelola dan memanfaatkan potensi SDA yang ada dengan baik agar tidak dinikmati oleh wilayah lain, (2) Mengurangi kesenjangan sosial masyarakat dengan membuka lapangan pekerjaan karena belum berperannya secara optimal aktivitas perdagangan dan pelabuhan bebas Sabang dan (3) Mengantisipasi terbatasnya modal usaha untuk pengembangan sektor industri pengolahan, sektor listrik dan sektor perdagangan besar dan eceran.

Berdasarkan hasil seluruh analisis, maka arahan kebijakan pembangunan sektor unggulan di Kota Sabang meningkatkan keterkaitan antar sektor yang mampu memberikan nilai tambah sehingga perannya dalam perekonomian wilayah semakin besar. Penurunan tingkat perkembangan wilayah disebabkan oleh terbatasnya jumlah prasarana perekonomian. Oleh karena itu, arahan pengembangan wilayah di Kota Sabang perlu dikembangkan prasarana perekonomian guna mendorong masyarakat untuk mampu berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi yang akan berkembang di Kota Sabang dan juga pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang tepat guna diharapkan mampu mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia.

(7)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumbernya. Pengutipan karya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

(8)

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN ARAHAN

PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA SABANG

PROVINSI ACEH

DESYAN RIA

TESIS

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar MAGISTER SAINS

pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

(9)
(10)
(11)

I presented this work

to:

My parents loved;

(12)

PRAKATA

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah dengan judul Analisis Sektor Unggulan dan Arahan Pengembangan Wilayah Kota Sabang Provinsi Aceh dapat diselesaikan.

Dalam penyusunan karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Santun R.P. Sitorus dan Dr. Ir. Setia Hadi, M.Si selaku ketua dan anggota komisi pembimbing atas segala motivasi, arahan, dan bimbingan yang diberikan mulai dari tahap awal hingga penyelesaian Tesis ini.

2. Bapak Dr. Ir. Widiatmaka, DAA selaku dosen penguji luar atas masukan dan sarannya dalam penyempurnaan Tesis ini.

3. Segenap dosen pengajar, asisten dan staf manajemen Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah.

4. Dr.Ir. Abu Bakar, M.Sc, Ir.Syamsidah Djuita, M.Si, Dr. Ir. Darmawan, M.Sc yang telah memotivasi dan merekomendasi penulis untuk dapat melanjutkan studi di IPB.

5. Imanda Surya Samudra, ST. M.Si, beserta staf jajarannya di Bapedda Kota Sabang.

6. Pemerintah Kota Sabang dan BPKS yang telah membantu dan memberikan informasi (data) kepada penulis yang berhubungan dengan Tesis ini.

7. Firdawaty Marasabessy teman terbaik yang telah membantu memberikan masukan yang berhubungan dengan Tesis ini, berbagi dalam suka dan duka, semoga persahabatan ini selalu abadi.

8. Rekan-rekan seperjuangan PWL kelas Reguler maupun Bappenas angkatan 2010 dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Tesis ini.

Terima kasih yang istimewa khusus disampaikan kepada kedua orang tuaku H. Abdul Aziz dan Atya Sakti Latief, kakakku Doddy Arnizka Aziz dan Bunda Surya Nola Latief beserta seluruh keluarga mengiringi langkah dan perjuanganku dengan do’a tulus ikhlas serta kasih sayang dan pengorbanan yang telah diberikan selama ini.

Penulis menyadari adanya keterbatasan ilmu dan kemampuan, sehingga dalam penelitian ini mungkin masih terdapat banyak kekurangan. Akhirnya, semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.

Bogor, Desember 2012

(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Beureuneun – Kab. Pidie pada tanggal 16 Desember 1981 dari pasangan orang tua Bapak H. Abdul Aziz dan Ibu Atya Sakti Latief. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara.

Pendidikan dasar hingga menengah penulis tempuh di Kota Banda Aceh. Tahun 2001 penulis melanjutkan ke Universitas Syiah Kuala melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Penulis diterima di jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian dan menyelesaikan studi pada jenjang sarjana pada Tahun 2007.

(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Konsep Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah ... 7

2.2 Konsep Wilayah Dan Pengembangan Wilayah ... 8

2.3 Sektor Unggulan ... 12

2.4 Pengembangan Spasial dan Infrastruktur ... 14

2.5 Penelitian Terdahulu ... 15

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 20

3.1 Kerangka Pemikiran ... 20

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 20

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 22

3.4 Metode Analisis Data ... 23

3.4.1 Location Quotient (LQ) ... 24

3.4.2 Shift Share Analysis (SSA ... 24

3.4.3 Analisis Input-Output ... 26

3.4.4 Analisis Skalogram ... 33

3.4.5 Analisis Deskriptif Interaksi Spasial ... 35

3.4.6 Analysis Hierarchy Process (AHP)... 36

3.4.7 Analysis A’WOT... 39

3.4.7.1 Analysis Faktor Strategi Internal dan Eksternal... 40

3.4.7.2 Analysis Matriks Internal-Eksternal (IE)... 42

3.4.7.3 Analysis Matriks Space ... 43

3.4.7.4 Analysis SWOT... 44

IV. GAMBARAN UMUM KOTA SABANG ... 47

4.1 Kondisi Fisik ... 47

4.1.1 Geografi dan Administrasi ... 47

4.1.2 Topografi ... 49

4.1.3 Geologi dan Jenis Tanah ... 50

4.1.4 Iklim ... 51

4.1.5 Hidrologi ... 52

(15)

4.2 Sosial dan Budaya ... 54

4.2.1 Kependudukan ... 54

4.2.2 Pendidikan ... 56

4.2.3 Ketenagakerjaan ... 58

4.2.4 Budaya ... 58

4.2.5 Kelembagaan ... 59

4.3 Perekonomian ... 59

4.3.1 Pertanian ... 60

4.3.2 Industri ... 63

4.3.3 Perdagangan ... 64

4.4 Kehutanan ... 64

4.5 Kondisi Sarana dan Prasarana ... 65

4.5.1 Pos dan Telekomunikasi ... 65

4.5.2 Transportasi ... 66

4.5.2.1 Transportasi Darat ... 66

4.5.2.2 Transportasi Laut ... 67

4.5.2.3 Transportasi Udara ... 67

4.5.3 Listrik dan Air Bersih ... 68

4.6 Kondisi Kepelabuhanan ... 69

4.7 Kondisi Perikanan ... 71

4.8 Kondisi Pariwisata ... 71

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 73

5.1 Penelahaan Makro ... 73

5.1.1 Sektor Unggulan di Kota Sabang ... 73

5.1.2 Struktur Perekonomian Kota Sabang Tahun 2010 ... 76

5.1.3 Keterkaitan Antar Sektor ... 82

5.1.3.1 Keterkaitan Langsung ke Belakang dan Keterkaitan Langsung ke Depan ... 83

5.1.3.2 Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang dan Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan ... 86

5.1.4 Indeks Daya Penyebaran dan Indeks Daya Kepekaan ... 89

5.1.5 Multiplier Effect ... 94

5.1.5.1 Output Multiplier ... 94

5.1.5.2 Total Value Added Multiplier ... 95

5.1.5.3 Income Multiplier ... 97

5.1.5.4 Value Added Tax Multiplier ... 98

5.1.6 Hasil Sintesis Perekonomian Kota Sabang Secara Makro ... 100

5.2 Penelahaan Mikro ... 104

5.2.1 Tingkat Hirarki Wilayah ... 104

5.2.2 Hasil Sintesis Perekonomian Kota Sabang Secara Mikro ... 106

5.3 Interaksi Spasial Wilayah Kota Sabang ... 110

5.4 Arahan Kebijakan Pengembangan Wilayah Kota Sabang ... 112

(16)

5.4.1.1 Kriteria Kebijakan Pembangunan Kota Sabang ... 113

5.4.1.2 Sasaran Kebijakan Pembangunan Kota Sabang ... 114

5.4.1.3 Alternatif Kebijakan Pembangunan Kota Sabang ... 116

5.4.2 Strategi Dasar Kebijakan Pembangunan Kota Sabang Berbasis Sektor Unggulan ... 118

5.4.2.1 Faktor Strategi Internal dan Eksternal... 118

5.4.2.1.1 Identifikasi Faktor Strategi Internal dan Eksternal ... 118

5.4.2.1.2 Analisis Faktor Strategi Internal dan Eksternal ... 120

5.4.2.3 Analisis Matriks Internal-Eksternal (Matriks IE)... 123

5.4.2.4 Analisis Matriks Space ... 125

5.4.2.5 Analisis SWOT ... 126

5.4.3 Arahan Pengembangan Wilayah di Kota Sabang ... 128

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 131

6.1 Kesimpulan ... 131

6.2 Saran ... 132

DAFTAR PUSTAKA ... 133

(17)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kota Sabang Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000

Tahun 2006-2009 ... 3

2. Jenis dan Sumber Data yang Digunakan, Teknik Analisis Data dan Output yang Diharapkan... 23

3. Sektor-Sektor Perekonomian Tabel I-O Kota Sabang Tahun 2010 (25x25 sektor) Hasil Update ... 28

4. Struktur Dasar Tabel Input-Output... 29

5. Variabel yang Digunakan Dalam Metode Skalogram ... 34

6. Rincian Data Calon Responden AHP dan A’WOT ... 37

7. Internal Strategic Factor Analysis Summary (IFAS)... 40

8. External Strategic Factor Analysis Summary (EFAS)... 41

9. Luas Kecamatan, Banyaknya Kelurahan, Lingkungan dan Kemukiman Menurut Kecamatan di Kota Sabang Tahun 2010 ... ... 48

10. Keadaan Topografi Kota Sabang ... 50

11. Jumlah Curah Hujan, Hari Hujan, Arah Angin dan Kecepatan Angin di Kota Sabang Tahun 2010 ... 51

12. Penggunaan Lahan di Kota Sabang Tahun 2002 ... 53

13. Jumlah Kelurahan, Rumah Tangga dan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Sabang Tahun 2010 ... 54

14. Jumlah Sekolah SD, SLTP dan SLTA Negeri dan Swasta Menurut Kecamatan di Kota Sabang Tahun 2010 ... 56

15. Jumlah Kepala Keluarga Menurut Mata Pencaharian dan Kecamatan di Kota Sabang Tahun 2010 ... 58

16. Luas Tanam, Luas Panen dan Produksi Pertanian Tanaman Pangan Pada Masing-masing Kecamatan di Kota Sabang Tahun 2010 ... 61

17. Populasi Ternak Pada Masing-masing Kecamatan di Kota Sabang Tahun 2010 ... 61

(18)

19. Jumlah Nelayan, Rumah Tangga Perikanan Menurut

Jenis Budidaya di Kota Sabang Tahun 2010 ... 63 20. Jumlah Perusahaan Hasil Industri Menurut Jenis dan

Jumlah Tenaga Kerja di Kota Sabang Tahun 2010 ... 63 21. Jumlah Koperasi Unit Desa dan Non KUD

di Kota Sabang Tahun 2010 ... 64

22. Luas Kawasan Hutan Menurut Jenisnya di Kota Sabang

Tahun 2010 ... 65 23. Banyaknya Sarana Komunikasi di Kota Sabang

Tahun 2010 ... 65 24. Panjang Jalan Kota dan Provinsi Menurut Jenis Permukaan

dan Kondisi di Kota Sabang Tahun 2010 ... 66 25. Jumlah Penumpang yang Menggunakan Transportasi Laut

di Kota Sabang Tahun 2010 ... 67 26. Nilai LQ Sektor Ekonomi Kota Sabang ... 74 27. Hasil Analisis Shift Share Sektor Perekonomian

di Kota Sabang Tahun 2007-2010 ... 76 28. PDRB Kota Sabang Tahun 2007-2010 Atas Dasar Harga

Konstan Tahun 2000 (dalam jutaan rupiah) ... 77 29. Persentase Sumbangan Sektoral Terhadap PDRB Kota Sabang

Tahun 2010 Atas Dasar Harga Konstan ... 78 30. Struktur Perekonomian Kota Sabang Berdasarkan Tabel I-O

Tahun 2010 (25x25 sektor) ... 80 31. Total Output Tiap Sektor Berdasarkan Tabel I-O

Kota Sabang Tahun 2010 ... 81 32. Pengelompokan Sektor-Sektor Perekonomian Kota Sabang

Tahun 2010 Berdasarkan Nilai IDP dan IDK ... 92 33. Hasil Nilai LQ dan SSA Kota Sabang ... 100 34. Nilai Multiplier Effect Kota Sabang ... 102 35. Hirarki Desa di Kota Sabang Tahun 2008 dan 2011

Berdasarkan Nilai Indeks Perkembangan ... 105 36. Pergerakan Barang Aliran Masuk diPelabuhan

Sabang (ton) Tahun 2011 ... 111 37. Pergerakan Barang Aliran Keluar diPelabuhan

(19)

38. IFAS Kebijakan Pembangunan Berdasarkan Sektor Unggulan

dan Arahan Pengembangan Wilayah Kota Sabang ... 121 39. EFAS Kebijakan Pembangunan Berdasarkan Sektor Unggulan

(20)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Hubungan antara Pengembangan Wilayah, Sumber Daya Alam,

Sumber Daya Manusia dan Teknologi ... 11

2. Peranan Prasarana Wilayah dalam Meningkatkan Daya Saing Wilayah ... 15

3. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 21

4. Peta Lokasi Penelitian ... 22

5. Struktur Hirarkhi AHP... 38

6. Matriks Internal-Eksternal ... 42

7. Matriks Space ... 44

8. Matriks SWOT... 45

9. Kerangka Analisis Penelitian ... 46

10. Peta Administrasi Kota Sabang ... 47

11. Luas Wilayah PerKecamatan di Kota Sabang ... 48

12. Peta Topografi Kota Sabang ... 49

13. Peta Kepadatan Penduduk Kota Sabang ... 55

14. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kota Sabang ... 56

15. Peta Sebaran Fasilitas Pendidikan Kota Sabang ... 57

16. Pelabuhan Domestik/Nasional Kota Sabang ... 69

17. Pelabuhan Hubungan International Kota Sabang ... 70

18. Keterkaitan Langsung ke Belakang Sektor-Sektor Perekonomian Kota Sabang Tahun 2010 ... .... 84

19. Keterkaitan Langsung ke Depan Sektor-Sektor Perekonomian Kota Sabang Tahun 2010 ... 85

20. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang Sektor-Sektor Perekonomian Kota Sabang Tahun 2010 ... 87

21. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan Sektor-Sektor Perekonomian Kota Sabang Tahun 2010 ... 88

(21)

23. Nilai Indeks Kepekaan Sektor-Sektor

Perekonomian Kota Sabang Tahun 2010 ... 91

24. Nilai Output Multiplier Sektor-Sektor Perekonomian Kota Sabang Tahun 2010 ... 95

25. Nilai Total Value Added Multiplier Sektor-Sektor Perekonomian Kota Sabang Tahun 2010 ... 96

26. Nilai Income Multiplier Sektor-Sektor Perekonomian Kota Sabang Tahun 2010 ... 97

27. Nilai Value Added Tax Multiplier Sektor-Sektor Perekonomian Kota Sabang Tahun 2010 ... 99

28. Proporsi Sektor-Sektor Terhadap PDRB dan Total Output Kota Sabang ... 102

29. Tingkat Hirarki Wilayah Kota Sabang... 104

30. Hirarki Wilayah Kota Sabang Tahun 2008 ... 108

31. Hirarki Wilayah Kota Sabang Tahun 2011 ... 109

32. Hasil AHP dalam Penentuan Kriteria Kebijakan Pembangunan Kota Sabang ... 113

33. Hasil AHP dalam Penentuan Sasaran Sektor Ekonomi dan Penyerapan Tenaga Kerja Kebijakan Pembangunan Kota Sabang ... 114

34. Hasil AHP dalam Penentuan Sasaran Peningkatan Kualitas SDM Dan Pengurangan Jumlah Penduduk Miskin Kebijakan Pembangunan Kota Sabang ... 115

35. Hasil AHP dalam Penentuan Alternatif Pengembangan Kebijakan Pembangunan Kota Sabang ... 116

36. Hasil Analisis AHP dalam Kebijakan Pembangunan Kota Sabang ... 117

37. Hasil Analisis Matriks Internal-Eksternal (Matriks IE) ... 124

38. Hasil Analisis Matriks Space ... 125

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Hasil Shift Share Analysis (SSA) Untuk Provinsi Aceh dan Kota Sabang, PDRB Tahun 2007 dan 2010 Atas Dasar

Harga Konstan 2000 ... 137 2. Klasifikasi Sektor Tabel Input-Output Kota Sabang

Tahun 2010 (dalam jutaan rupiah,25x25sektor)... 138 3. Tabel Input-Output Kota Sabang Tahun 2010

(dalam jutaan rupiah,25x25sektor) ... 139 4. Koefisien Teknologi (Matriks A) Kota Sabang Tahun 2010

25x25sektor ... 146 5. Kebalikan Matriks Leontif (I-A)-1 Tabel Input-Output

Kota Sabang Tahun 2010, 25x25sektor ... 151 6. Kuesioner untuk Mendapatkan Data untuk Analisis AHP

dari Responden Pemerintah, DPRD, Swasta, Akademisi

dan LSM ... 156

7. Kuesioner untuk Mendapatkan Data untuk Analisis A’WOT (dalam Penentuan Strategi) dari Responden Pemerintah, DPRD

BPKS ,Swasta, Akademisi dan LSM ... 164

8. Pembobotan Faktor Strategi Internal dan Eksternal

Hasil AHP dalam Analisis A’WOT dari Responden Akademisi,

Pemerintah, DPRD, BPKS, Swasta dan LSM ... 175 9. Penghitungan Rating Strategi Internal dan Eksternal

dalam Analisis A’WOT dari Responden Akademisi,

(23)

   

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karakteristik potensi wilayah baik yang bersifat alami maupun buatan, merupakan salah satu unsur yang perlu diperhatikan dalam proses perencanaan pembangunan. Pemahaman yang mendalam terhadap karakteristik dan potensi yang dimiliki suatu daerah, khususnya sektor-sektor unggulan yang ada, merupakan hal yang penting dalam merumuskan strategi pembangunan yang akan dilakukan, dengan harapan agar competitive advantage tersebut dapat memberikan manfaat yang optimal bagi kemajuan suatu daerah.

Kota Sabang merupakan salah satu daerah di Provinsi Aceh yang wilayahnya berbentuk kepulauan dan berada di wilayah paling barat Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kota Sabang termasuk dalam konstelasi Kerjasama Ekonomi Sub Regional/KESR, seperti AFTA (Asean Free Trade Area), IMT-GT (Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle) dan Segitiga Pertumbuhan “Saphula” (Sabang–Phuket–Langkawi). KESR IMS-GT dan investasi secara langsung telah menciptakan perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang pesat di wilayah Kota Sabang. Dalam masa krisis ekonomi, perekonomian Sabang mampu tumbuh dengan laju rata-rata >5 %/tahun. Dengan ditetapkannya Sabang sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (ditetapkan dengan UU No. 37 Tahun 2000) terbuka peluang untuk mempercepat pembangunan di Kota Sabang sebagai salah satu pusat pertumbuhan ekonomi di wilayah Indonesia Bagian Barat dan wilayah ASEAN khususnya untuk pengembangan sektor-sektor unggulan. Percepatan pembangunan Kota Sabang, didasarkan atas visi dari Kota Sabang yaitu : “Menjadikan Kota Sabang sebagai salah satu simpul perniagaan dan pelabuhan terkemuka yang memiliki basis pengembangan perekonomian di sektor jasa kepelabuhanan, industri dan perdagangan, perikanan laut dan pariwisata bagi terwujudnya kesejahteraan masyarakat (PEMKOT Sabang dan BAPEKAPPEB Sabang, 2004).

(24)

   

ini diharapkan dapat berkembang sebagai akibat adanya rembesan dua kutub pertumbuhan industri yaitu Lhokseumawe dan Aceh Besar di Provinsi Aceh sendiri serta Kota Medan di Provinsi Sumatera Utara. Namun apabila hal ini dikaitkan secara khusus dengan Kota Sabang, secara teoritis rembesan yang mungkin terjadi dari adanya pergerakan dua kutub tersebut akan sangat kecil, mengingat Kota Sabang secara geografis terpisah dari Provinsi Aceh serta tidak berada dalam jalur poros Kota Banda Aceh – Lhokseumawe – Medan. Akan tetapi apabila dilihat secara regional dalam arti hubungan dengan negara lain, Kota Sabang sangat potensial terutama sebagai pintu gerbang strategis bagi arus investasi serta barang dan jasa dari luar negeri yang pada akhirnya dapat mendorong pengembangan wilayah Sumatera Bagian Utara dan khususnya Provinsi Aceh (PEMKOT Sabang, 2009).

Anjloknya pertumbuhan ekonomi Kota Sabang pada tahun 1998 disebabkan pengaruh krisis ekonomi yang melanda Negara Indonesia dan krisis keamanan di Provinsi Aceh, yang merambah hampir keseluruh sektor ekonomi. Pada tahun 2007 pertumbuhan ekonomi mencapai 7,32 persen, pada tahun 2008 menurun menjadi 4,40 persen, pada tahun 2009 naik menjadi 4,72 persen dan pada tahun 2010 kembali meningkat menjadi 5,21 persen. Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi Kota Sabang sangat tergantung dari pertumbuhan masing-masing sektoralnya. Pada tahun 2010 sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian mengalami kenaikan sebesar 1,46 persen dan 3,13 persen, sektor Industri pengolahan sebesar 0,79 persen, sektor listrik, gas dan air minum 7,16 persen, sektor konstruksi 13,33 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran 4,39 persen, sektor angkutan dan komunikasi 7,83 persen, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 3,94 persen, serta sektor jasa-jasa mengalami pertumbuhan 3,84 persen. Bila ditinjau pertumbuhan masing-masing sektor pada tahun 2010 dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada tahun sebelumnya. Pada tahun 2010 sektor yang mengalami peningkatan paling tinggi adalah sektor pengangkutan dan komunikasi Tabel 1 (BPS dan BAPEDDA, 2010b).

(25)

   

(PDRB) masih rendah dan sampai saat ini Kota Sabang belum berkembang. 

Melihat kondisi yang demikian, Pemerintah Daerah Kota Sabang perlu menentukan sektor dan komoditi apa saja yang diperkirakan bisa tumbuh cepat di wilayah tersebut. Sektor dan komoditi tersebut haruslah yang merupakan sektor unggulan atau mempunyai prospek untuk dipasarkan ke luar wilayah atau diekspor di masa yang akan datang dan dapat dikembangkan secara maksimal. Sektor tersebut perlu didorong, dikembangkan, dan disinergikan dengan sektor-sektor lain yang terkait. Menurut Tarigan (2004a), beberapa sektor-sektor dikatakan bersinergi apabila pertumbuhan salah satu sektor akan mendorong sektor lain untuk tumbuh. Begitu pula sebaliknya sehingga terdapat dampak pengganda yang cukup berarti, yang pada akhirnya akan mempercepat pertumbuhan ekonomi wilayah.

Tabel 1. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kota Sabang Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2007–2010

Lapangan Usaha 2007* 2008* 2009* 2010**

1. Pertanian 2,13 0,10 1,11 1,46

2. Pertambangan dan Penggalian 6,18 (7,01) 2,81 3,13

3. Industri Pengolahan 2,48 2,40 2,10 0,79

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 8,18 7,18 5,85 7,16

5. Bangunan 12,14 8,59 10,42 13,33

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 6,07 5,79 6,32 4,39 7. Pengangkutan dan Komunikasi 3,78 1,93 3,72 7,83 8. Keuangan,Persewaan dan Jasa

Perusahaan

3,30 1,18 3,56 3,94

9. Jasa-Jasa 4,42 3,31 3,51 3,84

PDRB Kota Sabang 5,33 3,81 4,72 5,21

Keterangan * Angka yang diperbaiki ** Angka sementara

Sumber : BPS dan BAPEDDA Kota Sabang (2011)

Penentuan sektor unggulan yang tepat, yaitu sejalan dengan tujuan pembangunan dan karakteristik wilayah Kota Sabang menjadi suatu kebutuhan agar tidak terjadi diorientasi kebijakan dan program pembangunan serta mencegah berlangsungnya permasalahan dan kemubaziran sumberdaya yang sifatnya terbatas. (Dinc, et al. 2003) mengembangkan beberapa model untuk pengembangan keputusan dalam suatu daerah dengan mengintegrasikan model

(26)

   

daya ke wilayah pusat pertumbuhan yang tidak disertai dengan aliran manfaat ke daerah-daerah sekitar, perlu adanya suatu strategi pengembangan antarwilayah berimbang yang dapat mengurangi kesenjangan antara daerah pusat pertumbuhan dengan daerah-daerah sekitarnya, dalam hal ini adalah pusat kota dan wilayah pesisir diluar kota di Kota Sabang.

Strategi pengembangan potensi ekonomi daerah adalah dengan melakukan evaluasi terhadap kebijakan ekonomi dalam suatu wilayah (Moe, 1984). Merumuskan suatu kebijakan dapat dilakukan dengan melibatkan semua pemangku kepentingan lokal (Umar, 2011). Salah satu aspek yang penting dilakukan dalam kebijakan adalah merumuskan masalah dan program pemecahan yang akan dilaksanakan. Terdapat 4 tahap yang penting dilakukan yaitu 1) pencarian masalah (problem search ), 2) pendefinisian masalah (problem definition), 3) spesifikasi masalah (problem specification), dan 4) pengenalan masalah (problem sensing) (Dunn, 2003). Berdasarkan kondisi dan alasan tersebut perlu dilakukan analisis sektor unggulan dan arahan pengembangan wilayah dalam pelaksanaan pembangunan khususnya yang dilakukan oleh Pemda dan akan menjadi kegiatan yang penting sebagai bagian dari proses pembelajaran (learning processs) dalam pelaksanaan pembangunan.

1.2 Perumusan Masalah

(27)

   

pertumbuhannya tinggi tetapi sektor tersebut kurang berpotensi artinya memberikan kontribusi yang kecil terhadap PDRB Kota Sabang, sehingga pertumbuhannya kurang mendorong pertumbuhan PDRB secara keseluruhan. Sebaliknya ada sektor-sektor yang cukup dominan namun mengalami pertumbuhan yang relatif kecil, maka keberadaanya tidak mempengaruhi pertumbuhan PDRB secara keseluruhan seperti pada sektor jasa-jasa merupakan sektor terbesar yang memberikan sumbangan terhadap PDRB Kota Sabang namun pertumbuhannya hanya sebesar 3,58 persen (BPS dan BAPEDDA, 2010a).

Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Sabang Tahun 2007-2012, pembangunan yang terus berlangsung di Kota Sabang, khususnya pasca penetapan status Sabang sebagai kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas telah menunjukkan hasil yang menggembirakan, kendati belum terlihat perkembanganyang merata. Kondisi ini telah menyebabkan terjadinya disparitas wilayah,khususnya terkait dengan masih terkonsentrasinya beberapa aktifitas ekonomi pada pusat kota, sementara di wilayah pesisir atau luar kota belum berkembang sebagaimana yang diharapkan. Menyikapi hal ini, diarahkan kebijakan pada mendorong pemerataan pembangunan dengan percepatan pertumbuhan wilayah pesisir dan luar kota sesuai dengan karakteristik, potensi SDA, dan lokasi strategisdalam satu wilayah pengembangan ekonomi yang sinergis.

Oleh karena itu, issue dan tantangan pembangunan di Kota Sabang saat ini dengan adanya perubahan status tersebut belum ditunjang oleh prosedur perijinan investasi yang memadai, iklim investasi yang kondusif, sumberdaya manusia yang berkualitas serta kelengkapan infrastruktur wilayah untuk menunjang peran Kota Sabang sebagai bagian dari kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas serta mendorong produktivitas perekonomian wilayah.

(28)

   

pengembangan daerah belakangnya, adalah perlu didukung dengan kebijakan pengembangan antarwilayah yang tepat.

Oleh karena itu, pemda Kota Sabang perlu merumuskan kebijakan pembangunan yang lebih tepat, khususnya dengan lebih mengoptimalkan peran sektor-sektor unggulan yang dimiliki, agar dapat meningkatkan kemajuan dan perkembangan wilayah. Memperhatikan beberapa hal di atas, maka beberapa pertanyaan penelitian yang perlu dikaji adalah :

1. Sektor apa yang merupakan sektor unggulan dan mampu memberikan efek

multiplier bagi pertumbuhan ekonomi di Kota Sabang.

2. Bagaimana tingkat hirarki wilayah berdasarkan sarana dan prasarana wilayah yang ada di Kota Sabang.

3. Sejauh mana interaksi spasial yang ada mampu mendukung pengembangan wilayah di Kota Sabang.

4. Bagaimana kebijakan pembangunan yang tepat dijalankan oleh Pemda setempat.

1.3 Tujuan Penelitian

Dengan memperhatikan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis sektor yang merupakan sektor unggulan dan mampu memberikan efek multiplier bagi pertumbuhan ekonomi di Kota Sabang. 2. Menganalisis tingkat hirarki wilayah berdasarkan sarana dan

prasarana wilayah yang ada di Kota Sabang.

3. Mengkaji interaksi spasial yang ada mampu mendukung pengembangan wilayah di Kota Sabang.

4. Merumuskan arahan kebijakan pembangunan Kota Sabang.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat pada beberapa aspek yaitu: 1. Memberikan sumbangan pemikiran pada Pemda tentang strategi pembangunan

yang perlu dijalankan.

(29)

   

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah

Perencanaan merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh berbagai pihak, baik perorangan maupun suatu organisasi. Untuk memahami kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan, sangat bervariasi tergantung dari kompleksitas masalah dan tujuan yang ingin dicapai. Secara sederhana konsep perencanaan menurut Tarigan (2004b) adalah menetapkan suatu tujuan dan memilih langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Selanjutnya secara lebih lengkap Tarigan (2004b) memberikan pengertian bahwa perencanaan berarti mengetahui dan menganalisis kondisi saat ini, meramalkan perkembangan berbagai faktor yang tidak dapat di kontrol (noncontrolable ) namun relevan, memperkirakan faktor-faktor pembatas, menetapkan tujuan dan sasaran yang diperkirakan dapat dicapai, serta mencari langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut. Sementara itu, menurut Friedman dalam Tarigan (2004b) perencanaan pada asasnya berkisar pada dua hal, pertama adalah penentuan pilihan secara sadar mengenai tujuan kongkret yang hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu atas dasar nilai yang dimiliki masyarakat yang bersangkutan, kedua adalah pilihan-pilihan diantara cara-cara alternatif yang efisien serta rasional guna mencapai tujuan-tujuan tersebut.

(30)

   

pembangunan daerah seperti administrasi dan proses pengambilan keputusan. Perencanaan yang efektif harus bisa membedakan apa yang seyogyanya dilakukan dan apa yang dapat dilakukan.

Mengutip pendapat dari Blakely, Arsyad (1999) menyatakan bahwa dalam perencanaan pembangunan ekonomi terdapat enam tahap yaitu : 1) pengumpulan dan analisis data, 2) pemilihan strategi pembangunan daerah, 3) pemilihan proyek-proyek pembangunan, 4) pembuatan rencana tindakan, 5) penentuan rincian proyek-proyek, dan 6) persiapan perencanaan secara keseluruhan dan implementasi. Sementara itu, menurut Jhingan (2000) perkembangan ekonomi dapat digunakan untuk menggambarkan faktor -faktor penentu yang mendasari pertumbuhan ekonomi seperti perubahan dalam teknik produksi, sikap masyarakat dan lembaga-lembaga dimana perubahan tersebut dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi.

Sejalan dengan terjadinya pergeseran paradigma dalam pembangunan ekonomi, maka ukuran keberhasilan pembangunan ekonomi juga mengalami pergeseran, tidak hanya dari aspek pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) atau kenaikan pendapatan per kapita penduduknya namun lebih jauh lagi ke arah perkembangan masyarakat. Menurut Arsyad (1999), pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang, yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan.

2.2 Konsep Wilayah dan Pengembangan Wilayah

(31)

   

dikemukakan oleh Alkadri (2002) bahwa sebagian ahli mendefinisikan wilayah dengan merujuk pada tipe-tipe wilayah, ada pula yang mengacu pada fungsinya, dan ada pula yang berdasarkan korelasi yang kuat diantara unsur -unsur (fisik dan non fisik) pembentuk suatu wilayah. Dengan demikian pengertian wilayah tidak hanya sebatas aspek fisik tanah, namun juga aspek lain seperti biologi, ekonomi, sosial, budaya, lingkungan. Berdasarkan fungsinya wilayah dibedakan atas tiga bentuk yaitu wilayah homogen, wilayah nodal, dan wilayah perencanaan.

Strategi pengembangan suatu wilayah sangat ditentukan oleh karakteristik dan potensi yang terdapat di wilayah tersebut. Oleh karena itu, sebelum melakukan perumusan kebijakan yang dilaksanakan perlu mengetahui tipe/jenis wilayahnya. Menurut Tukiyat (2002) secara umum terdapat lima tipe wilayah dalam suatu negara :

1. Wilayah yang telah maju.

2. Wilayah netral, yang dicirikan dengan adanya tingkat pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi.

3. Wilayah sedang, yang dicirikan adanya pola distribusi pendapatan dan kesempatan kerja yang relatif baik.

4. Wilayah yang kurang berkembang atau kurang maju, yang dicirikan adanya tingkat pertumbuhan yang jauh di bawah tingkat pertumbuhan nasional dan tidak ada tanda -tanda untuk dapat mengejar pertumbuhan dan pengembangan.

5. Wilayah tidak berkembang.

Dengan mengetahui ciri suatu wilayah, maka dapat dirumuskan kebijakan yang tepat dilakukan dalam pengembangan wilayah. Pada era otonomi daerah saat ini, salah satu konsep pengembangan wilayah yang perlu mendapat perhatian adalah pengembangan ekonomi wilayah. Oleh karena itu, menurut Tukiyat (2002) konsep pengembangan ekonomi wilayah harus berorientasi pada pertumbuhan ekonomi wilayah dengan menggali potensi produk unggulan daerah.

(32)

   

perencanaan tata ruang wilayah, sedangkan perencanaan kegiatan dalam wilayah diatur dalam perencanaan pembangunan wilayah. Tata ruang wilayah merupakan landasan dan juga sekaligus juga sasaran dari perencanaan pembangunan wilayah. Perencanaan pembangunan wilayah tidak mungkin terlepas dari apa yang sudah ada saat ini di wilayah tersebut. Aktor/pelaku pembangunannya adalah seluruh masyarakat yang ada di wilayah tersebut termasuk di dalamnya pemerintah daerah serta pihak-pihak luar yang ingin melakukan kegiatan di wilayah tersebut. Paling tidak terdapat dua peran pemerintah daerah yang cukup penting dalam pembangunan wilayah yaitu sebagai pengatur atau pengendali (regulator) dan sebagai pemacu pembangunan (stimulator ). Dana yang dimiliki pemerintah dapat digunakan sebagai stimulan untuk mengarahkan investasi swasta atau masyarakat umum ke arah yang diinginkan oleh pemerintah.

Salah satu pendekatan dalam perencanaan pembangunan menurut Tarigan (2004) adalah pendekatan sektoral. Pendekatan sektoral dilakukan dengan mengelompokkan kegiatan pembangunan kedalam sektor-sektor. Selanjutnya masing-masing sektor dianalisis satu persatu untuk menetapkan apa yang dapat dikembangkan atau di tingkatkan dari sektor-sektor tersebut guna lebih mengembangkan wilayah.

Menurut Tacoli (1998) bahwa konsep pembangunan dalam beberapa dekade terakhir ditujukan pada perubahan hubungan antara sektor pertanian dengan industri. Kebijakan pertumbuhan ekonomi mengikuti satu atau dua pendekatan, yaitu pertama investasi di sektor pertanian berpengaruh pada penyediaan kebutuhan sektor industri dan perkotaan, sedangkan pendekatan kedua berpendapat bahwa pertumbuhan industri dan perkotaan memerlukan sektor pertanian yang lebih modern.

(33)

   

ketika kesejahteraan diperkotaan tercapai, dan akan turun ke kawasan hinterland

dan perdesaan melalui beberapa mekanisme yaitu hirarkhi perkotaan dan perusahaan-perusahaan besar.

Secara simplistik, konsep pengembangan wilayah sendiri terbagi dua dan saling berseberangan. Dominasi pertama menyatakan bahwa dalam mengembangkan suatu wilayah harus berawal dari penentuan kebijakan yang berasal dari pusat (production centered development) dengan anggapan bahwa pengembangan wilayah tidak dapat dilakukan secara serentak melainkan harus melalui beberapa sektor unggulan yang kemudian akan menjalar kepada sektor-sektor lainnya dan perekonomian secara keseluruhan. Dominasi kedua menekankan pembangunan desentralistik atau pembangunan yang berpusat kepada masyarakat (people centered development).

[image:33.595.101.514.59.830.2]

Menurut Zen (1999) pengembangan wilayah adalah usaha mengawinkan secara harmonis sumberdaya alam manusia dan teknologi dengan memperhitungkan daya tampung lingkungan itu sendiri. Kesemuanya itu disebut memberdayakan masyarakat dapat ditampilkan seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Hubungan antara Pengembangan Wilayah, Sumber Daya Alam, Sumber Daya Manusia dan Teknologi

Fungsi utama dari aktivitas pemerintah adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut Saefulhakim dalam Suryawardana (2006), untuk mencapai

Pengembangan Wilayah Lingkungan

Hidup

Lingkungan Hidup

Lingkungan Hidup Sumberdaya Manusia

(34)

   

fungsi tersebut maka aktivitas-aktivitas dapat dilakukan pemerintah melalui: (1) regulasi, tata aturan, penegakan norma, dan pengawasan; (2) public facility provision, penyediaan fasilitas umum, artinya pemerintah sebagai koordinator pengadaan; dan (3) penentuan lokasi fasilitas umum yang tepat. Namun dalam pelaksanaannya, hambatan-hambatan yang dihadapi oleh pemerintah adalah terbatasnya anggaran pemerintah dan arah dari alokasi pengeluaran pemerintah itu sendiri.

Dalam konteks pembangunan ekonomi daerah, maka pemerintah seharusnya mengarahkan pengeluarannya kepada sektor-sektor unggulan karena mempunyai nilai keterkaitan dan multiplier yang besar. Selain pemerintah, peran yang sangat diharapkan adalah dari investasi. Investasi yang mengarah kepada sektor unggulan juga akan meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian daerah. Kinerja pembangunan daerah dapat tercapai apabila penganggaran telah sesuai dengan tujuan daerah  itu sendiri, antara lain kesejahteraan masyarakat,mengurangi kesenjangan wilayah, dan meningkatkan daya beli masyarakat (Suryawardana, 2006).

2.3 Sektor Unggulan

Pendekatan sektoral dilakukan dengan menentukan sektor unggulan yang memiliki keterkaitan antar sektor yang kuat dalam menopang perekonomian suatu wilayah. Suatu sektor dikatakan sebagai sektor kunci atau sektor unggulan apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: (1) mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang yang relatif tinggi; (2) menghasilkan output bruto yang relatif tinggi sehingga mampu mempertahankan final demand yang relatif tinggi pula; (3) mampu menghasilkan penerimaan bersih devisa yang relatif tinggi; dan (4) mampu menciptakan lapangan kerja yang relatif tinggi (Arief, 1993). Menurut Mubyarto (1989), potensi-potensi unggulan ditentukan berdasarkan pada kriteria sebagai berikut:

1. Jumlah tenaga kerja dan sumber-sumberdaya lainnya yang digunakan atau bisa dipakai secara langsung maupun tidak langsung.

(35)

   

3. Kesesuaian lahan dimana karakter lahan harus disesuaikan dengan karakteristik sektor tersebut dan ketersediaannya harus mampu menampung laju pertumbuhan sektor tersebut.

Rustiadi et al. (2006) menyatakan bahwa syarat suatu sektor layak dijadikan sebagai unggulan di dalam perekonomian daerah ialah memiliki kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pencapaian tujuan pembangunan perekonomian daerah serta mempunyai keterkaitan dengan sektor-sektor lainnya baik kedepan dan kebelakang yang besar.

Menurut Saefulhakim (2004) skala prioritas di dalam pembangunan diperlukan atas pemahaman bahwa (1) setiap sektor mempunyai sumbangan langsung dan tidak langsung yang berbeda terhadap pencapaian sasaran pembangunan, (2) setiap sektor memiliki keterkaitan dengan sektor-sektor lainnya dengan karakteristik yang berbeda-beda, dan (3) aktivitas sektoral tersebar secara tidak merata dan spesifik, beberapa sektor cenderung memiliki aktivitas yang terpusat dan terkait dengan sebaran sumberdaya alam, buatan, sosial yang ada.

Penentuan peranan sektor-sektor pembangunan dalam konsep pengembangan wilayah diharapkan dapat mewujudkan keserasian antar sektor dalam pemanfaatan ruang, mewujudkan keterkaitan antar sektor baik kedepan maupun ke belakang, dan proses pembangunan yang berjalan secara bertahap kearah yang lebih maju serta menghindari kebocoran dan kemubaziran sumberdaya (Anwar dan Hadi 1996).

Salah satu aspek yang penting dalam perumusan kebijakan pembangunan adalah mengetahui sektor-sektor unggulan daerah. Untuk menentukan suatu sektor merupakan unggulan bagi suatu daerah dapat dilihat dari berbagai sisi. Dalam penelitian ini, untuk menentukan sektor unggulan digunakan 5 (lima) kriteria yakni; (a) Sektor basis yang dianalisis dengan metode LQ >1, (b) Sektor yang mempunyai nilai SSA (differential shift ) positif, (c) Sektor yang memiliki keterkaitan ke depan yang relatif tinggi dan sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang yang relatif tinggi, (d) Sektor yang memiliki keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan yang relatif tinggi dan sektor yang memiliki keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang yang relatif tinggi, dan (e) Sektor yang memiliki efek

(36)

   

kriteria yang diberikan, maka sektor tersebut dapat dikatakan sebagai sektor unggulan.

2.4 Pengembangan Spasial dan Infrastruktur

Pada dasarnya pengembangan spasial dalam kaitannya dengan pengembangan suatu wilayah dapat dibedakan menjadi dua antara lain adalah yang bersifat perluasan (expansion), yaitu pengembangan spasial dengan melakukan pergeseran ke arah luar dari pusat wilayah, dan yang bersifat penggabungan (consolidation), yaitu melakukan intensifikasi aktivitas sosial-ekonomi pengambilan keputusan spasial dari suatu pusat wilayah (Hilhorst 1985). Dalam kerangka pengembangan wilayah di dalam suatu kawasan, upaya pengembangan spasial perlu didukung dengan adanya pengembangan prasarana wilayah. Prasarana wilayah dalam pengembangan suatu wilayah seperti dikemukakan oleh Mukti (2002), harus dapat berfungsi secara sosial maupun ekonomi (internal dan eksternal) antara lain menyediakan pelayanan jasa kepada masyarakat, mendukung roda perekonomian wilayah, mempromosikan pertumbuhan ekonomi wilayah, menjaga kontinuitas produksi suatu wilayah, memperlancar distribusi barang dan jasa, meningkatkan aksesibilitas ke wilayah luar, mempromosikan perdagangan antarwilayah dan internasional, mempromosikan wilayah sebagai daerah tujuan investasi dan wisata, serta meningkatkan komunikasi dan informasi antarwilayah.

Pengembangan prasarana wilayah (physical infrastructure) memegang peranan penting bagi tumbuhnya perekonomian suatu wilayah. Peran prasarana wilayah sangat mendukung dalam pengembangan komoditas ataupun sektor unggulan wilayah seperti dapat dilihat pada Gambar 2. Strategi pengembangan prasarana dalam mendukung pengembangan wilayah pada umumnya diturunkan dari visi dan misinya. Visinya yaitu tersedianya prasarana wilayah yang andal, efisien, adaptif, dan antisipatif dalam mendukung perekonomian wilayah, sedangkan misinya adalah mempromosikan untuk wilayah yang mulai berkembang, untuk daerah yang sudah berkembang adalah sebagai pendukung, dan untuk daerah yang terbelakang adalah membuka akses ke wilayah yang lebih luas (Mukti 2002).

(37)

   

kualitas sarana pelayanan (Rustiadi et al. 2006). Semakin banyak jumlah dan jenis sarana pelayanan serta semakin tinggi aktivitas sosial ekonomi mencerminkan kapasitas wilayah yang tinggi, karena banyaknya jumlah sarana pelayanan dan jumlah jenis sarana pelayanan berkorelasi kuat dengan jumah penduduk di suatu wilayah.

Gambar 2. Peranan Prasarana Wilayah Dalam Meningkatkan Daya Saing Wilayah

2.5 Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Syahidin (2006) tentang “Studi Kebijakan Pembangunan Berbasis Sektor Unggulan : Kasus di Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah” menunjukkan bahwa untuk menentukan sektor - sektor unggulan dilakukan dengan menilai peranan masing- masing sektor terhadap kontribusi dalam PDRB, pertumbuhan masing - masing sektor dalam PDRB, tingkat penyerapan tenaga kerja, dan sektor basis yang dilakukan dengan metode

Location Quotient (LQ). Untuk mengetahui isu sentral kebijakan pembangunan di Kabupaten Kebumen dilakukan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil analisis menunjukkan perencanaan pada umumnya telah diarahkan pada peningkatan perkembangan sektor-sektor unggulan daerah, namun belum sepenuhnya diimbangi dengan implementasi kebijakan tersebut. Hal ini diindikasikan dengan masih terdapatnya korelasi yang lemah antara beberapa sektor yang berpotensi sebagai sektor unggulan daerah. Bahkan, sektor pertanian yang mempunyai kontribusi terbesar dalam PDRB mempunyai korelasi yang lemah dengan sektor unggulan yang lain. Strategi kebijakan yang perlu dilaksanakan dan diimplementasikan adalah mengembangkan industri-industri yang

Keunggulan Bersaing Wilayah

      

Backward Komoditas/Sektor Unggulan Forward

(38)

   

berbasis pertanian dan membangun keunggulan lokal melalui perkuatan usaha kecil dan mikro, mengingat sebagian besar kegiatan industri di Kebumen adalah industri kecil dan rumah tangga.

Desmawati (2008) melakukan penelitian dengan judul “Identifikasi Sektor Unggulan dan Arahan Penerapannya untuk Peningkatan Kinerja Pembangunan Wilayah di Jawa Barat”. Pendekatan analisis yang digunakan adalah Location Quotient, Shift Share Analysis, model input-output (9 sektor dan 86 sektor), laju pertumbuhan PDRB, kontribusi pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran,

(39)

   

sektor dengan permasalahan wilayah. Industri yang memiliki dampak pengganda pendapatan yang tinggi, dapat dikembangkan di pusat-pusat budidaya padi yang memiliki tingkat kesejahteraan rendah, seperti Cianjur, Garut, Cirebon dan Indramayu. Sementara sektor yang unggul dalam penganda serapan tenaga kerja dapat diterapkan di wilayah-wilayah dengan tingkat kesejahteraan rendah dan pengangguran tinggi (Karawang).

Penelitian lain yang dilakukan Sukatendel (2007) dengan judul “Analisis Keterkaitan Alokasi Anggaran dan Sektor Unggulan Dalam Mengoptimalkan Kinerja Pembangunan Daerah di Kabupaten Bogor”. Metode yang digunakan adalah analisis input-output, analisis kewilayahan, analisis kelembagaan alokasi anggaran dan pembuatan tema tematik. Hasil penelitian menunjukkan sektor unggulan di Kabupaten Bogor adalah industri pengolahan, perdagangan, bangunan dan pertanian tanaman pangan. Sektor unggulan seperti industri pengolahan dan perdagangan lokasinya memusat di wilayah utara Bogor Bagian Tengah dan Bogor Bagian Timur. Sektor unggulan tanaman bahan makanan (pertanian) sebagian besar berlokasi di Bogor Bagian Barat. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dukungan anggaran pembangunan Kabupaten Bogor untuk sektor unggulan masih sangat kurang (tidak ada keterkaitan) kecuali untuk sektor bangunan. Namun untuk sektor unggulan seperti industri pengolahan dan perdagangan sebenarnya tidak perlu didukung oleh anggaran pembangunan yang besar karena akan mengakibatkan semakin besarnya ketimpangan wilayah pembangunan di Kabupaten Bogor. Sedangkan sektor unggulan tanaman bahan makanan masih perlu di dukung oleh anggaran pembangunan yang besar agar sektor tersebut bisa semakin berkembang sehingga diharapkan dapat mengatasi ketimpangan wilayah pembangunan di Kabupaten Bogor.

(40)

   

1999 (publikasi pertama) dengan klasifikasi 76 x 76 sektor. Dalam analisis optimasinya, 76 sektor ini disederhanakan menjadi 31 sektor. Dari hasil penelitiannya, Dermoredjo menyatakan bahwa sektor yang dapat dijadikan penyangga struktur ekonomi Jawa Barat adalah sektor agroindustri dan sektor nonpertanian, khususnya industri nonpertanian bukan migas dan jasa. Hal tersebut karena sektor agroindustri merupakan sektor yang memiliki kaitan dan jasa memiliki kaitan ke depan murni terbesar. Penelitian Dermoredjo ini murni didasarkan pada koefisien keterkaitan sektor ekonomi hasil analisis input-output. Jika mengacu pada fakta akan tingginya ketergantungan industri nonpertanian terhadap faktor eksternal serta efek permasalahan yang ditimbulkannya di wilayah basis industri dan basis pertanian, maka keluarnya industri nonpertanian sebagai industri andalan menjadi hal yang perlu dipertanyakan dan perlu kajian lebih detil sebelum menjadikannya sebagai sektor penyangga ekonomi Jawa Barat. Dibutuhkan suatu kajian yang lebih detil untuk menentukan sektor unggulan Jawa Barat yang ditinjau dari berbagai aspek serta menelusuri sektor-sektor yang menerima dampak terbesar dari keterkaitan kuat sektor industri tersebut. Kajian input-output selama ini pada umumnya tidak menelusuri lebih dalam tentang hal ini. Tanpa penelurusan lebih detil, maka sektor-sektor yang paling besar mendapatkan dampak tersebut tidak akan pernah terungkap, sementara informasi ini sangat signifikan untuk ketepatan pemilihan sektor unggulan. Salah satu output lainnya yang dihasilkan dari penelitian Dermoredjo adalah sektor atau komoditas yang dapat diandalkan dalam pendapatan daerah, yaitu: (1) Bahan makanan lainnya, (2) Peternakan, (3) Perikanan laut, (4) Industri makanan, minuman dan tembakau, (5) Industri tekstil pakaian jadi dan kulit, (6) Industri logam dasar, (7) Industri barang dari logam mesin dan peralatannya, (8) Pertambangan dan penggalian dan (9) Pedagangan, hotel dan restoran.

(41)

   

(42)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Perencanaan pembangunan merupakan tahapan yang sangat penting dalam

suatu proses pembangunan. Menurut Conyers dan Hills dalam Arsyad (1999)

perencanaan adalah suatu proses yang berkesinambungan yang mencakup

keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai penggunaan sumberdaya untuk

mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang. Kebijakan

pembangunan, khususnya dibidang ekonomi, menurut Arsyad (1999) dapat

dikelompokkan atas 4 (empat) kelompok yaitu: (1) strategi pengembangan

fisik/lokalitas, (2) strategi pengembangan dunia usaha, (3) strategi pengembangan

sumberdaya manusia, dan (4) strategi pengembangan masyarakat.

Karakteristik potensi yang terdapat di Kota Sabang yang bersifat alami

maupun buatan, merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan

kebijakan pembangunan suatu daerah. Dengan mengetahui potensi daerah Kota

Sabang yang tercermin dalam sektor unggulan yang dimiliki dan keterpaduan

antarsektor, maka kebijakan yang ditempuh dan implementasi yang diperoleh

dapat sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu penentuan prioritas

pembangunan wilayah selain didasarkan pada hasil analisis dalam menentukan

sektor unggulan wilayah juga mempertimbangkan potensi sumber daya wilayah

tersebut yang secara tidak langsung mencerminkan tingkat perkembangan daerah.

Penentuan strategi pengembangan wilayah dapat dilakukan selain

berdasarkan prioritas sektor unggulan daerah juga berdasarkan prioritas lokasi

pengembangan. Adapun kerangka pemikiran penelitian yang akan dilakukan

dapat dilihat pada Gambar 3.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian mengambil lokasi di Kota Sabang yang merupakan bagian dari

Provinsi Aceh, dengan pertimbangan bahwa Kota ini mempunyai karakteristik

potensi yang beragam. Kota Sabang terletak pada 05⁰46’28’’– 05⁰54‘28” Lintang

Utara dan 95⁰13’02”– 95⁰22’36’’ Bujur Timur, dengan luas 153 km2 serta tinggi

(43)

bulan, mulai April sampai dengan September 2012. Peta lokasi penelitian Kota

[image:43.595.106.497.119.749.2]

Sabang disajikan dalam Gambar 4.

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Penelitian

Wilayah / Daerah KOTA SABANG

Sektor-Sektor Unggulan

Usulan Arahan Kebijakan Dasar Pengembangan Wilayah Kota

Sabang

Potensi Wilayah Daerah : SDA, SDM, SD Buatan, SD Lain

Pemanfaatan Sumber Daya

Keterpaduan Ekonomi Wilayah dan Perencanaan

Wilayah

(44)
[image:44.595.31.548.83.467.2]

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder

dan data primer. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti Badan Pusat

Statistik (BPS), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota

Sabang, Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas

Sabang (BPKS), Administrator Pelabuhan dan sumber-sumber pustaka lain yang

relevan dengan topik penelitian. Data primer diperoleh dengan melakukan

wawancara dan penyebaran kuesioner kepada para responden. Responden yang

dipilih untuk analisis AHP dan combinasi AHP dan SWOT (A’WOT) terdiri dari

unsur-unsur Pemda, DPRD, Swasta , akademisi dan LSM, dengan prinsip bahwa

responden yang dipilih mempunyai pemahaman yang baik tentang perkembangan

(45)

3.4 Metode Analisis Data

Unit analisis berupa 2 kecamatan di Kota Sabang yaitu kecamatan Sukajaya

dan kecamatan Sukakarya (18 kelurahan) . Jenis dan sumber data, dan teknik

[image:45.595.87.538.97.786.2]

analisis untuk masing-masing tujuan penelitian tertera pada Tabel 2.

Tabel 2. Jenis dan Sumber Data yang Digunakan, Teknik Analisis Data dan Output yang Diharapkan

No. Tujuan Jenis Data Sumber

Data

Teknik Analisis

Data

Output yang diharapkan 1. Menganalisis sektor yang merupakan sektor unggulan dan mampu memberikan efek

multiplier bagi

pertumbuhan ekonomi di Kota Sabang PDRB Kota Sabang Tahun 2007-2010, PDRB Provinsi Aceh Tahun 2007-2010, Tabel I-O Provinsi Aceh Tahun 2006 BPS, BAPEDDA

LQ dan Shift Share Analysis (SSA) I-O Sektor Unggulan, Keterkaitan Antar Sektor dan Efek multiplier 2. Menganalisis tingkat hirarki wilayah berdasarkan sarana dan prasarana wilayah yang ada di Kota Sabang

Podes Kota Sabang Tahun 2008 dan 2011

BPS, BAPEDDA Analisis Skalogram Hirarki Wilayah 3. Mengkaji interaksi spasial yang ada mampu mendukung

(46)

3.4.1 Location Quotient (LQ)

Secara umum, metode analisis ini digunakan untuk menunjukkan lokasi

pemusatan/basis suatu aktivitas. Location Quotient (LQ) merupakan suatu indeks

untuk membandingkan pangsa sub wilayah dalam aktivitas tertentu dengan

pangsa total aktivitas tersebut dalam total aktivitas wilayah. (Blakely 1994) secara

lebih operasional, LQ didefinisikan sebagai rasio persentase dari total aktivitas

pada sub wilayah ke –i terhadap persentase aktivitas total terhadap wilayah yang

diamati . Asumsi yang digunakan dalam analisis ini adalah (1) kondisi geografis

relatif seragam, (2) pola–pola aktivitas bersifat seragam, dan (3) setiap aktivitas

menghasilkan produk yang sama.

Persamaan dari LQ ini adalah :

X

X

X

X

LQ

J I IJ IJ

.. .

.

/ / =

dimana : LQij = Nilai LQ untuk aktivitas ke-j di wilayah ke-i

Xij = Nilai aktivitas ke-j di wilayah ke-i

Xi. = Nilai total aktivitas di wilayah ke-i

X.j = Nilai aktivitas ke-j di total wilayah

X.. = Nilai total aktivitas di total wilayah

Jika nilai LQij < 1, maka sub wilayah ke-i tersebut mempunyai pangsa

relatif lebih kecil dibandingkan dengan aktivitas yang secara umum ditemukan

diseluruh wilayah. Sebaliknya jika LQij > 1, maka sub wilayah ke-i tersebut

mempunyai pangsa relatif lebih besar dibandingkan dengan aktivitas yang secara

umum ditemukan diseluruh wilayah. Dalam analisis ini, data yang digunakan

adalah PDRB berdasarkan lapangan usaha Kota Sabang dan Provinsi Aceh tahun

2010. Hasil nilai LQ yang diperoleh akan dapat diketahui sektor-sektor

perekonomian yang merupakan sektor basis bagi Kota Sabang pada level Provinsi

Aceh.

3.4.2 Shift Share Analysis (SSA)

Apabila metode LQ tidak dapat menjelaskan faktor-faktor penyebab

perubahan, maka SSA dapat memperinci penyebab perubahan atas beberapa

(47)

untuk melihat tingkat keunggulan kompetitif (competitiveness) suatu wilayah

dalam cakupan wilayah agregat yang lebih luas, berdasarkan kinerja sektor lokal

(local sector) di wilayah tersebut. Dasar utama dalam tools ini adalah

menganalisis perubahan berbagai indikator-indikator kegiatan ekonomi, seperti

pendapatan pada dua titik waktu. Oleh karena itu, data yang diperlukan adalah

data PDRB pada dua titik tertentu dalam hal ini tahun 2007 dan 2010. Analisis

dibagi dalam tiga komponen analisis yaitu komponen pertumbuhan regional,

komponen pertumbuhan proporsional, dan komponen pertumbuhan pangsa

wilayah, sehingga besar perubahan pendapatan (indikator kegiatan ekonomi) sama

dengan ketiga komponen tersebut.

Persamaan analisis shift-share ini adalah sebagai berikut :

⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − + ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − + ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − = −

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

t i t i t ij t ij t t t i t i t t t ij t ij ) 0 .( ) 1 .( ) 0 ( ) 1 ( ) 0 ( ) 1 ( ) 0 .( ) 1 .( ) 0 ( ) 1 ( ) 0 ( ) 1 (

..

..

..

..

1 1

dimana : a : Komponen share

b : Komponen proportional shift

c : Komponen differential shift

X.. : Nilai total aktifitas/sektor dalam total wilayah yang

terjadi

Xi. : Nilai aktifitas/sektor ke-i dalam total wilayah

Xij : Nilai aktifitas/sektor ke-i dalam unit wilayah ke-j

t1 : Titik tahun akhir

t0 : Titik tahun awal

Dari persamaan di atas dapat dilihat bahwa pergeseran nilai aktivitas ke-i

dan wilayah ke-j dapat didekomposisi menjadi kontribusi dari komponen share +

komponen proportional shift + komponen differential shift. Harapannya

komponen differential shift memiliki nilai positif yang berarti kinerja

aktivitas/sektor di level lokal memiliki potensi yang masih bisa dikembangkan,

terlepas dari kontribusi yang disumbangkan oleh faktor-faktor eksternal

(komponen share dan proportional shift). Ilustrasinya, apabila wilayah tersebut

seolah-olah berdiri sendiri, tanpa komponen share dan proportional shift-pun,

(48)

nilai negatif maka dinamika aktivitas/sektor yang terjadi bersifat semu karena

lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal (komponen share dan proportional

shift). Ilustrasinya, apabila wilayah tersebut seolah-olah berdiri sendiri, tanpa

komponen share dan proportional shift, wilayah tersebut akan mengalami

kemunduran. 

3.4.3 Analisis Input-Output

Pendekatan analisis Input-Output merupakan kerangka komprehensif untuk

menganalisis wilayah. Pendekatan ini mampu menggambarkan beragam sifat

hubungan diantara sektor-sektor industri dengan komponen ekonomi lainnya

(Isard, 1972). Penerapan kerangka Input-Output dalam perekonomian

dikembangkan oleh Wasily Leontif pada tahun 1930-an. Model Input-Output

merupakan salah satu peralatan analisis yang banyak digunakan dalam berbagai

disiplin ilmu seperti ekonomi, geografi, regional science and engineering (Young,

2002).

Selain itu menurut Bendavil-Val (1991) bahwa analisis Input-Output

merupakan analisis yang memiliki kekuatan dalam mengidentifikasi aktivitas

ekonomi regional serta keterkaitan diantaranya, yang dapat menawarkan

kesempatan yang luas untuk meningkatkan pendapatan dalam suatu wilayah.

Assidiqqi (2005), menganalisis sektor ekonomi yang memiliki struktur keterkaitan

antar sektor yang kuat (sektor unggulan) di Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Hasil

analisis Input-Output tersebut dapat diidentifikasi enam sektor unggulan di Kota

Batu yakni sektor industri, pariwisata (hotel dan restoran), bangunan, listrik dan

air bersih, perdagangan dan pertanian.

Mengingat adanya keterbatasan data Tabel Input-Output (I-O) untuk Kota

Sabang, maka untuk mendapatkan Tabel I-O dalam penelitian ini dilakukan

dengan metode non survey. Metode ini lebih efektif dan efisien dari segi biaya dan

waktu, waalupun keakurasian data yang dihasilkan harus mempertimbangkan

beberapa hal yang berpengaruh terhadap Tabel I-O yang dihasilkan (Vipriyanti

1996). Salah satu metode yang biasa dan banyak dipakai adalah metode RAS.

Daryanto dan Hafizrianda (2010) menyebutkan bahwa metode RAS merupakan

(49)

input ) I-O yang baru berdasarkan matriks koefisien teknologi pada tahun

sebelumnya dengan ditambahkan beberapa informasi mengenai total penjualan

output antar sektor, total pembelian input antar sektor, dan total output secara

keseluruhan.

Metode RAS merupakan suatu metode untuk memperkirakan matriks

koefisien input yang baru pada tahun t”A(t)” dengan menggunakan informasi

koefisien input tahun dasar “A(0)”, total permintaan antara tahun t, dan total

input tahun t. Oleh karena itu matriks koefisien input untuk tahun proyeksi t

diperkirakan dengan rumus A(t)= R A(0) S, dimana R dan S mewakili tingkat

perubahan koefisien teknologi pada dua periode yang berbeda. Elemen matriks

diagonal R mewakili efek substitusi teknologi yang diukur melalui penambahan

jumlah permintaan antara tiap output sektor-sektor industri. Elemen matriks S

menunjukkan efek perubahan jumlah input pada tiap sektor industri (efek

pabrikasi).

Estimasi matriks teknologi I-O dalam metode RAS menggunakan

pendekatan optimasi yang dilakukan dengan cara meminimumkan selisih antara

koefisien matriks teknologi pada tahu

Gambar

Gambar 1. Hubungan antara Pengembangan Wilayah, Sumber Daya Alam,
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Penelitian
Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian
Tabel 2. Jenis dan Sumber Data yang Digunakan, Teknik Analisis Data dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil evaluasi, tablet ekstrak daun Gedi hijau (Abelmoschus manihot) hanya memenuhi syarat masing- masing untuk uji keseragaman bobot, keseragaman ukuran, waktu

Perhitungan nilai VAR dimaksudkan untuk mengukur maksimum potensi kerugian atas penurunan nilai aset dengan tingkat keyakinan tertentu pada kondisi pasar normal. Ini dapat

Perlakuan III dilakukan pada hari Kamis, 8 Mei 2014 yang dimulai pada pukul 08.00 sampai pukul 10.00. Perlakuan yang diberikan yaitu berupa permainan kucing-kucingan. Sebelum

Struktur membran pneumatik merupakan salah satu sistem struktur soft shell, dimana struktur dapat berdiri akibat perbedaan tekanan udara di dalam struktur pneumatik dengan

Kebiasaan mengunyah sirih pinan tidak lepas dari kepercayaan masyarakat yang mempercayai bahwa mengunyah sirih pinang dapat memberikan kenikmatan seperti orang

Operasi dilatasi citra adalah memperjelas citra dengan menghilangkan batasan dari citra yang diperoleh dari fungsi strel (structuring element) dengan metode line

Uji anava pada taraf signifikansi 5% terhadap kuat tekan mortar dengan perbandingan semen dan pasir 1:3 menghasilkan nilai F hitung yang lebih kecil dari pada F

Di Kota Palu, tingkat partisipasi masyarakat yang mengumpulkan tinjanya lebih banyak dibandingkan di Kabupaten Donggala, sehingga memungkinkan lebih banyak masyarakat