• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. TINJAUAN PUSTAKA. Keterangan : KV = risiko produksi padi σ y. = standar deviasi = rata rata produksi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. TINJAUAN PUSTAKA. Keterangan : KV = risiko produksi padi σ y. = standar deviasi = rata rata produksi"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

6 2.1 Risiko Produktivitas

Setiap aktivitas manusia selalu mengandung risiko karena ada keterbatasan dalam memprediksi hal yang akan terjadi di masa yang akan datang. Kejadian yang memiliki peluang atau ketidakpastian (sebagai halnya risiko) tidak dapat dikontrol dan tidak ada pengelolaan sebaik apapun yang dapat meniadakan risiko.

Menurut kamus Webster’s Third News International Dictionary dalam Soekartawi dkk. (1993), istilah risiko atau risk dimaksudkan kepada “terjadinya kemungkinan merugi” atau possibility of loss, jadi peluang akan terjadinya diketahui terlebih dahulu. Dalam pertanian misalnya adanya musim kemarau yang melanda daerah tersebut atau gagal panen.

Dalam setiap usahatani pasti akan mengalami perbedaan risiko produktivitas, terjadinya perbedaan tersebut disebabkan karena banyak faktor salah satunya adalah cuaca. Perbedaan cuaca pada musim tanam sendiri berakibat dengan naik turunnya tingkat produktivitas usahatani.

Setiap orang dan setiap organisasi harus selalu berusaha untuk menanggulanginya artinya berupaya untuk meminimumkan ketidakpastian agar akibat yang timbul dapat dihilangkan atau paling tidak dihilangkan (Soemarno, 2007). Menurut Sunaryo (2007) salah satu ukuran risiko adalah standar deviasi.

Ukuran risiko yang lazim adalah standar deviasi.

Risiko dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

KV = risiko produksi padi σ

y

= standar deviasi Ȳ = rata – rata produksi

Standar deviasi dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut :

√ ∑

( ̅)

(2)

Keterangan :

Y

i

= produktivitas petani padi i pada musim tanam 2014 n = jumlah sampel.

Besar risiko yang akan dihadapi dapat dilihat dengan membandingkan koefisien variasi dari dua usahatani. Semakin besar koefisien variasi dari usahatani maka semakin besar pula risiko yang akan dihadapi petani dan sebaliknya.

2.2 Risiko Pendapatan

Risiko pendapatan adalah segala macam risiko yang berkaitan dengan keuangan. Menurut Coyle (2000) risiko pendapatan dapat terjadi karena adanya penggunaan hutang, yang mengakibatkan seseorang harus menanggung beban secara periodik berupa beban bunga.

Risiko pendapatan seringkali kita dapat jika kita melakukan setiap usaha.

Risiko pendapatan biasanya kita dapat karena terjadi perbedaan harga jual suatu produk, dalam hal ini padi. Perbedaan harga yang terjadi antar musim tanam mengakibatkan terjadinya perbedaan pendapatan. Risiko pendapatan harus dapat diketahui sejak awal, maka dari itu perlunya menejemen. Menejemen risiko pendapatan dilakukan untuk meminimalkan potensi kerugian yang timbul dari perubahan yang tak terduga.

Pendapatan petani per musim sering kali tidak sesuai dengan yang diharapkan sehingga mengakibatkan risiko pendapatan. Risiko pendapatan dapat dianalisis dengan menggunakan koefisien variasi (KV) dan selanjutnya dilakukan perbandingan risiko antara musim tanam 1 dan musim tanam 2.

Pendapatan usahatani merupakan sebuah ukuran penghasilan yang

diterima oleh petani dari usahataninya. Dalam analisis usahatani, pendapatan

petani digunakan sebagai indikator penting karena merupakan sumber utama

dalam mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Pendapatan usahatani merupakan

selisih antara penerimaan dengan biaya produksi, baik biaya produksi variabel

tidak tetap maupun biaya variabel tetap (Kindangen, 2000).

(3)

Dalam penelitian ini pendapatan dihitung dengan cara produksi.

Penerimaan sama dengan jumlah unit output ( Q ) yang dihasilkan dikalikan dengan harga output per unit ( P ) (Boediono, 1993).

TC = TFC + TVC Keterangan :

TC = Total Cost

TFC = Total Fixef Cost TVC = Total Variable Cost

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Risiko Produktivitas 2.3.1 Tenaga Kerja

Dalam bidang pertanian, produksi fisik dihasilkan oleh bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus, antara lain tanah, benih, pupuk, obat hama dan tenaga kerja. Seorang produsen yang rasionil tentunya akan mengombinasikan faktor-faktor produksi sedemikian rupa untuk mencapai usaha tani yang efisien (Triyanto, 2006), dan tidak akan menambah input kalau tambahan output yang dihasilkannya tidak menguntungkan (Endaryati dkk, 2000).

Tenaga kerja mempunyai pengaruh yang nyata terhadap risiko produktivitas padi (Zulkarnain, 2004). Menurut Indarto (2006), faktor input tenaga kerja diartikan bahwa untuk setiap tambahan penggunaan tenaga kerja akan menaikkan risiko produktivitas.

2.3.2 Benih

Menurut Nugroho (2011), dengan penggunaan bibit padi yang baik, maka akan menghasilkan tanaman yang baik pula. Selain itu kelebihan penggunaan bibit bermutu adalah menghasilkan produktivitas padi yang tinggi. Menurut Noviyanto (2009), menyimpulkan bahwa penyebab utama tingginya risiko produktivitas tanaman padi sawah adalah rendahnya pengisian biji atau masih tingginya gabah hampa. Salsinha (2005) menyimpulkan bahwa, produksi dan efisiensi produksi usahatani padi sawah dipengaruhi oleh faktor luas lahan, benih, pupuk urea, pupuk TSP dan tenaga kerja.

Indiarto (2006), penggunaan benih padi varietas tinggi diperkirakan dapat

menurunkan tingkat risiko produktivitas minimal 10 persen per hektar, namun

(4)

program ini harus ditunjang oleh ketersediaan benih itu sendiri, mudahnya akses untuk mendapatkan benih tersebut dengan harga yang terjangkau oleh petani.

2.3.3 Pupuk

Tingkat tinggi rendahnya risiko produktivitas usahatani padi pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh tingkat penerapan teknologinya, dan salah satu diantaranya adalah pemupukan. Pedoman tingkat penggunaan pupuk per satuan luas secara teknis telah dikeluarkan oleh Dinas Pertanian. Dengan penggunaan pupuk yang tidak sesuai dosis tersebut maka risiko produtivitas per satuan lahan dapat menjadi bertambah, sehingga produktivitas mengalami penurunan. Oleh karena itu berapa dan dalam kondisi bagaimana faktor-faktor produksi digunakan, semuanya diputusakan dengan menganggap bahwa produsen selalu berusaha untuk mencapai keuntungan yang maksimum (Triyanto, 2006).

Pesatnya pertumbuhan produktivitas tanaman padi juga tidak terlepas dari dukungan penyediaan pupuk disertai kebijakan harga yang kondusif. Meskipun demikian, pemanfaatan pupuk kimiawi dalam jangka panjang dapat menurunkan tingkat kesuburan tanah, yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat produktivitas padi (Suparmoko dalam Istiawan, 2010).

2.3.4 Pestisida

Pestisida adalah sarana yang biasa digunakan oleh petani untuk melindungi tanaman dan hasil tanaman dari gangguan hama dan penyakit yang mendatangkan kerugian bagi petani. Penggunaan pestisida harus seefisien dan seefektif mungkin, agar risiko produktivitas dapat ditekan seminimal mungkin.

Menurut Suparyono (1993) pestisida dapat secara cepat menurunkan populasi hama yang menyerang tanaman sehingga penurunan risiko produktivitas dapat dikurangi. Sehingga kehilangan hasil panen akibat Organisme Penggangu Tanaman (OPT) tidak terlalu besar. Dengan kata lain pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk memberantas atau mencegah penyakit pada tanaman sehingga dapat menurunkan risiko produktivitas

.

2.3.5 Umur

Umur petani diprediksikan akan mempengaruhi perilaku petani tersebut

dalam mengelola lahan pertaniannya. Umur petani berpengaruh pada kinerja dan

(5)

tenaga dalam mengelola lahan pertanian. Semakin tua umur petani diasumsikan akan memiliki tingkat kinerja dan tenaga petani yang lebih rendah dibandingkan dengan petani yang lebih muda tingkat kinerja dan tenaga yang dimiliki lebih tinggi dalam mengelola lahan pertaniannya (Pratiwi, 2011).

Kinerja, tenaga dan sikap petani ini akan mempengaruhi tingkat risiko produktivitas tanaman yang diusahakan. Semakin tinggi risiko produktivitas yang didapat petani maka semakin rendah pula penerimaan petani yang selanjutnya juga akan berpengaruh pada meningkatnya pendapatan petani. Menurut (Soekartawi, 2002) dalam hubungan dengan perilaku petani terhadap risiko produktivitas, maka faktor sikap yang lebih progresi terhadap inovasi baru inilah yang lebih cenderung membentuk nilai perilaku petani usia muda untuk lebih berani menanggung risiko.

2.3.6 Pengalaman

Petani dengan pengalaman bertani yang cukup lama akan memiliki keterampilan yang lebih baik dalam hal menanggulangi risiko daripada petani dengan pengalaman bertani yang masih sedikit. Petani dengan pengalaman yang sudah cukup lama memiliki waktu belajar yang cukup banyak dalam menggulangi risiko, sehingga petani tersebut dapat belajar secara langsung dari setiap kejadian di lapang selama melakukan budidaya tanaman. Setiap pelajaran dari pengalaman tersebut dapat meningkatkan keterampilan petani dalam mengatasi risiko yang akan terjadi dalam kegiatan budidaya.

Belajar dengan mengamati pengalaman petani lain sangat penting, karena merupakan cara yang lebih baik untuk mengambil keputusan dari pada dengan cara mengolah sendiri informasi yang ada. Misalnya seorang petani dapat mengamati dengan seksama dari petani lain yang lebih mencoba sebuah inovasi baru dan ini menjadi proses belajar secara sadar. Mempelajari pola perilaku baru, bisa juga tanpa disadari (Soekartawi, 2002).

2.3.7 Musim Tanam

Musim tanam adalah istilah dalam budidaya tanaman dimana iklim pada

periode tertentu dalam 1 tahun sangat ideal untuk menanam tumbuhan tersebut

(National Geographic dalam Odekunle, 2004). Musim tanam disuatu wilayah

dapat ditentukan dari lokasinya. Di Indonesia terdapat 2 sampai 3 kali periode

(6)

musim tanam dalam 1 tahun. Jumlah musim tanam juga dapat ditentukan dari pola tanam dari yang dilakukan petani.

Thahir (1974) menyatakan bahwa pola musim tanam adalah suatu pola bercocok tanam selama setahun atau lebih dan atau kurang yang terdiri dari beberapa kali bertanam dari satu atau beberapa jenis tanaman secara bergiliran atau bersisipan dengan tujuan mengurangi risiko produktivitas usahatani. Karim (1985) menyatakan untuk menetapkan awal musim tanam (waktu tanam pertama) dapat memperhatikan pola curah hujan bulanan. Musim tanam pertama biasa jatuh pada bulan November sampai bulan Februari, musim tanam kedua biasa jatuh pada bulan Maret sampai bulan Juni, dan musim tanam ketiga biasa jatuh pada bulan Juli sampai bulan Oktober. Dari ketiga musim tanam diatas yang memiliki tingkat risiko produktivitas tinggi pada musim tanam kedua dan ketiga, hal itu dikarenakan pada musim tersebut adalah musim kemarau.

2.4 Fungsi Produktivitas

Salah satu fungsi produktivitas yang dapat digunakan untuk mewakili kondisi yang sesungguhnya adalah fungsi produktivitas Cobb-Douglas. Menurut Soekartawi (2002a) fungsi produktivitas Cobb-Douglas merupakan salah satu model yang umum dibahas dan digunakan oleh para peneliti. Fungsi ini menunjukkan hubungan antara variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y). Dalam kasus produksi pertanian, variabel independen mewakili faktor produktivitas sedangkan variabel dependen mewakili hasil produktivitas.

Soekartawi (2002a) juga menyebutkan bahwa penyelesaian fungsi Cobb-Douglas selalu dilogaritmakan dan diubah bentuk fungsinya menjadi fungsi linier, maka ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebelum menggunakan fungsi Cobb-Douglas. Persyaratan tersebut antara lain: tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol, tidak ada perbedaan teknologi, tiap variabel independen adalah perfect competition, dan perbedaan lokasi seperti iklim sudah tercakup pada komponen kesalahan. Secara matematik, fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan sebagai berikut :

Y = b

0

X

1b1

X

2b2

X

3b3

...X

nbn

Ɛ

u

(7)

Dimana:

Y = variabel dependen (variabel yang dijelaskan) X = variabel independen (variabel yang menjelaskan) bn = besaran yang akan diduga

u = kesalahan (distrubance term) Ɛ = logaritma natural (Ɛ=2,718)

Ada tiga alasan pokok mengapa fungsi Cobb-Douglas lebih banyak dipakai oleh para peneliti yaitu (Soekartawi, 2002a) : (1) Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan fungsi yang lain dan dapat dibuat menjadi linier, (2) Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb- Douglas akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran elastisitas, dan (3) Besaran elastisitas tersebut sekaligus menunjukkan tingkat besaran return to scale.

Dari hubungan fungsional tersebut diformulasikan dalam persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :

Y = β

0

+ β

1

X

1

+ β

2

X

2

3

X

3

+ β

4

X

4

………+ Ɛ Keterangan :

Y = Produktivitas padi X

1

= Luas lahan padi X

2

= Tenaga kerja X

3

= Penggunaan benih X

4

= Penggunaan pupuk Β

0

= konstanta/intercept Β

1

,... β

4

= koefisien regresi Ɛ = residu

Persamaan diatas ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma untuk

mengurangi adanya gejala heteroskedastisitas dan mengetahui kepekaan antar

variable. Seringkali transformasi logaritma mengurangi heteroskedastisitas. Hal

ini disebabkan karena transformasi yang memaparkan skala untuk pengukuran

variable mengurangi perbedaan antara kedua nilai dari sepuluh kali lipat menjadi

perbedaan dua kali lipat. Manfaat tambahan dari transformasi logaritma bahwa

koefisien β menunjukkan elastisitas dari Y sebagai variable dependen terhadap X

(8)

sebagai variable independen yaitu perubahan persentase pada Y untuk persentase perubahan dalam X (Gujarati, 1995).

Setelah persamaan diatas ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma natural sehingga persamaan menjadi :

lnY = lnβ

0

+ β

1

lnX

1

+ β

2

lnX

2

+ β

3

lnX

3

+ β

4

lnX

4

………+ Ɛ Dimana :

lnY = logaritma natural produktivitas padi lnX

1

= logaritma natural luas lahan

lnX

2

= logaritma natural tenaga kerja lnX

3

= logaritma natural penggunaan benih lnX

4

= logaritma natural penggunaan pupuk β

0

= konstanta/intercept

β

1

,... β

4

= koefisien regresi

Ɛ = residu

(9)

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan risiko dan faktor risiko produksi sebagai berikut :

Tabel 2.5 Penelitian Terdahulu

No Peneliti dan Judul

Penelitian

Alat Analisis Hasil Penelitian 1. Risiko Produksi Dan

Inefisiensi Teknis Usahatani Padi Gogo Pada Agroekosistem Lahan Kering.

(Ningsih, 2012)

1. Analisis regresi linear 2. Analisis Cobb

Douglas

Hasil analisis risiko produksi usahatani padi gogo di lahan kering menunjukkan bahwa nilai coefficient variation cukup tinggi dan hasil analisis efisiensi teknis pada usahatani padi gogo di lahan kering menunjukkan bahwa usahatani padi gogo di lahan kering masih belum efisien secara teknis.

2. Analisis Risiko Usahatani Tanaman Pangan Lahan Kering Di Kecamatan Semanu Kabupaten Gunung Kidul (Wulandari, 2012).

Analisis regresi linear Penerimaan usahatani tanaman pangan lahan kering pada musim kemarau 1 merupakan penerimaan terbesar petani.

Risiko lebih besar yang harus ditanggung petani adalah pada usahatani kacang tanah dari pada usahatani kedelai.

3. Pendapatan dan Risiko Pendapatan Usahatani Padi Daerah Irigasi dan Non Irigasi di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan.

(Muzdalifah, 2012)

1. Analisis regresi linear variabel dummy 2. Analisis Cobb

Douglas

Risiko pendapatan lahan sawah non irigasi lebih besar dari pada lahan sawah irigasi, yang ditunjukkan oleh koefisien variasi yang tinggi.

4. Analisis Risiko Produksi Dan Faktor-

Faktor Yang

Mempengaruhinya Pada Usahatani Jagung (Zea Mays L.) Di Kecamatan

Mempawah Hulu Kabupaten Landak.

(Kurniati, 2012)

Analisis regresi linear Risiko produksi usahatani jagung dengan luas lahan < 1 ha lebih tinggi dibandingkan usahatani jagung dengan luas lahan 1 ha dikarenakan adanya variasi produksi. Faktor yang mempengaruhi risiko produksi adalah luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk, pestisida.

Besarnya jumlah tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap tingkat variasi hasil produksi jagung yakni dengan nilai koefisien sebesar -0,027 dan nilai probabilitas sebesar 0,09.

(10)

2.6 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran dan permasalahan yang ada, maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Ada perbedaan risiko produktivitas usahatani padi di lahan kering pada musim tanam 1 dan musim tanam 2.

2. Ada perbedaan risiko pendapatan usahatani padi di lahan kering pada musim tanam 1 dan musim tanam 2.

Tenaga kerja, benih, pupuk, pestisida, umur, pengalaman dan musim tanam

berpengaruh positif terhadap risiko produktivitas petani padi di lahan kering.

Gambar

Tabel 2.5 Penelitian Terdahulu  No  Peneliti dan Judul

Referensi

Dokumen terkait

Salmonella dapat diisolasi dari feses dengan angka prevalensi 1%, sedangkan dari feses ayam sekitar 36,15%.. 8

membuat siswa mengerti. 2) dilihat dari lembar observasi aktivitas siswa, siswa aktif berdiskusi kelompok, ber- tanya kepada guru sehingga mereka lebih

Dari 176 spesimen yang memenuhi kriteria inklusi, 55 spesimen diekslusi antara lain karena hasil MAC ELISA CSS pada fase akut negatif tetapi positif pada

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh umur tanaman terhadap produksi TBS (Tandan Buah Segar) perkebunan kelapa sawit rakyat di

Tabel 4.13 adalah tabel perhitungan skor perilaku literasi digital keagamaan pada pernyataan A9 yang berbunyi “Saya mampu untuk mengakses informasi keagamaan yang

Berdasarkan hasil pengamatan, ekstrak metanol daun soma pada semua konsentrasi memiliki aktivitas antibakteri yang baik sesua standar yang dikeluarkan oleh

Data yang digunakan adalah data kurs harian yang berupa time series untuk nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang dollar Amerika Serikat terhitung sejak

dengan model talking stick pada siswa kelas IV SDN Asmorobangun 3? 3) Adakah pengaruh yang signifikan dari penerapan metode problem solving dengan model talking