i
PT. INDOSAT TBK, PT. BAKRIE TELECOM TBK, DAN PT. SMARTFREN TBK
PERIODE TAHUN 2011-2014
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1)
Pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Dian Nuswantoro
Disusun Oleh :
Adelia Arta Widyaningrum B11.2012.02444
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
2015
ii
NIM : B11.2012.02444
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Program Studi : Manajemen
Judul Skripsi : ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN DENGAN PENDEKATAN ROI DAN EVA PADA PT.
INDOSAT TBK, PT. BAKRIE TELECOM TBK, dan PT.
SMARTFREN TBK PERIODE TAHUN 2011-2014”.
Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, dan apabila di kemudian hari ditemukan adanya bukti plagiat, nanipulasi dan atau pemalsuan data maupun bentuk kecurangan lain, saya bersedia untuk menerima sanksi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
Semarang, Februari 2016
Adelia Arta Widyaningrum Materai
Rp 6000,-
iii
NIM : B11.2012.02444
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Program Studi : Manajemen
Judul Skripsi : ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN DENGAN PENDEKATAN ROI DAN EVA PADA PT.
INDOSAT TBK, PT. BAKRIE TELECOM TBK, dan PT.
SMARTFREN TBK PERIODE TAHUN 2011-2014”.
Dosen Pembimbing : Dian Prawitasari, S.E,M.M.
Semarang, Februari 2016 Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Dosen Pembimbing
Dr, Agus Prayitno, M.M Dian Prawitasari, S.E,M.M.
iv
NIM : B11.2012.02444
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Program Studi : Manajemen
Judul Skripsi : ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN DENGAN PENDEKATAN ROI DAN EVA PADA PT. INDOSAT TBK, PT.
BAKRIE TELECOM TBK, dan PT. SMARTFREN TBK PERIODE TAHUN 2011-2014”.
Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal 24 Februari 2016 Tim Penguji :
Dian Prawitasari, S.E, M.M (………..)
Dr. Sih Darmi Astuti, Msi (………..)
Hertiana Ikasari, S.E, M.si. (………..)
v Bismillahirrahmanirrahim,
Puji syukur penulis panjatkan atas berkat, rahmat, dan karunia Allah SWT, dan dukungan dari semua pihak, bahwa penulis telah dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “ Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan dengan Pendekatan ROI dan EVA pada PT. Indosat Tbk, PT. Bakrie Telecom Tbk, dan PT. Smartfren Tbk Periode Tahun 2011-2014”. Skripsi ini disusun sebagai bagian dari sejumlah persyaratan untuk menyelesaikan program studi strata satu (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Dian Nuswantoro, Semarang.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan doa, kasih sayang, dan dukungan yang tiada batas.
2. Bapak Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.kom., selaku rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
3. Bapak Dr. Agus Prayitno, M.M., selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
4. Bapak Dr. Herry Subagyo, M.M. selaku Kepala Program Studi Manajemen S1
Universitas Dian Nuswantoro Semarang yang telah memberikan bimbingan dan
arahan dalam pendampingan akademik penulis.
vi penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Hertiana Ikasari, S.E, MSi., dan Ibu Dr. Sih Darmi Astuti S.Msi., selaku dosen penguji yang telah memberikan atas masukan, kritik, saran, dan telah memberikan kemudahan bagi penulis saat ujian skripsi.
7. Ibu Ida Farida, S.E, M.M., selaku dosen wali yang telah memberikan atas bantuannya dalam proses akademik.
8. Bapak Imam Nuryanto, S.E, M.M., selaku koordinator skripsi yang telah memberikan atas saran dan masukannya dalam hal penyelesaian skripsi.
9. Ibu Hayu Wikan Kinasih, S.E, M.M., selaku penguji statistik yang telah memberikan atas bantuan dan sarannya selama pengolahan data skripsi.
10. Seluruh Pengajar/Staf Program Sarjana (S1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya selama perkuliahan.
11. Mama “nining” Tercinta terimakasih atas doa, perhatian, selalu mengingatkan skripsi, ketulusan kasih sayang yang tiada batas kepada penulis. “Mom, You are my EVERYTHING”
12. Papa “budi” Tersayang terimakasih atas doa, perhatian, selalu mengingatkan target, memberikan cinta yang tiada batas kepada penulis. “ Dad, You are my HERO”
13. Adikku “kharenina” Terkasih terimakasih atas doa, semangat yang diberikan,
menemani dikala membuat skripsi. “ You are a part of me”
vii
Dewi, Dhanis, Tata, Diska, Riris, Jesika, Dhea dan teman-teman lainnya yang tidak bisa penulis sebut satu persatu.
16. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini.
Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi akademis di masa yang akan datang. Kebenaran sesungguhnya milik Allah SWT, dan kesalahan sesungguhnya berasal dari manusia sebagai hamba-Nya.
Semarang, Maret 2016
Adelia Arta Widyaningrum
NIM B11.2012.02444
viii
“Milikilah keberanian untuk memulai,”
“Milikilah keberanian untuk sukses,”
“Jadilah yang terbaik”
“dan jadilah seorang yang berharga.”
Skripsi ini Kupersembahkan kepada :
Kedua Orang-tuaku sebagai tanda baktiku
Adikku sebagai tanda cintaku
sahabat yang selalu memberikan motivasi dan semangat
Almamaterku sebagai tanda terima kasihku.
ix
research aims to examine the financial performance differenciation between the telecomunication companies based on the Economic Value Added (EVA) and Return on Investment (ROI) measurements method, which has been the most usable method because of the ability of both method to determine the profit ability of investation of the companies.
The population of the research is the telecomunication companies listed on Indonesia Stock Exchange over the period 2011 to 2014, which predetermined sample of three leading telecom companies based on the purposive sampling methode. The Mann- Whitney U test being used to determine the companies financial performance differentiation.
The result proves that there is differentiation between the EVA and ROI measurement methods. Based on ROI method, it is proved that there are significance differentiation between every companies of the research. While based on the EVA methods, PT. Bakrie Telecom, Tbk considered does not have differences in financial performance compared to other companies so that the only difference that have been proved only the differentiation between the EVA financial performance of PT.
Indosat, Tbk and PT. Smartfren, tbk. This research also proves the use of EVA in measuring the financial performance is better than the use of ROI.
Keywords : differentiation, financial performance, economic value added, return on investment
x
baik untuk manajemen perusahaan, investor, pemerintah maupun masyarakat yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji perbedaan kinerja keuangan perusahaan telekomunikasi berdasarkan metode perhitungan Economic Value Added (EVA) maupun Return on Investment (ROI), dimana kedua metode tersebut banyak dipergunakan karena kemampuannya memperhitungkan kinerja perolehan laba dari penggunaan investasi yang dilakukan oleh perusahaan.
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan telekomunikasi, dimana berdasarkan metode puroposive sampling dalam pengambilan sampelnya telah ditentukan sampel sebanyak tiga perusahaan telekomunikasi terkemuka di Indonesia.
Untuk menguji ada tidaknya perbedaan kinerja keuangan dari perusahaan yang diteliti dipergunakan metode uji perbedaan Mann-Whitney.
Hasil dari penelitian membuktikan terdapat perbedaan hasil dalam menguji perbedaan keuangan antara metode EVA dan ROI. Berdasarkan metode ROI, terbukti bahwa terdapat perbedaan kinerja keuangan yang signifikan antar masing- masing perusahaan. Sementara berdasarkan metode EVA, PT. Bakrie Telecom, tbk dianggap tidak memiliki perbedaan kinerja keuangan dibandingkan perusahaan yang lain sehingga hanya perbedaan EVA antara PT. Indosat, tbk dan PT. Smartfren, tbk yang terbukti memiliki perbedaan kinerja keuangan yang signifikan. Penelitian ini juga membuktikan penggunaan EVA dalam mengukur kinerja keuangan lebih baik dari penggunaan ROI.
Keywords : perbedaan, kinerja keuangan, economic value added, return on
investment
xi
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii
PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN SKRIPSI ... iv
KATA PENGANTAR ... v
MOTTO…….. ... viii
ABSTRAK…. ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 16
1.3 Tujuan Penelitian ... 16
1.4 Manfaat Penelitian ... 17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Teori ... 19
2.1.1 Manajemen Keuangan ... 19
2.1.2 Kinerja Keuangan ... 21
2.1.3 Pasal Modal ... 25
2.1.4 Saham ... 28
xii
2.3 Kerangka Analisis ... 47
2.4 Hubungan Logis Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis ... 47
2.4.1 Hubungan Logis Antar Variabel ... 49
2.4.2 Perumusan Hipotesis ... 51
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 53
3.2 Penentuan Populasi dan Sampel ... 54
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 55
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 55
3.5 Metode Analisis ... 56
3.5.1Pengujian Statistik ... 56
3.5.2 Teknik pengolahan data ... 56
3.5.3 Teknik Analisis Data ... 58
3.5.4 Pengujian Hipotesis ... 59
3.5.5 Uji Mann-Whitney ... 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 62
4.2 Analisis Data ... 62
4.2.1 Statistik Deskriptif ... 62
4.2.2 Uji Mann-Whitney ... 78
4.3 Pembahasan ... 82
xiii
Telecom, tbk dengan PT. Smartfren, tbk ... 85
4.3.3 Perbedaan Kinerja Keuangan ROI pada PT. Indosat, tbk dengan PT. Smartfren, tbk ... 86
4.3.4 Perbedaan Kinerja Keuangan EVA pada PT. Bakrie Telecom, tbk dengan PT. Indosat, tbk ... 87
4.3.5 Perbedaan Kinerja Keuangan EVA pada PT. Bakrie Telecom, tbk dengan PT. Smartfren, tbk ... 90
4.3.6 Perbedaan Kinerja Keuangan EVA pada PT. Indosat, tbk dengan PT. Smartfren, tbk ... 92
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 95
5.2 Saran ... 96
5.3 Keterbatasan penelitian ... 99
DAFTAR PUSTAKA ... 100
xiv
Tahun 2011-2014 ... 14
Tabel 1.2 Laba Usaha Perusahaan Sektor Jasa Telekomunikasi Tahun 2011- 2014 ... 15
Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional ... 53
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif ... 63
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif EVA dan ROI ... 66
Tabel 4.3 Uji Mann-Whitney untuk ROI dan EVA PT. Bakrie Telecom, tbk dan PT. Indosat, tbk ... 79
Tabel 4.4 Uji Mann-Whitney untuk ROI dan EVA PT. Bakrie Telecom, tbk dan PT. Smartfren, tbk ... 80
Tabel 4.5 Uji Mann-Whitney untuk ROI dan EVA PT. Indosat, tbk dan PT. Smartfren, tbk ... 81
Tabel 4.6 Rekapitulasi Tingkat Kinerja Keuangan Perusahaan Telekomunikasi dengan Metode EVA dan ROI ... 82
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan EPS PT. Bakrie Telecom, tbk dan PT. Indosat,tbk ... 88
Tabel 4.8 Perhitungan EPS PT. Bakrie Telecom, tbk dan PT. Smartfren, tbk.. 92
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan EPS PT. Indosat, tbk dan PT. Smartfren tbk ... 93
xv
Gambar 4.1 Fluktuasi EVA Sampel Penelitian Periode 2011 – 2014 ... 67
Gambar 4.2 Fluktuasi EVA PT. Bakrie Telecom, tbk Periode 2011 – 2014 . 68 Gambar 4.3 Fluktuasi EVA PT. Indosat, tbk Periode 2011 – 2014 ... 69
Gambar 4.4 Fluktuasi EVA PT. Smartfren, tbk Periode 2011 – 2014 ... 70
Gambar 4.5 Fluktuasi ROI Sampel Penelitian Periode 2011 – 2014 ... 72
Gambar 4.6 Fluktuasi ROI PT. Bakrie Telecom, tbk Periode 2011 – 2014 .. 73
Gambar 4.7 Fluktuasi ROI PT. Indosat, tbk Periode 2011 – 2014 ... 75
Gambar 4.8 Fluktuasi ROI PT. Smartfren, tbk Periode 2011 – 2014 ... 77
Gambar 4.9 Fluktuasi ROI Perusahaan Sampel Penelitian ... 84
Gambar 4.10 Perbandingan EVA Bakrie – Smartfren ... 91
xvi
Lampiran 2: Perbandingan EVA dan ROI ... 99
Lampiran 3: Hasil Uji Mann-Whitney ... 100
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi dan arus informasi yang sangat cepat melalui teknologi seperti internet, e-mail, dan telepon mendorong timbulnya persaingan.
Seperti persaingan bisnis yang terjadi di dunia industri telekomunikasi Indonesia sekarang dapat dibilang cukup ketat. Tingkat pertumbuhan pelanggan telepon seluler nasional semakin meningkat setiap tahunnya. Tidak dapat dipungkiri merupakan pasar potensial bagi bisnis telepon selular untuk berkembang.
(widyatama.ac.id:Syahbani)
Terbukti dengan berkembangnya PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (TELKOM) yang merupakan salah satu perusahan persero milik Negara (BUMN). Perusahaan persero ini merupakan perusahaan yang menyediakan layanan telekomunikasi dan jaringan terbesar di Indonesia. (library.binus.ac.id).
Persainganpun semakin marak, ketika Indosat, Bakrie Telecom, dan Smartfren ikut bersaing dalam bisnis jasa layanan telekomunikasi.
Kondisi perekonomian saat ini berkembang sangat pesat dan semakin
kompetetif yang mengharuskan perusahaan perusahaan Telekomunikasi
menjalankan usaha bisnisnya secara efektif dan efisien. Perusahaan
Telekomunikasi harus mampu mengelolah manajemennya untuk memenangkan
persaingan pada era yang serba kompetetif supaya dapat bertahan untuk tumbuh
dan berkembang sesuai dengan tujuan perusahaan. Faktor terpenting untuk dapat
melihat perkembangan suatu perusahaan Telekomunikasi terletak dalam unsur
2
keuangannya, karena dari unsur tersebut juga dapat mengevaluasi apakah kebijakan yang ditempuh suatu perusahaan sudah tepat atau belum, mengingat sudah begitu kompleksnya permasalahan yang dapat menyebabkan kebangkrutan dikarenakan banyaknya perusahaan yang akhirnya gulung tikar karena faktor keuangan yang tidak sehat. Perencanaan keuangan yang baik akan memberi manfaat bagi perusahaan yaitu perusahaan dapat selalu memantau pemasukan dan pengeluaran dana yang dimiliki. Dalam hal ini perusahaan dapat mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan untuk keuntungan dan tindakan apa yang tidak perlu dilakukan apabila hasilnya merugikan perusahaan.
Perencanaan sangat bermanfaat untuk mengarahkan dan mengendalikan keuangan (aliran kas) suatu organisasi. Perencanaan tersebut mencakup tujuan yang ingin dicapai, analisis perbedaan antara tujuan tersebut dengan kondisi saat ini dan alternatif tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut dengan mendasarkan pada kondisi saat ini. (Hanafi, 2004:52).
Pendirian perusahaan mempunyai tujuan umum untuk memperoleh laba, meningkatkan penjualan, memaksimumkan nilai saham, dan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Tingkat kemampuan suatu perusahaan untuk dapat bersaing ditentukan oleh kinerja perusahaan itu sendiri. Dalam menilai kinerja keuangan perusahaan, tingkat kesehatan perusahaan bagi para pemegang saham sangat berkepentingan untuk mengetahui kondisi sebenarnya suatu perusahaan, agar modal yang akan dituju cukup aman dan mendapatkan tingkat hasil pengembalian yang menguntungkan dari investasi yang ditanamkan.
(Husnan, 2006:96).
3
Investor atau dapat dikatakan sebagai pemegang saham dan yang berminat untuk membeli saham maupun obligasi suatu perusahaan, tidak hanya akan melihat bagaimana pergerakan saham secara historis tapi juga melihat dan mengukur performa atau kinerja keseluruhan perusahaan. Menurut Sonia, Zahroh dan Azizah (2014) seorang investor yang membeli saham suatu perusahaan berarti investor tersebut membeli prospek atau harapan keberhasilan suatu perusahaan. Apabila prospek perusahaan membaik atau bagus maka harga saham perusahaan akan meningkat. Sebaliknya, jika prospek perusahaan memburuk, harga saham bisa menurun.
Suatu perusahaan diharapkan dapat terus berkembang, sementara pengembangan perusahaan membutuhkan dana yang tidak sedikit. Salah satu cara untuk memperoleh sumber dana perusahaan adalah dengan cara menarik dana dari luar perusahaan yaitu melalui pasar modal. Pasar modal merupakan indikator kemajuan perekonomian suatu negara serta menunjang perkembangan ekonomi negara yang bersangkutan. Kegiatan investasi bursa efek di Indonesia hingga saat ini dapat dikatakan telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, hal ini sejalan dengan semakin pesatnya perkembangan kehidupan bisnis dan ekonomi di Indonesia. Perkembangan investasi efek ini secara langsung dapat diamati melalui perkembangan kegiatan di pasar modal, khususnya di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Setiap perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan kekayaan dari
pemegang sahamnya. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan diperlukan untuk
menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan tersebut. Analisis
perkembangan kinerja keuangan perusahaan dapat diperoleh melalui analisis
4
terhadap data keuangan perusahaan yang tersusun dalam laporan keuangan.
Analisis laporan keuangan digunakan untuk memprediksi masa depan, sedangkan dari sudut pandang manajemen analisis laporan keuangan digunakan untuk membantu mengantisipasi kondisi masa depan dan yang lebih penting sebagai titik awal untuk perencanaan tindakan yang akan mempengaruhi peristiwa dimasa depan (Brigham & Houston, 2001:78). Informasi yang diperoleh dari analisis laporan keuangan dapat menunjukkan apakah perusahaan sedang maju atau akan mengalami kesulitan keuangan (Sawir, 2005:6). Kinerja sebuah perusahaan lebih banyak diukur berdasarkan rasio-rasio keuangan selama satu periode tertentu.
Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dinilai dengan menggunakan beberapa alat analisis keuangan, salah satunya yaitu laporan keuangan dengan menggunakan pendekatan beberapa rasio keuangan. Menurut Hanafi (2005) kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dinilai dengan menggunakan beberapa alat analisis keuangan, salah satunya yaitu laporan keuangan dengan menggunakan pendekatan beberapa rasio keuangan seperti rasio profitabilitas, rasio likuiditas, rasio leverage dan lain-lain. Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber informasi yang penting disamping informasi lain seperti informasi industri, kondisi perekonomian, pangsa pasar perusahaan, kualitas manajemen dan lainnnya.
Namun Triatmojo (2011) berpendapat bahwa pengukuran dengan
menggunakan analisis rasio keuangan memiliki kelemahan yaitu tidak
memperhatikan biaya modal dalam perhitungannya. Sehingga sulit untuk
mengetahui apakah suatu perusahaan telah menciptakan nilai atau tidak. Analisis
5
rasio keuangan juga dapat memberikan kesimpulan yang misleading, dikarenakan perhitungannya hanya melihat hasil akhir yakni laba perusahaan tanpa memperhatikan risiko yang dihadapi perusahaan.
Pada umumnya dikenal metode pengukuran kinerja keuangan yaitu Return On Investment (ROI). Analisa Return On Investment (ROI) dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh (komprehensif). ROI merupakan salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan (net operating income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut (net operating asset).
Return On Investment (ROI) merupakan salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut dan alat ukur tradisional yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan dan sering kali dicantumkan di dalam setiap analisis laporan keuangan dan merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Yang mana dalam hal ini, laba yang digunakan untuk mengukur rasio ini adalah laba bersih setelah pajak (Riandi dan Hasan, 2011).
Sebelum tahun 1990an, pencapaian kinerja manajemen suatu perusahaan
diukur dengan rasio-rasio keuangan yang sangat popular seperti Return on
6
Investment (ROI), Return on Assets (ROA), Internal Rate of Return (IRR), Residual Income (RI) and Average Rate of Return (ARR). Kinerja sebuah perusahaan lebih banyak diukur berdasarkan rasio-rasio keuangan selama satu periode tertentu. Pengukuran berdasarkan rasio keuangan tersebut seringkali kurang mencerminkan kinerja yang sebenarnya sehingga perusahaan terlihat baik dan meningkat, berlawanan dengan yang sebenarnya, kinerja tidak mengalami peningkatan dan bahkan menurun. Setelah penilaian kinerja manajemen perusahaan dengan rasio-rasio keuangan mengalami kejenuhan, diperlukan suatu alat ukur kinerja yang menunjukkan prestasi manajemen sebenarnya yang mampu mendorong aktivitas atau strategi yang menambah nilai ekonomis (value added activities) dan menghapuskan aktivitas yang merusak nilai (non-value added activities).Dalam hal ini, Economic Value Added (EVA) sangat relevan karena EVA dapat mengukur kinerja (prestasi) manajemen berdasarkan besar kecilnya nilai tambah ekonomis yang diciptakan oleh perusahaan sebagai akibat dari aktivitas yang dijalankan selama periode tertentu.
Untuk memperbaiki adanya kelemahan pada analisis rasio keuangan, para
ahli kemudian mengembangkan metode lain sebagai alternatif agar dapat
menunjukkan seluruh komponen harapan keuntungan yang terukur dalam biaya
modal yang disebut EVA (economic value added). Menurut Rudianto (2006)
EVA adalah suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi
dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat
terwujud jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating
cost) dan biaya modal (cost of capital).
7
Dasar pengukuran dengan pendekatan EVA ini adalah profit riil perusahaan sehingga penggunaan pendekatan ini tidak membutuhkan perbandingan perusahaan sejenis. Dengan menggunakan metode EVA, perusahaan akan memfokuskan perhatiannya pada penciptaan nilai perusahaan karena memasukkan unsure biaya modal dalam perhitungannya, pendekatan ini tidak hanya mengukur tingkat pengembalian yang dihasilkan perusahaan, tetapi juga scara eksplisit mempertimbangkan risiko yang dihadapi perusahaan.
EVA adalah suatu ukuran kinerja keuangan yang didasarkan suatu nilai (value-based) yang dinyatakan dalam satuan mata uang (misalnya Rupiah).Oleh karena nilai EVA tidak dinyatakan dalam angka relatif, maka tidak ada batasan nilai EVA yang ideal yang menyatakan seberapa baik atau seberapa buruknya kinerja manajemen suatu perusahaan. Secara sederhana EVA didefinisikan sebagai perbedaan antara tingkat pengembalian dari modal perusahaan (the return on campany’s capital) dengan biaya pemasaran modal (cost of capital).
Angka EVA yang positif menunjukkan adanya penciptaan nilai dari modal yang digunakan, sedangkan angka EVA yang negatif mengindikasikan adanya perusakan (penurunan) nilai dari modal yang digunakan selama periode tertentu.
Bagi perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), EVA juga merupakan suatu ukuran yang mencerminkan jumlah absolut nilai pemegang saham yang diciptakan atau yang dirusak pada masing-masing tahun. Dalam konteks ini, apabila nilai EVA positif berarti ada penciptaan nilai dan jika nilai EVA negatif berarti ada perusakan nilai.
EVA memiliki perbedaan dibandingkan dengan ukuran-ukuran kinerja
keuangan lainnya. EVA memperhatikan faktor biaya modal dan tidak secara kaku
8
berpedoman terhadap GAAP (Generally Accepted Accounting Principle). EVA memiliki metode tersendiri dalam menghitung pencapaian kinerja, yang lebih dari sekedar menilai dari profit suatu perusahaan. Tidak seperti metode konvensional yang hanya dikenal cost dari modal eksternal dan bunga, dalam EVA juga dikenal cost of equity. Analisis perolehan dana dari equity (pemegang saham) ini mutlak diperlukan mengingat adanya pembiayaan tersebut juga menghasilkan cost berupa sejumlah keuntungan yang diharapkan, disamping kegunaannya untuk mengetahui sejauh mana perusahan berhasil memberikan keuntungan bagi pemegang saham.
EVA juga merupakan suatu alat yang bermanfaat untuk memilih investasi keuangan yang paling menjanjikan karena EVA dapat menjadi suatu estimator untuk penciptaan nilai ekonomi yang sebenarnya dari suatu perusahaan yang mempunyai fokus pada penciptaan nilai bagi pemegang saham. Dalam investasi di pasar modal, EVA merupakan suatu ukuran yang memiliki korelasi yang sangat tinggi dengan harga saham. EVA yang dinyatakan dalam suatu nilai absolut, meski memiliki keterbatasan, namun EVA dapat menjadi suatu ukuran yang dapat dimaksimalkan.EVA tidak mempunyai keterbatasan seperti ROI dan EPS dimana tujuan memaksimalkan ukuran ini mungkin mendorong ke arah hasil yang justru tidak optimal.
Jika dibandingkan dengan kinerja perusahaan lainnya, EVA merupakan suatu alat yang lebih bermanfaat jika dibanding tingkat pengembalian investasi (ROI) di dalam pengawasan dan pengendalian operasi perusahaan sehari-hari.
EVA pada dasarnya merupakan suatu konsep yang pada kenyataannya sama
dengan Economic Profit (EP), Residual Income (RI) and Economic Value
9
Management (EVM) namun memiliki kelebihan dalam pengukuran dan pengakuan biaya yang tidak kaku harus berpedoman pada GAAP (Generally Accepted Accounting Principle). Dalam perhitungan nilai EVA, diperlukan beberapa penyesuaian terhadap informasi akuntansi yang telah disusun oleh manajemen perusahaan berdasarkan GAAP.
Dari sisi manajemen, EVA merupakan suatu basis yang baik bagi sistem kompensasi manajemen yang memotivasi para manajer untuk menciptakan nilai.Hal ini dapat dimengerti karena konsep EVA mudah dijabarkan disemua tingkatan organisasi perusahaan dan memiliki sifat mudah dalam pengukurannya.
Bagi perusahaan yang besar dimana ada pelimpahan wewenang dalam pengelolaan perusahaan antara pemilik (principle) dan pengelola (agent), EVA pun mudah diukur dan diterima oleh keduanya sehingga mengurangi agency cost dalam principal-agent relationship.
Pengukuran kinerja keuangan, baik dengan menggunakan metode Return On Investment (ROI) maupun dengan pengukuran metode Economic Value Added (EVA) masih terus menjadi bahan kajian sampai saat ini. Perbandingan kedua konsep pengukuran kinerja keuangan tersebut dapat dilihat dari beberapa hasil penelitian pengukuran kinerja keuangan yang telah dilakukan.
Friske Rintjap (2015) menunjukkan bahwa pengukuran kinerja dengan
Economic Value added (EVA) lebih memiliki keunggulan dibandingkan dengan
pengukuran kinerja Return On Investment (ROI). Bachrul dan Sri (2015)
menunjukkan bahwa pengukuran kinerja dengan EVA lebih efesien daripada
ROI.
10
Dari penelitian diatas terlihat adanya perbedaan pendapat dalam pengukuran kinerja perusahaan, yang diduga disebabkan perbedaan penggunaan indikator pengukuran variabel, waktu dan keterbatasan data penelitian sehingga menimbulkan suatu gap sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut. Selain itu, juga masih sedikit ditemukan penelitian terdahulu yang menguji perbandingan metode ROI dan EVA untuk menilai kinerja keuangan perusahaan.
Selain itu menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sri Murni Rustandi (2015) tentang Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Pendekatan ROI Dan EVA Pada PT. Siantar Top dan PT. Ultra Jaya Milk menunjukan hasil bahwa ROI PT Siantar Top dan PT Ultra jaya milk tidak memiliki perbedaan signifikan. EVA PT Siantar Top dan PT Ultra jaya milk memiliki perbedaan signifikan. Manajemen PT Ultra Jaya Milk sebaiknya meningkatkan kemampuan keuangan seperti pada EVA sehingga dapat bersaing dengan perusahaan lain.
Sedangkan menurut Irianti Yuni Ningtias, Muhammad Saifi dan Achmad
Husain (2014) dalam penelitiannya menunjukkan hasil bahwa hasil kinerja
keuangan perusahaan diukur dengan analisis rasio keuangan secara keseluruhan
dapat dikatakan cukup baik, walaupun masih terdapat beberapa rasio yang
berfluktuatif. Sedangkan hasil dari metode EVA didapatkan hasil yang positif
(EVA >) dan meningkat setiap tahunnya, yang berarti bahwa perusahaan telah
berhasil menciptakan nilai tambah ekonomis. Hasil perbandingan kedua metode
menjelaskan bahwa terdapat perbedaan yang diakibatkan oleh diabaikannya
biaya modal pada analisis rasio keuangan, walaupun demikian pada metode EVA
yang memperhitungkan harapan-harapan para shareholder, dapat digunakan
11
untuk mendukung analisis rasio keuangan karena keduanya menunjukkan hasil yang baik, dan mempunyai konsep yang sama.
Subsektor industri Telekomunikasi memiliki peranan penting dalam pertumbuhan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia, karena sektor industri telekomunikasi di Indonesia selalu berkembang dari tahun ke tahun.
Dalam penelitian ini, sektor industri Telekomunikasi dipilih sebagai objek penelitian karena sektor ini telah lama menjadi pilihan para investor untuk berinvestasi selain sektor lainnya, ini disebabkan karena ada beberapa perusahaan yang berada disektor ini memiliki kinerja manajemen yang baik dan juga diyakini bahwa keberadaan dari perusahaan disektor industri jasa telekomunikasi selular ini akan tetap eksis karena merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat.
Perusahaan jasa telekomunikasi yang terdaftar sebagai perusahaan publik (emiten) di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk kurun waktu tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 ada 5 (lima) perusahaan yaitu: Indosat Tbk (ISAT), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), XL Axiata Tbk (EXCL), Bakrie Telecom Tbk (BTEL), dan Smartfren Tbk (FREN). (http://www.sahamok.com/)
Bursa Efek Indonesia atau Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitupertama sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain.
Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai
12
dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrument.
(http://www.idx.co.id/)
Indosat adalah salah satu perusahaan penyedia jasa telekomunikasi dan jaringan telekomunikasi di Indonesia. Perusahaan ini menawarkan saluran komunikasi untuk pengguna telepon genggam dengan pilihan pra bayar maupun pasca bayar dengan merek jual Matrix, Mentari dan IM3; jasa lainnya yang disediakan adalah saluran komunikasi via suara untuk telepon tetap (fixed) termasuk sambungan langsung internasional IDD (International Direct Dialing), serta jasa nirkabel dengan merk dagang StarOne. Perusahaan ini juga menyediakan layanan multimedia, internet, dan komunikasi data (MIDI=
Multimedia, Internet & Data Communication Services). Situs investasi untuk Indonesia menyatakan bahwa Indosat kehilangan beberapa persen pasar pelanggan telepon genggamnya pada tahun-tahun terakhir.
(http://id.wikipedia.org/).
PT. Bakrie Telecom, Tbk. adalah perusahaan operator telekomunikasi berbasis CDMA di Indonesia. Bakrie Telecom memiliki produk layanan dengan nama produk Esia, Wifone, Wimode, dan Bconnect. Perusahaan ini sebelumnya dikenal dengan PT Radio Telepon Indonesia (Ratelindo), yang didirikan pada bulan Agustus 1993, sebagai anak perusahaan PT. Bakrie & Brothers Tbk yang bergerak dalam bidang telekomunikasi di DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat berbasis Extended Time Division Multiple Access (ETDMA). Pada bulan September 2003, PT Ratelindo berubah menjadi PT. Bakri Telecom, yang kemudian bermigrasi ke CDMA 1x, dan memulai meluncurkan produk Esia.
Pada awalnya jaringan Esia hanya dapat dinikmati di Jakarta, Banten dan Jawa
13
Barat, namun sampai akhir 2007 telah menjangkau 26 kota di seluruh Indonesia dan terus berkembang ke kota-kota lainnya. Pada tahun 2006, Bakrie Telecom telah go-public dengan mendaftarkan sahamnya dalam Bursa Efek Indonesia (http://id.wikipedia.org/).
PT Smartfren Telecom Tbk (smartfren) awalnya bernama PT Mobile-8 Telecom Tbk (Mobile-8) sebelum bulan April 2011.Perusahaan ini awalnya dimiliki oleh PT Global Mediacom Tbk. Namun akibat krisis finansial dan penurunan penjualan produk, maka perusahaan ini diakuisisi oleh Sinar Mas Group pada bulan November 2011. Anak perusahaan PT Smartfren Telecom Tbk yang dimerger yaitu, PT Telekomindo Selular Raya (Telesera), PT Metro Selular Nusantara (Metrosel), PT Komunikasi Selular Indonesia (Komselindo) dan PT Menara Jakarta. Keempat anak perusahaan tersebut pernah menjadi bagian dari PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk dan PT Global Mediacom Tbk (dulu Bimantara Citra) yang dileburkan bersama PT Mobile-8 Telecom Tbk dan selanjutnya diakuisisi oleh PT Smart Telecom Tbk menjadi PT Smartfren Telecom Tbk (http://id.wikipedia.org/).
Industri telekomunikasi di Indonesia selama ini dimonopoli oleh Telkom dan Indosat sebagai badan usaha milik negara. Dengan diberlakukannya Undang- undang Telekomunikasi No. 36/1999, yang berlaku efektif sejak tanggal 8 September 2000. Hal ini tentu saja mencabut hak monopoli yang dimiliki Telkom dan Indosat sebagai badan penyelenggara yang bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan layanan telekomunikasi domestik dan internasional.
Liberalisasi sektor telekomunikasi saat ini memberikan kemudahan bagi
para pemain baru untuk masuk pasar telekomunikasi di Indonesia dan
14
menimbulkan persaingan yang kompetitif didalamnya. Banyaknya perusahaan telekomunikasi yang ikut bersaing di pasar telekomunikasi di Indonesia tentunya akan berdampak langsung terhadap perolehan laba perusahaan sehingga mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan (www.telkom.co.id).
Berikut data Retrun on Investment perusahaan telekomunikasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2014:
Tabel 1.1
Retrun on Investment Perusahaan Sektor Jasa Telekomunikasi Tahun 2011-2014
(disajikan dalam rupiah)
No Nama
Perusahaan
Tahun RATA-RATA
2011 2012 2013 2014
ROI ROI ROI ROI ROI
1 PT BAKRIE -6.40 -0.03 -28.98 -37.84 -18.31
2 PT INDOSAT 2.00 0.88 -4.89 -3.49 -1.37
3 PT FREN -19.52 -10.90 -15.97 -7.77 -13.54
4 PT TELKOM 15.01 16.49 15.86 5.42 13.19
5 PT XL 9.08 7.80 2.56 -1.40 4.51
Sumber : http://www.idx.co.id/
Dari tabel 1.1 perolehan ROI sektor jasa telekomunikasi beberapa tahun terakhir, yaitu tahun 2011 sampai dengan 2014, penulis melihat fluktuasi ROI yang cukup signifikan. Adapun dari 5 (lima) perusahaan jasa telekomunikasi yang mengalami fluktuasi ROI yang cukup signifikan adalah Indosat, Bakrie Telecom, dan Smartfren.
Adanya fluktuasi ROI dikarenakan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN)
dan PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) mengkaji tiga opsi skema penggabungan
usaha, yaitu berbagi jaringan (network sharing), merger, dan tukar saham (share
swap). Sedangkan pada Indosat, hal ini dikarenakan adanya pengaruh hutang dan
asset terhadap laba pada PT Indosat.
15
Berikut ini adalah perbandingan laba usaha perusahaan telekomunikasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2014 :
Tabel 1.2
Laba Usaha Perusahaan Sektor Jasa Telekomunikasi Tahun 2011-2014
No Nama
Perusahaan
Tahun RATA-
RATA 2011 2012 2013 2014
EBIT EBIT EBIT EBIT EBIT
1 PT BAKRIE -174 -500 3,614 -947 498
2 PT INDOSAT 3,164 3,190 1,509 672 2,134 3 PT FREN -2,221 -1,602 -1,611 -968 -1,601 4 PT TELKOM 21,958 25,698 27,846 29,377 26,220
5 PT XL 4,443 4,352 1,658 428 2,720
Dari tabel 1.1 perolehan ROI sektor jasa telekomunikasi beberapa tahun terakhir, yaitu tahun 2011 sampai dengan 2014, penulis melihat fluktuasi ROI yang cukup signifikan. Adapun dari 5 (lima) perusahaan jasa telekomunikasi yang mengalami fluktuasi ROI yang cukup signifikan adalah Indosat, Bakrie Telecom, dan Smartfren.
Data pada tabel 1.1 dan 1.2 menunjukkan bahwa perusahaan pada sector jasa telekomunikasi memiliki tingkat resiko yang relatif tinggi karena memiliki tingkat laba yang cenderung berfluktuasi.Keadaan tersebut dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan investor dalam pengambilan keputusan investasi. Hal ini akan menyebabkan perusahaan yang bergerak pada sektor telekomunikasi dituntut untuk memberikan “kepastian” bagi investor dengan menunjukkan kinerja dan posisi keuangan yang baik. Salah satu faktor yang dijadikan bahan analisis oleh investor maupun perusahaan adalah laporan keuangan.
Dari uraian tersebut, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul
“ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN DENGAN
16
PENDEKATAN ROI DAN EVA PADA PT. INDOSAT TBK, PT. BAKRIE TELECOM TBK, dan PT. SMARTFREN TBKPERIODE TAHUN 2011- 2014”.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, identifikasi masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perbandingan kinerja keuangan yang diukur dengan Return on Investment pada PT. Indosat Tbk dan PT. Bakrie Telecom Tbk?
2. Bagaimana perbandingan kinerja keuangan yang diukur dengan Return on Investment pada PT. Smartfren Tbk dan PT. Bakrie Telecom Tbk?
3. Bagaimana perbandingan kinerja keuangan yang diukur dengan Return on Investment pada PT. Indosat Tbk dan PT. Smartfren Tbk?
4. Bagaimana perbandingan kinerja keuangan yang diukur dengan Economic Value Added pada PT. Indosat Tbk dan PT. Bakrie Telecom Tbk?
5. Bagaimana perbandingan kinerja keuangan yang diukur dengan Economic Value Added pada PT. Smartfren Tbk dan PT. Bakrie Telecom Tbk?
6. Bagaimana perbandingan kinerja keuangan yang diukur dengan Economic Value Added pada PT. Indosat Tbk dan PT. Smartfren Tbk?
1.3 Tujuan Penelitian
Perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
17
1. Untuk menganalisis perbandingan kinerja keuangan yang diukur dengan Return on Investment pada PT. Indosat Tbk dan PT. Bakrie Telecom Tbk?
2. Untuk menganalisis perbandingan kinerja keuangan yang diukur dengan Return on Investment pada PT. Smartfren Tbk dan PT. Bakrie Telecom Tbk?
3. Untuk menganalisis perbandingan kinerja keuangan yang diukur dengan Return on Investment pada PT. Indosat Tbk dan PT. Smartfren Tbk?
4. Untuk menganalisis perbandingan kinerja keuangan yang diukur dengan Economic Value Added pada PT. Indosat Tbk dan PT. Bakrie Telecom Tbk?
5. Untuk menganalisis perbandingan kinerja keuangan yang diukur dengan Economic Value Added pada PT. Smartfren Tbk dan PT. Bakrie Telecom Tbk?
6. Untuk menganalisis perbandingan kinerja keuangan yang diukur dengan Economic Value Added pada PT. Indosat Tbk dan PT. Smartfren Tbk?
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
a. Bagi Investor
Memberikan informasi bagi investor pengaruh aksi perusahaan dalam melakukan perbandingan kinerja keuangan dengan pendekatan ROI dan EVA.
b. Bagi Manajemen Perusahaan
Sebagai pertimbangan dalam memutuskan perbandingan kinerja keuangan
dengan pendekatan ROI dan EVA.
18 c. Bagi Pemegang Saham
Memberikan informasi pemegang saham sebagai penilai dalam melakukan investasi pada perusahaan yang telah melakukan perbandingan kinerja keuangan dengan pendekatan ROI dan EVA.
d. Bagi Akademik
Memberikan sumbangan informasi bagi mahasiswa sebagai bahan dalam
melakukan penelitian lanjutan mengenai peristiwa perbandingan kinerja
keuangan dengan pendekatan ROI dan EVA.
19 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Telaah Teori
2.1.1 Manajemen Keuangan
2.1.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen Keuangan adalah salah satu fungsi operasional perusahaan yang sangat penting di samping fungsi operasional lainnya seperti manajemen pemasaran, manajemen operasi, manajemen sumber daya manusia, dan lain sebagainya.
Menurut Agus Sartono (2010:6) pengertian manajemen keuangan yaitu : “Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai manajemen baik yang berkaitan dengan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien.
Sedangkan menurut Agus Harjito dan Martono (2010:4) mengemukakan bahwa: “Manajemen Keuangan adalah segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana, dan mengelola aset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh”.
Berdasarkan pengertian diatas tentang pengertian manajemen
keuangan, dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen keuangan
merupakan bagaimana memperoleh dana, mengelola dana secara optimal
20
yang digunakan untuk membiayai segala aktifitas yang dilakukan perusahaan
2.1.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan
Manajemen Keuangan berhubungan dengan bermacam-macam keputusan, seperti mencari dana, mengelola dana dalam bentuk investasi, ataupun dalam menentukan berapa besar dividen yang akan dibagikan kepada para pemegang saham.
Menurut Agus Harjito dan Martono (2010:4) terdapat tiga fungsi manajemen keuangan yaitu:
1. Keputusan Investasi (Investment Decision)
Keputusan investasi merupakan keputusan terhadap aktiva apa yang akan dikelola oleh perusahaan. Keputusan investasi ini merupakan keputusan yang paling penting di antara ketiga fungsi lainnya. Hal ini karena keputusan investasi berpengaruh secara langsung terhadap besaranya investasi dan aliran kas perusahaan untuk waktu-waktu yang akan datang. Rentabilitas investasi (Return On Investment) merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba yang dihasilkan oleh suatu investasi.
2. Keputusan Pendanaan (Financing Decision)
Keputusan pendanaan menyangkut beberapa halpertama, keputusan
mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan untuk membiayai
investasi. Sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai
investasi tersebut dapat berupa hutang jangka pendek, hutang jangka
panjang, dan modal sendiri. Kedua, penetapan perimbangan
21
pembelanjaan yang terbaik atau sering disebut struktur modal yang optimum. Oleh karena itu perlu ditetapkan apakah perusahaan menggunakan sumber modal ekstern yang berasal dari hutang dengan menerbitkan obligasi, atau menggunakan modal sendiri dengan menerbitkan saham baru sehingga beban biaya modal yang ditanggung perusahaan minimal.
3. Keputusan Pengelolaan Aset (Asset Managing Decision)
Manajer keuangan bersama manajer-manajer lain di perusahaan bertanggung jawab terhadap berbagai tingkatan operasi dari aset-aset yang ada. Pengalokasian dana yang digunakan untuk pengadaan dan pemanfaatan aset menjadi tanggung jawab manajer keuangan.
2.1.2 Kinerja Keuangan
2.1.2.1 Pengertian Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba.
Dalam mengukur kinerja keuangan perlu dikaitkan antara organisasi
perusahaan dengan pusat pertanggungjawaban. Dalam melihat organisasi
perusahaan dapat diketahui besarnya tanggungjawab manajer yang
diwujudkan dalam bentuk prestasi kerja keuangan. Namun demikian
mengatur besarnya tanggungjawab sekaligus mengukur prestasi keuangan
tidaklah mudah sebab ada yang dapat diukur dengan mudah dan ada pula
yang sukar untuk diukur.
22
Tujuan dari penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah diterapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan.
2.1.2.2 Metode Penilaian Kinerja Keuangan perusahaan
Pada saat ini terdapat berbagai alat ukur kinerja yang kadang berbeda dari satu industri dengan industri yang lain. Tetapi sulit untuk mengatakan bahwa alat ukur tersebut benar-benar merupakan alat ukur yang dapat menilai keberhasilan perusahaan yang sebenarnya. Sehingga kita dapat mengetahui apakah roda usaha telah berjalan dengan efisien dan efektif.
Beberapa metode dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan, antara lain :
a. Metode Rasio Keuangan, merupakan alat yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan yang menekankan operasi keuangan yaitu:
Likuiditas Ratio, Leverage Ratio, Probabilitas Ratio, dan Activity Ratio.
b. Metode Economic Value Added (EVA), digunakan dalam menilai kinerja perusahaan yang memfokuskan pada penerapan nilai, dan hanya bisa menilai proses dalam periode 1 tahun, dengan kata lain EVA merupakan pengukuran pendapatan sisa (residul income) yang mengurangkan biaya modal terhadap laba operasi.
c. Metode Balanced Scorecard (BSC), merupakan alat untuk mengukur
kinerja perusahaan dengan menyeimbangkan faktor-faktor keuangan
23
dan non keuangan dari suatu perusahaan. Mempertimbangkan 4 aspek atau prospektif yakni prospektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal dan proses belajar dan berkembang.
d. Metode Radar, merupakan alat untuk menilai kinerja pada perusahaan yang merupakan modifikasi atau penyempurnaan dari metode-metode sebelumnya. Rasio Radar mengelompokkan rasionya menjadi 5 kelompok besar yaitu Rasio Profitabilitas, Produktifitas, Utilitas Aktiva, Stabilitas dan Rasio Pertumbuhan.
Dalam rasio diatas pihak manajemen merasa belum cukup untuk mengetahui apakah telah terjadi nilai tambah secara ekonomis dalam perusahaannya. Sedangkan bagi penyandang dana belum yakin apakah modal yang ditanamkan dimasa yang akan datang dapat memberikan tingkat hasil yang diharapkan. Untuk mengetahui penilaian kinerja keuangan yang menyeluruh maka perlu dikembangkan suatu alat analisis berkenaan dengan kesehatan kinerja keuangan dengan menggunakan pendekatan analisis Economic Value Added (EVA) dan Financial Value Added (FVA).
2.1.2.3 Manfaat Penilaian Kinerja
Salah satu sarana manajemen paling penting yang harus dibebankan agar tujuan organisasi dapat tercapai adalah faktor manusia.
Tanpa manusia yang berkualitas, betapapun canggihnya sistem yang dirancang, tujuan organisasi mungkin hanya sekedar angan-angan saja.
Disamping sarana, prinsip-prinsip organisasi harus pula dipenuhi seperti
adanya pembagian tugas yang adil, pendelegasian tugas, rentang
24
kekuasaan, tingkat pengawasan yang cukup, kesatuan perintah dan tanggung jawab serta koordinasi masing-masing unit merupakan suatu hal yang harus terus menerus disempurnakan.
Untuk itu penilaian kinerja dimanfaatkan oleh manajemen untuk hal-hal sebagai berikut Sucipto (2003 : 2):
a. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum.
Dalam mengelola perusahaan, manajemen menetapkan sasaran yang akan dicapai dimasa yang akan datang dan didalam proses yang disebut perencanaaan (planning). Maksimisasi motivasi karyawan dalam mencapai sasaran perusahaan inilah yang merupakan tujuan pokok penilaian kinerja.
b. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan seperti promosi, transfer dan pemberhentian.
Penilaian kinerja akan menghasilkan data yang dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan yang dinilai kinerjanya.
c. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.
Hasil penilaian kinerja dapat digunakan untuk mengidentifikasi
kelemahan karyawan dan untuk mengantisipasi keahlian dan
keterampilan yang dituntut oleh pekerjaan agar dapat memberikan
25
respon yang memadai terhadap perubahan lingkungan bisnis dimasa yang akan datang.
d. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka.
Dengan pengukuran kinerja ini manajemen atas memperoleh umpan balik mengenai pelaksanaan wewenang dan penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan wewenang yang dilakukan oleh manajemen bawah.
e. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
Penghargaan dapat digolongkan dalam dua kelompok yaitu penghargaan instrinsik dan penghargaan ekstrinsik. Penghargaan instrinsik berupa rasa puas diri yang diperoleh seseorang yang telah berhasil menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan telah mencapai sasaran tertentu. Penghargaan ekstrinsik terdiri dari kompensasi yang diberikan kepada karyawan baik yang berupa kompensasi langsung, tidak langsung, maupun yang berupa kompensasi non keuangan.
2.1.3 Pasal Modal
2.1.3.1 Pengertian Pasar Modal
Undang-Undang tentang Pasar Modal No. 8 tahun 1995
mendefinisikan pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkan,serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek (Najmudin, 2011:255)
26
Pasar modal (capital market) adalah suatu pengertian abstrak yang mempertemukan dua kelompok yang saling berhadapan tetapi yang kepentingannya saling mengisi, yaitu calon pemodal (investor) disatu pihak dan emiten yang membutuhkan dana jangka menengah atau jangka panjang. Di lain pihak atau dengan kata lain adalah tempat (dalam pengertian abstrak) bertemunya penawaran dan permintaan dana jangka menengah atau jangka panjang. Sedangkan definisi pasar modal menurut Suad Husnan (2004:1) adalah sebagai berikut:
“pasar modal dapat di definisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang biasa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public autorities, maupun perusahaan swasta.”
Pengertian senada diungkapkan oleh DahlanSiamat (1995:365) sebagai berikut:
“Pasar Modal atau Capital Market adalah pasar keuangan untuk dana- dana jangka panjang dan dalam arti sempit merupakan suatu tempat dalam pengertian fisik yang terorganisasi dimana efek-efek diperdagangkan.”
Berdasarkan sejumlah pengertian dan pendapat diatas maka dapat
disimpulkan bahwa pasar modal tidak hanya menyangkut tempat dalam
arti fisik yang mempertemukan kedua belah pihak yang berlebihan dana
dan pihak yang membutuhkan dana saja, melainkan juga tempat dalam
arti abstrak yang mempertemukan kedua belah pihak tersebut untuk
terjadinya transaksi perdagangan aktiva keuangan jangka panjang. Surat
27
berharga yang diperjualbelikan di pasar modal adalah surat berharga yang diperjualbelikan dipasar modal adalah surat berharga yang diterbitkan oleh suatu badan hukum berbentuk perseroan terbatas (PT); baik yang dimiliki oleh swasta maupun pemerintah. Dengan demikian pasar modal berfungsi sebagai sumber pembiayaan dunia usaha dan alternatif untuk melakukan investasi bagi para investor maupun pemodal.
2.1.3.2 Mekanisme Perdagangan Pasar Modal 1. Proses Perdagangan Saham
Jika seseorang ingin membeli atau menjual efek, orang tersebut tidak dapat langsung membeli atau menjual efek dilantai bursa melainkan harus melalui anggota bursa yang kemudian akan bertindak sebagai pembeli dan penjual. Aktivitas jual dan beli saham dilantai bursa dilakukan perusahaan pialang melalui orang yang ditunjuk sebagai wakil perantara pedagang efek (WPPE). Di perusahaan efek tersebut, calon investor akan diminta untuk membuka dua rekening, rekening yang satu diperuntukan bagi efek yang dimiliki (yang dijual /dibeli) oleh calon investor tersebut. Sedangkan yang lainnya untuk penyimpanan uang yang dapat dipakai membeli atau menerima uang dari hasil penjualan efek. Setelah proses perdagangan selesai, maka proses penyelesaian transaksi akan dilakukan oleh dua lembaga penyelesaian transaksi.
2. Pembentukan harga saham harga saham
Harga saham dibursa ditentukan oleh kekuatan pasar, yang
berarti harga saham tergantung pada kekuatan permintaan dan
28
penawaran. Berdasarkan pembentukan harga saham, dipasar dibagi dalam dua jenis yaitu :
a) Pasar reguler, dimana pembentukan harga saham dilakukan dengan cara tawar menawar secara terus menerus berdasarkan kekuatan pasar.
b) Pasar negoisasi, dimana harga terbentuk dengan cara melakukan negoisasi antara pihak penjual dan pembeli.
3. Penyelesaian Transaksi
Penyerahan dan pembayaran saham harus diselesaikan melalui lembaga kliring dan penjaminan (LKP) pada hari bursa kelima (disebut T+4) setelah terjadinya transaksi. Penyelesaian transaksi obligasi dimana bukti right dilakukan sendiri antara anggota bursa yang melakukan transaksi.
2.1.4 Saham
2.1.4.1 Pengertian Saham
Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (PT) atau yang biasa disebut emiten. Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik bagian dari perusahaan itu. Dengan demikian kalau seorang investor membeli saham maka iapun menjadi pemilik atau pemegang saham perusahaan pada dasarnya modal saham yang muncul dalam anggaran dasar perusahaan disajikan sebagai berikut:
1. Modal dasar
29 2. Modal ditempatkan
3. Modal disetor 2.1.4.2 Nilai Saham
Saham yang biasanya diperdagangkan dilantai bursa dengan harga pasar (market value) juga mempunyai nilai-nilai lain kita mengenal berbagai jenis nilai saham, yaitu:
1. Nilai Pari / Nilai Nominal (Par Value)
Nilai nominal atau nilai pari adalah nilai yang tercantum dalam setiap saham seperti yang dikemukakan oleh J.C Van Horne “The Par Value of a share is merely a recorded figure in the corporate charter and is of little economic signifikan.”
2. Nilai Buku (Book Value)
Nilai buku persaham adalah modal pemegang saham-total asset dikurangi kewajiban dan saham preferen seperti yang tercantum dalam neraca-dibagi jumlah saham yang beredar.
3. Nilai Intrinsik (Intrinsik Value)
Nilai Intrinsik suatu saham adalah harga yang sesuai (pantas) untuk suatu saham berdasarkan faktor-faktor, asset, pendapatan, prospek masa depan dan manajemen.
4. Nilai Pasar (Market Value)
Nilai Pasar adalah harga saham biasa yang terjadi dilantai bursa pada
saat saham tersebut di perdagangkan atau dengan kata lain, harga
pasar selembar saham biasa adalah harga yang dibentuk oleh penjual
dan pembeli ketika mereka memperdagangkan saham. Untuk saham
30
yang tidak aktif diperdagangkan harga saham sulit diperoleh, informasi yang tercermin hanya penjualan sejumlah kecil saham dan tidak menggambarkan nilai pasar secara keseluruhan dihubungkan dengan nilai intrinsiknya, terdapat dua kondisi nilai pasar saham (J.C.
Van Horne, 1995:74) antara lain
Clearly Undervalued yaitu nilai intrinsik lebih besar dari pada
nilai pasar. Pada kondisi ini investor sebaiknya membeli saham tersebut untuk dapat meraih keuntungan.
Clearly Overvalued, yaitu nilai intrinsic lebih kecil daripada nilai
pasar pada kondisi ini investor sebaiknya menjual sahamnya.
2.1.4.3 Indeks Harga Saham
Indeks Harga Saham adalah ukuran yang didasarkan pada perhitungan statistika untuk mengetahui perubahan-perubahan harga saham setiap saat terhadap harga tahun dasarnya.Indeks harga saham individual sering kali dipergunakan oleh investor untuk menentukan perkembangan suatu perusahaan yang di cerminkan dari indeks harga sahamnya sedangkan indeks gabungan sering kali dipakai investor untuk mengukur situasi umum perdagangan efek.
2.1.5 Return On Investment (ROI) 2.1.5.1 Pengertian
“Return On Investment (ROI) dimaksudkan untuk dapat mengukur
kemampuan dalam menghasilkan keuntungan dengan keseluruhan dana
yang tersedia dalam aktiva perusahaan” (Munawir, 2014:89).
31
Menurut Sumarsan (2011:130) analisis ROI merupakan salah satu dari rasio profitabilitas yang berfungsi untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang diinvestasikan dalam aktiva yang digunakan dalam operasional perusahaan untuk menghasilkan laba.
ROI merupakan salah satu rasio profitabilitas yang menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasional perusahaan (net operating income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan tersebut (net operating asset).
Tinggi rendahnya tingkat ROI dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:
a. Operational Asset Turnover
Menurut Weston & Copeland (1992:278) menyatakan bahwa:
Operational Asset Turnover merupakan rasio yang menghubungkan jumlah aktiva yang digunakan dalam operasional perusahaan dengan jumlah penjualan atau menunjukkan berapa kali operasional aser digunakan dalam suatu periode.
Operasional aset ini merupakan jumlah keseluruhan aktiva dikurangi dengan investasi jangka panjang dan aktiva lainnya yang tidak digunakan dalam kegiatan usaha pokok perusahaan atau jumlah dari modal kerja kotor dan aktiva tetap. Dengan rumusnya sebagai berikut:
Operational Asset Turnover =