• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK YANG DITIMBULKAN RETAKNYA AS PROPELLER DI KAPAL SV. TWIN SISTER 305, Abbas Politeknik Maritim AMI Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DAMPAK YANG DITIMBULKAN RETAKNYA AS PROPELLER DI KAPAL SV. TWIN SISTER 305, Abbas Politeknik Maritim AMI Makassar"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

DI KAPAL SV. TWIN SISTER 305”,

Abbas

Politeknik Maritim AMI Makassar

Abstract

The study aims to determine and understand the impact that occurs when damage occurs as propeller on SV ships. Twin Sister 305, understand handling procedures when damage to as propeller on SV ships. Twin Sister 305, and to find out the SV propeller repair procedures. Twin Sister 305. Data and information needed for writing this research were collected through: Field Research Methods, research conducted by direct observation of the object under study and this information data was collected through Observation and Interview.

Library Research Methods The method used in data collection by studying literature, books and writings related to the problem discussed. The results showed that the most important impact of cracking as propeller is that it can damage other components such as: shaft bearings, gear boxes and flange on shaft coupling. Procedures for handling damage to propellers on ships carried out on ships in a state of docks and through the Rules of Classification and Construction of Ocean Steel Vessels with periodic survey methods and testing on the propeller shaft

Abstrak

Penelitian bertujuan untuk mengetahui dan memahami dampak yang terjadi apabila terjadi kerusakan as propeller pada kapal SV. Twin Sister 305, memahami prosedur penanggulangan saat terjadi kerusakan as propeller di kapal SV. Twin Sister 305, dan untuk mengetahui prosedur reparasi as propeller SV. Twin Sister 305. Data dan informasi yang diperlukan untuk penulisan Penelitian ini dikumpulkan melalui : Metode Penelitian Lapangan, penelitian yang dilakukan dengan cara peninjauan langsung pada objek yang diteliti dan data informasi ini dikumpulkan melalui Observasi danWawancara. Metode Penelitian Pustaka Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dengan cara mempelajari literatur, buku dan tulisan-tulisan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dampak yang paling utama dari retaknya as propeller adalah dapat merusak komponen lain seperti : bantalan poros, gear box dan flange pada coupling poros. Prosedur Penanggulangan kerusakan as propeller di kapal dilaksanakan pada kapal dalam keadaan dok dan melalui Peraturan Klasifikasi dan Konstruksi Kapal Baja Samudera dengan metode survey periodik dan pengujian pada poros baling- baling

61

(2)

PENDAHULUAN

Kapal membutuhkan gaya dorong untuk membuat kapal dapat bergerak.

Salah satu komponen penggerak kapal yang dikenal selama ini adalah propeller.

Perkembangan desain dari propeller tentunya ditujukan untuk membuat laju suatu kapal menjadi lebih optimal dan efektif. Untuk mendesain suatu propeller, terlebih dahulu harus diketahui daya dari mesin utama dan kecepatan yang dibutuhkan kapal.

Optimalisasi sebuah propeller tentunya di desain dengan perhitungan.

Sudut sudut daun sebuah propeller dibuat seperti gayung yang memanfaatkan aliran air yang melewati lambung kapal atau yang biasa dikenal dengan pitch propeller.

Kecepatan kapal bisa dicapai karena adanya daya dorong dari propulsor yang dimiliki oleh kapal. Saat ini yang paling umum adalah menggunakan propeller jenis screw propeller.

Propeller ini mengubah torsi dari mesin menjadi thrust power yang akan menggerakkan fluida di sekitarnya.

Propeller memegang peranan penting dalam sistem propulsi di kapal. Propeller yang konvensional dipasang pada poros yang terletak dibagian buritan kapal.

Oleh karena itu penulis membuat penelitian jurnal ilmiah sebagai bahan jurnal penelitian yang dilaksanakan di sebuah kapal dengan judul “DAMPAK YANG DITIMBULKAN RETAKNYA AS PROPELLER DI KAPAL SV. TWIN SISTER 305”,

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan memahami dampak yang terjadi apabila terjadi kerusakan as propeller pada kapal SV.

Twin Sister 305.

2. Untuk memahami prosedur penanggulangan saat terjadi kerusakan as propeller di kapal SV. Twin Sister 305.

3. Untuk mengetahui prosedur reparasi as propeller SV. Twin Sister 305.

METODE PENELITIAN

Data dan informasi yang diperlukan untuk penulisan Karya Tulis Jurnal Penelitian ini dikumpulkan melalui :

1. Metode Penelitian Lapangan

Penelitian yang dilakukan dengan cara peninjauan langsung pada objek yang diteliti dan data informasi ini dikumpulkan melalui :

a. Observasi

Pengamatan secara langsung di lapangan penelitian.

b. Wawancara

Suatu cara untuk mendapatkan data melalui temu wicara dan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak terkait di atas kapal.

2. Metode Penelitian Pustaka

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dengan cara mempelajari literatur, buku dan tulisan- tulisan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

Untuk menunjang kelengkapan pembahasan penulisan ini, adapun sumber data yang penulis gunakan terdiri dari :

a. Data Primer.

Merupakan data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung.

Data penelitian ini diperoleh dengan cara metode Survei yaitu:

Dengan mengamati, mengukur dan mencatat secara langsung di lokasi penelitian.

b. Data Sekunder.

(3)

Merupakan data pelengkap dari data primer yang didapat dari sumber kepustakaan dan perusahaan serta hal-hal lain yang berhubungan dengan penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Dampak Dari Retaknya As Propeller di SV. TWIN SISTER 305

Poros propeller merupakan salah satu bagian terpenting dari instalasipenggerak kapal. Putaran mesin ditransmisikan ke propeller melalui poros, maka poros sangat mempengaruhi kerja mesin bila terjadi kerusakan. Yang perlu diketahui adalah bahwa kedudukan poros propeller dengan mesin induk adalah harus segaris atau dengan kata lain harus dalam satu garis sumbu.

Adapun dampak dari retaknya As Propeller di SV. TWIN SISTER 305 yaitu : As propeller akan mengalami ledukan atau bengkok dikarenakana adanya gaya puntir pada as yang tidak merata, dan apabila dibiarkan akan menyebabkan :

1. Bantalan Poros Propeller mudah aus dan keausannya tidak merata,

2. Dapat menyebabkan kerusakan pada Gear box dari Mesin induk,

3. Kerusakan pada Flange pada bagian Coupling poros (sambungan antara Poros Propeller dengan Gear box, tanda awal sebelum terjadi kerusakan adalah baut dan mur pengikat pada pada Flange mengendur walaupun berkali-kali dikencangkan.

Mengenai pengaturan propeller ataupun masalah yang terjadi pada propeller telah diatur dalam Peraturan Klasifikasi dan Konstruksi Kapal Baja Samudera dengan metode survey periodik dan pengujian pada poros baling-baling

dan tube shaft, baling-baling, baling-baling bebas putar dan sistem lainnya dari kapal yang harus dilaksanakan. Lingkup survey dan pengujian harus dilaksanakan seperti dibawah ini.

1. Survey normal

Poros baling-baling dan tube shaft harus dicabut secukupnya agar memungkinkan pemeriksaan secara menyeluruh dalam interval di bawah ini, kecuali ada cara lain untuk memastikan kondisi poros.

a. Apabila poros baling-baling dan tube shaft dilengkapi lapisan pelindung menerus atau paking pengedap minyak yang disetujui, atau dibuat dari bahan nirkarat, interval survey adalah:

1) 3 tahun untuk susunan poros tunggal

2) 4 tahun untuk susunan poros jamak

Interval waktu pencabutan dapat ditingkatkan menjadi:

1) 5 tahun untuk susunan poros tunggal

2) 5 tahun untuk susunan poros jamak apabila memenuhi salah satu dari tiga hal berikut:

a) jika

(1) detail desain telah disetujui

(2) baling-baling dipasang pada tirus poros dengan pasak

(3) poros dilindungi terhadap pengaruh air laut

(4) pada setiap survey dilaksanakan pengujian tak rusak dengan menggunakan metode deteksi keretakan yang telah disetujui pada ujung belakang bagian

(4)

silindris poros (dari ujung belakang selubung poros, kalau ada) dan sekitar sepertiga panjang tirus dari bagian ujung yang lebih besar, atau

b) jika

(1) detail desain telah disetujui

(2) baling-baling terpasang ke kopling pejal pada ujung belakang poros

(3) poros dan

kelengkapannya

terlindungi terhadap korosi

(4) bila pemeriksaan secara visual pada lengkungan bagian belakang kopling pejal tidak memuaskan, harus dilaksanakan pengujian tak rusak pada daerah tersebut, atau

Dalam kasus lainnya interval waktu normal survey 2,5 tahun

dengan jangka waktu

diperkenankan ± 6 bulan.

b. Poros baling-baling dan tube shaft harus dicabut secukupnya untuk dilaksanakan pemeriksaan menyeluruh. Untuk susunan poros baling-baling dengan pelumasan minyak, poros tidak perlu dicabut pada saat Survey Normal, bila semua bagian yang tidak terlindungi pada daerah belakang poros. diperiksa dengan metode tak rusak yang disetujui, Jika :

1) ruang main dan keausan bantalan 2) catatan analisa minyak pelumas, konsumsi minyak pelumas dan temperatur bantalan

3) daerah poros yang terlihat.

diperiksa dan kedapatan dalam kondisi memuaskan. Pengujian deteksi retak pada lengkungan kopling belakang dapat ditiadakan jika kopling pejal dipasang pada ujung poros.

2. Survey modifikasi

Untuk susunan poros tunggal dan poros jamak, survey modifikasi dapat disetujui sebagai pengganti survey normal pada interval survey 5 tahunan, bilamana:

a) detail desain telah disetujui b) poros dilengkapi bantalan

dengan pelumasan minyak dan perapat minyak.

c) poros dan kelengkapannya terlindung dari korosi

d) pemasangan perapat minyak baru mungkin dapat dilakukan tanpa mencabut baling-baling (kecuali dalam kasus baling- baling dengan pasak).

dan dengan catatan ruang main bantalan belakang masih memenuhi ketentuan, minyak pelumas dan susunan perapat minyak terbukti efektif pada tiga kasus dibawah ini:

a) bilamana baling-baling dipasang dengan pasak pada tirus poros dan telah dilaksanakan tindakan pencegahan yang memadai terhadap keretakan, atau

b) bilamana baling-baling dipasang pada kopling pejal di ujung poros, atau

c) bilamana baling-baling dipasang tanpa pasak pada tirus poros Interval waktu maksimum antara dua survey normal berturut-turut tidak melebihi 10 tahun.

Poros harus dicabut secukupnya agar pemeriksaan terhadap daerah

(5)

persinggungan bantalan belakang poros dapat dilakukan.

Pencabutan poros untuk memeriksa daerah persinggungan bantalan belakang poros tidak perlu dilakukan bilamana analisa minyak pelumas dilakukan secara teratur pada interval tidak lebih dari 6 bulan, dan konsumsi minyak pelumas dan temperatur bantalan dicatat dan masih dalam batasan yang diijinkan. Dokumentasi analisa minyak pelumas harus tersedia di kapal dan harus diperiksa.

Tiap analisa harus memasukkan parameter minimum:

a) kandungan air b) kandungan klorida

c) kandungan partikel logam bantalan

d) usia pakai minyak pelumas (resistansi terhadap oksidasi) 3. Survey parsial

a) Atas permintaan pemilik, dimana survey modifikasi terhadap poros diterapkan dan umur kelelahan perapat diharapkan lebih panjang dengan adanya kombinasi yang sesuai antara material dan tekanan yang dikontrol pada daerah perapat.

Pertimbangan mungkin dapat diberikan untuk memperpanjang interval 5 tahunan antara survey normal, bila survey parsial dilaksanakan.

Interval antara survey normal sama sekali tidak boleh melebihi 1,5 kali interval jatuh tempo.

b) Survey parsial terdiri dari pemeriksaan perapat minyak pelumas dan ruang main bantalan.

Untuk baling-baling

menggunakan pasak maka

baling-baling harus dilepas untuk memeriksa bagian depan tirus poros dan pengujian tak rusak dengan metode deteksi retak yang disetujui harus dilakukan.

B. Prosedur Pengerjaan Reparasi As Propeller DI SV. TWIN SISTER 305 1. Pencabutan poros propeller

Poros yang telah lama digunakan harus dirawat, untuk itu poros tersebut harus dilepas dulu dari dudukannya untuk dibawa ke bengkel mekanik dan dilakukan perawatan. Sebelum dilepas gap antara poros dengan liner diukur terlebih dahulu dengan menggunakan alat yang dinamakan wear down gap.

Peralatan yang digunakan untuk melepas poros propeler antara lain : Hoist/tackle crane, gantry crane 25 ton, tali, tangga bantu atau peranca dan kunci pas.

Proses pengerjaan :

a. Pelepasan sambungan poros Baling-baling dengan flens kopling yang terdapat pada gear box dikamar mesin. Dilakukan dengan melepas baut-baut flens, mur dan pasak (key) penghubung. poros baling – baling terdiri dari dua bagian yaitu intermediette shaft ( poros antara ) dan tail shaft (shaft yang terdapat propeller).

b. Hoist dipasang pada bul- bul/kupingan di buritan dengan posisi di sebelah belakang, kanan dan kiri.

c. Tali diikat simpul pada poros propeler yang terlihat, dihubungkan dengan masing- masing rantai hoist.

(6)

d. Hoist di belakang dikeraskan sehingga secara perlahan poros tertarik keluar dari stern tube-nya.

e. Poros diangkat perlahan ke lantai dock dengan gantry crane dan diberi bantalan balok kayu, lalu diangkat dengan Forklift Truck ke bengkel mekanik.

2. Memindahkan poros propeller ke bengkel poros

Setelah poros propeller dilepas maka akan diangkat menuju bengkel poros dengan menggunakan Forklift Truck.

3. Membersihkan poros propeller di mesin bubut

Pada tahap ini dikerjakan oleh satu orang pekerja, yg bertugas untuk membersihkan poros propeller dari karat dan minyak seperti oli. Pada proses ini digunakan amplas atau gerinda.

4. Pemeriksaan Kelurusan Poros Propeller

Untuk pemeriksaan kelurusan poros propeller digunakan Dayelindikator.

Poros propeller dipasang pada mesin bubut. Ditentukan titik mana yang akan diperiksa kelurusannya, biasanya berjarak satu meter per titik kemudian poros yg sudah dipasang pada mesin bubut akan diputar, Saat poros diputar Dayelindikator akan berputar dan menunjukkan angka. Apabila jarum pada

Dayelindikator tersebut tidak terlalu jauh atau tidak melewati maksimal 10 dari angka awal peletakan Dayelindikator maka poros tersebut tidak bengkok, proses ini dilakukan dibeberapa titik yg telah ditentukan.

Untuk meluruskan kembali poros propeler yang bengkok

dilakukan dengan mengepress dengan mesin press pada bagian yang melengkung cembung sampai lurus kembali. Dapat juga dilakukan dengan pengelasan setempat kemudian dibubut sampai permukaannya rata kembali dengan permukaan yang tidak bengkok, halus dan diameternya sesuai dengan yang diharapkan.

5. Pengujian Colour Check/ MPT Proses pengerjaan:

a. Poros propeler dibersihkan dari oli dan kotoran dengan memakai cleaner dan dibiarkan sampai kering.

b. Poros yang telah bersih disemprot dengan cat penetrant berwarna merah dan didiamkan beberapa saat agar bila ada kemungkinan terjadi keretakan, penetrant dapat meresap. Kemudian dilap sampai bersih/tidak berbekas.

c. Disemprot developer berwarna putih, setelah kering kemudian diperiksa. Jika terdapat bekas bercak/garis berwarna merah berarti ada keretakan pada poros propeller.

6. Pemindahan poros propeller dari bengkel ke kapal

Setelah poros propeller siap digunakan kembali maka akan diangkat menuju kapal untuk dipasang dengan menggunakan Forklift Truck 7. Pemasangan poros propeller

Peralatan yang digunakan untuk pemasangan poros propeler antara lain: Hoist/tackle crane, gantry crane 25 ton, tali, tangga bantu atau peranca dan kunci pas.

Proses pengerjaan :

a. Hoist dipasang pada bul- bul/kupingan di buritan dengan

(7)

posisi di sebelah belakang, kanan dan kiri.

b. Tali diikat simpul pada poros propeler, dihubungkan dengan masing- masing ntai hoist.

c. Poros propeller didorong sampai flens kopling yang terdapat pada gear box dikamar mesin.

Dilakukan dengan memasang baut-baut flens, mur dan pasak (key) penghubung.

PENUTUP Kesimpulan

Setelah penulis melaksanakan penelitian di atas kapal, maka hasil pelaksanaan penelitian tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Dampak yang paling utama dari retaknya as propeller adalah dapat merusak komponen lain seperti : bantalan poros, gear box dan flange pada coupling poros

2. Prosedur Penanggulangan kerusakan as propeller di kapal dilaksanakan pada kapal dalam keadaan dok dan melalui Peraturan Klasifikasi dan Konstruksi Kapal Baja Samudera dengan metode survey periodik dan pengujian pada poros baling-baling

Saran-Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis kemukakan berdasarkan kesimpulan di atas adalah :

1. Dalam menanggulangi atau mengurangi dari dampak retaknya as propeller kapal untuk mematuhi Peraturan Klasifikasi dan Konstruksi Kapal Baja Samudera agar kerusakan pada as propeller dapat terdeteksi lebih dini.

2. Pada saat kapal dok agar pengawasan dalam pelaksaan survey dan pengujian as propeller diharapkan

tidak ada metode yang tertinggal atau tidak terlaksana

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi N.S. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Capt. Istipo, 1992, Kapal dan Muatannya, Jakarta, Aksara Baru

Casseley Kumar, 1981, Propeller Shaft, Semarang, Module Permesinan Chambers, Robert, 1995. Poverty and

Livelihood:Whose Reality Counts, Discussion Paper 347, Brighton:

Institute of Development Studies.

Daryanto. Drs, 1986, Teknik Perawatan Mesin dan Keselamatan Kerja, Jakarta, PT. Global Ilmu.

Dhillion, 1997, Maintenance Strategy in Malaysian Manufacturing Companies, a Total Productive Maintenance (TPM) Approach Journal Quality in Maintenance Engineering

Hartono, Siti Soemantri, 1989, Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) dan Peraturan Kepailitan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,.

Mesin Kapal dan Jenis Propeller, http://nautikaperkapalan.blogspot.

com/2017/01/mesin-kapal-dan- jenis-propeller.html, diakses pada tanggal 17 September 2018

Reparasi Dan Perawatan Propeller Dan Poros Propeller Kapal, http://ismailitong.blogspot.com/201 5/08/nama-ismail-alamat-asal- rajang-kec.html, diakses pada Tanggal 17 September 2018

(8)

Seal Karet atau Rabber Seal, http://www.industrikaret.com/karet- seal.html, diakses pada tanggal 17 September 2018

2011, Transportasi Di Perairan Berdasarkan Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2008, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

http://teknik mesin manufaktur.

blogspot.com/2015/04/apa-itu- retak-crack.html, diakses pada tanggal 4 Oktober 2018

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang : bahwa dalam rangka menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan pengadaan barang/jasa di lingkungan Pemerintah Kota Batu baik untuk kegiatan belanja langsung

Ekonomi hanya difokuskan pada penyediaan alat yang memuaskan kebutuhan masyarakat secara makro dengan cara menaikkan tingkat produksi dan meningkatkan

aliran udara semakin besar, hal ini karena pengaruh faktor gedung serta penghalang yang menyebabkan terjadinya pembelokan arah aliran udara yang awalnya lurus

Berdasarkan paparan fakta dan penjelasan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Praktek Rantai Pasokan Terhadap.. Kinerja

Jual beli buah duku di perkebunan masyarakat desa Gunung Megang ini terdiri dari beberapa proses dan yang pertama kali dilakukan adalah Pembeli atau Pemborong buah duku

Na-CMC ditambahkan dalam jumlah yang sedikit sehingga antar perlakuan ada yang tidak berbeda nyata, tetapi meskipun sedikit, lama kelamaan akan memberikan hasil total

Adapun tujuan kegiatan ini adalah untuk: (1) melakukan pemetaan masalah yang melatar belakangi pencarian informasi pornografi di kalangan remaja; (2) mengetahui

Tugas Akhir dengan judul PERANCANGAN ULANG DASHBOARD DAN LAYOUT KONTROL DRIVER SERTA KURSI PENUMPANG BUS DAMRI AC BERDASARKAN DATA ANTHROPOMETRI telah diuji dan