• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI HUTAN MANGROVE DI SEKITAR LAGOON KAWASAN PARIWISATA NUSA DUA TAHUN 2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONDISI HUTAN MANGROVE DI SEKITAR LAGOON KAWASAN PARIWISATA NUSA DUA TAHUN 2015."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1

KONDISI HUTAN MANGROVE DI SEKITAR LAGOON

KAWASAN PARIWISATA NUSA DUA TAHUN 2015

Oleh

Anak Agung Gde Raka Dalem

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena penelitian tentang mangrove di sekitar lagoon kawasan pariwisata Nusa Dua telah diselesaikan tepat pada waktunya. Penelitian mangrove ini dilaksanakan dalam rangka untuk mengetahui kondisi lingkungan di kawasan pariwisata Nusa Dua, khusunya di sekitar unit pengolahan limbahnya/lagoon.

Penelitian ini memberikan infromasi tentang kondisi lingkungan di kawasan pariwisata Nusa Dua. Hal ini mendukung visi ITDC di dalam mewujudkan kawasan yang berkelas dunia dan berwawasan lingkungan (green resort).

Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini. Kami juga mohon masukan kepada semua pihak yang telah membaca laporan penelitian ini. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi para pembaca.

Bukit Jimbaran, 30 Desember 2015

T i m P e n e l i t i

(3)

3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 2

DAFTAR ISI ... 3

BAB I. PENDAHULUAN ... 4

1.1Latar Belakang ... 4

1.2Tujuan ... 5

BAB II. METODE PENELITIAN ... 6

2.1 Lokasi dan Luas Sampel Penelitian ... 6

2.2 Waktu Penelitian ... 6

2.3 Metode Penelitian ... 7

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 8

BAB IV. SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 18

4.1 Simpulan ... 18

4.2 Rekomendasi ... 18

BAB V. BIBLIOGRAFI ... 19

(4)

4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan mangrove merupakan vegetasi peralihan yang habitatnya terletak antara darat

dan laut. Vegetasi ini sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, seperti iklim, curah

hujan, keadaan laut serta keadaan substrat (Sandi, 1984). Ekosistem mangrove

menggambarkan sebuah kekayaan dan keragaman sumberdaya alam. Hutan kini diakui

merupakan perlindungan utama bagi lingkungan pesisir/pantai (Kitamura et al., 1997).

Hutan mangrove memiliki biodiversitas dan germ plasm yang tinggi. Habitat hutan

mangrove banyak dimanfaatkan oleh organisme antara lain mamalia, amfibia, reptilia, aves,

pisces, dan hewan arthropoda. Fauna tersebut memanfaatkannya sebagai tempat mencari

makan (feeding ground), tempat bertelur dan memijah (spawning ground), mengasuh dan

membesarkan anak (nursery ground) dan tempat berlindung yang aman bagi berbagai larva

ikan, kerang, dan kepiting dari predator (Indas, 2003).

Di samping itu ekosistem ini menyimpan potensi ekonomi yang bernilai tinggi dan

tidak bisa diabaikan. Pemanfaatan mangrove sebagai bahan kosmetik, bahan makanan,

pewarna kain, bahan arang, dan sebagainya merupakan contoh yang sudah sering di dengar.

Menarik untuk diteliti bagaimana kehidupan vegetasi mangrove Tahura Ngruah Rai

yang berada di sekitar kawasan pariwisata Nusa Dua, khususnya yang berdekatan dengan

atau di sekitar lagoon. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah pengolahan limbah di

(5)

5 1.2Tujuan

(6)

6

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1Lokasi dan Luas Sampel Penelitian

Lokasi penelitian mangrove adalah di Tahura Ngurah Rai yang berdekatan dengan lagoon Kawasan Pariwisata Nusa Dua, Bali dan sekitarnya.

Lokasi penelitian secara rinci adalah sebagai berikut: Penelitian mangrove dilakukan pada 4 (empat) stasiun/lokasi pengamatan di hutan mangrove Tahura Ngurah Rai di dekat lagoon Nusa Dua.

Luas Sampel Penelitian mangrove adalah 4.800 meter persegi (terdiri dari 12 plot masing-masing berukuran 20 m x 20 m).

2.2Waktu Penelitian

Kegiatan Penelitian Mangrove Di sekitar lagoon Kawasan Nusa Dua Tahun 2015 ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan, antara bulan Oktober – Desember 2015.

2.3Metode Penelitian

2.3.1 Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperti yang tercantum pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Bahan dan Alat yang Dipergunakan dalam Penelitian

No. Alat/Bahan Satuan Fungsi

1 Alkohol 70 % 5 liter Sebagai pengawet sampel

2 Cetok 2 buah Menggali sedimen

3 Sekop 1 Buah Menggali sedimen

4 Kwadrat 1 x 1 m Alat ukur titik sampling benthos

5 Kamera 1 buah Mengambil gambar

6 Ember 1 buah Tempat pengumpulan sampel

7 Meteran 10 meter Mengukur vegetasi mangrove

(7)

7

9 Botol sampel

dan kantong plastik

24 buah Wadah sampel benthos

2.3.2 Metoda Penelitian & Analisis Data

Pemantauan mangrove dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lokasi serta penentuan indeks diversitas tumbuhan mangrove. Sebaran lokasi dan jumlah stasiun penelitian: di sekitar ruas jalan yang berbatasan dengan hutan mangrove dan sekitar lagoon Nusa Dua dengan loaksi penelitian pada 4 (empat) stasiun.

Sampel ditentukan secara acak sebanyak 3 (tiga) plot berukuran 20 m x 20 m di setiap lokasi atau stasiun penelitian, tersebar di 4 (empat) lokasi penelitian, yaitu Stasiun I adalah di selatan jalan pintas By Pass Ngurah Rai-Tanjung Benoa, Stasiun II di utara jalan pintas By Pass Ngurah Rai dan Tanjung Benoa, Stasiun III di barat lagoon sekitar overflow hasil olahan air limbah di lagoon, serta Stasiun IV di barat laut/utara lagoon di dekat kolam aerasi. Di setiap sampel, jenis, jumlah dan tutupan vegetasi dicatat. Kemudian data ditabulasi dan dianalisis indeks diversitasnya (H’), dengan menggunakan rumus Minus ∑ ni/N x ln (ni/N),

dimana: ni adalah nilai penting jenis ke-i, N adalah jumlah nilai penting seluruh sampel dalam

populasi. Indeks diversitas diklasifikasikan sebagai berikut. Jika H < 1 maka indeksnya rendah, antara 1 dan 3 sedang, dan lebih besar dari 3 diklasifikasikan sebagai tinggi.

Di samping itu juga dilakukan pengamatan langsung secara umum terhadap kondisi mangrove di lokasi penelitian.

(8)

8

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini telah berhasil diidentifikasi 9 jenis mangrove yaitu Aegiceras sp. Avicennia marina, Bruguiera sp., Excoecaria agallocha, Lumnitzera racemosa, Rhizophora apiculata, Rhizophora lamarci, Rhizophora mucronata, dan Sonneratia alba, serta 10 jenis tumbuhan asosiasi, yang biasanya hidup di daratan tetapi bisa ditemukan di hutan mangrove, yaitu asem kranji, bekul, Deris trifolia, gamal, ketapang, ket-ket, lamtoro, mengkudu, santen, dan waru. Indeks diversitas (keanekaragaman) mangrove dalam penelitian ini adalah antara 1 dan 3, yaitu 2,19 yang termausk klasifikasi sedang (lihat Tabel 3.1a).

Hasil penelitian mangrove secara keseluruhan disajikan dalam Tabel 3.1a.

Tabel 3.1a. Data Sampel Mangrove Gabungan Tahun 2015

(9)

9

*tumbuhan asosiasi; Dens = densitas, Frek = Frekuensi, Dom = Dominansi (dalam m2), Dens Rel = Densitas Relatif, Frek Rel = Frekuensi Relatif, Dom Rel = Dominansi Relatif; NP = Nilai Penting; Indeks diversitas (H’) = 2,19

Hasil ini (indeks diversitasnya) relatif sama dengan data tahun sebelumnya (2014) dimana indeksnya juga dalam klasifikasi sedang, namun dengan nilai sedikit lebih rendah, yaitu 1,938 (Tabel 3.1.b).

(10)

10

Indeks diversitas =1,938 (sedang); Dominansi dalam cm2; Sumber : Wahyudi (2014)

Secara keseluruhan dari hasil pengamatan penulis permasalahan yang ada di sekitar hutan mangrove adalah adanya sampah termasuk juga buangan bongkaran sisa bangunan. Sampah, terutama sampah plastik sangat tidak baik bagi kelestarian lingkungan, karena selain merusak nilai estetika, juga menimbulkan polusi terhadap tanah. Plastik ini sulit terurai dan mengganggu sirkulasi air dalam tanah serta mengganggu penetrasi akar terhadap tanah. Floating material dari olahan STP sudah ditampung di sekitar lagoon sehingga tidak mencemari lingkungan sekitar (hutan mangrove). Perbaikan terhadap penampungan ini sudah dilakukan pada akhir tahun 2015. Sludge dari STP sudah dikelola sendiri oleh ITDC di sekitar lagoon.

Dapat dikatakan bahwa dari luar kawasan dapat mencemari hutan mangrove dengan sampah dan buangan bangunan, walaupun hal ini sebenarnya dilarang. Di samping itu, terkait dengan pohon mangrove, dapat disampaikan bahwa pohon mangrove yang tumbang hanya ditemukan 1-2 pohon saja, kemungkinan disebabkan oleh faktor alam, bukan karena sengaja ditebang/ditumbangkan.

(11)

11

Tabel 3.2a. Vegetasi Mangrove Stasiun I (Selatan Jalan) di Sekitar Aliran Sungai Barat Daya Lagoon Nusa Dua Tahun 2015

No Nama Jenis Jml Individu Frek Dom

Tabel 3.2b. Vegetasi Mangrove Stasiun I (Selatan Jalan) di Sekitar Aliran Sungai Barat Daya Lagoon Nusa Dua Tahun 2014

No Nama Jenis Jml Individu Dom Frek

Sumber: Wahyudi (2014); Dom, adalah dominansi dalam cm2

(12)

12 Dalam penelitian tahun 2015 ini walaupun Aegiceras spp. nampak jumlah individunya terbanyak dalam sampel yang diteliti, namun dilihat dari frequensi kehadiran, ternyata Sonneratia alba-lah yang ada pada setiap plot sampel, arinya sebarannya lebih merata di Stasiun penelitian ini dibandingkan jenis lainnya, malahan melebihi frequensi kehadiran Aegiceras.

(13)

13

Gambar 3.2 Penanaman Mangrove di Stasiun/Lokasi I, Sampel 2

Pada Stasiun II (Utara Jalan, di antara aliran sungai dan lagoon Nusa Dua), vegetasi mangrove nampak baik dan lebat. Sonneratia alba mendominasi dengan Nilai Penting 136,63% (Tabel 3.3a). Hal yang sama juga terjadi pada sampel tahun lalu (Tabel 3.3b).

Tabel 3.3a. Vegetasi Mangrove Stasiun II (Utara Jalan) di Antara Aliran Sungai dan Lagoon Nusa Dua Tahun 2015

No Nama Jenis Jml Individu Frek Dom

1 Aegiceras sp. 28 3 683,9838

2 Asem keranji* 3 3 89,99963

3 Bekul* 1 1 15,9

4 Lamtoro* 2 2 533,0113

5 Mengkudu* 1 1 9,62

6 Rhizophora apiculata 29 3 1350,791

7 Sonerathia alba 93 3 3804,979

Total 157 16 6488,285

*tumbuhan asosiasi

(14)

14

No Nama Jenis Jml Individu Dom Frek

1 Sonneratia alba 28 7.223.016 3 2 Avicennia officinalis 7 16.800 1 3 Rhizophora apiculata 16 615.630 1

Jumlah 51 7.855.446 5

Sumber: Wahyudi (2014); Dominansi dalam cm2

Sampah dan buangan bangunan juga nampak di lokasi Stasiun II (Utara Jalan). Di lokasi ini

tidak ditemukan adanya mangrove yang tumbang. Penebangan mangrove juga tidak

ditemukan. Penghijauan tidak ada di lokasi ini dan nampaknya tidak diperlukan, karena

vegetasinya sudah lebat dan rata-rata banyak ada pohon Sonneratia alba yang tinggi.

(15)

15

Mangrove di Barat Lagoon (Stasiun III) nampak juga sangat bagus vegetasinya. Hanya ada ditemukan satu pohon tumbang dan tidak ada pohon yang ditebang. Sampah dan sisa bangunan di sini tidak sebanyak di lokasi/stasiun lain, kecuali untuk yang sampel paling selatan, yang berdekatan dengan jalan raya.

Vegetasi mangrove di sini didominasi oleh Sonneratia alba. Sedangkan asosiasinya didominasi oleh asem kranji (lihat Tabel 3.4a).

Tabel 3.4a. Mangrove di Barat Lagoon thn 2015 (Stasiun III)

No Nama Jenis Jml individu Frek Dom

*tumbuhan asosiasi; Dom dalam m2

Kondisi yang sama juga ada pada data 2014, dimana Sonneratia alba mendominasi pada Stasiun III (Tabel 3.4b).

Tabel 3.4b. Mangrove di Stasiun 3, di Sekitar Lagoon (Sebelah Barat Kolam Aerasi dan Dekat Over Flow Kolam Sedimentasi) Tahun 2014

No Nama Jenis Jml Individu

(16)

16

Pada Stasiun IV (Barat Laut/Utara lagoon) vegetasi mangrove juga nampak bagus serta tidak

ada yang tumbang, padahal berbatasan dengan lagoon. Hal ini menunjukkan penanganan

limbah di lagoon sudah berjalan baik, sehingga tidak mencemari lingkungan sekitarnya.

Penampung bahan apung yang diangkat dari limbah di STP sudah diperbaiki sekitar akhir

tahun 2015. Rhizophora mucronata yang memiliki daun yang lebar serta akar tunjang

mendominasi stasiun/lokasi ini dengan 80 pohon per 3 plot sampel. Dari segi asosiasi,

Lamtoro nampak cukup banyak. Tumbuhan asosiasi merupakan tumbuhan darat yang

kebetulan ditemukan di sekitar hutan mangrove.

Tabel 3.5a. Mangrove di Stasiun IV (Barat Laut-Utara Lagoon) Tahun 2015

(17)

17

Gambar 3.4 Mangrove Lokasi 1 Sampel 3 (Selatan Jalan)

Kondisi ini hampir sama dengan kondisi tahun 2014. Namun data saat itu menunjukkan

Rhizophora apiculata yang mendominasi dengan 22 pohon.

Tabel 3.5.b. Vegetasi Mangrove Stasiun IV (di Barat Laut –Utara Lagoon Nusa Dua) Tahun 2014

No Nama Jenis Jml Individu Dom

Frequensi Kehadiran (dari 3 plot) 1 Sonneratia alba 12 1.504.250 3 2 Lumnitzera racemosa 1 154.000 1 3 Excoecaria agallocha 6 711.000 1

4 Lumnitzera sp. 3 226.000 1

5 Bruguiera gymorrhiza 2 20.000 1 7 Rhizophora apiculata 22 428.000 1 6 Rhizophora mucronata 9 547.500 2

Jumlah 55 3.590.750 10

(18)

18 BAB IV

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1 Simpulan

Dalam penelitian ini telah berhasil diidentifikasi 9 jenis mangrove serta 10 tumbuhan asosiasi. Indeks diversitas (keanekaragaman) mangrove dalam penelitian ini adalah 2,19 yang termasuk klasifikasi sedang. Hasil ini relatif sama dengan data tahun sebelumnya (2014) dimana indeksnya juga termasuk sedang, namun dengan nilai sedikit lebih rendah, yaitu 1,938.

Secara keseluruhan, dari hasil pengamatan peneliti, permasalahan yang ada di sekitar hutan mangrove adalah adanya sampah termasuk juga buangan pembongkaran bangunan. Sampah, terutama sampah plastik sangat tidak baik bagi kelestarian lingkungan, karena selain merusak nilai estetika, juga menimbulkan polusi terhadap tanah. Floating material dari olahan STP sudah ditampung di sekitar lagoon sehingga tidak mencemari lingkungan sekitar termasuk hutan mangrove. Sludge dari buangan STP sudah dikelola dan diolah sendiri oleh ITDC di sekitar lagoon. Pihak luar dapat mencemari hutan mangrove dengan sampah dan buangan bangunan, walaupun hal ini sebenarnya dilarang. Pohon mangrove yang tumbang hanya ditemukan 1-2 pohon saja, kemungkinan disebabkan oleh faktor alam, bukan karena sengajar ditumbangkan.

4.2 Rekomendasi

 Perlu dilakukan penelitian berkelanjutan tentang mangrove untuk memonitor kondisi lingkungan di sekitar lagoon Kawasan Pariwisata Nusa Dua.

 Perlu dilakukan pemasangan larangan membuang sampah dan sisa bangunan ke hutan mangrove. Hal ini meungkin dilakukan dengan bekerjasama dengan Dinas Kehutanan Provinsi/BKSDA.

(19)

19

BAB V

BIBLIOGRAFI

Arif, A. 2003. Hutan Mangrove Fungsi dan Manfaat. Kanisius. Yogyakarta.

Bengen, D.G. 1999. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Berwick, N.L. 1983. Guidelines for the Analysis of Biphysical Impact to Tropical Coastal Marine Resousces. The Bombay Natural Hitory Society Centenary. Seminar Conservation Developing Countries. Bombay.

Indas, Y. W. 2003. Budidaya Kepiting Ramah Lingkungan. (Online) Available at: http://kompas.com/cetak/031/22/naper/75406/htm (17 Mei 2013).

Kitamura, S., C. Anwar, A. Chaniago, dan S. Baba. 1997. Buku panduan Mangrove di Indonesia: Bali & Lombok. JICA dan ISME.

Michael, P. 1984. Ecological. Methods For Field And Laboratory Investigations. Tata

McGraw-Hill Publishing Company Limited. New Delhi.

Murniati. 2010. Perbandingan luas tutupan spoon tiped setae maksiliped kedua pada Uca spp. (Brachyura: Ocypodidae). Fauna Indonesia.

Naamin, N. 1991. Penggunaan Hutan Mangrove Untuk Budidaya Tambak Keuntungan dan Kerugian. Prosiding Seminar IV Ekosistem Hutan Mangrove. MAB Indonesia-LIPI, Bandar Lampung.

Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology. Third Edition. W.B. Saunders Company. Philadelphia-London-Toronto.

Romimohtarto. 2001. Biologi Laut. Penerbit Djambatan. Jakarta.

Rosenberg, M. S. 2001. Fiddler crab claw shape variation: a geometric morphometric analysis acros the genus Uca (Crustacea: Brachyura: Ocypodidae). Biological Jurnal of the Linean Society. 21 : 277-280

Sandi, I. M. 1984. Mangrove dan Tumbuhannya. Prosiding Seminar II Ekosistem Mangrove. Jakarta. Hal. 133 – 143.

Gambar

Tabel 2.1.
Tabel 3.1a.  Data Sampel Mangrove Gabungan Tahun 2015
Tabel 3.1b. Data Mangrove Gabungan dari 4 Stasiun Sampling di Sekitar ITDC  Nusa Dua  Tahun 2014
Tabel 3.2a.  Vegetasi Mangrove Stasiun I (Selatan Jalan) di Sekitar Aliran Sungai Barat Daya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini didapatkan hasil yang tidak signifikan pada analisis bivariat uji chi-square variabel tingkat adiksi media sosial dengan interaksi sosial dengan nilai

Dalam proses penciptaan seni lukis bertema ritual Semana Santa ini merupakan sebuah bentuk dedikasi dan perhatian dalam rangka melestarikan kekayaan budaya yang ada

Novel “Peri Kecil di Sungai Nipah” mendedahkan bahwa praktek-praktek sebuah ideologi politik asing yang tidak sesuai dengan konteks sosio- historis masyarakat setempat akan

Tahap perancangan Program Pengembangan Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan Kearsipan Berbasis Sistem Android dimulai dari menganalisis permasalahan yang ditemukan di

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi Self-regulated Learning adalah pribadi siswa tersebut dimana didalamnya

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini mempunyai tujuan untuk membuktikan secara empiris pengaruh sikap, norma subjektif, pengaruh kontrol perilaku

• inutusan nila Don Tito at Benog na patayin si Lino ngunit hindi niya ito ginawa dahil mabuti siyang kaibigan... Julita

Hal-hal penting terkait ketatanegaraan seperti halnya perubahan undang-undang dasar di Indonesia harusnya diatur lebih lanjut lagi kepada suatu peraturan