• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN SYSTEMATIC APPROACH TO PROBLEM SOLVING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN SYSTEMATIC APPROACH TO PROBLEM SOLVING"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL ILMIAH

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN SYSTEMATIC

APPROACH TO PROBLEM SOLVING UNTUK

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR

FISIKA SISWA DI KELAS X MIA 3

SMAN 3 MUARO JAMBI

OLEH : 1. Chriskal Erisal

2. Drs. Menza Hendri, M.Pd 3. Nova Susanti, S.Pd, M.Si

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

(2)

Chriskal Erisal : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi Page 1 Artikel ilmiah berjudul Penerapan Strategi Pembelajaran Systematic Approach

To Problem Solving Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Fisika Siswa Di

Kelas X MIA 3 SMAN 3 Muaro Jambi yang disusun oleh Chriskal Erisal

A1C308024 telah diperiksa dan disetujui.

Jambi, Desember 2014 Pembimbing I Drs. Menza Hendri, M.Pd NIP. 19600929 198403 1 001 Jambi, Desember 2014 Pembimbing II

(3)

Chriskal Erisal : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi Page 2

Penerapan Strategi Pembelajaran Systematic Approach To Problem Solving Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Fisika Siswa

Di Kelas X MIA 3 SMAN 3 Muaro Jambi

Chriskal Erisal, Drs. Menza Hendri, M.Pd, Nova Susanti, S.Pd, M.Si ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya nilai fisika siswa di SMA Negeri 3 Muaro Jambi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu aktivitas siswa dalam belajar dan kemampuan dalam menyelesaikan permasalahan yang masih kurang terutama dalam menyelesaikan soal yang terdapat banyak hitungan. Hal ini disebabkan antara lain siswa kekurangan buku pelajaran fisika yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari dan siswa malu untuk bertanya pada guru walaupun belum mengerti dengan materi yang sedang dipelajari. Untuk itu peneliti mencoba menerapkan suatu strategi pembelajaran yang dapat mengatasi permasalahan tersebut, yaitu Strategi pembelajaran Systematic Approach To Problem Solving yang menekankan pada penyelesaian soal secara sistematis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan strategi pembelajaran pemecahan masalah sistematis dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar fisika siswa di kelas X MIA 3 SMA Negeri 3 Muaro Jambi.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan sebanyak tiga siklus. Setiap siklus melalui tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi, analisis, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, yaitu pada siklus I rata-rata aktifitas siswa adalah 61,03%, terjadi peningkatan pada siklus II menjadi 71,60% dan pada siklus III meningkat lagi menjadi 90,46%. Peningkatan hasil belajar pada aspek penilaian pengetahuan yang didapat siswa tiap akhir siklusnya, dimana siklus I nilai rata-ratanya 2,56, pada siklus II adalah 2,57 dan meningkat pada siklus III menjadi 3,11. Aspek sikap sosial didapat siklus I nilai rata-ratanya 2,39, pada siklus II adalah 2,98, dan pada siklus III menjadi 3,23. Untuk sikap spiritual nilai yang didapat siswa dari siklus I, II, dan III persentase sikapnya selalu 100%. Hasil belajar aspek keterampilan didapat nilai rata-ratanya pada siklus I adalah 2,42, pada siklus II meningkat menjadi 2,72 dan meningkat lagi pada siklus III menjadi 3,12.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan Strategi Pembelajaran Systematic Approach To Problem Solving dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar fisika siswa di Kelas X MIA 3 SMA Negeri 3 Muaro Jambi pada pokok bahasan Kinematika Gerak Lurus.

(4)

Chriskal Erisal : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi Page 3

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Fisika merupakan salah satu bagian ilmu pengetahuan alam yang berawal dari fenomena alam. Bidang ilmu fisika tidak hanya merupakan kumpulan fakta tetapi juga merupakan serangkaian proses ilmiah untuk mendapatkan fakta. Dalam konteks sekolah, belajar fisika merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh siswa. Keaktifan siswa dalam pembelajaran fisika sangat penting sebab pembelajaran haruslah berpusat pada siswa, bukan pada guru.

Berdasarkan hasil observasi melalui wawancara penulis dengan guru fisika di Kelas X MIA SMA Negeri 3 Muaro Jambi diperoleh keterangan bahwa permasalahan dalam pembelajaran di kelas X MIA 3 antara lain siswa sulit memahami materi yang disampaikan oleh guru. Hal ini disebabkan oleh kemampuan daya ingat serta kemampuan dasar berhitung yang dimiliki siswa masih kurang. Permasalahan yang lain adalah siswa kurang mempunyai buku pelajaran fisika yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru dan hanya menunggu penyelesaian soal tersebut dari guru tanpa mau berusaha sendiri. Guru juga jarang melakukan percobaan dikarenakan keterbatasan alat dan waktu sehingga kemampuan psikomotornya kurang terlatih.

Setelah beberapa kali penulis melakukan observasi pada saat proses pembelajaran fisika berlangsung, diketahui bahwa pembelajaran masih terpusat pada guru, sehingga berakibat siswa menjadi kurang aktif di kelas. Siswa juga kurang antusias saat pembelajaran berlangsung, hal ini dapat diketahui dari sedikitnya siswa yang berperan aktif bertanya ataupun menjawab pertanyaan guru. Siswa juga kesulitan menjawab pertanyaan-pertanyaan konsep. Siswa hanya menerima konsep yang diberikan oleh guru.

Strategi yang tepat digunakan adalah strategi pemecahan masalah sistematis, karena strategi ini dapat membimbing siswa dalam menyelesaikan masalah khususnya latihan soal menurut Wena (2011) pemecahan masalah sistematis adalah petunjuk untuk melakukan suatu tindakan yang berfungsi untuk membantu seseorang dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Penggunaan pemecahan masalah sistematis dalam menyelesaikan suatu masalah dilengkapi dengan key relation chart

(KR chart), yaitu lembaran yang berisi catatan tentang persamaan, rumus, dan hukum

dari materi yang dipelajari. KR chart digunakan untuk memudahkan mengingat dan memunculkan kembali hubungan yang diperlukan untuk menyelesaikan latihan soal yang sedang dihadapi. Secara umum pemecahan masalah sistematis terdiri dari empat fase utama, yaitu analisis soal, perencanaan proses penyelesaian soal, operasi perhitungan, dan pengecekan jawaban serta interpretasi hasil.

Sesuai dengan permasalahan dan paparan di atas maka yang menjadi arah atau fokus penelitian ini adalah menerapkan strategi pembelajaran Systematic Approach

To Problem Solving untuk meningkatkan aktivitas belajar fisika siswa di kelas X

(5)

Chriskal Erisal : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi Page 4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana penerapan strategi pembelajaran pemecahan masalah sistematis dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar fisika siswa di kelas X MIA3 SMAN 3 Muaro Jambi.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan strategi pembelajaran pemecahan masalah sistematis dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar fisika siswa di kelas X MIA3 SMAN 3 Muaro Jambi.

Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Materi yang diajarkan dalam penerapan strategi pembelajaran ini adalah materi Kinematika pada siswa kelas X MIA3 semester ganjil SMAN 3 Muaro Jambi

Tahun Ajaran 2014/2015.

2. Untuk melihat aktivitas siswa saat proses pembelajaran maka digunakan lembar observasi aktivitas siswa.

3. Hasil belajar siswa yang diteliti ada 3 aspek yaitu hasil belajar siswa pada aspek kognitif dengan menggunakan tes objektif pilihan ganda, aspek sikap dan aspek keterampilan dengan menggunakan rubrik.

Manfaat Penelitian

Secara teoritis hendaknya hasil penelitian ini dapat menambah khasanah pengetahuan serta wawasan keilmuan bagi peneliti khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Definisi Operasional

1. Proses mengajar adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.

2. Strategi pembelajaran systematic approach to problem solving adalah petunjuk untuk melakukan suatu tindakan yang berfungsi untuk membantu seseorang dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

3. Aktivitas belajar sebagai suatu proses yang harus melibatkan seluruh aspek psikofisis siswa, baik jasmani maupun rohani sehingga akselerasi perubahan perilakunya dapat terjadi secara cepat, tepat, mudah, dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Belajar dan Pembelajaran

(6)

Chriskal Erisal : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi Page 5 Menurut Slameto (2010), beranggapan bahwa “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”. Menurut Sardiman (2012) “Belajar adalah sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori.

Beberapa makna belajar di atas merupakan definisi belajar menurut pandangan para ahli pendidikan. Berdasarkan definisi belajar tersebut dapat disimpulkan belajar merupakan perubahan prilaku seseorang melalui kegiatan atau aktivitas yang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan tertentu. Dengan belajar seseorang dapat mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan ke arah yang lebih baik.

Selain istilah belajar ada pula istilah lainnya yang juga sering didengar yaitu pembelajaran. Pada dasarnya pembelajaran mempunyai kesan yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Adapun pendapat ahli mengenai pembelajaran diantaranya. Menurut Yamin (2012) menyatakan bahwa “Pembelajaran adalah kemampuan dalam mengelola secara operasional dan efisien terhadap komponen-komponen yang berkaitan dengan pembelajaran, sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut norma/standar yang berlaku. Komponen tersebut adalah guru, siswa, pembina sekolah, sarana/prasarana dan proses pembelajaran. Sementara itu pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa dengan kegiatan memilih, menetapkan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan (Hamzah, 2012).

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada dasarnya adalah suatu proses pengelolaan seluruh komponen yang ada di sekolah untuk mencapai hasil yang diinginkan. Proses ini dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidikan untuk membantu siswa melakukan kegiatan belajar.

Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Hamalik (2013) mengemukaan beberapa faktor-faktor belajar yang efektif sebagai berikut:

1. Siswa yang belajar melakukan banyak kegiatan, baik kegiatan neural system, seperti melihat, mendengar, merasakan, berfikir, kegiatan motoris, maupun kegiatan-kegiatan lainnya yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan, sikap, kebiasaan, dan minat. Apa yang telah dipelajari perlu digunakan secara praktis dan diadakan ulangan secara kontinu di bawah kondisi yang serasi, sehingga penguasaan belajar menjadi labih efisien.

2. Belajar memerlukan latihan baik dengan cara relearning, recalling, dan reviewing agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai akan dapat lebih mudah dipahami. 3. Belajar akan lebih berhasil jika siswa merasa berhasil dan mendapatkan

kepuasaanya. Belajar hendaknya dilakukan dalam suasana yang menyenangkan. 4. Siswa yang belajar perlu mengatahui apakah ia berhasil atau gagal dalam belajarnya.

Keberhasilan akan menimbulkan kepuasan dan mendorong belajar lebih baik. 5. Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar, karena semua pengalaman belajar

(7)

Chriskal Erisal : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi Page 6 6. Pengalaman masa lampau (bahan apersepsi) dan pengertian-pengertian yang telah

dimiliki oleh siswa besar peranannya dalam proses belajar. Pengalaman dan pengertian itu menjadi dasar untuk menerima pengalaman-pengalaman baru dan pengertian-pengertian baru.

7. Siswa yang telah siap belajar akan dapat melakukan kegiatan belajar lebih mudah dan lebih berhasil. Faktor kesiapan ini erat hubunganya dengan masalah kematangan, minat, kebutuhan, dan tugas-tugas perkembangan.

8. Belajar dengan minat akan mendorong siswa lebih baik daripada belajar tanpa minat. Minat ini timbul apabila siswa tertarik akan sesuatu karena sesuai dengan kebutuhannya atau merasa bahwa sesuatu yang akan dipelajari dirasakan bermakna bagi dirinya. Namun demikian, minat tanpa adanya usaha yang baik maka belajar juga sulit untuk berhasil.

9. Kondisi badan siswa yang belajar sangat berpengaruh dalam proses belajar. Badan yang lemah ataupun lelah akan menyebabkan perhatian tidak mungkinakan melakukan kegiatan belajar yang sempurna. Karena itu faktor fisiologis sangat menentukan berhasil atau tidaknya siswa yang belajar.

10. Siswa yang cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan belajar, karena ia lebih mudah menangkap dan memahami pelajaran. Siswa yang cerdas akan lebih berfikir kratif dan lebih cepat mengambil keputusan.

Faktor-faktor di atas merupakan faktor penting yang nantinya akan mempengaruhi proses belajar seorang siswa dalam mempelajari suatu materi atau bahan ajar. Dengan cara mengoptimalisasikan kesepuluh faktor tersebut seorang guru dapat meningkatkan keefektifan belajar siswa sehingga dapat meningkatkan kompetensi siswa.

Aktivitas Belajar

Pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku menjadi melakukan kegiatan. Tidak ada hasil belajar kalau tidak ada aktivitas belajar. Aktivitas dapat diartikan sebagai suatu perbuatan, baik jasmani maupun rohani yang menghendaki gerakan fungsi otot-otot individu. Oleh karena itu aktivitas merupakan prinsip-prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Rousseau dalam (Sardiman, 2012), “Segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis”. Menunjukkan bahwa setiap siswa yang belajar harus aktif sendiri, tanpa ada aktivitas maka proses belajar tidak akan mungkin terjadi.

Menurut Hanafiah (2009) aktivitas dalam belajar dapat memberikan nilai tambah (added value) bagi peserta didik, berupa hal-hal berikut:

1. Peserta didik memiliki kesadaran (awareness) untuk belajar sebagai wujud adanya motivasi internal (driving force) untuk belajar sejati.

2. Peserta didik mencari pengalaman dan langsung mengalami sendiri, yang dapat memberikan dampak terhadap pembentukan pribadi yang integral.

3. Peserta didik belajar dengan menurut minat dan kemampuannya.

4. Menumbuhkembangkan sikap disiplin dan suasana belajar yang demokratis di kalangan peserta didik.

5. Pembelajaran dilaksanakan secara kongkret sehingga dapat menumbuh kembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme.

(8)

Chriskal Erisal : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi Page 7 Begitu banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah, maka dari itu Paul dalam Sardiman (2012), membagi aktivitas belajar dalam enam

kelompok, yaitu:

1. Visual activities, yang didalamnya membaca, memperlihatkan perkerjaan orang lain. 2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,

mengeluarkan pendapat, diskusi.

3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan, percakapan diskusi. 4. Writing activities, seperti misalnya: menyalin.

5. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

6. Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Jadi aktivitas belajar adalah segala bentuk perbuatan yang dilakukan oleh siswa yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung, untuk itu belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, proses belajar mengajar tidak mungkin berlangsung dengan baik.

Pengertian Strategi Pembelajaran

Pemilihan Strategi pembelajaran yang tepat sangat tergantung pada pemahaman guru terhadap karakteristik siswa. Di dalam sebuah kelas terdapat berbagai macam karakteristik siswa. Disini dituntut peran guru lebih kreatif dalam merencanakan pembelajaran.

Dengan mengutip pemikiran Trianto (2012), secara umum strategi mempunyai pengertian garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dalam belajar mengajar, strategi merupakan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan siswa dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.

Menurut Aqib (2013) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

Berdasarkan pengertian beberapa ahli maka diperoleh kesimpulan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran dengan memperhatikan karakteristik siswa. Pemilihan strategi yang tepat dapat membuat siswa lebih cepat mengerti materi yang disampaikan oleh guru.

Strategi Pembelajaran Pemecahan Masalah Sistematis

(9)

Chriskal Erisal : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi Page 8 sebagai berikut: Analisis Soal, Transformasi Soal, Operasi Perhitungan,Pengecekan dan Interpretasi.

Penyusunan pemecahan masalah sistematis memperhatikan beberapa prosedur seperti yang dikemukakan oleh Giancoli dalam Wena (2011) berikut ini :

a. Baca masalah secara menyeluruh dan hati-hati sebelum mencoba untuk memecahkannya.

b. Tulis apa yang diketahui atau yang diberikan, kemudian tuliskan apa yang ditanyakan.

c. Pikirkan tentang prinsip, definisi, dan persamaan hubungan besaran yang berkaitan. Sebelum mengerjakannya yakinkan bahwa prinsip, definisi, dan persamaan tersebut valid. Jika ditemukan persamaan yang hanya memuat kuantitas yang diketahui dan satu tidak diketahui , selesaikan persamaan tersebut secara aljabar.

d. Pikirkanlah dengan hati-hati tentang hasil yang diperoleh, apakah masuk akal atau tidak masuk akal.

e. Suatu hal yang sangat penting adalah perhatikan satuan, serta cek penyelesaiannya.

Strategi pemecahan masalah sistematis digunakan dalam pembelajaran ketika: 1. Guru ingin siswa mencapai pemahaman yang mendalam dari materi ajar,

daripada hanya mengingat

2. Guru ingin mengembangkan keterampilan berpikir dan bernalar siswa, kemampuan menganalisa situasi, menerapkan pengetahuan yang ada kepada situasi baru, menyimpulkan perbedaan antara fakta dan opini, dan membuat penilaian objektif.

3. Guru ingin siswa menjadi mampu mencari informasi.

Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil menunjukan perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.

Menurut R.M Gagne dalam (Suprijono, 2010) mengemukakan bahwa hasil pembelajaran adalah berupa kecakapan manusia yang meliputi: (a) Informasi verbal, (b) Kecakapan intelektual terdiri dari diskrimasi, konsep konkrit, konsep abstrak, aturan, aturan yang lebih tinggi, (c) Strategi kognitif, (d) Kecakapan motorik, dan (e) Sikap.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2010) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.

(10)

Chriskal Erisal : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi Page 9

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka desain penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus yang terdiri dari siklus I, II, dan III. Dalam penelitian ini peneliti bekerjasama dengan guru bidang studi fisika yang mengajar di kelas tersebut. Pada setiap siklus memiliki tahapan-tahapan tertentu sesuai dengan tahapan dalam tindakan kelas yaitu: 1) perencanaan (planning), 2) pelaksanaan tindakan (acting), 3) observasi (pengamatan) dan evaluasi, 4) analisis dan refleksi (reflecting).

Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas X MIA 3 SMAN 3 Muaro Jambi semester 1 tahun ajaran 2014/2015.

Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas X MIA 3 SMAN 3 Muaro Jambi yang berjumlah 33 siswa.

Instrumen Penelitian

Lembar Observasi

Pada penelitian ini dilakukan observasi proses pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran Systematic Approach To Problem Solving terhadap pelaksanaan pembelajaran dan aktivitas siswa. Lembar observasi dibuat berdasarkan sintak pembelajaran yang ada di RPP. Sebelum melakukan observasi maka pengamat harus memahami betul kriteria dalam menganalisa gejala yang terlihat pada objek sehingga tidak keliru dalam mengambil keputusan. Selain itu agar hasil observasi dapat lebih objektif maka observasi dilakukan pada setiap proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru pengamat.

Tes Hasil Belajar

Dalam penelitian ini digunakan instrumen tes berupa tes objektif dengan alternatif pilihan yang memenuhi syarat standar soal yaitu validitas, taraf kesukaran, reliabilitas dan daya beda. Agar soal tes yang digunakan berkualitas, soal dilakukan analisis sebagai berikut:

a. Validitas Tes

Validitas tes adalah tingkat ketepatan tes. Sehubung dengan penelitian ini maka validitas yang digunakan adalah validitas isi. Tujuan digunakan validitas isi yaitu untuk menguji ketepatan isi dan keabsahan soal sebagai instrumen penelitian sehingga data yang diperoleh dari hasil tes tersebut dapat dipercaya kebenarannya. Oleh sebab itu penulis membuat kisi-kisi soal dan soal tes yang sesuai dengan materi yang telah diberikan berdasarkan kurikulum 2013 SMA.

b. Tingkat Kesukaran

(11)

Chriskal Erisal : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi Page 10 maka soal tes tersebut baik. Dengan kata lain suatu butir soal hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah.

Untuk mengetahui seberapa besar tingkat kesukaran soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Arikunto (2013),yaitu:

Js B P Dengan :

P = Indeks Kesukaran

B = Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar Js = Jumlah siswa peserta tes

Arikunto (2013) mengklasifikasikan indeks kesukaran soal di bawah ini sebagai berikut:

0.00<P≤0.30 = Soal Sukar 0.30<P≤0.70 = Soal sedang 0.70<P≤1.00 = Soal mudah c. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan rendah). Untuk menentukan daya pembeda digunakan rumus yang dikemukakan oleh Arikunto (2013), sebagai berikut:

JB BB JA BA D  Dengan D = Daya pembeda

BA= Banyak perserta atas yang menjawab benar BB = Banyak peserta bawah yang menjawab benar JA = Banyak peserta kelompok atas

JB = Banyak peserta kelompok bawah

Besar daya pembeda ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00 dan mengenal tanda negative (-) dengan ketentuan menurut Arikunto (2013), besar daya pembada suatu soal, maka setiap soal dapat dikategorikan sebagai berikut :

0.00< D ≤0.20 = Jelek 0.20< D ≤0.40 = Cukup 0.40< D ≤.70 = Baik

0.70< D ≤1.00 = Baik sekali

D : negative ( semuanya tidak baik, jadi semua soal yang mempunyai nilai D negative sebaiknya dibuang).

d. Reliabilitas Soal

(12)

Chriskal Erisal : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi Page 11 bahwa “Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan pada objek yang sama. Untuk mengetahui ketetapan ini pada dasarnya dilihat dari kesejajaran hasil”.

Untuk menentukan reliabilitas dalam penelitian ini digunakan rumus

Kuder-Richardson (K-R21) yang dikemukakan oleh Arikunto (2010), yaitu:

                kVt M k M k k r 1 1 11 Dengan, N X M

N N X X V

  2 2 Ket: r11 = Reliabilitas

k = Banyaknya butir soal M = Skor rata-rata

Vt= Varian total

X = Jumlah skor yang dijawab seluruh siswa yang benar N = Jumlah peserta tes

Koefisien reliabilitas tes berkisar antara 0,00-1,00 dengan perincian korelasi : 0,00  r11  0,20 = sangat rendah 0,20  r11  0,40 = rendah 0,40  r11  0,60 = cukup 0,60  r11  0,80 = tinggi 0,80  r11  1,00 = sangat tinggi Pengumpulan Data Jenis Data

1. Data kualitatif, yaitu data tentang aktivitas siswa dan guru dalam proses belajar mengajar.

2. Data kuantitatif adalah data tentang hasil belajar siswa berupa nilai yang diperoleh dari 3 aspek penilaian yaitu aspek pengetahuan, aspek sikap dan aspek keterampilan di kelas X MIA 3.

Cara Pengambilan Data

(13)

Chriskal Erisal : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi Page 12 oleh guru dengan menggunakan lembar penilaian sikap dan keterampilan yang dilengkapi rubrik penilaian.

Analisis Data

Analisis kuantitatif untuk hasil belajar siswa diperoleh dari hasil pemberian tes pada tahap evaluasi dilakukan dengan perhitungan yang dikemukakan oleh Arikunto (2013), dengan menggunakan persamaan berikut :

1

n

W

R

S

Keterangan : S = Skor

R = Jumlah jawaban yang benar W = Jumlah jawaban yang salah

n = Jumlah option (banyaknya pilihan jawaban)

Selanjutnya penilaian sikap dan penilaian keterampilan dilakukan setiap siklus saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar format penilaian sikap dan keterampilan yang dilengkapi rubrik penilaian dengan menggunakan rating skala 1-4 untuk penilaian keterampilan dan penilaian sikap. Nilai akhir untuk penilaian keterampilan dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Kurniasih (2013), sebagai berikut:

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ

𝑆𝑘𝑜𝑟𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑥 4 Analisis kualitatif diambil dari data hasil observasi tentang situasi belajar mengajar, menurut Arikunto (2013) untuk data hasil observasi aktivitas siswa dihitung dengan menggunakan rumus :

𝐴 =

N Na

𝑥 100% Keterangan : A= Aktivitas siswa

𝑁𝑎 = Jumlah siswa yang aktif

N = Jumlah siswa keseluruhan Dimana perhitungan penilaian sebagai berikut :

0 – 20 = Tidak aktif 21 – 40 = Kurang aktif 41 – 60 = Cukup aktif 61 – 80 = Aktif 81 – 100 = Sangat aktif Indikator Keberhasilan

Indikator yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan tindakan yang dilakukan adalah keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Keberhasilan belajar dilihat berdasarkan peningkatan proses aktivitas belajar siswa yang diambil dari hasil data lembar observasi aktivitas siswa dan tes hasil belajar. Jika kriteria tersebut terpenuhi, maka penerapan strategi pembelajaran Systematic Approach To Problem

(14)

Chriskal Erisal : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi Page 13 lurus dengan kecepatan konstan dan percepatan konstan dapat dijadikan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini dari 36 soal yang diujicobakan, setelah dianalisis tingkat kesukaran didapatkan 9 pada kategori soal mudah , 14 pada kategori sedang dan 13 soal pada kategori soal sukar. Setelah dianalisis daya beda terdapat 10 soal pada kategori baik, 13 soal pada kategori cukup dan 13 soal pada kategori jelek. Soal-soal yang daya bedanya pada kategori jelek dibuang sehingga soal yang dipakai adalah 23 soal. Setelah disesuaikan dengan indikator pembelajaran dan materi maka didapatkan 9 soal untuk evaluasi siklus I, 8 soal untuk evaluasi siklus II dan 6 soal untuk evaluasi siklus III. setelah dianalisis reliabilitas didapatkan reliabilitas r11=0.67. Sehingga

dapat dikatakan bahwa soal yang diujicobakan memiliki reliabilitas tinggi.

Gambaran mengenai peningkatan aktivitas siswa yang diperoleh dari penerapan dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini:

Tabel 4.1 Rata-rata peningkatan persentase aktivitas siswa dalam setiap siklus

Variabel yang diamati Jumlah/ persentase (%) Siklus I Siklus II Siklus III Rata-rata persentase aktivitas belajar siswa 61,03 70,28 90,46

Dari tabel 4.1 dapat dilihat rata-rata peningkatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan tindakan pada siklus I, rata-rata persentase aktivitas siswa masih berada pada kategori aktif tapi belum memuaskan. Selanjutnya pada siklus II mengalami peningkatan rata-rata aktivitas siswa menjadi aktif. Selanjutnya pada siklus III rata-rata persentase aktivitas siswa meningkat lagi menjadi sangat aktif.

Kemudian gambaran mengenai peningkatan hasil belajar siswa yang dilihat dari 3 aspek yaitu aspek pengetahuan, aspek sikap dan aspek keterampilan.

Tabel 4.2 Rata-rata peningkatan hasil belajar siswa dalam setiap siklus

Variabel yang diamati Jumlah/ persentase (%) Siklus I Siklus II Siklus III Rata-rata nilai siswa pada aspek pengetahuan

Rata-rata nilai siswa pada aspek sikap Rata-rata nilai siswa pada aspek keterampilan

2,56 2,39 2,42 2,57 2,98 2,72 3,11 3,23 3,12

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat peningkatan hasil belajar yang terjadi pada setiap siklus. Pelaksanaan tindakan pada siklus I, nilai siswa pada 3 aspek tersebut masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dimana di SMA Negeri 3 Muaro Jambi KKM-nya yaitu ≥ 2,66. Kemudian pada siklus II nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan, hanya pada aspek pengetahuan yang belum mencapai KKM. Selanjutnya pada siklus III nilai rata-rata siswa sudah di atas KKM semua.

PENUTUP Kesimpulan

(15)

Chriskal Erisal : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi Page 14 pembelajaran Systematic Approach To Problem Solving pada mata pelajaran fisika kelas X MIA 3 SMA Negeri 3 Muaro Jambi dapat meningkatkan aktivitas siswa.

Kemudian dengan menerapkan strategi pembelajaran Systematic Approach To

Problem Solving pada mata pelajaran fisika kelas X MIA 3 SMA Negeri 3 Muaro

Jambi juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang dinilai dari aspek pengetahuan, aspek sikap dan aspek keterampilan pada materi Kinematika Gerak Lurus di kelas X MIA 3 SMA Negeri 3 Muaro Jambi.

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh di atas serta untuk lebih meningkatkan hasil belajar fisika siswa, maka penulis menyarankan beberapa hal:

1. Diharapkan kepada guru fisika agar dapat menerapkan strategi pembelajaran

Systematic Approach To Problem Solving sebagai alternatif dalam

pembelajaran khususnya pada materi yang memerlukan banyak hitungan nya. 2. Penelitian ini juga terbatas pada materi Gerak Lurus, jadi diharapkan adanya

lanjutan penelitian pada materi yang berbeda atau bahkan pada mata pelajaran yang lain.

3. Diharapkan apabila menggunakan strategi pembelajaran Systematic Approach

To Problem Solving guru dapat mengalokasikan dan mengefektifkan waktu

dengan baik untuk setiap kegiatan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta : Rineka Cipta

_________,. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Aqib, Zainal. 2013. Model-Model, Media, Dan Strategi Pembelajaran Kontekstual

(Inovatif). Bandung : Yrama Widya.

Dimyati & Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2013. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Hanafiah, Dkk. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung : PT. Refika Aditama Kurniasih, I. & Sani, B. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 : Konsep & Penerapan.

Surabaya : Kata Pena.

Purwanto. 2014. Evaluasi Hasil Belajar.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Sardiman, A.M. 2012. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Pers.

Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta : Rineka Cipta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM : Pustaka Pelajar

(16)

Chriskal Erisal : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi Page 15 Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer : Suatu Tinjauan

Gambar

Tabel 4.1 Rata-rata peningkatan persentase aktivitas siswa dalam  setiap siklus  Variabel yang diamati  Jumlah/ persentase (%)

Referensi

Dokumen terkait

Kabupaten/Kota di Jawa Timur yang memiliki tingkat kriminalitas atau resiko penduduk menjadi korban tindak kriminalitas tertinggi, terjadi di Kota Malang dan yang terendah

Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik ekuivalen, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator yang tepat dan

Adapun hipotesis penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap keterampilan bertanya dan motivasi belajar biologi siswa yang diajar

Hermanu, MS., Apt., selaku koordinator Bidang Apotek Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang telah

Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan kerja praktek ini benar-benar merupakan hasil2. karya saya sendiri dan bukan merupakan hasil karya orang lain, baik

Menurut Stenberg (dalam Ismoyo, 2006) memori diartikan sebagai gambaran pengalaman yang telah dilalui dengan informasi yang dapat diketahui pada saat ini sebagai sebuah proses,

Liba&gt;sut Taqwa&gt; dibaca oleh Imam Nafi‟ ibnu „Amir, Al-Kisa‟i, dan Abu Ja‟far dengan nashab (dibaca libasa sehingga kedudukannya sebagai objek penderita). Ini

Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah membuat Sistem Informasi Inventaris Unit Program Belajar Jarak Jauh Universitas Terbuka (UPBJJ-UT) Surabaya yang mencakup beberapa macam