• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PENGETAHUAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITS NEGERI GORONTALO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN PENGETAHUAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITS NEGERI GORONTALO"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Rahmawaty Latif, Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo 2015

(2)

Rahmawaty Latif, Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo 2015

(3)

Rahmawaty Latif, Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo 2015

(4)

Rahmawaty Latif, Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo 2015 GAMBARAN PENGETAHUAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)

PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITS NEGERI GORONTALO

Rahmawaty Latif 1, dr. Zuhriana K.Yusuf, M.Kes 2, Wirda Y. Dulahu, S.Kep, Ns, M.Kep 3 1. Mahasiswa Jurusan Ilmu Keperawatan UNG

Rahmawatylatif21@gmail.com 2. Dosen Jurusan Keperawatan UNG 3. Dosen Jurusan Keperawatan UNG

Summary

Rahmawaty Latif. 2015. Gambaran Pengetahuan Bantuan Hidup Dasar (BHD) Pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo. Skripsi, Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo, Pembimbing I dr. Zuhriana K. Yusuf, M.Kes dan Pembimbing II Wirda Y. Dulahu, S.Kep. Ns. M.Kep.

Bantuan Hidup Dasar (BHD) sangat penting diketahui oleh mahasiswa keperawatan karena kejadian kegawatdaruratan dapat dijumpai dimana saja dan kapan saja, sehingga dapat menjadi bekal untuk menolong orang lain. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui gambaran pengetahuan bantuan hidup dasar (BHD) pada mahasiswa program studi ilmu keperawatan Universitas Negeri Gorontalo. Desain penelitian menggunakan deskriptif kuntitatif. Populasi dalam penelitian ini ialah mahasiswa keperawatan Universitas Negeri Gorontalo yang sudah mendapat mata kuliah gawat darurat yang berjumlah 115 orang dan sampel berjumlah 82 orang dengan tehnik accidental sampling. Tehnik analisis data dengan menjelaskan atau mendiskripsikan karakteristik variabel yang diteliti.

Hasil penelitian gambaran pengetahuan bantuan hidup dasar ini didapatkan 4,8,8% responden memiliki pengetahuan kurang, dan 40,2% responden memiliki pengetahuan cukup, sedangkan 11,0% responden memiliki pengetahuan baik.

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa Mahasiswa program studi ilmu Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo lebih banyak memiliki pengetahuan kurang.

Disarankan agar mahasiswa aktif saat menerima mata kuliah dan aktif mengikuti kegiatan, pelatihan maupun pendidikan yang menyangkut bantuan hidup dasar, dan kepada pihak jurusan agar melengkapi dan variatif dalam pembelajaran sebagai upaya meningkatkan pengetahuan mahasiswa keperawataan Universitas Negeri Gorontalo.

Kata Kunci : Bantuan Hidup Dasar, Pengetahuan Daftar Pustaka : 22 Referensi (1993-2014)

(5)

Rahmawaty Latif, Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo 2015 PENDAHULUAN

Kejadian kecelakaan merupakan kejadian yang bisa menimbulkan cedera dan bahkan bisa menjadi faktor terjadinya kematian yang biasa terjadi, dimana saja, dan kapan saja disemua kalangan masyarakat, seperti kecelekaan lalu lintas yang saat ini kejadian kecelakaan lalu lintas sangat meningkat khususnya dinegara berkembang, seperti indonesia. Hasil riset kesehatan dasar Indonesia tahun 2013, menunjukkan prevelensi cedera secara nasional adalah 8,2 persen dengan prevalensi tertinggi ditemukan di Sulawesi Selatan (12,8%) dan terendah di Jambi (4,5%). Data ini menunjukkan kecenderungan peningkatan prevalensi cedera dari 7,5 persen pada tahun 2010 menjadi 8,2 persen pada tahun 2013.

Daerah Provinsi Gorontalo dari data yang didapatkan bahwa prevalensi cedera adalah 9,0 persen dengan prevalensi tertinggi ditemukan di Bone Bolango (11,0%) dan terendah di Kabupaten Gorontalo (7%). Penyebab cedera terbanyak, yaitu kecelakaan sepeda motor (44,8%) dan jatuh (36,2%). Penyebab cedera transportasi sepeda motor tertinggi ditemukan di Kabupaten Gorontalo (59,0%) dan terendah di Bone Bolango (28,0%). Proporsi terbanyak terjadi pada umur 0 -14 tahun (75,0%), laki-laki (49,4%), pendidikan tamat SMA (74,9%) dan status pegawai (64,7%). Adapun urutan proporsi terbanyak untuk tempat terjadinya cedera, yaitu di jalan raya (42,8%), rumah (36,5%), area pertanian (6,9%) dan sekolah (5,4%).

Kecelakaan merupakan suatu kondisi yang berpotensi pada keadaan gawat darurat yang dapat menyebabkan kematian, dikarenakan korban mengalami henti nafas maupun henti jantung dan tidak mendapat pertolongan pertama secara cepat dan tepat (Junaidi, 2014)1. Ketika mengalami henti nafas, maka transportasi oksigen terhenti sehingga dalam waktu singkat organ-organ tubuh terutama organ vital seperti otak akan mengalami kerusakan bahkan kematian otak, jika otak mengalami kematian secara permanen maka akan menyebabkan kematian pada korban. Menurut Sunyonto (dalam Hutapea, 2012) menjelaskan bahwa satu jam pertama adalah waktu yang sangat penting dalam penanganan penyelamatan yaitu dapat menekan sampai 85 % dari angka kematian. Penanganan yang dimaksud adalah perlu dilakukan bantuan hidup dasar sebagai pertolongan pertama pre hospital secara cepat.

Bantuan hidup dasar (BHD) adalah tindakan usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kehidupan pada saat penderita mengalami keadaan yang mengancam nyawa (AHA, 2011). Tujuan dari bantuan hidup dasar (BHD) adalah menjaga ketersediaan oksigen tubuh, mengalirkan darah ke organ-organ penting tubuh dan menjaga organ-organ tersebut berfungsi dengan normal (Swasanti &

Putra, 2014)2.

1Junaidi, I. 2011. Pedoman Pertolongan Pertama Yang Harus Dilakukan Saat Gawat & Darurat Medis.

Yogyakarta: Andi Offset

2Swasanti & Putra. 2014. Panduan Praktis Pertolongan Pertama Pada Kedaruratan P3K. Yogyakarta: Kata Hati

(6)

Rahmawaty Latif, Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo 2015 Hasil observasi di Universitas Negeri Gorontalo (UNG), khususnya untuk

jurusan Keperawatan, mata kuliah kuliah gawat darurat yang didalamnya membahas mengenai bantuan hidup dasar merupakan salah satu mata kuliah yang wajib di kontrak oleh seluruh Mahasiswa keperawatan. Dan berdasarkan hasil wawancara dari tujuh Mahasiswa, didapatkan satu mahasiswa mengetahui pengertian bantuan hidup dasar (BHD) namun lupa dengan tehnik pelaksanaannya. Sedangkan dua Mahasiswa tidak mengetahui bantuan hidup dasar (BHD) dengan alasan sudah lupa dengan mata kuliah tersebut, dan untuk empat mahasiswa lainnya mengetahui tentang bantuan hidup dasar, resusitasi jantung paru.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Pengetahuan Bantuan Hidup Dasar (BHD) Pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo”.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Pelaksanaan penelitian di Panti Universitas Negeri Gorontalo Program Studi Ilmu Keperawatan. Waktu pelaksanaan tanggal 27 Mei sampai dengan 10 Juni 2015.

Desain penelitian yang digunakan ini adalah deskriptif kuntitatif,. Sampel diambil dengan cara accidental sampling yaitu mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia disuatu tempat sesuai dengan konteks penelitian (Notoadmojo, 2011), yakni mahasiswa keperawatan Universitas Negeri Gorontalo yang sudah menerima mata kuliah gawat darurat yakni mahasiswa semester delapan dengan jumlah 115 responden, namun peneliti hanya dapat mengkaji 82 responden, dimana 33 mahasiswa tidak hadir ditmpat penelitian dan tidak bersedia menjadi responden.

HASIL PENELITIAN

1. Pengetahuan responden tentang airway, breathing, circulation, dan resusitasi jantung paru

Tabel 1. Tabel Distribusi responden berdasarkan pengetahuan tentang airway, breathing, circulation, dan resusitasi jantung paru.

N o

Bantuan hidup dasar (BHD)

Kurang Cukup Baik

jumla

h (n) %

jumlah (n) %

jumlah

(%) %

1 Airway 38 46,3 25 30,5 19

23, 2

2 Breathing 32 39,0 23 28,0 27

32, 9

3 Circulation 46 56,1 27 32,9 9

11, 0 4

Resusitasi Jantung Paru

(RJP) 33 40,2 39 47,6 10

12, 2 Sumber: Data Primer, 2015

Data tabel diatas menunjukkan bahwa untuk pengetahuan airway pada mahasiswa keperawatan Universitas Negeri Gorontalo memiliki pengetahuan

(7)

Rahmawaty Latif, Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo 2015 yang kurang yakni 46,3% , sedangkan yang berpengatahuan cukup yakni 30,5%,

dan yang berpengetahuan baik yakni 23,2%.

Tabel diatas juga menunjukkan hasil penelitian pengetahuan breathing didapatkan 39,0% berpengetahuan kurang, yang berpengetahuan cukup yakni 28,0%, dan yang berpengetahuan baik 32,9%.

Data tabel penelitian diatas mengenai pengetahuan circulation didapatkan ada 56,1% berpengetahuan kurang, 32,9% berpengetahuan cukup, dan 11,0%

memiliki pengetahuan baik mengenai circulation.

Tabel penelitian diatas juga menunjukkan hasil penelitian mengenai pengetahuan resusitasi jantung paru. Tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan kurang yakni 40,2%, untuk yang berpengetahuan cukup yakni 47,6% , dan terdapat 12,2% responden yang memiliki pengetahuan baik

2. Pengetahuan responden berdasarkan pengetahuan bantuan hidup dasar (BHD)

Tabel 2. Tabel Distribusi responden berdasarkan pengetahuan bantuan hidup dasar (BHD).

No Pengetahuan bantuan hidup dasar

(BHD) jumlah (n) %

1 Kurang 40 48,8

2 Cukup 33 40,2

3 Baik 9 11,0

Total 82 100,0

Sumber: Data Primer, 2015

Data tabel diatas menunjukkan hasil penelitian mengenai pengetahuan bantuan hidup dasar, didapatkan 48,8% responden memiliki pengetahuan kurang, sedangkan 40,2% responden memiliki pengetahuan cukup, dan 11,0 % responden memiliki pengetahuan baik.

PEMBAHASAN

1. Gambaran pengetahuan responden tentang bantuan hidup dasar (BHD).

Berdasarkan hasil penelitian diatas tergambarkan, bahwa sebagian besar mahasiswa keperawatan semester delapan memiliki pengetahuan kurang tentang bantuan hidup dasar yakni 48,8% atau 33 responden, sedangkan 47,6% atau 39 reponden memiliki pengetahuan cukup, dan untuk yang berpengetahuan baik hanya 12,2% atau berjumlah 10 responden. Hasil tersebut didapatkan dari hasil pengisian kuesioner yang diisi oleh mahasiswa keperawatanUniversitas Negeri Gorontalo yang berisi pengetahuan tentang pertanyaan mengenai airway, breathing, circulation dan resusitasi jantung paru.

Pada tabel 4.3 hasil penelitian mengenai airway didapatkan 46,3% atau berjumlah 38 responden memiliki pengetahuan kurang, sedangkan yang berpengetahuan cukup yakni 30,5% atau berjumlah 25 responden, dan untuk yang berpengetahuan baik ada sekitar 23,2% atau berjumlah 19 responden. Dari data tersebut menyimpulkan bahwa sebagian besar responden yang memiliki pengetahuan kurang mengenai airway.

(8)

Rahmawaty Latif, Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo 2015 Pertanyaan yang paling banyak dijawab salah ialah pertanyaan mengenai

tehnik finger swab. Dimana tehnik finger swab digunakan untuk mengeluarkan benda asing dengan menggunakan usapan jari penolong. Tehnik finger swab ini dilakukan ketika mendapati korban ditempat kejadian dimana korban mengalami hambatan dalam pernafasan karena adanya sumbatan pernafasan.

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti, alasan mengapa mahasiswa kurang mengetahui tentang airway dikarenakan bahwa pada saat menerima materi kuliah mereka tidak begitu memahami karena lebih banyak teori yang diajarkan tanpa praktik langsung yang menggunakan alat pendukung pembelajaran seperti phantom.

Hal tersebut sesuai dengan teori Slavin (2011)3, bahwa metode pembelajaran praktik merupakan kegitan latihan dengan tujuan agar memiliki ketegasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari teori yang telah dipelajari.

Serta hal tersebut juga didukung oleh teori Notoadmojo (2012), dimana salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang ialah fasilitas karena dengan fasilitas dapat diartikan sebagai sumber informasi yang dapat digunakan seseorang untuk mendapatkan informasi.

Hal tersebut juga didukung oleh Fattah (2011)4, bahwa sumber daya menejemen yang terlibat dalam lembaga pendidikan antara lain manusia, sarana dan prasarana. Dengan didukungnya sarana dan prasana akan dapat menujang pendidikan seseorang untuk dapat meningkatkan pengetahuan mereka. Namun demikian sumber daya yang paling penting dalam pendidikan ialah sumber daya manusia yang kompetensi, keterampilan/skill.

Peneliti berasumsi bahwa dengan adanya sumber daya manusia yang berkompeten dan berkemampuan dalam hal ini yang dimaksud ialah dosen pengajar dan didukungnya ketersediaan sarana dan prasarana maka akan dapat meningkatkan khwalitas dari mahasiswa. Kurangnya praktik dibanding teori ini yang banyak menyebabkan banyak yang tidak dimengerti oleh mahasiswa sehingga perlu diseimbangkan teori dan praktik agar mahasiswa dapat menerima materi dengan baik. Meskipun begitu mahasiswa juga harus mandiri belajar tanpa ketergantungan dengan dosen pengajar seperti aktif mengikuti pembelajaran diluar kampus misalnya mengikuti pelatihan maupun seminar yang menyangkut bantuan hidup dasar agar dapat meningkatkan pengetahuan mereka mengenai bantuan hidup dasar. Karena pengetahuan bukan hanya didapat dikampus namun dengan aktif mengikuti kegiatan maupun pendidikan diluar kelas akan menunjang mereka untuk dapat meningkatkan pengetahuan mereka.

Pada tabel 4.3 juga menampilkan hasil penenlitian dari breathing didapatakan bahwa 39,0% atau berjumlah 32 responden memiliki pengetahuan kurang, sedangkan 28,0% atau berjumlah 23 responden memiliki pengetahuan cukup, dan 32,9% atau 27 responden memiliki pengetahuan baik.

Dari hasil jawaban kuesioner yang dijawab oleh responden didapatkan soal yang paling banyak dijawab salah oleh responden ialah soal mengenai pertanyaan

3Slavin, E. Robert. 2011. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, Jakarta: PT Indeks Jakarta.

4Fattah, Nanang. 2011. Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

(9)

Rahmawaty Latif, Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo 2015 pengertian dari breathing. Dimana pengertian dari breathing ialah cara untuk

memastikan korban masih bernafas atau tidak. Apabila didapatkan korban tidak bernafas maka segera diberikan bantuan nafas.

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti alasan mengapa mahasiswa tidak mengetahui hal tersebut ada yang menjawab lupa dan ada yang menjawab tidak didapat pada saat kuliah. Padahal hasil wawancara yang diakukan pada peneliti pada salah satu dosen pengajar, didapatkan bahwa materi tentang breathing ini dijelaskan pada saat kuliah, namun ternyata kebanyakan mahasiswa lupa tentang materi tersebut hingga mengatakan bahwa mereka tidak dapat materi tersebut pada saat kuliah.

Menurut Slavin (2011), seseorang dapat melupakan informasi ketika bercampur atau disingkirkan dengan informasi lain. Teori gangguan mengatakan bahwa dua hal yang menyebabkan lupa yaitu hambatan retroaktif dimana ketika informasi yang dipelajari sebelumnya hilang karena informasi tersebut bercampur atau tergantikan dengan informasi yang baru. Kemudian yang kedua ialah hambatan proaktif dimana ialah suatu gangguan terjadi karena pembelajaran suatu bagian informasi mengganggu pembelajaran informasi berikutnya.

Lupa merupakan suatu gejala dimana informasi yang sudah disimpan namun tidak dapat diingat / ditemukan kembali untuk dapat digunakan (Suyanto, 1993)5. Sedangkan menurut Reber (1988), bahwa lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dialami atau dipelajari, dengan demikian lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.

Peneliti berasumsi bahwa kejadian lupa ialah menjadi faktor membuat pengetahuan mahasiswa berkurang, sehingga perlu untuk dilakukannya untuk mempelajari kembali maupun melatih informasi ataupun kemampuan yang didapat agar informasi tersebut dapat tersimpan di memori dalam jangka waktu yang panjang. Dengan cara mengulang pembelajaran ataupun latihan-latihan yang sudah didapat dengan belajar kelompok maupun mendapat bimbingan dari para dosen maupun bimbingan lain atau mengikuti berbagai kegiatan diluar kampus yang menyangkut bantuan hidup dasar.

Hasil penelitian pada tabel 4.3 terdapat hasil penelitian pengetahunan mengenai circulation ditemukan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang yakni 56,1% atau berjumlah 46 responden, sedangkan yang memiliki pengetahuan cukup yakni 23,9% atau berjumlah 27 responden, dan hanya 11,0% atau berjumlah 9 orang memiliki pengetahuan yang baik.

Adapun hasil penyebaran kuesioner pada responden, dari empat soal pertanyaan mengenai circulation, soal yang paling banyak dijawab salah oleh reponden ialah pertanyaan mengenai cara untuk memastikan ada tidaknya denyut nadi pada korban dewasa yang tidak sadar.

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti bahwa kurangnya pengetahuan circulation ini dikarenakan responden tidak bisa mengingat kembali materi circulation karena dengan alasan materi tersebut sudah lama diterima pada

5Suyonto, Agus. 1993. Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Aksar Cet.

(10)

Rahmawaty Latif, Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo 2015 saat semester tujuh dan mulai fokus dengan mata kuliah yang baru sehingga

kebanyakan mahasiswa lupa dengan materi tersebut.

Dalam teori Siegler (1998) menyatakan fikiran manusia fleksibel dan luar biasa namun masih memiliki kelemahan, dimana individu hanya dapat memproses informasi dalam jumlah yang terbatas dalam suatu waktu, dan mereka dibatasi oleh seberapa cepat dapat memproses.

Hal tersebut didukung oleh teori Tarerasi (2007)6, bahwa lupa atau sulit mengingat bukanlah masalah yang utama, namun masalah sebenarnya ialah bagaimana cara seseorang untuk menerima, mengolah dan menyimpan informasi . semakin baik seseorang menerima, mengolah, dan menyimpan informasi maka semakin mudah seseorang untuk mengingat kembali data yang telah disimpan tersebut.

Peneliti berasumsi faktor-faktor diatas banyak membuat mahasiswa kurang memproses dengan baik setiap informasi atau mata kuliah yang disampaikan oleh pengajar sehingga informasi tersebut tidak tersimpan dalam jangka waktu yang lama dan akan dilupakan dan terganti oleh informasi baru yang masuk, sehingga materi mengenai circulation mudah dilupakan oleh mahasiswa.

Hasil penelitian pada tabel 4.3 distribusi pengetahuan resusitasi jantung paru pada mahasiswa semester delapan Universitas Negeri Gorontalo didapatkan jumlah responden yang memiliki pengetahuan baik yakni 12,2% atau berjumlah 10 responden, serta yang berpengetahuan cukup 47,6% atau berjumlah 39 responden, sedangakan yang memiliki pengetahuan kurang tentang resusitasi jantung paru yakni 40,2% atau berjumlah 33 responden. Dari hasil pengisisan jawaban kuesioner pada tujuh soal resusitasi jantung paru yang paling banyak dijawab salah oleh mahasiswa ialah soal mengenai kedalaman kompresi jantung untuk bayi.

Data hasil penelitian menunjukkan responden berpengetahuan kurang masih banyak dibanding yang berpengetahuan baik dan cukup. Peneliti berasumsi bahwa banyaknya jumlah responden yang memiliki pengetahuan kurang ini dikarenakan kurangnya pemahaman responden terhadap resusitasi jantung paru karena sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti, bahwa sebagian besar responden berpendapat bahwa proses mengajar hanya sekedar teori tanpa ada praktik langsung sehingga responden hanya menghayal ketika ada sesuatu yang diajarkan oleh dosen mengenai resusitasi jantung paru.

Menurut Slavin (2011)7, dimana bahwa metode pembelajaran praktik merupakan kegiatan latihan yang diajarkan agar memiliki ketegasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari teori yang telah dipelajari. Dengan pembelajaran praktik meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya.

Hasil observasi yang dilakukan peneliti di laboratorium jurusan keperawatan Universitas Negeri Gorontalo bahwa terdapat adanya fasilitas pendukung dalam pembelajran yaitu phantom yang bisa digunakan dalam praktik

6Tarerasi, W. Hamdan. 2007. Genius Learning Revolution, Jakarta: HDN Cipta Cendekia.

7Slavin, E. Robert. 2011. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, Jakarta: PT Indeks Jakarta

(11)

Rahmawaty Latif, Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo 2015 resusitasi jantung paru (RJP). Namun phantom ini tidak digunakan pada saat

pemberian materi resusitsi jantung paru.

Menurut Notoadmojo (2012)8, bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang ialah fasilitas, dimana fasilitas ini dapat diartikan sebagai sumber informasi yang dapat digunakan seseorang untuk mendapat informasi untuk memperlua pengetahuan.

Resusitasi jantung paru (RJP) ini harusnya perlu diajarkan melalui praktik juga karena dengan praktik langsung mahasiswa dapat lebih memahami mengenai tehnik yang benar resusitasi jantung paru (RJP), karena resuisitasi jantung paru (RJP) ini merupakan inti dari bantuan hidup dasar (BHD). Hal tersebut didukung oleh pendapat Swasanty & Putra (2014)9, dimana keseluruhan tindakan bantuan hidup dasar lengkap sering disebut sebagai resusitasi jantung paru. Sehingga tehnik pelaksanaannya juga harus tepat agar dapat melakukan sesuai dengan tujuannya. Dengan keseimbanagan antara teori dan praktik maka pengetahuan mahasiswa akan lebih meningkat dan pengetahuan tersebut nantinya akan dapat diaplikasikan dengan baik sesaui teori dan praktik yang didapat. Meskipun begitu mahasiswa juga harus mampu meningkat.

Adapun dari hasil penenelitian terdapat 12,2 % responden memiliki pengetahuan baik dan 47,6% responden memiliki pengetahuan yang cukup.

terdapat beberapa reasponden yang pernah mengikuti pelatihan bantuan hidup dasar dan mengikuti beberapa seminar tentang gawat darurat. Dengan pengalaman pernah mengikuti pelatihan tersebut pengetahuan responden lebih baik dari mereka yang tidak mengikuti pelatihan bantuan hidup dasar. Hal tersebut diungkap oleh Notoadmojo (2012), bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan ialah pengalaman. Orang-orang yang memikiki pengalaman akan memiliki pengetahuan yang lebih tinggi pula dibannding dengan orang-orang yang tidak memiliki pengalaman. Dengan mengikuti pelatihan maupun kegiatan yang menyangkut bantuan hidup dasar akan menambah pengetahuan responden yang didapat dibangku kuliah.

Dari hasil penelitian mengenai airway, breathing, circulation, dan resusitasi jantung paru ini didapatkan bahwa sebagian besar mahasiswa keperawatan Universitas Negeri Gorontalo banyak yang memiliki pengetahuan kurang mengeanai bantuan hidup dasar (BHD) yakni 48,8% atau berjumlah 40 mahasiswa adapun penyebab dari hal tersebut ialah selain kurangnya penggunaannya sarana prasarana dan faktor lupa seperti yang dijelaskan sebelumnya, didapatkan juga permasalahannya pada mahasiswa, bahwa kebanyakan mahasiswa kurang fokus pada saat menerima mata kuliah bantuan hidup dasar.

Menurut Tarerasi (2007)10, bahwa salah satu faktor yang menyebabkan sulit mengingat atau lupa ialah tidak fokus atau tidak konsentrasi, dimana apabila

8Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta

9Swasanti & Putra. 2014. Panduan Praktis Pertolongan Pertama Pada Kedaruratan P3K. Yogyakarta: Kata Hati

10Tarerasi, W. Hamdan. 2007. Genius Learning Revolution, Jakarta: HDN Cipta Cendekia

(12)

Rahmawaty Latif, Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo 2015 seseorang berusaha memasukan informasi kedalam memori dan pada saat yang

bersamaan dalam fikiran seseorang muncul fikiran lain yang silih berganti, otak akan binggung dan tidak tau harus memberikan perhatian kepada informasi yang mana. Hal tersebut akan berakibat lemahnya kemampuan penyimpanan informasi pada seseorang.

Dari hasil penelitian yang didapatkan juga terdapat mahasiswa yang memiliki pengetahuan cukup sekitar 47,6% atau berjumlah 39 orang dan12,2%

atau berjumlah 10 orang dari. Dari mahasiswa yang berpengatahuan cukup dan baik ini tenyata ada ada beberapa mahasiswa yang yang pernh mengikuti latihan maupun seminar-seminar yang menyangkut bantuan hidup dasar yang diselenggarkan oleh pihak kampus maupun dari organisasi luar kampus. Namun meskipun begitu hanya sebagian kecil yang mengikuti. Padahal dengan aktif mengikuti hal-hal tersebut mahasiswa keperawatan dapat meningkatkan pengetahuan mereka mengenai bantuan hidup dasar. Sebagaimana juga yang diungkapkan oleh Sudiharto & Sartono (2011)11, bahwa kondisi kegawat daruratan dapat terjadi dimana saja, kapan saja. Sudah menjadi tugas petugas kesehatan untuk menangani masalah tersebut, walaupun begitu, tidak menutup kemungkinan kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi pada daerah yang sulit dijangkau petugas, peran serta masyarakat untuk membantu korban sebelum ditemukan oleh petugas kesehatan menjadi sangat penting.

Oleh sebab itu mahasiswa keperawatan dituntut untuk lebih mengetahui mengenai bantuan hidup dasar karena meskipun masyarakat mampu memberikan pertolongan kepada korban namun tetap korban akan diberikan kepada petugas kesehatan dalam hal ini mahasiswa keperawatan ialah calon petugas kesehatan yang nanntinya akan memberika pertolongan awal maupun pertolongan lanjutan kepada korban.

KESIMPULAN

Hasil penelitian didapatkan pengetahun mahasiswa keperawatan semester delapan Universitas Negeri Gorontalo tentang bantuan hidup dasar (BHD) yakni 48,8% atau berjumlah 40 orang memiliki pengetahuan kurang, sedangkan 40,2%

atau berjumlah 33 orang memiliki pengetahuan cukup, dan 11% atau 9 orang memiliki pengetahua baik

11Sudiharto, Sartono. 2011. Basic Trauma Cardiac Life Support. Jakarta: CV.Sagung Seto

(13)

Rahmawaty Latif, Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo 2015 SARAN

1. Setiap mahasiswa harus lebih aktif dalam mengikuti perkuliahan dan mengikuti pelatihan-pelatihan yang menyangkut gawat darurat agar dapat menambah pengalaman dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa keperawatan Universitas Negeri Gorontalo.

2. Pihak jurusan keperawatan Universitas Negeri Gorontalo perlu melengkapi dan lebih variatif dalam memberikan pembelajaran, dan menggunakan fasilitas yang menunjang untuk proses belajar mahasiswa, sebagai upaya meningkatkan pengetahuan mahasiswa keperawataan Universitas Negeri Gorontalo.

3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan oleh peneliti selanjutnya menyangkut faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan mahasiswa.

DAFTAR PUSTAKA

Sudiharto, Sartono. 2011. Basic Trauma Cardiac Life Support. Jakarta:

CV.Sagung Seto.

Swasanti & Putra. 2014. Panduan Praktis Pertolongan Pertama Pada Kedaruratan P3K. Yogyakarta: Kata Hati.

American Academy of Pediatric. 2006. Measles in: Pickering LK editing Red book: 2006 report of the Committee of infectious Disease. 27th ed elk grove village. IL: American Academy of Pediatric.

Frame, Scout B. 2010. PHTLS: Basic and Anvanced Prehospital Trauma Life Support. Missouri: Mosby.

Santoso, Budi. 2000. Skema dan Mekanisme Pelatiha. Jakarta : Yayasan Terumbu Karang Indonesia.

Hardisman. 2014. Gawat Darurat Medis Praktis. Yogyakarta: Gosyen Publishing Setiadi. 2013. Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan Edisi 2. Jakarta:

Graha Ilmu.

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

American Heart Association. 2012. Ventricular fibrillation.

http://www.heart.org/HEARTORG/conditions/Arrhythmia/AboutArrhytmia/

Ventricular-Fibrilation_UCM_324063_Article.jsp diakses 4 April 2015.

(14)

Rahmawaty Latif, Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo 2015 American Heart Association. Highlights of the. 2010 . American Heart

Association Guidelines for CPR and ECC.

www.heart.org/cpr diakses 4 April 2015.

Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:

PT. Remaja Rosda Karya.

Slavin, E. Robert. 2011. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, Jakarta: PT Indeks Jakarta.

Tarerasi, W. Hamdan. 2007. Genius Learning Revolution, Jakarta: HDN Cipta Cendekia.

Fattah, Nanang. 2011. Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Gambar

Tabel  1.  Tabel  Distribusi  responden  berdasarkan  pengetahuan  tentang  airway,  breathing, circulation, dan resusitasi jantung paru
Tabel  2.  Tabel  Distribusi  responden  berdasarkan  pengetahuan  bantuan  hidup  dasar (BHD)

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan telah selesainya hasil Penelitian, dari mahasiswa Program Studi Magister Keperawatan Departemen Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro yaitu

KK3 Mampu memberikan asuhan keperawatan pada area spesialisasi (keperawatan medikal bedah, keperawatan anak, keperawatan maternitas, keperawatan jiwa atau keperawatan

Pada hari Kesembilan kerja praktek di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Yogyakarta, saya membuat desain tampilan untuk Login, Registrasi dan Home pada Aplikasi

Oleh karena itu, tujuan kajian ini adalah untuk mengetahui kondisi kontrol muatan pada JT Trosobo, dampak dari tidak terkontrolnya muatan kendaraan berat angkutan barang

Dari data arkeologi dan tradisi yang masih bertahan, memberikan gambaran bahwa agama Islam berkembang dengan tetap mengakomodir kepercayaan lokal yang berbasis

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efektivitas cangkang telur ayam sebagai adsorben dengan variasi waktu kontak yaitu 15, 30, 45 menit dan perbedaan massa

Berdasarkan hasil studi pendahuluan dalam Pengaruh Praktikum Klinik BHD (Bantuan Hidup Dasar) terhadap Keterampilan pada Mahasiswa DIII Keperawatan STIK Siti

Dengan pemaparan hasil wawancara dan observasi yang didapatkan peneliti sebagaimana di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa seorang yang pertama kali