• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP. di lapangan mengenai rekonstruksi kurikulum Ponpes Salafiyah di Ponpes

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB V PENUTUP. di lapangan mengenai rekonstruksi kurikulum Ponpes Salafiyah di Ponpes"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan kajian teoritis dan analisis data berdasarkan temuan di lapangan mengenai rekonstruksi kurikulum Ponpes Salafiyah di Ponpes Al-Ma’dar yang meliputi desain kurikulum lama, proses rekonstruksi kurikulum, desain kurikulum baru hasil dari rekonstruksi kurikulum, alasan yang mendasari, dan pengaruh rekonstruksi kurikulum bagi peningkatan mutu dan hasil belajar santri, maka dapat disimpulkan :

1. Kurikulum dalam proses pendidikan dan pengajaran adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, dalam kurikulum memiliki bagian- bagian penting sebagai penunjang yang dapat mendukung operasinya dengan baik. Bagian ini disebut komponen-komponen tersebut saling berkaitan, berinteraksi satu sama lain dalam mencapapai tujuan. Dalam komponen kurikulum pendidikan dan pengajaran Islam haruslah bersifat fungsional yang tujuannya mengeluarkan dan membentuk pribadi muslim yang kenal agama dan Tuhannya, mampu melaksanakan hak dan kewajibannya baik kepada Tuhan maupun sesama makhluk, berakhlak mulia, mengenal akan hakikat kehidupan, sanggup menikmati kehidupan secara mulia, menjadi warga masyarakat yang baik dan bermanfat dan mendorong mengembangkan kehidupan dirinya melalui pekerjaan atau profesi tertentu yang dikuasinya. Mengingat Kurikulum Ponpes Salafiyah

(2)

di Ponpes Al-Ma’dar Jatimulya Suradadi kab. Tegal, belum sepenuhnya berfungsi mencapai tujuan sebagaimana tersebut, terutama dalam hal membekali santri untuk memiliki kemampuan mengembangankan diri dalam kancah formal baik dalam pendidikan maupun pekerjaan, maka mulai tahun 2003 Ponpes Al-Ma’dar merekonstruksi kurikulumnya.

2. Rekonstruksi kurikulum pesantren salafiyah Al-Ma’dar adalah penyusunan kembali kurikulum yang dipengaruhi oleh nilai dasar agama Islam (yaitu sistem keimanan/akidah Islam yang kuat yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits) dan juga kurikulum yang dipengaruhi oleh perpaduan antara ruh dan jiwa, akal (aql), hati (qolb), hawa nafsu/ kehendak bebas (al- hawaa) yang kesemuanya bekerja sama sehingga mendorong atau menggerakkan sesorang muslim untuk bertindak sesuatu guna mencapai tujuan yang diharapkan (secara umum yaitu mencapai kesuksesan hidup di dunia dan di akhirat). Landasan kurikulum Islami pesantren salafiyah adalah bagaimana seorang muslim dapat melaksanakan fungsi penyembahan kepada Allah SWT., sebagai tujuan utama hidupnya dan berusaha mempertahankan eksistensi serta kemakmurannya sebagai sarana mencapai tujuan utama tersebut yaitu dengan berusaha dan bekerja keras (ulet dan tangguh), kerja cerdas (berilmu dan profesional), kerja tuntas (terpadu urusan dunia dan akhirat), dan bekerja secara ikhlas (mengharap Ridho Allah SWT.). Sedangkan materi kurikulum Islami di ponpes Al- Ma’dar adalah materi-materi yang bersumber dari ayat-ayat Al-Qur’an, hadits-hadits Nabi, dan juga yang berasal dari para ahli hikmah, ulama,

(3)

atau intelektual muslim serta tidak menutup kemungkinan dari ahli lain (non-muslim) selama sejalan, sesuai, dan selaras atau tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

3. Proses rekonstruksi kurikulum Ponpes Salafiyah di Ponpes Al-Ma’dar Jatimulya Suradadi kab. Tegal melibatkan banyak pelaku kepentingan (steek holdes) yang terlibat di dalamnya dan berbagai alasan serta kepentingan yang melandasinya. Para pelaku yang terlibat dalam proses rekonstruksi kurikulum adalah; pimpinan Ponpes, pengasuh Ponpes, pengurus Yayasan, dewan Asatidz/Guru, orang tua santri, para ahli (nara sumber) tokoh Agama dan tokoh masyarakat. Sedangkan alasan dan kepentingan yang mendasarinya adalah; Filosofis, Psikologis. Sosiologis (sosial dan budaya), dan Organisatoris. Proses penyusunannya dilakukan melalui pembicaraan dan perumusan oleh para pemangku kepentingan di pesantren Al-Ma’dar dan konsultasi dengan Kankemenag. Model kurikulum yang dikembangkan merupakan kurikulum rekonstruksi sosial, di mana pengembangan kurikulum tersebut sebagai upaya menjawab kebutuhan masyarakat global. Dan model pengembangan krikulum menganut teori the grassrot model atau botton up, sesuai dengan semangat desentralisasi pendidikan yang dikembangkan di Indonesia. Karakteristik Kurikulum Ponpes Salafiyah ini secara umum mirip dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Di antaranya adanya partisipasi ustadz/guru, partisipasi keseluruhan atau sebagian staf sekolah, variasi kegiatannya mencakup seleksi, adaptasi dan kreasi baru, proses

(4)

berkelanjutan yang melibatkan masyarakat dan orang tua bahkan siswa dan ketersediaan struktur pendukung untuk membantu guru maupun madrasah. Perbedaanya KTSP di sekolah/madrasah merupakan perpindahan tanggung jawab dari pemerintah (pusat/daerah) meskipun bukan pemutusan tanggung jawab sama sekali, sedangkan KTSP di ponpes salafiyah Al-Ma’dar murni dari kebijakan pesantren. Apapun namanya, apakah Pengembangan Kurikulum Berbasis Pesantren atau Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP), seharusnya pihak pesantren memanfaatkan semangat ini untuk mengembangkan pesantren dengan melibatkan seluruh potensi yang dimiliki untuk melahirkan generasi muda Islam yang bermutu.

4. Desain kurikulum baru hasil dari rekonstruksi kurikulum Ponpes Salafiyah di Ponpes Al-Ma’dar Jatimulya Suradadi Kab. Tegal dilakukan melalui proses integrasi kurikulum lokal Ponpes Salafiyah Al-ma’dar, kurikulum program wajar dikdas yang dicanangkan pemerintah dan program pendukung. Dengan demikian muatan materi kurikulum baru berisi tiga program, yaitu; materi program Ponpes Salafiyah, materi program Wajar Dikdas, dan materi program keterampilan.

4. Alasan dari rekonstruksi kurikulum yang dilaksanakan oleh ponpes Al- Ma’dar adalah sebagai upaya dinamis dari pihak ponpes terhadap dunia pendidikan pesantren khususnya dalam hal kurikulum pesantren dalam rangka meningkatkan mutu dan hasil belajar santri lulusannya, membekali para lulusan agar mampu bersaing dalam kehidupan yang sudah

(5)

mengglobal. Upaya Ponpes Al-Ma’dar merekonstruksi kurikulumnya guna meningkatkan mutu dan hasil belajar para santri merupakan langkah positif bagi peningkatan kualitas output pendidikan pesantren, sekaligus sebagai jawaban untuk menjawab tantangan global yang dihadapi oleh generasi masa depan bangsa. Dengan cara mensinergikan antara konsep IPTEK dan IMTAQ, diharapkan lulusan Ponpes Al-Ma’dar memiliki kemampuan balance antara sains dan nilai keagamaan sehingga melahirkan konsep peradaban baru yang berdampak pada peningkatan mutu dan hasil belajar santri setara dengan lulusan lembaga pendidikan setingkat sehingga menumbuhkan kepercayaan diri dalam mengaktualisasikan diri di kancah nasional.

5. Pengaruh dari rekonstruksi kurikulum di ponpes Al-Ma’dar adalah meningkatnya mutu belajar santri yaitu selain santri menguasai program pendidikan khas pesantren berupa kajian kitab turats, juga memiliki pengetahuan pelajaran umum dan keterampilan sebagai bekal hidup bagi para santri ketika keluar dari pesantren. Dampak lain dari rekonstruksi kurikulum adalah kejelasan hasil belajar bagi para lulusan, karena menghasilkan santri lulusan yang dapat disejajarkan dengan siswa lulusan pendidikan formal (sekolah/madrasah). Dengan kurikulum rekonstruksi maka lulusan Ponpes Al-Ma’dar selain mendapatkan Ijazah/Syahadah yang bersifat lokal juga memperoleh Ijazah yang disetarakan dan memiliki civil effect yang sama dengan lembaga pendidikan formal setingkat SD/MI dan SMP/MTs.

(6)

B. Saran

Dari berbagai uraian di atas, ada beberapa rekomendasi penulis terkait dengan upaya rekontruksi kurikulum ponpes salafiyah di pesantren Al- Ma’dar yang ideal antara lain:

1. Kurikulum harus menarik dan jelas orientasinya sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kondisi hari ini kurikulum hanya diambil secara mentah- mentah dari lembaga pendidikan yang satu dengan lembaga pendidikan lainnya lagi tanpa diketahui apa dan mengapa kurikulum tersebut didesain seperti itu. Kurikulum juga senantiasa memenuhi kebutuhan subjek didik yang disesuaikan dengan bakat, minat dan potensi yang dimilikinya serta kebutuhannya.

2. Kurikulum harus mencerminkan visi dan misi lembaga pendidikan dan seluruh komponen yang terlibat dalam lembaga pendidikan itu senantiasa mengetahui substansi dan tujuan dari kurikulum yang telah ditetapkan artinya kurikulum juga harus disosialisasikan.

3. Kurikulum pondok pesantren salafiyah harus mencerminkan adanya nilai- nilai ajaran Islam sebagai acuan dalam perencanaan dan penyusunan kurikulum tersebut, agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai, yakni terjadinya perubahan yang mencakup keterampilan jasmani, kecerdasan intelektual dan kesadaran sprirituaitas yang dipenuhi dengan moralitas yang mulia serta keimanan yang kuat dan teguh kepada Allah Swt.

4. Secara khusus untuk intern pesantren sebaiknya pembagian tugas atau jabatan disesuaikan dengan kemampuan yang paling menonjol dari

(7)

masing-masing SDM dan bila ada penambahan SDM yang baru agar diutamakan yang memiliki kualifikasi, kompetensi dan juga motivasi kerja yang tinggi. Selain itu Kyai/Pengasuh harus lebih banyak share mengenai ide dan gagasan-gagasan yang didapatkannya kepada para ustadz/pendidik.

Hal ini dimaksudkan agar ada kesinambungan kemampuan pengetahuan para asatidz/pendidik yang memberikan materi kajian kitab turats sehingga integrasi mata pelajaran umum dalam kurikulum hasil rekonstruksi tidak mengganggu bahkan saling mendukung terhadap kelangsungan kajian kitab kuning yang merupakan ciri khas utama pondok pesantren.

5. Usaha rekonstruksi kurikulum Ponpes Salafiyah Al-Ma’dar yang merupakan pengembangan kurikulum pesantren akan berjalan sebagaimana mestinya jika semua pemangku kepentingan memahami peran dan fungsi masing-masing sehingga bermuara pada kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan para santri/peserta didik, masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan.

C. Implikasi

Upaya Ponpes Al-Ma’dar merekonstruksi kurikulumnya dalam implementasinya tidak akan mencapai hasil yang maksimal tanpa adanya upaya tindaklanjut seperti kegiatan sosialisasi, pelaksanaan program pengajaran dan evaluasi. Untuk itu implikasi dari dari penerapan kurikulum hasil rekonstruksi agar bisa tercapai sesuai yang diharapkan adalah;

(8)

1. Pemerintah, khususnya Departemen Agama yang memiliki otoritas dalam pembinaan terhadap pengembangan pondok pesantren hendaknya harus diawali dengan perencanaan yang matang, terutama dalam hal kebijakan penerapan ponpes salafiyah sebagai pola wajar dikdas. Artinya Depag benar-benar memiliki konsep yang jelas, baik mengenai konsep penerapan dan pengembangan kurikulum wajar dikdas, maupun kesiapan dalam hal dukungan pembiayaan secara jelas.

Karena selama ini pembiayaan yang diterima ponpes salafiyah hanyalah sebatas bantuan operasional untuk meringankan pihak pesantren, belum menyentuk hal-hal lain seperti paket khusus untuk sarana prasarana, kesejateraan bagi para asatidz, bantuan bagi para santri. Hal ini dimaksudkan agar kontribusi ponpes salafiyah dalam mensukseskan wajib belajar sembilan tahun benar-benar optimal.

2. Kemandirian pengelolaan pesantren sebagai lembaga pendidikan swasta merupakan kelebihan tersendiri. Namun terkadang kekurangan dana operasional menjadi hambatan utama dalam menjalankan berbagai program peningkatan mutu pendidikan itu sendiri. Oleh sebab itu pengelola, khususnya pimpinan dan pengasuh sebagai manejer yang bertanggungjawab atas kualitas pendidikan maupun hidup matinya proses pendidikan paling tidak juga melakukan pengembangan di bidang keuangan. Sehingga pesantren tetap terus eksis melaksanakan pendidikan dengan tidak mempersoalkan kekurangan dana pembiayaan.

Karena dengan kemampuan finasial yang memadai, pesantren dapat

(9)

melaksanakan program apa saja yang berkaitan dengan kepentingan pendidikan termasuk di dalamnya pengadaan sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung jalannya program pendidikan di pesantren.

3. Ponpes salafiyah Al-Ma’dar hendaknya melakukan kajian analisis (analisis SWOT) mengenai konsep rekonstruksi kurikulum secara continue. Hasil kajian tersebut kemudian di jadikan pertimbangan kebijakan dalam pelaksanaan pendidikan sendiri. Demikian juga mengenai peran ustadz/guru dalam rekonstruksi kurkulum sangat penting, sebab mereka merupakan kunci utama, baik sebagai implementer, adapter, maupun developer, dan lebih-lebih sebagai researchers. Artinya bahwa ustadz/guru tidak hanya sekedar mengajar di dalam kelas melainkan juga melakukan penelitian di dalam kelas sehingga akan melahirkan iklim pendidikan berbasis research. Dengan demikian pengembangan kurikulum dapat di evaluasi secara terus menerus sehingga kurikulum yang dikembangkan tetap tidak keluar dari prinsip rekonstruksi kurikulum.

4. Pesantren hendaknya terus melakukan evaluasi pencapaian standar sebagai pesantren salafiyah yang memberlakukan kurikulum hasil rekonstruksi yang disetarakan dengan Sekolah/Madrasah dengan berpedoman pada standar jaminan mutu penyelenggaraan lembaga pendidikan. Wallahu a'lam.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan

Vladimir Ilyiç Lenin - Seçme Eserler Cilt II Vladimir Ilyiç Lenin - Seçme Eserler Cilt III Vladimir Ilyiç Lenin - Seçme Eserler Cilt IV Vladimir Ilyiç Lenin - Seçme Eserler Cilt

Efek positif yang didapat jika hubungan kontak sosial antara orang tua dan anak berjalan secara konsisten adalah anak merasa lebih aman dalam pengasuhan, tumbuhnya

Berdasarkan data dan pembahasan pada penelitian pengembangan modul mitigasi bencana berbasis potensi lokal yang terintegrasi dalam pelajaran IPA di SMP maka dapat

Sikap responden terhadap jenis bantuan pemerintah yang terdapat di Desa Tanjung Lumba-lumba dari 15 responden yang menerima bantuan pemerintah berbentuk rumah yang

Berdasarkan uraian tersebut, dalam penelitian ini akan dikaji mengenai model peramalan yang sesuai untuk harga beras dan gabah pada wilayah Jawa Timur, dengan

Dodatni nam sadržaj govori kako, unatoč tome što Vile nisu stigle Areni izgraditi krov, Arena je zapravo imala krov, koji se zvao velarij i štitio je gledatelje. Legenda o

Pengaruh ekstrak metanol daun kelor (Moringa oleifera) tehadap penghambatan aktivasi NF-kB pada hepar tikus wistar model hepatocellular carcinoma (HCC) yang