• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Pupuk NPK Majemuk 20:10:10 pada Tanaman Jagung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penggunaan Pupuk NPK Majemuk 20:10:10 pada Tanaman Jagung"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Pendahuluan

Luas panen jagung di Indonesia tahun 2008 mencapai 4 juta ha dengan rata-rata pro- duktivitas 4,08 t/ha. Produktivitas antar pro- pinsi bervariasi, yaitu antara 1,51 – 5,56 t/ha (BPS, 2009). Variasi hasil tersebut disebabkan oleh perbedaan tingkat kesuburan dan keter- sedian air, ketersediaan benih varietas unggul yang bermutu, dan pengelolaan tanaman an- tara lain penggunaan pupuk (baik jenis, takar- an dan cara/waktu pemberian yang tepat).

Sejak program peningkatan produksi jagung menuju swasembada jagung digalak- kan dengan dukungan varietas hibrida yang berdaya hasil tinggi serta dukungan pasar yang memadai pada 5 tahun terakhir petani telah termotivasi untuk menggunakan pupuk, terutama penggunaan pupuk urea yang cukup tinggi. Penggunaan pupuk urea di beberapa tempat pengembangan tanaman jagung cukup

tinggi, seperti di Kabupaten Takalar (Sulawesi Selatan) sekitar 500 kg/ha, Di Jawa Timur bahkan beberapa petani ada yang mengguna- kan sampai 750 kg urea/ha. Namun di lain pihak petani tidak selalu atau hanya sedikit menggunakan pupuk P dan K, meskipun paso- kan hara P dan K dari tanah tidak mencukupi untuk pertumbuhan optimal tanaman jagung, karena selain harga pupuk P dan K relatif mahal dibanding urea, juga ketersediaan P dan K di lokasi pengembangan jagung kurang mendapat perhatian.

Tersedianya pupuk majemuk NPK di- harapkan dapat membantu para petani untuk menggunakan pupuk sesuai kebutuhan tana- man karena komposisi N, P dan K dapat difor- mulasi berdasarkan uji tanah. Kalau pada wi- layah pengembangan tersebut dapat disedia- kan pupuk majemuk, maka petani tidak perlu lagi bersusah payah mencampur pupuk dari

Penggunaan Pupuk NPK Majemuk 20:10:10 pada Tanaman Jagung

Syafruddin dan Zubachtirodin Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi No. 274 Maros, Sulawesi Selatan

E’mail : syaf.syafruddin@gmail.com

Abstrak

Penelitian pengunaan pupuk NPK majemuk 20:10:10 pada tanaman jagung bertujuan untuk mengetahui takaran NPK majemuk yang dibutuhkan dan kombinasinya dengan urea dalam mening- katkan efisiensi dan produktifitas jagung. Penelitian dilaksanakan pada bulan April – Agustus 2008 pada jenis tanah Inceptisol di Bontonompo, Gowa Sulawesi Selatan. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan 4 ulangan. Sebanyak delapan perlakuan NPK majemuk 2O:10:10 yang dikombinasi dengan pemberian urea dan 2 perlakuan pemupukan kontrol sebagai pembanding, yaitu perlakuan di tingkat petani (750 kg urea/ha) dan rekomendasi pemupukan meng- gunakan pupuk tunggal (400 urea, 150 SP36, and 125 KCl kg/ha). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rekomendasi pemupukan pada tanah Inceptisol di Bontonompo, Gowa Sulaesi Selatan menggunakan pupuk NPK majemuk 20:10:10 sebaiknya 400 kg/ha diberikan satu kali dan disertai pemberian 100 kg urea/ha, jika modal terbatas dapat memilih biaya produksi yang termurah yaitu 300 kg NPK majemuk 20:10:10 diberikan 1 kali dan dikombinasi dengan 100 – 200 kg urea/ha.

Kata kunci: Pupuk majemuk, jagung

(2)

berbagai jenis seperti yang dilakukan petani saat ini, sehingga akan lebih praktis. Penggu- naan pupuk majemuk yang mengandung un- sur P dan K, diantaranya NPK 20-10-10 diha- rapkan dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi produksi jagung

Penelitian ini bertujuan menentukan takaran dan waktu pemberian pupuk NPK majemuk 20:10:10 dan kombinasinya dengan urea yang efisien serta meningkatkan produk- tifitas tanaman jagung.

Bahan dan Metode

Penelitian dilaksanakan di Bontonom- po, Kabupaten Gowa (Sulsel) pada bulan April hingga Agustus 2008. Penelitian mengguna- kan rancangan acak kelompok dengan kom-

binasi perlakuan sebanyak 10 (Tabel 1 dan 2), dengan empat ulangan. Benih jagung yang di- gunakan adalah jenis hibrida varietas Semar- 10 ditanam dengan jarak 75 cm x 20 cm satu tanaman per rumpun. Ukuran petak tiap per- lakuan 6 m x 5 m. Pupuk majemuk yang di- gunakan adalah NPK pelangi yang kompo- sisinya adalah 20% N, 10% P, dan 10% K.

Data yang dikumpulkan adalah ana- lisis tanah sebelum percobaan, bobot brang- kasan segar saat panen, hasil biji kering, kadar air 14% (t/ha), indeks panen, analisis kadar N, P, dan K daun dan biji, komponen hasil nisbah bobot biji tongkol, panjang tongkol, diameter tongkol, dan bobot 1000 biji, efisiensi hara N, P dan K .

Tabel 1. Perlakuan takaran dan waktu pemberian pupuk NPK Majemuk 20:10:10 dan pupuk NPK tunggal pada tanaman jagung. Gowa, 2008

hst = Hari Setelah tanam

Jenis pupuk (kg/ha) Saat aplikasi pupuk

No NPK

Majemuk Urea SP-36 KCl NPK

Majemuk Urea SP-36 KCl

1. 400 200 - - 100% 0 hst 100% 25 hst - -

2. 400 200 - - 50% 0 hst

50% 25 hst +

100% 45 hst - -

3. 400 100 - - 100% 0 hst 100 % 25 hst - -

4. 400 100 - - 50% 0 hst

50% 25 hst +

100% 45 hst - -

5. 300 200 - - 100% 0 hst 100% 25 hst - -

6. 300 200 - - 50% 0 hst+

50% 25 hst 100% 45 hst - -

7. 300 100 - - 100% 0 hst 100% 25 hst - -

8. 300 100 - - 50% 0 hst+

50% 25 hst 100% 45 hst

- -

9. Dosis dan waktu aplikasi pupuk cara petani (kontrol II) 750 kg urea/ha

10. Rekomendasi berdasarkan uji tanah

- 400 150 125 - 33,3% 0 hst +

33,3% 25 hst 33,3% 45 hst +

100% 0

hst 50% 0 hst + 50% 25

hst

(3)

Sebanyak 10 sampel tanaman diambil secara acak dalam petakan hasil petak tengah pada saat panen, kesepuluh sampel tersebut digunakan untuk pengamatan :

1. Tinggi tanaman, diukur dari pangkal batang sampai ke pangkal bunga jantan, pengamatan dilakukan pada umur 3, 5, 7, 9,11, dan 13 untuk mengetahui laju tum- buh

2. Bobot brangkasan segar, diperoleh de- ngan cara sepuluh sampel brangkasan (daun, batang, dan kelobot) segar ditim- bang saat masak fisiologis selanjutnya dikonversi ke dalam bobot brangkasan segar t/ha.

3. Panjang dan diameter tongkol, serta nis- bah bobot biji/tongkol diperoleh dari 10 tongkol sampel

4. Indeks panen diperoleh dengan menggu- nakan rumus : IP = Bobot biji saat panen/

(bobot biji saat panen + berat brangkasan saat panen)

5. Analisis kadar N, P, dan K terhadap brang- kasan dan biji. Masing-masing jaringan (berangkasan dan biji) didestruksi basa dengan menggunakan pengekstrak H 2 SO 4

+ H 2 O 2 . Analisis N menggunakan metode Kjeldahl, analisis P menggunakan metode spectrometer dan analisis K mengunakan metode flamefotometer. Hasil analisis ka- dar hara digunakan untuk menghitung serapan hara tanaman dengan mengalikan kadar hara dengan bobot kering brang- kasan atau biji.

Hasil biji dalam t/ha diperoleh dari luasan panen 3 m x 3 m per plot yang telah dikonversi pada kadar air 14 %.

Perbedaan antara setiap perlakuan pa- da bobot brangkasan, hasil biji, nisbah bobot biji-tongkol, indeks panen, dan serapan N P, dan K dalam biji dianalisis berdasarkan uji berjarak Duncan taraf 5% menggunakan pro- gram SAS 6.12.

Tabel 2. Kandungan hara yang diberikan masing-masing perlakuan. Gowa, 2008 Jenis pupuk (kg/ha) Kandungan hara per perlakuan (kg/ha)

No NPK

majemuk Urea SP-36 KCl N P 2 O 5 K 2 O

1. 400 200 - - 170 40 40

2. 400 200 - - 170 40 40

3. 400 100 - - 125 40 40

4. 400 100 - - 125 40 40

5. 300 200 - - 150 30 30

6. 300 200 - - 150 30 30

7. 300 100 - - 105 30 30

8. 300 100 - - 105 30 30

9 750 750 - - 337.5 - -

10. - 400 150 125 180 54 75

(4)

Nisbah keuntungan atas biaya (B/C rasio) dihitung untuk mengetahui besarnya keun- tungan yang diterima petani dan kelayakan ekonomi takaran pupuk yang direkomen- dasikan dalam usaha tani jagung.

Hasil dan Pembahasan Analisis Tanah

Tanah lokasi percobaan tergolong In- ceptisol, hasil analisis tanah menunjukkan bahwa lokasi penelitian berstruktur lempung berpasir, pH agak masam, kandungan bahan organik rendah, N total sangat rendah, P Bray1 sedang, K rendah, KTK rendah tetapi kejenuhan basa sangat tinggi (Tabel 3).

Umumnya tanah Inceptisol cukup baik untuk pengembangan tanaman jagung (Subagyo et al., 2000), namun demikian diperlukan upaya

untuk mengatasi faktor pembatas hara, teruta- ma hara N, P, dan K untuk mendapatkan hasil yang memadai (Nursyamsi et al., 2002).

Tinggi Tanaman

Laju tumbuh tanaman semua perla- kuan mempunyai pola yang mirip dan bersifat lon (Gambar 1,2 dan 3). Pada awal pertum- buhan sampai umur 3 minggu setelah tanam (mst) rata-rata pertambahan tinggi tanaman masih rendah, yaitu 1,4 – 1,8 cm/hari, laju pertambahan tinggi tanaman meningkat pada umur 3 – 5 mst, yaitu antara 4.6 – 4,9 cm/

hari, kemudian laju tumbuh mulai menurun setelah umur 5 - 7 mst, yaitu 3,0- 3,2 cm/hari, dan menurun terus hingga hanya 1,5 – 1,6 cm/hari pada periode 11 - 13 mst. Laju tum- buh tersebut sangat penting untuk pemberian pemupukan susulan, jika pemupukan dilaku- kan secara bertahap, maka pada unur 3 - 5 mst tanaman sudah harus dipupuk, karena pada umur tersebut laju tumbuh tanaman sangat cepat sehingga kebutuhan hara sangat tinggi, apabila kekurangan unsur hara pada fase ter- sebut dapat menghabat pertumbuhan tanam- an. Kebutuhan hara N, P, dan K pada tanaman jagung tertinggi pada 35 -55 hari setelah tanam (Olson dan Sander, 1988).

Bobot Brangkasan, Hasil Biji, dan Indeks Panen

Bobot brangkasan segar tertinggi di- peroleh pada perlakuan kontrol (400kg urea+

150 kg SP36+ 125 kg KCl/ha dan pemberian 750 kg urea) masing-masing 42,21t/ha dan 41,03 t/ha. Ada dua perlakuan NPK majemuk yang mendekati bobot brangkasan yang di- peroleh pada kontrol, yaitu untuk pemberian 400 kg NPK majemuk + 200 kg urea/ha (per- lakuan 1, 2) yang menghasilkan bobot brang- kasan 38,49 t/ha dan 35,14 t/ha (Tabel 4).

Tabel 3. Analisis kimia dan fisika tanah dari lokasi penelitian sebelum percoban

Macam Penetapan Nilai Tekstur :

Liat (%) 16 Debu (%) 61 Pasir (%) 23 pH H 2 O (1 : 2.5) 6,2 pH KCl (1 : 2,5) 5,5 Bahan Organik (%) 3,32

N-Total (%) 0,09

C/N

P-Bray I (ppm) 10,62

K dd (me/100 g) 0,09

Ca dd (me/100g) 5,22

Mg dd (me/100g) 3,41

Na dd (me/100g) 0,73

Al dd (me/100 g) 0

H + (me/100 g) 0,21

Nilai Tukar Kation

(me/100 g) 9,31

Kejenuhan Basa (%) 100

(5)

Y = 132,21Ln(x) - 109,08 R 2 = 0,91

0 50 100 150 200 250

1 3 5 7 9 11 13

Y= 129.,9Ln(x) - 111.5 R

2

= 0,87

0 50 100 150 200 250

1 3 5 7 9 11 13

Y = 133,05Ln(x) - 117,31 R

2

= 0,85

0 50 100 150 200 250

1 3 5 7 9 11 13

Y = 126,37Ln(x) - 106,42 R

2

= 0,92

0 50 100 150 200 250

1 3 5 7 9 11 13

400(1x)NPK+200UREA

400(2x)NPK+200UREA

400(1x)NPK+100UREA

Ti ng gi T an am an (c m )

Umur Tanaman (minggu)

400(2x)NPK+100UREA

Gambar 1. Laju tumbuh tanaman pada kombinasi 400 kg NPK majemuk dengan 200 kg urea/ha (atas) dan 100 kg urea/ha (bawah )

Y = 132,87Ln(x) - 113,29 R

2

= 0,91

0 50 100 150 200 250

1 3 5 7 9 11 13

300(1x)NPK+200UREA

Y = 12 6 ,8 2 Ln( x) - 10 6 ,4 3 R2 = 0 ,9 2

0 50 100 150 200 250

1 3 5 7 9 11 13

300(2x)NPK+200UREA

Y = 129.66Ln(x) - 105.64 R

2

= 0.91

0 50 100 150 200 250

1 3 5 7 9 11 13

300(1x)NPK+200UREA

Y = 126.8Ln(x) - 105.51 R

2

= 0.92

0 50 100 150 200 250

1 3 5 7 9 11 13

300(2x)NPK+100UREA

Umur Tanaman (minggu)

Ti ng gi Ta na m an (m in gg u)

Gambar 2. Laju tumbuh tanaman pada kombinasi 300 kg NPK majemuk

dengan 200 kg urea/ha (atas) dan 100 kg urea/ha (bawah)

(6)

Semua perlakuan pemberian NPK ma- jemuk yang dikombinasi dengan urea mempu- nyai hasil biji lebih tinggi (9,41 – 10,07 t/ha) dibanding pemberian 750 kg urea/ha (7,84 t/

ha), akan tetapi tidak berbeda nyata dengan pemberian pupuk tunggal 400 kg urea+150 kg SP36+ 125 kg KCl per ha (9,87 t/ha). Antar perlakuan NPK majemuk tidak ada yang me- nunjukkan perbedaan nyata. Perlakuan 400 kg NPK majemuk+200 kg urea dapat memberi- kan hasil >10 t/ha.

Hasil yang sama pada pengamatan in- deks panen, dimana semua perlakuan kom- binasi NPK majemuk dengan urea mempunyai indeks panen (0,33 – 0,39) yang lebih tinggi dibanding indeks panen pada pemberian 750 kg urea (0,27), dan juga tidak berbeda nyata dengan indeks panen pada pemberian 400 kg urea+150 kg SP36+125 kg KCl, yaitu 0,30.

Indeks panen antar setiap perlakuan NPK majemuk tidak ada yang menunjukkan per- bedaan nyata. Indeks panen tertingi diperoleh pada pemberian 400 kg NPK majemuk selu- ruhnya saat tanam+100 kg urea pada umur 25

HST, yaitu dengan indeks panen 0,39 (Tabel 4).

Indeks panen dan hasil biji yang lebih tinggi pada pemberian NPK majemuk diban- ding dengan pemberian 750 kg urea/ha, me- nunjukkan bahwa pemberian P dan/atau K sangat berperanan dalam pembentukan dan pengisian biji. Oleh karena itu pemberian NPK majemuk yang mempunyai kadar P 2 O 5 mi- nimal 10% dan K 2 O minimal 10% diperlukan untuk meningkatkan produksi jagung di tanah Inceptisol seperti di lokasi penelitian ini.

Bobot brangkasan yang tinggi disertai dengan hasil biji yang rendah pada perlakuan 750 kg urea/ha menunjukkan bahwa pemberian 750 kg urea/ha adalah takaran N yang berlebih (luxury consumtion) bagi tanaman jagung ka- rena sebagian besar digunakan untuk pertum- buhan vegetatif. Pada perlakuan NPK maje- muk indeks panen yang diperoleh belum opti- mal hanya (0,33 – 0,39), indeks panen yang tebaik untuk tanaman jagung adalah 0,45 – 0,56 (Syafruddin et al., 2003).

Y = 128.15Ln(x) - 107.14 R

2

= 0.92

0 50 100 150 200 250

1 3 5 7 9 11 13

T in g g i t an am an ( cm )

Y = 131.11Ln(x) - 113.64 R

2

= 0.91

0 50 100 150 200 250

1 3 5 7 9 11 13

750 UREA 400Urea+150SP36+125KCl

Umur Tanaman (minggu)

Gambar 3. Laju tumbuh tanaman pemupukan 750 kg urea dan

400 urea+150 SP36+125KCl kg per ha

(7)

Hasil biji masih dapat ditingkat mengi- ngat bahwa 1) indeks panen yang diperoleh belum optimal 2) hasil biji untuk varietas hybrida Semar 10 dapat mencapai 12 t/ha.

Karena itu untuk meningkatkan hasil biji tersebut kemungkinannya adalah dengan me- ningkatkan komposisi P dan K pada pupuk NPK majemuk.

Komponen Hasil

Nisbah bobot biji-tongkol pada semua kombinasi pemupukan NPK majemuk antara 0,72 – 0,76, meskipun tidak berbeda nyata dengan kedua kontrol (perlakuan no.9 dan 10), akan tetapi relatif lebih tinggi dibanding nisbah biji tongkol yang diperoleh pada pemupukan 750 kg urea/ha yang nilainya 0,68, dan pemupukan (400 kg urea+150 kg SP36 +125 kg KCl per ha yang nilainya 0,70.

Tongkol pada semua perlakuan pem- berian 400 kg NPK majemuk lebih panjang dibanding pemberian 750 kg urea/ha, tetapi tidak berbeda dengan pemberian 400 kg urea +150 kg SP36+125 kg KCl per ha. Sedangkan pada semua perlakuan pemberian 300 kg NPK majemuk per ha tidak menunjukkan perbe- daan yang nyata dibanding kedua kontrol.

Panjang tongkol pada pemberian 400 kg NPK majemuk antara 16,07 – 16,85 cm, pada pem- berian 300 kg NPK majemuk panjang tongkol agak menurun, yaitu antara 14,9-15,52 cm, dan pada pemberian 750 kg urea/ha panjang tongkol yang diperoleh hanya 14,97 cm.

Penggunaan pupuk tunggal (400 kg urea+150 kg SP36+125 kg KCl per ha) tongkol juga agak panjang, yaitu 16,38 cm dan tidak berbeda dengan penggunaan NPK majemuk baik pada pemberian 400 ataupun 300 kg NPK majemuk per ha (Tabel 5).

Tabel 4. Brangkasan saat panen, hasil biji, dan indeks panen pada penelitian pengaruh NPK majemuk pada tanaman jagung. Gowa, 2008

*batang+daun saat panen,

**Rasio antara total biomas (brangkasan+biji+janggel) dengan bobot biji saat panen

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%

No Perlakuan Brangkasan

saat panen*

(t/ha)

Hasil biji kadar air 14%

(t/ha)

Indeks Panen**

1 400NPK (1x)+ 200 UREA 25hst 38,49 ab 10,00 a 0,33 abc 2 400NPK(2x) + 200 UREA 45hst 35,14 abc 10,07 a 0,34 abc 3 400NPK(1x) + 100 UREA 25hst 30,56 bc 9,58 a 0,39 a 4 400NPK(2x) + 100 UREA 45hst 31,44 bc 9,99 a 0,37 ab 5 300NPK (1x)+ 200 UREA 25hst 30,50 bc 9,72 a 0,33 abc 6 300NPK(2x) + 200 UREA 45hst 27,70 c 9,63 a 0,38 a 7 300NPK(1) + 100 UREA 25hst 30,95 bc 9,41 a 0,34 abc 8 300NPK(2x) + 100 UREA 45hst 29,16 c 9,38 a 0,37 ab 9 750 UREA (3x)/ Cara petani 41,03 a 7,84 b 0,27 c 10 400UREA(3x) + 150SP36(1x) + 125 KCl(2x) 42,21 a 9,87 a 0,30 b

KK (%) 13 5 11

(8)

Bobot 1000 butir tertinggi diperoleh pada pemberian 400 kg NPK majemuk se- muanya diaplikasi pada awal tanam dikombi- nasi dengan 200 kg urea (perlakuan no. 1), menyusul pemberian 400 kg NPK majemuk yang diaplikasi dua kali dan dikombinasikan dengan 200 kg urea (perlakuan no. 2) atau 100 kg urea per ha (perlakuan no. 4). Bobot 1000 biji yang dihasilkan nyata lebih tinggi dibanding dengan pemberian 750 kg urea/ha.

Apabila takaran urea berkurang (hanya 100 kg per ha), pemberian NPK majemuk pada takaran yang sama (400 kg/ha) tetapi hanya 1x aplikasi, pengaruhnya kurang optimal

terhadap bobot biji dibanding pemberian 2x (perlakuan no. 3 vs no 4).

Selanjutnya jika takaran NPK majemuk diturunkan menjadi 300 kg/ha harus diapli- kasi 2x dan pupuk urea yang diberikan tidak boleh kurang dari 200 kg/ha. Pada Tabel 6, dapat dilihat bahwa pemberian NPK majemuk sampai pada taraf 300 kg NPK majemuk/ha (diaplikasi 2 x) dikombinasi dengan urea 200 kg/ha dan diberikan pada 45 HST menghasil- kan bobot 1000 biji yang setara dengan peng- gunaan 400 kg NPK majemuk baik diaplikasi 1x ataupun 2x.

Tabel 5. Nisbah biji-tongkol (rendemen biji), panjang tongkol, diameter tongkol dan bobot 1000 biji penelitian pengaruh NPK majemuk pada tanaman jagung. Gowa, 2008

* Rendemen biji

** Kadar air 14%

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%

No Perlakuan Nisbah

Biji/

Tongkol*

Panjang Tongkol (cm)

Diameter Tongkol

(cm)

Bobot 1000 Biji (g)**

1 400NPK (1x)+ 200 UREA 25hst 0,73 ab 16,85 ab 5,07 a 345,52 a 2 400NPK(2x) + 200 UREA 45hst 0,73 ab 17,30 a 5,05 ab 344,28 a 3 400NPK(1x) + 100 UREA 25hst

0,75 ab 16,07 abc 4,91 ab 312,23 bc 4 400NPK(2x) + 100 UREA 45hst

0,76 a 16,63 abc 5,03 ab 335,84 ab 5 300NPK (1x)+ 200 UREA 25hst

0,76 a 15,52 bcd 4,92 ab 325,25 abc 6 300NPK(2x) + 200 UREA 45hst 0,76 a 15,25 dc 4,84 ab 343,86 a 7 300NPK(1) + 100 UREA 25hst 0,72 ab 15,00 d 4,66 b 315,81 bc 8 300NPK(2x) + 100 UREA 45hst 0,77 a 14,90 d 4,73 ab 310,14 c 9 750 UREA (3x)/ Cara petani 0,68 b 14,97 d 4,87 ab 309,62 c 10 400UREA(3x) + 150SP36(1x) + 125 Cl 2x)

0,70 ab 16,38 abc 5,05 ab 331,57 abc KK (%)

6 6 5 5

(9)

Kadar N, P, K dalam daun dan biji

Kadar N dan K daun tidak berbeda nyata antara yang dipupuk dengan NPK maje- muk dibanding dengan kedua kontrol (pemu- pukan 750 kg urea atau 400 kg urea+150 kg SP36+125 kg KCl per ha. Pemupukan NPK ma- jemuk mempunyai kadar N daun 2,24 – 2,49

% dan kadar K daun 1,79 – 1,91 %, sedang- kan jika dipupuk 750 kg urea per ha mempu- nyai kadar N daun 2,58% dan kadar K daun 1,69%, pemupukan 400 kg urea+150kg SP36 +125 kg KCl per ha mempunyai kadar N daun 2,48% dan kadar K daun 1,91% (Tabel 6).

Kadar P daun pada semua pemupukan NPK majemuk yang dikombinasi dengan urea adalah antara 0,28 – 0,33% nyata lebih tinggi dibanding dengan kadar P daun pada tanaman yang hanya dipupuk 750 kg urea per ha, yaitu 0,20%, akan tetapi tidak berbeda nyata de-

ngan kadar P daun yang dipupuk dengan 400 kg urea+150 kg SP36+125 kg KCl per ha yang menghasilkan 0,32% (Tabel 12) . Batas kritis kekurangan hara dalam daun untk N adalah 1,40%, P 0,16%, dan K 2,0 % (Fathan et al., 1988).

Pemupukan 400 kg atau 300 kg NPK majemuk per ha yang diaplikasi 1x pada awal tanam dikombinasi dengan 100 kg urea per hektar pada umur 25 HST mempunyai kadar N biji yang lebih rendah , yaitu hanya 1,37 dan 1,36%, dibanding pemupukan 750 kg urea per ha atau 400 kg urea+150 kg SP36+125 kg KCl per ha yang dapat menghasilkan kadar N biji masing-masing 1,58%. Sedangkan kombinasi NPK majemuk lainnya menghasilkan kadar N biji yang setara dengan pemberian 750 kg urea per ha atau 400 kg urea+150 kg SP36 +125 kg KCl/ ha (Tabel 6).

Tabel 6. Kadar N, P, dan K dalam daun jagung saat silking penelitian pengaruh NPK majemuk pada tanaman jagung. Gowa, 2008

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%

No Perlakuan Kadar dalam daun (%)

N P K

1 400NPK (1x)+ 200 UREA 25hst 2.427 a 0.330 a 1.827 a

2 400NPK(2x) + 200 UREA 45hst 2.337 a 0.313 ab 1.860 a

3 400NPK(1x) + 100 UREA 25hst 2.243 a 0.317 ab 1.863 a

4 400NPK(2x) + 100 UREA 45hst 2.257 a 0.317 ab 1.827 a

5 300NPK (1x)+ 200 UREA 25hst 2.493 a 0.327 ab 1.793 a

6 300NPK(2x) + 200 UREA 45hst 2.430 a 0.293 ab 1.893 a

7 300NPK(1) + 100 UREA 25hst 2.270 a 0.293 ab 1.910 a

8 300NPK(2x) + 100 UREA 45hst 2.240 a 0.283 b 1.823 a

9 750 UREA (3x)/ Cara petani 2.583 a 0.197 c 1.687 a

10 400UREA(3x) + 150SP36(1x) + 125 KCl(2x) 2.483 a 0.317 ab 1.907 a

KK (%) 8 7 10

(10)

Pemberian 400 kg NPK majemuk 1x pada awal tanam + 200 kg urea pada 25 hst, 400 kg NPK majemuk (2 x aplikasi) + 100 kg urea pada 45 hst, dan 300 kg urea NPK majemuk 1 x pada awal tanam + 2 00 kg urea per ha pada umur 25 HST memberikan kadar P biji yang lebih tinggi, yaitu 0,66 – 0,68%

dibanding pemberian 750 kg urea per ha yang hanya mempunyai kadar P biji 0,58%. Se- dangkan kombinasi NPK maje-muk lainnya tidak berbeda dengan 750 kg urea per ha.

Semua kombinasi pemberian NPK majemuk mempunyai kadar P biji yang tidak berbeda nyata dengan kadar P biji pemupukan 400 kg urea+150 kg SP36+125 kg KCl per ha.

Kadar K biji yang dipupuk NPK maje- muk tidak berbeda nyata dibanding dengan kadar K biji kedua kontrol (pemupukan 750 kg urea atau 400 kg urea+150 kg SP36+125 kg KCl per ha). Kadar K pada pemupukan NPK

majemuk antara 0,77- 0,86%, sedangkan ka- dar K biji pemupukan 750 kg urea per ha adalah 0,69% dan pemupukan 400 kg urea +150 kg SP36+125 kg KCl per ha mempunyai kadar K biji adalah 0,86% (Tabel 7). Namun demikian kadar N biji yang tinggi jika tidak didukung dengan energi pertumbuhan (kadar P yang cukup), dan K yang cukup hasilnya akan tetap rendah, karena itu hasil yang di- peroleh pada perlakuan kontrol tetap rendah (hanya 7,84 t/ha), dan indeks panennya sa- ngat rendah (0,27), karena kadar N daun yang tidak diimbangi dengan P dan K cenderung akan menghasilkan biomas yang tinggi (Tabel 4). Nitrogen (N) sebagai bahan pembentuk khlorofil daun sangat diperlukan untuk mema- cu proses fotosintesis daun. Selain itu N juga sebagai pembentuk senyawa asam-asam ami- no dan protein untuk pertumbuhan tanaman.

Fosfat (P) sangat diperlukan untuk energi Tabel 7. Kadar N, P, dan K dalam biji jagung penelitian pengaruh NPK majemuk

pada tanaman jagung. Gowa, 2008

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%

No Perlakuan Kadar dalam biji (%)

N P K

1 400NPK (1x)+ 200 UREA 25hst 1,53 ab 0,68 a 0,84 tn

2 400NPK(2x) + 200 UREA 45hst 1,51 ab 0,62 ab 0,83

3 400NPK(1x) + 100 UREA 25hst 1,37 b 0,64 ab 0,80

4 400NPK(2x) + 100 UREA 45hst 1,53 ab 0,68 a 0,85

5 300NPK (1x)+ 200 UREA 25hst 1,51 ab 0,66 a 0,86

6 300NPK(2x) + 200 UREA 45hst 1,47 ab 0,61 ab 0,77

7 300NPK(1) + 100 UREA 25hst 1,36 b 0,61 ab 0,85

8 300NPK(2x) + 100 UREA 45hst 1,40 ab 0,62 ab 0,79

9 750 UREA (3x)/ Cara petani 1,58 a 0,58 b 0,69

10 400UREA(3x) + 150SP36(1x) + 125 KCl(2x) 1,58 a 0,67 a 0,86

KK (%) 7 8 11

(11)

pertumbuhan (ATP) termasuk pembentukan biji, sementara K memacu translokasi hasil fotosintesis dari daun ke bagian lain tanaman dan berperan untuk pembentukan karbo- hidrat tanaman, karena itu hasil biji pada seluruh perlakuan NPK majemuk 400 kg/ha yang diikuti dengan pemberian urea 200 kg/

ha hasil biji keringnya dapat mencapai 10 t/

ha (Marschner, 1995, dan Cooke, 1985).

Efisiensi Penggunaan Pupuk N,P, dan K Efisiensi penggunaan pupuk N ter- tinggi dicapai jika pemberian 300 - 400 kg NPK majemuk dikombinasi dengan pembe- rian 100 kg urea/ha. Hal ini terlihat pada perlakuan no. 7, 8, 4, dan 3, yaitu masing- masing menghasilkan; 89,33; 79,92; dan 76,64 - 89,62 kg biji kering dari setiap kg N yang diaplikasikan. Sedangkan efsiensi peng- gunaan pupuk P dan K tertinggi diperoleh

jika dipupuk dengan 300 kg NPK majemuk dan dikombinasi dengan 200 kg urea/ha, yaitu pada perlakuan 6, 8, 4 dan 7 masing- masing menghasilkan 12,4; 12,27; 11,97; dan 11,90 kg biji setiap pemberian satu kg P2O5 atau K2O (Tabel 8). Berdasarkan data ini, menunjukkan bahwa pupuk NPK majemuk mempunyai efisiensi produksi yang lebih tinggi dibanding pupuk NPK tunggal. Hal ini disebabkan pupuk NPK majemuk mempunyai sifat yang slow release.

Analisis usahatani

Sebagai bahan rekomendasi, tentunya kebutuhan jagung nasional yang setiap tahun- nya tidak pernah cukup juga perlu mendapat perhatian, karena pilihan akan didasarkan pada 3 kriteria yaitu: 1) keuntungan yang di- capai cukup tinggi, 2) hasil yang dicapai cu- kup optimal, 3) modal yang dipakai tidak ter- lalu besar yang dapat dicerminkan pada nilai Tabel 8. Efisiensi produksi dan pengunaan pupuk N, P, dan K. Gowa, 2008

No. Perlakuan

Biji yang dihasilkan setiap kg N

(kg)

Biji yang dihasilkan

setiap kg P 2 O 5 (kg)

Biji yang dihasilka n setiap kg K 2 O

(kg)

1 400 NPK (1x) + 200 urea 25 hst 58,82 9.23 9.23

2 400 NPK (2x) + 200 urea 45 hst 59,24 9.40 9.40

3 400 NPK (1x) + 100 urea 25 hst 76,64 9.28 9.28

4 400 NPK (2x) + 100 urea 45 hst 79,92 9.18 9.18

5 300 NPK (1x) + 200 urea 25 hst 64,80 11.97 11.97

6 300 NPK (2x) + 200 urea 45 hst 64,20 12.40 12.40

7 300 NPK (1x) + 100 urea 25 hst 89,62 11.90 11.90

8 300 NPK (2x) + 100 urea 45 hst 89,33 12.27 12.27

9 750 kg urea/ha (petani) 23,33

10 400 urea (3x) + 150 SP36 (1 x) + 125 KCl (2 54,83

7.04 7.04

(12)

B-C rasio yang tinggi, dan 4) dapat menghemat tenaga kerja

Seluruh perlakuan pemberian NPK pelangi mempunyai tingkat kentungan dan B- C rasio yang lebih tinggi dibanding keuntun- gan dan B-C rasio pada perlakuan ditingkat petani (750 kg urea/ha) maupun dengan pem- berian pupuk tunggal (400 kg urea+ 150 kg SOP36+ 125 kg KCl/ha). Pemberian NPK pe- langi dapat memperoleh keuntungan antara Rp. 12.705.000 – Rp.13.820.000 dengan B-C rasio antara 1,81 – 1,96, sedangkan pemberian urea 750 kg/ha hanya memperoleh keuntun- gan Rp. 9.537.500 dengan B-C rasio 2,38, dan

pemberian pupuk tunggal (400 kg urea+ 150 kg SP36+ 125 kg KCl/ha) memperoleh keun- tungan Rp 12.690.000 dengan B-C rasio 1,58.

Apabila modal petani tidak menjadi faktor pembatas, maka dianjurkan pemberian NPK pelangi dengan takaran 400 kg/ha diaplikasi 2 kali dan dikombinasi dengan 200 kg urea/

ha, jika modal petani terbatas, maka dengan pemberian 300 kg NPK pelangi yang diaplikasi dua kali dan dikombinasi dengan 100 - 200 kg urea/ha masih dapat memberikan keuntungan di atas Rp.13 juta dengan B-C yang tinggi yaitu 1,95 (Tabel 9 a dan b).

Tabel 9 a. Analisis usahatani perlakuan 1-5 penelitian NPK pelangi pada tanaman jagung.

Gowa, 2008

Keterangan Perlakuan:

1. 400NPK (1x)+ 200 UREA 25hst 2. 400NPK(2x) + 200 UREA 45hst 3. 400NPK(1x) + 100 UREA 25hst 4. 400NPK(2x) + 100 UREA 45hst 5. 300NPK (1x)+ 200 UREA 25hst

Komponen Biaya Perlakuan

1 2 3 4 5

Biaya tenaga kerja 4730000 5037000 4688000 5029000 4702000 Pengolahan tanah (traktor) 950000 950000 950000 950000 950000

Penanaman 420000 420000 420000 420000 420000

Pemupukan I 300000 300000 300000 300000 300000

II 300000 300000 300000 300000 300000

III 300000 300000

Penyiangan (2x) 600000 600000 600000 600000 600000

Pengairan (4x) 800000 800000 800000 800000 800000

Pengendalian hama dan pen-

yakit 60000 60000 60000 60000 60000

Panen 300000 300000 300000 300000 300000

Pemipilan (Rp.100/kg)

menggunakan mesin 1000000 1007000 958000 999000 972000

Biaya tenaga kerja 2450000 2450000 2275000 2275000 2200000

Benih 20kg (45.000) 900000 900000 900000 900000 900000

NPK (Rp.2500/kg) 1000000 1000000 1000000 1000000 750000

Urea (Rp1750/kg) 350000 350000 175000 175000 350000

KCl (Rp.11200/kg)

SP36(Rp.1850/kg)

Pestisida 200000 200000 200000 200000 200000

Furadan 10 kg (20000/kg)

Total biaya 7180000 7487000 6963000 7304000 6902000

Hasil 21000000 21147000 20118000 20979000 20412000

Keuntungan 13820000 13660000 13155000 13675000 13510000

B-C rasio 1.92 1.82 1.89 1.87 1.96

(13)

Tabel 9b. Analisis usahatani perlakuan 6 - 10 penelitian NPK pelangi pada tanaman jagung.

Gowa, 2008

Keterangan Perlakuan:

1. 300NPK (2x) + 200 UREA 45 hst 2. 300NPK (1) + 100 UREA 25 hst 3. 300NPK (2x) + 100 UREA 45 hst 4. 750 UREA (3x)/Cara petani

5. 400UREA (3x) + 150SP36(1x) + 125 KCl (2x

Komponen Biaya Perlakuan

6 7 8 9 10

Biaya tenaga kerja 4993000 4671000 4968000 4514000 5017000 Pengolahan tanah

(traktor 950000 950000 950000 950000 950000

Penanaman 14 HOK 420000 420000 420000 420000 420000

Pemupukan I 300000 300000 300000 300000 300000

II 300000 300000 300000 300000 300000

III 300000 300000 300000

Penyiangan (2x) 600000 600000 600000 600000 600000

Pengairan (4x) 800000 800000 800000 800000 800000

Pengendalian hama dan

penyakit 60000 60000 60000 60000 60000

Panen 300000 300000 300000 300000 300000

Pemipilan (100/kg)

menggunakan mesin 963000 941000 938000 784000 987000

Biaya tenaga kerja 2200000 2025000 2025000 2412500 3020000

Benih 20kg (45.000) 900000 900000 900000 900000 900000

NPK pelangi (Rp.2500/

kg) 750000 750000 750000

Urea (Rp1750/kg) 350000 175000 175000 1312500 700000

KCl (Rp.7000/kg) 875000

SP36(Rp.2300/kg) 345000

Pestisida 200000 200000 200000 200000 200000

Furadan 10 kg (20000/

kg)

Total biaya 7193000 6696000 6993000 6926500 8037000

Hasil 20223000 19761000 19698000 16464000 20727000

Keuntungan 13030000 13065000 12705000 9537500 12690000

B-C rasio 1.81 1.95 1.82 1.38 1.58

(14)

Kesimpulan

1. Rekomendasi pemupukan NPK majemuk 20:10:10 sebaiknya 400 kg/ha diberikan satu kali dan disertai pemberian 100 kg urea/ha, jika modal terbatas dapat memi- lih biaya produksi yang termurah yaitu 300 kg NPK majemuk 20:10:10 diberikan 1 kali dan dikombinasi dengan 100 – 200 kg urea/ha.

2. Efisiensi penggunaan pupuk N tertinggi dicapai pada pemberian pupuk 300 – 400 kg NPK majemuk 20:10:10 dikombinasi dengan 100 kg urea/ha, yaitu 76,64 – 89,33 kg biji kering dari setiap kg N.

Sedangkan efisisiensi penggunaan P dan K tertinggi jika pemberian pupuk 300 kg NPK majemuk 20:10:10 dikombinasi dengan 100 – 200 kg urea/ha, yaitu 11,9 – 12,4 kg biji dari setiap kg P atau K.

Daftar Pustaka

Cooke, G. W. 1985. Fertilizing for maximum yield. Granada Publishing Lmt. Lon- don. p. 75-87.

Departemen Pertanian. 2005. Data produksi dan produktivitas tanaman jagung se Indonesia.WWW.deptan.id.co. Jakarta.

Fathan, R,, M, Raharjo, dan A.K. Makarim.

1988. Hara tanaman jagung. Di dalam Jagung. Puslitbangtan. Bogor. Hlm 67- 80.

Marschner, H. 1995. Mineral Nutrition of Higher Plants. Academic Press. Lon- don. p.596-680.

Nursyamsi, D. B. Budianto, dan L. Anggria.

2002. Pengelolaan kahat hara pada Inceptisol untuk meningkatkan Per- tumbuhan tanaman jagung. Jurnal Tanah dan Iklim 20:56 -68.

Olson, R.A. and D.H. Sander. 1988. Corn pro- duction. In Monograf Agronomy Corn and Corn Improvement. Wisconsin.

p.639-686.

Saenong, S., Syafruddin, dan Subandi. 2005.

Penggunaan LCC untuk pemupukan N pada tanaman jagung. Laporan Penge- lolaan Hara Spesifik Lokasi (PHSL) Kerjasama Balitereal dengan Potash &

Phosphate Institute (PPI), Potash and Phosphate Institute of Canada (PPIC).

(belum dipublikasi)

Subagyo. H., N. Saharta, dan A.B. Siswanto. Ta- nah-tanah pertanian di Indonesia.Di dalam Sumber Daya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian. Bogor. 21 – 65.

Subandi, Zubachtirodin, Wasmo Wakman, dan Yamin Sinuseng. 2001. Teknologi Me- nunjang Pengembangan dan Agribisnis Jagung di Sulawesi Selatan. Makalah disampaikan pada Sosialisasi Hasil- hasil Penelitian di Makassar, 13-14 Nopember 2001.

Syafruddin, M. Rauf, R. Y. Arvan, dan M. Akil.

2006. Kebutuhan pupuk N, P, dan K

tanaman jagung pada tanah Inceptisol

Haplusteps.

Gambar

Gambar 1.  Laju tumbuh tanaman pada kombinasi  400 kg NPK majemuk  dengan 200 kg urea/ha (atas) dan 100 kg urea/ha (bawah )
Gambar 3. Laju tumbuh tanaman pemupukan 750 kg urea dan  400 urea+150 SP36+125KCl kg per ha

Referensi

Dokumen terkait

Kelas kuliah terintegrasi dikandung maksud ada- lah ruang kelas perkuliahan ataupun kegiatan perku- liahan yang memiliki koneksi dengan pihak luar un- tuk mendapatkan materi

Setelah kereta api melewati pintu perlintasan, sensor ketiga yaitu sensor infra merah aktif untuk mengirim sinyal ke kendali mikrokontroler untuk membuka palang

Berdasarkan perhitungan perpindahan arus lalu lintas ke Semarang Outer Ring Road (SORR) dimana pada tahun 2020 jalan itu beroperasi didapatkan besarnya arus lalu lintas

Setiap zaman memiliki penyakit dan masalah tersendiri, bahkan sepanjang zaman juga memiliki penyakit dan masalah tersendiri. seorang hamba Allah yang berhasil

Hasil analisis jika dibandingkan dengan kelompok kontrol (pasien tidak sembuh) menunjukkan bahwa sikap pasien dan ada/tidaknya Pengawas Minum Obat (PMO) memiliki

Dimana jumlah H 2 O yang terkondensasi setelah proses pembakaran tergantung dari besarnya kadar air dalam briket tersebut, apabila kadar air yang terkandung

Modal kerja atau working capital merupakan suatu aktiva lancar yang digunakan dalam operasi perusahaan, yang memerlukan pengelolaan dengan baik oleh manajer perusahaan

Perlakuan yang memberikan hasil cabai tertinggi adalah perlakuan penataan lahan sistem bedengan yang dikombinasikan dengan sistem persiapan lahan tebas, kemudian bahan