Pendahuluan
Luas panen jagung di Indonesia tahun 2008 mencapai 4 juta ha dengan rata-rata pro- duktivitas 4,08 t/ha. Produktivitas antar pro- pinsi bervariasi, yaitu antara 1,51 – 5,56 t/ha (BPS, 2009). Variasi hasil tersebut disebabkan oleh perbedaan tingkat kesuburan dan keter- sedian air, ketersediaan benih varietas unggul yang bermutu, dan pengelolaan tanaman an- tara lain penggunaan pupuk (baik jenis, takar- an dan cara/waktu pemberian yang tepat).
Sejak program peningkatan produksi jagung menuju swasembada jagung digalak- kan dengan dukungan varietas hibrida yang berdaya hasil tinggi serta dukungan pasar yang memadai pada 5 tahun terakhir petani telah termotivasi untuk menggunakan pupuk, terutama penggunaan pupuk urea yang cukup tinggi. Penggunaan pupuk urea di beberapa tempat pengembangan tanaman jagung cukup
tinggi, seperti di Kabupaten Takalar (Sulawesi Selatan) sekitar 500 kg/ha, Di Jawa Timur bahkan beberapa petani ada yang mengguna- kan sampai 750 kg urea/ha. Namun di lain pihak petani tidak selalu atau hanya sedikit menggunakan pupuk P dan K, meskipun paso- kan hara P dan K dari tanah tidak mencukupi untuk pertumbuhan optimal tanaman jagung, karena selain harga pupuk P dan K relatif mahal dibanding urea, juga ketersediaan P dan K di lokasi pengembangan jagung kurang mendapat perhatian.
Tersedianya pupuk majemuk NPK di- harapkan dapat membantu para petani untuk menggunakan pupuk sesuai kebutuhan tana- man karena komposisi N, P dan K dapat difor- mulasi berdasarkan uji tanah. Kalau pada wi- layah pengembangan tersebut dapat disedia- kan pupuk majemuk, maka petani tidak perlu lagi bersusah payah mencampur pupuk dari
Penggunaan Pupuk NPK Majemuk 20:10:10 pada Tanaman Jagung
Syafruddin dan Zubachtirodin Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi No. 274 Maros, Sulawesi Selatan
E’mail : syaf.syafruddin@gmail.com
Abstrak
Penelitian pengunaan pupuk NPK majemuk 20:10:10 pada tanaman jagung bertujuan untuk mengetahui takaran NPK majemuk yang dibutuhkan dan kombinasinya dengan urea dalam mening- katkan efisiensi dan produktifitas jagung. Penelitian dilaksanakan pada bulan April – Agustus 2008 pada jenis tanah Inceptisol di Bontonompo, Gowa Sulawesi Selatan. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan 4 ulangan. Sebanyak delapan perlakuan NPK majemuk 2O:10:10 yang dikombinasi dengan pemberian urea dan 2 perlakuan pemupukan kontrol sebagai pembanding, yaitu perlakuan di tingkat petani (750 kg urea/ha) dan rekomendasi pemupukan meng- gunakan pupuk tunggal (400 urea, 150 SP36, and 125 KCl kg/ha). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rekomendasi pemupukan pada tanah Inceptisol di Bontonompo, Gowa Sulaesi Selatan menggunakan pupuk NPK majemuk 20:10:10 sebaiknya 400 kg/ha diberikan satu kali dan disertai pemberian 100 kg urea/ha, jika modal terbatas dapat memilih biaya produksi yang termurah yaitu 300 kg NPK majemuk 20:10:10 diberikan 1 kali dan dikombinasi dengan 100 – 200 kg urea/ha.
Kata kunci: Pupuk majemuk, jagung
berbagai jenis seperti yang dilakukan petani saat ini, sehingga akan lebih praktis. Penggu- naan pupuk majemuk yang mengandung un- sur P dan K, diantaranya NPK 20-10-10 diha- rapkan dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi produksi jagung
Penelitian ini bertujuan menentukan takaran dan waktu pemberian pupuk NPK majemuk 20:10:10 dan kombinasinya dengan urea yang efisien serta meningkatkan produk- tifitas tanaman jagung.
Bahan dan Metode
Penelitian dilaksanakan di Bontonom- po, Kabupaten Gowa (Sulsel) pada bulan April hingga Agustus 2008. Penelitian mengguna- kan rancangan acak kelompok dengan kom-
binasi perlakuan sebanyak 10 (Tabel 1 dan 2), dengan empat ulangan. Benih jagung yang di- gunakan adalah jenis hibrida varietas Semar- 10 ditanam dengan jarak 75 cm x 20 cm satu tanaman per rumpun. Ukuran petak tiap per- lakuan 6 m x 5 m. Pupuk majemuk yang di- gunakan adalah NPK pelangi yang kompo- sisinya adalah 20% N, 10% P, dan 10% K.
Data yang dikumpulkan adalah ana- lisis tanah sebelum percobaan, bobot brang- kasan segar saat panen, hasil biji kering, kadar air 14% (t/ha), indeks panen, analisis kadar N, P, dan K daun dan biji, komponen hasil nisbah bobot biji tongkol, panjang tongkol, diameter tongkol, dan bobot 1000 biji, efisiensi hara N, P dan K .
Tabel 1. Perlakuan takaran dan waktu pemberian pupuk NPK Majemuk 20:10:10 dan pupuk NPK tunggal pada tanaman jagung. Gowa, 2008
hst = Hari Setelah tanam
Jenis pupuk (kg/ha) Saat aplikasi pupuk
No NPK
Majemuk Urea SP-36 KCl NPK
Majemuk Urea SP-36 KCl
1. 400 200 - - 100% 0 hst 100% 25 hst - -
2. 400 200 - - 50% 0 hst
50% 25 hst +
100% 45 hst - -
3. 400 100 - - 100% 0 hst 100 % 25 hst - -
4. 400 100 - - 50% 0 hst
50% 25 hst +
100% 45 hst - -
5. 300 200 - - 100% 0 hst 100% 25 hst - -
6. 300 200 - - 50% 0 hst+
50% 25 hst 100% 45 hst - -
7. 300 100 - - 100% 0 hst 100% 25 hst - -
8. 300 100 - - 50% 0 hst+
50% 25 hst 100% 45 hst
- -
9. Dosis dan waktu aplikasi pupuk cara petani (kontrol II) 750 kg urea/ha
10. Rekomendasi berdasarkan uji tanah
- 400 150 125 - 33,3% 0 hst +
33,3% 25 hst 33,3% 45 hst +
100% 0
hst 50% 0 hst + 50% 25
hst
Sebanyak 10 sampel tanaman diambil secara acak dalam petakan hasil petak tengah pada saat panen, kesepuluh sampel tersebut digunakan untuk pengamatan :
1. Tinggi tanaman, diukur dari pangkal batang sampai ke pangkal bunga jantan, pengamatan dilakukan pada umur 3, 5, 7, 9,11, dan 13 untuk mengetahui laju tum- buh
2. Bobot brangkasan segar, diperoleh de- ngan cara sepuluh sampel brangkasan (daun, batang, dan kelobot) segar ditim- bang saat masak fisiologis selanjutnya dikonversi ke dalam bobot brangkasan segar t/ha.
3. Panjang dan diameter tongkol, serta nis- bah bobot biji/tongkol diperoleh dari 10 tongkol sampel
4. Indeks panen diperoleh dengan menggu- nakan rumus : IP = Bobot biji saat panen/
(bobot biji saat panen + berat brangkasan saat panen)
5. Analisis kadar N, P, dan K terhadap brang- kasan dan biji. Masing-masing jaringan (berangkasan dan biji) didestruksi basa dengan menggunakan pengekstrak H 2 SO 4
+ H 2 O 2 . Analisis N menggunakan metode Kjeldahl, analisis P menggunakan metode spectrometer dan analisis K mengunakan metode flamefotometer. Hasil analisis ka- dar hara digunakan untuk menghitung serapan hara tanaman dengan mengalikan kadar hara dengan bobot kering brang- kasan atau biji.
Hasil biji dalam t/ha diperoleh dari luasan panen 3 m x 3 m per plot yang telah dikonversi pada kadar air 14 %.
Perbedaan antara setiap perlakuan pa- da bobot brangkasan, hasil biji, nisbah bobot biji-tongkol, indeks panen, dan serapan N P, dan K dalam biji dianalisis berdasarkan uji berjarak Duncan taraf 5% menggunakan pro- gram SAS 6.12.
Tabel 2. Kandungan hara yang diberikan masing-masing perlakuan. Gowa, 2008 Jenis pupuk (kg/ha) Kandungan hara per perlakuan (kg/ha)
No NPK
majemuk Urea SP-36 KCl N P 2 O 5 K 2 O
1. 400 200 - - 170 40 40
2. 400 200 - - 170 40 40
3. 400 100 - - 125 40 40
4. 400 100 - - 125 40 40
5. 300 200 - - 150 30 30
6. 300 200 - - 150 30 30
7. 300 100 - - 105 30 30
8. 300 100 - - 105 30 30
9 750 750 - - 337.5 - -
10. - 400 150 125 180 54 75
Nisbah keuntungan atas biaya (B/C rasio) dihitung untuk mengetahui besarnya keun- tungan yang diterima petani dan kelayakan ekonomi takaran pupuk yang direkomen- dasikan dalam usaha tani jagung.
Hasil dan Pembahasan Analisis Tanah
Tanah lokasi percobaan tergolong In- ceptisol, hasil analisis tanah menunjukkan bahwa lokasi penelitian berstruktur lempung berpasir, pH agak masam, kandungan bahan organik rendah, N total sangat rendah, P Bray1 sedang, K rendah, KTK rendah tetapi kejenuhan basa sangat tinggi (Tabel 3).
Umumnya tanah Inceptisol cukup baik untuk pengembangan tanaman jagung (Subagyo et al., 2000), namun demikian diperlukan upaya
untuk mengatasi faktor pembatas hara, teruta- ma hara N, P, dan K untuk mendapatkan hasil yang memadai (Nursyamsi et al., 2002).
Tinggi Tanaman
Laju tumbuh tanaman semua perla- kuan mempunyai pola yang mirip dan bersifat lon (Gambar 1,2 dan 3). Pada awal pertum- buhan sampai umur 3 minggu setelah tanam (mst) rata-rata pertambahan tinggi tanaman masih rendah, yaitu 1,4 – 1,8 cm/hari, laju pertambahan tinggi tanaman meningkat pada umur 3 – 5 mst, yaitu antara 4.6 – 4,9 cm/
hari, kemudian laju tumbuh mulai menurun setelah umur 5 - 7 mst, yaitu 3,0- 3,2 cm/hari, dan menurun terus hingga hanya 1,5 – 1,6 cm/hari pada periode 11 - 13 mst. Laju tum- buh tersebut sangat penting untuk pemberian pemupukan susulan, jika pemupukan dilaku- kan secara bertahap, maka pada unur 3 - 5 mst tanaman sudah harus dipupuk, karena pada umur tersebut laju tumbuh tanaman sangat cepat sehingga kebutuhan hara sangat tinggi, apabila kekurangan unsur hara pada fase ter- sebut dapat menghabat pertumbuhan tanam- an. Kebutuhan hara N, P, dan K pada tanaman jagung tertinggi pada 35 -55 hari setelah tanam (Olson dan Sander, 1988).
Bobot Brangkasan, Hasil Biji, dan Indeks Panen
Bobot brangkasan segar tertinggi di- peroleh pada perlakuan kontrol (400kg urea+
150 kg SP36+ 125 kg KCl/ha dan pemberian 750 kg urea) masing-masing 42,21t/ha dan 41,03 t/ha. Ada dua perlakuan NPK majemuk yang mendekati bobot brangkasan yang di- peroleh pada kontrol, yaitu untuk pemberian 400 kg NPK majemuk + 200 kg urea/ha (per- lakuan 1, 2) yang menghasilkan bobot brang- kasan 38,49 t/ha dan 35,14 t/ha (Tabel 4).
Tabel 3. Analisis kimia dan fisika tanah dari lokasi penelitian sebelum percoban
Macam Penetapan Nilai Tekstur :
Liat (%) 16 Debu (%) 61 Pasir (%) 23 pH H 2 O (1 : 2.5) 6,2 pH KCl (1 : 2,5) 5,5 Bahan Organik (%) 3,32
N-Total (%) 0,09
C/N
P-Bray I (ppm) 10,62
K dd (me/100 g) 0,09
Ca dd (me/100g) 5,22
Mg dd (me/100g) 3,41
Na dd (me/100g) 0,73
Al dd (me/100 g) 0
H + (me/100 g) 0,21
Nilai Tukar Kation
(me/100 g) 9,31
Kejenuhan Basa (%) 100
Y = 132,21Ln(x) - 109,08 R 2 = 0,91
0 50 100 150 200 250
1 3 5 7 9 11 13
Y= 129.,9Ln(x) - 111.5 R
2= 0,87
0 50 100 150 200 250
1 3 5 7 9 11 13
Y = 133,05Ln(x) - 117,31 R
2= 0,85
0 50 100 150 200 250
1 3 5 7 9 11 13
Y = 126,37Ln(x) - 106,42 R
2= 0,92
0 50 100 150 200 250
1 3 5 7 9 11 13
400(1x)NPK+200UREA
400(2x)NPK+200UREA
400(1x)NPK+100UREA
Ti ng gi T an am an (c m )
Umur Tanaman (minggu)
400(2x)NPK+100UREA
Gambar 1. Laju tumbuh tanaman pada kombinasi 400 kg NPK majemuk dengan 200 kg urea/ha (atas) dan 100 kg urea/ha (bawah )
Y = 132,87Ln(x) - 113,29 R
2= 0,91
0 50 100 150 200 250
1 3 5 7 9 11 13
300(1x)NPK+200UREA
Y = 12 6 ,8 2 Ln( x) - 10 6 ,4 3 R2 = 0 ,9 2