• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III RANCANGAN KARYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III RANCANGAN KARYA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

42

BAB III

RANCANGAN KARYA

3.1 Tahapan Pembuatan

Secara umum proses pembuatan sebuah produksi program liputan memiliki tiga tahapan utama, yaitu pra-produksi, produksi dan pasca produksi, berikut adalah penjelasan dari ketiga tahapan produksi tersebut:

3.1.1 Pra-produksi

1. Melakukan riset dan menentukan topik.

Sebelum penulis menentukan topik untuk karya yang akan dibuat, penulis terlebih dahulu melakukan riset terhadap topik yang juga merupakan isu yang sedang marak di kalangan masyarakat. Riset topik perlu dilakukan untuk memastikan apakah topik yang telah di pilih serta karya yang hendak dibuat bisa memberikan dampak yang baik kepada penonton. Penulis memilih topik traveling dengan tujuan penulis ingin mengajak penonton untuk bisa membantu roda perekonomian di sektor pariwisata dengan tetap bisa bepergian dengan rasa aman dan nyaman, serta meminimalisir penyebaran virus Covid-19.

(2)

43 Kegunaan lain dari melakukan riset dari topik yang akan dijadikan ide awal sebuah karya adalah penulis dapat mengetahui kekurangan serta kelebihan dari tiap karya dari program yang memiliki topik yang serupa, sehingga penulis dapat melengkapi dan juga mengembangkan kekurangan dari karya sebelumnya melalui karya yang akan penulis buat.

2. Menentukan konsep

Setelah proses riset dan menentukan topik, hal selanjutnya yang penulis kerjakan selaku pembuat karya adalah menentukan konsep dan mempertimbangkan teknis pengambilan gambar atau proses syuting. Dalam proses menentukan konsep, penulis memikirkan konsep cerita yang dibangun dan cara untuk dapat dinikmati oleh penonton. Selain itu, penulis juga merencanakan siapa saja yang akan terlibat dalam proses pembuatan karya ini, baik orang yang bertugas dibalik layar dan di depan layar. Penulis juga mengelompokan jenis usaha apa saja yang termasuk dalam bidang pariwisata.

Hal tersebut meliputi segmen, narasumber yang diperlukan, lokasi untuk melakukan proses syuting, alat – alat yang dibutuhkan dalam proses syuting, pengemasan dalam menyampaikan informasi, teknik pengambilan gambar, serta pergerakan kamera agar dapat memberikan visualisasi yang lebih dinamis dan tidak membosankan.

(3)

44 3. Menentukan peralatan syuting

Dalam menentukan beragam alat yang digunakan, penulis harus mengetahui terlebih dahulu kebutuhan apa saja yang ada saat proses syuting. Setelah itu penulis akan menyiapkan alat – alat pendukung saat proses syuting berlangsung. Dalam tahap ini penulis menentukan jenis kamera yang akan digunakan, alat perekeman suara yang akan digunakan, serta alat – alat pendukung lainnya seperti tripod, gimbal (stabilizer), dan perangkat yang akan digunakan untuk mendukung proses pasca produksi. Berikut alat – alat yang akan penulis gunakan selama melakukan proses produksi dan pasca produksi:

a. Kamera (Mirrorless) – 2 unit kamera: Sony A7 iii dan Sony A6500. b. Mikrofon/Clip on – 2 Wireless transmitters, 1 Wireless Receiver:

Saramonic Blink 500, dan 1 Mic Rode.

c. Lensa – 1 Lensa Sony 28-70mm f.4, 1 Lensa Sigma 30mm f1.4, 1 Lensa Sigma Art 18-35mm f1.8, 1 Lensa Samyang 12mm f2.

d. LED – 1 Unit Godox LED 170W.

e. Baterai Kamera – 2 baterai Sony A7 iii dan 5 baterai Sony A6500. f. Tripod – 1 Tripod Excell Ufo 260.

g. Gimbal – 1 DJI Ronin SC.

h. Perangkat Editing – 1 unit laptop Asus ROG GL503 VM dan 1 PC Editing.

(4)

45 4. Budgeting

Tentunya untuk melakukan proses syuting kita perlu mempersiapkan dana yang hendak kita keluarkan untuk proses transaksi. Dalam hal ini penulis memperhitungkan perkiraan dana yang dikeluarkan untuk menyewa alat dari rental, konsumsi untuk kru yang bertugas, biaya transportasi dan akomodasi, serta kisaran harga untuk satu episode produksi syuting. Selain itu, proses budgeting diperlukan untuk menentukan anggaran tempat lokasi syuting berlangsung.

5. Pembuatan Skrip

Skrip adalah acuan bagi sutradara atau produser dan kru lainnya dalam melaksanakan proses produksi. Skrip memiliki unsur dalam memberi informasi, inspirasi, menghibur dan propaganda. Selain itu, naskah berfungsi sebagai konsep dasar, arahan, dan acuan (Susanti, 2021, p. 5). Skrip yang dibuat berfungsi sebagai panduan host agar tetap pada alur yang telah ditentukan, skrip yang penulis buat juga membantu Host untuk menyampaikan informasi yang hendak disampaikan. Selain itu, skrip juga membantu videografer untuk menentukan sudut pengambilan gambar serta membantu produser mengurutkan cerita yang akan dibangun di setiap episodenya. Dalam tahap editing skrip juga akan sangat membantu editor untuk mengetahui susunan scene dan sequence serta membantu untuk meningkatkan visualisasi cerita dalam satu episode.

(5)

46 6. Penyusunan timeline kerja

Setelah melalui beberapa tahap di atas penulis mulai menyusun rancangan timeline kerja untuk memandu menentukan waktu produksi berlangsung, penyusunan timeline kerja ini juga membantu penulis untuk menyesuaikan waktu syuting dengan jadwl Host. Selain itu penulis juga dapat melakukan negosiasi mengenai tanggal syuting dengan pihak yang hendak penulis kunjungi guna menghindari keramaian pada lokasi tersebut seperti yang telah dijelaskan oleh pihak terkait. Berikut timeline kerja yang telah penulis buat:

Gambar 3. 1 Timeline Rancangan Pembuatan Karya

Sumber: Dokumen Pribadi

3.1.2 Produksi

Pada tahap produksi penulis, memiliki peran sebagai produser dan juga videografer atau camera person. Penulis juga dibantu oleh beberapa tim yang berperan sebagai asisten produksi demi kelancaran berlangsungnya proses produksi. Pelaksanaan produksi dilakukan setelah

(6)

47 mencapai persetujuan dari tiga pihak, yaitu penulis, host, dan manajemen tempat. Proses syuting dilakukan selama tiga bulan, yakni dari Desember 2020 hingga Februari 2021, penulis harus mengurus surat izin liputan melalui kampus untuk mengajukan permohonan izin liputan di tempat yang akan dijadikan lokasi untuk syuting. Selama masa proses produksi penulis harus menyiapkan beberapa properti pendukung agar visualisasi dan cerita menjadi semakin menarik. Selama proses syuting berlangsung penulis melakukan briefing Host dan kru yang bertugas agar proses syuting berjalan lancar dan sesuai dengan rencana, selain itu skrip yang telah penulis buat juga menjadi acuan selama proses produksi berlangsung. Dengan adanya skrip tersebut penulis dan kru yang bertugas dapat dengan mudah melakukan proses produksi karena adanya susunan alur dalam skrip. Selain itu, dalam proses produksi penulis juga lakukan pengambilan Voice Over sebagai informasi tambahan yang akan dimasukan nantinya didalam program tayangan yang akan penulis buat. Proses pengambilan voice over sendiri dilakukan dengan menggunakan alat Zoom H-6 dan diproduksi setelah semua proses syuting selesai dilaksanakan. Selama pelaksanaan proses produksi penulis sendiri memiliki peranan dan dibantu oleh tim, yaitu:

1. Imanuel Eka Pranata, penulis disini berperan sebagai produser,

camera person, dan juga audioman. Sebagai produser penulis

(7)

48 hingga selesai dan juga membuat skrip. Peran lain sebagai camera

person, penulis memiliki tugas sebagai main camera atau kamera

utama yang berfungsi untuk mengambil gambar sesuai dengan skrip dan juga beberapa beauty shot untuk insert gambar. Semantara itu sebagai audioman penulis bertanggung jawab atas kejernihan dari kualitas suara yang dihasilkan melalui clip on. 2. Denny Wirya Tama, sebagai rekan produser dalam membuat

Tugas Akhir Berbasis Karya, berperanan dalam membantu penulis yaitu sebagai camera person yang memegang kamera kedua atau second camera dan juga mengambil B-Roll untuk

insert gambar.

3. Debora Natasya Trulin, berperan sebagai host. Debora merupakan Mahasiswi Universitas Multimedia Nusantara (UMN) jurusan Komunikasi Strategis angkatan 2018, yang penulis pilih dan rekrut untuk memandu program acara ini.

4. Grace Priyono, berperan sebagai pendamping host atau co-host dalam salah satu episode (Epsiode 5 – Scientia Square Park) yang bertemakan piknik. Grace marupakan Mahasiswi Universitas Multimedia Nusantara jurusan Jurnalistik angkatan 2018. peranan Grace sebagai co-host di episode teresebut dibutuhkan sebagai pendamping host.

(8)

49 3.1.3 Pasca-Produksi

1. Backup Data

Setelah proses produksi atau syuting selesai dilakukan, penulis melakukan backup data ke tempat penyimpanan berupa Hard Disk. Pada tahap ini semua data dikumpulkan manjadi satu folder dengan subfolder berdasarkan episodenya. Proses ini dilakukan untuk meminimalisir adanya kehilangan data dan juga memudahkan penulis untuk melakukan proses dari pasca-produksi berikutnya yaitu penyuntingan video.

2. Penyuntingan Video

Setelah proses backup data selesai dilakukan dan semua sudah tertata dengan rapih, langkah selanjutnya adalah proses penyuntingan video. Pada proses ini penulis selaku editor akan memilih video yang sesuai dengan skrip. Penulis juga menentukan B-Roll yang akan digunakan

untuk insert beauty shoot pada tahap editing nantinya. B-roll merupakan

video sekunder yang diambil di luar rekaman utama, B-roll sering disambung dengan video utama untuk memperkuat cerita, menciptakan kesan dramatis, atau menggambarkan suatu hal (MasterClass, 2020).

(9)

50 3. Membuat Grafis dan Materi Promosi

Pada tahap ini penulis membuat beberapa grafis yang nantinya akan berguna sebagai aset pada masa editing dan juga untuk materi program, berikut beberapa aset yang penulis buat:

a. Logo Program, sebagai identitas dari program acara yang penulis buat. Logo ini nantinya akan dijadikan sebagai foto profil kanal YouTube Travel Journal dan menjadi grafis pada bumper di setiap episode.

b. Cover Header pada kanal YouTube, tujuan dibuatnya cover

header pada kanal YouTube adalah membuat kanal YouTube

menampilkan host serta logo Travel Journal, sehingga identitas dari Program bisa lebih menonjol. Selain itu adanya cover

header dapat membuat kanal YouTube menjadi lebih menarik.

c. Template promosi grafis untuk Instagram Story, hal ini bertujuan untuk menarik perhatian dari platform lain untuk menonton program tayangan Travel Journal. Materi promosi menampilkan promosi episode yang akan tayang, serta cuplikan dari potongan video tayangan yang berdurasi 15 detik.

(10)

51 4. Editing

Pada proses editing merupakan tahapan terakhir yang dilakukan setelah tahapan pra-produksi dan produksi. Pada tahap ini penulis selaku editor akan menyambung beberapa video yang telah diambil saat produksi. Proses ini disebut dengan istilah rough cut dimana pada bagian ini penulis menuyusun gambar sesuai dengan skrip yang telah penulis buat sebagai panduan editing. Setelah rough cut, penulis melakukan tahapan selanjutnya yaitu yaitu finishing, dalam finishing ini penulis melakukan

mixing lagu, memasukan transisi dan beberapa grafis seperti Character Generator (CG) dan animasi teks.

Setelah proses editing selesai, tahap berikutnya adalah rendering atau eksport, karya ini akan di export dalam bentuk format H.264 atau Mp4 yang kemudian akan penulis unggah ke google drive. Setelah selesai memngunggah karya tahap selanjutnya adalah quality check oleh dosen pembimbing penulis, setelah dilakukan quality check oleh dosen pembimbing penulis. Dosen pembimbing kemudian memberikan masukan dan saran kepada penulis guna mendapatkan izin untuk dapat tayang pada kanal YouTube Travel Journal.

(11)

52 3.2 Anggaran

Berikut adalah rancangan anggaran yang penulis keluarkan selama melakukan produksi program Travel Journal sebanyak enam episode, dengan total produksi selama enam hari. Dalam perkiraan anggaran ini penulis kira – kira akan menghabiskan Rp.14,489,000. Berikut adalah rincian dari rancangan anggaran yang penulis buat:

Tabel 3. 1 Rencana Anggaran

No. Kebutuhan Hari Harga Total

1. Pra produksi 1 Rp. 950,000 Rp. 950,000

2. Produksi:

Kamera Mirrorless Sony A7iii

6 Rp. 350,000 Rp. 2.100,000

3. Kamera Mirrorless Sony A6500 6 Rp. 200,000 Rp. 1,200,000

4. Lensa Sony FE 28-70 f/3.5-56 OSS

6 Rp. 100,000 Rp. 600,000

5. Sony Carl Zeiss Sonnar T* E 24mm F/1.8 ZA (APSC)

6 Rp. 125,000 Rp. 750,000

6. DJI Ronin-S Handheld 3-Axis Gimbal Stabilizer

6 Rp. 300,000 Rp. 1,800,000

7. Wireless Mic Saramonic Blink 500

6 Rp. 150,000 Rp. 900,000

8. Tripod Excell Ball Head 6 Rp. 50,000 Rp. 300,000

9. Rode Videomic 6 Rp. 25,000 Rp. 150,000 10. Konsumsi Rp50.000/pax (3 pax) 6 Rp. 150,000 Rp. 1,350,000 11. Man power: Camera person 6 Rp. 150,000 Rp. 900,000

(12)

53 10. Transportasi: Bensin Tol 6 6 Rp. 100,000 Rp. 50,000 Rp. 600,000 Rp. 300,000

11. Biaya tak terduga 6 Rp. 100,000 Rp. 600,000

12. Pasca Produksi 1 Rp. 940,000 Rp. 940,000

Total Rp. 14,489,000

3.2.1 Total Anggaran

Total anggaran yang dirincikan di atas merupakan harga sewa perhari dari masing – masing alat, ada beberapa alat yang memang merupakan milik pribadi. Jadi total rincian anggaran dari proses pra produksi hingga pasca produksi dengan ketentuan sebagai berikut (Pra produksi + Produksi Epsiode 1 + Produksi Episode 2 + Produksi Epsiode 3 + Produksi Episode 4 + Produksi Epsiode 5 + Produksi Episode 6 + Pasca Produksi).

Maka bila total dari Anggaran adalah Rp. 900,000 + Rp. 1,985,000 + Rp. 2,166,000 + Rp. 2,009,000 + Rp. 1,970,000 + Rp. 2,395,000 + Rp. 2,124,000 + Rp. 940,000 = Rp. 14,489,000

3.3 Target Luaran

Publikasi karya atau program ini akan dilakukan melalui platform digital, yang juga media online yakni Youtube. Penulis memilih Youtube sebagai wadah untuk publikasi karya ini karena masyarakat di Indonesia sendiri sudah mengetahui keberadaan

platform tersebut. Selain itu Youtube juga merupakan platform yang bebas akses atau

(13)

54 hendak penulis publikasikan. Lebih spesifiknya lagi dengan melakukan publikasi melalui YouTube memudahkan penggunanya untuk mencari berbagai macam konten, terlebih para pengguna atau masyarakat yang hendak mencari konten traveling atau bepergian dengan aman dan nyaman di kala pandemi. Untuk publikasi Youtube nantinya akan dimuat dalam kanal Youtube dengan nama Travel Journal. Sementara untuk membantu promosi penayangan, penulis akan melakukan penyebaran informasi penayangan melaui media sosial seperti Whatsapp, Line, serta Instagram. Promosi berupa video teaser berdurasi 15 detik dari setiap episodenya yang akan tayang, dan juga poster dari program Travel Journal. YouTube dinobatkan sebagai media sosial terpopuler untuk masyarakat Indonesia, karena YouTube berhasil menjaring 170 Juta pengguna atau 93,8% dari total populasi 181,9 Juta pengguna internet berusia 16-64 tahun (Novianty, 2021).

Target penonton program yang penulis buat adalah remaja hingga dewasa dengan rentang usia 17-45 tahun dimana dalam rentang usia tersebut lebih banyak populasi yang menggunakan internet dan cenderung lebih bertanggung jawab atas apa yang diakses. Selain itu penulis juga membuat target penonton dengan penghasilan menengah ke atas dengan tujuan agar orang – orang yang menonton program penulis juga bisa menyesuaikan dan menjangkau dengan lokasi dan harga yang terdapat pada tayangan. Sehingga mereka memiliki otoritas dan tanggung jawab atas tindakan mereka untuk bepergian sesuai informasi pada program tayangan yang penulis buat. Selain itu, berdasarkan rujukan diatas YouTube juga memiliki 170 Juta penonton dengan rentang usia 16-64 tahun.

Gambar

Gambar 3. 1 Timeline Rancangan Pembuatan Karya
Tabel 3. 1 Rencana Anggaran

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data di atas, peneliti memperoleh data yang mendukung informasi yang telah disampaikan oleh pak Ferdi mengenai faktor - faktor yang mendukung minat beli

Sertifikat Akreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN) Nomor : LPPHPL-013-IDN tanggal 2 September 2010 yang diberikan kepada PT EQUALITY Indonesia sebagai Lembaga

Periksa jalur pipa bahan bakar untuk mengetahui ada/tidaknya kerusakan atau bagian yang longgar. Periksa

Trend Bearish & Fase Distribusi; Candle Hanging Man, Stochastic Bullish. Trend Bullish & Fase Akumulasi; Candle Bullish Opening Marubozu, Stochastic

Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi dan Pertumbuhan GDP Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti (kajian empiris pada bursa efek Indonesia) periode

Sebagian besar siswa memilki tingkat pengetahuan lebih banyak pengetahuan baik setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang bantuan hidup dasar pada kecelakaan lalu

Sejak zaman kuno, pala telah digunakan sebagai obat untuk berbagai penyakit atau untuk meningkatkan kesehatan.Tujuan: Meskipun pala sudah dikenal sebagai rempah

Tuhan yang diyakini sebagai credo menurut orang Kristen, dengan segala perintah dan laranganNya yang sewenang-wenang, tidak akan lagi menghalangi perilaku manusia, sehingga