• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. baik (thoyib) karena dalam Alquran Allah SWT telah memerintahkan kepada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. baik (thoyib) karena dalam Alquran Allah SWT telah memerintahkan kepada"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam mengajarkan agar dalam berusaha hanya mengambil yang halal dan baik (thoyib) karena dalam Alquran Allah SWT telah memerintahkan kepada seluruh manusia, bukan hanya untuk orang yang beriman dan muslim saja atau hanya untuk mengambil segala sesuatu yang halal dan baik (thoyib). Dan untuk tidak mengikuti langkah-langkah syaitan, dengan mengambil yang tidak halal dan tidak tidak baik. Hal ini sebagaimana tergambar dalam firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 168:

































Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik daripada apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu”. 1

Oleh karena itu dalam berusaha, Islam mengharuskan manusia untuk hanya mengambil hasil yang halal. Yang meliputi halal dari segi materi, halal dari cara perolehannya, serta juga harus halal dalam cara pemanfaatan atau penggunaannya. Sebagai suatu agama yang universal, Islam mengandung tuntunan kehidupan menuju kemaslahatan bagi manusia. Persoalan ekonomi

1 Tim DISBINTALAD, Al-Quran Terjemah Indonesia, Jakarta, PT. Sari Agung, 2005, hal. 46.

(2)

merupakan suatu persoalan yang erat hubungannya dengan kemaslahatan bagimmanusia. Karena kegiatan ekonomi merupakan tabiat manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. .

Usaha produksi merupakan bagian dari kegiatan ekonomi yang erat hubungannya dengan masalah harta benda yang dalam tingkat dhururi (primer) termasuk kemaslahatan yang di jaga. Allah dan rasul-Nya telah memberikan aturan-aturan yang jelas mengenai persoalan-persoalan harta benda manusia, bagaimana harta itu diperoleh, bagaimana harta itu di salurkan dan sebagainya.

Oleh karena itu perilaku ekonomi harus selalu mengacu pada ketentuan-ketentuan yang dibenarkan syara’. Semua ketentuan tersebut digariskan agar setiap individu dalam melakukan kegiatannya dapat selaras dengan nilai-nilai yang terdapat dalam Alquran dan sunah. Dengan berpegang pada aturan-aturan Islam manusia mencapai tujuan yang tidak semata-mata bersifat materi melainkan didasarkan pada kesejahteraan bersama, baik itu untuk kehidupan di dunia atau kehidupan di akhirat.

Laba dalam kamus bahasa Indonesia diartikan “keuntungan” (yang di peroleh dengan menjual barang lebih tinggi dari pembelinya).2 Dalam bahasa ekonomi, laba adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya variabel.

Kebolehan pengambilan keuntungan (laba) didasarkan pada ketentuan suatu akad yang sesuai dengan syarat dan rukunnya.

Dalam ekonomi Islam pengambilan keuntungan harus memenuhi unsur adil, sebagaimana firman Allah yang berbunyi:

2 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1989), h. 483.

(3)





















































Artinya: “Dan kepada penduduk madyan (kami utus) saudara mereka syu’aib. Dia berkata “Hai kaum ku, sembahlah Allah yang tidak ada tuhan bagimu selain Dia, dan janganlah kamu kurangi sukatan dan timbangan.

Sesungguhnya aku melihat kamu dalam berkecukupan, dan sesungguhnya aku khawatir terhadap azab hari yang meliputi”. (QS. Hud : 84)3

Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa kebolehan pengambilan keuntungan terhadap suatu usaha harus didasarkan pada aspek keadilan, sehingga membawa kemanfaatan untuk semua pihak. Lawan dari ketidakadilan adalah tindakan yang merugikan manusia, yang merampas hak-hak manusia dan segala perbuatan yang dapat menimbulkan kerusakan pada masyarakat. Dengan demikian adil, adalah nilai dasar yang berlaku dalam kehidupan sosial (social life).4

Nilai adil merupakan pusat orientasi dalam interaksi antar manusia. Jika keadilan dilanggar, maka akan terjadi ketidakseimbangan dalam pergaulan hidup.

Sebab, suatu pihak akan dirugikan atau disengsarakan, walaupun yang lain memperoleh keuntungan. Tetapi keuntungan sepihak itu hanya akan berlaku sementara waktu. Jika sistem sosial rusak karena keadilan telah dilanggar, maka seluruh masyarakat akan mengalami kerusakan yang dampaknya akan menimpa

3 Tim DISBINTALAD, OpCit, hal. 425.

4 M. Dawam Raharjo, Ensiklopedi Alquran, (Jakarta: Paramadina, 2002) h. 388.

(4)

semua orang. Bahkan ketika telah terjadi ketidakseimbangan, maka kerugian bisa menimpa orang yang melanggar keadilan dan memperoleh keuntungan.5

Pada prinsipnya kebolehan mengambil keuntungan disesuaikan dengan teori penentuan harga sebagaimana penjelasan Abu Yusuf yang menyatakan bahwa, "jika tersedia sedikit barang maka harga akan mahal dan sebaliknya".6 Logika ini jika ditarik dalam konsep pengambilan keuntungan terhadap bisnis produksi akan terdapat korelasi yang positif. Dalam hal ini, pengambilan keuntungan akan disesuaikan dengan penentuan harga penjualan hasil produksi, apakah murah atau mahal tergantung berapa keuntungan yang akan diambil.

Contohnya, jika keuntungan yang akan diambil oleh pengusaha berkisar antara 20% sampai 30% dari biaya produksi Rp.75.000.000-. Maka, harga lelang yang ditawarkan rata-rata berkisar antara Rp.90.000.000,- sampai dengan Rp.

97.500.000,-

Berkaitan dengan korelasi antara keuntungan dan harga, Imam al-Gazali dan juga para pemikir pada zamanya ketika membicarakan harga biasanya langsung mengaitkanya dengan keuntungan. Keuntungan belum secara jelas dikaitkan dengan pendapatan dan biaya. Menurut al-Ghazali, keuntungan adalah kompensasi dari kepayahan, resiko bisnis, dan ancaman keselamatan diri si pedagang. Walaupun, ia tidak setuju dengan keuntungan yang berlebih untuk menjadi motivasi pengusaha. Keuntunganlah yang menjadi motivasi para pelaku

5 Ibid. h. 388

6 Abu Yusuf, Kitab Al-Kharaj, Sebagaimana dikutib oleh Adiwarman A.Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kajian Kontemporer, ( Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. 155.

(5)

bisnis, namun keuntungan yang sesungguhnya adalah keuntungan di akhirat kelak.7

Berangkat dari hal tersebut, maka kebolehan pengambilan keuntungan dalam bisnis suatu usaha harus disesuaikan dengan etika Islam yang mengedepankan kepentingan umum atau tidak merugikan salah satu pihak.

Hasil produksi atau output adalah hasil kerja sama antara beberapa faktor ekonomi, yaitu modal dengan tenaga kerja input-input lain yang dibutuhkan.

Paduan faktor produksi ini memberikan hasil yang diinginkan untuk produsen.

Dalam hal ini harus ditentukan keadilan, yaitu seberapa banyak faktor-faktor produksi tersebut memberikan sumbangan terhadap terbentuknya output.

Pengambilan keuntungan menunjukkan upaya perusahaan untuk menciptakan, memperbesar dan terus membuka selebar mungkin ruang tambahan laba antara kurva penerimaan dengan kurva biaya total. Untuk menyelidiki percabangan pengambilan laba, seseorang harus menganalisis faktor-faktor yang menentukan tingkat relatif dari kurva penerimaan dan biaya.

Adapun bentuk perusahaan yang dimaksud adalah berbentuk perusahaan kontraktor yang mengolah faktor produksi menjadi barang jadi yaitu jalan ataupun gedung. Dalam hal ini terkadang permasalahan yang muncul dalam perusahaan adalah dalam usaha pemenangan tender umumnya pengusaha mematok harga yang semurah-murahnya, sehingga berdampak pada laba yang diambil oleh perusahaan, dalam usahanya untuk mendapatkan laba umummya pengusaha ingin mendapatkan laba yang besar dari harga yang minimal tersebut akan berdampak

7 Al-Ghazali, Mukhtashar Ihya’ Ulumudin, Terjemah oleh Irwan Kurniawan, Mutiara Ihya’ Ulumudin, (Jakarta: Mizan, 2004), h.141.

(6)

pada penerimaan dan pengalokasian biaya atas faktor produksi yang kurang tepat (markup), apabila permasalahan ini dibiarkan akan ada pihak yang kurang diuntungkan (dirugikan) baik konsumen dan faktor produksi ataupun pengusaha itu sendiri.

Sebagaimana halnya perusahaan kontraktor di Kabupaten Batola yang mengambil laba untuk menentukan kelancaran jalannya operasionalisasi proyeknya, yaitu CV. Aswadi Jaya, dalam usahanya adalah untuk mencari laba/profit dari hasil operasionalisasi perusahaan pada proyek peningkatan jalan Desa Patin Selera Kecamatan Belawang, Kabupaten Barito Kuala.

Beranjak dari permasalahan yang terjadi diatas tersebut, penulis tertarik untuk meneliti dan menganalisanya secara intensif dan komperhensif yang penulis tuangkan dalam sebuah skripsi dengan judul “Pengambilan Laba (Profit) Dalam Proyek Peningkatan Jalan oleh CV. Aswadi Jaya (Tinjauan Ekonomi Islam)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan atas, maka rumusan masalah yang akan penulis cari jawabannya adalah:

1. Bagaimana akad pemborongan (ju’alah) yang dijalankan oleh CV. Aswadi Jaya?

2. Bagaimana pengambilan laba yang di lakukan oleh CV. Aswadi Jaya dalam perspektif ekonomi Islam?

(7)

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah lalu, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui akad ju’alah yang dijalankan oleh CV. Aswadi Jaya.

2. Mengetahui bagaimana pengambilan laba dalam perspektif ekonomi Islam.

D. Signifikansi Penelitian

Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai berikut:

1. Sebagai bahan informasi bagi mereka yang akan mengadakan penelitian lebih mendalam tentang masalah ini dari sudut pandang yang berbeda.

2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti khususnya, untuk memperkaya pengetahuan dalam memahami ajaran Islam, guna meningkatkan kualitas iman dan ketakwaan kepada Allah SWT. sehingga dalam mengabdikan diri kepada Allah SWT. benar-benar mencari ridha dan cinta-Nya semata-mata.

3. Sebagai studi ilmiah maupun kepentingan terapan disiplin ekonomi syariah.

4. Sebagai sumbangan pemikiran dalam memperkaya khazanah kepustakaan IAIN Antasari pada umumnya dan Fakultas syariah khususnya, serta pihak-pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian ini.

(8)

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam menginterpretasikan judul serta permasalahan yang akan penulis teliti, maka perlu adanya batasan istilah sebagai pegangan dan lebih terarahnya dalam kajian lebih lanjut sebagai berikut:

1. Pengambilan, yaitu proses (perbuatan) mengambil; pemungutan atau memperoleh.8

2. Laba, yaitu keuntungan atau pendapatan.9

3. Proyek, yaitu rencana pekerjaan dengan sasaran khusus.10 4. Peningkatan, yaitu peroses, cara, perbuatan meningkatkan.11 5. Perspektif, yaitu menurut, berdasarkan, sesuai dengan.12

Jadi yang dimaksud penulis dengan judul tersebut adalah penyelesaian dengan mengklasifikasikan data penelitian secara akurat, efisien dan melaporkan hasil yang diteliti mengenai pengambilan laba dalam suatu peroyek peningkatan jalan oleh CV. Aswadi Jaya menurut perspektif ekonomi Islam.

F. Kajian Pustaka

Masalah laba ini pernah digarap oleh Abdul Azis (0101144418), jurusan Muamalat yang berjudul Konsep Memperoleh Laba dalam Berdagang menurut

8 Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1989), h. 27.

9 Ibid, h. 483.

10 Ibid, h. 701.

11 Ibid, h. 950.

12 Ibid, h. 977.

(9)

Islam (Studi komparatif Terhadap Pemikiran al-Gazali dan Yusuf Qardhawi).

Dilatarbelakangi oleh perbedaan pendapat mengenai konsep laba dalam berdagang hingga perlu diteliti dan dianalisis dari pendapat kedua tokoh tersebut.

Dalam proposal ini penulis mengangkat masalah mengenai pengambilan laba (profit)-nya dalam hal usaha peningkatan jalan, yang dikerjakan oleh CV.

Aswadi Jaya. Yang dilatarbelakangi oleh pentingnya pemahaman para pengusaha umumnya dalam mengambil laba dari suatu proyek yang dikerjakannya tidak melanggar kaidah nilai-nilai agar hal-hal yang menjadi faktor produksi terhindar dari praktek yang dilarang oleh agama.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini memuat uraian yang terdiri dari lima bab yang secara global dapat disistematiskan sebagai berikut:

Dalam bab pertama terdapat pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah dan penegasan judul, perumusan masalah, alasan memilih judul, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab kedua merupakan landasan teoritis yang menjadi acuan untuk menganalisis data yang di peroleh, berisikan tentang pengertian laba, laba dalam etika bisnis ekonomi Islam, teori penentuan laba secara Islami, maksimalisasi laba dan efek sosialnya.

(10)

Bab ketiga metodologi penelitian yang terdiri dari jenis, sifat dan lokasi penelitian, subjek dan objek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data serta tahapan penelitian.

Dalam bab keempat yang berisikan penyajian data, deskripsi data dan analisis data.

Terakhir adalah bab kelima yang merupakan bab penutup yang berisikan simpulan dan saran.

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah sistem enkripsi kunci publik dapat dilihat sebagai rangkaian kunci publik dan private yang mengunci data bila mereka ditransmisikan dan membuka data ketika mereka

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat ataupun informasi yang akurat berdasarkan fakta mengenai obyek wisata alam Pantai Prigi, fasilitas wisata yang

Natrium nitrat merupakan bahan kimia intermediet maka pemilihan lokasi di Cilegon adalah tepat, karena merupakan kawasan industri yang berarti memperpendek jarak antara pabrik

BAB II merupakan landasan teoritis berisi tentang pengertian pembelajaran Alquran, metode pembelajaran Alquran, latar belakang metode Al-Banjari dan Tilawati,

Wicaks ono et al., (2017) Hasil penelitian menyatakan bahwa Peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Amanah Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Desa Padang Jaya adalah melalui

Agar penelitian yang dilaksanakan lebih terarah dan sesuai dengan maksud yang diinginkan, sehingga perlunya dilakukan batasan permasalahan dalam penelitian

Walaupun dengan kata lain karyawan tersebut nantinya akan diikutkan pelatihan- pelatihan yang dilakukan hanya beberapa bulan,namun demikian dengan pelatihan yang hanya

Pengecualian dari instrumen ekuitas tersedia untuk dijual, jika, pada periode berikutnya, jumlah penurunan nilai berkurang dan penurunan dapat dikaitkan secara obyektif dengan sebuah