6 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Review Penelitian Terdahulu
Penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya penting sebagai tinjauan di dalam penelitian ini, beberapa penelitian yang dijadikan dasar tinjauan peneliti, sebagai berikut:
Trivena Y.P. Karinda, (2020) Hasil penelitian menunjukkan bahwa tata kelola BUMDes dikaji dengan melihat panduan pendirian pengelolaan BUMDes yang mewajibkan prinsip Kooperatif, Partisipatif, Transparansi, dan Akuntabel. Dari sisi Kooperatif, Kemampuan dari pengurus BUMDes di Kiawa Satu Utara saat ini sudah sepenuhnya mampu atau efektif dalam mengelola BUMDes. Dari sisi Partisipatif, terlihat masih kurangnya partisipasi dari masyarakat dan masih kurangnya kontribusi dari pengelola BUMDes di Kiawa Satu Utara. Jika dari sisi Transparansi, pengelola BUMDes di Kiawa Satu Utara selalu terbuka dalam mengelola BUMDes khususnya mengenai pendapatan dan pemasukan hasil BUMDes. Sedangkan dari sisi Akuntabel, terdapat beda pendapat dari pengelola BUMDes dan pemerintah desa dalam pertanggungjawaban pengelolaan atau hasil BUMDes.
Filya, (2018) Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan BUMDes sudah berjalan baik namun masih belum optimal, dikarenakan belum terpenuhi beberapa indikator yaitu tenaga kerja, modal, pangsa pasar, akuntabel dan peningkatan laba/rugi. Saran yang diberikan peneliti yaitu: (1) Dilakukannya perbaikan dan peningkatan terhadap dimensi dan indikator yang belum terpenuhi, (2) Menarik minat masyarakat terhadap BUMDes dengan membuat acara dan (3) Pemerintah Desa melakukan pendampingan intensif terhadap BUMDes agar memacu pendapatan.
Saragi & Abdullah, (2020) Hasil penelitian menunjukkan bahwa Badan Usaha Milik Desa sangat berperan dalam meningkatkan ekonomi masyarakat
7
Desa Denai Lama melalui pengelolaan objek wisata, karena banyak dari masyarakat Desa Denai Lama yang sebelumnya memiliki ekonomi rendah, setelah adanya objek wisata dapat dilihat ekonomi masyarakat meningkat melalui program-program yang diberikan Bumdes. Putri Nugrahaningsih1, (2018) Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan BUMDes dapat meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat desa sehingga mampu menggerakkan ekonomi perdesaan. Dengan mengoptimalkan potensi di Desa Bulusulur. BUMDes dalam membangun desa wisata Bulusur telah memberikan kontribusi pendapatan asli desa (PADes) secara signifikan meningkat dan menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat usia produktif. Hal ini mendorong tata kelola keuangan desa yang baik; perencanaan Desa yang partisipatif, tercipta akuntabilitas publik dan transparansi, terintegrasi dan selaras dengan perencanaan.
Endah, (2018) Hasil penelitian menyatakan bahwa keberadaan Badan Usaha Milik Desa dalam menggerakan ekonomi masyarakat desa dengan memanfaatkan potensi berupa sumber daya alam dan sumber daya manusia. BUMDes memberi nilai positif bagi pendapatan asli desa dan memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa yang dijalankan dengan baik didasari kerjasama dan kebersamaan membuktikan bahwa desa mampu mandiri tanpa menunggu bantuan yang datang dari pusat.
Faruk et al., (2020) Hasil penelitian menunjukkan bahwa optimalisasi pengelolaan Badan Usaha Milik Desa dilakukan melalui kerjasama dengan berbagai pihak, melalui penambahan sarana dan prasarana wisata, menghasilkan bertambahnya kepercayaan, bertambahnya kunjungan wisata serta bertambahnya pendapatan Badan Usaha Milik Desa dan masyarakat sekitar Badan Usaha Milik Desa.
Ma’ruf et al., (2017) Hasil penelitian menyatakan bahwa adanya pemanfaatan sumber dan potensi desa yang dikembangkan secara ekonomi memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Desa (PADesa).
8
Kushartono, (2016) Hasil penelitian ini menunjukkan kondisi BUMDes di Kabupaten Jepara sudah berjalan sesuai dengan tujuan pembentukan BUMDes dan mampu membantu meningkatkan perekonomian desa. Namun masih terdapat kendala dalam pengelolaan BUMDes di beberapa daerah seperti jenis usaha yang dijalankan masih terbatas, keterbatasan sumber daya manusia yang mengelola BUMDes dan partisipasi masyarakat yang rendah karena masih rendahnya pengetahuan.
Marlina, (2019) Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Pengelolaan objek wisata Air Panas dapat meningkatkan pendapatan asli desa (PADes) di Desa Cikupa Kecamatan Banjaranyar Kabupaten Ciamis akan tetapi ada beberapa kendala dalam pengelolaan objek wisata air panas.
Ayu & Desi, (2017) Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) pengelolaan yang dilakukan oleh Pemerintah Desa Pejarakan sudah sesuai dengan prosedur pengelolaan; (2) BUMDes Desa Pejarakan berperan dalam meningkatnya Pendapatan Asli Desa sehingga nantinya Pemerintah Desa dapat menyelenggarakan pembangunan yang berdampak pada perekonomian Desa; dan 3) strategi yang dijalankan Pemerintah Desa lebih kepada saling koordinasi dan kerjasama antar Pemerintah Desa, BPD dan Pihak Pengelola, serta identifikasi dan inventarisasi nilai dan potensi aset desa, sistem informasi manajemen aset desa, pengawasan dan pengendalian pemanfaatan aset desa, dan keterlibatan jasa penilai.
Wicaks ono et al., (2017) Hasil penelitian menyatakan bahwa Peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Amanah Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Desa Padang Jaya adalah melalui pengelolaan keuangan yang baik dengan alur akuntansi, melalui pengelolaan aset desa yang menjadi sumber usaha seperti unit air bersih, unit kebun desa dan unit pasar desa, pengelola BUMDes Amanah sudah mampu mengadakan kerjasama dengan pihak ketiga yaitu sebagai agen BRILink. BUMDes Amanah sudah berperan dalam meningkatkan pendapatan asli desa melalui tiga unit usaha utama yaitu unit air bersih, unit kebun desa, unit pasar desa yang didalamnya terdapat penyewaan
9
tenda, ditambah unit pembantu yaitu saprodi, dan kerjasama dengan perbankan menjadi agen BRILink.
Tabel 2.1 Tinjauan Pustaka NO NAMA PENELITI JUDUL METOD E HASIL PENELITIAN 1 Trivena Y.P. Karinda, (2020)
Tata Kelola Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes)
Kualitatif Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tata kelola BUMDes
dikaji dengan pengelolaan BUMDes yang mewajibkan prinsip Kooperatif, Partisipatif, Transparansi, dan
Akuntabel. Dari sisi Kooperatif,
Kemampuan dari
pengurus BUMDes di Kiawa Satu Utara saat ini sudah sepenuhnya mampu atau efektif
dalam mengelola
BUMDes. Dari sisi Partisipatif, terlihat
masih kurangnya
partisipasi dari
masyarakat dan masih kurangnya kontribusi
dari pengelola
10
Satu Utara. Jika dari sisi Transparansi, pengelola BUMDes di
Kiawa Satu Utara
selalu terbuka dalam
mengelola BUMDes
khususnya mengenai
pendapatan dan
pemasukan hasil
BUMDes. Sedangkan dari sisi Akuntabel, terdapat beda pendapat
dari pengelola
BUMDes dan
pemerintah desa dalam pertanggungjawaban pengelolaan atau hasil BUMDes.
2 Filya,
(2018)
Optimalisasi Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMdes) Dalam Meningkatkan PADes Di Kecamatan Bojonegoro Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur
Kualitatif Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan BUMDes sudah berjalan baik namun masih belum optimal, dikarenakan
belum terpenuhi
beberapa indikator yaitu tenaga kerja, modal, pangsa pasar,
akuntabel dan
peningkatan laba/rugi. Saran yang diberikan
11
peneliti yaitu: (1) Dilakukannya
perbaikan dan
peningkatan terhadap dimensi dan indikator yang belum terpenuhi, (2) Menarik minat masyarakat terhadap
BUMDes dengan
membuat acara dan (3)
Pemerintah Desa melakukan pendampingan intensif terhadap BUMDes agar memacu pendapatan. 3 Marlina, (2019) Pengelolaan Objek Wisata Air Panas Guna Meningkatkan Pendapatan Asli Desa (Pades) Di Desa Cikupa Kecamatan Banjaranyar Kabupaten Ciamis
Kualitatif Hasil Penelitian
menunjukkan bahwa
Pengelolaan objek
wisata Air Panas dapat meningkatkan
pendapatan asli desa
(PADes) di Desa
Cikupa Kecamatan
Banjaranyar
Kabupaten Ciamis
akan tetapi ada
beberapa kendala
dalam pengelolaan
12 4 Saragi &
Abdullah, (2020)
Peran Badan Usaha Milik Desa Dalam Pengelolaan Objek
Wisata Di Desa
Denai Lama
Kecamatan Pantai
Labu Kabupaten Deli Serdang
Kualitatif Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Badan Usaha Milik Desa sangat berperan dalam meningkatkan ekonomi masyarakat
Desa Denai Lama
melalui pengelolaan objek wisata, karena
banyak dari
masyarakat Desa
Denai Lama yang
sebelumnya memiliki
ekonomi rendah,
setelah adanya objek wisata dapat dilihat ekonomi masyarakat meningkat melalui program-program yang diberikan Bumdes. 5 Endah, (2018) Mewujudkan Kemandirian Desa Melalui Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa
Kualitatif Hasil penelitian
menyatakan bahwa
keberadaan Badan
Usaha Milik Desa
dalam menggerakan
ekonomi masyarakat
desa dengan
memanfaatkan potensi berupa sumber daya alam dan sumber daya
13
manusia. BUMDes
memberi nilai positif bagi pendapatan asli desa dan memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
6 Wicaksono
dkk., (2017)
Peran Badan Usaha
Milik Desa
(BUMDes)
Amanah Dalam
Meningkatkan
Pendapatan Asli
Desa Padang Jaya
Kecamatan Kuaro
Kabupaten Paser
Kualitatif Hasil penelitian
menyatakan bahwa
Peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
Amanah Dalam
Meningkatkan
Pendapatan Asli Desa Padang Jaya adalah melalui pengelolaan keuangan yang baik dengan alur akuntansi, melalui pengelolaan aset desa yang menjadi sumber usaha seperti unit air bersih, unit kebun desa dan unit pasar desa, pengelola
BUMDes Amanah
sudah mampu
mengadakan
kerjasama dengan
pihak ketiga yaitu sebagai agen BRILink 7 Faruk dkk.,
(2020)
Optimalisasi Badan Usaha Milik Desa
Kualitatif Hasil penelitian
14 Situ Rancabunar Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Desa Bojongmengger Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis Oleh optimalisasi pengelolaan Badan
Usaha Milik Desa
dilakukan melalui
kerjasama dengan
berbagai pihak,
melalui penambahan sarana dan prasarana wisata, menghasilkan bertambahnya
kepercayaan, bertambahnya
kunjungan wisata serta bertambahnya
pendapatan Badan
Usaha Milik Desa dan masyarakat sekitar Badan Usaha Milik Desa.
8 Ayu & Desi, (2017) Optimalisasi Pengelolaan Pendapatan Asli Desa Untuk Meningkatkan Pembangunan Perekonomian Desa Pada Desa Pejarakan, Kecamatan
Gerokgak,
Kabupaten Buleleng
Kualitatif Hasil penelitian
menunjukan bahwa
BUMDes Desa
Pejarakan berperan dalam meningkatnya Pendapatan Asli Desa
sehingga nantinya
Pemerintah Desa dapat menyelenggarakan
pembangunan yang
berdampak pada
15 9 Kushartono, (2016) Pengembangan Desa Mandiri Melalui Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
Kualitatif Hasil penelitian ini menunjukkan kondisi
BUMDes di
Kabupaten Jepara
sudah berjalan sesuai
dengan tujuan
pembentukan
BUMDes dan mampu membantu meningkatkan perekonomian desa. 10 Putri Nugrahanin, (2018) Optimalisasi Peran BUMDes Desa Bulusulur Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri Dalam Membangun Desa Wisata
Kualitatif Hasil penelitian
menunjukkan bahwa keberadaan BUMDes dapat meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat desa sehingga mampu menggerakkan ekonomi pedesaan dengan mengoptimalkan potensi di Desa Bulusulur. BUMDes dalam membangun desa wisata Bulusur telah memberikan kontribusi pendapatan asli desa (PADes)
16
secara signifikan
meningkat dan
menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat usia produktif.
11 Ma’ruf
dkk., (2017)
Desa Wisata: Sebuah Upaya
Mengembangkan Potensi Desa Dan Meningkatkan Pendapatan Asli Des
Kualitatif Hasil penelitian
menyatakan bahwa
adanya pemanfaatan sumber dan potensi
desa yang
dikembangkan secara ekonomi memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Desa (PADesa).
2.2 Landasan Teori
Penelitian ini membahas tentang Analisis Prinsip Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa Melalui Sektor Wisata Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Desa, maka diambil beberapa teori yang relevan untuk dijadikan referensi dalam penelitian ini :
1. Pengertian Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
BUMDes adalah bentuk badan usaha yang seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan modal langsung yang berasal dari hasil kekayaan dan potensi desa. Lembaga ini diprediksi menjadi kekuatan besar yang akan mendorong terciptanya peningkatan kesejahteraan dengan berbagai cara, salah satunya dengan menciptakan produktivitas ekonomi bagi desa berdasar pada keberagaman potensi yang dimiliki desa (Undang-Undang No. 6 Tahun 2014, 2014). BUMDes juga dapat diartikan sebagai usaha yang dicirikan desa yang didirikan secara Bersama-sama oleh pemerintah desa bersama dengan masyarakat desa. Dimana badan usaha ini memiliki tugas untuk dapat
17
menggunakan potensi ekonomi serta potensi sumber daya alam dan potensi sumber daya manusia dalam meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat desa.
Keberadaan BUMDes menjadi salah satu badan usaha yang didorong untuk menghasilkan Pendapatan Asli Desa. Hal ini sesuai dengan pengertian BUMDes yang diatur dalam Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah desa yang mengamanatkan bahwa BUMDes didirikan salah satunya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PADes). Peluang dan kesempatan BUMDes sangat besar sebagai tonggak kemandirian ekonomi yang sekaligus dapat sebagai lembaga yang menampung kegiatan ekonomi masyarakat yang berkembang dan potensi desa dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
Dinyatakan dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 bahwa BUMDes dapat didirikan sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa setempat. Yang dimaksud dengan kebutuhan dan potensi desa adalah sebagai berikut :
a. Kebutuhan masyarakat terutama dalam pemenuhan kebutuhan pokok
b. Tersedianya sumber daya desa yang belum dimanfaatkan secara optimal
c. Tersedianya sumber daya manusia yang mampu mengelola badan usaha sebagai asset penggerak perekonomian masyarakat
d. Adanya unit-unit yang merupakan kegiatan ekonomi
Dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengeloaan dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa pasal (25) menyatakan bahwa Strategi pengelolaan BUMDes bersifat bertahap dengan mempertimbangkan perkembangan dari inovasi yang dilakukan oleh BUMDes, meliputi:
18
a. sosialisasi dan pembelajaran tentang BUMDes
b. pelaksanaan Musyawarah Desa dengan pokok bahasan tentang BUMDes
c. pendirian BUMDes yang menjalankan bisnis sosial (social business) dan bisnis penyewaan (renting)
d. analisis kelayakan usaha BUMDes yang berorientasi pada usaha perantara (brokering), usaha bersama (holding), bisnis sosial (social business), bisnis keuangan (financial business) dan perdagangan (trading), bisnis penyewaan (renting) mencakup aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan sumber daya manusia, aspek keuangan, aspek sosial budaya, ekonomi, politik, lingkungan usaha dan lingkungan hidup, aspek badan hukum, dan aspek perencanaan usaha.
e. pengembangan kerjasama kemitraan strategis dalam bentuk kerjasama BUMDes antar Desa atau kerjasama dengan pihak swasta, organisasi sosial-ekonomi kemasyarakatan, dan/atau lembaga donor f. diversifikasi usaha dalam bentuk BUM Des yang berorientasi pada bisnis keuangan (financial business) dan usaha bersama (holding). Dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa dijelaskan mengenai pendirian BUMDes yang didalamnya terdapat tahap perencanaan dalam pendirian BUMDes. Tujuan dari perencanaan pendirian BUMDes sendiri yaitu seperti yang dijelaskan pada pasal (3) antara lain meningkatkan perekonomian desa dengan mengoptimalkan potensi desa yang ada, meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan masyarakat desa dengan membuka lapangan pekerjaan. Selain itu, pada pasal (4) perencanaan juga dimaksudkan dengan mempertimbangkan beberapa hal seperti inisiatif pemerintah dan masyarakat desa, potensi usaha ekonomi desa, sumberdaya alam desa, sumberdaya manusia untuk mengelola BUMDes serta penyertaan modal BUMDes yang dijelaskan pada pasal (17)
19
bahwa modal awal BUMDes bersumber dari APB Desa kemudian modal BUMDes terdiri atas penyertaan modal Desa dan penyertaan modal masyarakat Desa. Pada pasal (5) Pertimbangan-pertimbangan tersebut nantinya akan dimusyawarahkan melalui musyawarah desa yang dihadiri oleh perangkat serta masyarakat desa.
2. Prinsip-prinsip Pengelolaan BUMDes
Beddu et al., (2020) pengelolaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang berintikan perencanaan, pengorganisasian, penggarahan dan pengawasan atau usaha yang bertujuan menggali sumberdaya yang dimiliki secara efektif untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok yang telah ditentukan.
Dalam penyelesaian akan sesuatu tersebut, terdapat tiga faktor yang terlibat antara lain:
a. Adanya penggunaan sumber daya organisasi, baik sumber daya manusia maupun faktor-faktor produksi lainya.
b. Proses yang bertahap mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengimplementasian, hingga pengendalian dan pengawasan.
c. Adanya seni dalam penyelesaian pekerjaan.
Menurut Buku Panduan Badan Usaha Milik Desa yang dikeluarkan oleh Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan dalam Panduan Pendirian dan Pengelolaan BUMDes, (2007:13) prinsip-prinsip pengelolaan BUMDes penting untuk dielaborasi atau diuraikan agar difahami dan dipersepsikan dengan cara yang sama oleh pemerintah desa, anggota (penyertaan modal), BPD, Pemkab, dan masyarakat. Terdapat 6 (enam) prinsip dalam mengelola BUMDes yaitu:
a) Kooperatif, Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus mampu melakukan kerjasama yang baik demi pengembangan dan kelangsungan hidup usahanya. Prinsip kooperatif berjalan baik
20
dengan jika dilandasi syarat membangun kebersamaan atau menjalin keeratan hubungan dengan masyarakat desa maupun pihak ketiga, sehingga saling menguntungkan dan saling adanya keterbukaan yang menjadi daya dorong (steam engine) dalam upaya mengurangi pengangguran. Filya, (2018) Suatu proses kooperatif dikatakan berhasil jika ada Kerjasama yang baik untuk pengembangan usaha yang saling menguntungkan.
b) Partisipatif. Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus bersedia secara sukarela atau diminta memberikan dukungan dan kontribusi yang dapat mendorong kemajuan usaha BUMDes. Prinsip partisipatif dikatakan berhasil adanya peran serta dukungan masyarakat maupun pemerintah desa dalam suatu kegiatan perencanaan dan pengelolaan termasuk didalamnya memutuskan tentang rencana-rencana kegiatan yang akan dilaksanakan. Meilinawati, (2018) partisipasi dikatakan berjalan baik jika terdapat keterlibatan aktif dari seseorang, atau sekelompok orang (masyarakat) secara sadar untuk berkontribusi secara sukarela dalamprogram pembangunan dan terlibatmulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring sampai pada tahap evaluasi
c) Emansipatif. Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus diperlakukan sama tanpa memandang golongan, suku, dan agama. Prinsip emansipatif dapat berjalan baik jika dilandasai dengan tidak memandang latar belakang perbedaan apapun dalam bermasyarakat artinya tidak membeda bedakan masyarakat dari golongan maupun suku ras dan agama. (Filya, 2018) Emansipatif dikatakan berhasil apabila Perlakuan dan pelayanan yang sama dari pengelola BUMDes dalam memberikan hak yang sepatutnya diberikan kepada orang atau sekumpulan orang sudah diterapkan. d) Transparan. Aktivitas yang berpengaruh terhadap kepentingan
masyarakat umum harus dapat diketahui oleh segenap lapisan masyarakat dengan mudah dan terbuka. Prinsip transparansi
21
dikatakan berjalan baik jika kegiatan atau keuangan dalam BUMDes dilaksanakan secara jelas dan dapat diakses dengan mudah sehingga akan memperoleh kepercayaan dari masyarakat. Novatiani dkk., (2019) Dikatakan transparan apabila dalam penyelenggaraan pemerintahannya mudah diakses atau diketahui oleh masyarakat sehingga masyarakat bisa memantau sekaligus mengevaluasi kinerja pemerintah.
e) Akuntabel. Seluruh kegiatan usaha harus dapat dipertanggung jawabkan secara teknis maupun administratif. Untuk menunjang terlaksananya prinsip akuntabel maka terdapat beberapa prasyarat yang diperlukan oleh pengurus BUMDes untuk mencapai kinerja
yang berkesinambungan yaitu mempertanggungjawabkan
kinerjanya secara transparan dan wajar secara teknis maupun administratif. Artini dkk., (2018) Suatu organisasi dikatakan akuntabel jika kinerja para pelayanan publik (pemerintah) dan perencanaan keuangan dapat dipertanggungjawabkan dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik sumber inputnya, prosesnya, maupun peruntukan/pemanfaatan outputnya bagi kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan dan pelayanan masyarakat.
f) Sustainable. Kegiatan usaha harus dapat dikembangkan dan dilestarikan oleh masyarakat dalam wadah BUMDes. Prinsip sustainable dikatakan berhasil jika sumber daya yang dikelolah tidak hanya satu dua tahun berjalan akan tetapi berkelanjutan. Jaya, (2004) Suatu kondisi dikatakan berkelanjutan (sustainable) jika sumber daya alam dikelola sedemikian rupa untuk memelihara kesempatan produksi dimasa mendatang, keberlanjutan adalah kondisi dimana sumber daya alam dikelola untuk mempertahankan produksi jasa sumber daya alam, dan keberlanjutan adalah adanya kondisi keseimbangan dan daya tahan (resilience) ekosistem terpenuhi.
22
Prinsip-prinsip dalam pengelolaan BUMDes tersebut diharapkan dapat memberikan nilai positif untuk perkembangan BUMDes kedepannya dan juga memberikan nilai positif dan produktivitas untuk anggotanya. Selain itu, dengan diterapkannya prinsip-prinsip tersebut diharapkan pula dapat membuat BUMDes dapat memberikan lebih banyak manfaat untuk seluruh masyarakat desa serta dapat menggali potensi desa yang ada di wilayah BUMDes berada.
3. Pengertian Pendapatan Asli Desa (PADes)
Menurut ketentuan Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 71 Ayat (1) Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa. Permendagri No. 113 Tahun 2014, keuangan desa dikelola dengan asas-asas Transparansi, Akuntabel, Partisipatif serta dilakukan dengan tertib disiplin anggaran.
Pasal 72 Ayat (1), disebutkan sumber pendapatan desa berasal dari:
a. Pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa; b. Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
c. Bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota;
d. Alokasi dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota;
e. Bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota;
f. Hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; dan lain-lain pendapatan Desa yang sah.
23
Berdasarkan penjelasan dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 72 Ayat (1) huruf a yang dimaksud dengan “Pendapatan Asli Desa” adalah pendapatan yang berasal dari kewenangan Desa berdasarkan hak asal usul dan kewenangan skala lokal Desa. Yang dimaksud dengan “hasil usaha” termasuk juga hasil BUMDes. Pendapatan Desa sebagaimana dimaksud meliputi semua penerimaan uang melalui rekening desa yang merupakan hak desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa.