MINAT PETANI TERHADAP PROGRAM PENGEMBANGAN JAGUNG HIBRIDA PUTIH DI KABUPATEN GROBOGAN
Rawit Kusumo Atmojiwa, Sapja Anantanyu, Sutarto
Program Studi Agribisnis Fakultas PertanianUniversitas Sebelas Maret Jl.Ir. Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./ Fax.(0271) 637457
E-mail:[email protected]
Abstract:The aim of this research is to determine the farmers interest toward white hybrid corn development program and the influence of independent variables (the level of harmony, experiences to farm, age, formal education, non-formal education, income and the role of PPL) to the farmers interest toward white hybrid corn development program at Grobogan Regency, The basic method in this research is explanatory. The sampling method in this research using proportional random sampling. The data used are primary and secondary data. Data collection techniques used were interviews, observation and recording. Data analysis method used are the interval width analysis and multiple linear regression. The results showed that the level of farmers interest toward white hybrid corn development program is high with a percentage of 80% from 35 respondents. Based on F test, independent variables are together significant to farmers interest toward white hybrid corn development program with a significance value of 0.003. Based on the results of the t test, variables of farm experience, age and non-formal education individually significant on the farmers interest with a significance value of less than 0.05 (α), while the level of harmony, formal education, income and the role of PPL did not significantly affect to farmers interest with significance value of 0.05 (α).
Keywords: Development, Hybrid Corn, Interests, Multiple Linear Regression
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui minat petani terhadap program pengembangan jagung hibrida putih dan pengaruh variabel bebas (tingkat kerukunan, pengalaman berusahatani, umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pendapatan dan peran PPL) terhadap minat petani terhadap program pengembangan jagung hibrida putih di Kabupaten Grobogan.
Metode dasar yang digunakan adalah metode explanatori. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode proportional random sampling. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan pencatatan. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis lebar interval dan regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat minat petani terhadap program pengembangan jagung hibrida putih tergolong tinggi dengan presentase 80%
dari 35 responden. Berdasarkan uji F variabel bebas berpengaruh nyata secara bersama-sama terhadap minat petani terhadap program pengembangan jagung hibrida putih dengan nilai signifikansi 0,003. Berdasarkan hasil uji t variabel pengalaman berusahatani, umur dan pendidikan non formal berpengaruh nyata secara individu terhadap minat petani dengan nilai signifikansi kurang dari 0,05 (α), sedangkan tingkat kerukunan, pendidikan formal, pendapatan dan peran PPL tidak berpengaruh nyata terhadap minat petani dengan nilai signifikansi lebih dari 0,05 (α).
Kata Kunci: Jagung Hibrida, Minat Petani, Pengembangan, Regresi Linear Berganda
PENDAHULUAN
Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti negara yang mengandalkan sektor pertanian baik sebagai mata pencaharian maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian merupakan penopang perekonomian di Indonesia karena pertanian membentuk proporsi yang sangat besar memberikan sumbangan untuk kas pemerintah. Khususnya untuk komoditi jagung merupakan salah satu bahan pokok makanan di Indonesia yang memiliki kedudukan cukup penting setelah beras (Cristoporus dan Sulaeman, 2009), selain itu jagung juga dapat dijadikan sebagai pakan ternak.
Provinsi Jawa Tengah yang merupakan salah satu sentra produksi jagung, di Indonesia dimana memiliki beberapa Kabupaten yang melakukan usahatani jagung. Salah satu kabupaten yang menjadi sentra produksi jagung adalah Kabupaten Grobogan. Berikut data produksi jagung pada lima Kabupaten di Jawa Tengah menurut Jawa Tengah Dalam Angka 2014. Dapat dilihat pada Tabel 1. Tingginya produksi jagung Kabupaten Grobogan membuat pemerintah Kabupaten Grobogan ingin mempertahankan dan meningkatkan produksi jagung dengan cara melaksanakan program
pengembangan jagung hibrida putih.
Jagung hibrida putih ini mempunyai berbagai kelebihan diantaranya potensi hasil tinggi, 9-10 ton/ha, stay green, cukup toleran terhadap hama penyakit dan jagung hibrida putih dapat dijadikan sebagai makanan pengganti beras di Kabupaten Grobogan (Litbang, 2012). Adanya program pengembangan ini juga dapat membantu program yang telah dicanangkan yaitu diversifikasi pangan.
Dalam pengembangan program jagung hibrida putih tidak lupa pemerintah Kabupaten Grobogan harus mengetahui bagaimana minat para petani jagung. Hal ini penting diketahui agar program tersebut dapat berjalan secara maksimal.
Program tersebut juga tepat sasaran untuk mensosialisasikan dan menjalankan inovasi baru yaitu jagung hibrida putih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana minat petani terhadap program pengembangan jagung hibrida putih dan faktor apa saja yang mempengaruhi minat petani.
Tabel 1. Produktivitas Jagung di Jawa Tengah Tahun 2013
No. Kabupaten Produksi (Ton)
1. Grobogan 559 555
2. Wonogiri 267 973
3. Blora 228 428
4. Kendal 195 565
5. Demak 165 115
Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Tengah, 2014
METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksplanatori yaitu metode yang mempunyai tujuan untuk menguji hipotesis yang menyatakan hubungan sebab akibat (Soehartono, 2000).
Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta mengenai fenomena-fenomena yang ada di dalam obyek penelitian.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Grobogan karena program pengembangan jagung hibrida putih ini hanya ada di Kabupaten Grobogan. Dipilih 3 kecamatan yang menjadi daerah sebagai percobaan program pengembangan jagung hibrida putih, yaitu: Kecamatan Grobogan, Wirosari dan Tawangharjo.
Penentuan sampel menggunakan cara multistage random sampling dengan Pengambilan sampel setiap kelompok tani dilakukan secara proporsional dari seluruh populasi petani yang mengikuti program pengembangan jagung hibrida putih di Kabupaten Grobogan.
Singarimbun (1995) menyatakan jumlah sampel yang akan dianalisis harus mengikuti distribusi normal, dimana sampel yang tergolong mengikuti distribusi normal adalah sampel yang jumlahnya lebih besar atau sama dengan 30 responden.
Sampel pada penelitian ini berjumlah 35 responden. Metode analisis data yang digunakan yaitu analisis lebar interval dan analisis regresi linier berganda.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini sebagai berikut: Tingkat Minat Petani Terhadap Program Pengembangan Jagung Hibrida Putih di Kabupaten Grobogan. Tingkat minat petani merupakan tingkat seberapa besar petani berminat terhadap inovasi baru. Minat petani terhadap program pengembangan jagung hibrida putih ini dapat dilihat dari aspek kognisi, emosi serta konasi terhadap inovasi baru ini.. Tingkat minat petani dapat dilihat pada tabel 2.
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa tingkat minat petani terdahap program pengembangan jagung hibrida putih dilihat dari aspek kognisi dalam kategori tinggi, dengan presentase 37,15% dari 35 responden, Tingginya minat dikarenakan usaha para petani untuk mencari informasi mengenai jagung hibrida putih. Berbagai media digunakan untuk mencari informasi mengenai jagung hibrida putih, petani tidak hanya mengandalkan informasi dari penyuluh saja. Sumber saluran komunikasi member rangsangan (informasi) kepada seseorang selama proses keputusan inovasi itu berlangsung. Seseorang pertama kali mengenal dan mengetahui inovasi terutama dari media massa (Rogers dan Shoemaker, 1971)
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa tingkat minat petani terdahap program pengembangan jagung hibrida putih dilihat dari emosi dalam kategori tinggi dengan presentase 77,14% dari 35 responden. Perasaan senang yang dirasakan petani seperti cara penanaman jagung hibrida putih
yang mudah karena sama seperti penanaman jagung seperti biasanya, waktu panen lebih cepat,pemasaran jagung putih juga mudah dan harga jual jagung hibrida putih yang lebih tinggi karena jagung hibrida putih dapat diolah lagi menjadi makanan ringan seperti nasi jagung, warneng dll.
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa tingkat minat petani terdahap program pengembangan jagung hibrida putih dilihat dari kehendak petani dalam membudidayakan jagung hibrida putih dalam kategori sedang dengan presentase 40,00%
dari 35 responden. Kehendak responden adalah responden mau membudidayakan jagung hibrida putih dengan hanya menanami sebagian lahan garapannya dengan jagung hibrida putih. Alasannya karena petani tidak mau menerima
resiko yang terlalu tinggi dengan membudidayakan komoditas yang baru ini. Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa total tingkat minat petani terdahap program pengembangan jagung hibrida putih ada pada kategori tinggi dengan presentase 80,00% dari 35 responden. Tingkat minat merupakan tingkat seberapa besar petani berminat menanam jagung hibrida putih pada musim tanam selanjutnya baik dilihat dari aspek kognisi, emosi dan konasi terhadap jagung hibrida putih.
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Keefektifan SL-PTT
Dimensi Katagori Skor Jumlah Presentase (%)
Kognisi terhadap inovasi Sangat Tidak Setuju 6-10,8 1 2,85
Tidak Setuju 10,9-15,7 11 31,43
Netral 15,8-20,6 8 22,86
Setuju 20,7-25,5 13 37,15
Sangat Setuju 25,6-30,4 2 5,71
Jumlah 35 100
Emosi terhadap inovasi Sangat Tidak Setuju 9-16,2 0 0
Tidak Setuju 16,3-23,5 0 0
Netral 23,6-30,8 4 11,43
Setuju 30,9-38,1 27 77,14
Sangat Setuju 38,2-45,4 4 11,43
Jumlah 35 100
Konasi terhadap inovasi Sangat Tidak Setuju 2-3,6 0 0
Tidak Setuju 3,7-5,3 5 14,29
Netral 5,4-7,0 14 40,00
Setuju 7,1-8,7 12 34,28
Sangat Setuju 8,8-10,4 4 11,43
Jumlah 35 100
Minat petani terhadap program pengembangan jagung hibrida putih
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Netral
17-30,6 30,7-44,3
44,4-58
0 0 7
0 0 20
Setuju 58,1-71,7 28 80
Sangat Setuju 71,8-85,4 0 0
Jumlah 35 100
Sumber: Analisis Data Primer
Pengaruh Variabel Bebas Terhadap Minat Petani dilihat dari model persamaan minat petani.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh model persamaan Minat di Kabupaten Grobogan sebagai berikut:
Y = 1.869 + 0,013 X1 – 0,040 X2 + 0,038 X3 – 0,14 X4 – 0,133 X5 + 3.060E-8 X6 + 0,091 X7
Dimana Y adalah minat petani terhadap program pengembangan jagung hibrida putih, X1 adalah tingkat kerukunan, X2 adalah tingkat pengalaman berusahatani (tahun), X3
adalah umur (tahun), X4 adalah pendidikan formal (tahun), X5 adalah pendidikan non formal (kali), X6 adalah pendapatan (Rp/tahun), dan X7 adalah peran PPL.
Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) dimana uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui besarnya ukuran ketepatan atau kecocokan suatu garis regresi yang diterapkan terhadap suatu kelompok data observasi.
Berdasarkan hasil uji koefisien diketahui bahwa nilai Adjusted R sebesar 0,395. Hal tersebut menyatakan bahwa sebesar 39,5%
variabel bebas (tingkat kerukunan, pengalaman, umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pendapatan dan peran PPL) dapat menjelaskan minat petani terhadap program pengembangan jagung hibrida putih di Kabupaten Grobogan. Sedangkan sisanya
sebesar 60,5 % dapat dijelaskan oleh variabel lain yaitu fungsi kebutuhan yang mencakup, keinginan dan cita- cita, peran sosial, kepribadian, dll.
Uji F digunakan untuk mengetahui tingkat pengaruh semua variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebasnya dengan tingkat kepercayaan dan tingkat signifikansi (α) tertentu.
Berdasarkan hasil analisis uji F diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai tersebut signifikansi sebesar 0,003. Nilai tersebut signifikan pada tingkat kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas yang diamati (tingkat kerukunan, pengalaman, umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pendapatan dan peran PPL) secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel terikat yaitu minat petani terhadap program pengembangan jagung hibrida putih di Kabupaten Grobogan.
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara individu berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas dilakukan uji t tingkat signifikansi (α) dan tingkat kepercayaan tertentu.
Uji t dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS for Window 17 dimana outpunya dilihat dari tabel koefisien dengan tingkat kepercayaan 95%.Hasil analisis uji T dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Pengaruh Variabel Bebas Secara Individu Terhadap Minat Petani dalam Program Pengembangan Jagung Hibrida Putih
Model Koefisien
Regresi
t Hitung Sig.
Umur 0,013 0,238 0,814
Tingkat Pendidikan -0,040** -3,596 0,001
Luas Lahan 0,038** 3,042 0,005
Pengalaman Usahatani -0,014 -0,839 0,409
Sifat Inovasi -0,133** -3,051 0,005
Kompetensi PPL 3,060E-8 1,959 0,061
Tingkat Keaktifan Petani 0,091 0,724 0,476
Sumber : Analisis Data Primer, 2015 Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa variabel bebas yang mempunyai nilai probabilitas signifikan kurang dari α (0,05), maka secara individu berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95%
terhadap minat petani terhadap pengembangan jagung hibrida putih di Kabupaten Grobogan. Variabel bebas yang berpengaruh secara individu minat petani terhadap pengembangan jagung hibrida putih di Kabupaten Grobogan yaitu pengalaman (X2), umur (X3), dan pendidikan non formal (X5).
Sedangkan variabel tingkat kerukunan (X1), pendidikan formal (X4), pendapatan (X6), peran PPL (X7) mempunyai nilai signifikan lebih dari α (0,05) maka variabel bebas ini tidak berpengaruh secara individu terhadap minat petani terhadap pengembangan jagung hibrida putih di Kabupaten Grobogan. Berikut adalah penjelasan mengenai pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap minat petani terhadap pengembangan jagung hibrida putih di Kabupaten Grobogan.
Variabel tingkat kerukunan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,814 > 0,05 (α). Variabel tingkat kerukunan dalam hal ini dapat
diartikan secara individu tidak berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% terhadap minat petani terhadap program pengembangan jagung hibrida putih.
Nilai koefisien regresi variabel ingkat kerukunan positif sebesar 0,013 namun karena tingkat kerkunan tidak berpengaruh nyata terhadap minat petani maka adanya kenaikan atau penurunan variabel tingkat kerukunan tidak menyababkan kanaikan dan penurunan minat petani. Tingkat kerukunan tidak berpengaruh karena pada saat petani berkumpul, berkelompok atau mengadakan pertemuan kelompok tani para petani tidak pernah membicarakan mengenai jagung hibrida putih, kebanyakan para petani membahas masalah yang sedang mereka hadapi saat ini atau komoditas yang mereka sedang budidayakan
Variabel pengalaman memiliki signifikan sebesar 0,001 < 0,05 (α).
Hal ini berarti variabel pengalaman bertani secara individu berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95%
terhadap minta petani terhadap program pengembangan jagung hibrida putih di Kabupaten Grobogan. Nilai koefisien regresi variabel pengalaman bertani negatif
sebesar 0,040. Hal ini menunjukkan petani yang memiliki pengalaman akan lebih memiliki minat yang baik terhadap suatu inovasi yang baru.
Makmur dalam Rukka (2006), menyatakan bahwa pengalaman seseorang akan memberikan kontribusi terhadap minat dan harapannya untuk belajar lebih banyak disbanding petani yang tidak memiliki pengalaman.
Variabel umur memiliki nilai signifikansi sebesar 0,005 < 0,05 (α).
Hal ini berarti variabel umur secara individu berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% terhadap minat petani terhadap program pengembangan jagung hibrida putih di Kabupaten Grobogan. Nilai koefisien regresi variabel umur positif sebesar 0,038 sehingga apabila terjadi peningkatan umur 1 tahun maka minat petani mengalami peningkatan sebesar 0,038. Pada penelitian ini rata-rata umur petani di Kabupaten Grobogan dibawah 65 tahun sehingga dapat lebih mudah dalam menerima inovasi-inovasi yang baru sesuai dengan teori Lubis (2000) yang menyatakan bahwa semakin muda umur petani maka akan semakin semangat untuk mengetahui hal baru, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat menerima adopsi inovasi. Maka dari itu semakin muda umur petani maka minat petani akan mencoba dan menerapkan hal-hal yang baru akan semakin tinggi dan petani yang berumur tua akan tetap sulit untuk menerima hal-hal yang baru.
Variabel pendidikan formal memiliki nilai signifikansi sebesar 0,409 > 0,05 (α). Variabel pendidikan formal dalam hal ini
dapat diartikan secara individu tidak berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% terhadap minat petani terhadap program pengembangan jagung hibrida putih.
Nilai koefisien regresi variabel pendidikan formal negatif sebesar 0,014 namun karena pendidikan formal tidak berpengaruh nyata terhadap minat petani maka adanya kenaikan atau penurunan variabel pendidikan formal tidak menyababkan kanaikan dan penurunan minat petani. Hal ini tidak sesuai dengan teori (Rogers dan Shoemaker, 1971) yang mengemukakan bahwa ciri anggota yang lebih cepat menerima inovasi atau inovatif adalah orang yang lebih berpendidikan, termasuk dalam menguasai kemampuan baca dan tulis. Pendidikan formal tidak berpengaruh karena umumnya petani di Kabupaten Grobogan berminat mengembangkan jagung hibrida putih dikarenakan mengikuti pendidikan non formal sehingga mendapatkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka mengenai jagung hibrida putih.
Variabel pendidikan non formal memiliki nilai signifikansi sebesar 0,005 < 0,05 (α). Hal ini berarti variabel pendidikan non formal secara individu berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95%
terhadap minat petani terhadap program pengembangan jagung hibrida putih di Kabupaten Grobogan. Nilai koefisien regresi variabel pendidikan non formal negatif sebesar 0,133 sehingga apabila terjadi penurunan pendidikan non formal sebesar 1% maka minat petani mengalami peningkatan sebesar 0,133. Pada penelitian ini
pendidikan non formal mempengaruhi minat petani di Kabupaten Grobogan terhadap program pengembangan jagung hibrida putih. semakin banyak petani mengikuti pendidikan non formal seperti halnya penyuluhan, sosialisasi dan pelatihan maka pengetahuan petani akan tinggi karena akan banyak mendapatkan informasi sehingga akan menumbuhkan minat petani. Menurut Mulyono (2001) pendidikan petani dipengaruhi oleh frekuensi petani mengikuti kegiatan penyuluhan pertanian. Dimana kegiatan penyuluhan pertanian diakui lebih banyak memberikan sumbangan pada keberhasilan pembangunan pertanian di Indonesia.
Penyuluhan telah berhasil menyampaikan berbagai inovasi.
Variabel pendapatan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,061 >
0,05 (α). Variabel pendapatan dalam hal ini dapat diartikan secara individu tidak berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95%
terhadap minat petani terhadap program pengembangan jagung hibrida putih. Nilai koefisien regresi variabel pendapatan positif sebesar 3,060E-8 namun karena pendapatan tidak berpengaruh nyata terhadap minat petani maka adanya kenaikan atau penurunan variabel pendapatan tidak menyababkan kanaikan dan penurunan minat petani. Hal ini bertentengan dengan penelitian yang dilakukan (Panurat, 2014) dimana dalam penelitiannya mengatakan bahwa jika pendapatan tinggi maka semakin tinggi minat dan didukung oleh teori Suyanto dalam Panurat (2014) menyatakan pendapatan adalah jumlah dana yang diperoleh dari pemanfaatan faktor produksi
yang dimiliki, yang dapat mempengaruhi minat seseorang.
Pendapatan tidak mempengaruhi minat petani untuk membudidayakan jagung hibrida putih karena menurut petani pendapatan yang mereka peroleh dari hasil usahataninya sudah cukup. Petani di Kabupaten Grobogan meresa komoditas apa saja yang ditanam hasilnya sama saja karena mereka hanya tergantung kepada tengkulak mengenai harga jualnya. Dalam hal inilah pendapatan tidak perbengaruh terhadap minat petani terhadap program pengembangan jagung hibrida putih.
Variabel peran PPL memiliki nilai signifikansi sebesar 0,476 >
0,05 (α). Variabel peran PPL dalam hal ini dapat diartikan secara individu tidak berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95%
terhadap minat petani terhadap program pengembangan jagung hibrida putih. Nilai koefisien regresi variabel peran PPL positif sebesar 0,091 namun karena peran PPL tidak berpengaruh nyata terhadap minat petani maka adanya kenaikan atau penurunan variabel peran PPL tidak menyababkan kanaikan dan penurunan minat petani. Hal ini bertolak belakang dengan teori Mardikanto (1996), yang menyatakan bahwa semakin rajin penyuluh menawarkan inovasi, proses penerapan inovasi akan semakin cepat pula. Demikian juga, jika penyuluh mampu berkomunikasi secara efektif dan trampil menggunakan saluran komunikasi secara efektif, proses penerimaan inovasi (pesan) pasti akan berlangsung lebih cepat dibanding dengan yang lainnya. Peran PPL tidak berpengaruh karena PPL hanya
memberikan informasi atau bantuan kepada petani terkait masalah- masalah yang dihadapi petani terhadap komoditas yang sedang dibudidayakan, sehingga PPL hanya fokus pada masalah yang sedang dihadapi petani, sehingga diharapkan pada musim tanam selanjutnya petani mengerti apa yang harus dilakukan jika menghadapi masalah yang sama.
SIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil tingkat minat petani terhadap program pengembangan jagung hibrida putih ada pada kategori tinggi dapat dilihat dari aspek kognisi, emosi dan konasi. Ketiga aspek tersebut dapat menggambarkan bagaimana minat petani. Selanjutnya, variabel bebas yang berpengaruh secara individu terhadap minat petani dalam program pengembangan jagung hibrida putih di Kabupaten Grobogan yaitu tingkat pengalaman berusahatani (X2), umur (X3) dan pendidikan non formal (X5). Variabel tingkat kerukunan (X1), pendidikan formal (X4), pendapatan (X6) dan peran PPL (X7) mempunyai nilai signifikan lebih dari α (0,05) maka variabel bebas ini tidak berpengaruh secara individu terhadap tingkat keefektifan SL-PTT.
Saran penelitian yang dilakukan sebaiknya Pendidikan non formal untuk kelompok tani kualitas materinya lebih dimaksimalkan agar petani lebih paham informasi inovasi-inovasi baru yang di programkan oleh pemerintah. Baik dari proses sebelum tanam sampai panen dan pasca panennya, sehingga tersalurkan antara kebutuhan pemerintah dan kebutuhan petani itu
sendiri. Pendidikan non formal tidak hanya dari penyuluhan saja juga dapat dari sosialisasi, seminar, kunjungan maupun pelatihan sehingga pengetahuan petani juga tinggi terhadap inovasi-inovasi yang baru. Perlunya penambahan lahan demplot supaya penyebaran informasi mengenai jagung hibrida putih dapat lebih cepat sehingga akan mempengaruhi adopsi dari inovasi jagung hibrida putih.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang. 2012. Pedoman Umum PTT Padi Sawah.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Badan Pusat Statistik Jawa Tengah.
2014. Produksi Jagung di JawaTengah.
http://www.bps.go.id.
Diakses pada 13 November 2014.
Cristoporus dan Sulaeman, 2009.
Analisis Produksi dan Pemasaran Jagung di Desa Labuan Toposo Kecamatan Tawaeli Kabupaten Donggala. Jurnal Agroland Vol.16, No. 2. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Tadulako. Hal 141-147.
Lubis, S.N. 2000. Adopsi Teknologi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Medan:
USU Press.
Mardikanto, T. 1996. Penyuluhan Pembangunan Kehutanan.
Surakarta: UNS Press
Panurat, S. M. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Petani Berusahatani Padi di
Desa Sendangan
Kecamatan Kakas
Kabupaten Minahasa.
Skripsi: Manado. Fakultas Pertanian Universita Samratulangi
Rogers, Everett, dan Floid
Shoemaker. 1971.
Memasyarakatkan Ide-ide Baru. Diterjemahkan oleh Abdillah Hanafi. Surabaya:
Usaha Nasional.
Rukka, Hermaya. 2006. Hubungan Karakteristik Petani dengan Respon Petani Terhadap Penggunaan Pupuk Organik Pada padi Sawah. Jurnal Agrisistem, Vol 2(1), ISSN 1858-4330. Hal 23-31
Singarimbun, M. dan Effendi, S.
1995. Metodologi Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.
Soehartono, I. 2000. Metode Penelitian Sosial. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.