• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIKAP PETANI JAGUNG HIBRIDA TERHADAP PEDAGANG PERANTARA DI DESA BULU LOE, KECAMATAN TURATEA KABUPATEN JENEPONTO MUSLIMIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SIKAP PETANI JAGUNG HIBRIDA TERHADAP PEDAGANG PERANTARA DI DESA BULU LOE, KECAMATAN TURATEA KABUPATEN JENEPONTO MUSLIMIN"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

SIKAP PETANI JAGUNG HIBRIDA TERHADAP PEDAGANG PERANTARA DI DESA BULU’LOE, KECAMATAN

TURATEA KABUPATEN JENEPONTO

MUSLIMIN 105 960 76 09

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2014

(2)

SIKAP PETANI JAGUNG HIBRIDA TERHADAP PEDAGANG PERANTARA DI DESA BULU’LOE, KECAMATAN

TURATEA KABUPATEN JENEPONTO

MUSLIMIN 105 960 76 09

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Petanian Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2014

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

Sikap Petani Jagung Hibrida Terhadap Pedagang Perantara Di Desa Bulu’loe, Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto

adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, Mei 2014

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Sikap Petani Jagung Hibrida Terhadap Pedagang Perantara Di Desa Bulu’loe, Kecamatan Turatea, Kabupaten Jeneponto

Nama : Muslimin

Nim : 105 960 76 09

Program Studi : Agribisnis

Konsentrasi : Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas : Pertanian

Telah diperiksa dan disetujui Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Nailah Husain, M.Si. Amruddin, S.Pt, M.Si.

Diketahui Oleh

Dekan Ketua Program Studi

Ir. Saleh Molla, M.M. Amruddin, S.Pt, M.Si.

(5)

ABSTRAK

Muslimin, 105 96 102 09 Sikap Petani Jagung Hibrida Terhadap Pedagang Perantara di Desa Bulu’loe, Kecamatan Turatea, Kabupaten Jeneponto dibawah bimbingan oleh NAILAH HUSAIN dan AMRUDDIN .

Penelitian ini bertujuana untuk mengetahui sikap petani jagung hibrida terhadap pedagang perantara jagung hibrida di Desa Bulu’loe, Kecamatan Turatea.

Lokasi yang dipilih adalah Desa Bulu’loe, Kecamatan Turatea, Kabupaten Jeneponto dengan pertimbangan bahwa daerah ini memiliki produksi jagung hibrida. Penelitian dilakukan selama 2 bulan yaitu Februari sampai dengan April 2014.

Populasi yang diteliti adalah seluruh petani jagung hibrida yang berada di, Desa Bulu’loe, Kecamatan Turatea, Kabupaten Jeneponto yang berjumlah 302 orang. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan yaitu acak sederhana (simple random sampling), dimana dari populasi di ambil 10 % , sehingga sampel responden yang diteliti yaitu 30 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dokumentasi,

Faktor yang membentuk sikap petani terhadap pedagang perantara yakni kegiatan pendidikan non formal lebih memilih penyuluhan pertanian sebanyak 19 orang (63,33%), Petani mempunyai pengalaman membudidayakan jagung hibrida selama >11 tahun sebanyak 20 responden (66,67%), Jumlah orang lain yang dapat mempengaruhi pendapat, pikiran, dan tingkah laku petani terhadap pedagang perantara yaitu PPL sebanyak 20 orang petani (66,67%) dan pihak lain yaitu petani lain sebanyak 10 responden (33,33%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa petani jagung mempunyai sikap yang baik terhadap harga yang diberikan pedagang perantara. Hal ini dapat dilihat dari segi harga yang diterima petani, petani memandang bahwa harga yang rendah terjadi karena faktor pasar.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PENGESAHAN ……….. ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iii

RIWAYAT HIDUP……… iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN ………. 1

1.1. Latar Belakang ………. 1

1.2. Rumusan Masalah……… 4

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ……… 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Sikap ... ... 5

2.2. Petani ... 8

2.3. Jagung Hibrida ... 9

2.4. Pengertian Pemasaran ... 11

2.5. Harga ... 12

2.6. Pedagang Perantara ... 13

2.7. Kerangka Pikir ... 17

(7)

III. METODE PENELITIAN ……….. 18

. 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ……… 18

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 18

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 18

3.4. Analisis Data ... 19

3.5. Definisi Operasional ... 19

IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ……… 21

4.1 Batas Wilayah dan Tofografi ... 21

4.2 Keadaan Iklim ... 21

4.3 Pola Penggunaan Lahan ... 22

4.4 Keadaan Penduduk ... 22

4.5 Tingkat Pendidikan ... 24

4.6 Mata Pencaharian ... 25

4.7 Sarana dan Prasarana ... 26

V HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 28

5.1 Karakteristik Responden ... 28

5.2 Faktor Pembentuk Sikap ... 31

5.3 Sikap Petani terhadap Pedagang Perantara ... 33

VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

6.1 Kesimpulan ... 36

6.2 Saran ... 36 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Pola Penggunaan lahan di Desa Bulu’loe, Kecamatan Turatea

Kabupaten Jeneponto ……… 22

2. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat umur dan jenis kelamin

di Desa Bulu’loe, Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto.`…………. 23 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di

Desa Blulu’loe, Kecamatan Turatea, Kabupaten Jeneponto, 2013. …… 24 4. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Desa

Bulu’loe, Kecamatan Turatea, Kabupaten Jeneponto…….………. 25 5. Jenis dan jumlah sarana dan prasarana di Desa Bulu’loe Kecamatan

Turatea Kabupaten Jeneponto……… 26 6. Tingkat Umur Responden di Desa Bulu’loe Kecamatan Turatea

Kabupaten Jeneponto ... 28 7. Tingkat Pendidikan Responden di Desa Bulu’loe Kecamatan

Turatea Kabupaten Jeneponto………. 29 8. Pengalaman Usaha Tani Responden di Desa Bulu’loe Kecamatan

Turatea Kabupaten Jeneponto. ……….. 29 9. Luas Lahan Responden di di Desa Bulu’loe Kecamatan Turatea

Kabupaten Jeneponto. ……… 30

10. Pendidikan Non Formal di Desa Bulu’loe Kecamatan Turatea

Kabupaten Jeneponto.………. 31 11. Pengalaman Pribadi di Desa Bulu’loe Kecamatan Turatea

Kabupaten Jeneponto. ……… 31

12. Pengaruh terhadap Orang Lain di Desa Bulu’loe Kecamatan

Turatea Kabupaten Jeneponto.………. 32 13. Sikap Petani terhadap Pedagang Perantara di Desa Bulu’loe

Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto.……… 34

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 38

2. Identitas Responden ... 41

3. Tabulasi Data Responden ... 42

4. Dokumnetasi Penelitian ... 43

(10)

KATA PENGANTAR

Alhamdullillah, puji dan Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan bimbingannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik, guna memenuhi salah satu syarat studi pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar

Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya Ibu Ir. Nailah Husain, M.Si, dan Bapak Amruddin, S.Pt, M.Si yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan, mengoreksi dan membantu penulis dalam penyempurnaan penulisan skripsi.

Ucapan yang sama penulis sampaikan kepada :

1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar beserta staf.

2. Ketua Progam Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Pada Dosen Pertanian dengan berbagai pengetahuan yang telah diberikan kepada Penulis.

4. Kepala Desa dan petani responden yang telah bersedia memberi data-data primer maupun sekunder sebagai kelengkapan dalam penelitian ini.

5. Rekan-rekan mahasiswa dan rekan kerja penulis yang tak bisa disebutkan satu persatu, atas segala usahanya baik secara fisik maupun mental membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir, semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.

(11)

6. Kedua orang tua, dan saudara-saudaraku, serta seluruh keluarga besar penulis, terima kasih atas segala bentuk sumbangsih yang telah kalian berikan kepada penulis, semoga mendapat Ridho disisiNya Allah SWT, Amin.

Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pertanian dimasa yang akan datang.

Makassar, Juni 2014

Penulis

(12)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komoditas jagung saat ini telah menjadi salah satu komoditas yang strategis. Meski pun masyakarat Indonesia pada umumnya mengkonsumsi jagung bukan sebagai makanan pokok, namun permintaan terhadap komoditas ini menunjukkan adanya peningkatan. Peningkatan permintaan tersebut tidak terlepas dari semakin meningkatnya permintaan jagung untuk kebutuhan bahan pangan, sebagai bahan baku industri maupun pakan ternak. Hal ini menunjukkan adanya implikasi bahwa komoditas jagung kini memiliki peranan yang sangat penting (Anonim. 2011).

Sulawesi Selatan sebagai salah satu wilayah potensial jagung selain pulau Jawa dan Sumatera, kini telah menjadi salah satu target pengembangan jagung di Indonesia Bagian Timur. Dari total potensi pengembangan sebesar 400.000 Ha yang tersebar di sembilan kabupaten, menunjukkan rata-rata produksitifitas hanya sebesar 1.8 ton/Ha. Padahal program pemerintah menetapkan produksi nasional rata-rata adalah 5 ton/Ha. Itu berarti angka yang dicapai Propinsi Sulawesi Selatan sebagai daerah pengembangan jagung masih mempunyai produktifitas yang masih rendah dan perlu ditingkatkan (Warisno, 2009).

Kabupaten Jeneponto adalah salah satu daerah penghasil jagung utama di Sulawesi selatan. Hampir suluruh masyarakat di daerah ini dari tahun ke tahun selalu menanam jagung, termasuk jagung hibrida. Potensi pengembangan jagung di Kabupaten Jeneponto sekitar kurang lebih 60.000 hektar yang dimanfaatkan

(13)

2 setiap tahunnya kurang lebih sekitar 43.000 hektar. Berarti masih ada peluang peningkatan produksi jagung baik melalui perluasan areal tanam maupun peningkatan produktivitas karena potensi hasil jagung hibrida bisa mencapai di atas 10 ton/hektar.

Beberapa kecamatan di Kabupaten Jeneponto merupakan penghasil jagung yang cukup besar, salah satunya adalah Kecamatan Turatea. Produksi jagung di Kecamatan tersebut pada tahun 2007-2011 mengalami peningkatan 10%-15%

yaitu, tahun 2007 produksi jagung hanya mencapai 4.850 ton/ha dan tahun 2011 meningkat 7.973 ton/ha, hal ini disebabkan bertambahnya luas panen (Anonim, 2011).

Melihat potensi jagung hibrida yang begitu besar, maka kegiatan pemasaran adalah hal yang sangat perlu diperhatikan. Dengan sistem pemasaran yang baik maka petani juga akan mendapatkan keuntungan yang besar. Dengan demikian, pendapatan petani akan meningkat.

Pedagang Perantara merupakan unsur yang penting dalam saluran distribusi, karena adanya perantara dalam saluran distribusi akan membantu mengatasi kesenjangan waktu antara proses produksi dengan pemakaian produk oleh konsumen. Perantara turut memberikan andil dalam menjalankan fungsi saluran distribusi, menciptakan manfaat bentuk, manfaat waktu, manfaat tempat dan manfaat kepemilikan. Seorang perantara juga menyediakan jasanya dalam hal pembelian atau penjualan produk yang bergerak dari produsen ke konsumen.

Selain itu perantara juga mendapatkan hak milik dari produk-produk tersebut pada waktu bergerak dari produsen ke konsumen, atau secara aktif mengalihkan hak

(14)

3 milik produk tersebut. Jadi inti dari kegiatan perantara adalah keaktifan mereka dan perantaranya yang menonjol dalam melakukan pembelian, penjualan, dan beberapa fungsi marketing lainnya, misalnya promosi (Pasaribu, 2012).

Pemasaran merupakan hal yang penting dalam usahatani, karena pemasaran berpengaruh terhadap tinggi rendahnya pendapatan petani, berkaitan dengan tingkat harga yang diterima petani. Bila mekanisme pemasaran berjalan baik, maka semua pihak yang terlibat akan diuntungkan.

Petani di Desa Bulu’loe, Kecamatan Turatea, Kabupaten Jeneponto merupakan daerah penghasil jagung dengan produktivitas tertinggi. Petani sebagai pelaksana usahatani jagung sering dihadapkan pada masalah pemasaran hasil produksi. Oleh karena itu peranan lembaga pemasaran yang biasanya terdiri dari produsen, tengkulak, pedagang pengumpul, pengecer menjadi penting. Petani sebagai pelaksana usahatani jagung hibrida sering dihadapkan pada masalah pemasaran hasil produksi. Dalam memasarkan hasil produksinya petani menjualnya ke pedagang perantara, tanpa keberadaan dari pedagang perantara belum tentu semua petani dapat menjual sendiri hasil produksinya. Oleh karena itu pedagang perantara sebagai pelaksana dari kegiatan pemasaran, diharapkan dapat melaksanakan tugas dan fungsi pemasaran dengan baik. Dalam hal ini pedagang perantara berperan dalam kegiatan pemasaran. Berkaitan dengan adanya pedagang perantara, petani memiliki sikap tertentu. Sehingga perlu penelitian lebih lanjut mengenai sikap petani terhadap pedagang perantara.

(15)

4 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana sikap petani jagung hibrida terhadap pedagang perantara di Desa Bulu’loe Kecamatan Turatea ?

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui sikap petani jagung hibrida terhadap pedagang perantara jagung hibrida di Desa Bulu’loe, Kecamatan Turatea

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi petani jagung, dapat memberikan tambahan wawasan dalam melakukan kegiatan pemasaran jagung agar lebih meningkatkan pendapatan para petani jagung

2. Bagi instansi yang terkait, dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan terkait pemasaran tanaman jagung dalam peningkatan pendapatan petani jagung.

3. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai langkah awal dalam penerapan ilmu pengetahuan sebagai pengalaman yang dapat dijadikan referensi, mengingat keterbatasan dalam penelitian ini maka dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang.

(16)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komoditas jagung saat ini telah menjadi salah satu komoditas yang strategis. Meski pun masyakarat Indonesia pada umumnya mengkonsumsi jagung bukan sebagai makanan pokok, namun permintaan terhadap komoditas ini menunjukkan adanya peningkatan. Peningkatan permintaan tersebut tidak terlepas dari semakin meningkatnya permintaan jagung untuk kebutuhan bahan pangan, sebagai bahan baku industri maupun pakan ternak. Hal ini menunjukkan adanya implikasi bahwa komoditas jagung kini memiliki peranan yang sangat penting (Anonim. 2011).

Sulawesi Selatan sebagai salah satu wilayah potensial jagung selain pulau Jawa dan Sumatera, kini telah menjadi salah satu target pengembangan jagung di Indonesia Bagian Timur. Dari total potensi pengembangan sebesar 400.000 Ha yang tersebar di sembilan kabupaten, menunjukkan rata-rata produksitifitas hanya sebesar 1.8 ton/Ha. Padahal program pemerintah menetapkan produksi nasional rata-rata adalah 5 ton/Ha. Itu berarti angka yang dicapai Propinsi Sulawesi Selatan sebagai daerah pengembangan jagung masih mempunyai produktifitas yang masih rendah dan perlu ditingkatkan (Warisno, 2009).

Kabupaten Jeneponto adalah salah satu daerah penghasil jagung utama di Sulawesi selatan. Hampir suluruh masyarakat di daerah ini dari tahun ke tahun selalu menanam jagung, termasuk jagung hibrida. Potensi pengembangan jagung di Kabupaten Jeneponto sekitar kurang lebih 60.000 hektar yang dimanfaatkan

(17)

2 setiap tahunnya kurang lebih sekitar 43.000 hektar. Berarti masih ada peluang peningkatan produksi jagung baik melalui perluasan areal tanam maupun peningkatan produktivitas karena potensi hasil jagung hibrida bisa mencapai di atas 10 ton/hektar.

Beberapa kecamatan di Kabupaten Jeneponto merupakan penghasil jagung yang cukup besar, salah satunya adalah Kecamatan Turatea. Produksi jagung di Kecamatan tersebut pada tahun 2007-2011 mengalami peningkatan 10%-15%

yaitu, tahun 2007 produksi jagung hanya mencapai 4.850 ton/ha dan tahun 2011 meningkat 7.973 ton/ha, hal ini disebabkan bertambahnya luas panen (Anonim, 2011).

Melihat potensi jagung hibrida yang begitu besar, maka kegiatan pemasaran adalah hal yang sangat perlu diperhatikan. Dengan sistem pemasaran yang baik maka petani juga akan mendapatkan keuntungan yang besar. Dengan demikian, pendapatan petani akan meningkat.

Pedagang Perantara merupakan unsur yang penting dalam saluran distribusi, karena adanya perantara dalam saluran distribusi akan membantu mengatasi kesenjangan waktu antara proses produksi dengan pemakaian produk oleh konsumen. Perantara turut memberikan andil dalam menjalankan fungsi saluran distribusi, menciptakan manfaat bentuk, manfaat waktu, manfaat tempat dan manfaat kepemilikan. Seorang perantara juga menyediakan jasanya dalam hal pembelian atau penjualan produk yang bergerak dari produsen ke konsumen.

Selain itu perantara juga mendapatkan hak milik dari produk-produk tersebut pada waktu bergerak dari produsen ke konsumen, atau secara aktif mengalihkan hak

(18)

3 milik produk tersebut. Jadi inti dari kegiatan perantara adalah keaktifan mereka dan perantaranya yang menonjol dalam melakukan pembelian, penjualan, dan beberapa fungsi marketing lainnya, misalnya promosi (Pasaribu, 2012).

Pemasaran merupakan hal yang penting dalam usahatani, karena pemasaran berpengaruh terhadap tinggi rendahnya pendapatan petani, berkaitan dengan tingkat harga yang diterima petani. Bila mekanisme pemasaran berjalan baik, maka semua pihak yang terlibat akan diuntungkan.

Petani di Desa Bulu’loe, Kecamatan Turatea, Kabupaten Jeneponto merupakan daerah penghasil jagung dengan produktivitas tertinggi. Petani sebagai pelaksana usahatani jagung sering dihadapkan pada masalah pemasaran hasil produksi. Oleh karena itu peranan lembaga pemasaran yang biasanya terdiri dari produsen, tengkulak, pedagang pengumpul, pengecer menjadi penting. Petani sebagai pelaksana usahatani jagung hibrida sering dihadapkan pada masalah pemasaran hasil produksi. Dalam memasarkan hasil produksinya petani menjualnya ke pedagang perantara, tanpa keberadaan dari pedagang perantara belum tentu semua petani dapat menjual sendiri hasil produksinya. Oleh karena itu pedagang perantara sebagai pelaksana dari kegiatan pemasaran, diharapkan dapat melaksanakan tugas dan fungsi pemasaran dengan baik. Dalam hal ini pedagang perantara berperan dalam kegiatan pemasaran. Berkaitan dengan adanya pedagang perantara, petani memiliki sikap tertentu. Sehingga perlu penelitian lebih lanjut mengenai sikap petani terhadap pedagang perantara.

(19)

4 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana sikap petani jagung hibrida terhadap pedagang perantara di Desa Bulu’loe Kecamatan Turatea ?

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui sikap petani jagung hibrida terhadap pedagang perantara jagung hibrida di Desa Bulu’loe, Kecamatan Turatea

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi petani jagung, dapat memberikan tambahan wawasan dalam melakukan kegiatan pemasaran jagung agar lebih meningkatkan pendapatan para petani jagung

2. Bagi instansi yang terkait, dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan terkait pemasaran tanaman jagung dalam peningkatan pendapatan petani jagung.

3. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai langkah awal dalam penerapan ilmu pengetahuan sebagai pengalaman yang dapat dijadikan referensi, mengingat keterbatasan dalam penelitian ini maka dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang.

(20)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sikap

Menurut Azwar (2007) dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu.

Kotler, Amstrong (2000), terdapat tiga komponen dalam sikap yaitu afektif, perilaku dan kognitif. Afektif mengacu perasaan atau emosi terhadap suatu objek, perilaku mengacu pada tindakan terhadap objek, sedangkan kognitif mengacu pada kepercayaan terhadap objek. Sikap memiliki banyak karakteristik atau sifat. Sumarwan (2003) menyebutkan bahwa sikap memiliki objek, konsistensi, bentuk positif, negatif maupun netral, intensitas, resistensi, persistensi dan keyakinan. Sikap memiliki sifat yang dinamis, sehingga sikap dapat berubah- ubah dan dipengaruhi.

Rahayuningsih , dkk (2008) Sikap (Attitude) adalah :

1. Berorientasi kepada respon : : sikap adalah suatu bentuk dari perasaan, yaitu

perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung (Unfavourable) pada suatu objek.

2. Berorientasi kepada kesiapan respon : sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu, apabila

(21)

6 dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon suatu pola perilaku, tendenasi atau kesiapan antisipatif untuk menyesuaikan diri dari situasi sosial yang telah terkondisikan.

3. Berorientasi kepada skema triadic : sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek di lingkungan sekitarnya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi sikap. Azwar (2007) menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, orang lain yang dianggap penting, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama/lembaga non formal.

1. Pengalaman pribadi

Azwar (2007) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman yang dimiliki oleh seseorang dengan suatu objek psikologis, cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Sikap akan lebih mudah terbentuk jika yang dialami seseorang terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Situasi yang melibatkan emosi akan menghasilkan pengalaman yang lebih mendalam dan lebih lama membekas.

(22)

7 2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. Pesan sugestif akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

3. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama/Lembaga Non Formal

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sesuatu system mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran- ajarannya. Konsep moral dan ajaran agama sangat menetukan sistem kepercayaan sehingga tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperanan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal. Apabila terdapat sesuatu hal yang bersifat kontroversial, pada umumnya orang akan mencari informasi lain untuk memperkuat posisi sikapnya atau mungkin juga orang tersebut tidak mengambil sikap memihak.Dalam hal seperti itu, ajaran moral yang diperoleh dari lembaga pendidikan atau lembaga agama sering kali menjadi determinan tunggal yang menentukan sikap.

(23)

8 2.2. Petani

Menurut Hernanto (2003) petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usaha tani pertanian, peternakan, perikanan dan pemungutan hasil hutan.

Petani merupakan seseorang yang terlibat dalam bidang pertanian. Mereka memelihara tumbuhan dan hewan untuk dijadikan makanan atau bahan mentah.

Antaranya, kegiatan membiakkan binatang (sapi, ayam, kerba, kambing, domba dan lain-lain) dan menanam tanaman (padi, bunga, buah dan lain-lain). Seorang petani mengusahakan tanah miliknya atau bekerja sebagai buruh di kebun orang lain. Pemilik tanah yang mengusahakan tanahnya dengan mempekerjakan buruh juga dikenal sebagai petani atau buruh tani.

Kata petani umumnya merujuk kepada orang yang mengelola kebun atau ladang dan menjalankan peternakan hewan (di negara maju). Biasanya hasil pertanian digunakan sendiri atau dijual kepada orang lain atau pihak lain misalnya melalui pemborong sebagai perantara untuk disalurkan ke pasar.

Petani secara tradisional didefinisikan dalam sosiologi sebagai anggota komunitas dalam masyarakat agraris pedesaan. Pekerjaan sebagai petani adalah suatu pekerjaan yang sangat penting bagi sebuah negara, karena pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang dapat menghasilkan kebutuhan primer (pangan) manusia di berbagai belahan dunia. Contohnya di Indonesia terdapat petani yang bekerja di sawah untuk menanam padi, dimana padi tersebut merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia yaitu beras. Tetapi sayangnya, pekerjaan sebagai

(24)

9 petani saat ini kurang diminati karena kurangnya perhatian pemerintah dan gengsi yang tinggi.

2.3. Jagung Hibrida

Tanaman jagung (Zea Mays L) merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dan rumput-rumputan. Secara umum, jagung memiliki kandungan gizi dan vitamin, diantaranya kalori, protein, lemak, korbohidrat dan vitamin.

Agribisnis jagung menjadi alternatif bagi pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan pendapatan, taraf hidup petani setempat, masuknya modal atau investasi dari daerah lain, membuka kesempatan usaha, dan membuka lowongan kerja. Dalam skala makro bisnis jagung menyumbang devisa yang besar bagi negara dan pendapatan petani setempat, menunjang pengembangan agribisnis serta melestarikan sumber daya alam (Purwanto, S. 2003)

Pada tahun 2009, produksi padi (padi sawah dan tegalan) mengalami kenaikan sekitar 33,42% dibandingkan dengan 2008, yaitu dari 216, 580ton menjadi 288, 965 ton. Produksi jagung mengalami peningkatan 13,11%, yaitu 172, 610 ton tahun 2008 menjadi 195, 248 ton tahun 2009, penurunan terbesar terjadi pada ubijalar, yaitu 42,55% atau 14,018 ton 2008 turun menjadi 9,834 ton 2009. Komoditas lain yang mengalami peningkatan yaitu kedelai 14,39% dari 189 ton tahun 2008 menjadi 461 ton tahn 2009 (Anonim, 2011).

Jagung kedepan diharapkan menjadi salah satu solusi yang tepat untuk mengurangi konsumsi beras yang semakin meningkat. Indonesia telah mencanangkan program ”One Day No Rice”. Pemanfaatan pangan lokal memang

(25)

10 perlu terus ditingkatkan, sebagai salah satu solusi dalam memperkuat upaya ketahanan pangan. Menurut Food Price Watch, harga pangan global tahun 2011 secara signifikan lebih tinggi dibanding tahun 2010. Sejak krisis pangan melanda tahun 2007 hingga sekarang, kenaikan harga komoditas jagung menempati posisi tertinggi hingga 84 %, disusul gula 62 %, gandum 55 %, dan minyak kacang kedelai 47 %.

Ada banyak penyebab diantaranya stok jagung di pasar dunia semakin menipis, sementara permintaan jagung dunia semakin meningkat. Stok jagung di pasar dunia hanya menyisakan 15 juta ton, padahal biasanya mencapai di atas 70 juta ton. Seperti Cina yang semula tidak mengimpor jagung, tahun ini mengimpor sebesar 1,7 juta ton. Tahun depan, Cina diprediksi bakal mengimpor sebanyak 5 juta ton, Malaysia 2,8 juta ton, Korea 8,9 juta ton, dan Jepang impor 16 juta ton.

Padahal, dari produksi jagung dunia sebanyak 612,5 juta ton, Amerika Serikat masih menguasai produksi yang mencapai 256,9 juta ton dan menyusul Cina sebesar 114 juta ton dan kenaikan di bursa saham dan harga minyak mentah dunia (Wahyono, 2012).

Selain gandum, singkong, dan sagu, sebenarnya jagung memiliki potensi yang sangat besar untuk menggantikan beras. Karena, jagung merupakan sumber karbohidrat sebagaimana beras, dan dapat dijadikan bahan baku untuk aneka ragam produk olahan. Di beberapa daerah di Indonesia, misalnya di Madura dan Nusa Tenggara, telah menggunakan jagung sebagai bahan pangan pokok. Kini, Amerika Serikat juga menjadikan jagung sebagai alternatif sumber pangan.

(26)

11 Sebenarnya, Indonesia memiliki potensi yang besar menjadi eksportir jagung global bersama dengan negara-negara produsen jagung lainnya di dunia dalam lima tahun mendatang. Sebagaimana kita tahu, sumber daya lahan di Indonesia cukup besar dan banyak daerah yang merupakan sentra jagung.

Diantaranya, Sumatra Utara, Lampung, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Gorontalo, dan Sulawesi Selatan. Setidaknya, ada dua provinsi yang bisa menjadi pilot proyek pengembangan jagung nasional, yakni Lampung dan Sulawesi Selatan. Alasannya, di kedua provinsi tersebut infrastruktur sudah relatif tersedia, banyak ditemukan pabrik pakan yang memiliki gudang penyimpanan, dryer (pengering), dan lahannya masih memadai. Ada lahan potensial untuk pengembangan jagung sekitar 500 ribu hektar di Lampung, dan luas lahan jagung di Sulawesi Selatan saat ini mencapai 230-250 ribu hektar.

2.4 Harga

Pengertian harga sangat beragam menurut para ahli. Menurut Haymans (2010), harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa. Harga merupakan komponen yang berpengaruh langsung terhadap laba perusahaan. Kemudian menurut Harini (2008) “Harga adalah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya.”

(27)

12 Berdasarkan beberapa definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa harga adalah satuan moneter yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan dan mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya.

2.5 Pedagang perantara

Pedagang perantara atau tengkulak baik besar maupun kecil memegang peranan penting dalam pemasaran hasil-hasil pertanian. Daerah produksi pertanian yang pada umumnya menyebar dan petani secara perorangan biasanya menjual hasil produksinya dalam jumlah yang kecil sehingga pedagang perantara yang mengumpulkan, menyortir dan mengangkut untuk dijual kepada konsumen ( Mubyarto,1997).

Perantara adalah orang atau perusahaan yang menghubungkan aliran barang dari produsen ke konsumen akhir dan konsumen industrial. Dalam hal ini produsen dan konsumen dihubungkan dalam kegiatan pembelian dan penjualan kembali barang yang dihasilkan produsen kepada konsumen. Perantara dibutuhkan terutama karena adanya beberapa kesenjangan di antara produsen dan konsumen.

Secara umum perantara terbagi atas merchant middleman dan agent middleman. Dua bentuk utama dari merchant middleman adalah wholesaler (disebut juga distributor atau jobber) dan retailer (dealer).

Jumlah perantara yang terlibat dalam suatu saluran distribusi sangat bervariasi. Kotler membuat tingkatan-tingkatan dalam saluran distribusi berdasarkan jumlah perantara di dalamnya.

(28)

13 1. Zero-level channel menunjukkan bahwa pemasar tidak menggunakan perantara dalam memasarkan produknya (disebut juga direct-marketing channel).

2. One-level channel menunjukkan pemasar menggunakan satu tipe perantara, sedangkan two-level channel berarti memakai dua tipe perantara, dan seterusnya. Variasi saluran distribusi untuk produk konsumen, produk industrial, dan jasa.

Dasar hukum pedagang perantara diatur dalam Kep Men No.

23/MPM/Kep/1998 tentang lembaga – lembaga usaha perdagangan. Dalam pasal 1 butir (3) di sebutkan pedagang perantara adalah:

 Perorangan atau badan usaha

 Pemasaran barang dan atau jasa

 Memindahkan barang dan atau jasa

 Produsen ke konsumen

Perantara pemasaran ini merupakan lembaga atau individu yang menjalankan kegiatan khusus di bidang distribusi, mereka itu adalah:

 Perantara pedagang (Merchant middleman) adalah perantara yang memiliki barang (dengan membeli dari produsen) untuk kemudian dijual kembali.

Agen Perantara (Agent middleman/broker) adalah perantara yang hanya mencarikan pembeli, menegosiasikan dan melakukan transaksi atas nama produsen. Jadi ia tidak memiliki sendiri barang yang dinegosiasikan.

(29)

14 Broker real estate dan sales agent merupakan contoh dari agent middleman.

Meskipun sama-sama perantara, tetapi mereka mempunyai perbedaan- perbedaan. Pada umumnya, alasan utama untuk menggunakan perantara adalah bahwa mereka ini dapat membantu meningkatkan efisiensi distribusi.

Penggunaan perantara mempunyai beberapa keuntungan, yaitu:

1. Mengurangi tugas produsen dalam kegiatan distribusi untuk mencapai konsumen. Produsen cukup menghubungi perantara untuk menyampaikan produknya kepada konsumen yang banyak. Ini dipandang lebih efisien.

2. Kegiatan distribusinya cukup baik bilamana perantara sudah mempunyai pengalaman. Mereka dipandang lebih baik karena memang tugas yang dilakukan hanyalah di bidang distribusi.

3. Perantara dapat membantu menyediakan peralatan dan jasa reparasi yang dibutuhkan untuk beberapa jenis produk tertentu, sehingga produsen tidak perlu menyediakannya.

4. Perantara dapat membantu di bidang pengangkutan dengan menyediakan alat-alat transpor sehingga meringankan beban produsen maupun konsumen yang mencarinya.

5. Perantara dapat membantu di bidang penyimpanan dengan menyediakan fasilitas-fasilitas penyimpanan, seperti gudang dan fasilitas penyimpanan lainnya sehingga sewaktu-waktu dibutuhkan oleh konsumen dapat memenuhinya.

(30)

15 6. Perantara dapat membantu di bidang keuangan dengan menyediakan sejumlah dana untuk melakukan penjualan secara kredit kepada pembeli akhir, atau untuk melakukan pembelian tunai dari produsen.

7. Keuntungan lain yang dapat diharapkan oleh produsen dari perantara ini adalah:

 Membantu dalam pencarian konsumen

 Membantu dalam kegiatan pormosi

 Membantu dalam penyediaan informasi

 Membantu dalam pengepakan dan pembungkusan

Dari segi sistem ekonomi, peran dasar perantara pemasaran adalah mengubah persediaan yang bersifat heterogen menjadi berbagai macam barang yang ingin dibeli orang. Menurut Stern dan El-Ansary: Perantara melancarkan arus barang dan jasa … Prosedur ini diperlukan untuk menjembatani ketidaksesuaian antara berbagai barang dan jasa yang dihasilkan produsen dan bermacam barang yang diminta konsumen. Ketidaksesuaian itu timbul dari kenyataan bahwa produsen biasanya menghasilkan sejumlah besar barang dengan variasi terbatas, sedangkan konsumen biasanya menginginkan jumlah terbatas dari berbagai jenis barang.

Pemilihan penyalur yang akan digunakan dalam saluran distribusi harus ditentukan berdasarkan pertimbangan laba, selain beberapa faktor yang juga memberikan pengaruh, ini berarti perusahaan harus membuat keseimbangan antara penggunaan jenis penyalur yang berbeda dengan pendapatan yang dihasilkan metode distribusinya. Seorang pedagang besar dalam saluran biaya

(31)

16 komunikasi dan penjualan produsen dapat berkurang karena sebagian dari biaya tersebut dapat dibebankan kepada pedagang besar (Amma, 2010).

2.6. Kerangka Pikir

Aktivitas pemasaran merupakan tonbak dari segala usaha, sebaliknya adapun produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan tidak akan pernah mendatangkan bisnis tanpa adanya keinginan pemasaran. Kegiatan pemasaran lebih mendekati suatu seni untuk mencari masyarakat yang keliru menilai sub- fungsi pemasaran. Pemasaran adalah seni mengidentifikasikan dan memahami kebutuhan konsumen merasa puas sekaligus memberikan laba bagi perusahaan.

Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, promosi dan mendistribusikan barang- barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan.

Dalam proses penentuan sikap petani terhadap pedagang perantara, banyak faktor yang mempengaruhinya, diantaranya pendidikan formal, pendidikan nonformal, pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting.

Dengan foktor-faktor tersebut maka petani bisa menentukan sikap terhadap pedagang perantara tentang harga jagung hibrida dan peran pedangan perantara itu sendiri. Dari uraian diatas, maka kerangka berpikir tersebut dapat digambarkan sebagai berikut

(32)

17 Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian

Faktor-faktor pembentuk sikap:

1. Pendidikan nonformal 3. Pengalaman pribadi

4. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Sikap petani terhadap pedagang perantara tentang:

1. Harga

2. peran pedagang perantara Petani Jagung

(33)

18

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang dipilih adalah Desa Bulu’loe, Kecamatan Turatea, Kabupaten Jeneponto dengan pertimbangan bahwa daerah ini memiliki produksi jagung hibrida. Penelitian dilakukan selama 2 bulan yaitu Februari sampai dengan April 2014.

3.2. Teknik Penentuan Sampel

Populasi yang diteliti adalah seluruh petani jagung hibrida yang berada di, Desa Bulu’loe, Kecamatan Turatea, Kabupaten Jeneponto yang berjumlah 302 orang. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan yaitu acak sederhana (simple random sampling), dimana dari populasi di ambil 10 % , sehingga sampel responden yang diteliti yaitu 30 orang.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer merupakan data hasil wawancara yang diperoleh dari berbagai informan yang terkait dengan sikap petani jagung hibrida terhadap pedagang perantarag, diantaranya petani, pengurus kelompok tani/gabungan kelompok tani dan pedagang pengumpul. Sedangkan data sekunder merupakan data yang sudah tersedia dan diperoleh peneliti melalui data-data statistik Badan Pusat Statistik, laporan dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura, Badan Ketahanan Pangan, Dinas Perindustrian Dan Perdagangan, laporan hasil- hasil penelitian perguruan tinggi dan lembaga penelitian, dan sebagainya. Data

(34)

19 primer dan data sekunder yang bersifat kuantitatif (berupa angka) dan kualitatif (berupa keterangan/penjelasan). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dokumentasi

3.4. Analisis Data

Penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empirik di balik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas. Oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan mencocokkan antara realita empirik dengan teori yang berlaku dengan menggunakkan metode deskriptif.

3.5. Definisi Operasional

Definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dalam mengadakan penelitian.

1. Sikap adalah perilaku petani jagung hibrida terhadap pedagang perantara di Desa Bulu’loe, Kecamatan Turatea, Kabupaten Jeneponto

2. Harga adalah jumlah atau nilai yang ditawarkan kepada pembeli cabai rawit yakni pedagang perantara

3. Petani adalah orang yang membudidayakan tanaman jagung hibrida di Desa Bulu’loe, Kecamatan Turatea, Kabupaten Jeneponto

(35)

20 4. Jagung hibrida adalah salah satu jenis jagung yang dibudidayakan petani

di Desa Bulu’loe, Kecamatan Turatea, Kabupaten Jeneponto

5. Pedagang perantara adalah orang yang membeli (mengumpulkan) jagung hbrida dari petani (produsen) ke konsumen.

(36)

1

I. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sikap

Menurut Azwar (2007) dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu.

Kotler, Amstrong (2000), terdapat tiga komponen dalam sikap yaitu afektif, perilaku dan kognitif. Afektif mengacu perasaan atau emosi terhadap suatu objek, perilaku mengacu pada tindakan terhadap objek, sedangkan kognitif mengacu pada kepercayaan terhadap objek. Sikap memiliki banyak karakteristik atau sifat. Sumarwan (2003) menyebutkan bahwa sikap memiliki objek, konsistensi, bentuk positif, negatif maupun netral, intensitas, resistensi, persistensi dan keyakinan. Sikap memiliki sifat yang dinamis, sehingga sikap dapat berubah- ubah dan dipengaruhi.

Rahayuningsih , dkk (2008) Sikap (Attitude) adalah :

1. Berorientasi kepada respon : : sikap adalah suatu bentuk dari perasaan, yaitu

perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung (Unfavourable) pada suatu objek.

2. Berorientasi kepada kesiapan respon : sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu, apabila

(37)

2 dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon suatu pola perilaku, tendenasi atau kesiapan antisipatif untuk menyesuaikan diri dari situasi sosial yang telah terkondisikan.

3. Berorientasi kepada skema triadic : sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek di lingkungan sekitarnya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi sikap. Azwar (2007) menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, orang lain yang dianggap penting, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama/lembaga non formal.

1. Pengalaman pribadi

Azwar (2007) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman yang dimiliki oleh seseorang dengan suatu objek psikologis, cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Sikap akan lebih mudah terbentuk jika yang dialami seseorang terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Situasi yang melibatkan emosi akan menghasilkan pengalaman yang lebih mendalam dan lebih lama membekas.

(38)

3 2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. Pesan sugestif akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

3. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama/Lembaga Non Formal

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sesuatu system mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran- ajarannya. Konsep moral dan ajaran agama sangat menetukan sistem kepercayaan sehingga tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperanan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal. Apabila terdapat sesuatu hal yang bersifat kontroversial, pada umumnya orang akan mencari informasi lain untuk memperkuat posisi sikapnya atau mungkin juga orang tersebut tidak mengambil sikap memihak.Dalam hal seperti itu, ajaran moral yang diperoleh dari lembaga pendidikan atau lembaga agama sering kali menjadi determinan tunggal yang menentukan sikap.

(39)

4 2.2. Petani

Menurut Hernanto (2003) petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usaha tani pertanian, peternakan, perikanan dan pemungutan hasil hutan.

Petani merupakan seseorang yang terlibat dalam bidang pertanian. Mereka memelihara tumbuhan dan hewan untuk dijadikan makanan atau bahan mentah.

Antaranya, kegiatan membiakkan binatang (sapi, ayam, kerba, kambing, domba dan lain-lain) dan menanam tanaman (padi, bunga, buah dan lain-lain). Seorang petani mengusahakan tanah miliknya atau bekerja sebagai buruh di kebun orang lain. Pemilik tanah yang mengusahakan tanahnya dengan mempekerjakan buruh juga dikenal sebagai petani atau buruh tani.

Kata petani umumnya merujuk kepada orang yang mengelola kebun atau ladang dan menjalankan peternakan hewan (di negara maju). Biasanya hasil pertanian digunakan sendiri atau dijual kepada orang lain atau pihak lain misalnya melalui pemborong sebagai perantara untuk disalurkan ke pasar.

Petani secara tradisional didefinisikan dalam sosiologi sebagai anggota komunitas dalam masyarakat agraris pedesaan. Pekerjaan sebagai petani adalah suatu pekerjaan yang sangat penting bagi sebuah negara, karena pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang dapat menghasilkan kebutuhan primer (pangan) manusia di berbagai belahan dunia. Contohnya di Indonesia terdapat petani yang bekerja di sawah untuk menanam padi, dimana padi tersebut merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia yaitu beras. Tetapi sayangnya, pekerjaan sebagai

(40)

5 petani saat ini kurang diminati karena kurangnya perhatian pemerintah dan gengsi yang tinggi.

2.3. Jagung Hibrida

Tanaman jagung (Zea Mays L) merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dan rumput-rumputan. Secara umum, jagung memiliki kandungan gizi dan vitamin, diantaranya kalori, protein, lemak, korbohidrat dan vitamin.

Agribisnis jagung menjadi alternatif bagi pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan pendapatan, taraf hidup petani setempat, masuknya modal atau investasi dari daerah lain, membuka kesempatan usaha, dan membuka lowongan kerja. Dalam skala makro bisnis jagung menyumbang devisa yang besar bagi negara dan pendapatan petani setempat, menunjang pengembangan agribisnis serta melestarikan sumber daya alam (Purwanto, S. 2003)

Pada tahun 2009, produksi padi (padi sawah dan tegalan) mengalami kenaikan sekitar 33,42% dibandingkan dengan 2008, yaitu dari 216, 580ton menjadi 288, 965 ton. Produksi jagung mengalami peningkatan 13,11%, yaitu 172, 610 ton tahun 2008 menjadi 195, 248 ton tahun 2009, penurunan terbesar terjadi pada ubijalar, yaitu 42,55% atau 14,018 ton 2008 turun menjadi 9,834 ton 2009. Komoditas lain yang mengalami peningkatan yaitu kedelai 14,39% dari 189 ton tahun 2008 menjadi 461 ton tahn 2009 (Anonim, 2011).

Jagung kedepan diharapkan menjadi salah satu solusi yang tepat untuk mengurangi konsumsi beras yang semakin meningkat. Indonesia telah mencanangkan program ”One Day No Rice”. Pemanfaatan pangan lokal memang

(41)

6 perlu terus ditingkatkan, sebagai salah satu solusi dalam memperkuat upaya ketahanan pangan. Menurut Food Price Watch, harga pangan global tahun 2011 secara signifikan lebih tinggi dibanding tahun 2010. Sejak krisis pangan melanda tahun 2007 hingga sekarang, kenaikan harga komoditas jagung menempati posisi tertinggi hingga 84 %, disusul gula 62 %, gandum 55 %, dan minyak kacang kedelai 47 %.

Ada banyak penyebab diantaranya stok jagung di pasar dunia semakin menipis, sementara permintaan jagung dunia semakin meningkat. Stok jagung di pasar dunia hanya menyisakan 15 juta ton, padahal biasanya mencapai di atas 70 juta ton. Seperti Cina yang semula tidak mengimpor jagung, tahun ini mengimpor sebesar 1,7 juta ton. Tahun depan, Cina diprediksi bakal mengimpor sebanyak 5 juta ton, Malaysia 2,8 juta ton, Korea 8,9 juta ton, dan Jepang impor 16 juta ton.

Padahal, dari produksi jagung dunia sebanyak 612,5 juta ton, Amerika Serikat masih menguasai produksi yang mencapai 256,9 juta ton dan menyusul Cina sebesar 114 juta ton dan kenaikan di bursa saham dan harga minyak mentah dunia (Wahyono, 2012).

Selain gandum, singkong, dan sagu, sebenarnya jagung memiliki potensi yang sangat besar untuk menggantikan beras. Karena, jagung merupakan sumber karbohidrat sebagaimana beras, dan dapat dijadikan bahan baku untuk aneka ragam produk olahan. Di beberapa daerah di Indonesia, misalnya di Madura dan Nusa Tenggara, telah menggunakan jagung sebagai bahan pangan pokok. Kini, Amerika Serikat juga menjadikan jagung sebagai alternatif sumber pangan.

(42)

7 Sebenarnya, Indonesia memiliki potensi yang besar menjadi eksportir jagung global bersama dengan negara-negara produsen jagung lainnya di dunia dalam lima tahun mendatang. Sebagaimana kita tahu, sumber daya lahan di Indonesia cukup besar dan banyak daerah yang merupakan sentra jagung.

Diantaranya, Sumatra Utara, Lampung, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Gorontalo, dan Sulawesi Selatan. Setidaknya, ada dua provinsi yang bisa menjadi pilot proyek pengembangan jagung nasional, yakni Lampung dan Sulawesi Selatan. Alasannya, di kedua provinsi tersebut infrastruktur sudah relatif tersedia, banyak ditemukan pabrik pakan yang memiliki gudang penyimpanan, dryer (pengering), dan lahannya masih memadai. Ada lahan potensial untuk pengembangan jagung sekitar 500 ribu hektar di Lampung, dan luas lahan jagung di Sulawesi Selatan saat ini mencapai 230-250 ribu hektar.

2.4 Harga

Pengertian harga sangat beragam menurut para ahli. Menurut Haymans (2010), harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa. Harga merupakan komponen yang berpengaruh langsung terhadap laba perusahaan. Kemudian menurut Harini (2008) “Harga adalah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya.”

(43)

8 Berdasarkan beberapa definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa harga adalah satuan moneter yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan dan mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya.

2.5 Pedagang perantara

Pedagang perantara atau tengkulak baik besar maupun kecil memegang peranan penting dalam pemasaran hasil-hasil pertanian. Daerah produksi pertanian yang pada umumnya menyebar dan petani secara perorangan biasanya menjual hasil produksinya dalam jumlah yang kecil sehingga pedagang perantara yang mengumpulkan, menyortir dan mengangkut untuk dijual kepada konsumen ( Mubyarto,1997).

Perantara adalah orang atau perusahaan yang menghubungkan aliran barang dari produsen ke konsumen akhir dan konsumen industrial. Dalam hal ini produsen dan konsumen dihubungkan dalam kegiatan pembelian dan penjualan kembali barang yang dihasilkan produsen kepada konsumen. Perantara dibutuhkan terutama karena adanya beberapa kesenjangan di antara produsen dan konsumen.

Secara umum perantara terbagi atas merchant middleman dan agent middleman. Dua bentuk utama dari merchant middleman adalah wholesaler (disebut juga distributor atau jobber) dan retailer (dealer).

Jumlah perantara yang terlibat dalam suatu saluran distribusi sangat bervariasi. Kotler membuat tingkatan-tingkatan dalam saluran distribusi berdasarkan jumlah perantara di dalamnya.

(44)

9 1. Zero-level channel menunjukkan bahwa pemasar tidak menggunakan perantara dalam memasarkan produknya (disebut juga direct-marketing channel).

2. One-level channel menunjukkan pemasar menggunakan satu tipe perantara, sedangkan two-level channel berarti memakai dua tipe perantara, dan seterusnya. Variasi saluran distribusi untuk produk konsumen, produk industrial, dan jasa.

Dasar hukum pedagang perantara diatur dalam Kep Men No.

23/MPM/Kep/1998 tentang lembaga – lembaga usaha perdagangan. Dalam pasal 1 butir (3) di sebutkan pedagang perantara adalah:

 Perorangan atau badan usaha

 Pemasaran barang dan atau jasa

 Memindahkan barang dan atau jasa

 Produsen ke konsumen

Perantara pemasaran ini merupakan lembaga atau individu yang menjalankan kegiatan khusus di bidang distribusi, mereka itu adalah:

 Perantara pedagang (Merchant middleman) adalah perantara yang memiliki barang (dengan membeli dari produsen) untuk kemudian dijual kembali.

Agen Perantara (Agent middleman/broker) adalah perantara yang hanya mencarikan pembeli, menegosiasikan dan melakukan transaksi atas nama produsen. Jadi ia tidak memiliki sendiri barang yang dinegosiasikan.

(45)

10 Broker real estate dan sales agent merupakan contoh dari agent middleman.

Meskipun sama-sama perantara, tetapi mereka mempunyai perbedaan- perbedaan. Pada umumnya, alasan utama untuk menggunakan perantara adalah bahwa mereka ini dapat membantu meningkatkan efisiensi distribusi.

Penggunaan perantara mempunyai beberapa keuntungan, yaitu:

1. Mengurangi tugas produsen dalam kegiatan distribusi untuk mencapai konsumen. Produsen cukup menghubungi perantara untuk menyampaikan produknya kepada konsumen yang banyak. Ini dipandang lebih efisien.

2. Kegiatan distribusinya cukup baik bilamana perantara sudah mempunyai pengalaman. Mereka dipandang lebih baik karena memang tugas yang dilakukan hanyalah di bidang distribusi.

3. Perantara dapat membantu menyediakan peralatan dan jasa reparasi yang dibutuhkan untuk beberapa jenis produk tertentu, sehingga produsen tidak perlu menyediakannya.

4. Perantara dapat membantu di bidang pengangkutan dengan menyediakan alat-alat transpor sehingga meringankan beban produsen maupun konsumen yang mencarinya.

5. Perantara dapat membantu di bidang penyimpanan dengan menyediakan fasilitas-fasilitas penyimpanan, seperti gudang dan fasilitas penyimpanan lainnya sehingga sewaktu-waktu dibutuhkan oleh konsumen dapat memenuhinya.

(46)

11 6. Perantara dapat membantu di bidang keuangan dengan menyediakan sejumlah dana untuk melakukan penjualan secara kredit kepada pembeli akhir, atau untuk melakukan pembelian tunai dari produsen.

7. Keuntungan lain yang dapat diharapkan oleh produsen dari perantara ini adalah:

 Membantu dalam pencarian konsumen

 Membantu dalam kegiatan pormosi

 Membantu dalam penyediaan informasi

 Membantu dalam pengepakan dan pembungkusan

Dari segi sistem ekonomi, peran dasar perantara pemasaran adalah mengubah persediaan yang bersifat heterogen menjadi berbagai macam barang yang ingin dibeli orang. Menurut Stern dan El-Ansary: Perantara melancarkan arus barang dan jasa … Prosedur ini diperlukan untuk menjembatani ketidaksesuaian antara berbagai barang dan jasa yang dihasilkan produsen dan bermacam barang yang diminta konsumen. Ketidaksesuaian itu timbul dari kenyataan bahwa produsen biasanya menghasilkan sejumlah besar barang dengan variasi terbatas, sedangkan konsumen biasanya menginginkan jumlah terbatas dari berbagai jenis barang.

Pemilihan penyalur yang akan digunakan dalam saluran distribusi harus ditentukan berdasarkan pertimbangan laba, selain beberapa faktor yang juga memberikan pengaruh, ini berarti perusahaan harus membuat keseimbangan antara penggunaan jenis penyalur yang berbeda dengan pendapatan yang dihasilkan metode distribusinya. Seorang pedagang besar dalam saluran biaya

(47)

12 komunikasi dan penjualan produsen dapat berkurang karena sebagian dari biaya tersebut dapat dibebankan kepada pedagang besar (Amma, 2010).

2.6. Kerangka Pikir

Aktivitas pemasaran merupakan tonbak dari segala usaha, sebaliknya adapun produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan tidak akan pernah mendatangkan bisnis tanpa adanya keinginan pemasaran. Kegiatan pemasaran lebih mendekati suatu seni untuk mencari masyarakat yang keliru menilai sub- fungsi pemasaran. Pemasaran adalah seni mengidentifikasikan dan memahami kebutuhan konsumen merasa puas sekaligus memberikan laba bagi perusahaan.

Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, promosi dan mendistribusikan barang- barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan.

Dalam proses penentuan sikap petani terhadap pedagang perantara, banyak faktor yang mempengaruhinya, diantaranya pendidikan formal, pendidikan nonformal, pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting.

Dengan foktor-faktor tersebut maka petani bisa menentukan sikap terhadap pedagang perantara tentang harga jagung hibrida dan peran pedangan perantara itu sendiri. Dari uraian diatas, maka kerangka berpikir tersebut dapat digambarkan sebagai berikut

(48)

13 Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian

Faktor-faktor pembentuk sikap:

1. Pendidikan nonformal 3. Pengalaman pribadi

4. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Sikap petani terhadap pedagang perantara tentang:

1. Harga

2. peran pedagang perantara Petani Jagung

(49)

21

IV . KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1. Batas Wilayah dan Topografi

Desa Bulu’loe merupakan salah satu desa yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Turatea, Kabupaten Jeneponto. Propinsi Sulawesi Selatan. Desa Bulu’loe jarak antara ibu kota Kecamatan 10 kilometer dan jarak dari ibu kota ibu Kabupaten 15 kilometer, sedangkan jarak dari ibu kota Propinsi 100 kilometer.

Adapun batas wilayah Desa Bulu’loe sebagai berikut : - Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Gowa

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tanjonga Kecamatan Turatea - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Jombe Kecamatan Turatea - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Datara Kecamatan Bontoramba

Luas wilayah Desa Bulu’loe 10,8 Km2. Desa Bulu’loe terdiri 5 Dusun yaitu Dusun pangkaje’ne,Dusun Bontobiraen, Dusun Kampung beru,Dusun Punagayya dan Dusun Palambuta terdiri KK

4.2. Keadaan Iklim

Desa Bulu’loe Kecamatan Turatea, Kabupaten Jeneponto mempunyai bulan basah yang sangat panjang yaitu 9 bulan basah yaitu bulan Januari, Pebruari, Maret, April, Mei, Juni, juli, Nopember dan Desember, sedangkan bulan kering jatuh pada bulan Agustus, September, dan Oktober. Iklim (Pengairan) suhu tertinggi di Desa ini 330C dan suhu terendah 270C. Desa Bulu’loe berada pada ketinggian antara 50 meter dari permukaan laut, dengan keadaan topografi datar dan sedikit miring.

(50)

22 4. 3 Pola Penggunaan Lahan

Desa Bulu’loe berada di atas areal seluas 1080 Ha. Penggunaan lahan di Desa ini antara lain sebagai lahan sawah perkebunandan pekarangan tegalan pemukiman. Pola penggunaan lahan di Desa Bulu’loe dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 1 . Pola Penggunaan lahan di Desa Bulu’loe, Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto

No. Pola Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha) Persentase (%)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Pertanian Lahan Kering Pertanian lahan Sawah Perkebunan Rakyat Tegalan

Hutan Pemukiman

262 226 244 430 125 226

24,26 14,44 22,66 26,23 11 20,99

Jumlah 1015 100

Sumber Data : Data Kantor Desa Bulu’loe 2013

Pada Tabel 1, terlihat bahwa lahan di Desa Bulu’loe adalah lahan sawah dimana luas masing-masing khususnya pertanian lahan kering yaitu 262 Ha, atau 24,26 % Kemudian pertanian lahan sawah 226 Ha atau 14,44 %, sedangkan perkebunan rakyat seluas 244 Ha atau 22,66 %, Tegalan 430 Ha (26,23) hutan seluas 125Ha (11,23) dan pemukiman 226 Ha atau 20,99 %. Dari segi pemanfaatan lahan sebagian besar digunakan sebagai lahan pertanian ini menunjukkan bahwa sebagian besar pendapatan masyarakat di Desa Bulu’loe bersumber dari sektor pertanian.

4..4 Keadaan Penduduk

Jumlah Penduduk di Desa Bulu’loe berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Desa Bulu’loe yang terdiri dari 2.140 jiwa laki-laki dan 2.125 jiwa perempuan dengan

(51)

23 jumlah. Untuk lebih jelasnya penduduk Desa Bulu’loe menurut umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 2.

Pada Tabel 2, terlihat bahwa jumlah penduduk wanita lebih banyak dibanding dengan dengan jumlah penduduk laki-lak. Untuk tingkat umur yang paling banyak adalah penduduk usia yang produktif yaitu sekitar 2.848 jiwa atau 66,78 % sedangkan usia non produktif sebanyak 1.417 jiwa atau sekitar 33,22 %. Keadaan ini menggambarkan bahwa di Desa Bulu’loe masih terdapat cukup banyak masyarakat dengan usia produktif yang mampu untuk bekerja dan menghasikan sesuatu.

Tabel 2 . Jumlah penduduk berdasarkan tingkat umur dan jenis kelamin di Desa Bulu’loe, Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto.

No. Umur

(Tahun)

Laki-Laki (Jiwa)

Perempuan (Jiwa)

Jumlah Persentase(%)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

0 – 4 5 – 9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 50 51 – 54 55 – 59 60 – 64 65 keatas

240 226 128 220 227 294 252 115 98 81 77 23 59 100

207 189 178 256 232 264 195 109 113 86 70 29 68 129

447 415 306 476 459 558 447 224 211 167 147 52 127 229

10,48 9,73 7,17 11,16 10,76 13,08 10,48 5,25 4,95 3,92 3,45 1,22 2,98 5,37

Jumlah 2140 2125 4265 100

Sumber Data : Data Kantor Desa Bulu’loe 2013

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Promosi Sms Broadcast adalah suatu kegiatan pemasaran yang dilakukan suatu perusahaan untuk memperkenalkan produk dari perusahaannya terhadap konsumen dengan

Jika tidak, rekomendasi untuk mendistribusikan tempat air adalah  rendah  sedang  tinggi?. Apakah RT memiliki alat masak dan alat makan

Untuk ibu hamil dan menyusui Ibu hamil dan menyusui sangat memerlukan makanan yang bergizi untuk memastikan kondisi tubuh dan bayi yang sehat, serta menjamin produksi ASI bagi

67 Kardiono, R., 2014, ‘Uji Efek Sedasi dan Durasi Waktu Tidur Ekstrak Air Herba Putri Malu (Mimosa pudica L.) pada Mencit (Mus musculus) 80 Galur Swiss’, Skripsi, Sarjana

Penelitian yang telah dilakukan ini didapatkan hasil bahwa pemberian daun katuk dosis 2 ml/100 gBB/hari, 2,5 ml/100 gBB/hari, dan 3 ml/100 gBB/hari setelah dianalisis dengan

Adapun dari hasil bahwa pelanggaran hak siar dalam penyelesian perkara pidana dianggap sah karena pada hakikatnya yang terpenting dalam tindak pidana pelanggaran hak siar

Sejak diterbitkannya Peraturan Menteri ESDM Nomor 27 tahun 2014 dan Peraturan Menteri ESDM Nomor 50 tahun 2017 jo Peraturan Menteri ESDM Nomor 53 tahun 2018 yang mengatur

iv. Prinsip konsistensi menyatakan bahawa semua elemen perlu kekal pada kedudukan yang sama supaya pengguna akan berasa selesa semasa menggunakan aplikasi yang dibina. Pengguna