• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGELOLA STRES MENGASUH ANAK USIA DINI DI TENGAH PANDEMI COVID-19 PERSPEKTIF ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MENGELOLA STRES MENGASUH ANAK USIA DINI DI TENGAH PANDEMI COVID-19 PERSPEKTIF ISLAM"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

MENGELOLA STRES MENGASUH ANAK USIA DINI DI TENGAH PANDEMI COVID-19 PERSPEKTIF ISLAM

Rosyida Nurul Anwar Universitas PGRI Madiun rosyidanurul@unipma.ac.id

ABSTRAK

Tingkat kesibukan orangtua bekerja dari rumah dan mengasuh anak di rumah di tengah pan- demi covid-19 menciptakan perubahan drastis sehingga dapat menimbulkan stres pada orangtua. Ting- kat stres orangtua dapat mengganggu dan mempengaruhi implementasi anak belajar di rumah. Stres mengasuh anak menimbulkan berbagai komplikasi gangguan, baik fisik, sosial maupun psikologis pada anak. Tujuan penelitian ini memberikan informasi dan mendeskripsikan bagaimana Islam mengajarkan umatnya dalam mengelola stres dalam mengasuh anak. Metode pada penelitian ini adalah penelitian kepustakaan. Data dikumpulkan dan diperoleh dari artikel-artikel pada jurnal, buku, dan berita. Hasil menunjukkan bahwa Islam mengajarkan kepada orangtua dalam mengelola stres dalam mengasuh anak diantaranya adalah; pertama, menghadirkan niat ikhlas dalam mendidik anak. Anak adalah tabungan/

aset jangka panjang bagi orangtua diakhirat, anak yang sholeh mampu menghadiahi doa sehingga men- jadi amalan jariyah orangtua; kedua, bersabar atas ujian yang dihadapi. Sabar dengan cara mengenda- likan diri ketika orangtua memiliki tugas dan peran yang multitasking; ketiga, syukur atas anugerah anak yang Allah berikan. Syukur dengan cara kepuasan batin, memuji pemberian, dan memanfaatkan anugerah yang diperoleh; keempat, bersikap khusnudzon dengan perasaan positif akan menimbulkan dampak psikologis baik bagi anak.

Kata Kunci: Mengelola Stress, Mengasuh Anak, Islam ABSTRACT

The level of the busyness of parents working from home and caring for children at home during the COVID-19 pandemic creates drastic changes that can cause stress on parents. Parental stress lev- els can interfere and affect the implementation of children’s learning at home. The stress of caring for children causes various complications, both physical, social, and psychological in children. The purpose of this study is to provide information and describe how Islam teaches its people in managing stress in parenting. The method in this research is library research. Data is collected and obtained from articles in journals, books, and news. The results show that Islam teaches parents to manage stress in caring for children including; first, it presents a sincere intention in educating children. Children are long-term savings/assets for parents in the afterlife, a pious child can give a prayer so that it becomes a practice for parents; second, be patient with the exams you face. Be patient by controlling yourself when parents have multitasking tasks and roles; third, gratitude for the gift of the child that God has given. Gratitude using inner satisfaction, praising gifts, and utilizing the gifts obtained; fourth, being khusnudzon with positive feelings will have a psychological effect on the child.

Keywords: Managing Stress, Parenting, Islam PENDAHULUAN

World Health Organization (WHO) pada 11 Maret 2020 mengumumkan bahwa covid-19 merupakan pandemi global (Nasution, 2020).

Fokus perhatian pelayanan kesehatan terfokus pada wabah covid-19 sejak akhir tahun 2019

(Xu et al., 2020). Salah satu situasi yang paling menegangkan adalah ketidakpastian situasi ka- pan berakhirnya pandemi covid-19 (Bao, Sun, Meng, Shi, & Lu, 2020). Pandemi covid-19 telah menginfeksi jutaan orang dan lebih dari ratusan ribu jiwa yang telah meninggal (Center for Trop-

(2)

ical Medicine, 2020).

Penyebaran penyakit coronavirus terjadi pada usia anak usia dini hingga usia lanjut. Anak usia dini sejauh ini menyumbang 1%-5% dari ka- sus covid-19 dengan tingkat kesembuhan tinggi dan kematian rendah (Ludvigsson, 2020). The United Nations Educational, Scientific and Culture memperkirakan ada sekitar 1.38 milyar anak- anak tidak dapat belajar di sekolah maupun maupun bermain diluar rumah akibat pandemi covid-19 (Cluver et al., 2020). Fenomena ini me- nimbulkan rasa kejenuhan dan kebosanan pada anak usia dini sehingga orangtua dituntut lebih keras secara kreatif untuk membuat anak mera- sa aman dan nyaman tanpa meningggalkan ke- wajiban orangtua bekerja dari rumah (work from home) secara professional.

Dimasa pandemi covid-19 peran orangtua menjadi multi-tasking. Tingkat kesibukan orangtua bekerja dari rumah dan mengasuh anak dirumah menciptakan perubahan yang drastis (extreme) yang dapat menimbulkan ke- cemasan dan stres pada orangtua. Tantangan dan stres dapat memicu gangguan mental yang umum, seperti kecemasan dan depresi (Dar, Iqbal, & Mushtaq, 2017). Penyebab stres dimasa pandemi dikarenakan beban yang sangat ting- gi. Di luar negeri, seorang suami dikarenakan stres melempar isterinya dari atas apartemen, gambaran ini sebagai sebuah bentuk stres secara psikologis yang memicu perasaan marah, takut dan depresi (Kadir, 2010), hal ini tentunya tidak hanya seorang isteri yang menjadi korban, akan tetapi anak secara tidak langsung menjadi kor- ban. Tingkat stres orangtua dapat menganggu dan mempengaruhi implementasi anak belajar di rumah.

Ajaran Islam dalam QS. Al Anbiya ayat 35 menyatakan bahwa manusia berada di antara ujian (Tim Syamil Al-Qur’an, 2016, p. 333). Ben- tuk ujian tidak hanya berupa nikmat akan tetapi berupa musibah. Manusia menyikapi covid-19 sebagai ujian dari Allah SWT dalam perspek- tif Islam. Musibah adalah semua kejadian atau peristiwa yang menimpa manusia, baik yang bersifat ringan maupun yang berat yang sering disebut dengan berbagai bencana (Rusli, 2012).

Islam mengenalkan stres di dalam kehidupan ini sebagai cobaan yang terdapat pada al Quran su- rat Al Baqarah ayat 155 yang artinya:

“dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan

berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (Tim Syamil Al-Qur’an, 2016, p. 24).

Stres adalah bagian dari tubuh manusia yang sangat penting untuk dikelola secara sosial selama pandemi covid-19 bagi individu, kelu- arga, dan masyarakat. Pengendalian diri secara emosional dan perilaku dapat berubah ketika adanya ancaman/tantangan dari tiga kebutu- han psikologis dasar (Enumo, Weide, Vicenti- ni, Araujo, & Machado, 2020), oleh karenanya dalam mengelola stres diperlukan manajemen yang tepat dan komprehensif dan perhatian dan perawatan terhadap kesehatan mental (Zandi- far & Badrfam, 2020). Penelitian terkait dengan Covid-19 telah banyak diantaranya buku saku desa tangguh covid-19 dan penelitian pembe- lajaran daring maupun penelitian parenting se- lama pandemi covid-19. Tujuan penelitian ini memberikan informasi dan mendeskripsikan bagaimana Islam mengajarkan umatnya dalam mengelola stres dalam mengasuh anak sehing- ga menjadi novelty pada penelitian ini, karena fase anak-anak menjadi sangat penting sebagai upaya dalam membentuk sumber daya manusia yang terdidik secara matang dari berbagai po- tensi insaniyah,basyariah dan al-naasyah (Anwar &

Cristanti, 2019).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode pene- litian kepustakaan (library research) yakni jenis penelitian kualitatif yang tidak terjun kelapa- ngan. Data-data dikumpulkan dan diperoleh dari buku-buku, artikel-artikel pada jurnal, dan berita. Penelitian dideskripsikan dengan meng- gambarkan hasil temuan melalui pengamatan, pencatatan dan penganalisian tentang permas- alahan penelitian kemudian dipetakan hingga menjadi suatu pola yang utuh dan praktis.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Allah SWT memberikan manusia akal un- tuk berfikir, segala sesuatu yang ada di dunia menjadi ayat kauniyah sehingga menimbulkan penyadaran kepada manusia untuk berfikir da- lam bertindak. Proses manajemen dijelaskan da- lam al Quran dan dipraktekkan langsung oleh nabi Muhammad SAW sebagai teladan kepada umat manusia. Prinsip dasar menyangkut segala aspek kehidupan manusia diyakini terdapat da- lam al Quran dan al hadits.

Islam mengajarkan bagaimana menghada-

(3)

pi segala macam bentuk masalah dengan meya- kini bahwa disetiap ujian memiliki jalan keluar.

Islam hadir sebagai solusi dari setiap permas- alahan hidup manusia termasuk di dalamnya dalam menghadapi dan mengelola stres hidup.

Tidak benar jika seseorang bersikap lemah akan ujian hidup yang dijalani sementara Allah SWT sendiri menganjurkan pada manusia untuk ti- dak menjadi lemah sebagaimana firman Allah dalam al Quran yang artinya;

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan jan- ganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (de- rajatnya), jika kamu orang-orang yang beri- man.”(QS. Ali-Imron: 139); (Departemen Agama RI, 2017, p. 67).

Stres mengasuh anak akan menimbulkan berbagai komplikasi gangguan, baik fisik, so- sial maupun psikologis pada anak. Islam men- gajarkan beberapa strategi dan pengaturan da- lam mengelola stres yaitu niat ikhlas, sabar dan shalat, bersyukur dan berserah diri, doa dan dz- ikir, strategi ini juga diungkapkan dalam versi ahli psikologi seperti relaksasi, berpikir positif, dan mengatur waktu (Yuwono, 2010). Penga- turan dalam sudut pandang Islam diistilahkan dengan menggunakan kata al-tadbir yang berarti manajemen (Ramayulis, 2008, p. 362). Perlun- ya mengelola stres pada ayah dan ibu sebagai orangtua dalam mengasuh anak di tengah pan- demi covid-19 dengan memanfaatkan apa yang dimiliki dan dipunyai dalam upaya membentuk keluarga yang bahagia. Hal ini sesuai dengan yang katakan oleh al Farabi dalam kitab Kitab Tanbih ‘ala Sabil al-Sa‘adah (dalam Jaapar) bahwa kebahagiaan merupakan suatu yang dirindui oleh setiap orang kerana ia merupakan kebaikan paling besar di antara segala kebaikan yang ada (Jaapar & Azahari, 2011).

Niat Ikhlas

Niat baik yang jujur dapat menjadi sebab Allah SWT limpahkan pahala. Menghadirkan niat ikhlas ditengah pandemi covid-19 dengan beban kerja yang dimiliki oleh orangtua dalam mengasuh anak perlu ditekadkan. Niat dan ikhlas terdapat pada hadist arbain yang perta- ma “Sesungguhnya segala amalan itu tidak lain tergantung pada niat; dan sesungguhnya tiap-ti- ap orang tidak lain (akan memperoleh balasan dari) apa yang diniatkannya.” (Muttafaqun ‘alai- hi). Hadist pendek dan singkat tersebut memili- ki makna yang luas bahkan hadist ini menurut

Imam Syafi’I masuk kedalam 70 bab. Perlunya niat ikhlas dalam mengasuh anak dengan berb- agai situasi tentu Allah SWT akan membalasnya dengan menjadikan anak yang sholeh dan ber- manfaat.

Anak adalah aset tabungan orangtua jangka panjang di akhirat sebagaimana hadist riwayat Muslim no.1631 bahwa apabila seseo- rang meninggal dunia maka terputuslah amalan kecuali tiga perkara yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan doa anak yang sholeh.

Usaha mengasuh dan mendidik anak tidaklah lain karena pada akhirnya semua manusia akan mati dan ketika mati diharapkan anak menjadi amalan orangtua yang tidak terputus. Sehing- ga niat mengasuh anak dengan baik menjadi langkah awal dalam menciptakan amalan bagi orangtua.

Kepanikan dan ketidaktenangan mengha- dapi situasi yang berubah pada masa pandemi menjadi penyebab kesehatan mental menurun.

Menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Ketika kesehatan fisik terganggu akan menimbulkan penyakit. Ikhlas sebagai keterampilan atau skill yang lebih ber- cirikan silent operation dari pikiran dan perasaan yang tak tampak namun memiliki kekuatan (Sentanu, 2007, p. 10). Ikhlas menunjukkan ses- eorang bertindak dengan motif “murni” dan juga dapat menunjukkan dilakukan “secara be- bas” bukan sebagai hasil dari tekanan dan pak- saan (Goddard, 2001).

Sabar

Ketidakmampuan orangtua dalam be- radaptasi, tabah dan mengendalikan emosi den- gan berbagai situasi akibat dampak covid-19 akan memicu kekerasan pada anak yang ber- dampak pada trauma dimasa sekarang dan ber- potensi bahaya untuk masa depannya. Sabar bermakna kemampuan mengendalikan emosi, salah satu objek sabar adalah ketabahan meng- hadapi musibah, kebalikan dari sabar adalah gelisah dan keluh kesah (Yusuf, Kahfi, & Ibala, 2018).

Sabar diwajibkan sejak awal ditimpa musi- bah, bukan belakangan setelah musibah selesai sehingga ketika sabar terlebih dahulu diterap- kan akan menimbulkan kemampuan mengen- dalikan diri. Bentuk nyata sikap sabar yang ber- fungsi dalam pencapaian tujuan hidup dengan memiliki keteguhan dalam pendirian yang di-

(4)

cirkan dengan (konsisten, disiplin, konsekuen);

tabah yang ditunjukkan dengan istiqamah pada tujuan, daya juang yang tinggi, belajar dari keg- agalan, siap menerima umpan balik untuk per- baikan); tekun dicirikan dengan (sikap antisipat- if, terencana, terarah) (Sukino, 2018).

Konsep sabar berdasarkan Tafsir al Mish- bah yang dikutip oleh Hafidz, memiliki un- sur-unsur yang terdiri dari: menahan sebagai respon awal, proses/ aktif, semangat mencari ilmu, bertujuan kebaikan, optimis, pantang menyerah, patuh/ taat pada aturan, memiliki semangat untuk membuka alternatif solusi, kon- sisten, dan tidak mengeluh (El-Hafiz, Mundzir, Rozi, & Pratiwi, 2015)

Al Quran menggambarkan beberapa cara dalam membiasakan sabar yakni; pertama, mena- namkan keyakinan adanya balasan yang baik bagi orang-orang yang sabar; kedua, mengingat- kan bahwa orang yang paling dekat dengan Al- lah pun; ketiga, Menanamkan keyakinan adanya kemudahan setelah kesusahan; keempat, Mena- namkan kesadaran, bahwa manusia itu milik Allah; kelima, mengingatkan adanya sunnatullah atau hukum alam yang berlaku di dunia; keenam, menanamkan keyakinan tentang Qada dan Qa- dar Allah yang tidak mungkin dapat dihindari.

Syukur

Al Quran telah menginformasikan perlu- nya bersikap terbuka dalam kehidupan sebagai bentuk rasa syukur. Rasa kesyukuran dengan sepenuh hati yang diwujudkan dalam bentuk su- jud syukur serta dilakukan saat hati dan pikiran menyadari kebesaran dak kenikmatan yang Al- lah Swt anugerahkan. Bersyukur dapat mem- buat seseorang merasa damai, lebih bahagia, dan tidak mudah depressi (Sagir, 2014). Hakikat syukur adalah “menampakkan nikmat,” dan hakikat kekufuran adalah menyembunyikannya (Mahfud, 2014).

Syukur adalah rida atas nikmat Allah dan beramal atasnya. Syukur yang berbentuk rida dengan hati dan mengetahui dengan ilmu (ma’ri- fah al-ni’mah) merupakan dimensi internal dari bersyukur (al-shukr al-dākhiliah). Tidak cukup dikatakan bersyukur tanpa adanya respon beru- pa tindakan eksternal (al-shukr al-khārijiyah) baik secara lisan maupun perbuatan (Rusdi, 2016).

M. Quraish Shihab menegaskan bahwa syukur mencakup tiga sisi; pertama, syukur den- gan hati, yakni kepuasaan batin atas anugerah;

kedua, syukur dengan lidah, yakni dengan men- gakui anugerah dan memuji pemberianNya;

ketiga, syukur dengan perbuatan, yakni dengan memanfaatkan anugerah yang diperoleh. Anak adalah takdir dari Allah sesuai dengan makna dalam QS. Al Qashah ayat 68 sehingga anak menjadi amanah yang harus ditunaikan oleh orangtua. Orangtua mengasuh anak dengan baik menjadi bentuk rasa syukur kepada Allah sebagai sang pencipta.

Khusnudzon

Mengambil asumsi baik dan positif ada- lah bentuk dari ibadah. Islam mengajarkan se- tiap manusia untuk berprasangka baik tentang apa yang terjadi dan melarang manusia untuk memiliki perilaku pesimistis dalam menjalank- an kehidupan dan beribadah. Manusia harus memiliki sikap husnudzon atau berfikir positif atas apa yang menimpa dirinya dikehidupann- ya. Husnudzan sebagai mengambil asumsi yang baik atau positif tentang sesuatu yang terjadi da- lam hidupnya (Shabrina & Rachmawati, 2013).

Mengasuh anak dengan memiliki perasaan yang positif akan menimbulkan dambak psi- kologis baik yang besar bagi anak. Penelitian menunjukkan bahwa husnudzan sebagai bentuk pemikiran positif dengan prasangka baik pada anak terbukti memiliki hubungan yang baik (Fairuzzahra, Aryandari, & Purwadi, 2018), itu berarti semakin tinggi husnudzan akan adan- ya pandemic covid-19 yang dimiliki seseorang, semakin rendah kecemasan dan tekanan dalam menghadapinya.

KESIMPULAN

Mengelola stres mengasuh anak pada masa pandemi covid-19 dilakukan untuk men- ciptakan kedekatan orangtua dengan anak agar anak merasa nyaman dan aman selama dirumah.

Pandemi covid-19 merupakan bentuk ujian dari Allah swt sehingga orangtua dalam perannya yang multitasking perlu untuk mengendalikan diri agar terhindar dari stres dikarenakan stress dalam mengasuh anak akan menimbulkan berbagai komplikasi gangguan, baik fisik, sosial maupun psikologis pada anak. Islam megajarkan mengelola stres dengan langkah-langkah yaitu niat dan ikhlas, sabar, syukur, dan khusnudzon.

Telah dikemukaan bahwa solusi orangtua dalam mengelola emosi ketika mengasuh anak di masa pandemi covid-19 adalah dengan menjadikan

(5)

musibah dan ujian sebagai bagian dari nikmat yang Allah Swt berikan, karena tidaklah dinya- takan beriman sebelum diberikan ujian. Ujian menjadi sarana dalam mendidik manusia agar menjadi manusia yang beriman dan berilmu.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, R. N., & Cristanti, Y. D. (2019). Peran Pendidikan Anak Perempuan Dalam Membentuk Masyarakat Madani. Jurnal Care, 6(2), 11–18.

Bao, Y., Sun, Y., Meng, S., Shi, J., & Lu, L. (2020).

2019-nCoV epidemic: address mental health care to empower society. The Lancet, 395(10224), e37–e38. https://doi.

org/10.1016/S0140-6736(20)30309-3

Center for Tropical Medicine. (2020). Buku Saku Desa Tangguh Covid-19. Yogyakarta:

Universitas Gadjah Mada.

Cluver, L., Lachman, J. M., Sherr, L., Wessels, I., Krug, E., Rakotomalala, S., … McDonald, K. (2020). Parenting in a time of COVID-19.

The Lancet Journals, 395(10231).

Dar, K. A., Iqbal, N., & Mushtaq, A. (2017).

Intolerance of Uncertainty, Depression, and Anxiety: Examining the Indirect and Moderating Effects of Worry. Asian Journal of Psychiatry, 29, 129–133. https://doi.

org/10.1016/j.ajp.2017.04.017

Departemen Agama RI. (2017). Syamil Al Quran dan Terjemahan. Bandung: PT. Syamil Cipta Media.

El-Hafiz, S., Mundzir, I., Rozi, F., & Pratiwi, L.

(2015). Pergeseran Makna Sabar dalam Bahasa Indonesia. Ilmiah Penelitian Psikologi: Kajian Empiris & Non-Empiris, 1(1), 33–38.

Enumo, S. R. F., Weide, J. N., Vicentini, E. C. C., Araujo, M. C., & Machado, W. de L. (2020).

Coping With Stress in Pandemic Times: A Booklet Proposal. Pre Print, 1–35.

Fairuzzahra, D. A., Aryandari, D., & Purwadi, M. (2018). Hubungan Antara Husdudzon dan Kecemasan pada Mahasisiwa. Jurnal Psikologi Islam, 5(2), 69–74.

Goddard, C. (2001). Sabar, ikhlas, setia - Patient, sincere, loyal? Contrastive semantics of some “virtues” in Malay and English. Journal of Pragmatics, 33(5), 653–681. https://doi.org/10.1016/S0378- 2166(00)00028-X

Jaapar, N. Z. H., & Azahari, R. H. (2011). Model Keluarga Bahagia Menurut Islam. Jurnal Fiqh, 8, 25–44.

Kadir, A. (2010). Perubahan Hormon terhadap Stress. Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma, 2(1), 88–97.

Ludvigsson, J. F. (2020). Systematic review of COVID-19 in children shows milder cases and a better prognosis than adults.

Acta Paediatrica, International Journal of Paediatrics, 0–3. https://doi.org/10.1111/

apa.15270

Mahfud, C. (2014). The Power of Syukur: Tafsir Kontekstual Konsep Syukur dalam al- Qur’an. Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman, 9(2). https://doi.org/10.21274/

epis.2014.9.2.377-400

Nasution, L. (2020). Hak Kesehatan Masyarakat dan Hak Permintaan Pertanggungjawaban Terhadap Lambannya Penanganan Pandemi Global. Jurnal Adalah : Buletin Hukum Dan Keadilan, 4, 19–28.

Ramayulis. (2008). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:

Kalam Mulia.

Rusdi, A. (2016). Syukur dalam Psikologi Islam dan Konstruksi Alat Ukurnya. Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi: Kajian Empiris &

Non-Empiris, 2(2), 37–54.

Rusli, A. R. (2012). Musibah dalam Perspektif Al Quran: Studi Analisis Tafsir Tematik.

Journal Analytica Islamica, 1(1), 148–162.

Retrieved from http://www.jurnal.

uinsu.ac.id/index.php/analytica/article/

view/376

Sagir, A. (2014). Pertemuan Sabar Dan Syukur Dalam Hati. Jurnal Studia Insania, 2(1), 19.

https://doi.org/10.18592/jsi.v2i1.1089 Sentanu, E. (2007). Quantum Ikhlas: The Power

of Positive Feeling. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Shabrina, N. B. U., & Rachmawati, M. A. (2013).

Husnudzan and Anxiety in Students Dealing with National Examination.

International Summit on Science Technology and Humanity, 164–171.

Sukino. (2018). Konsep Sabar Dalam Al-Quran Dan Kontekstualisasinya Dalam Tujuan Hidup Manusia Melalui Pendidikan.

Jurnal Ruhama, 1(1), 63–77.

(6)

Tim Syamil Al-Qur’an. (2016). Syaamil Quran:

Hijaz Terjemah Tafsir Per Kata. Bandung:

Syaamil Quran.

Xu, B., Kraemer, M. U. G., Gutierrez, B., Mekaru, S., Sewalk, K., Loskill, A., … Kraemer, M.

(2020). Open Access Epidemiological Data From The Covid-19 Outbreak. The Lancet Infectious Diseases, 20(5), 534. https://doi.

org/10.1016/S1473-3099(20)30119-5

Yusuf, M., Kahfi, D., & Ibala, M. A. (2018). Sabar dalam Perspektif Islam dan Barat. Al Murabbi, 1(2), 233–246.

Yuwono, S. (2010). Mengelola Stres dalam Perspektif Islam dan Psikologi. Psycho Idea, 8(2), 14–26.

Zandifar, A., & Badrfam, R. (2020). Iranian mental health during the Covid-19 epidemic.

Asian Journal of Psychiatry.

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti berdasarkan hasil pembahasan membuat simpulan bahwa peran orangtua dalam attachment (kasih atau partisipasi) pada anak usia sekolah selama Pandemi Covid-19

Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, 2020, Pemerintah Larang ASN, TNI, Polri, dan Pegawai BUMN untuk Mudik di Tengah Pandemi COVID-19,

Bulanan Shopee pada Masa Pandemi Covid-19 (Ditinjau dalam Perspektif Ekonomi Islam). UIN Antasari

Menuju Tatanan Baru Era Pandemi COVID 19. Budaya Media Sosial, Edukasi Masyarakat dan Pandemi COVID-19. Virus Corona: Hal-hal apa yang perlu

Adanya pemberian sosialisasi/penyuluhan mengenai pandemi COVID-19 kepada masyarakat, agar masyarakat mengetahui apa sebenarnya pandemi COVID-19 mulai dari penyebarannya,

Maka dari itu dalam penelitian ini akan dikaji bagaimana program pengembangan keberagamaan yang dilaksanakan sebelum terjadi pandemi COVID-19 dan pada saat pandemi

Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi dampak pandemi Covid -19 terhadap sektor perbankan, mengidentifikasi apakah pandemi Covid -19 dapat digolongkan

Secara umum, guru telah memahami tujuan dan panduan dalam menggunakan teknologi, dapat merefleksikan tujuan pembelajaran, merencanakan penggunaaan teknologi dalam pengembangan