• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK MESIN FTI ITS (RANCANG BANGUN ROTATOR ELEVASI SATELIT NANO UNTUK PORTABLE GROUND STATION)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK MESIN FTI ITS (RANCANG BANGUN ROTATOR ELEVASI SATELIT NANO UNTUK PORTABLE GROUND STATION)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK MESIN FTI ITS

(RANCANG

BANGUN ROTATOR ELEVASI SATELIT NANO UNTUK PORTABLE GROUND STATION)

Made Yudithia Krisnabayu, Hendro Nurhadi, Dipl.-Ing,. PhD.

Jurusan Teknik Mesin

Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111

[email protected] ; [email protected] Abstrak

Satelit buatan merupakan teknologi informasi yang hampir disetiap negara membutuhkannya, mulai dari manfaatnya dalam hal informasi seperti komunikasi, cuaca dan lingkungan, keamanan dan batas wilayah hingga bencana alam. Oleh karena itu banyak negara membutuhkan teknologi satelit buatan. Indonesia sebagai negara berkembang telah lama memanfaatkan teknologi satelit buatan ini, dimana pada ketika itu, Indonesia membeli satelit dari sebuah perusahaan asing. Kemudian pada tahun 2006 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) telah berhasil membuat satelit buatannya sendiri yang diberi nama INASAT-1.

Untuk mencapai tujuan negara Indonesia sebagai bangsa yang mandiri dalam teknologi satelit, maka kedepannya akan dikembangkan teknologi satelit secara mandiri yakni dengan melibatkan pihak akademisi baik dosen maupun mahasiswa dalam wadah yang disebut INSPIRE. Antena sebagai salah satu komponen dalam sistem komunikasi satelit, digerakan oleh rotator (salah satunya rotator elevasi). Fungsi rotator ini yakni dalam hal mendukung pengiriman dan penerimaan informasi dari dan menuju kendaraan luar angkasa (spacecraft) maka dari itu dibutuhkan teknologi penggerak antena yakni rotator dalam mendukung tujuan diatas.

Dalam penelitian ini dirancang sistem mekanika dan kontrol dari rotator satelit nano yang mampu menggerakkan antena secara rotasi terhadap sumbu horizontal(rotator elevasi). Untuk tahap awal ini, proses pergerakan rotator dilakukan secara manual (manual tracking) terhadap pergerakan satelit.

Berdasarkan hasil perancangan, pembuatan dan pengujian rotator elevasi ini, didapatkan bahwa ketelitian yang mampu dihasilkan oleh rotator elevasi ini yaitu sebesar 1.50. Ketelitian tersebut sangat dipengaruhi oleh sensor potensiometer. Oleh karena itu untuk kedepannya jika diinginkan ketelitian rotator yang sangat tinggi maka dibutuhkan ketelitian sensor posisi yang tinggi juga.

Kata kunci : satelit , antena, manual tracking, rotator elevasi, sistem mekanika, sistem kontrol.

ABSTRACT

Artificial satellite is an information technology that almost every country needs its, ranging from the benefits in terms of information such as communications, weather and environment information, security and border of regions until natural disasters information. Therefore, many countries require artificial satellite technology. Indonesia as a developing country have long time ago used this artificial satellite technology, which at the time, Indonesia bought a satellite from a foreign company. Then in 2006 the National Aeronautics and Space Institute (LAPAN) has managed to make a homemade satellite that named INASAT-1. To achieve the objectives of Indonesia as an independent country in satellite technology, the future of satellite technology will be developed independently by involving academics that both lecturers and students in a community that called INSPIRE. Antenna as one component in a satellite communication system, supported by a rotator (one of that is elevation rotator). Rotator has a function in terms of supporting the sending and receiving information process to and from the space vehicle (spacecraft) and therefore it is required the antenna rotator technology that can drive and support of these goals.

On this research is designed and constructed mechanic systems and control systems of the rotator of nano satellites that capable for moving the antenna in rotation by the horizontal axis (elevation rotator). For this first step, the movement of the rotator is done manually (manual tracking) by satellite motion.

Based on the design, construct and testing of this elevation rotator, it was found that the accuracy of this elevation rotator is equal to 1.50. Accuracy is greatly influenced by the potentiometer sensor. Therefore, for the future research, if desired a rotator that has extremely high accuracy, it is required high accuracy position sensor as well.

Keywords: satellite, antenna, manual tracking, elevation rotator, mechanical systems, control systems.

(2)

2 1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Teknologi satelit merupakan teknologi yang sangat penting, begitu banyak fungsi satelit yang digunakan guna memenuhi informasi dan kebutuhan manusia bahkan lingkungan alam.

Bangsa Indonesia sebagai negara yang berkembang, sangat membutuhkan peranan dan perkembangan teknologi satelit. LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Negara) sebagai salah satu lembaga non departemen RI telah melakukan riset dan penelitian mengenai satelit, salah satunya yaitu satelit nano INASAT-1 yang dibuat dan didesain sendiri oleh Indonesia untuk pertama kalinya. Menurut Deputi Teknologi Aerospace Lapan, Soewarto Hardhienata, untuk kedepannya riset mengenai satelit nano tidak hanya dilakukan oleh LAPAN saja namun akan dilibatkan pihak akademisi seperti dosen dan mahasiswa di beberapa perguruan tinggi di Indonesia. Melalui suatu wadah organisasi INSPIRE (Indonesian Nano-Satellite Platform Initiative for Research & Education)yang terdiri dari dosen dan mahasiswa di beberapa perguruan tinggi di Indonesia, diharapkan Indonesia nantinya mampu menjadi bangsa yang mandiri dari segi teknologi satelit.

Gambar 1.1 Satelit pertama buatan LAPAN (sumber: lapanrb.org)

Dalam satu-kesatuan sistem kerjanya, sistem satelit terbagi atas Space Segment, Ground Segment, Overall System (Sumber: R.

Elbert “Sattelite Communication”). Dimana yang dimaksud dengan Space Segment yakni kendaraan luar angkasa (Spacecraft) yang diluncurkan untuk bergerak pada orbitnya diluar angkasa. Sedangkan stasiun bumi (Ground Segment) memberikan akses komunikasi antara kendaraan luar angkasa (Spacecraft) dengan pengguna di bumi.

Didalam teknologi satelit, tidaklah cukup hanya melakukan peluncuran kendaraan luar angkasa (Spacecraft) dan membangun stasiun bumi saja, tetapi diperlukan Overall System yakni bagaimana muatan (payload) dari satelit tersebut bisa diterima oleh stasiun bumi melalui antena dan di siarkan menuju pengguna.

Antena sebagai media penerima dan pemancar gelombang radio berperan didalam sub sistem stasiun bumi. Pada dasarnya antena harus mempu bergerak sesuai dengan arah pergerakan dari kendaraan luar angkasa (Spacecraft) agar muatan (payload) atau informasi yang di bawa oleh kendaraan luar angkasa (Spacecraft) dapat diterima dengan baik oleh pengguna di bumi. Oleh karena itu diperlukan sistem pendukung pergerakan antena yang baik. Dimana penggerak antena tersebut menggunakan mekanisme motor yang biasa disebut dengan rotator.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam melakukan rancang bangun rotator elevasi ini, dirumuskan suatu masalah yang akan menjadi kajian dan pembahasan didalam tugas akhir ini yakni bagaimana rancangan dari rotator elevasi yang mampu mendukung penerimaan dan pengiriman informasi (payload) antara kendaraan luar angkasa (Spacecraft) dengan stasiun bumi oleh penggunanya.

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari dilakukannya tugas akhir perancangan rotator elevasi ini adalah merancang rotator elevasi yang mampu bergerak dengan akurat ± 10 sebagai salah satu alat pendukung sistem teknologi satelit secara keseluruhan yakni pada portable ground station, sehingga pengiriman dan penerimaan informasi (payload) dari kendaraan luar angkasa (spacecraft) menuju stasiun bumi dapat terjadi dengan baik.

2. Metodologi Perancangan

Didalam melakukan perancangan rotator elevasi satelit nano ini diawali dengan tahap pendefinisian tugas yakni penulis mendefinisikan seperti apa fungsi rancangan yang ini dicapai. Selanjutnya ialah tahap penentuan persyaratan rotator elevasi.

Persyaratan untuk rancangan rotator elevasi ini disesuaikan dengan hasil kesepakatan tim

(3)

3 INSPIRE yaitu berdasarkan Preliminary

Design of IiNUSAT yakni riset mengenai satelit yang ingin dikembangkan bangsa Indonesia. Tahap berikutnya ialah tahap pembuatan konsep rancangan rotator elavasi yang terdiri dari konsep mekanika dan konsep kontrolnya. Kemudian tahap selanjutnya ialah tahap pemilihan konsep berdasarkan beberapa konsep yang telah dirancang sebelumnya.

Kemudian ialah tahap perancangan komponen, dimana pada tahap ini terdiri dari kegiatan melakukan perhitungan kecepatan rotasi antena berdasarkan List Of Requirment dari satelit nano IiNUSAT, perhitungan gaya-gaya yang terjadi pada antena, perhitungan elemen mesin, Tahap berikutnya masuk kepada tahap evaluasi mampu manufaktur, dimana yang dimaksud disini ialah tahap dimana apakah desain yang telah dilakukan sebelumnya bisa untuk di proses dalam pembuatannya atau tidak. Apabila desain yang telah dirancang tersebut bisa untuk dimanifakturing maka tahap selanjutnya ialah tahap manufakturing mancangan untuk dibuat barang jadi. Pada akhirnya dilakukan tahap uji coba alat, dimana pada tahap ini terdiri dari uji fungsi total dan uji fungsi mekanika.

3. Pembahasan

3.1 Perhitungan Gaya-Gaya untuk Perancanga

Gaya yang bekerja pada antena ini meliputi gaya hambatan, gaya permukaan akibat angin, gaya berat antena. Perhitungan gaya-gaya tersebut dilakukan untuk mendapatkan berapa besar torsi yang dibutuhkan agar antena dapat bergerak sesuai tujuan rotator ini. Adapun untuk lebih jelasnya akan dibahas satu-persatu gaya yang bekerja pada antena termasuk freebody diagramnya.

3.1.2 Gaya akibat Drag Force (Fd)

Berdasarkan buku fluids of mechanic karangan Fox& McDonalds diketahui persamaan Drag Force meliputi:

Fd = - (1) dimana:

ρ : massa jenis udara (1.23 Kg/m3) Cd : coeffisien of drag (Cd = 1.28

bidang kontak berupa flat plate) A : Bidang luasan antena (m2) V : Kecepatan translasi antena (m/s)

o Besar Kecepatan translasi antena pada titik pusat gaya hambatan

Besar kecepatan translasi didapat dari spesifikasi kecepatan angular dari antena dan jarak titik pusat gaya hambatan terhadap pusat putar antena. kecepatan angular dari antena didapat sebesar 0.1 rpm sedangkan untuk menghitung jarak putar gaya hambatan dapat dilakukan sebagai berikut:

Gambar 3.1. Freebody diagram komponen gaya hambatan satu sisi antena

dimana:

p : panjang antena (m)

x : jarak pusat gaya terhadap antena (m) R : jarak pusat gaya terhadap pusat putar

rotator (m) O : pusat putar antena

Lb : panjang desain batang penyangga antena (m)

R2 = Lb2 + x2 (2)

dimana:

x= × p (gaya hambatan tersebut merupakan fungsi kuadratik sehingga n = 2)

x = × p (3)

Persamaan diatas digunakan untuk mencari titik pusat gaya yang bekerja berdasarkan gaya yang terdistribusi dengan persamaan fungsi kuadratik. Besar R dapat dihitung dengan menggunakan persamaan pytagoras:

R = =

= 0.217 m

(4)

4 sehingga kecepatan translasi pada pusat gaya

hambatan dapat dihitung sebagai berikut:

V = ω × R

= 0.00966 rad/s × 0.217 m

= 2.09×10-3 m/s V’ = Vcos(25.25)

= 1.89×10-3 m/s

sehingga didapat drag force sebesar:

Fd = -

Fd = - × 1.28×

0.5m× 0.25m

= - 1.76 × N (tanda minus menunjukan gaya berlawanan arah dengan kecepatan antena)

3.1.3 Gaya akibat Surface Force (Fs)

Surface force dapat didekatkan dengan menggunakan persamaan momentum fluida dengan asumsi meliputi:

Aliran udara steady ρ konstan

control volume

pusat gaya

permukaan

antena

Gambar 3.2 Control volume yang diasumsikan

ketika antena terkena gaya angin (asumsi aliran angin uniform searah sumbu x)

Aliran steady

Fs = Ʉ + (4)

Dari persamaan diatas akan diperoleh:

Fs = A Fs =

Fs = v2 A dimana:

v : kecepatan angin rata-rata di Indonesia (m/s)

A : luasan permukaan benda (m2)

Fs = 1.23 kg/m3×(5.9m/s)2×(0.5m×0.25m)

= 5.3 N

3.1.4 Gaya Berat Antena

Antena dan framenya memiliki berat sebesar 1 kg. sehingga:

Wa = m×g

= 1 kg × 9.8 m/s2

= 9.8 N dimana:

Wa : berat antena dan frame

3.1.5 Gaya Berat Batang Penyangga Antena Batang penyangga antena memiliki berat sebesar 0.25 kg sehingga:

Wb = m × g

= 0.25 kg × 9.8 m/s2

= 2.45 N dimana:

Wb : berat batang penyangga

Gambar 3.4 Freebody diagram gaya-gaya yang terjadi pada antenna

3.2 Perhitungan Torsi Minimum Yang Dibutuhkan Agar Antena Mampu Berputar 1800 (Elevasi)

Fdrag

Fs akibat angin

ω Wa Wb

Fdrag

(5)

5 Gambar 3.5 Freebody diagram gaya-gaya yang

terjadi pada antena satu sisi saja

Ʃ M = 0 (Persamaan D’Alembert benda kaku) Wa (b+ ) cosα + Wb ( ) cosα + Fs b sinα + 2

× - Ti = 0

Ti = 9.8N (0.11+0.0025)m × cosα + 2.45N (0.055)m × cosα + 5.3N(0.11)m × sinα +

Ti = 1.1025 × cosα Nm + 0.135 × cosα Nm + 0.58 × sinα Nm +

0.763 × secα Nm dimana:

a : tebal antena dan frame (m)

b : panjang batang penyangga antena (m) M : moment (Nm)

Ti :torsi inersia yang timbul (Nm) Wa :berat antena dan frame (kg) Wb :berat batang penyangga (kg)

Fs : gaya permukaan yang timbul akibat angin sekitar (N)

Fd : gaya hambatan yang terjadi akibat antena yang bergerak (N)

R : jarak gaya hambatan terhadap pusat putar antena (m)

α : sudut yang dibentuk oleh antena dan sumbu horizontal pada saat menghasilkan torsi maksimum Untuk mendapatkan harga sudut α dimana nantinya akan menghasilkan nilai Ti terbesar dapat dilakukan dengan mencari turunan dari persamaan diatas.

= 0

-1.1025sinα - 0.135sinα + 0.58cosα + 0.935 secα tanα = 0

-1.236sinα + 0.58cosα + 0.935 secα tanα = 0

Untuk penyelesaian persamaan diatas, dimana diingikan mendapatkan faktor α dibantu dengan menggunakan program matlab untuk mempermudah penyelesaiannya.

Adapun teori yang digunakan yakni teori newton raphson untuk mendapatkan akar-akar persamaannya. Pada penyelesaian dengan menggunakan metode newton raphson, selain turunan pertama juga dibutuhkan turunan keduanya, sebagai berikut:

= 0

-1.236cosα - 0.58sinα + 1.87 (secα tanα tanα + secα α) = 0

Setelah itu di running pada program matlab (dapat dilihat pada halaman lampiran) dan kemudian didapat hasil α = 25.250 . Posisi α = 25.250 tersebut dihitung dari sumbu seperti pada gambar diatas dimana pada posisi tersebutlah gaya-gaya pada antena bekerja secara maksimal sehingga bisa diantisipasi atau dapat diatasi oleh torsi motor pada rancangan rotator ini. Kemudian torsi minimal yang dibutuhkan dapat dihitung selanjutnya sebagai berikut:

Ti = Wa(b + a/2) cos25.250+ Wb(1/2) cos25.250 + Fs b sin25.250 + 2 ×

Ti = 9.8N (0.11 + 0.0025)m×cos25.250 + 2.45 N(0.055)m×cos25.250 + 5.3 N(0.11)m×sin25.250

Ti = 0.997Nm + 0.121Nm + 0.24 Nm +

0.844 Nm

Ti = 1.37 Nm dimana:

Ti = torsi minimal pada aktuator yang dibutuhkan agar antena mampu digerakan.

Sedangkan untuk torsi minimal yang

(6)

6 dibutuhkan motor dapat diketahui setelah

mendesain sistem roda gigi reduksinya.

3.3 Pengujian Unjuk Kerja

Sebelum dilakukan pengujian pada rotator ini, perlu dilakukan semacam kalibrasi pada sistem kontrol termasuk sensor potensiometer pada aktuator. Proses ini dilakukan untuk menentukan berapa ketelitian sistem kontrol rotator ini. Proses ini dapat dilakukan dengan cara menjalan program tertentu pada mikrokontroler untuk mendapatkan data-data dari pergerakan antena pada posisi nol derajat hingga pada posisi 1800. Proses ini bisa diamati pada layar lcd, dimana pada layar tersebut akan muncul angka tertentu mulai dari posisi antena nol derajat kemudian angka tersebut akan terus bertambah seiring dengan perpindahan posisi dari antena. Angka tersebut merupakan suatu bilangan yang berasal dari signal analog yang dihasilkan sensor potensiometer ketika potensiometer berputar. Hal tersebut dapat terjadi karena karakteristik dari potensiometer sendiri, dimana hambatan pada potensiometer akan berubah seiring dengan pergeseran tuas pada paotensiometer secara angular (untuk potensiometer tipe angular). Adapun dari hasil pengujian didapatkan pada posisi nol derajat didapatkan data analog sebesar 100 sedangkan pada posisi 1800 didapatkan data analog sebesar 220 sehingga selisih keduanya didapat sebesar 120. Kemudian perhitungan ketelitian dari sensor ini dapat dilakukan dengan cara membagi 1800 dengan selisih data analog sebesar 120 sehingga akan didapat ketelitian dari sensor ini sebesar 1.50.

Untuk langkah pengujian selanjutnya rotator ini dilakukan dengan cara memasukan inputan posisi derajat elevasi yang diinginkan pada program visual basic . Pada kolom elevasi masukan data derajat kemudian langkah selanjutnya adalah tekan kotak

“send”. Dengan menekan kotak “send” ini maka pada layar lcd kontrol akan muncul posisi derajat elevasi yang diinginkan.

Langkah berikutnya ialah menekan kotak

“system on” dimana dengan menekan kotak ini maka melalui bahasa pemoggraman akan memerintah mikrokontroler untuk memberikan signal menuju rangkaian relay dan akhirnya akan memberikan tegangan pada motor sehingga motor akan berputar.

Pada tahap motor bergerak, maka pada tampilan lcd kontrol akan muncul posisi dari aktuator rotator dalam satuan derajat, posisi ini dapat diketahui karena sistem sensor potensiometer yang telah dipasang pada hardware. Pada tahap ini mikrokontroler akan membandingkan posisi derajat aktuator dengan data derajat yang diinputkan. Ketika derajat yang diinginkan pada inputan telah sama dengan posisi derajat pada aktutator maka mikrokontroler akan segera memutuskan signal yang disalurkan menuju rangkaian relay dengan demikian tegangan menuju motor akan mati dan akhirnya motor akan mati.

Namun jika saja terjadi posisi yang sedikit bergeser pada aktuator dimana akan ada selisih antara aktuator dengan inputan data yang diterima mikrokontroler, maka mikrokontroler akan memberi signal lagi menuju rangkaian relay, apakah untuk memutar motor menuju arah cw atau ccw agar posisi dari aktuator tepat menunjukan posisi sesuai data inputan yang diinginkan.

Adapun untuk mengetahui apakah aktuator telah bergerak menuju posisi yang diinginkan, dapat diamati dengan melihat posisi batang penyangga antena pada busur derajat yang telah dipasang pada hardware, berikut gambarnya pada gambar 4.5.5 berikut:

Gambar 3.6 Penempatan busur derajat pada hardware sebagai visualisasi posisi sudut antena

Untuk proses pengambilan dan pengolahan data pada pengujian performance rotator ini diambil tiga buah sample sudut dengan masing-masing sudut dilakukan pengambilan data sebanyak 5 kali pengambilan data. Selanjutnya dengan melihat hasil pergerakan yang terjadi melalui busur derajat yang telah dipasang pada rotator ini akan didapat eror yang terjadi antara inputan dengan output pada aktuator. Dari seluruh pengambilan data tersebut akan dicari eror, range eror, eror maksimum, eror minimum dan

(7)

7 rata-rata eror yang terjadi. Adapun selama

pengujian didapatkan hasil sebagai berikut.

Tabel 3.1 Hasil pengujian eror pada 3 buah sample

No

Sudut (derajat)

Sample 1 (100) Sample2 (600) Sample 3 (1350) in out Er in out Er in out Er 1 100 100 00 600 610 10 1350 1360 10 2 100 90 10 600 610 10 1350 1360 10 3 100 100 00 600 580 20 1350 1370 20 4 100 110 10 600 590 10 1350 1360 10 5 100 100 00 600 590 10 1350 1360 10

Dari hasil pengujian dengan 3 buah sample tersebut didapatkan pula hasil eror maksimum, eror minimum, range eror dan average eror sebagai berikut:

Eror maksimum : 20 Eror minimum : 00 Range Eror : 00 - 20 Average eror : 0.9330

* Pengambilan data diatas dilakukan dengan visualisasi pada alat ukur dengan akurasi alat ukur derajat yang digunakan sebesar 10

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil perancangan dan pengujian rotator elevasi portable ini baik itu dari sistem mekanis maupun sistem kontrol dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

5.1.1 Harga ketelitian dari rancangan yang telah ditentukan diawal ini diharapkan eror yang terjadi maksimal hanya 10 . Namun berdasarkan hasil pengujian, didapat bahwa ketelitian dari rotator ini hanya didapat sebesar 1.50. Hal yang paling berpengaruh atas ketelitian rotator ini ialah sensor potensiometer . Dimana apabila semakin lebar bacaan hambatan yang dimiliki oleh potensiometer ini maka bilangan sebagai pembagi putaran sebesar 1800 akan semakin besar juga, dengan demikian akan didapat ketelitian rotator yang akan semakin tinggi. Sedangkan berdasarkan hasil pengujian langsung melalui alat ukur berupa busur derajat dimana ditetapkan 3 buah sample posisi derajat yakni 100, 600, 1350, didapatkan range eror yang terjadi yakni 00 sampai 20. Harga eror sebesar 20 tersebut dapat terjadi karena, bacaan pada busur derajat yang

digunakan sebagai visualisasi posisi sudut tidak memiliki ketelitian hingga 0.50 sehingga ketika dihasikan posisi 30.50 maka yang dibaca adalah 300 atau 310, selain itu juga dikarenakan oleh sistem power supply yang digunakan akan tetap mengirim tegangan sisa kepada motor walaupun sistem telah mati akibat terdapatnya komponen elektronik kapasitor yang memiliki sifat menyimpan muatan sejenak. Secara keseluruhan dengan eror sampai sebesar 20 ini masih memungkinkan berlangsungnya proses pengiriman informasi dari dan menuju spacecraft dengan baik, hal ini dikarenakan oleh antena yang digerakan oleh rotator elevasi satelit nano ini ialah jenis antena mikrostrip.

DAFTAR PUSTAKA

1. Achmad, Azis.1996. Diktat Kuliah Dinamika Teknik. Jurusan Teknik Mesin ITS: Surabaya

2. Berata, Wayan.1994. Diktat Elemen Mesin.

Jurusan Teknik Mesin ITS : Surabaya 3. Deutschman, D. 1975. Machine Desain

Theory and Practice. Macmillan Publisher Co, inc: USA

4. Fox & MacDonalds. 1998. Introduction To Fluid Mechanics. Jhon Wiley& Sons, Inc:

5. USA INSPIRE,IiNUSAT-01. 2010. Preliminary Design Review. Indonesia:Surabaya

6. Gill Eberhard. 2005. Satellite Ornbits.

Springer Berlin Heidelberg: New York 7. J Louis. 2009. Satellite Communications

System Engineering. Jhon Wiley& Sons, Inc: USA

8. Jhonson. C. Process Control Instrumentation Technology. Jhon Wiley&

Sons, Inc: USA

9. R Bruce. 2008. Introduction To Satellite Communication. Artech House, Inc:Norwoos

10. http://www.grc.nasa.gov/WWW/k- 12/airplane/shaped.html

11. http:/www.google.com/search.picture

Referensi

Dokumen terkait