• Tidak ada hasil yang ditemukan

Journal Education of Batanghari Vol. 2, No. 8 Augut P/ISSN E/ISSN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Journal Education of Batanghari Vol. 2, No. 8 Augut P/ISSN E/ISSN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Journal Education of Batanghari

Vol. 2, No. 8 Augut 2020 300-313

P/ISSN 2655-6685 E/ISSN 2655-7223 300

Oleh

Abstrak:

Abstract:

This study aims to determine the increase in learning activities and student learning outcomes through the application of the discussion method on the Massive material on circular motion in SMA Negeri 2 Batanghari. This class action research was conducted in 2 cycles, namely cycle I and II. Based on the results of the study, an increase in student activity in physics subjects. This can be seen in the results of the study which showed that in the first cycle the average number of students who were active during the discussion was less than 50% with low criteria, whereas in the second cycle the student activity had increased with an average percentage of 70.8%. This study concludes the application of the discussion method to the Massive Method on circular motion can increase the science learning activities of students at SMAN 2 Batanghari.

Keyword: learning outcomes, learning activities, contextual learning Sri Surya,S.Pd SMAN 2 Batanghari

Email: Dellysurya17@gmail.com

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEKSTUAL TEACHING AND LEARNING(CTL)) PADA MATERI BESARAN-BESARAN PADA GERAK

MELINGKAR DI KELAS X.IPA.4 SMAN 2 BATANGHARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa melalui penerapan metode diskusi pada materi Besaran-besaran pada gerak melingkar di SMA Negeri 2 Batanghari. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus yaitu siklus I dan II. Berdasarkan hasil penelitian, terjadi peningkatan aktivitas siswa dalam mata pelajaran fisika. Hal ini terlihat pada hasil penelitian yang menunjukkan pada siklus I jumlah rata-rata siswa yang aktif saat diskusi kurang dari 50% dengan kriteria rendah, sedangkan pada siklus II aktivitas siswa mengalami peningkatan dengan persentase rata-rata 70,8 %.

Penelitian ini menyimpulkan penerapan metode diskusi pada meteri Besaran- besaran pada gerak melingkar dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa IPA di SMAN 2 Batanghari.

Kata Kunci: hasil belajar, aktivitas belajar, pembelajaran kontekstual

(2)

P/ISSN 2655-6685 E/ISSN 2655-7223 301

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perubahan dan perkembangan aspek kehidupan perlu direspon oleh kinerja pendidikan yang potensial serta bermutu tinggi. Mutu pendidikan yang demikian itu sangat di perlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas dan berkehidupan yang damai, terbuka dan berdemokrasi serta mampu bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh warga negara Indonesia. Karena itu, kinerja pendidikan menuntut adanya pembenahan dengan penyempurnaan terhadap aspek substantif yang mendukungnya, yakni kurikulum.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan diperlukan perubahan pola pikir yang digunakan sebagai landasaan pelaksanaan kurikulum. Pada masa lalu proses belajar mengajar terfokus pada siswa. Akibatnya kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pada pengajaran daripada pembelajaran.

Peningkatan kualitas pembelajaran dan efektivitas metoda pembelajaran erat kaitannya dengan pendekatan pembelajaran yang diterapkan. Pembelajaran yang efektif sesungguhnya adalah pembelajaran yang memberdayakan siswa. Sebab istilah pembelajaran lebih tepat menggambarkan upaya untuk membangkitkan inisiatif dan peran siswa dalam belajar. Paradigma baru yang coba ditawarkan untuk pembelajaran di kelas saaat ini yaitu pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (Contekstual Teaching and Learning(CTL)).

Melalui landasan filosofi konstruktivisme, CTL dipromosikan menjadi alternatif startegi belajar yang baru, melalui strategi CTL siswa diharapkan belajar melalui “mengalami” bukan “menghapal”. Inti dari pembelajaran CTL adalah Inquiry (menemukan). Jadi, pembelajaran harus selalu dikemas dalam format siswa menemukan sendiri.

Sesuai pengamatan yang penulis lakukan di SMAN 2 Batanghari, terdapat heterogennya pengetahuan dan pemahaman siswa dalam mengaplikasikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, disamping antusias beberapa orang siswa yang masih rendah. Selain itu kurangnya keterampilan guru dalam mengembangkan pendekatan dan metode atau model pembelajaran, sehingga focus pembelajaran terbatas hanya kepada beberapa orang siswa, tidak adanya kolaborasi yang berarti diantara sesama siswa.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan dan pengamatan dalam pelaksanaaan pembelajaran dapat diidentifikasikan beberapa masalah yang dihadapi dalam pembelajaran Fisika di kelas X.IPA 4 SMAN 2 Batanghari sebagai berikut :

1. Heterogennya pengetahuan dan pemahaman siswa dalam mengaplikasikan materi yang diberikan oleh guru.

2. Kurangnya antusias beberapa orang siswa disebabkan heterogenitas pengetahuan dan pemahaman kontekstualnya.

3. Kurangnya keterampilan guru dalam mengembangkan pendekatan dan metode atau model pembelajaran.

(3)

P/ISSN 2655-6685 E/ISSN 2655-7223 302

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah “Apakah aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat melalui pendekatan kontekstual (Contekstual Teaching and Learning(CTL)) di kelas X.IPA.4 SMAN 2 Batanghari”.

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah bahwa pendekatan kontekstual (CTL) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran Fisika di kelas X.IPA.4 SMAN 2 Batanghari.

E. Tujuan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui apakah aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat melalui pendekatan kontekstual (Contekstual Teaching and Learning(CTL)) di kelas X.IPA.4 SMAN 2 Batanghari.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1. Bagi siswa, dapat meningkatkan keberanian siswa dalam menjawab dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.

2. Bagi guru, dapat meningkatkan keterampilan pengembangan pendekatan, metode atau model dalam proses pembelajaran.

3. Mengoptimalkan kegiatan siswa sebagai objek penelitian dan guru sebagai subjek penelitian diharapkan dapat mencapai tujuan yang optimal.

II. KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Belajar

E. R Hilgard dan D. G Marquis (1984) dalam Aminuddin (2003 : 29) menyebutkan bahwa belajar merupakan proses mencri ilmu yang terjadi dlalm diri seseorang melalui latihan, pembelajaran dan sebagainya, sehingga terjadi perubahan dalam diri. Baik beljar itu dilakukan dalam laboratorium di bawah bimbingan guru atau usaha sendiri dan lingkungan alami dimana proses belajar itu terjadi. Perubhan itu dapat terjadi karena faktor-faktor yang bukan berasal dari ltihn dan dapat dibedakan antara keduanya.

Robert M Gagne dalam Aminuddin (2003 : 29) mendefenisikan belajar adlah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Sementara itu Fosnot (1996) dalam Suparno (2006 : 61) menyatakan bahwa belajar merupkn suatu proses pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan, melainkan merupakan perkembangan itu sendiri.

Dalam kegiatan belajar-mengajar anak adalah subjek & objek dari kegiatan belajar. Tujuan dalam pengajaran akan tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan anak dituntut dari segi fisik dan segi kejiwaan. Biasanya permasalahan yang guru hadapi ketika berhadapan dengan anak didiknya adalah masalah pengelolaan kelas. Peranan

(4)

P/ISSN 2655-6685 E/ISSN 2655-7223 303

guru adalah berusaha mengatur suasana kelas yang konduktif bagi kegairahan dan kesenangan belajar anak didik.

Mengajar pada hakekatnya adalah proses yaitu mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar peserta didik, sehingga dapat menumbuhkan & mendorong anak didik melakukan kegiatan belajar. Pada tahap selanjutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses (Nana Sudjana, 1991 : 29).

Dalam belajar ada anak didik yang cepat menerima bahan, dan ada anak didik yang sedang dalammencerna bahan yang diberikan oleh guru.

Akhirnya, bila hakekat belajar adalah “perubahan” maka hakikat belajar mengajar adalah proses “pengaturan” yang di lakukan oleh guru.

1. Teori Belajar

a. Belajar menurut Skinner

Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku pada saat orang belajar, maka responnnya menjadi lebih baik.

Sebaliknya bila ia tidak belajar maka responnya menurun.

Pandangan Skinner ini terkenal dengan teori Skinner. Dalam teori Skinner guru memperhatikan dua hal penting yaitu:

1) Pemilihan stimulus yang diskriminatif.

2) Penggunaan penguatan.

b. Belajar menurut Gagne

Menurut Gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks.

Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pegetahuan, sikap & nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut dari :

1) Stimulasi yang berhasil, berasal dari lingkungan.

2) Proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar.

Dengan demikian, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru.

Menurut Gagne belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi eksternal, kondisi internal dan hasil baru. Gagne berpendapat bahwa dalam belajar terdiri dari tiga tahap yang meliputi sembilan fase.

1) Persiapan untuk belajar.

2) Pemerolehan dan unjuk perbuatan.

3) Alih belajar.

c. Belajar menurut pandangan Piaget

Piaget berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan.

Perkembangan intelektual mengalami tahap-tahap berikut : 1) Sensori motor (0:0-2:0 tahun)

2) Pra Operasional (2:0-7:0 tahun) 3) Operasional Konkret (7:0-11:0 tahun) 4) Operasi Operasional (11:0-keatas)

Menurut Piaget pembelajaran terdiri dari 4 langkah :

(5)

P/ISSN 2655-6685 E/ISSN 2655-7223 304

1) Menentukan topik yang dapat dipelajari anak sendiri.

2) Memilih dan mengembangkan aktivitas kelas dengan topik tertentu.

3) Mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan pertanyaan yang menunjang proses pemecahan masalah.

4) Menilai pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan keberhasilan dan melakukan revisi.

d. Belajar menurut Rogers

Menurut Rogers, praktik pendidikan menitik beratkan segi pengajaran, bukan sisiswa yang belajar. Praktik tersebut ditandai oleh peran guru yang dominan, dan siswa hanya menghafalkan pelajaran. Prinsip-prinsip belajar dalam pendidikan yang dikemukakan oleh Rogers menjadi manusia berarti memiliki kekuatan wajar untuk belajar.

1) Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.

2) Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.

3) Belajar yang memaksa dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses belajar, keterbukaan belajar mengalami sesuatu, bekerja sama dengan melakukan perubahan diri terus menerus.

4) Belajar yang optimal akan terjadi, bila siswa berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam prose belajar.

5) Belajar mengalami dapat terjadi, bila siswa mengevaluasi dirinya sendiri.

6) Belajar mengalami menuntut ketertiban siswa secara penuh dan sungguh-sungguh.

2. Ciri-ciri belajar.

Ciri-ciri belajar menurut Edisuardi.

a. Belajar mengajar memiliki tujuan yaitu untuk membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu.

b. Ada suatu prosedur yang direncanakan, didesain untuk mencapai tujuan secara optimal.

c. Kegiatan belajar-mengajar ditandai dengan satu pengarapan materi yang khusus.

d. Di tandai dengan aktivitas anak didik.

e. Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan disiplin.

f. Dalam kegiatan belajar, guru berperan sebagai pembimbing.

g. Kegiatan belajar mengajar mempunyai batas waktu (batas proses belajar mengajarnya).

h. Evaluasi, masalah evaluasi bagian penting yang tidak bisa di abaikan.

(6)

P/ISSN 2655-6685 E/ISSN 2655-7223 305

3. Komponen-komponen Belajar Mengajar

Sebagai suatu sistem tentu saja kegiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar-mengajat, metode alat & sumber serta evaluasi.

a. Tujuan

Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan, tidak ada suatu kegiatan yang di programkan tanpa tujuan. Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran adalah suatu cita-cita yang normatif. Dalam perkatan lain, dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus ditanam kepada anak-anak.

Sampai kepada yang sempit/khusus. Semua tujuan itu berhubungan antara yang satu dengan yang lain. Tujuan adalah komponen yang dapat mempengaruhi komponen pengajaran lainnya seperti bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan metode, alat, sumber dan alat evaluasi. Dr. Roestiyah. N. K (1989; 44) mengatakan bahwa suatu tujuan pengajaran adalah deskripsi tentang penampilan perilaku (performance) murid-murid yang kita harapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang kita ajar.

b. Bahan Pelajaran

Bahan pelajaran adalah substansi ang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Tanpa bahan pelajaran proses belajar mengajar tidak akan berjalan. Ada 2 persoalan dalam penguasaan bahan pelajaran pokok & bahan pelalajaran pelengkap. Bahan adalah satu sumber belajar (pengajaran) ini adalah sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pengajaran (Sudirman N. K 1991;203) bahan pelajaran menurut Dr Suharsimi Arikunto (1990) merupakan unsur inti yang ada dalam kegiatan nelajar-mengajar, karena memang bahan pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh anak didik.

c. Kegiatan Belajar Mengajar

Kegiatan belajar mengajar adalah intikegiatan dalam pendidikan. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru &anak didik terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi ini anak didiklah yang lebih aktif bukan guru. Guru hanya berperan sebagi motivator & fasilitor.

Dalam kegiatan belajar mengajar, guru sebaiknya memperhatikan perbedaan individual anak didik yaitu pada aspek biologis, intelektual, & psikologis, ini dilakukan agar guru mudah melakukan pendekatan kepada anak didik secara individual. Dalam kegiatan belajar mengajar guru akan menemui bahwa anak didiknya sebagian ada yang dapat menguasai bahan pelajaran secara tuntas & adapula anak didik yang kurang menguasai bahan pelajaran secara tuntas.

d. Metode

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar metode diperlukan oleh guru & penggunaannya bervariasi sesuai

(7)

P/ISSN 2655-6685 E/ISSN 2655-7223 306

dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir.

Menurut Prof. Dr. Winarno Surakhman, M. Sc. Ed ada lima faktor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar.

1) Tujuan yang terbagi-bagi jenis & fungsinya.

2) Anak-anak didik yang berbagai-bagai tingkat kematangan.

3) Situasi yang terbagi-bagi keadaannya.

4) Fasilitas yang berbagai-bagai kualitas dan kwantitiasnya.

5) Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda.

e. Alat

Alat adalah sesuatu yang dapat di gunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan pengajaran. Alat mempunyai fungsi, yaitu alat sebagai perlengakapan, alat sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan. Alat dapat dibagi menjadi dua macam yaitu alat & alat bantu pengajaran, yang dimaksudkan, dsb. Sedangkan alat bantu pengajaran adalah Globe, Papan Tulis, Batu Kapur, Gambar, Diagram, Slide, Video sebagai alat bantu dalam pendidikan & pengajaran, alat material.

1) Kemampuan untuk meningkatkan persepsi.

2) Kemampuan untuk meningkatkan pengertian.

3) Kemampuan untuk meningkatkan transfer belajar.

4) Kemampuan untuk memberikan penguatan atau pengetahuan hasil yang dicapai.

5) Kemampuan untuk meningkatkan retensi (aktifitas jiwa dari apa yang dilihat, dihafalkan & didengar agar dapat dikeluarkan/diolah kembali).

B. Pengertian Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual atau dalam bahasa asing dikenal dengan Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan dengan konteks lingkungan pribadinya, sosialnya, dan budayanya, Johnson (2002 : 25).

Pembelajaran kontekstual adalah suatu sistem pengajaran yang didasarkan pada alasan bahwa pengertian muncul dari hubungan antara konten dan konteksnya. Konteks memberi makna terhadap konten.

Pemahaman terhadap suatu konten dapat dicapai siswa jika diberikan konteks yang lebih luas dimana di dalamnya siswa dapat membuat hubungan- hubungan, Sitti M. P (2002).

Pembelajaran kontekstual (Contextual teaching and Learning (CTL)) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen pembelajaran efektif yaitu konstruktivisme (contruktivisme), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning

(8)

P/ISSN 2655-6685 E/ISSN 2655-7223 307

community), permodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment), Depdiknas (2002)

Pendidikan harus merupakan suatu proses yang dapat meningkatkan perkembangan pribadi maupun masyarakat, pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai. Silabus mata pelajaran seharusnyua memberikan resep program pembelajaran yang melibatkan konteks yang membantu guru mengembangkan kompetensi budaya, sosial, personal, ekonomi, dan politik.

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru yang didalamnya mencerminkan tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, langkah-langkah pembelajaran dan penilaian autentik. Penekanan program yang berbasis kontekstual bukan pada rincian dan kejelasan tujuan tetapi pada gambaran kegiatan tahap demi tahap dan media yang dipakai, mengingat CTL lebih mementingkan strategi belajar daripada hasil.

C. Pengertian PTK

Suharsimi (2007 : 3) menyebutkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuh tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.

1. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas dimaksudkan untuk : a. Memperbaiki proses instruksional dan kurikulum b. Meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

c. Pengembangan Staff (Staff development) 2. Karakteristik Penelitian Tindakan

a. Problem yang dipecahkan adalah persoalan praktis

b. memberikan perlakukan nyata yang berupa tindakan (treatment) c. Langkah-langkah penelitian direncanakan dalam bentuk

siklus/tingkatan/ daur

d. Banyaknya siklus dua atau lebih, tergantung tujuan penelitian apakah sudah dapat dicapai selalu ada reflective thinking atau retrospeksi terhadap tindakan dan implikasinya yang telah diberikan pada subyek/responden/ siswa

3. Manfaat Penelitian

a. Meningkatkan kompetensi guru dalam mengatasi masalah pembelajaran

b. Meningkatkan sikap profesional guru

c. Meningkatkan interaksi antara guru dan siswa d. Meningkatkan kualitas pembelajaran siswa

e. Meningkatkan kualitas penggunaan media, alat bantu dan sumber belajar

III. PROSEDUR DAN LANGKAH PENELITIAN 1. Prosedur Penelitian

1. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas X-1 SMAN 2 Batanghari dalam pembelajaran Fisika khususnya perangkat lunak pembuat presentasi. Siswa

(9)

P/ISSN 2655-6685 E/ISSN 2655-7223 308

kelas X-1 yang menjadi subjek penelitian berjumlah 32 orang terdiri dari 14 orang laki-laki dan 18 orang perempuan. Alasan penulis memilih kelas tersebut untuk diteliti karena berdasarkan masalah dan temuan yang ada.

2. Waktu dan Lamanya Penelitian

Jadwal penelitian ini dilakukan pada semester II tahun ajaran 2017/2018 selama 2 minggu. Dilaksanakan pada bulan Februari 2018 minggu pertama dan kedua.

3. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 2 Batanghari, Jambi. Sebelah Barat berbatasan dengan jalan, sebelah utara berbatasan dengan rumah penduduk, sebelah timur berbatasan dengan rumah penduduk, sebelah selatan juga dibatasi dengan rumah penduduk. Bangunan fisik sekolah cukup bagus, dan teduh.

4. Langkah-langkah Penelitian

Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam satu siklus terdiri dari beberapa pertemuan, siklus terdiri dari empat tahap antara lain :

a. Rencana b. Tindakan c. Pengamatan d. Refleksi 2. Alat Pengumpul Data

Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan catatan lapangan, observasi, perekaman, wawancara dan hasil tes siswa. Unsur-unsur yang diamati dalam pelaksanaan mengacu pada apa yang tertera pada butir- butir observasi. Disamping itu juga memuat rancangan refleksi berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti melalui observasi.

Observasi dilakukan untuk mengamati latar balakang labor tempat berlangsungnya pembelajaran TIK. Unsur-unsur yang menjadi butir-butir sasasran pengmatan bila terjadi dalam proses pembelajaran ditandai dengan memberikan ceklis di kolom yang ada pada lembar observasi.

Wawancara dilakukan kepada siswa untuk memperoleh data yang berkaitan dengan proses pembelajaran TIK. Hal ini berguna untuk memperjerlas perilaku belajar dan proses berfikir siswa selama pembelajaran berlangsung.

Hasil tes digunakan untuk memperkuat data observasi yang terjadi dalam kelas terutama pada butir penguasaan materi pembelajaran dari unsur siswa. Data yang relevan dianalisis dan yang tidak relevan dibuang.

3. Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dimulai dari menelaah, pengumpulan data sampai seluruh data terkumpul. Tahap analisis dilakukan berulang-lulang setiap pengumpulan data. Dalam setiap tindakan tahap-tahap pengumpulan data diadakan tindakan tahap analisis yang dilakukan seperti :

1. Menelaah data 2. Mereduksi data 3. Menyajikan data

4. Menyimpulkan hasil penelitian

(10)

P/ISSN 2655-6685 E/ISSN 2655-7223 309

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN A. Hasil Penelitian

Dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran, peneliti bertindak sebagai guru, sedangkan guru Fisika sebagai pengamat. Tahap-tahap pembelajaran setiap tindakan disesuaikan dengan tahap-tahap pembelajaran.

Deskripsi pembelajaran untuk Besaran-besaran pada gerak melingkar dan hubungan roda-roda. Adapun perincian siklus adalah sebagai berikut : Siklus I

Pembelajaran siklus I diamati oleh guru Fisika kelas X.IPA.4 SMAN 2 Batanghari, sedangkan proses pembelajarannya dilaksanakan oleh peneliti.

Pengamat mengamati bahwa dalam pembelajaran siklus I peneliti telah melaksanakan tugas sebagai berikut :

a. Kegiatan awal

(1) Peneliti mengawali pertemuan dengan mengucapkan salam kepada siswa.

(2) Peneliti menyatakan dengan jelas topik yang akan dipelajari, setelah itu peneliti menyampaikan tujuan yang ingin dicapai dari materi tersebut.

(3) Peneliti membangkitkan minat siswa terhadap materi yang akan dipelajari.

(4) Peneliti memanfaatkan media LCD Proyektor sebagai pendukung materi pembelajaran.

b. Kegiatan inti

(1) Peneliti dalam penyajian materi sesuai dengan tujun pembelajaran (2) Peneliti menggunakan media yang tepat untuk menjelaskan konsep (3) Peneliti menggunakan media pembelajran yang mudah didapat, dan

ditemui dalam keseharian siswa.

(4) Media yang digunakan peneliti dapat menarik minat siswa

(5) Peneliti mengarahkan siswa untuk menemukan konsep yang dipelajari

(6) Peneliti memanfaatkan diskusi sebagai upaya bersma dalam memahami konsep.

(7) Peneliti bertanya sesuai dengan tujuan pembelajaran

(8) Peneliti mengajukan pertanyaaan sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman siswa

(9) Peneliti menggunakan pengetahuan siswa sebagai landasan pembelajaran

(10) Peneliti memberikan kesempataan kepada siswa mengemukakan pendapat/ bertanya

(11) Peneliti menggali penguasaan materi pembelajaran dengan bertanya dan memberikan tugas latihan kepada siswa.

(12) Peneliti memberikan penilaian sikap diakhir materi pembelajaran (13) Peneliti memberikan kesempatan yang cukup bagi siswa dalam

melaksanakan tugas yang diberikan kepada siswa

(14) Peneliti segera melanjutkan penjelasan konsep berikutnya setelah siswa memahami penjelasan

(11)

P/ISSN 2655-6685 E/ISSN 2655-7223 310

(15) Peneliti merespon jawaban siswa dengan menjelaskan jawaban yang diberikan itu salah atau benar.

c. Kegiatan akhir

Guru dan siswa menyimpulkan pelajaran diakhir pelajaran Terhadap kegiatan siswa, pengamat melaporlkan sebagai berikut :

(1) 20% Siswa tampak antusias dan bersemangat dalam melakukan aktivitas

(2) 38% Siswa menunjukkan rasa keingintahuan yang besar (3) 42% Siswa tekun dan cermat dalam mengerjakan tugas

(4) 32% Siswa berusaha mengerjakan semua tugas sebaik mungkin dalam waktu yang singkat

(5) 51,7 % Siswa memerlukan dorongan dari guru dan teman sejawat untuk menjalankan tugas sebaik-baiknya

(6) 56% Siswa suka bertanya kepada guru selama proses pembelajaran berlangsung

(7) 15% Siswa aktif dalam membuat presentasi Analisis dan Refleksi

Pembelajaran siklus I difokuskan pada menjelaskanbesaran-besaran pada gerak melingkar dan hubungan roda-roda. Untuk memperoleh data tentang pelaksanaaan siklus I dilakukan pengamatan, wawancara, tes dan catatan lapangan. Hasil pengamatan, wawancara, tes dan catatan lapangan selama pelaksanaan tindakan dianalisis dan didiskusikan dengan pengamat sehingga diperoleh hal-hal sebagai berikut :

(1) Siswa mengetahui besaran-besaran pada gerak melingkar dan hubungan roda-roda

(2) Hasil tes siklus I menunjukkan bahwa jawaban belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Sehingga penelitian akan dilanjutkan pada siklus kedua

Berdasarkan pengamatan, wawancara, tes dan catatan lapangan maka tujuan pembelajaran yhangh diharapkan pada pembelajaran siklus I belum tercapai.

Siklus II

Pembelajaran siklus II diamati oleh guru Fisika kelas X.IPA.4 SMAN 2 Batanghari, sedangkan proses pembelajarannya dilaksanakan oleh peneliti.

Pengamat mengamati bahwa dalam pembelajaran siklus II peneliti memperbaiki dan mempertimbangkan refleksi pada siklus I, selama observasi terlihat guru telah melaksanakan tugas sebagai berikut :

a. Kegiatan awal

(1) Peneliti mengawali pertemuan dengan mengucapkan salam kepada siswa.

(2) Peneliti menyatakan dengan jelas topik yang akan dipelajari, setelah itu peneliti menyampaikan tujuan yang ingin dicapai dari materi tersebut.

(3) Peneliti membangkitkan minat siswa terhadap materi yang akan dipelajari.

(4) Peneliti memanfaatkan media LCD Proyektor sebagai pendukung materi pembelajaran.

(12)

P/ISSN 2655-6685 E/ISSN 2655-7223 311

b. Kegiatan inti

(1) Peneliti dalam penyajian materi sesuai dengan tujun pembelajaran (2) Peneliti menggunakan media yang tepat untuk menjelaskan konsep (3) Peneliti menggunakan media pembelajran yang mudah didapat, dan

ditemui dalam keseharian siswa.

(4) Media yang digunakan peneliti dapat menarik minat siswa

(5) Peneliti mengarahkan siswa untuk menemukan konsep yang dipelajari

(6) Peneliti memanfaatkan diskusi sebagai upaya bersma dalam memahami konsep.

(7) Peneliti bertanya sesuai dengan tujuan pembelajaran

(8) Peneliti mengajukan pertanyaaan sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman siswa

(9) Peneliti menggunakan pengetahuan siswa sebagai landasan pembelajaran

(10) Peneliti memberikan kesempataan kepada siswa mengemukakan pendapat/ bertanya

(11) Peneliti menggali penguasaan materi pembelajaran dengan bertanya dan memberikan tugas latihan kepada siswa.

(12) Peneliti memberikan penilaian sikap diakhir materi pembelajaran (13) Peneliti memberikan kesempatan yang cukup bagi siswa dalam

melaksanakan tugas yang diberikan kepada siswa

(14) Peneliti segera melanjutkan penjelasan konsep berikutnya setelah siswa memahami penjelasan

(15) Peneliti merespon jawaban siswa dengan menjelaskan jawaban yang diberikan itu salah atau benar.

c. Kegiatan akhir

Guru dan siswa menyimpulkan pelajaran diakhir pelajaran Terhadap kegiatan siswa, pengamat melaporlkan sebagai berikut :

(1) 72% Siswa tampak antusias dan bersemangat dalam melakukan aktivitas

(2) 62% Siswa menunjukkan rasa keingintahuan yang besar (3) 68% Siswa tekun dan cermat dalam mengerjakan tugas

(4) 82% Siswa berusaha mengerjakan semua tugas sebaik mungkin dalam waktu yang singkat

(5) 68% Siswa memerlukan dorongan dari guru dan teman sejawat untuk menjalankan tugas sebaik-baiknya

(6) 54% Siswa suka bertanya kepada guru selama proses pembelajaran berlangsung

(7) 50% Siswa aktif dalam membuat presentasi B. Pembahasan

Berdasarkan catatan hasil dilapangan dan diskusi peneliti dengan teman kolabolator. Guru bersama peneliti sepakat dengan Karakteristik Pembelajaran Berbasis CTL, yang dikemukakan Depdiknas (2002) dengan kriteria dibawah ini :

1 Kerjasama dan saling menunjang 2 Menyenangkan, tidak membosankan

(13)

P/ISSN 2655-6685 E/ISSN 2655-7223 312

3 Belajar dengan bergairah dan aktif 4 Pembelajaran terintegrasi

5 Menggunakan berbagai sumber 6 Berbagi pengetahuan dengan teman 7 Siswa kritis guru kreatif

8 Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain.

Sejalan dengan pendapat Nurhadi dkk (2003), peneliti membuat kesepakatan dengan guru kolaborator untuk melakukan hal-hal berikut dalam menciptakan pembelajaran kontekstual yang efektif, diantaranya :

1. Mengkaji konsep dan kompetensi dasar yang akan dipelajari.

2. Mengkaji secara seksama latar belakang dan pengalaman hidup siswa.

3. Memilih dan mengaitkan konsep dan kompetensi yang akan dibahas dengan lingkungan siswa.

4. Merancang pengajaran dengan mengaitkan konsep yang dipelajari dengan pengalaman dan lingkungan siswa.

5. Pengajaran selalu mendorong siswa untuk menghubungkan konsep yang sedang dipelajari dengan pengetahuan yang dimiliki

sebelumnya.

6. Melakukan penilaian terhadap pemahaman siswa sebagai refleksi terhadap rancanagan pembelajaran dan pelaksanaannya.

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu bentuk penelitian yang mengharapkan adanya perubahan atas tindakan yang dilakukan dengan keadaan sebelumnya pada pembelajaran di kelas.

2. Tindakan yang dilakukan dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang optimal dalam mata pelajaran matematika dengan pemberian motivasi melalui reward.

3. Tindakan yang dilakukan berhasil secara signifikan, hal ini terlihat pada peningkatan hasil belajar siswa dari yang sebelumnya.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka peneliti menyarankan:

1. Agar pemberian motivasi belajar tidak hanya melalui reward yang dilakukan sekarang oleh peneliti.

2. Penelitian ini hendaknya dijadikan sebagai pengalaman belajar dalam meneliti terutama dalam penelitian tindakan kelas.

3. Kepada guru hendaknya dapat meningkatkan semangat, kreativita dan inovasi dalam proses pembelajaran.

(14)

P/ISSN 2655-6685 E/ISSN 2655-7223 313

DAFTAR PUSTAKA

Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta : Bumi Aksara

Tim Penyusun. 2004. Belajar daan Pembelajaran. Padang : UNP.

Suparno. 2006. Filsafat Konstruktifisme dalam Pendidikan. Yogyakarta : Kanisius.

Minuddin Rasyad. 2003. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : UHAMKA Press.

Johnson, Eline B. 2007. Contextual Teaching and Learning. Bandung : MLC.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan deskripsi penelitian dan analisis penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di

Fitur ini berfungsi untuk menampilkan navigasi rute tercepat yang dapat diambil oleh user saat ingin menuju ke wahana yang diinginkan saat posisi awal user

Dengan demikian, renstra ini akan menjadi “jembatan” yang akan mengantar FKIK Untad meraih mimpi tersebut melalui beberapa tahapan, antara lain : peningkatan

Metode pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode pengembangan Research and Development (R&D) yang dikembangkan oleh Sugiyono.. Hasil

Program Beasiswa Retooling Kompetensi Vokasi Dosen Pendidikan Tinggi Vokasi adalah suatu program peningkatan kapasitas dan kapabilitas dosen perguruan tinggi vokasi

Pengujian statistik menunjukkan bahwa interaksi antara sistem tanam padi dengan jenis pupuk organik cair pada sistem mina padi yaitu terlihat pada parameter bobot segar pupus

Periode pembukuan tahap ketiga ditandai dengan munculnya berbagai mażhab keagamaan sekaligus pengaruh dari ambisi pribadi dan paham-paham dari suatu kelompok

Padi hasil proses pengeringan prototype pengering padi tersebut kemudian diuji coba kembali pada laboratorium bahan pangan untuk dicocokan dengan hasil pengeringan secara