• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pemeliharaan Mesin Extrusion Press Pada Produksi Ban Dengan Menggunakan Penerapan Total Productive Manitenance (TPM) di PT. XYZ

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Analisis Pemeliharaan Mesin Extrusion Press Pada Produksi Ban Dengan Menggunakan Penerapan Total Productive Manitenance (TPM) di PT. XYZ"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Pemeliharaan Mesin Extrusion Press Pada Produksi Ban Menggunakan Total Productive Maintenance di PT. XYZ

Faza Roshandika Pratama1*, Wahyudin2

1,2Program Studi Teknik Industri, Universitas Singaperbangsa Karawang, Indonesia

*Koresponden email: fazaroshandikapratama@gmail.com

Diterima: 10 Maret 2023 Disetujui: 17 Maret 2023

Abstract

PT. XYZ is a company that produces motorcycle and car tires. This company has a fairly broad product market, so the products it manufactures have good product quality. In producing tires, one of the machines used in producing tires is an extrusion press machine. In carrying out its production, the extrusion press experiences downtime in the period August-December 2022, where the biggest downtime occurs in August, which has a downtime of 1890 minutes. After conducting an analysis using the Overall Equipment Effectiveness method to determine the level of effectiveness of the extrusion press machine, the OEE value calculation results from the August-December 2022 range are less than the international standard value of 85%. so we need an increase in the OEE value on the extrusion press machine. In increasing the OEE value, better engine maintenance is needed, so the Total Productive Maintenance (TPM) method is used as an effort to make engine maintenance even more effective.

Keywords: downtime, OEE, TPM, extrusion press machine, effectiveness

Abstrak

PT. XYZ merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi ban sepeda motor dan mobil. Perusahaan ini memiliki pemasaran produk yang cukup luas, sehingga produk-produk yang dibuat memiliki kualitas produk yang baik. Dalam melakukan produksi ban salah satu mesin yang digunakan dalam memproduksi ban adalah mesin extrusion press. Dalam melakukan produksinya extrusion press mengalami downtime pada rentang waktu Agustus-Desember 2022, dimana downtime terbesar terjadi pada bulan Agustus yaitu memiliki downtime sebesar 1890 menit. Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan metode Overall Equipment Effectiveness untuk mengetahui tingkat efektifitas dari mesin extrusion press didapatkan hasil perhitungan nilai OEE dari rentang Agustus-Desember 2022 yang kurang dari nilai standar internasional yaitu 85%. sehingga diperlukan sebuah peningkatan nilai OEE pada mesin extrusion press. Dalam melakukan peningkatan nilai OEE tersebut maka diperlukan perawatan mesin yang lebih baik lagi, sehingga digunakan metode Total Productive Maintenance (TPM) sebagai upaya perawatan mesin agar lebih efektif lagi.

Kata Kunci: downtime, OEE, TPM, mesin extrusion press, efektivitas

1. Pendahuluan

Manufaktur merupakan sebuah kegiatan industri yang bertujuan untuk mengubah bahan baku berupa bahan mentah atau bahan setengah jadi, menjadi sebuah produk yang siap untuk dipasarkan, dengan proses produksi yang menggunakan alat-alat yang canggih seperti mesin industri, selain penggunaan alat juga diperlukan pengelolaan manajemen yang terukur dan terstruktur agar mampu memperoleh hasil produksi yang baik [1]. Tidak dapat dipungkiri bahwa industri manufaktur merupakan salah satu sektor yang berpengaruh besar terhadap perekonomian. Besarnya kontribusi industri manufaktur pada Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia antara tahun 2016 sampai tahun 2021 berada dalam urutan pertama, jika dibandingkan dengan sektor usaha lainnya. Pada tahun 2021 saja besarnya kontribusi industri manufaktur terhadap PDB sebesar 19,25% [2].

Dalam menjalankan sebuah industri manufaktur, mesin dipandang sebagai salah satu hal yang sangat dipertimbangkan dalam keberhasilan produksi. Dalam mengoptimalisasi kegiatan produksi dan meminimalkan biaya kerugian yang ditimbulkan karena terjadi kendala produksi, dapat dilakukan dengan memaksimalkan mesin produksi, sehingga proses produksi dapat menjadi lebih produktif dan biaya produksi dapat ditekan [3]. Mesin juga dipandang sebagai faktor utama yang diperlukan agar produksi berjalan dengan optimal. Yang perlu diperhatikan adalah mesin mesti dalam kondisi yang prima, terutama ketika permintaan produksi sedang terjadi peningkatan. Namun yang menjadi permasalahan, seiring dengan

(2)

lamanya waktu produksi mesin, sering sekali mesin mengalami penurunan kinerja jika tidak diiringi dengan pemeliharaan mesin yang baik. Dalam menjalankan sebuah industri manufaktur penggunaan mesin tidak dapat dilepaskan dari pemeliharaan mesin. Pemeliharaan mesin merupakan suatu aktivitas untuk menjaga mesin, peralatan, dan fasilitas lainnya melalui aktivitas perbaikan dan penggantian yang diperlukan, guna dalam proses produksi berjalan dengan, lancar, baik, dan optimal hal tersebut bertujuan untuk target produksi yang tercapai [4].

PT. XYZ merupakan industri manufaktur yang bergerak di bidang produksi ban sepeda motor dan mobil. Salah satu mesin yang digunakan dalam memproduksi ban adalah mesin extrusion press dimana mesin ini berfungsi untuk proses ekstrusi, yang terdiri dari proses pencampuran bahan, pemasakan bahan, dan pencetakan bahan menjadi produk jadi. Mesin ini sendiri menjadi salah satu fokus penelitian yang dilakukan pada Agustus – Desember 2022, dikarenakan banyaknya downtime yang terjadi selama proses pengamatan maka dapat dipastikan terjadi permasalahan pada mesin extrusion press tersebut. Permasalahan tersebut menimbulkan penurunan produktivitas dari mesin extrusion press. Oleh karena itu diperlukanlah pemeliharaan mesin yang baik, sehingga dapat menurunkan downtime yang terjadi.

Dalam menganalisis permasalahan downtime yang terjadi digunakanlah metode Total Productive Maintenance (TPM) agar menemukan solusi perbaikan produktivitas mesin, melalui pemeliharaan mesin.

Total Productive Maintenance (TPM) merupakan sebuah solusi berguna untuk memecahkan permaslahan yang berkaitan dengan rendahnya produktivitas yang terjadi karena adanya downtime pada mesin. TPM merupakan sebuah metode untuk meningkatkan produktivitas agar dapat lebih baik lagi [5]. Total Productive Maintenance (TPM) merupakan sebuah metode yang bertujuan untuk memaksimalkan efektivitas mesin dan mengurangi kerusakan yang datang secara tiba-tiba. Melalui penerapan TPM ini diharapkan mampu meningkatkan produktivitas mesin dan menghemat biaya produksi [6].

TPM merupakan suatu aktivitas yang bertujuan untuk mengupayakan pemeliharaan komponen produksi misalnya mesin produksi dengan tujuan melakukan pengidentifikasian dan pengeliminasian faktor-faktor penghambat laju produksi. Untuk menerapkan TPM, Overall Equipment Effectiveness atau OEE digunakan sebagai alat ukur yang untuk melakukan pencegahan dari kegagalan pada alat-alat produksi yang digunakan [7]. Pada umumnya, metode OEE merupakan sebuah teknik dalam mengestimasi kelayakan dari penggunaan mesin untuk penentuan aksesibilitas mesin, pengeksekusian, dan tingkat kualitas item. OEE dapat mengestimasi kecukupan suatu mesin secara absolut dari eksekusi sebuah mesin dalam pekerjaan yang teratur, Hal tersebut diestimasi melalui informasi yang asli berkaitan dengan aksesibilitas, tingkat efektivitas, pengeksekusian dan sifat dari item [8].

Metode OEE yang diperkenalkan oleh Nakajima merupakan sebuah perbandingan diantara nilai output aktual kemudian dibagi dengan nilai output maksimun dari berbagai macam peralatan dalam kondisi kerja terbaik. Sehingga OEE ini ditujukan sebagai sebuah alat ukur performa pada sistem pemeliharaan [9].

Metode OEE ini terbagi menjadi beberapa bagian, yang pertama ketersedian mesin dan peralatan (availability), yang kedua efisiensi produksi (performance), dan yang ketiga output dari mesin atau perlatan [10].

Beberapa penelitian terdahulu yang membahas mengenai penerapan TPM melalui metode OEE adalah sebagai berikut. Yang pertama, penelitian dari Sayid Muhammad Muhajir dan Ferida Yuamita, permasalahan yang terjadi pada penelitian ini adalah nilai downtime yang tinggi, hal tersebut terjadi karena rendahnya nilai OEE sebesar 82%, sehingga usulan perbaikan dari permasalahan tersebut adalah pelatihan operator, kemudian peningkatan intensitas pemeliharaan pada mesin [11]. Yang kedua, penelitian dari Muhammad Alwi dan kawan-kawan, didapatkan permasalahan berupa nilai efektivitas mesin yang rendah, jika dilihat dari nilai OEE yang sebesar 40,51%, dengan pencapaian terendahnya pada bulan Agustus 2021 yang memiliki nilai sebesar 22%, penyebab terjadinya efektivitas mesin yang rendah adalah tingginya nilai breakdown, dengan pendekatan TPM sejak Januari 2022 dapat menghasilkan peningkatan nilai efektifitas mesin, namun belum memberikan hasil yang maksimal [12]. Yang ketiga, penelitian dari Zaenal Arifin, permasalahan yang terjadi pada penelitian ini adalah peningkatan produktivitas yang belum sesuai dengan target, nilai OEE dari mesin sebesar 72,02% dengan faktor terbesar adalah kerusakan mesin sebesar 37,77%, penyebab dari breakdown loss disebabkan oleh pemeliharaan mesin yang belum optimal. Hal tersebut dikarenakan manajemen pemeliharaan yang kurang terstruktur, sehingga penerapan TPM diharapkan mampu mereduksi breakdown loss yang menjadi faktor utama rendahnya nilai OEE, pemeliharaan mandiri adalah salah satu faktor terpenting dalam penerapan TPM [13].

(3)

2. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2022 pada PT. XYZ, dimana perusahaan ini bergerak di bidang produksi ban sepeda motor dan mobil. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menyelesaikan permasalahan downtime pada mesin extrusion press, adapun penerapan TPM ini sebagai suatu pemecahan permasalahan dari downtime yang terjadi. Penerapan TPM ini juga menggunakan metode OEE, sebagai alat ukur untuk efektifitas mesin extrusion press yang terjadi pada rentang Agustus-Desember 2022. Pada penelitian ini memiliki alur penelitian seperti Gambar 1.

Tahap Identifikasi Masalah

Tahap Pemilihan Metode Pemecahan Masalah

Tahap Pengumpulan Data

Tahap Analisis dan Pembahasan

Tahap Analisis dan Pembahasan

Kesimpulan dan saran Tahap Pengolahan Data

Gambar 1. Metode Penelitian Sumber: [14]

Gambar 1 merupakan metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini. Adapun penjelasan tahapan penelitian, sebagai berikut:

a. Tahap Identifikasi Masalah, tahapan ini merupakan proses memahami permasalahan yang terjadi pada mesin extrusion press, sehingga dapat diketahui permasalahan yang terjadi pada mesin tersebut.

b. Tahap Pemilihan Metode Pemecahan Masalah, setelah masalah dapat teridentifikasi, kemudian dipilih metode yang tepat untuk memecahkan masalah yang terjadi, adapun masalah yang terjadi pada mesin extrusion press dapat diatasi oleh penerapan TPM dengan menggunakan metode OEE sebagai alat ukur yang digunakan.

c. Tahap Pengumpulan Data, setelah metode pemecahan masalah telah dipilih, kemudian tahap selanjutnya adalah pengumpulan data yang diperlukan untuk pemecahan permasalahan masalah dengan metode yang dipilih.

d. Tahap Pengolahan Data, setelah tahapan pengumpulan data telah dilakukan, kemudian data diolah sesuai dengan metode yang dipilih.

e. Tahap Analisis dan Pembahasan, setelah tahapan pengolahan data dilakukan, kemudian hasil pengolahan data dianalisis mengenai permasalahan yang terjadi, kemudian hasil analisis digunakan sebagai usulan pemecahan masalah.

f. Kesimpulan dan Saran, setelah tahap analisis dan pembahasan dilakukan, kemudian disimpulkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

Setelah diketahui penjelasan mengenai metode penelitian yang digunakan, kemudian berikut ini adalah penjelasan dari metode OEE yang digunakan. Metode OEE ini terdiri dari tiga komponen yaitu:

Availability, Performance Efficiency, dan Rate of Quality Product. Berikut ini merupakan penjelasan dari ketiga komponen tersebut [15]:

(4)

a. Availability

Availability merupakan rasio dalam mengetahui nilai waktu aktual yang tersedia dalam hal operasional mesin kemudian dibandingkan dengan waktu alokasi. Rumus dari availability adalah sebagai berikut:

𝐴𝑣𝑎𝑖𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 =𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑇𝑖𝑚𝑒

𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑇𝑖𝑚𝑒 × 100%

b. Performance Efficiency

Performance Efficiency merupakan sebuah rasio dari kualitas produksi aktual kemudian dikalikan dengan waktu siklus yang ideal, kemudian dibagikan dengan waktu operasional produksi. Rumus dari performance efficiency adalah sebagai berikut:

𝑃𝑒𝑟𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑛𝑐𝑒 𝐸𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑐𝑦 =𝑃𝑟𝑜𝑐𝑒𝑠𝑠𝑒𝑑 𝐴𝑚𝑜𝑢𝑛𝑡 × 𝐼𝑑𝑒𝑎𝑙 𝐶𝑦𝑐𝑙𝑒 𝑡𝑖𝑚𝑒

𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑇𝑖𝑚𝑒 × 100%

c. Rate Of Quality Product

Quality rate adalah sebuah rasio dalam mengalkulasi tingkat kemampuan mesin dalam hal memproduksi produk dengan kualitas yang sesuai dengan spesifikasi, kemudian dibagi dengan tingkat produksi yang aktual. Rumus dari rate of quality product:

𝑅𝑎𝑡𝑒 𝑂𝑓 𝑄𝑢𝑎𝑙𝑖𝑡𝑦 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡 =𝑃𝑟𝑜𝑐𝑒𝑠𝑠 𝐴𝑚𝑜𝑢𝑛𝑡 − 𝐷𝑒𝑓𝑒𝑐𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑐𝑒𝑠𝑠

𝑃𝑟𝑜𝑐𝑒𝑠𝑠 𝐴𝑚𝑜𝑢𝑛𝑡 × 100%

Setelah diketahui tiga komponen OEE, kemudian selanjutnya dijelaskan mengenai perhitungan nilai OEE. Nilai OEE ini merupakan nilai dari perkalian antara Availability, Performance Efficiency dan Rate Of Quality Product [5].

Overall Equipment Effectiveness = Availability

×

Performance Efficiency

×

Rate Of Quality Product

3. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan data pengamatan penelitian di PT. XYZ pada rentang waktu Agustus-Desember 2022 didapatkan hasil pengamatan pada mesin extrusion press sebagai Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Mesin Extrusion Press Bulan Loading Time

Machine (Menit)

Downtime Machine (Menit)

Opertional Time Machine

(Menit)

Processed Amount

(pcs)

Defect Process (pcs)

Agustus 39780 1890 37890 10920 132

September 39256 1598 37658 11642 269

Oktober 39540 1680 37860 11597 291

November 37500 1578 35922 10078 170

Desember 39865 1680 38185 10787 225

Sumber: Pengolahan Data (2023)

Setelah diketahui data berdasarkan hasil pengamatan tersebut, kemudian selanjut dilakukan proses perhitungan untuk mencari nilai OEE. Diketahui untuk mencari nilai OEE diperlukan nilai-nilai komponen OEE. Seperti nilai Availability, nilai Performance Efficiency, dan nilai Rate Of Quality Product, kemudian dilanjutkan dengan melakukan perhitungan OEE.

1. Tahap pertama merupakan perhitungan nilai Availability

Perhitungan nilai availability ini adalah hasil operational time machine dibagi dengan loading time machine kemudian dikalikan dengan seratus persen. Dengan demikian maka, availability ini merupakan rasio dari operational timen machine dengan loading time machine. Adapun pengolahan availability berdasarkan data yang telah diambil sebelumnya, sebagai berikut:

(5)

𝐴𝑣𝑎𝑖𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 =𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑇𝑖𝑚𝑒

𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑇𝑖𝑚𝑒 × 100%

𝐴𝑣𝑎𝑖𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 =37890

39780× 100% = 95,25%

Tabel 2. Hasil Perhitungan Availability Bulan Loading Time

Machine (Menit)

Downtime Machine (Menit)

Opertional Time

Machine (Menit) Nilai 𝐴𝑣𝑎𝑖𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦

Agustus 39780 1890 37890 95,25%

September 39256 1598 37658 95,93%

Oktober 39540 1680 37860 95,75%

November 37500 1578 35922 95,79%

Desember 39865 1680 38185 95,79%

Sumber: Pengolahan Data (2023)

Tabel 2 merupakan hasil perhitungan availability dari bulan Agustus sampai dengan bulan Desember. Dimana nilai availability terbesar di bulan September yaitu sebesar 95,93%. Adapun standar internasional nilai availability ini sebesar 90%. Dengan demikian nilai avaliability dari bulan Agustus sampai dengan bulan September telah memenuhi standar internasional.

2. Tahap kedua merupakan perhitungan nilai Performance Efficiency

Performance Efficiency merupakan hasil dari jumlah produksi dikali dengan waktu siklus dan dibagi dengan operational time machine. Adapun pengolahan performance efficiency berdasarkan data yang telah diambil sebelumnya, sebagai berikut:

𝑃𝑒𝑟𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑛𝑐𝑒 𝐸𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑐𝑦 =𝑃𝑟𝑜𝑐𝑒𝑠𝑠𝑒𝑑 𝐴𝑚𝑜𝑢𝑛𝑡 × 𝐼𝑑𝑒𝑎𝑙 𝐶𝑦𝑐𝑙𝑒 𝑡𝑖𝑚𝑒

𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑇𝑖𝑚𝑒 × 100%

𝑃𝑒𝑟𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑛𝑐𝑒 𝐸𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑐𝑦 =10920 × 2,5

37890 × 100% = 72,05%

Tabel 3. Hasil Perhitungan Performance Efficiency Bulan Processed Amount

(pcs)

Cycletime Machine (Menit)

Opertional Time Machine (Menit)

Nilai Performance

Efficiency

Agustus 10920 2,5 37890 72,05%

September 11642 2,5 37658 77,29%

Oktober 11597 2,5 37860 76,58%

November 10078 2,5 35922 70,14%

Desember 10787 2,5 38185 70,62%

Sumber: Pengolahan Data (2023)

Tabel 3 merupakan hasil perhitungan performance efficiency dari bulan Agustus sampai dengan bulan Desember. Dimana nilai performance efficiency terbesar di bulan September yaitu sebesar 77,29%. Adapun standar internasional nilai performance efficiency ini sebesar 95%. Dengan demikian nilai performance efficiency dari bulan Agustus sampai dengan bulan September belum memenuhi standar internasional.

3. Tahap ketiga merupakan perhitungan nilai Rate of Quality Product

Rate of quality product merupakan hasil dari jumlah produksi dikurangi produk yang cacat kemudian dibagi dengan jumlah produksi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rate of quality product merupakan rasio dari jumlah produk non-defect dan jumlah produk keseluruhan. Adapun pengolahan rate of quality product berdasarkan data yang telah diambil sebelumnya, sebagai Tabel 4.

(6)

Tabel 4. Hasil Perhitungan Rate of Quality Product

Bulan Processed Amount (pcs) Defect Produk (pcs) Nilai Rate of Quality Product

Agustus 10920 132 98,79%

September 11642 269 97,69%

Oktober 11597 291 97,49%

November 10078 170 98,31%

Desember 10787 225 97,91%

Sumber: Pengolahan Data (2023)

Tabel 4 merupakan hasil perhitungan rate of quality product dari bulan Agustus sampai dengan bulan Desember. Dimana nilai rate of quality product terbesar di bulan Agustus yaitu sebesar 98,79%.

Adapun standar internasional nilai rate of quality product ini sebesar 99%. Dengan demikian nilai rate of quality product dari bulan Agustus sampai dengan bulan September belum memenuhi standar internasional.

4. Tahap keempat merupakan perhitungan nilai OEE

OEE merupakan hasil perkalian dari nilai availability, nilai performance efficiency, dan nilai rate of quality product. Adapun pengolahan performance efficiency berdasarkan data yang telah diambil sebelumnya, sebagai berikut:

OEE = Availability

×

Performance Efficiency

×

Rate Of Quality Product OEE = 95,25%

×

72,05%

×

98,79% = 67,80%

Tabel 5. Hasil Perhitungan OEE Bulan Nilai Availability Nilai Performance

Efficiency

Nilai Rate of Quality

Product Nilai OEE

Agustus 95,25% 72,05% 98,79% 67,80%

September 95,93% 77,29% 97,69% 72,43%

Oktober 95,75% 76,58% 97,49% 71,48%

November 95,79% 70,14% 98,31% 66,05%

Desember 95,79% 70,62% 97,91% 66,24%

Sumber: Pengolahan Data (2023)

Berdasarkan standar internasional, nilai OEE memiliki nilai standar sebesar 85% [5]. Hasil perhitungan Tabel 5 didapatkan nilai OEE yang belum maksimal, karena nilai OEE dari bulan Agustus- Desember di bawah nilai standar internasional. Dengan adanya masalah demikian maka diperlukanlah analisis terkait permasalahan tersebut. Diagram tulang ikan atau fishbone digunakan sebagai suatu alat analisis dari penyebab kegagalan pemeliharaan pada mesin extrusion press.

Mesin

Metode Material

Manusia

Kegagalan Pemeliharaan Mesin

Extrussion Press Suhu mesin yang terlalu tinggi

Umur mesin yang sudah tua Jam Kerja Mesin yang berlebih

Performa mesin yang rendah

Pemeliharaan Mesin dibebankan hanya pada divisi maintanance

Waktu set-up mesin yang berlebih Kurangnya Praktisi dalam

masalah pemeliharaan Sparepart yang digunakan tidak

memenuhi standar Operator yang tidak terampil

menggunakan mesin

Operator kurang menaati SOP penggunaan mesin

Operator mengalami kelelahan dalam bekerja

Pergantian sparepart yang dilakukan tidak berkala

Gambar 1. Fishbone Diagram

(7)

Fishbone pada Gambar 1 merupakan alat analisis untuk kegagalan pemeliharaan pada mesin extrusion press, kegagalan pada pemeliharaan mesin extrusion press tersebut terbagi menjadi empat kegagalan, yaitu kegagalan dari faktor manusia, faktor mesin, faktor material, dan faktor metode. Setelah diketahui penyebab terjadinya kegagalan pemeliharaan mesin kemudian selanjutnya, dilakukan sebuah usulan perbaikan dari permasalahan pemeliharaan mesin extrusion press. Berdasarkan faktor-faktor kegagalan yang telah digambarkan pada fishbone. Kemudian dirumuskan usulan-usulan perbaikan sebagai berikut:

a. Untuk menjaga suhu mesin agar tidak terlalu tinggi. Dibuatkan sebuah alat bantu untuk menjaga mesin agar suhu mesin tetap dalam kondisi normal. Alat bantu tersebut dapat digunakan di dalam mesin itu sendiri, maupun di luar mesin.

b. Mengevaluasi jam kerja mesin pada setiap minggunya, sehingga jam kerja mesin tidak berlebih.

c. Diadakan pelatihan yang berkala kepada operator, mengenai kecakapan penggunaan mesin yang baik dan benar.

d. Dilakukan audit kepada setiap operator yang mengoperasikan mesin. Sehingga hal tersebut dapat menurunkan perilaku operator yang melanggar SOP.

e. Mengadakan evaluasi pada kemampuan fisik dan mental operator saat bekerja. Sehingga dapat mereduksi kelelahan operator saat bekerja. Kemudian dilakukan pembagian beban kerja yang merata sesuai dengan kemampuan operator.

f. Dalam pengadaan sparepart mesin, sebaiknya menggunakan sparepart yang sesuai dengan buku pedoman mesin. Kemudian dilakukan pemeliharaan secara berkala pada mesin. Sehingga mesin memiliki performa yang baik.

g. Dalam menjaga kondisi mesin, sebaiknya tidak dibebankan kepada satu divisi saja. Diperlukan kesadaran bagi operator yang terlibat langsung pada mesin dalam hal perawatan mesin. Selain itu diperlukan praktisi yang ahli dalam melakukan perawatan mesin, agar perawatan mesin dilakukan secara profesional.

5. Kesimpulan

Setelah dilakukan proses pengolahan data dan analisis data, kemudian dapat disimpulkan bahwa hasil perhitungan dari efektivitas mesin extrusion press pada PT. XYZ, menghasilkan nilai OEE yang kurang dari standar internasional yang ditetapkan yaitu 85%. Nilai OEE secara berturut-turut pada rentang bulan Agustus sampai Desember 2022, sebesar 67,80%, 72,43%, 71,48%, 66,05%, dan 66,24%. Nilai OEE yang rendah tersebut disebabkan karena terdapat dua dari tiga indikator yang dibawah nilai standar, yaitu pada indikator performance efficiency dan rate of quality product, hanya indikator availability yang di atas nilai standar. Kemudian dalam menganalisis rendahnya nilai OEE sebagai indikasi dari kegagalan pemeliharaan mesin extrusion press, digunakan diagram fishbone untuk mencari akar permasalahannya. Ada empat faktor penyebab terjadi kegagalan pemeliharaan mesin, yaitu faktor manusia, faktor mesin, faktor material, dan faktor metode. Pada akhirnya, disusun usulan perbaikan pada pemeliharaan mesin sebanyak tujuh usulan, berdasarkan analisis kegagalan pemeliharaan mesin menggunakan fishbone.

6. Referensi

[1] I. K. Anaam, T. Hidayat, R. Y. Pranata, H. Abdillah, A. Yhuto and W. Putra, "Pengaruh trend otomasi dalam dunia manufaktur dan industri," Vocational Education National Seminar, vol. 01, no. 01, pp.

46-50, 2022.

[2] G. Bondoyudho, Suharno and A. A. Ahmad, "Determinan Produksi Industri Manufaktur Di Indonesia Tahun 2016 – 2021 (Pendekatan Regresi Panel Data)," Jurnal Ekonomika dan Bisnis , vol. 9, no. 2, pp. 183-194, 2022.

[3] A. L. Fahira and S. Hartini, "Analisis Kinerja Mesin Produksi Mills MNO Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) Studi Kasus : PT ISM Tbk Bogasari Flour Mills," Industrial Engineering Online Journal, vol. 9, no. 4, pp. 1-5, 2020.

[4] Erdi and A. S. Wulandari, "Pengaruh Pemeliharaan Mesin Dan Tata Letak Terhadap Kelancaran Proses Produksi Komponen Elektrik PT.Shinheung Indonesia," Prosiding SEMANIS : Seminar Nasional Manajemen Bisnis, vol. 1, no. 1, pp. 5-8, 2023.

[5] S. W. Putri, A. Momon, Wahyudin and S. Fikri, "Analisis Efektivitas Mesin Injection 2500 Ton di Bagian Produksi PT.XYZ Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness," Jurnal Serambi Engineering, vol. 7, no. 4, pp. 4195 - 4200, 2022.

(8)

[6] S. M. Ayuningtyas, D. Herwanto, S. P. Khan, Z. I. Vindari, A. G. Azzahra and W. Rohmah, "Analisa Penerapan Total Productive Maintenance Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness pada Mesin Press Sinohara 55 T di PT. Ciptaunggul Karya Abadi," Jurnal Serambi Engineering, vol.

8, no. 1, pp. 4306 - 4316, 2023.

[7] D. F. Insani, Wahyudin, D. Herwanto and M. G. Giast, "Analisis Total Productive Maintenance pada Mesin Pabrik Plant Urea 1B PT Pupuk Kujang Cikampek," Jurnal Serambi Engineering, vol. 8, no.

1, pp. 4218 - 4229, 2023.

[8] D. Febriyanti, Wahyudin and N. Yanti, "Analisis Efektivitas Mesin Welding di PT XYZ dengan Metode Overall Equipment Effectiveness," Jurnal Serambi Engineering, vol. 7, no. 3, pp. 3365 - 3374, 2022.

[9] S. Priambodo and N. A. Mahbubah, "Implementasi Metode Overall Equipment Effectiveness Berbasis Six Big Losses Guna Mengevaluasi Efektivitas Mesin Packing Semen," Jurnal Serambi Engineering, Volume VI, No. 4, vol. 6, no. 4, pp. 2363 - 2374, 2021.

[10] F. F. Nurdin, "Peningkatan Produktivitas Peralatan dan Perawatan Mesin Total Productive Maintenance (TPM) menggunakan metode Overall Equipment Effectiveness (OEE)," Prosiding SAINTEK: Sains dan Teknologi, vol. 2, no. 1, pp. 388-399, 2023.

[11] S. M. Muhajir and F. Yuamita, "Analisis Total Productive Maintenance Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness Pada Mesin Mixing Batching Di PT. Wijaya Karya Beton Tbk Boyolali," Jurnal Inovasi Dan Kreativitas (JIKa), vol. 3, no. 1, pp. 1-9, 2023.

[12] M. Alwi, S. Zaynuddin and Y. Wonda, "Penerapan Total Produktive Maintenence (TPM) Pada Crusher IX PT. Bosowa Minim Maros," Jnsta Journal Of Natural Science And Technology Adpertisi, vol. 3, no. 1, pp. 34-38, 2023.

[13] Z. Arifin, "Implementasi Overall Equipment Effectiveness (OEE) Dalam Penerapan Metode Total Productive Maintenance (TPM) di PT. FJT," Profisiensi, vol. 8, no. 1, pp. 55-63, 2020.

[14] S. Jamal and R. P. Sari, "Analisis Keuntungan dan Penugasan dengan Metode Simpleks dan Metode Hungarian (Studi Kasus UMKM Nasi Goreng Kencur)," Jurnal Serambi Engineering, vol. 7, no. 4, pp. 3914 - 3923, 2022.

[15] N. H. Ummah and S. S. Dahda, "Analisis Efektifitas Kinerja Mesin Cutting Manual Dan Otomatis Menggunakan Metode OEE (Overall Equipment Effectiveness ) Di PT.XYZ," Jurnal Teknik Industri, vol. 8, no. 2, pp. 345-354, 2022.

Referensi

Dokumen terkait

luar daerah pabean sehingga Pemohon Banding memperoleh pembayaran berupa komisi dapat di setarakan dengan ekspor jasa yang tidak terutang PPN dan tidak dikenakan PPN

Tujuan penelitian ini adalah menemukan sumber masalah produk cacat di mesin fi- nal test HL 4.8., mencari solusi pemecahan masalah atas masalah yang terjadi, meningkatkan

Berikut ini gambaran perubahan logo pada perusahaan perusahaan besar di dunia, serta perusahaan Indonesia yang dipengaruhi oleh tren visual yang hadir pada saat logo

Hasil penelitian menunjukkan bahwa availability rate kelima mesin masih berada dibawah standar JIPM (Japan Institute of Plant Maintenance) 90%, performance rate

Dengan diketahuinya terjadi perbedaan variasi genetik O.h.lindoensis yang berasal dari dataran tinggi Lindu, Napu dan Bada dapat dijadikan data dasar untuk dilakukan penelitian

kahoot .Dari 34 mahasiswa, hanya 1 orang yang menyatakan tidak berusaha membaca materi terlebih dahulu sebelum mengikuti ujian.Selain itu, responden menjawab dengan

Berdasarkan Tabel 1 dapat diinformasikan bahwa terjadi interaksi pada parameter tinggi tanaman jagung manis dengan perlakuan pemberian Plant Growth Promoting

“Beban klaim adalah ganti rugi yang dibayarkan atau yang menjadi kewajiban kepada tertanggung dari pihak penanggung atau perusahaan asuransi (ceding