• Tidak ada hasil yang ditemukan

JUMLAH KASUS KEKERASAN SEKSUAL TAHUN 2022-2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "JUMLAH KASUS KEKERASAN SEKSUAL TAHUN 2022-2018"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut Undang-undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS) yang disahkan pada 12 April Tahun 2022, kekerasan seksual adalah setiap perbuatan baik bersifat fisik maupun non-fisik, yang mengarah pada tubuh dan/atau fungsi alat reproduksi yang disukai maupun tidak disukai secara paksa disertai ancaman, tipu muslihat, atau bujuk rayu yang mempunyai atau tidak mempunyai tujuan tertentu demi mendapatkan keuntungan yang berakibat penderitaan atau kesengsaraan secara fisik, psikis, seksual, dan kerugian secara ekonomis. Sedangkan, kekerasan seksual menurut World Health Organization (WHO) adalah setiap tindakan pelanggaran seksual yang dilakukan dengan tujuan memaksa seseorang melakukan hubungan seksual, tanpa memandang status hubungannya dengan korban. Sehingga, dapat dikatakan bahwa kekerasan seksual adalah segala bentuk tindakan baik berupa fisik maupun non- fisik yang meliputi perbuatan merendahkan, menghina, melecehkan, menyerang tubuh, dan fungsi reproduksi seseorang secara paksa tanpa memandang gender dan usia korban (Lewoleba & Fahrozi, 2020).

Di Indonesia, angka kasus kekerasan seksual masih tinggi dari tahun ke tahun. Berdasarkan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) mendata (SIMFONI-PPA, 2022):

Gambar 1. Grafik jumlah kasus kekerasan seksual

Kasus kekerasan seksual tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi anak- anak juga bisa menjadi korban. Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) dan diperkuat oleh United Nation Children’s Fund (UNICEF), kasus kekerasan seksual yang terjadi pada anak-anak mencapai 70.000 orang per tahun (Lewoleba & Fahrozi, 2020). Tingginya angka kasus kekerasan seksual menjadi bukti nyata bahwa, masalah kekerasan seksual merupakan masalah yang harus segera diatasi.

13750 21753 17575 17132 18141

2311 5376 4397 4952 5317

2 0 2 2 2 0 2 1 2 0 2 0 2 0 1 9 2 0 1 8

JUMLAH KASUS KEKERASAN SEKSUAL TAHUN 2022-2018

Perempuan Laki-laki

(2)

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan seksual, meliputi:

rendahnya ekonomi, faktor lingkungan, faktor teknologi dan emosi yang ada dalam diri pelaku, pergaulan bebas, kepedulian masyarakat yang rendah, dan kurangnya pendidikan seks. Kurangnya pengetahuan tentang pendidikan seks menjadi faktor utama yang harus segera diatasi (Solehati et al., 2022). Pendidikan seks adalah bentuk upaya untuk mengajarkan, meningkatkan kesadaran dan menginformasikan tentang masalah seksual, ketika seseorang mulai memahami masalah yang berkaitan dengan seksualitas, naluri, dan pernikahan. Selain itu, pendidikan seks juga mengajarkan berhati-hati dan melindungi diri dari orang asing yang mencurigakan untuk menghindari segala bentuk kejahatan (Shapiro

& Brown, 2018).

Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak yang masuk dalam rentang usia 0-6 tahun. Anak-anak usia dini mengalami pertumbuhan dan perkembangan otak yang pesat, sehingga mereka memiliki pemikiran kritis terhadap lingkungan sekitar dan daya imajinasi yang tinggi. Menurut National Association Education for Young (NAEYC), masa usia dini adalah masa golden age atau masa belajar paling potensial untuk anak (Khairi, 2018). Oleh karena itu, pembekalan pendidikan seks diberikan sejak usia dini supaya pembelajaran yang diberikan dapat tersampaikan dengan baik dan dapat diterapkan hingga anak dewasa.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Amaliyah & Nuqul (2017), mayoritas orangtua di Indonesia masih menganggap tabu pendidikan seks.

Orangtua memahami konsep pendidikan seks sebagai pembelajaran tentang berbagai macam cara dalam berhubungan dengan lawan jenis. Sehingga orangtua menghindari berbicara dengan anak-anak mereka terkait pendidikan seks dan merasa malu untuk berbicara terkait hal tersebut. Padahal, pendidikan seks untuk anak usia dini merupakan upaya untuk membantu anak yang disesuaikan dengan usianya, dalam memahami fungsi-fungsi alat kelamin, bimbingan tentang pentingnya menjaga dan merawat organ intim, pemahaman terkait perilaku pergaulan yang sehat, masalah naluri alamiah yang mulai timbul, sekaligus risiko-risiko yang dapat terjadi terkait dengan masalah seksual (Shapiro & Brown, 2018).

(3)

Solusi yang dapat menjembatani perbedaan persepsi orangtua dan kebutuhan anak dalam mempelajari pendidikan seks dapat berupa media pembelajaran yang efektif, mudah dipahami, dan menyenangkan. Saat ini, media pembelajaran melalui digital seperti game edukasi menjadi alternatif yang banyak digunakan untuk menyampaikan materi pendidikan. Kelebihan pemanfaatan game untuk media pembelajaran adalah fleksibel, mudah digunakan, dan menyenangkan karena dilengkapi animasi yang bisa menarik perhatian anak (Anik, 2016). Penggunaan animasi ini juga dapat meningkatkan daya ingat anak sehingga anak bisa mengingat materi pembelajaran lebih lama dibandingkan dengan metode pengajaran konvensional (Hayat, 2021).

Dalam pembuatan game edukasi, desain menjadi bagian yang penting dalam sebuah pengembangan software, karena kenyamanan dan pengalaman pengguna saat menggunakan sebuah aplikasi sangat bergantung pada desain yang dibuat. Game yang tidak memiliki tampilan yang menarik akan membuat anak-anak cepat bosan sehingga mereka kehilangan minat belajar dengan menggunakan game tersebut. Selain itu, tampilan desain yang tidak sesuai dapat memberikan makna dan pemahaman yang salah terhadap penggunanya (Zulfa et al., 2020). Oleh karena itu, diperlukan metode perancangan desain yang cocok untuk diterapkan kepada anak-anak.

Metode Child Centered-Design (CCD) merupakan metode yang target akhir penggunanya adalah anak-anak. Tidak seperti orang dewasa, anak-anak terutama anak-anak pra-sekolah, belum memiliki keterampilan komunikasi yang baik. Sehingga terjadi kesenjangan pengetahuan antara desianer dan anak-anak.

Metode Child Centered-Design (CCD) memiliki teknik pendekatan untuk memahami karakteristik, cara berinteraksi, dan cara berkomunikasi dengan anak-anak (Martens et al., 2018). Penelitian-penelitian yang pernah menggunakan CCD diantaranya adalah Rancang Bangun Aplikasi Juz’ Amma Berbasis Android Menggunakan Metode Child Centered-Design Pada TPQ Al- Muchtar Bekasi (Jaya et al., 2020) dan Analisis Implementasi Metode Child Centered-Design Dalam Perancangan Aplikasi Pembelajaran Gender Difference Untuk Anak Usia Dini (Ramadhan et al., 2021). Sedangkan, metode pengujian yang akan digunakan untuk tahap evaluasi user interface game yang telah dibuat menggunakan Usability Testing ISO 25010.

(4)

Pada penelitian terdahulu, pengembangan user interface game edukasi pendidikan seks untuk anak dini menggunakan metode Goal Directed-Design (GDD). Kekurangan dari hasil penelitian ini adalah implementasi desain game yang terlalu banyak menggunakan tulisan dan sedikit perintah atau instruksi menggunakan suara. Sedangkan, target penggunanya merupakan anak-anak usia dini yang berumur 4-6 tahun dan belum memiliki kemampuan membaca yang baik (Putra et al., 2021). Penggunaan metode Goal Directed-Design (GDD) menekankan komunikasi yang aktif di antara designer, stakeholders, dan user.

Sehingga lebih cocok digunakan untuk mengimplementasikan desain yang target penggunanya sudah memiliki kemampuan komunikasi yang baik (Kerr et al., 2014).

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti mengangkat sebuah topik penelitian perancangan user interface game edukasi pendidikan seks untuk anak usia dini, berbasis android mobile menggunakan metode Child Centered-Design (CCD) yang berjudul “Perancangan User Interface Game Edukasi Cegah Kekerasan Seksual Dengan Metode Child Centered-Design”. Melalui game ini diharapkan dapat menstimulasi kesadaran orang tua terkait pentingnya pendidikan seks bagi anak usia dini, meningkatkan pemahaman dan pengetahuan anak terkait pendidikan seks, sehingga mengurangi kasus kekerasan seksual di masa mendatang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan, maka pokok permasalahan pada penelitian ini adalah, “Bagaimana membuat rancangan user interface sebuah game edukasi untuk anak usia dini berbasis android mobile sebagai media pendidikan seks guna mencegah kekerasan seksual dengan metode Child Centered-Design, serta bagaimana hasil pengujian usability testing dari desain game yang telah diimplementasikan ke dalam prototype.”

1.3 Batasan Masalah

Agar rancangan user interface dalam penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan yang hendak dicapai, maka terdapat beberapa batasan dalam menyelesaikan masalah, sebagai berikut:

1. Subjek pengamatan penelitian ini adalah anak-anak usia dini yang berusia 5-6 tahun atau setara dengan masa TK dan tidak mengalami cacat mental,

2. Penelitian berfokus pada rancangan user interface game yang dibuat pada aplikasi Figma, hingga ke tahap prototype.

(5)

1.4 Tujuan Penelitian

Ditinjau dari latar belakang yang telah dipaparkan, tujuan yang ingin dicapai dari perancangan user interface game edukasi pendidikan seks untuk anak usia dini berbasis android mobile adalah:

1. Membuat rancangan user interface sebuah game edukasi untuk anak usia dini berbasis android mobile, sebagai media pendidikan seks guna mencegah kekerasan seksual dengan metode Child Centered-Design, 2. Melakukan pengujian usability testing pada prototype game yang telah

dibuat.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini, meliputi:

1. Dapat memperoleh hasil rancangan user interface sebuah game edukasi untuk anak usia dini berbasis android mobile, sebagai media pendidikan seks guna mencegah kekerasan seksual dengan metode Child Centered- Design,

2. Dapat mengetahui hasil pengujian usability testing pada prototype game yang telah dibuat,

3. Dapat menghasilkan prototype game yang dapat digunakan sebagai media memperkenalkan pendidikan seks ke anak-anak usia dini.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis soal pre-test diperoleh kelas VIII- F, VIII-G, VIII-H sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-I sebagai kelas kontrol, berdistribusi normal dan homogen,

I ni bagi saya adalah petanda PAS akan menemui 'ajalnya' setelah terjebak dengan 'pakatan ahzab' bersama dengan Parti Keadilan Rakyat (PKR) dan DAP untuk menjatuhkan Kerajaan

Beberapa teknik yang telah digunakan untuk pengiriman embrio kelapa dari satu wilayah ke wilayah yang lain antara lain pengiriman embrio kelapa dengan menggunakan

Adi Satria Abadi yang menjadi tim pelaksana adalah team P2K3 yang melakukan dialog dengan tenaga kerja (operator) disetiap tempat produksi yang berhubungan dengan

Penelitian-penelitan sebelumnya mengungkapkan bahwa “perubahan struktur ekonomi” yang menunjukan telah terjadinya pembangunan ekonomi di suatu negara ditandai dengan

Dari hasil pengujian dapat dilihat bahwa daun brokoli yang diberi perlakuan ekstrak campuran lebih tinggi mengakibatkan kematian pada serangga uji dibandingkan dengan yang

Pihak perantara yaitu perusahaan efek yang terdapat dalam transaksi ini harus lebih hati-hati dalam melaksanakan tugasnya terlebih jika terdapat kewajiban pelaporan

Saat dilangsungkannya pertempuran akbar umat Islam melawan kaum frank, sebanyak 20.000 tentara kaum Frank mengalami situasi yang nahas karena mampu ditaklukan oleh