• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Germo dan Ayam Kampus: Studi Komunikasi interpersonal T1 362010070 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Germo dan Ayam Kampus: Studi Komunikasi interpersonal T1 362010070 BAB I"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberadaan “ayam kampus1

merupakan sebuah fenomena sosial yang

tidak asing lagi dalam masyarakat, khususnya dalam lingkungan kampus. Bahkan, “ayam kampus” menjadi bagian dari dunia prostitusi yang ada di Indonesia, termasuk di Salatiga.

Istilah “ayam kampus” memang kerap kali dikonotasikan dengan dunia

prostitusi di lingkungan perguruan tinggi. Ayam kampus biasa diarahkan kepada mahasiswi yang nyambi “jualan”, tentu dengan imbalan uang (merdeka. Com, 2013).

Seharusnya, mahasiswa atau mahasiswi yang masuk dalam dunia

universitas atau kampus adalah untuk mencari ilmu atau mendapatkan pendidikan

yang lebih tinggi. Tetapi kenyataanya, beberapa mahasiswi justru mempunyai

pekerjaan sampingan yang mengandung resiko bagi dirinya dan bagi lembaga

dimana dia bernaung.

Berbagai alasan menjadi motivasi dari seorang mahasiswi memilih profesi “ayam kampus”. Peneliti Balai Pelestarian Nilai Budaya Makassar, Joni Lisungan (2005), menemukan sejumlah pengakuan dari ayam kampus. Tidak semua

mahasiswi yang terjun menjadi ayam kampus karena alasan kebutuhan ekonomi.

Tapi sebagian di antaranya mengaku menjadi ayam kampus karena tidak mampu

menahan desakan biologisnya. Dari sembilan mahasiswi yang diwawancarai Joni,

empat orang mengaku tidak mampu menahan keinginannya untuk melakukan

hubungan seksual. Apalagi, setelah mengalami haid, gejolak yang mereka rasakan

sangat luar biasa. Gejolak seks yang luar biasa ini berawal dari hubungan intim

yang sering dilakukan bersama pacar mereka selama berpacaran. Setelah ditinggal

atau putus dari pacar, mereka melampiaskan hubungan seksualnya dengan menjadi “ayam kampus” (Tempo.Co, 2013).

1

(2)

Camelita (bukan nama sebenarnya) seorang “ayam kampus” menyatakan pengaruh atau ajakan dari teman pergaulan dan pengaruh lingkungan yang membuat dia terjun sebagai“ayam kampus”. Penghasilan menjadi “ayam kampus terhitung lumayan sehingga dia pun tidak memungkiri, alasan dirinya mau

menjadi ayam kampus untuk membeli sejumlah barang. Atau dengan kata lain

agar bisa mempunyai segala barang yang branded dan up to date (Merdeka. Com,

2013).

“Ayam kampus” dan Pekerja Seks Komersial (PSK) merupakan sebuah pekerjaan yang sama. Tetapi yang membedakan adalah modus operandinya.

Moamar Emka, seorang penulis buku tentang kehidupan metropolis di

Jakarta mengatakan:

"PSK umum, sebagian besar terang-terangan menjalankan pekerjaannya. Salah satunya dengan mangkal di sejumlah lokalisasi atau prostitusi. Ayam kampus, jelas terselubung,"

katanya kepada Tempo, Jumat, 15 Februari 2013

2

.

Dalam melakukan modus operandinya, “ayam kampus” memilih bergabung dengan mucikari atau germo atau broker khusus yang membantunya

dalam berjualan. Jadi germo ini yang membantu mencarikan pelanggan bagi “ayam kampus”.

Mucikari atau germo, yaitu induk semang bagi perempuan pelacur

(Koentjoro, 2004:28-29). Disini mucikari mempunyai tugas untuk mencarikan pelanggan bagi “ayam kampus”, serta melakukan negoisasi soal tarif dari “ayam kampus” yang dijual. Dan mucikari mendapatkan imbalan uang dari hasil jualannya tersebut sesuai dengan kesepakatan antara dia dengan “ayam kampus”nya.

Hasil pra penelitian dengan seorang germo “ayam kampus” di Salatiga,

Luna3 (bukan nama sebenarnya), memiliki “ayam kampus” berjumlah 32 orang yang berdomisili di Salatiga. Tetapi tidak semuanya merupakan mahasiswi asli

2

http://nasional.tempo.co/read/news/2013/02/17/078461831/bedanya-ayam-kampus-dengan-psk-umum diunduh pada 18 Oktober 2015 pukul 10.57 WIB

(3)

yang sedang menempuh pendidikan di universitas atau kampus. Hanya 5 orang

saja yang benar-benar seorang mahasiswi, dan sisanya bekerja sebagai Sales

Promotion Girl (SPG), pegawai pabrik, pelayan kafe, pelayan toko, single parent,

dan pengangguran.

Meskipun tidak semua “anak”nya adalah seorang mahasiswi, Luna menjual mereka dengan mengatasnamakan “ayam kampus” kepelanggannya. Alasannya, karena para pelanggan lebih menyukai mahasiswi yang mereka

anggap lebih muda dan lebih berkelas daripada PSK di tempat pelacuran.

“Ayam kampus” yang berada di bawah Luna tidak semuanya asli dari Salatiga. Beberapa bersal dari luar kota seperti Semarang, Purwodadi, Blora,

Palembang, Manado, dan kota lainnya, yang kebetulan mereka sekarang tinggal di

Salatiga karena alasan pendidikan, pekerjaan, dan ikut keluarga.

Begitu pula dengan perlanggannya, tidak sermua berasal dari Salatiga,

tetapi beberapa kota di Luar Salatiga, bahkan ada yang berasal dari luar negeri

yang kebetulan sedang berada di Salatiga, seperti dari Korea, India, Arab, China,

dan Eropa. Latar belakang pekerjaan mereka pun bermacam-macam, mulai dari

mahasiswa, Pegawai Negeri Sipil, Pejabat, dosen, pengusaha, dan pegawai swasta. Untuk tarif dari “ayam kampus” yang dijual oleh Luna berkisar mulai Rp 500.000 untuk short time, dan Rp 2.000.000 – Rp 3.500.000 untuk tarif long time.

Tarif ini lebih tinggi dibandingkan dengan PSK yang ada di tempat pelacuran

yang hanya bertarif Rp 150.000 hingga Rp 300.000 saja. Ini juga alasan Luna menggunakan label “ayam kampus” pada “anak” nya.

Mengapa tarif ayam kampus lebih mahal dari PSK? Seperti yang

disampaikan oleh Joni dari penelitiannya:

“Tarif ayam kampus lebih mahal daripada pekerja seks komersial

yang terlokalisasi, karena ayam kampus sangat berhati hati dalam melayani pelanggannya. Ayam kampus tidak mau melakukan hubungan seksual jika sedang mengalami haid. Meski dibayar Rp

10 juta, mereka juga tidak asal-asalan memilih pria”4

4

(4)

Selain alasan tersebut di atas, yang membuat “ayam kampus” yang dijual oleh Luna bertarif mahal karena adanya jaminan bahwa “ayam kampus” yang dijual bebas dari penyakit kelamin menular dan HIV/AIDS, dimana selalu

dilakukan VCT tes secara rutin.

Yang menarik, bisnis “ayam kampus” ini tetap ramai oleh pelanggan. Meskipun tarif mahal, “ayam kampus” ini tetap diburu. Tanpa harus membuka lokalisasi atau tempat pelacuran, bisnis ini tetap berjalan hanya dengan

mengandalkan kekuatan dari mulut ke mulut. Bekerjasama dengan satpam,

pelayan, atau petugas kebersihan di hotel atau tempat penginapan juga dilakukan

oleh mucikari untuk mendapatkan pelanggannya. Dalam kerjasama ini, mereka

yang menghubungkan antara pelanggan dengan mucikari mendapakan uang tip

dari pelanggan atau mucikari. Dan yang terpenting adalah menjaga hubungan baik

dengan pelanggan.

Bila sedang ramai, si germo bisa mendapat pelanggan sebanyak 7-8 orang

perharinya. Bila di rata-rata jumlah pelanggan dalam sehari selama seminggu

sekitar 2-3 orang.

Bisnis ini juga sangat unik, karena dalam bisnis terselubung seperti ini si

germo harus bisa menjaga privacy dari “ayam kampus” nya agar tidak diketahui

oleh masyarakat luas tentang profesinya. Selain itu, si “ayam kampus” mengetahui bahwa bisnis ini beresiko, tetapi mereka menaruh kepercayaan yang

besar terhadap germonya.

Resiko di drop out (DO) dari kampus tempat dia belajar adalah sebuah resiko yang harus ditanggung oleh “ayam kampus” apabila ketahuan tentang profesinya. Dengan alasan, “ayam kampus” mencemarkan nama baik kampus (Merdeka.com, 2015)

Tertular virus HIV/AIDS atau penyakit kelamin lainnya, merupakan sebuah resiko bagi “ayam kampus”. Karena ada pelanggan yang enggan menggunakan kondom pada saat berhubungan badan, dan “ayam kampus” tidak bisa menolak karena pelanggan telah membayar mahal (Tribunnews.com, 2013)

Hal unik inilah yang mebuat peneliti tertarik untuk melakukan sebuah

(5)

membangun kepercayaan dari “ayam kampus” yang ada dalam naungannya, sehingga tetap bertahan dan tidak perpindah ke germo yang lain.

Penulis akan meneliti tentang bentuk dari strategi komunikasi yang

dilakukan oleh germo kepada “ayam kampus”nya baik yang berkaitan dengan

bisnisnya, maupun yang tidak. Sehingga diperoleh jawaban mengenai strategi

komunikasi apa saja yang dilakukan oleh germo yang efektif dan mendapatkan respon baik dari “ayam kampus”dalam membangun kepercayaan.

1.2Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan

masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Strategi komunikasi seperti apakah yang dilakukan oleh germo dalam

membangun kepercayaan kepada “ayam kampus”.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Untuk mengetahui dan memperoleh gambaran tentang strategi komunikasi

yang dilakukan germo dalam membangun kepercayaan terhadap “ayam kampus”.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini dibedakan atas manfaat

teoritis dan manfaat praktis:

1. Manfaat secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teoritis

bagi disiplin ilmu komunikasi, khususnya mengenai strategi komunikasi

yang digunakan oleh germo kepada “ayam kampus” dalam hal

membangun kepercayaan.

2. Manfaat secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai

(6)

digunakan sebagai acuan bagi peneliti yang ingin meneliti tentang

komunikasi germo dan “ayam kampus”

1.5 Batasan Masalah

Yang menjadi batasan penelitian ini adalah:

1. Strategi komunikasi yang dilakukan oleh germo terhadap “ayam kampus”

di Salatiga

2. Konsep dalam penelitian ini adalah

a. Strategi komunikasi, yaitu strategi yang berkaitan dengan bisnis dan

strategi yang tidak berkaitan dengan bisnis.

b. Germo, yaitu Luna.

Referensi

Dokumen terkait

proses pelunasan utang oleh kreditur baru. Adapun hal yang umumnya menjadi pertimbangan bagi kreditur lama untuk menolak melepas KPR lama adalah terkait dengan nominal

Pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas dari segi proses apabila seluruh siswa atau setidak-tidaknya sebagian besar 75% peserta didik terlibat secara aktif,

sebagaimana telah dikuatkan oleh Putusan PT Banten Nomor: 53/Pdt/2016/PT.BTN dan pada tingkat kasasi, MA dalam Putusan Nomor: 580 K/Pdt/2017 berpendapat bahwa

Penulisan tugas akhir ini disusun guna melengkapi syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Teknologi Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta.. Tugas akhir ini

aksi yang dikeluarkan praktikan pada saat

Mata bor helix kecil ( Low helix drills ) : mata bor dengan sudut helix lebih kecil dari ukuran normal berguna untuk mencegah pahat bor terangkat ke atas

Hal tersebut tampak dari kurangnya peran orang tua dalam mengarahkan pola tingkahlaku yang baik di rumah, Subyek tidak dapat mengaplikasikan perilaku model yang diidolakannya dalam

Menentukan hasil total yang kita inginkan dengan cara mengalikan jmulah porsi yang diinginkan dengan ukuran porsi yang diinginkan.. Porsi yang diinginkan x ukuran porsi