• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP LOGO SUPERBRANDS PADA KEMASAN PRODUK (Studi Deskriptif Kualitatif Persepsi Konsumen di Surabaya terhadap Logo Superbrands pada Kemasan Produk).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP LOGO SUPERBRANDS PADA KEMASAN PRODUK (Studi Deskriptif Kualitatif Persepsi Konsumen di Surabaya terhadap Logo Superbrands pada Kemasan Produk)."

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

PADA KEMASAN PRODUK

(Studi Deskriptif Kualitatif Persepsi Konsumen di Surabaya terhadap Logo Superbrands pada Kemasan Produk)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyar atan Memper oleh Gelar Sar jana Pr ogr am Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veter a n” J awa Timur

Oleh :

RISCA PUSPITA RINI NPM. 0843010076

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

RISCA PUSPITA RINI, PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP LOGO SUPERBRANDS PADA KEMASAN PRODUK (Studi Deskr iptif Per sepsi Konsumen di Sur abaya ter hadap Logo Super br ands pada Kemasan Pr oduk).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap logo Superbrands pada kemasan produk. Penelitian ini didasarkan pada fenomena banyaknya produsen yang memasang logo Superbrands di kemasan produk untuk membentuk citra positif bagi produknya.

Penelitian ini menggunakan model komunikasi Stimulus – Respon (S – R). Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif agar dapat menjelaskan fenomena secara lebih mendalam.

Dari data yang dianalisis, maka dapat disimpulkan persepsi konsumen di Surabaya yang diwakili para informan, secara umum berpendapat bahwa logo Superbrands merupakan sebuah bentuk pengakuan akan kualitas produk. Empat dari lima informan berpendapat bahwa produk dengan logo Superbrands memiliki kualitas lebih baik dibandingkan produk tanpa logo Superbrands di kemasannya. Kata kunci : persepsi, konsumen, logo Superbrands, kemasan produk.

ABSTRACT

RISCA PUSPITA RINI, CONSUMERS PERCEPTION TO

SUPERBRANDS LOGO ON PRODUCT PACKAGE (Descr iptive Study of Qualitative about Consumer s in Sur abaya’s Per ception to Super brands Logo on Pr oduct Package).

The purpose of this research is to know consumer’s perception to Superbrands logo on product package. This research is based on phenomena that there are many producers put Superbrands logo on their product package to build positive image of their products.

This research uses Stimulus – Response (S – R) communicarion model. Research method that is used is qualitative’s descriptive method to explain the phenomenon deeper.

From analyzed files, conclude perception of consumers in Surabaya, which is represented by informants, generally think that Superbrands logo is a recognition of product quality. Four of five informants think that products with Superbrands logo on the package have better quality beside products without Superbrands logo on the package.

(3)

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan atas limpahan rahmat, karunia serta hidayah-Nya sehingga skripsi dengan judul “PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP LOGO SUPERBRANDS PADA KEMASAN PRODUK (Studi Deskriptif Kualitatif Persepsi Konsumen di Surabaya terhadap Logo Superbrands pada Kemasan Produk) dapat terselesaikan dengan baik.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini, diantaranya:

1. Prof. Dr. Ir. H. Teguh Soedarto, MP Rektor UPN ”Veteran” Jawa Timur. 2. Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si Dekan FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur. 3. Juwito, S.Sos, M.Si Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN

“Veteran” Jawa Timur.

4. Drs. Saifuddin Zuhri, M.Si Sekertaris Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur dan selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan kepada penulis. 5. Dra. Sumardjijati, M.Si selaku dosen wali penulis.

6. Dosen-dosen Program Studi Ilmu Komunikasi yang senantiasa memberikan ilmu.

7. Keluarga tercinta atas doa dan dukungannya, baik moril maupun materiil. 8. Dadang Ramadhan atas doa, dukungan, dan semangat luar biasa yang

(4)

9. Teman-teman yang memberikan semangat bagi penulis: Desi, Ajeng, Lulut, Tata, mbak Rere, Rika, Widha, mas Syahril, mas Ahmed, mas Sigit, Zero, Ak. Family, dan geng ceria.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Penulis mengharap kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi berbagai pihak.

(5)

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAKSI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

BAB II KAJ IAN PUSTAKA ... 12

2.1 Landasan Teori ... 12

2.1.1 Persepsi ... 12

2.1.1.1 Hakekat Persepsi ... 15

2.1.1.2 Jenis Persepsi ... 16

(6)

2.1.1.4 Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Persepsi ... 18

2.1.1.5 Komponen Proses Persepsi ... 18

2.1.1.6 Proses Terjadinya Persepsi ... 19

2.1.1.7 Konsep Persepsi dalam Komunikasi Pemasaran .... 20

2.1.2 Komunikasi Pemasaran ... 21

2.1.2.1 Product Positioning ... 22

2.1.3 Konsumen ... 23

2.1.4 Kemasan ... 24

2.1.5 Superbrands ... 25

2.1.6 Model Komunikasi S – R ... 28

2.2 Kerangka Berfikir ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

3.1 Metode Penelitian ... 30

3.2 Unit Analisis ... 31

3.2.1 Logo Superbrands pada Kemasan Produk ... 31

3.2.2 Konsumen ... 32

3.2.3 Persepsi ... 33

3.3 Lokasi Penelitian ... 34

3.4 Subyek dan Informan Penelitian ... 34

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 35

(7)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 38

4.1.1 Gambaran Umum Surabaya ... 38

4.1.2 Gambaran Umum Logo Superbrands ... 40

4.1.3 Identitas Informan ... 40

4.2 Penyajian Data ... 42

4.2.1 Hasil Penelitian ... 43

4.2.1.1 Deskripsi Persepsi Konsumen terhadap Citra Produk Melalui Kemasan Secara Umum ... 43

4.2.1.2 Deskripsi Persepsi Konsumen terhadap Logo Superbrands pada Kemasan Produk ... 52

4.3 Pembahasan ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

5.1 Kesimpulan ... 68

5.2 Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70

(8)

1.1 Latar Belakang Masalah

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator (sumber) kepada komunikan (penerima) melalui saluran-saluran tertentu baik secara langsung atau tidak langsung dengan maksud memberi dampak (effect) kepada komunikan sesuai dengan yang diinginkan komunikator.

Komunikasi secara mudah diartikan sebagai proses transfer pesan dalam penyaluran informasi atau message melalui sarana atau saluran komunikasi kepada komunikan yang tertuju (Prisgunanto, 2006: 1).

Komunikasi juga diartikan sebagai proses pengoperan lambang-lambang yang diartikan sama antara individu kepada individu, individu kepada kelompok, kelompok kepada kelompok, dan kelompok kepada massa. Ilmu komunikasi dibagi menjadi beberapa cabang ilmu, yaitu komunikasi antarpribadi, komunikasi massa, komunikasi antarbudaya, komunikasi organisasi, dan komunikasi teknologi informasi.

(9)

bertujuan untuk membantu kegiatan pemasaran dari sebuah perusahaan (Kennedy, 2009:3).

Dalam komunikasi pemasaran, strategi dan taktik pesan menjadi sesuatu yang perlu guna efektivitas penyampaian pesan komunikasi pemasaran. Pembuatan strategi dan taktik dalam komunikasi pemasaran memang mutlak perlu dalam upaya penggunaan komunikasi (Prisgunanto, 2006: 4-5).

Hubungan antara pemasaran dengan komunikasi merupakan hubungan yang erat. Komunikasi dalam kegiatan pemasaran bersifat kompleks, sehingga komunikasi pemasaran merupakan aplikasi komunikasi yang ditujukan untuk membantu kegiatan pemasaran sebuah perusahaan.

Komunikasi pemasaran sangat penting dalam membentuk citra yang positif bagi perusahaan. Menurut Kotler (2000:19), mengembangkan citra yang kuat atau positif membutuhkan kreativitas dan kerja keras. Citra tidak dapat dibangun pada pikiran publik secara seketika atau melalui satu media saja. Citra harus dibangun lewat seluruh media yang ada secara berkelanjutan.

Untuk dapat membentuk citra positif di benak konsumen, perusahaan perlu memberikan stimuli pemasaran kepada konsumen. Para pemasar harus menyadari bahwa manusia-manusia terbuka terhadap jumlah stimuli yang sangat banyak. Karena itu, pemasar harus menyediakan sesuatu yang khusus sebagai stimuli jika ia ingin menarik perhatian konsumen (Setiadi, 2003: 160).

(10)

utama (primary/intinsic stimuli). Komunikasi yang didisain untuk mempengaruhi perilaku konsumen adalah stimuli tambahan (secondary stimuli) yang merepresentasikan produk seperti kata-kata, gambar, dan simbol atau melalui stimuli lain yang diasosiasikan dengan produk seperti harga, tempat produk dijual, dan pengaruh sales.

Penelitian ini terkait dengan stimuli utama dan stimuli tambahan. Stimuli utama yang dimaksud adalah kemasan, yaitu kemasan produk. Sedangkan stimuli tambahan yang dimaksud adalah simbol, yaitu logo Superbrands.

Saat ini kemasan produk tidak lagi hanya berfungsi sebagai pembungkus dan pelindung isi produk. Banyak komunikator pemasaran makin menyadari peran penting yang ditampilkan oleh kemasan merek. Peran komunikasi dari kemasan makin meningkat hingga menimbulkan ekspresi-ekspresi seperti “Pengemasan sekurang-kurangnya bentuk mahal dari iklan”; “Setiap kemasan adalah iklan lima-detik”; dan “Kemasan adalah produk”. Peran periklanan dari kemasan berhubungan dengan riset yang mengungkap bahwa konsumen menghabiskan sedikit waktu – sekitar 10 hingga 12 detik – memandang merek sebelum berpindah atau menyeleksi produk dan menempatkannya dalam kereta belanja (Shimp, 2003: 307).

(11)

memelihara asosiasi, image atau citra tertentu, serta kualitas produk (Packaging Design, loopscreative.com, diakses pada 17 September 2011 pukul 13:43).

Kemasan kini juga berfungsi sebagai media komunikasi dalam usaha menimbulkan citra positif suatu produk. Melalui sebuah kemasan, produsen berusaha untuk megkomunikasikan pesan kepada konsumen agar konsumen dapat tertarik dan pada akhirnya memilih produk tersebut, dan bukan produk yang lain. Pesan yang dimaksud dapat berupa warna kemasan, tekstur kemasan, bentuk kemasan, desain kemasan, ukuran kemasan, ataupun aspek lainnya yang dapat menarik konsumen. Disinilah peran komunikasi dibutuhkan.

Komunikasi berperan untuk membedakan (differentiat-ing) produk yang ditawarkan oleh satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Upaya membedakan produk ini dilakukan dengan mengkomunikasikan kepada konsumen bahwa produk yang ditawarkan berbeda dengan produk lainnya yang sejenis. Diferensiasi produk juga berkaitan erat dengan product positioning. Dalam diferensiasi produk, produk yang ditawarkan memang betul-betul berbeda secara fisik dan komposisi kandungan produk dari produk yang lain, tetapi dalam product positioning, produk yang ditawarkan secara fisik sebenarnya tidak jauh berbeda,

tetapi pemasar membedakan produk itu dari yang lainnya dengan menanamkan suatu persepsi tertentu pada konsumen, seolah-olah produk yang ditawarkan memang berbeda dari produk lainnya yang sejenis (Sutisna, 2003: 266).

(12)

diterapkan, semakin mudah konsumen melihat perbedaan yang diharapkan pelanggan. Misalnya, perusahaan melakukannya dengan simbol-simbol (Amir: 2005: 129).

Dalam kaitannya dengan usaha menimbukan citra positif melalui kemasan, seringkali produsen menampilkan logo penghargaan yang dimenangkannya pada kemasan produk. Ini dilakukan untuk memberikan pesan kepada konsumen bahwa produk yang ditawarkan merupakan produk yang telah mendapatkan pengakuan dan memiliki nilai lebih dibandingkan produk sejenis yang tidak menampilkan logo penghargaan pada kemasannya. Menurut Shimp (2003: 306), secara umum bisa dikatakan, logo-logo yang baik adalah yang mudah dikenali, secara esensial membawa arti yang sama bagi seluruh anggota sasaran, dan menimbulkan perasaan yang positif.

Saat ini, sering dijumpai logo penghargaan yang ditampilkan pada kemasan produk. Penghargaan yang dimaksud diantaranya Superbrands, Top Brand, ICSA (Indonesian Customer Saticfaction Award), IMAC (Indonesia’s Most

Admired Companies), dan penghargaan serupa lainnya.

Diantara penghargaan yang saat ini ada di Indonesia, Superbrands merupakan salah satu penghargaan dengan hasil riset yang terpercaya dan merupakan yang terbesar di dunia.

(13)

pesaingnya (About Superbrands International, superbrands.com/id, diakses pada 22 September 2011 pukul 12:54).

Superbrands di Indonesia telah memberikan penghargaan sejak 2004 kepada lebih dari 300 barang konsumsi dan merek jasa terkenal. Di Indonesia, Superbrands diwakili oleh PT. Phoenix Communications. Sejak Agustus 2009, Superbrands bermitra dengan The Nielsen Company melakukan serangkaian penelitian independen di enam kota besar di Indonesia untuk mengumpulkan merek-merek top-of-mind dalam berbagai kategori produk dan jasa. Berdasarkan hasil survei, sebanyak 200 merek dinominasikan dan selanjutnya dipilih menjadi 55 merek lokal yang benar-benar mencermikan Indonesia’s Choice atau pilihan Indonesia (Global Recognition for Local Brands, superbrands.com/id, diakses pada 29 September 2011 pukul 12:55).

Superbrands memberikan apresiasi kepada brand terkemuka berdasarkan pilihan konsumen dengan menitik beratkan pada 5 faktor, yakni: dominasi pasar (market dominance), jangka waktu yang panjang (longevity), niat baik (goodwill), kesetiaan konsumen (customer loyality), dan penerimaan pasar secara keseluruhan (overall market acceptance) (Penghargaan Superbrands di Indonesia, radaronline.co.id, 5 Agustus 2010, diakses pada 29 September 2011

pukul 20:00).

(14)

menggunakan logo Superbrands (Top 1 Raih Penghargaan Superbrands Award 2010, top1.co.id, diakses pada 22 September 2011 pukul 21:14).

Superbrands memberikan keunggulan antar competitor serta menunjukkan dominasi pasar dimata konsumen. Superbrands bekerjasama dengan berbagai perusahaan di mana saja termasuk brand unggulan di Indonesia. Sehingga penting bagi perusahaan atau brand tersebut untuk mengkomunikasikannya kepada pelanggan (Malam Anugerah Superbrands 2010, Radar.co.id, 04 Agustus 2010, diakses pada 22 September 2011 pukul 13:03).

Saat ini terdapat beberapa produk yang memenangkan penghargaan Superbrands dan mencantumkan logo Superbrands pada kemasannya. Produk-produk yang dimaksud adalah Emco, Gajah Duduk, Daia, Tong Tji, Sun Co,Top 1, dan masih banyak lainnya.

Dalam proses pememilihan sebuah produk, konsumen akan melakukan penyeleksian dan penginterpretasian melalui pancaindera yang dimilikinya. Saat inilah seorang konsumen melakukan proses persepsi. Menurut Ferrinadewi (2008: 41), persepsi merupakan proses yang kompleks. Seringkali pesan yang satu tidak berhubungan dengan pesan yang akhirnya memasuki otak konsumen, karena itu, memahami proses persepsi sangat penting bagi pemasar agar dapat menciptakan komunikasi yang efektif dengan konsumen.

(15)

Dengan mengutip Cohen, fisher mengemukakan bahwa persepsi didefinisikan sebagai interpretasi terhadap berbagai sensasi sebagai representasi dari objek-objek eksternal, jadi persepsi adalah pengetahuan tentang apa yang dapat ditangkap oleh panca indera kita (Fajar, 2008: 149).

Persepsi meliputi pengindraan (sensasi) melalui alat-alat indra kita, (yakni indra peraba, indra penglihat, indra pencium, indra pengecap, dan indra pendengar), atensi, dan interpretasi. Sensasi merujuk pada pesan yang dikirimkan ke otak lewat penglihatan, pedengaran, sentuhan, penciuman dan pengecapan (Mulyana, 2001: 168).

Menurut Ferrinadewi (2008: 41), persepsi adalah suatu proses berbagai stimuli dipilih, diorganisir, dan diinterpretasi menjadi informasi yang bermakna. Stimuli adalah input dari obyek tertentu yang dilihat oleh konsumen melalui satu atau beberapa panca inderanya.

(16)

setiap konsumen pasti memiliki persepsi yang berbeda dalam menginterpretasikan kemasan produk berlogo Superbrands.

Penelitian ini didasarkan pada fenomena banyaknya produsen yang mencantumkan logo penghargaan yang dimenangkannya, khususnya logo Superbrands pada kemasan untuk membentuk citra positif produk di mata konsumen. Hasil survei yang dilakukan Nielsen menyatakan bahwa sebagian besar konsumen memiliki ketertarikan lebih terhadap produk Superbrands. Meski demikian, pada kenyatannya tidak semua konsumen produk Superbrands memahami bahwa produk yang dipilihnya merupakan produk pilihan yang memiliki keunggulan lebih dibandingkan dengan produk lain sejenis. Hal tersebut mengisyaratkan adanya kesenjangan antara efek komunikasi yang ingin dicapai produsen dengan kenyataan yang terjadi di masyarakat.

Dalam penelitian ini, informan yang akan diteliti adalah konsumen pembeli produk dengan logo Superbrands pada kemasannya yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan kisaran usia mulai dari 17 tahun hingga 50 tahun. Pemilihan usia diatas karena usia tersebut dapat dikatakan usia produktif dan juga karena pada usia 17 tahun hingga 50 tahun individu telah dianggap dewasa sehingga dapat mempertanggungjawabkan pernyataannya (Hurlock, 1997:259).

(17)

itu, Surabaya merupakan salah satu kota besar yang menjadi lokasi penelitian Superbrands selain Jakarta, Bandung, Semarang, Medan, dan Makassar.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai persepsi konsumen terhadap logo Superbrands pada kemasan produk.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah persepsi konsumen terhadap logo Superbrands pada kemasan produk?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap logo Superbrands pada kemasan produk.

1.4 Kegunaan Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah kajan ilmu komunikasi berkaitan dengan persepsi konsumen dalam komunikasi pemasaran.

(18)
(19)

KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teor i 2.1.1 Per sepsi

Persepsi diartikan sebagai proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji, dan memberikan reaksi kepada rangsangan pencaindra atau data (Sobur, 2003: 451). Persepsi menurut Deddy Mulyana (2001: 167) adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita.

Selain definisi persepsi di atas, penulis akan memberikan beberapa definisi menurut beberapa ahli, diantaranya menurut Brian Fellows, bahwa persepsi adalah proses yang memungkinkan suatu organisasi menerima dan menganalisis informasi. Kenneth A. Sereno dan Edward M. Bodaken berpendapat bahwa persepsi adalah sesuatu yang memungkinkan kita memperoleh kesadaran akan sekeliling dan lingkungan kita. Berbeda dengan Philip Goodacre dan Jennifer Follers yang berpendapat bahwa persepsi merupakan proses mental yang digunakan untuk mengenali rangsangannya. Sedangkan menurut Joseph A. Devito, persepsi adalah proses dengan apa kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera kita (Rakhmat, 2003: 58).

(20)

yang akan menekan saraf sensor seseorang melalui indera penglihatan, peraba, penciuman, pengecap, dan pendengar. Rangsangan tersebut akan diseleksi dan diorganisir oleh setiap individu dengan caranya sendiri berdasarkan pengalamannya.

Menurut Desiderato, persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah pemberian makna kepada stimulus indrawi (sensori stimuli). Hubungan sensasi dan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi indrawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan juga memori (Rakhmat, 2003: 51).

Menurut Bilson Simamora (2002: 102), persepsi dapat didefinisikan sebagai suatu proses menyeleksi, mengorganisasikan, dan juga menginterpretasikan stimuli ke dalam suatu gambaran dunia yang berarti dan menyeluruh. Walgito (2003: 54) menyimpulkan persepsi merupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu. Karena merupakan aktivitas yang terintegrasi, maka seluruh pribadi, seluruh apa yang ada dalam diri individu ikut aktif berperan dalam persepsi itu.

(21)

individu. Persepsi setiap orang terhadap suatu objek akan berbeda-beda. Oleh karena itu persepsi memiliki sifat subjektif. Persepsi yang dibentuk oleh seseorang dipengaruhi oleh pikiran dan lingkungan sekitarnya. Selain itu, satu hal yang perlu diperhatikan dari persepsi adalah bahwa persepsi secara subtansil bisa sangat berbeda dengan realitas (Setiadi, 2003: 160).

Dalam perspektif ilmu komunikasi, persepsi bisa diartikan sebagai inti dari komunikasi itu sendiri, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti dari persepsi yang identik dengan penyandian (decoding) dalam proses komunikasi. Hal ini tampak pada deinisi dari John R. Wenburg dan juga William W.Wilmor yang mengatakan bahwa persepsi dapat didefinisikan sebagai cara organisme memberi makna. Menurut Rudolf F. Verderbor, persepsi adalah proses menafsirkan informasi inderawi (Mulyana, 2001: 107). Pemahaman atas persepsi konsumen sangat penting dalam memahami proses akuisisi, konsumsi, dan perlakuan setelah pakai dari barang dan jasa (Amir, 2005: 60)

(22)

2.1.1.1 Hak ekat Per sepsi

Menurut Linda L. Davidoff yang diterjemahkan oleh Mari Juniati, hakekat persepsi ada tiga, yaitu:

1. Persepsi bukanlah cermin realitas: orang seringkali menganggap bahwa persepsi menyajikan pencerminan yang sempurna mengenai realitas atau kenyataan. Persepsi bukanlah cermin. Pertama, indera kita tidak memberikan respons terhadap aspek-aspek yang ada di dalam lingkungan. Kedua, manusia seringkali melakukan persepsi rangsang-rangsang yang pada kenyataannya tidak ada. Ketiga, persepsi manusia tergantung pada apa yang ia harapkan, pengalaman, dan motivasi.

2. Persepsi: kemampuan kognitif yang multifaset pada awal pembentukan proses persepsi, orang yang telah menentukan dulu apa yang akan diperhatikan. Setiap kali kita memusatkan perhatian, lebih besar kemungkinannya Anda akan memperoleh makna atau apa yang kita tangkap, lalu menghubungkannya dengan pengalaman lalu, dan untuk kemudian hari ditinggal kembali. Kesadaran dan ingatan juga dapat mempengaruhi persepsi.

(23)

2.1.1.2 J enis Per sepsi

Persepsi manusia terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:

a. Persepsi terhadap lingkungan fisik (objek) adalah persepsi manusia terhadap objek melalui lambang-lambang fisik atau sifat-sifat luar dri suatu benda. Dapat diartikan bahwa manusia dalam menilai suatu benda mempunyai persepsi yang berbeda-beda. Persepsi terhadap objek bersifat statis karena objek tidak mempersiapkan manusia ketika manusia tersebut mempersiapkan objek-objek tersebut.

b. Persepsi terhadap manusia adalah persepsi manusia terhadap orang melalui sifat-sifat luar dan dalam (perasaan, motif, dan harapan), dapat diartikan manusia bersifat interaktif karena manusia akan mempersiapkannya dan bersifat dinamis karena persepsi terhadap manusia bisa berubah-ubah dari waktu ke waktu.

c. Persepsi terhadap lingkungan adalah suatu proses bagaimana seseorang menangkap arti dari objek sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dari lingkungan kita (Mulyana, 2001: 172).

2.1.1.3 Kar akter istik Persepsi

Menurut Busch dan Houston (1985) yang dikutip oleh Ujang Sumarwan (2000: 113), karakteristik persepsi dapa didefinisikan sebagai berikut:

a. Bersifat selektif

(24)

Seseorang pasti berhadapan dengan sub kumpulan yang terbatas dari objek-objek dan peristiwa-peristiwa yang banyak sekali dalam lingkunagan mereka. Masyarakat cenderung memperhatikan aspek ligkungan yang berhubungan dengan urusan pribadi mereka. Mereka mengesampingkan urusan-urusan lain yang tidak berkaitan dengan urusan pribadi mereka.

b. Terorganisir atau teratur

Suatu perangsang atau pendorong tidak bisa dianggap terisolasi dari perangsang lain. Rangsangan-rangsangan dikelompokkan ke dalam suatu pola atau informasi yang membentuk keseluruhan. Jadi ketika seseorang memperhatikan sesuatu, perangsang harus berusaha untuk mengatur.

c. Stimulus

Stimulus adalah apa yang dirasakan dan arti yang terdapat di dalamnya adalah fungsi dari perangsang atau pendorong itu sendiri.

d. Subyektif

(25)

2.1.1.4 Faktor -faktor yang Ber pengar uh pada Persepsi

Dalam persepsi, stimulus merupakan salah satu faktor yang mempunyai peranan. Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi diantaranya adalah:

1. Objek yang dipersepsikan, dimana objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera. Stimulus dapat datang dari luar individu yang bersangkutan. Dapat diartikan bahwa konsumen dalam mempersepsikan suatu produk dipengaruhi oleh rangsangan baik dalam maupun dari dalam maupun dari luar individu.

2. Alat indera merupakan alat yang dipergunakan manusia dalam menerima stimulus. Dengan mempunyai alat indera, maka konsumen dapat memberikan respon terhadap suatu produk atau jasa yang ditawarkan produsen.

3. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepasa sesuatu dan sekumpulan objek. Perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi (Walgito, 2001: 70).

2.1.1.5 Komponen Pr oses Per sepsi

Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponen, diantaranya:

1. Seleksi adalah proses penyaringan alat indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas, dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

(26)

beberapa faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana.

3. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi (Depdikbud, 1985, dalam Soelaeman, 1987).

Jadi, proses persepsi adalah melakukan seleksi, interpretasi, dan pembulatan terhadap informasi yang sampai (Sobur, 2003: 447).

2.1.1.6 Pr oses Ter ja dinya Persepsi

Menurut Alex Sobur (2003: 449), dalam proses persepsi terdapat tiga langkah yang terlibat, yaitu:

1. Terjadinya Stimulasi Alat Indra (Sensory Stimulation)

Pada tahap pertama, alat-alat indera distimulasi (dirangsang). Setiap individu pasti memiliki kemampuan penginderaan untuk merasakan stimulus (rangsangan), walau tidak selalu digunakan.

2. Stimulasi terhadap Alat indra Diatur

(27)

kelengkapan (closure), kita memandang atau mempersepsikan suatu gambar atau pesan yang lengkap.

3. Stimulasi Alat Indra Ditafsirkan-Dievaluasi

Langkah ketiga adalah penafsiran-evaluasi yang tidak semata-mata didasarkan pada rangsangan luar, melainkan juga sangat dipengaruhi oleh pangelaman masa lalu. Kebutuhan, keinginan, sistem nilai, keyakinan. Keadaan fisik dan emosi pada saat itu, dan sebagainya yang ada pada diri kita. Walaupun kita semua menerima sebuah pesan, cara masing-masing orang menafsirkan-mengevaluasinya tidaklah sama.

2.1.1.7 Konsep Per sepsi dalam Komunikasi Pemasar an

Menurut Amir (2005: 61-62), sangat banyak konsep yang terkait dengan persepsi yang dapat kita terapkan dalam pemasaran, terutama untuk pasar konsumen, seperti:

1. Sellective Attention

Artinya, kita hanya memberikan perhatian pada hal-hal yang menarik perhatian.

2. Selective Distortion

(28)

3. Selective Retention

Konsep ini berhubungan dengan memori. Kita mengingat dalam waktu yang lama jika sesuatu melekat di dalam memori jangka panjang (long term memory). Sebelumnya, ia berada di memori jangka pendek kita (short term memory). Paparan yang bisa melompat dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang adalah hal-hal yang menarik saja.

2.1.2 Komunikasi Pemasar an

Komunikasi pemasaran adalah sarana yang digunakan perusahaan dalam upaya menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen secara langsung atau tidak langsung tentang produk dan merek yang mereka jual. Dalam pengertian tertentu, komunikasi pemasaran menggambarkan “suara” merek dan merupakan sarana yang dapat digunakannya untuk membangun dialog dan membangun hubungan dengan konsumen (Kotler dan Keller, 2006: 204).

Komunikasi merupakan sebuah rangkaian proses yang terdiri atas pengirim, pengkodean (encoding), media, pesan/berita, penerjemah kode (decoding), penerima, gangguan, tanggapan, dan umpan balik.

(29)

Setelah itu, pesan atau informasi tersebut akan disalurkan melalui berbagai saluran. Memanfaatkan prinsip komunikasi organisasi dan pemasaran, maka informasi dapat dijadikan suatu alat yang efektif untuk mempengaruhi konsumen terhadap aktivitas perusahaan. Menurut Sumarwan (2004: 68), pengolahan informasi pada diri konsumen terjadi ketika salah satu panca indera konsumen menerima input dalam bentuk stimulus. Stimulus bisa berbentuk produk, nama merek, kemasan, iklan, nama produsen. Berbagai unsur informasi yang distimulir sedemikian rupa sudah terbukti bisa mengubah pandangan konsumen terhadap produk dari suatu perusahaan.

2.1.2.1 Product Positioning

Penentuan posisi (positioning) sebuah produk adalah bagaimana sebuah produk dapat dirumuskan secara berbeda oleh konsumen atas atribut-atribut yang dianggap penting, relatif dengan produk pesaing. Dikutip dari Kotler (2002), positioning adalah cara kita membuat dan menggiring anggapan konsumen

kepada anggapan yang kita harapkan (Amir, 2005: 125-126).

Amir (2005: 131) mengungkapkan empat syarat positioning yang baik, diantaranya:

1. Menguntungkan kita

Positioning yang dijalankan haruslah pada akhirnya menguntungkan

(30)

2. Penting bagi konsumen

Ketika perbedaan yang ditonjolkan dianggap penting oleh konsumen, dengan sendirinya ia akan membeli produk kita.

3. Dapat dikomunikasikan

Perbedaan yang ingin ditonjolkan harus dapat dikomunikasikan. Kekhasan yang istimewa tidak ada artinya ketika ia sulit dikomunikasikan. Hendaknya berbagai alat dan saluran komunikasi dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan perbedaan pada konsumen. Mulai dengan beriklan, promosi penjualan, sampai dengan desain, kemasan produk, logo, karakter huruf, jinggle iklan.

4. Tidak mudah untuk ditiru

Sedapat mungkin, positioning harus sulit ditiru pesaing.

2.1.3 Konsumen

Istilah konsumen berasal dari alih bahasa dari kata consumer (Inggris-Amerika), atau consument/konsument (Belanda). Pengertian consumer atau consument itu tergantung dalam posisi mana ia berada. Secara harfiah arti kata

consumer adalah (lawan dari produsen) setiap orang yang menggunakan barang.

(31)

Menurut UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dalam Pasal 1 ayat (2), konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

Az. Nasution dalam Kristiyanti (2008: 25) menegaskan beberapa batasan tentang konsumen, yakni:

a. Konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang atau jasa digunakan untuk tujuan tertentu;

b. Konsumen antara adalah setiap orang yang mendapatkan barang dan/atau jasa untuk digunakan dengan tujuan membuat barang/jasa lain atau untuk diperdagangkan (tujuan komersial);

c. Konsumen akhir adalah setiap orang alami yang mendapat dan menggunakan barang dan/atau jasa untuk tujuan memenuhi kebutuhan hidupnya pribadi, keluarga dan/atau rumah tangga dan tidak untuk diperdagangkan kembali (nonkomersial).

Dalam penelitian ini konsumen yang akan dijadikan informan adalah konsumen secara umum, baik konsumen antara maupun konsumen akhir, yang membeli produk dengan kemasan berlogo Superbrands.

2.1.4 Kemasan

(32)

tersedia. Kemasan mencapai tujuan ini dengan bekerja tanpa interupsi guna menyatakan seperti apa merek tersebut, bagaimana cara menggunakannya, serta apa manfaatnya bagi keuntungan pengguna. Pendek kata, berbagai kemasan menampilkan peningkatan peran ekuitas-merek utama dengan menciptakan atau membentengi kesadaran merek, serta bersama-sama dengan perangkat komunikasi pemasaran lainnya membangun citra-citra merek.

Sehingga menurut anggapan bahwasannya “kemasan adalah iklan lima detik” maksudnya pembeli dalam menyeleksi barang yang dibelinya dengan cara melihat kemasan produk tersebut selama 10-12 detik untuk kemudian menempatkan produk belanjaannya tersebut ke dalam keranjang belanja.

Kemasan berguna untuk:

1. Menggambarkan sebuah merek

2. Memisahkan merek dari kumpulan produk yang kompetitif pada poin pembelian.

3. Menyesuaikan harga atau mengartikan berbagai fitur dan keuntungan merek.

4. Memotivasi pilihan merek konsumen (Shimp, 2003: 307)

2.1.5 Super br a nds

(33)

pesaingnya (About Superbrands International, superbrands.com/id, diakses pada 22 September 2011 pukul 12:54).

Superbrands di Indonesia telah memberikan penghargaan sejak 2004 kepada lebih dari 300 barang konsumsi dan merek jasa terkenal. Di Indonesia, Superbrands diwakili oleh PT. Phoenix Communications. Sejak Agustus 2009, Superbrands bermitra dengan The Nielsen Company melakukan serangkaian penelitian independen di enam kota besar di Indonesia untuk mengumpulkan merek-merek top-of-mind dalam berbagai kategori produk dan jasa. Berdasarkan hasil survei, sebanyak 200 merek dinominasikan dan selanjutnya dipilih menjadi 55 merek lokal yang benar-benar mencermikan Indonesia’s Choice atau pilihan Indonesia (Global Recognition for Local Brands, superbrands.com/id, diakses pada 29 September 2011 pukul 12:55).

Nominasi Superbrands Indonesia 2010-2011 didasarkan pada riset konsumen Nielsen terhadap merek Indonesia paling favorit dari total 75 kategori barang dan jasa di enam kota di Indonesia. Dari hasil survei, brand council (dewan merek) mengevaluasi dan memilih sejumlah merek yang layak dan sesuai dengan kriteria seleksi yang ditetapkan oleh Superbrands Internasional Ltd. di London, yaitu:

1. Dominasi pasar: Apakah merek memegang saham yang signifikan dari pasar barang dan/atau jasa?

(34)

3. Niat baik: Apakah merek umumnya dirasakan baik oleh konsumen dan itu diterima tanpa pertanyaan atau pemesanan?

4. Kesetiaan konsumen: Apakah konsumen memilih merek berulang kali dan secara otomatis atas merek pesaing?

5. Penerimaan pasar secara keseluruhan: Apakah merek bagian dari kehidupan sehari-hari untuk segmen pasar yang relevan, dan secara otomatis pada daftar pilihan konsumen untuk produk atau jasa?

(About Superbrands International, superbrands.com/id, diakses pada 22 September 2011 pukul 13:50)

Superbrands memberikan keunggulan antar competitor serta menunjukkan dominasi pasar dimata konsumen. Superbrands bekerjasama dengan berbagai perusahaan di mana saja termasuk brand unggulan di Indonesia. Sehingga penting bagi perusahaan atau brand tersebut untuk mengkomunikasikannya kepada pelanggan (Malam Anugerah Superbrands 2010, Radar.co.id, 04 Agustus 2010, diakses pada 22 September 2011 pukul 13:03).

(35)

2.1.6 Model Komunikasi S – R

Model stimulus – respons (S – R) adalah model komunikasi paling dasar. Model ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi, khususnya yang beraliran behavioristik. Model tersebut menggambarkan hubungan stimulus – respons.

Model S – R mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan – tulisan), isyarat-isyarat nonverbal, gambar-gambar, dan tindakan-tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respons dengan cara tertentu. Oleh karena itu, proses ini dapat dianggap sebagai pertukaran atau pemindahan informasi atau gagasan. Proses ini dapat bersifat timbal-balik dan mempunyai banyak efek. Setiap efek dapat mengubah tindakan komunikasi (communication act) berikutnya.

[image:35.612.186.450.414.446.2]

Stimulus Respons

Gambar 2.1. Model S – R

Pengaplikasian model S – R dalam penelitian ini adalah logo Superbrands pada kemasan produk yang merupakan stimulus akan merangsang konsumen untuk melakukan persepsi yang merupakan respon.

2.2 Ker angka Ber fikir

(36)

Persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna dari suatu individu terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak.

(37)

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan deskriptif, yakni penelitian yang memberikan gambaran atas uraian suatu keadaan sejernih mungkin, tanpa adanya perlakuan terhadap objek yang diteliti (Kountur, 2007:53). Metode ini merupakan suatu metode yang berupaya memberikan gambaran tentang suatu fenomena tertentu secara terperinci, sehingga akhirnya diperoleh pemahaman yang lebih jelas tentang fenomena yang sedang diteliti.

Pendekatan yang peneliti gunakan adalah pendekatan kualitatif yang betujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Penelitian ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling, bahkan populasi atau samplingnya sangat terbatas. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Disini yang lebih ditekankan adalah proses kedalaman (kualitas) data, bukannya banyaknya data (kuantitas) data (Kriyantono, 2008: 56).

(38)

menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Moleong, 2002: 33).

Menurut Rakhmat (2004: 24), penelitian deskriptif kualitatif ditujukan untuk beberapa hal, diantaranya adalah:

1. Mengidentifikasi masalah atau memerikasa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku.

2. Membuat perbandingan atau evaluasi.

3. Mengumpulkan informasi aktual scara rinci yang melukiskan gejala yang ada.

4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah ayang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang. Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan sebuah penelitian deskriptif kualitatif untuk menggambarkan persepsi konsumen produk Superbrand terhadap kemasan produk berlogo Superbrands.

3.2 Unit Analisis

3.2.1 Logo Super br ands pada Kemasan Pr oduk

(39)

mendapatkan pengakuan dan memiliki nilai lebih dibandingkan produk sejenis yang tidak mencantumkan logo penghargaan pada kemasannya.

Saat ini, sering dijumpai logo penghargaan yang ditampilkan pada kemasan produk. Penghargaan yang dimaksud diantaranya Superbrands, Top Brand, ICSA (Indonesian Customer Saticfaction Award), IMAC (Indonesia’s Most

Admired Companies), dan penghargaan serupa lainnya.

Diantara penghargaan yang saat ini ada di Indonesia, Superbrands merupakan salah satu penghargaan dengan hasil riset yang terpercaya dan merupakan yang terbesar di dunia.

Logo Superbrands pada kemasan produk tersebut akan menimbulkan berbagai macam persepsi dari konsumen. Konsumen bebas mempersepsi menurut pandangan masing-masing setelah membeli produk Superbrands.

3.2.2 Konsumen

(40)

3.2.3 Per sepsi

Persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek peristiwa , hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. Proses kognisi dimulai dari persepsi. Definisi lain dari persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan tanggapan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita (Mulyana, 2001: 167). Dalam Sobur (2003: 447), terdapat tiga komponen dalam proses persepsi, diantaranya:

1. Seleksi adalah proses penyaringan alat indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas, dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana.

(41)

3.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Surabaya mengingat Surabaya merupakan pusat bisnis, perdagangan, dan industri dengan jumlah penduduk metropolisnya yang mencapai 3 juta jiwa (Kota Surabaya, wikipedia.id/kota_surabaya, diakses pada 30 September 2011). Selain itu, Surabaya merupakan salah satu kota besar yang menjadi lokasi penelitian Superbrands selain Jakarta, Bandung, Semarang, Medan, dan Makassar.

3.4 Subyek dan Infor man Penelitian

Dalam penelitian ini, informan yang akan diteliti dipilih berdasarkan beberapa kriteria, yaitu:

• Konsumen produk dengan logo Superbrands pada kemasannya. • Bertempat tinggal di Surabaya.

(42)

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: 1. Wawanacara Mendalam (Depth Interview)

Merupakan percakapan antara periset dengan seseorang yang berharap mendapatkan informasi. Dan informan adalah seseorang yang diasumsikan mempunyai informasi penting tentang suatu objek (Berger dalam Kriyantono, 2007: 96). Wawancara yang dilakukan oleh penulis adalah indepth interview atau wawancara mendalam, yaitu mendapatkan informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan, dengan maksud mendapatkan gambaran lengkap tentang topik yang diteliti (Bungin, 2001: 110).

Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara mendalam adalah suatu cara mendapatkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data yang lengkap dan mendalam (Kriyantono, 2007: 100).

2. Observasi (Observation)

(43)

secara langsung suatu objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan objek tersebut (Kriyantono, 2007: 108).

3. Studi Literatur

Merupakan teknik pengumpulan data dengan mencari data penunjang dengan mengolah buku-buku dan sumber bacaan lainnya yang berkaitan dengan masalah penelitian.

3.6 Teknik Analisis Data

Patton mengungkapkan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Bogdan dan Taylor mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis itu. (Moleong, 2001:103)

Terdapat langkah-langkah dalam menganalisis data (Moleong, 2001:105):

1. Data yang terkumpul dikategorikan dan dipilah-pilah menurut jenis datanya.

2. Melakukan seleksi terhadap data yang dianggap data inti yang berkaitan langsung dengan permasalahan dan yang hanya merupakan data pendukung.

(44)
(45)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambar an Umum Objek Penelitian 4.1.1 Gambar an Umum Surabaya

Kota Surabaya adalah ibu kota propinsi Jawa Timur yang merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Dengan jumlah penduduk metropolisnya yang melebihi 3 juta orang, Surabaya merupakan pusat perniagaan, perdagangan, industri serta pendidikan di kawasan timur pulau Jawa dan sekitarnya.

Sebagai kota metropolitan, Surabaya merupakan pusat kegiatan ekonomi di Jawa Timur dan sekitarnya. Sebagian penduduknya berkegiatan di sektor-sektor perdagangan dan perindustrian. Banyak perusahaan besar berpusat di Surabaya.

Secara geografis, Surabaya terletak pada 07’ 12’ – 07’ 21’ lintang selatan dan 112’ 36’ – 112’ 54’ bujur timur. Dengan letaknya di daerah tropis yang strategis tersebut, Surabaya dapat dengan mudah dijangkau melalui jalur darat, udara, dan laut. Daerah Surabaya di sebelah utara dan timur berbatasan dengan laut dan selat Madura yang merupakan daerah pantai atau pesisir, serta di sebelah selatan dan Barat berbatasan dengan Sidoarjo dan Gresik.

(46)

a. Surabaya Barat ; dengan luas wilayah 118,01 km yang terdiri dari 5 kecamatan dan 2 kecamatan pecahan yang masih tergabung dengan induknya.

b. Surabaya Timur ; dengan luas wilayah 91,78 km yang terdiri dari 7 kecamatan.

c. Surabaya Utara ; dengan luas wilayah 38,32 km yang terdiri dari 4 kecamatan dan 1 kecamatan pecahan yang masih tergabung dengan induknya.

d. Surabaya Selatan ; dengan luas wilayah 64,07 km yang terdiri dari 8 kecamatan.

e. Surabaya Pusat ; dengan luas wilayah 14,78 km yang terdiri dari 4 kecamatan.

(47)

4.1.2 Gambar an Umum Logo Super brands

Logo Superbrands merupakan pengakuan internasional keunggulan merek. Merek dengan status Superbrand berhak untuk menggunakan logo atau segel penghargaan Superbrands pada kemasan mereka dan dalam iklan mereka untuk menunjukkan pelanggan bahwa mereka telah mencapai pengakuan ini untuk keunggulan merek mereka (About Superbrands International, superbrands.com/id, diakses pada 22 September 2011 pukul 12:57).

Saat ini logo Superbrands dapat ditemukan di berbagai kemasan produk, seperti Emco, Gajah Duduk, Daia, Tong Tji, Sun Co,dan Top 1.

4.1.3 Identitas Infor man

Informan yang dipilih dalam penelitian ini dipilih berdasarkan beberapa kriteria, yaitu:

• Konsumen produk dengan logo Superbrands pada kemasannya. • Bertempat tinggal di Surabaya.

• Berusia 17 tahun hingga 50 tahun.

(48)

Berikut ini adalah profil para informan:

No Nama Umur Alamat Agama Pekerjaan

1 Sari

Widjiastuti

28

tahun Jagir Wonokromo Islam Staf Primagama 2 Aprilia

Indriastuti

51

tahun Simo Sidomulyo Islam Ibu rumah tangga

3 Rizki

Octadiansah

24

tahun Dukuh Menanggal Islam Mahasiswa 4 Pujiastutik 38

tahun Ketintang Islam Dosen

5 Akhmad

Gufron

56

[image:48.612.127.519.132.301.2]

tahun Bendul Merisi Islam Karyawan Swasta Tabel 4.1. Identitas Informan

(49)

4.2 Penyajian Data

Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 3 bulan di Surabaya. Dalam proses tersebut, peneliti melakukan observasi, pengumpulan data, serta wawancara mendalam. Sebagaimana yang peneliti jelaskan sebelumnya, bahwa subjek penelitian yang dijadikan informan tidak dapat dibatasi atau ditentukan karena analisis yang digunakan adalah kualitatif. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha menggambarkan bagaimana persepsi konsumen terhadap logo Superbrands pada kemasan produk terkait dengan usaha produsen mengembangkan citra positif melalui kemasan.

Wawancara mendalam dilakukan terhadap beberapa konsumen produk dengan logo Superbrands pada kemasannya yang telah ditentukan sebagai informan oleh peneliti dengan latar belakang yang berbeda-beda.

Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya dari para informan, sedangkan observasi dilakukan untuk mengamati perilaku dan juga perkembangan situasi yang diteliti.

(50)

4.2.1 Hasil Penelitian

4.2.1.1 Desk r ipsi Per sepsi Konsumen ter hadap Citr a Pr oduk Melalui Kemasan Secar a Umum

Pada bagian ini peneliti akan memaparkan hasil wawancara peneliti dengan beberapa informan terkait dengan pertanyaan umum mengenai citra produk melalui kemasan. Diantaranya perhatian konsumen terhadap kemasan ketika memilih suatu produk, perhatian konsumen terhadap logo-logo penghargaan pada kemasan produk, dan persepsi konsumen terhadap maraknya produsen yang memasang logo penghargaan yang dimenangkannya pada kemasan produk. Umumnya konsumen tidak terlalu memperhatikan kemasan, namun mereka mengetahui logo penghargaan yang banyak dipasang di kemasan produk. Berikut adalah kutipan hasil wawancara:

1. Per hatian Konsumen ter hadap Kemasan

(51)

INFORMAN 1

(18 Nopember 2011, puk ul 16.00 s/d 16.30)

“Kadang sih. Kalo ada kemasan yang warnanya eye-catching gitu aku suka tertarik trus jadinya pingin tau tentang barang itu.”

“Kalo menarik dan aku lagi butuh ya aku beli. Kalo engga sih ya ngapain dibeli?”

Dari kutipan wawancara di atas, dapat diketahui bahwa ketika berbelanja, terkadang informan 1 memperhatikan kemasan suatu produk, terutama apabila kemasan tersebut berwarna mencolok. Meski begitu, informan 1 tidak serta merta membeli produk tersebut. Ia tetap mengutamakan untuk membeli produk yang ia butuhkan. Dari sini dapat diketahui bahwa faktor kebutuhan menjadi prioritas utama informan 1 dalam membeli suatu produk.

INFORMAN 2

(19 Nopember 2011, puk ul 10.00 s/d 10.30)

“Saya ya cuma ngeliat aja tapi ga sampe memperhatikan secara detil.” “Pernah Mbak. Beli bedak waktu itu. Awalnya cuma pingin nyoba aja. Trus waktu saya pake ternyata cocok, ya uda saya terusin”

(52)

diawali rasa ingin mencoba-coba dari informan 2. Ketika ia menggunakan produk tersebut dan merasa cocok, maka ia meneruskan penggunaannya.

INFORMAN 3

(20 Nopember 2011, puk ul 17.00 s/d 17.45)

“Aku ga terlalu memperhatikan Mbak. Palingan cuma liat sekilas aja.” “Bisa aja sih Mbak. Kadang kan orang penasaran sama produk kalo kemasannya menarik.”

“Kalo aku sendiri belum pernah, Mbak. Tapi kalo temen-temenku sering itu coba-coba barang karena tertarik sama kemasannya.”

Dari kutipan wawancara di atas, dapat diketahui bahwa informan 3 tidak memperhatikan kemasan ketika akan membeli barang. Ketika peneliti menanyakan apakah mungkin kemasan bisa menarik konsumen untuk memilih suatu produk tertentu, menurut informan 3 hal itu mungkin saja karena terkadang konsumen menjadi penasaran terhadap suatu produk karena bentuk kemasannya unik. Meski begitu, informan 3 merupakan konsumen yang tidak suka mencoba-coba, ini terlihat dari pernyataannya yang mengatakan tidak pernah membeli barang karena tertarik dengan kemasannya.

INFORMAN 4

(13 Desember 2011, pukul 19.00 s/d 19.45)

“Hmm.. Kadang sih, Dek. Kalo ada sesuatu yang beda di kemasan salah satu produk saya pasti memperhatikan kemasannya”

(53)

Dari kutipan wawancara yang dipaparkan, dapat diketahui bahwa ketika berbelanja, terkadang informan 4 memperhatikan kemasan suatu produk apabila terdapat objek yang menarik pada kemasan tersebut. Namun informan 4 belum pernah membeli produk karena tertarik dengan kemasannya. Hal ini karena informan 4 selalu membeli produk berdasarkan kebutuhan. Dari sini dapat diketahui bahwa seperti informan 1, informan 4 menjadikan faktor kebutuhan sebagai alasan utama dalam membeli suatu produk.

INFORMAN 5

(14 Desember 2011, pukul 19.00 s/d 19.45) “Aku sih ga terlalu memperhatikan, Mbak.”

“Ga pernah Mbak. Mungkin ya karena ga suka memperhatikan juga ya. Kalaupun memperhatikan, saya fokus ke produk yang ingin saya beli saja. Kalo produk lainnya saya ga terlalu memperhatikan.”

Kutipan wawancara di atas menunjukkan bahwa informan 3 tidak terlalu memperhatikan kemasan ketika memilih produk. Ketika peneliti menanyakan apakah informan 5 pernah membeli produk karena tertarik dengan kemasannya, ia menyatakan tidak pernah. Hal tersebut karena ia tidak suka memperhatikan kemasan produk selain produk yang akan ia beli.

2. Per hatian Konsumen ter hadap Logo-logo Penghar gaan pada Kemasan Pr oduk

(54)

penghargaan tersebut. Berikut adalah kutipan wawancara peneliti dengan para informan:

INFORMAN 1

(18 Nopember 2011, puk ul 16.00 s/d 16.30) “Yang aku tau sih Superbrands sama Top Brand.”

“Ga juga dek tapi memang keliatan. Jadi walaupun ga diperhatikan ya tau”

Dari hasil wawancara peneliti dengan informan dapat diketahui bahwa informan cukup memperhatikan logo penghargaan yang sering dipasang di kemasan produk. Informan mengatakan bahwa ia sering melihat logo Superbrands dan Top Brand. Ini menunjukkan tingkat atensi informan cukup tinggi terhadap logo penghargaan.

INFORMAN 2

(19 Nopember 2011, puk ul 10.00 s/d 10.30)

“Iya, saya tau. Sering ada di bungkus-bungkus sama di iklan-iklan di TV.”

(55)

INFORMAN 3

(20 Nopember 2011, puk ul 17.00 s/d 17.45)

“Logo kaya Superbrands itu ya Mbak? Kadang suka tau di beberapa kemasan produk, sih Mbak. Biasanya ada di pojok-pojok itu, kan?” Ketika peneliti menanyakan apakah informan sering memperhatikan logo-logo penghargaan, informan mengakatakan sering melihat logo tersebut di kemasan beberapa produk. Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bawa stimulus pemasaran yang diberikan produsen berupa logo penghargaan cukup menarik bagi informan.

INFORMAN 4

(13 Desember 2011, pukul 19.00 s/d 19.45) “Logo penghargaan kaya gimana maksudnya Dek?” “Oh iya, saya tau itu Dek.”

“Di kemasan, di iklan, di billboard juga ada.”

Seperti informan 1, informan 4 juga cukup memperhatikan logo penghargaan yang sering dipasang di kemasan produk. Informan 4 mengatakan sering melihat logo Superbrands dan Top Brand di kemasan produk, iklan, dan Billboard. Dari sini dapat diketahui bahwa logo-logo penghargaan cukup menarik

bagi informan 4.

INFORMAN 5

(14 Desember 2011, pukul 19.00 s/d 19.45)

(56)

Kutipan wawancara di atas menunjukkan bahwa meski informan 4 tidak terlalu memperhatikan kemasan produk, terutama yang tidak masuk dalam daftar belanjanya, ia masi sering melihat logo-logo penghargaan. Ia tak hanya melihat logo-logo tersebut di kemasan, namun juga di billboard.

3. Per sepsi Konsumen ter hadap Mar aknya Pr odusen yang Memasang Logo Penghar gaan di Kemasan Pr oduk.

Pada bagian ini akan dipaparkan hasil wawancara peneliti dengan para informan berkaitan dengan persepsi konsumen terhadap fenomena maraknya produsen yang memasang logo penghargaan di kemasan produk. Pada umumnya konsumen berpendapat bahwa logo penghargaan merupakan strategi dagang produsen agar produknya dinilai konsumen memiliki nilai lebih dibandingkan produk serupa lainnya. Berikut adalah kutipan wawancara dengan para informan:

INFORMAN 1

(18 Nopember 2011, puk ul 16.00 s/d 16.30)

“Menurutku sih, mereka masang logo penghargaan itu ya buat naikin citra mereka di mata konsumen. Biar konsumen berfikir kalo produk mereka itu lebih baik dari produk lainnya. Namanya juga saingan dagang ya, Dek.”

“Kan prestise juga kalo ada logo penghargaan di kemasannya gitu Dek.”

(57)

menunjukkan citra positif di mata konsumen. Dengan begitu, konsumen berfikir bahwa produk dengan logo penghargaan di kemasannya adalah produk yang lebih baik dari produk lainnya. Selain itu, menurut informan 1, mendapatkan penghargaan adalah merupakan kebanggaan tersendiri bagi sutu produk.

INFORMAN 2

(19 Nopember 2011, puk ul 10.00 s/d 10.30)

“Hmm.. Itu kan logo penghargaan, jadi menurut saya ya dipasang biar produk itu berkesan bagus di pembeli.”

Dari hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa menurut persepsi informan 2, logo penghargaan dipasang oleh produsen di kemasan dengan agar kesan konsumen terhadap produk itu positif. Jadi, logo itu dipasang agar konsumen mengetahui bahwa produk tersebut merupakan produk yang berkualitas baik.

INFORMAN 3

(20 Nopember 2011, puk ul 17.00 s/d 17.45)

“Menurutku sih sah-sah aja Mbak. Mungkin itu untuk menonjolkan diri dari pesaingnya. Soalnya kan pasti ada nilai plus di produk yang ada logo penghargaan di kemasannya.”

(58)

penghargaan di kemasannya pasti memiliki nilai lebih dibandingkan produk tanpa logo penghargaan di kemasannya.

INFORMAN 4

(13 Desember 2011, pukul 19.00 s/d 19.45)

“Kalo menurut saya, logo itu ada buat memberi kesan positif ke konsumen. Jadi konsumen yang tadinya tidak tetarik dengan produk itu jadi tertarik trus lebih-lebih membelinya. Trus buat yang uda pake produk itu jadi tambah yakin kalo produk itu bagus soalnya ada embel-embel logo penghargaan di kemasannya”

Informan 4 berpendapat bahwa keberadaan logo-logo penghargaan di kemasan produk adalah karena produsen ingin menimbulkan citra positif di mata konsumen. Selain itu, logo penghargaan yang ada di kemasan produk diharapkan dapat menarik dan mempertahankan konsumen karena logo penghargaan yang ada di kemasan bisa memberi nilai lebih terhadap suatu produk.

INFORMAN 5

(14 Desember 2011, pukul 19.00 s/d 19.45)

“Menurut saya, itu siasat produsen untuk menaikkan penjualan produk mereka, Mbak. Intinya ningkatin citra lah Mbak”

(59)

disimpulkan bahwa menurut mereka, logo penghargaan dicantumkan produsen pada kemasan produk untuk menimbulkan citra positif produk di mata konsumen.

4.2.1.2 Desk r ipsi Per sepsi Konsumen ter hadap Logo Super br ands pada Kemasan Pr oduk.

Setelah menguraikan pendapat konsumen yang diwakili oleh para informan tentang persepsi mengenai citra produk melalui kemasan secara umum, pada bagian berikut peneliti menanyakan beberapa pertanyaan yang secara khusus berkaitan dengan logo Superbrands pada kemasan produk. Berikut adalah kutipan wawancara peneliti dengan para informan:

1. Pr oduk dengan Logo Super brands pada Kemasan yang Digunakan Konsumen.

Untuk dapat mengetahui bagaimana persepsi konsumen terhadap logo Superbrands pada kemasan produk, sebelumnya peneliti menanyakan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan produk yang digunakan konsumen. Produk yang dimaksud adalah produk dengan logo Superbrands di kemasannya. Berikut adalah kutipan wawancara peneliti dengan para informan:

INFORMAN 1

(18 Nopember 2011, puk ul 16.00 s/d 16.30) “Oh iya pake Dek. Aku pake teh Tong Tji, Dek.”

(60)

“Soalnya wangi Dek. Trus wanginya itu seger, beda sama teh yang lain. Enak lah pokoknya.”

Dari kutipan wawancara di atas, dapat diketahui bahwa informan 1 merupakan konsumen teh Tong Tji. Informan telah menggunakan teh Tong Tji sejak 3 tahun yang lalu. Ketika ditanyai apa informan 1 pernah merasa kesulitan dalam mendapatkan teh Tong Tji selama ini, ia mengaku tidak pernah. Informan 1 menjelaskan alasan ia memilih teh Tong Tji, yaitu karena teh Tong Tji wangi dan enak.

INFORMAN 2

(19 Nopember 2011, puk ul 10.00 s/d 10.30)

“Dari dulu saya mesti pake Daia, ga pernah ganti sabun yang lain.” “Ga pernah, Dek. Kalo saya belanja di pasar gitu selalu ada kok”

“Daia itu lumayan terjangkau Mbak. Trus bersih dan wangi. Apalagi ada hadiah piring. Kan lumayan itu.”

(61)

INFORMAN 3

(20 Nopember 2011, puk ul 17.00 s/d 17.45) “Pake Mbak. Top 1 itu di kalengnya ada logo Superbrands.” “Dari awal aku punya motor, Mbak. Jadi uda sekitar 5 tahunan.” “Ga pernah mbak. Kayaknya Top 1 ada di semua bengkel.”

“Top 1 itu kalo aku bilang uda jaminan mutu, Mbak. Tarikannya lebih ringan dari oli lain, trus ga gampang panas juga di mesin.”

Seperti informan-informan sebelumnya, informan 3 juga merupakan konsumen dari produk dengan logo Superbrands di kemasannya. Informan 3 adalah pengguna oli Top 1. Dia menggunakan Top 1 sejak 5 tahun yang lalu. Informan 3 juga tidak pernah merasa kesulitan dalam mendapatkan oli Top 1. Ketika ditanya mengapa informan setia menggunakan Top 1, dia mengatakan bahwa Top 1 adalah oli dengan mutu yang sudah terjamin. Tarikannya lebih ringan dan tidak mudah panas di mesin.

INFORMAN 4

(13 Desember 2011, pukul 19.00 s/d 19.45) “Saya pake SunCo, Dek.”

“Wah lupa, Dek.. Uda lumayan lama tapi. Mungkin 2 tahunan.” “Ga pernah Dek.. Di minimarket mesti ada kok”

“Uda cocok soalnya, Dek. Minyaknya bening banget.”

(62)

SunCo karena selalu tersedia di minimarket. Alasan yang ia kemukakan kenapa ia memilih SunCo yaitu karena minyak SunCo bening sekali.

INFORMAN 5

(14 Desember 2011, pukul 19.00 s/d 19.45) “Saya pake sarung Gajah Duduk, Mbak.”

“Wah sudah lama sekali, Mbak. Uda lebih dari 5 tahun.”

“Ga pernah Mbak. Gampang nyarinya, kok. Di toko alat sholat selalu ada.”

“Uda kebiasaan, Mbak. Lagipula kainnya alus jadi nyaman dipake” Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa informan 5 merupakan jenis konsumen yang setia. Ia merupakan konsumen sarung Gajah Duduk dan sudah lebih dari 5 tahun menggunakan sarung Gajah Duduk. Ketika ditanya apakah ia pernah merasa kesulitan dalam mendapatkan sarung Gajah Duduk, seperti empat informan sebelumnya, informan 5 mengaku tidak pernah merasa kesulitan. Informan 5 setia menggunakan sarung Gajah Duduk karena sudah merupakan kebiasaan baginya. Selain itu karena kain sarung Gajah Duduk halus, jadi nyaman digunakan.

2. Pendapat Konsumen mengenai Pr oduk dengan Logo Super br ands di Kemasannya Dibandingkan Pr oduk sejenis Tanpa Logo Super br ands di Kemasannya.

(63)

pada bagian ini. Dari sini dapat diketahui bagaimana sudut pandang konsumen apabila diminta untuk membandingkan produk yang dijelaskan di atas. Hal ini juga menunjukkan apakah logo Superbrands berhasil menstimulasi konsumen untuk membeli barang. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan para informan:

INFORMAN 1

(18 Nopember 2011, puk ul 16.00 s/d 16.30) “Tau Dek.”

“ Ngaruh juga. Soalnya dia kan uda menang Superbrands jadi paling engga ada pengakuan kalo itu produk bagus. Jadi aku ga terlalu ragu waktu mau pake Tong Tji.”

“Kalo menurutku sih iya Dek. Uda terbukti di teh Tong Tji ini juga sih.”

Pada bagian ini peneliti menanyakan apakah pada saat awal memilih Tong Tji, informan mengetahui bahwa di kemasan Tong Tji terdapat logo Superbrands dan informan menjawab tahu.

(64)

kemasannya. Hal tersebut telah dibuktikan dengan produk yang ia gunakan saat ini, yaitu teh Tong Tji.

INFORMAN 2

(19 Nopember 2011, puk ul 10.00 s/d 10.30) “Iya tau Mbak. Di kanan bawah kalo ga salah.”

“Engga juga sih Mbak. Saya pake Daia itu karena Daia memang bagus dan murah. Kalo masalah logo itu ga terlalu berpengaruh sama saya.” “Hmm.. Gimana ya? Kalo menurut saya sih belum tentu. Tapi memang produk kalo udah menang penghargaan pasti punya nilai lebih”

Pada wawancara di atas, peneliti menanyakan apakah informan mengetahui bahwa Daia merupakan produk yang memenangkan penghargaan Superbrands dan memiliki logo Superbrands di kemasannya, dan informan menjawab ia mengetahuinya.

(65)

INFORMAN 3

(20 Nopember 2011, puk ul 17.00 s/d 17.45)

“Ga terlalu berpengaruh, Mbak. Tapi aku jadi tambah yakin aja kalo Top 1 itu produk bagus. Soalnya menang penghargaan.”

“Bisa jadi gitu Mbak. Buktinya aja Top 1 ini. Produknya emang beneran bagus.”

Seperti informan 1 dan 2, informan 3 juga mengetahui bahwa di kemasan produk yang ia gunakan terdapat logo Superbrands. Meski begitu, hal tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap keputusan pembelian Top 1 oleh informan 3. Informan hanya menjadi semakin yakin bahwa produk yang ia gunakan adalah produk dengan kualitas yang bagus karena adanya logo Superbrands di kemasan Top 1. Lebih lanjut, informan setuju dengan adanya anggapan bahwa produk dengan kemasan berlogo Superbrands lebih baik daripada produk tanpa logo Superbrands di kemasannya.

INFORMAN 4

(13 Desember 2011, pukul 19.00 s/d 19.45) “Kayaknya waktu awal saya pake belom ada, Dek.”

“Engga Dek. Tapi emang logo kaya gitu ngasi nilai lebih di mata konsumen, termasuk saya.”

(66)

Pada wawancara di atas dapat diketahui bahwa menurut pengakuan informan 4, di awal penggunaan, kemasan SunCo belum terdapat logo Superbrands. Jadi keputusan ia dalam memilih SunCo tidak dipengaruhi logo Superbrands yang ada di kemasan SunCo.

Ketika peneliti menanyakan apakah produk dengan logo Superbrands di kemasannya memiliki mutu lebih baik dari produk tanpa logo Superbrands di kemasannya, informan 5 setuju. Menurutnya, apabila produk telah memenangkan suatu penghargaan tertentu, ia pasti memiliki nilai lebih karena adanya kriteria-kriteria yang dibutuhkan untuk dapat memenangkan penghargaan tersebut.

INFORMAN 5

(14 Desember 2011, pukul 19.00 s/d 19.45)

“Ga tau, Mbak. Cuma akhir-akhir ini saja saya taunya. Kayaknya waktu awal saya beli belom ada logo Superbrands nya, Mbak.”

“Iya Mbak. Kalo saya sih milih barang karena mutunya bukan karena logo penghargaannya, Mbak.”

“Menurut saya bisa jadi kaya gitu, Mbak. Ya paling tidak kan dia uda menang penghargaan dan produk yang lain tidak.”

(67)

adanya anggapan bahwa produk dengan kemasan berlogo Superbrands lebih baik daripada produk tanpa logo Superbrands di kemasannya.

Dari kelima informan, dapat disimpulkan bahwa citra positif produk muncul karena logo Superbrands yang ada pada kemasan produk tersebut. Walaupun demikian, tidak semua konsumen terstimulir untuk membeli produk dengan logo Superbrands di kemasannya.

3. Pengetahuan Konsumen ter hadap Super brands.

Untuk mendukung hasil penelitian ini, peneliti juga menganalisis bagaimana pengetahuan konsumen mengenai Superbrands. Berikut kutipan hasil wawancara peneliti dengan para informan:

INFORMAN 1

(18 Nopember 2011, puk ul 16.00 s/d 16.30)

“Superbrands itu penghargaan buat produk-produk. Trus yang menang penghargaan Superbrands bisa masang logo Superbrands di kemasan, iklan, sama billboard.”

“Karena jadi pilihan masyarakat kayaknya. Kan di logonya ada tulisan Indonesia’s Choice.”

(68)

masyarakat. Jawaban tersebut diperkuat dengan adanya tulisan Indonesia’s Choice (pilihan Indonesia) di logo Superbrands. Jadi, dapat disimpulkan bahwa

meski tak mengetahui secara mendetail, informan 1 cukup mengetahui apa itu Superbrands.

INFORMAN 2

(19 Nopember 2011, puk ul 10.00 s/d 10.30)

“Saya sih ga tau banyak tapi kayaknya Superbrands itu penghargaan, ya Mbak?”

“Mungkin karena dia memang bagus, Mbak. Ga tau juga saya..”

Dari hasil wawancara dengan informan 2 tersebut dapat diketahui bahwa informan 2 tidak banyak mengetahui tentang Superbrands. Sejauh yang ia tahu, Superbrands adalah sebuah penghargaan. Masih menurut informan 2, produk yang berhak memenangkan Superbrands adalah produk yang memang memiliki kualitas yang baik.

INFORMAN 3

Gambar

Gambar 2.1. Model S – R
Tabel 4.1. Identitas Informan

Referensi

Dokumen terkait

Teori S-O-R relevan dalam penelitian ini, dimana Stimulus adalah rangsangan Terpaan Iklan Pictorial Warning Rokok atau rangsangan yang diberikan pada organisme,

Teori S-O-R relevan dalam penelitian ini, dimana Stimulus adalah rangsangan Terpaan Iklan Pictorial Warning Rokok atau rangsangan yang diberikan pada organisme,

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan metode analisis data kualitatif menunjukkan bahwa responden mempunyai persepsi yang lebih baik terhadap rokok produksi Gudang Garam,

Hubungan antar variabel ini jika dikaitkan dengan Teori Stimulus- Organism-Respons (S-O-R) ini dikaitkan dengan penelitian yang dilakukan maka dapat ditentukan S ( Stimulus

Pada proses yang kedua yaitu stimulus alat indra diatur peneliti dapat menyimpulkan dari hasil penelitian yang dilakukan melalui wawancara mendalam kepada kelima

Dalam teori S-O-R maka akan menghasilkan Respon yang menimbulkan efek kognitif, sehingga dari stimulus atau isi pesan dalam hal ini terpaan tayangan iklan pasta gigi Pepsodent

Inti dari teori tersebut untuk menetukan opini yang muncul dari masyarakat Surabaya setelah menerima, memperhatikan, dan mengerti stimulus berupa pesan yaitu berita tentang

Teori yang akan peneliti gunakan dalam penelitian S-O-R yaitu teori Stimulus-Organism-Respon untuk mengetahui bagaimana sikap masyarakat Surabaya terhadap