• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Beberapa Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Produksi Di PG. Djatiroto Lumajang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Beberapa Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Produksi Di PG. Djatiroto Lumajang."

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG BERPENGARUH

TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI

DI PG. DJATIROTO LUMAJANG

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2

Oleh :

LILIK AGUS SETIANI

NPM. 0861020031

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI

DI PG. DJATIROTO LUMAJANG

T E S I S

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

LILIK AGUS SETIANI

NPM. 0861020031

Telah dipertahankan didepan Dosen Penguji

Pada Tanggal : 30 Desember 2009

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Pembimbing Utama

Anggota Penguji Lain

Dr. Muhadjir Anwar, SE., MM

Prof. Dr. Soeparlan P, SE, MM, AK

Pembimbing Pendamping

Prof. Dr. Djohan Mashudi, SE, MS

Drs. Ec. Prasetyo Hadi, MM

Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS

Surabaya, Januari 2010

UPN “Veteran” Jawa Timur

Program Pascasarjana

Direktur,

(3)

Alhamdulillah, segala puja bagi Allah sekalian alam, shalawat dan salam

untuk Nabiullah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para

pengikutnya, berkat Rahmat dan Karunia-Nya peneliti dapat menyesaikan

penulisan tesis dengan judul “Analisis Beberapa Faktor Yang Berpengaruh

Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Produksi Di PG. Djatiroto Lumajang”.

Tujuan penulisan tesis adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan

guna mencapai derajat sarjana S-2 pada Program Studi Magister Manajemen

Pascasarjana UPN “Veteran”Jawa Timur.

Sehubungan dengan itu peneliti menyampaikan penghargaan dan terima

kasih yang tak terhingga Kepada :

1. Rektor UPN ”Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk menempuh pendidikan program Pascasarjana di UPN

“Veteran” Jawa Timur

2. Dr. Muhadjir Anwar, SE., MM, selaku pembimbing utama dan Drs. Ec.

Prasetyohadi, MM selaku pembimbing pendamping yang penuh perhatian

dan kesabaran memberikan bimbingan penulisan tesis ini.

3. Direktur Program Pascasarjana beserta staf yang telah banyak memberikan

dorongan, semangat dan arahan yang peneliti rasakan dalam

menyelesaikan penulisan tesis ini.

4. Direktur Utama PT. Perkebunan Nusantara XI (Persero) di Surabaya yang

memberi ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian demi terlaksananya

penulisan tesis ini.

5. Administratur Pabrik Gula Djatiroto beserta staf yang telah membantu

(4)

dukungan, semangat dan masukan-masukan guna terlaksananya penulisan

ini.

7. Sembah sujud dan ucapan terima kasih kepada ayah ibunda tercinta yang

telah membesarkan dan memberikan doa restu kepada penulis.

8. Secara khusus ucapan terima kasih dan bahagia yang tak terhingga peneliti

sampaikan kepada suami tercinta Panggung Handoko,S,Sos SH, MM dan

ananda tersayang Ajeng Ayu Titah Pujangkara , Diah Arum Titah Pujangkara

atas segala perhatian, pengorbanan, doa serta kasih sayangnya.

9. Semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil hingga

selesainya penulisan tesis.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna,

oleh karena itu penulis sangat mengharapakan adanya kritik dan saran guna

penyempurnaan tesis ini. Akhir kata penulis mengharapkan semoga dapat

memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi semua pihak yang

berkepentingan

Surabaya, Desember 2009

(5)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN MODEL ... 8

2.1. Penelitian Terdahulu ... 8

2.2. Landasan Teori ………... 11

2.2.1. Kompensasi …………...………... 11

2.2.1.1. Pengertian Kompensasi ………... 12

2.2.1.2. Pentingnya Kompensasi ………... 13

2.2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Kompensasi ... 14

2.2.1.4. Pemberian Kompensasi ………... 15

2.2.1.5. Tujuan Kompensasi ….………... 15

2.2.1.6. Keadilan Kompensasi ..………... 20

2.2.1.7. Jenis Kompensasi ……..………... 22

2.2.1.8. Bentuk Kompensasi …..………... 27

(6)

2.2.3.2. Teori-teori Motivasi .………... 37

2.2.3.3. Aspek dan Bentuk Motivasi …... 42

2.2.4. Kinerja …………..….……….…... 43

2.2.4.1. Definisi Kinerja ………... 43

2.2.4.2. Pengukuran Kinerja ………….……... 44

2.2.4.3. Sistem Penilaian Kinerja ………... 44

2.2.4.4. Masalah Penilaian Kinerja …………... 46

2.2.4.5. Strategi dan Proses Penilaian Kinerja ... 48

2.2.4.6. Pengaruh Kompensasi Terhadap Kepuasan Kerja ………... 49

2.2.4.7. Hubungan Kompensasi Terhadap Motivasi dan Kinerja ... 52

2.2.4.8. Hubungan Kepuasan Kerja Terhadap Motivasi dan Kinerja ……….... 54

2.2.4.9. Hubungan Motivasi Terhadap Kinerja .……….... 57

2.3. Kerangka Konseptual ……...58

2.4. Hipotesis ... 61

BAB III. METODA PENELITIAN ………... 62

3.1. Penentuan Lokasi ………..………... 62

3.2. Definisi Operasional Variabel ... 62

3.3. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 65

3.3.1. Populasi ……….………... 65

(7)

3.4.2. Data Skunder ……….……... 66

3.5. Metode Pengumpulan Data …... 66

3.6. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 66

3.6.1. Uji Normalitas dan Linieritas ... 67

3.6.2. Evaluasi Outliers ……….…... 67

3.6.3. Deteksi Multikollienearity dan Singularity ……... 68

3.6.4. Uji Validitas …... 68

3.6.5. Uji Reliabilitas ………... 68

3.6.6. Pengujian Hipotesis ... 69

3.6.7. Pengujian Model Dengan One Step Approach ... 69

3.6.8. Pengujian Model Dengan Two Step Approach ... 69

3.6.9. Evaluasi Model ………... 70

3.6.10. Evaluasi Goodness of Fit ………... 71

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 74

4.1. Deskripsi Karakteristik Responden ………..………...74

4.2. Deskripsi Jawaban Responden ... 76

4.3. Hasil Penelitian ………... 82

4.4. Pembahasan …….………... 91

4.5. Implikasi Manajerial ………... 97

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...100

5.1. Kesimpulan ………..………...100

5.2. Saran ………….………... 100

DAFTAR PUSTAKA

(8)

1. Data Produktivitas, Hari Kerja dan Jumlah Tenaga Kerja Pada

Pabrik Gula Djatiroto Lumajang ... 5

2. Identitas Responden Menurut Umur ... 74

3. Identitas Responden Menurut Masa Kerja ... 75

4. Identitas Responden Menurut Pendidikan ... 75

5. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Kompensasi Finansial ……… 76

6. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Kompensasi Non Finansial ……….. 77

7. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Kepuasan Kerja Karyawan ……… 78

8. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Motivasi Kerja Karyawan ……….. 80

9. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Kinerja Karyawan ……….……….. 81

10. Factor Loadings untuk setiap butir dan construct dengan confirmatory factor analysis... 83

11. Pengujian Reliability Consistency Internal ... 84

12. Perhitungan Construct Reliability dan Variance Extacted ... 86

13. Hasil Uji Normalitas ………... 87

14. Evaluasi Kriteria Goodnes of Fit Indices ... 90

15. Koefisien Jalur (Standardize Regression) antar Variabel ... 90

(9)

1. Bagan Jenis-Jenis Kompensasi ... 26

2. Kerangka Konseptual Penelitian …………... 56

(10)

1. Kuesioner Penelitian ………... 105

2. Tabulasi Jawaban Responden ...………... 107

3. Hasil Pengujian Outlier ...…... 111

4. Hasil Uji Normalitas ………...………... 112

5. Uji Validitas ...…... 113

6. Uji Reliabilitas ...…... 114

7. Uji Construct Reliability & Variance Extracted ……….. 115

8. Regression Weights: (Group number 1 - Default model) ... 116

9. Variances: (Group number 1 - Default model) ... 117

10. Hasil Pengujian Kriteria Goodness of fit …... 118

11. Hasil Pengujian Kausalitas ………..……….. 119

12. Model Pengukuran & Struktural Kompensasi Finansial, Kompensasi Non Finansial. Kepuasan Kerja, Motivasi Kerja, & Kinerja Karyawan Model Specification : One Step Approach – Base Model ………... 120

(11)

Analisis Beberapa Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Produksi Di PG. Djatiroto Lumajang. Lilik Agus Setiyani

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk : 1) Menganalisis besarnya kompensasi yang diterima oleh karyawan berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan; 2) Menganalisis besarnya kompensasi yang diterima oleh karyawan berpengaruh positif terhadap motivasi kerja karyawan; 3) Menganalisis kepuasan kerja karyawan berpengaruh positif terhadap motivasi kerja karyawan dan 4) Menganalisis motivasi kerja karyawan berpengaruh positif pada kinerja karyawan.

Populasi dalam penelitian adalah pegawai bagian produksi di PG. Djatiroto Lumajang yaitu sebanyak 228 Orang. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 100 pegawai. Teknik pengambilan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik sampling

simple random sampling artinya bahwa seluruh pegawai bagian produksi di PG. Djatiroto Lumajang yang merupakan anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi anggota sampel penelitian. Model yang digunakan untuk

menganalisis data dalam penelitian ini adalah Structural Equation Model (SEM).

Pengaruh kompensasi terhadap kepuasan kerja ini konsisten dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja seorang karyawan adalah kebijakan kompensasi yang berlaku di tempat kerjanya. Pengaruh kompensasi terhadap motivasi kerja ini konsisten dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Kompensasi finansial dipandang sebagai suatu variabel penting yang mempengaruhi motivasi kerja pegawai. Pengaruh kepuasan terhadap motivasi kerja ini konsisten dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Kepuasan dipandang sebagai suatu variabel penting yang mempengaruhi motivasi kerja pegawai. Pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja pegawai ini konsisten dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil penelitian ini secara teoritis relevan dengan pendapat Zainun (2004) yang menyatakan bahwa motivasi dalam upaya pengarahan tenaga kerja dalam suatu organsasi sehingga keberhasilan organisasi dalam mewujudkan usaha kinerja pegawai menjadi lebih baik.

(12)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah salah satu sumber daya yang penting bagi organisasi

baik pada perusahaan swasta atau instansi pemerintah yang berkedudukan

sebagai pegawai, yang biasa disebut Sumber Daya Manusia. Pentingnya

kedudukan sumber daya manusia dalam organisasi, sehingga bagian terbesar

dari perhatian, waktu dan tenaga manajer disibukkan dengan masalah-masalah

manusia yang sering bersifat komplek dan sensitif untuk dapat diselesaikan.

Peranan sumberdaya manusia sebagai karyawan dalam suatu organisasi

atau perusahaan sangatlah penting, untuk itu perusahaan perlu memberikan

perhatian terhadap kesejahteraan karyawan, karena dengan terpenuhinya

kesejahteraanya karyawan akan memiliki semangat dan kinerja yang tinggi

dalam bekerja. Salah satu upaya yang dilakukan untuk memenuhi kesejahteraan

karyawan adalah dengan memberikan kompensasi.Hasil yang diharapkan dari

adanya program kompensasi ini dapat berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

menjamin kelangsungan pembangunan Nasional melalui stabilitas

penerimaan devisa Negara, Pemerintah Indonesia berupaya menggalakkan ekspor

komoditi non migas dengan jalan memberikan rangsangan ekspor kepada eksportir

Indonesia. Kebijakan Pemerintah untuk menggalakkan ekspor komoditi non migas

ini ditujukan kepada seluruh organisasi ekonomi Nasional termasuk Badan

Usaha Milik Negara (BUMN), dalam hal ini Pabrik Gula Djatiroto Lumajang termasuk

didalamnya.

Adanya kebijakan pemerintah tersebut seluruh Pabrik Gula Djatiroto

Lumajang khususnya komoditi gula bersama Pabrik Gula dibawah

pengelolaannya mempunyai misi ganda, yaitu: berupaya mencapai

(13)

swasembada gula dalam negeri berikut ekspor gula sebagai komoditi nonmigas

ke pasaran dunia untuk menjamin stabilitas penerimaan devisa Negara.

Benang merah yang tampak dengan jelas dari kerangka acuan diatas

adalah peningkatan pendapatan dan kesejahteraan secara berkesinambungan

melalui pelestarian sumber daya, oleh karena itu, visi atau cita-cita Pabrik Gula

Djatiroto Lumajang adalah : menjadi badan usaha yang berguna bagi peningkatan

kesejahteraan stakeholders secara berkesinambungan .

Tugas utama insan Pabrik Gula Djatiroto Lumajang adalah merubah visi

atau cita-cita menjadi kenyataan, untuk mewujudkah hal tersebut terdapat 2 faktor

pendukung yang sangat penting yaitu : 1) Perilaku yang selaras (compatible), untuk

menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi perusahaan dan 2) Strategi, yang

dirumuskan atas dasar evaluasi masalah-masalah pokok yang dihadapi

perusahaan.

Suatu perusahaan dapat dilihat sebagai sistem organisasi yang terdiri dari

sumber daya manusia, sumber daya alam dan sumber-sumber ekonomi lainnya

untuk mencapai suatu tujuan, setiap perusahaan memerlukan sistem

pengendalian manajemen untuk mengatur aktivitas anggota organisasi melalui

para pimpinan (manajer) dengan penentuan tujuan dan strategi, pelaksanaan

dan pengukuran, serta analisis prestasi dan sistem penghargaan.

Kualitas sumber daya manusia menempati kedudukan yang penting dari

semua sumber daya yang dimiliki oleh suatu perusahaan, karena manusia yang

mengalokasikan dan mengelola semua sumber daya. Swasto (2003)

menjelaskan bahwa sumber daya manusia mempunyai peranan yang sangat

penting dalam manajemen perusahaan baik interaksinya dengan faktor modal,

material, metode dan mesin, hal ini disebabkan peran yang dimiliki sangat

(14)

maka untuk mencapai produktivitas yang tinggi dalam suatu perusahaan

haruslah didukung tersedianya sumber daya manusia yang kompeten dan

berkualitas.

Sumber daya manusia merupakan elemen yang paling strategik dalam

organisasi yang harus diakui dan diterima oleh manajemen. Peningkatan

produktivitas kerja hanya mungkin dilakukan oleh manusia; sebaliknya sumber

daya manusia pula yang dapat menjadi penyebab terjadinya pemborosan dan

in-efisiensi dalam berbagai bentuk, karena itu perhatian kepada unsur manusia

merupakan salah satu tuntutan dalam keseluruhan upaya untuk meningkatkan

produktivitas kerja.

Prestasi kerja dari pimpinan suatu perusahaan masih perlu di berdaya

gunakan secara optimal, oleh karena itu seorang pimpinan perusahaan harus

dapat memperhatikan semangat dan kegairahan kerja karyawan dengan

memberikan suatu motivasi.

Perusahaan memberikan kompensasi atau balas jasa atas kontribusi

yang diberikan oleh sumber daya manusia, besar-kecilnya kontribusi yang

diberikan perusahaan tergantung dari penilaian prestasi kerja dari pimpinan

perusahaan.

Unsur lain yang terkait dengan prestasi kerja adalah motivasi, jika

seseorang bekerja hanya karena terpaksa dan tidak mempunyai motivasi, maka

pekerjaan yang dilakukan tidak akan berhasil dengan baik atau hasilnya tidak

akan maksimal dan memuaskan, akan tetapi bila kita melakukan suatu pekerjaan

didasari dengan rasa senang serta adanya gairah dan dedikasi kerja yang tinggi,

maka tentunya pekerjaan yang kita lakukan pasti akan berhasil dengan

menggembirakan dan memuaskan, jadi motivasi adalah merupakan salah satu

(15)

dan seseorang karyawan perusahaan akan tinggi prestasi kerjanya terhadap

perusahaan bila semua penyebab timbulnya motivasi ada dan dapat terpenuhi.

Sistem pergulaan di Jawa Timur difokuskan pada sistem produksi usaha

tani tebu bersifat efisien dengan berbagai unsur pendukungnya baik sistem

distribusi dengan berbagai pemasarannya. Kebijaksanaan ini muncul karena ada

anggapan bahwa petani dirugikan oleh pabrik dalam hal penyediaan bahan baku

tebu untuk pabrik gula. Permasalahan pokok sebenarnya pada land/man ratio. Di

Indonesia termasuk yang terkecil di dunia, yakni kurang lebih 360 m2/capita,

lahan pertanian tergarap Indonesia terlalu sempit dan tidak memadai untuk

memproduksi kebutuhan pangan bagi bangsa Indonesia yang jumlahnya 220

juta. Di Jawa Timur areal tanaman bahan baku tebu semakin menyempit karena

shiftng ke areal industri dan perumahan, namun di Indonesia luas tanam tebu

mengalami peningkatan dari 196 592 ha pada tahun 1930 menjadi 345 550 ha

pada tahun 2004, artinya penurunan produksi gula terutama disebabkan oleh

penurunan produktivitas.Tahun 2009, produksi gula di Jatim ditargetkan

mencapai 1,5 juta ton. Angka tersebut naik dari realisasi produksi pada tahun

2008 yang sekitar 1,2 juta ton. Bila target tersebut benar-benar tercapai, maka

kontribusi Jawa Timur terhadap total produksi gula nasional akan mencapai 46

persen

Aspek komersiil Pabrik Gula sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara

diharapkan dapat menghasilkan profit dan peningkatan asset yang merupakan salah

satu tolok ukur keberhasilan manajemen, untuk tahun 2009 target produksi yang

ditetapkan oleh PG. Djatiroto sebesar 70.000 ton dalam satu musim giling. Berikut ini

merupakan ringkasan produktivitas, hari kerja dan jumlah tenaga kerja Pabrik Gula

(16)

Tabel 1. Data Produksivitas, hari kerja dan jumlah tenaga kerja pada Pabrik Gula Djatiroto Lumajang s/d bulan Nopember 2009

No Keterangan 2005 2006 2007 2008 2009

1 Produksi

(satuan: ton)

78.604,3 68.380,9 71.718 73.303,6 52.700

2 Hari Kerja (satuan: hari)

235 186 217 202 180

3 Jumlah Karyawan Produksi

(satuan: orang)

225 245 232 228 228

4. Produktivitas 0.18 0.19 0.18 0.19 0.16

Sumber: Data PG Djatiroto Lumajang, diolah, 2009

Berdasarkan tabel 1, terlihat bahwa jumlah produktivitas pada Pabrik Gula

Djatiroto Lumajang mengalami fluktuasi. Hal ini dikarenakan faktor motivasi,

kompensasi dan kepuasan kerja karyawan sehingga produktivitas di pabrik Gula

Djatiroto Lumajang mengalami fluktuasi.

Industri Gula dalam hal ini khususnya Pabrik Gula Djatiroto Lumajang

sebagai unit ekonomi milik negara mempunyai peranan penting untuk

membantu pemerintah dalam mengimplementasikan kebijaksanaan pembangunan

yang telah ditetapkan. Menghadapi kondisi tersebut maka Industri Gula dituntut untuk

mampu mengembangkan dan mengelolanya. Adapun landasan motivasi

pengembangan tersebut adalah perusahaan dituntut dengan prestasi yang optimal

sesuai dengan misi yang diberikannya.

Kemampuan suatu Pabrik Gula dalam mempertahankan prestasinya,

tidak dapat dipisahkan dari kemampuan para managernya, oleh karena itu seberapa

jauh kemampuan Pabrik Gula dalam mencapai prestasinya sangat ditentukan oleh

kemampuan managernya atau dengan kata lain prestasi/produktivitas Pabrik Gula

sangat ditentukan oleh prestasi/produktivitas managernya, yaitu Administratur

Pabrik Gula yang menjalankan tugas dan fungsinya sesuai yang ditetapkan

oleh Direksi Pabrik Gula Djatiroto Lumajang, dalam menjalankan tugasnya,

(17)

Administrasi Keuangan dan Umum, Bagian Tanaman, Bagian Instalasi dan Bagian

Pabrikasi.

Berdasarkan permasalahan tersebut, proposal tesis ini mengangkat

permasalahan tersebut sebagai topik penulisan dengan berjudul : “Analisis

Beberapa Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Karyawan Bagian

Produksi Di PG. Djatiroto Lumajang "

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Apakah kompensasi yang diterima oleh karyawan berpengaruh positif

terhadap Kepuasan Kerja karyawan?

2. Apakah kompensasi yang diterima oleh karyawan berpengaruh positif

terhadap motivasi kerja karyawan?

3. Apakah Kepuasan Kerja karyawan berpengaruh positif terhadap Motivasi

Kerja karyawan?

4. Apakah motivasi kerja karyawan berpengaruh positif pada kinerja karyawan?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas maka tujuan yang hendak dicapai

dalam penelitian ini adalah untuk :

1. Menganalisis pengaruh kompensasi yang diterima oleh karyawan terhadap

kepuasan kerja karyawan.

2. Menganalisis pengaruh kompensasi yang diterima oleh karyawan terhadap

motivasi kerja karyawan.

3. Menganalisis pengaruh kepuasan kerja karyawan terhadap motivasi kerja

(18)

4. Menganalisis pengaruh motivasi kerja karyawan pada kinerja karyawan.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai tambahan informasi dan bahan masukan bagi PG. Djatiroto dalam

pengambilan keputusan yang berhubungan dengan bidang manajemen

Sumber Daya Manusia, khususnya yang menyangkut kompensasi,

kepuasan kerja, motivasi dan kinerja.

2. Sebagai pembanding bagi penelitian sebelumnya dan informasi

(19)

II. KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN MODEL

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan Sistavia Perdani (2005). Analisis Pengaruh

Kompensasi Terhadap Motivasi dan Kepuasan Kerja Karyawan di LBPP-LIA Cabang

Bogor. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menganalisa: 1)

faktor-faktor kompensasi (yang terdiri dari materi dan non-materi) dalam rangka

mendorong motivasi kerja karyawan, 2) faktor - faktor motivasi kerja yang

berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan dan 3) faktor - faktor kepuasan

kerja karyawan secara keseluruhan. Penelitian dilakukan di lingkungan kerja Unit

Usaha LBPP-LIA Cabang Bogor pada bulan April 2005. Teknik pengambilan

contoh dilakukan secara sensus kepada seluruh karyawan berjumlah 81 orang.

Penelitian dilandasi oleh penelitian Noble (2002) mengenai kompensasi

sebagai motivator untuk motivasi kerja dan kepuasan kerja. Dimensi kompensasi

dalam penelitian ini dibentuk oleh delapan indikator yaitu: Gaji Pokok, Insentif,

Bonus, Tunjangan, Status, Pencapaian Pribadi, Penghargaan Individu, dan

Pelatihan. Dimensi motivasi kerja dibentuk oleh delapan indikator yaitu:

Lingkungan Kerja, Wewenang, Otonomi, Pengembangan Karir, Kenyamanan dan

Keamanan, Tanggung Jawab, Hubungan Antar Pribadi dan Peran Atasan. Untuk

dimensi kepuasan kerja dibentuk oleh tiga indikator yaitu kepuasan kerja secara

keseluruhan, keinginan untuk tetap bekerja serta keluhan terhadap pekerjaan.

Berdasarkan hasil analisis SEM dengan LISREL Kompensasi memiliki

pengaruh secara positif dan signifikan terhadap motivasi kerja karyawan yaitu

dengan nilai estimasi faktor muatan sebesar 0,38 dan nilat-t 5,32. Sementara

motivasi kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja

karyawan dengan nilai estimasi faktor muatan sebesar 1,06 dan nilat-t 4,50.

(20)

kerja, hubungan yang terbentuk positif namun tidak signifikan dengan nilai

estimasi faktor muatan sebesar 0,25 dan nilat-t 1,09. Dimensi kompensasi, faktor

- faktor utama yang memiliki kontribusi paling besar adalah faktor pelatihan,

insentif, bonus, status dan gaji pokok. Sedangkan faktor - faktor tunjangan,

pencapaian pribadi serta penghargaan individual kontribusinya kurang bila

dibandingkan dengan faktor - faktor yang telah disebutkan sebelumnya. Dimensi

motivasi kerja paling besar dibentuk oleh faktor - faktor pengembangan karir,

hubungan antar pribadi, kemananan dan kenyamanan kerja dan lingkungan

kerja. Sedangkan faktor - faktor tanggung jawab, peran atasan dan wewenang

kontribusinya kurang. Secara keseluruhan karyawan LBPP-LIA merasa bahwa

mereka sudah cukup puas dengan pekerjaan mereka, hal ini juga diindikasikan

dengan keinginan untuk tetap bekerja pada perusahaan yang merupakan faktor

pembentuk kepuasan kerja yang paling besar kontribusinya.

Pihak manajemen disarankan memperhatikan pemberian pelatihan untuk

karyawan dan sebaiknya diadakan secara berkala dengan kesempatan yang

merata pada seluruh pegawai, mengingat faktor pelatihan menjadi pembentuk

utama dimensi kompensasi. Pada variabel motivasi diketahui bahwa faktor

pengembangan karir merupakan faktor paling utama dalam membentuk motivasi

kerja karyawan, dalam hal ini perusahaan perlu mengadakan suatu perencanaan

karir bagi karyawannya sehingga masa depan karyawan dapat terjamin. Jaminan

jenjang karir yang jelas akan membuat karyawan bekerja dengan baik untuk

mencapai tujuan perusahaan. Keluhan karyawan terhadap pekerjaan harus

diantisipasi oleh pihak perusahaan dengan mendengarkan keluhan-keluhan yang

disampaikan sehingga dapat diatasi. Karyawan yang merasakan keluhan dapat

menjadi tidak puas dengan pekerjaan dan pada akhirnya menurunkan kinerja.

Keluhan banyak dirasakan oleh pihak guru dimana sebanyak 78 persen guru

(21)

Penelitian yang dilakukan oleh Imam Munandar, 2008 Tentang Pengaruh

Kepuasan Kerja Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Pegawai Tidak Tetap Di

Lingkungan Pemerintah Kabupaten Semarang bertujuan untuk menganalisis

pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja kaaryawan, penghasilan terhadap

kinerja karyawan, serta menganalisis motivasi kerja terhadap kinerja.Sampel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah pegawai tidak tetapkabupaten

semarang yang berjumlah 100 orang. Dalam penelitian ini digunakan teknik

purposive sampling yaitu sampel yang dipilih dengan pertimbangan sesuai

dengan tujuan ( purposive ) atau di sengaja dengan maksud atau tujuan

penelitian (Sutrisno Hadi, 1983 : 80). Dari hasil penelitian ini adalah : kepuasan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja, Penghasilan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja, Motivasi pegawai

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.

Penelitian yang dilakukan oleh Soedjono (2004) tentang pengaruh budaya

organisasi terhadap kinerja karyawan, yang bertujuan untuk mengetahui

pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja organisasi, kinerja organisasi

terhadap kinerja karyawan, budaya organisasi terhadap kepuasan kerja

karyawan, pengaruh tidak langsung budaya organisasi terhadap kepuasan kerja

dalam kinerja organisasi. Penelitin ini menggunakan metode survey, sample dan

kuesioner sebagai alat pengumpulan data utama.

Lokasi penelitian dilaksanakan di kantor-kantor pusat terminal Purabaya,

Tambak Oso Wilangun, Joyoboyo dan Bratang. Structural Equation Modelling

(SEM) dipakai untuk menganalisa model dengan bantuan program AMOS 4.0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan dari budaya

organisasi terhadap kinerja organisasi, ada pengaruh signifikan dari kinerja

(22)

terhadap kepuasan pelanggan, tidak ada pengaruh langsung dari budaya

organisasi yang diarahkan pada kinerja organisasi terhadap kinerja karyawan.

Persamaan peneiitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Soedjono

(2004) adalah sama-sama meneliti tentang kinerja karyawan dengan

menggunakan pendekatan analisis kuantitatif dan penelitian ini menggunakan

teknik analisis seperti penelitian yang dilakukan oleh Soedjono (2004) yakni

menggunakan teknik analisis Structural Equation Models (SEM). Namun

perbedaannya adalah bahwa penelitian ini menggunakan kompensasi sebagai

variabel independen, motivasi kerja sebagai variabel intervining dan kinerja

sebagai variabel dependen, sedangkan penelitian yang dilakukan Soedjono

(2004) menggunakan budaya organisasi sebagai variabel independen.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Kompensasi

Perusahaan yang ingin menarik dan mendapatkan pegawai yang

mutunya tinggi, maka perusahaan tersebut harus memberikan upah yang tinggi

kepada mereka. Selain itu perlu diperhatikan pula untuk memberikan

pembayaran yang sama untuk pekerjaan yang sama (equal pay for equal work).

Ada dua hal yang harus diperhatikan yakni : 1) Pembayaran yang sama untuk

pekerjaan dengan tingkat kesukaran dan tanggung jawab jabatan yang sama; 2)

Persamaan dengan gaji yang diberikan oleh perusahaan-perusahaan lain untuk

jabatan-jabatan yang sama

Untuk mencapai kedua tujuan itu tidak mudah tetapi pada umumnya

merealisasikan hal yang pertama lebih mudah setelah bemacam-macam klas

ditentukan ada kemungkinan untuk memberikan derajat pada jabatan. Jabatan

itu berarti menentukan hibungan antara klas yang satu dengan klas yang lain

(23)

ditempatkan pada derajat tertinggi dan klas-klas lainnya disesuaikan dengan

stuktur tingkatan dari derajat yang paling tinggi sampai derajat yang paling

rendah dimana ditempatkan klas-klas yang paling sederhana.

2.2.1.1. Pengertian Kompensasi

Kompensasi menurut menurut Malayu S.P.Hasibuan (2005),

(compensation) kompensasi pemberian balas jasa langsung (direct) dan tidak

langsung (indirect),uang atau barang kapada karyawan sebagai imbalan jasa

yang diberikan kepada perusahaan prinsip kompensasi adalah adil dan layak

dimana adil diartikan sesuai dengan prestasi kerjanya sedangkan layak diartikan

dapat memenuhi kebutuhan primernya serta berpedoman kepada batas upah

minimum pemerintah dan berdasarkan internal dan external konsistensi.

Menurut Hadawi Nawawi (2001), kompensasi bagi organisasi/perusahaan

berarti penghargaan/ganjaran pada para pekerja yang telah memberikan

kontribusi dalam mewujudkan tujuannya, melalui kegiatan yang disebut bekerja.

Pengertian tersebut Segera terlihat adanya dua pihak yang memikul kewajiban

dan tanggung jawab yang berbeda, tetapi saling mempengaruhi dan saling

menentukan. Pihak pertama adalah para pekerja yang memikul kewajiban dan

tanggung jawab memberikan penghargaan atau ganjaran atas pelaksanaan

pekerjaan oleh pihak pertama.

Kewajiban dan tanggung jawab itu muncul karena antara kedua belah

pihak terdapat hubungan kerja di dalam sebuah organisasi dari sisi lain terlihat

juga dalam pengertian tersebut bahwa pekerjaan yang dilaksanakan itu harus

yang relevan, sehingga merupakan kontribusi dalam usaha mewujudkan tujuan

organisasi/perusahaan. Pekerjaan yang dihargai dan diberi ganjaran tersebut

bukan kegiatan-kegiatan di luar upaya perusahaan/perusahaan untuk mencapai

(24)

Simamora (2001) menyatakan bahwa kompensasi merupakan apa yang

diterima oleh para karyawan sebagai ganti kontribusi mereka kepada organisasi.

Menurut Handoko (2001) kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima para

karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka. Menurut Dessler (1997),

"Kompensasi karyawan adalah setiap bentuk pembayaran atau imbalan yang

diberikan kepada karyawan dan timbul dari dipekerjakannya karyawan itu."

Dessler (1997) menambahkan, kompensasi karyawan merujuk pada

semua bentuk upah atau imbalan yang berlaku bagi pekerjaan mereka, dan

mempunyai dua komponen. Ada pembayaran keuangan langsung dalam bentuk

upah, gaji, insentif, komisi, dan bonus, serta ada pembayaran tidak langsung

dalam bentuk tunjangan keuangan seperti asuransi dan uang liburan yang

dibayarkan majikan.

2.2.1.2. Pentingnya kompensasi

Menurut Melayu Hasibuan (2005) Tenaga kerja jika kita kaitkan dengan

peranan dan pendapatannya dapat digolongkan atas pengusaha dan karyawan

atau manajer dan buruh Pengusaha adalah setiap tenaga kerja yang

memperoleh pendapatannya yang berupa laba (profit) atau deviden dari modal

yang di investasikannya pendapatan ini besarnya tidak menentu tergantung dari

laba perusahaannya, bahkan tidak berfungsi dan berperan sebagai pemilik

perusahaan dengan modal yang di investasikannya itu.

Karyawan adalah setiap oarang yang bekerja dengan menjual tenaganya

(fisik dan pikiran) kepada suatu perusahaan dan memperoleh balas jasa sesuai

dengan peraturan dan perjanjian.besarnya balas jasa yang telah ditentukan dan

diketahui sebelumnya sehinggga karyawan secara pasti mengetahui balas jasa

atau kompensasi yang akan diterimanya kompensasi inilah yang akan di

(25)

kebutuhan-kebutuhannya. Besarnya kompensasi mecerminkan status, pengakuan dan

tingkat pemenuhan kebutuhan yang dinikmati oleh karyawan bersama

keluarganya. Jika balas jasa yang diterima karyawdn semakn besar berarti

jabatannya semakin tinggi, statusnya semakin baik dan pemenuhan kebutuhan

yang dinikmatinya semakin banyak pula, dengan demikian semangat kerja serta

kepuasan kerjanya juga semakin baik, inilah letak pntingnya kompensasi bagi

karyawan sebagai seorang penjual tenaga (fisik dan pikiran).

Kompensasi adalah semua pendapatan yang berbenuk uang, barang

langsung maupun tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas

jasa yang diberikan perusahaan sedangkan menurut Edwin B.Fillipo wages is

defined as the adeguete and equitable renurmeration of personneffor their

constribution to oraganizational objectif (upah didefinisikan sebagai balas jasa

yang adil dan layak diberikan kepada para pekerja atas jasa yang adil dan layak

diberikan kepada para pekerja atas jasa-jasanya dalam mencapai tujuan

organisasi.

2.2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Kompensasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kompensasi antara lain

sebagai berikut (Melayu Hasibuan, 2005) :

a. Penawaran dan permintaan tenaga kerja.

b. Kemampuan dan kesediaan perusahaan.

c. Serikat buruh dan organisasi karyawan

d. Produktivitas dan semangat kerja karyawan

e. Pemerintah dengan undang- undang dan kepressnya

f. Biaya hidup

g. Posisi dan jabatan karyawan

(26)

i. Kondisi perekonomian nasional

j. Jenis dan sifat pekerjaan

2.2.1.4. Pemberian kompensasi

Menurut Hasibuan (2005), Program kompensasi atau balas jasa

umumnya bertujuan untuk kepentingan perusahan, karyawan,pemerintah dan

masyarakat supaya tujuan tercapai dan memberikan kepuasan bagi semua pihak

hendaknya program kompensasi ditetapkan berdasarakan prinsip yang wajar

undang-undang perburuhan serta memperhatikan internal dan external

konsistensi Program kompensasi harus dapat menjawab pertanyaan apa yang

mndorong seseorang bekerja dan mengapa ada orang yang bekerja keras,

sedangkan orang lain bekerjanya sedang-sedang saja

2.2.1.5. Tujuan Kompensasi

Pemberian kompensasi yang diterapkan oleh suatu organisasi atau

perusahaan tentunya memiliki tujuan-tujuan tertentu. Simamora (2001:548)

mengemukakan bahwa kompensasi memiliki beberapa tujuan yang diuraikan

sebagai berikut :

1. Memikat karyawan-karyawan

Tingkat kompensasi yang baik dan tepat dapat digunakan untuk memikat

karyawan untuk bekerja pada perusahaan. Di mana

karyawan-karyawan tersebut akan melakukan evaluasi pembandingan dengan

perusahaan-perusahaan sejenis, terutama dalam hal pemberian kompensasi

yang diterapkan. Hal ini juga digunakan perusahaan untuk tetap kompetitif di

(27)

2. Menahan karyawan-karyawan yang kompeten

Fungsi ini berguna untuk mempertahankan karyawan-karyawan yang

kompeten dan berkualitas untuk tetap bekerja pada perusahaan yang

bersangkutan. Hal ini perlu diperhatikan agar perusahaan tidak perlu

kehilangan tenaga kerja yang berkualitas karena alasan kepindahan karyawan

ke perusahaan lain yang disebabkan oleh kompensasi yang lebih baik.

Karena kehilangan karyawan atau sumber daya manusia yang berkualitas

bisa berarti kehilangan salah satu aset penting perusahaan. Hal ini mungkin,

misalnya bila dilihat dari sisi pengeluaran yang telah dilakukan perusahaan

untuk memberikan paket pelatihan pada karyawannya.

3. Memotivasi karyawan

Kompensasi juga digunakan oleh perusahaan untuk memberikan motivasi

kepada karyawannya. Hal ini umumnya dilakukan dengan pemberian komisi

atau bonus di luar gaji reguler yang diterima oleh karyawan, dan karena

kompensasi merupakan alasan utama bagi seorang karyawan untuk bekerja,

maka pemberian kompensasi yang layak dan lebih baik tentunya akan

mendorong motivasi mereka untuk bekerja lebih baik. Sehingga pada akhimya

dapat meningkatkan produktivitas kerja perusahaan.

4. Mematuhi peraturan hukum

Kompensasi juga merupakan salah satu hal yang wajib diberikan oleh pihak

perusahaan kepada karyawannya. Dimana hal ini diatur dan dilindungi oleh

hukum.

Nitisemito (2000) menjelaskan peranan kompensasi sebagai berikut:

1. Kompensasi harus dapat memenuhi kebutuhan minimal

Salah satu tujuan seseorang menjadi karyawan adalah karena adanya

kompensasi, dengan kompensasi yang diterima, karyawan berkeinginan dapat

(28)

pakaian dan perumahan. Untuk itu dalam menetapkan kompensasi

perusahaan harus mengusahakan sedemikian rupa sehingga kompensasi

terendah yang diberikan dapat memenuhi kebutuhan minimal.

2. Kompensasi harus dapat mengikat

Besarnya kompensasi diusahakan sedemikian rupa sehingga mampu

mengikat karyawan. Hal ini penting diperhatikan karena rendahnya

kompensasi yang diberikan akan menimnulkan keinginan karyawan untuk

berpindah ke perusahaan lain yang memberikan kompensasi lebih baik.

3. Kompensasi harus dapat menimbulkan semangat dan kegairahan kerja

Pemenuhan kompensasi karyawan penting untuk diperhatikan karena

karyawan yang merasa kurang menerima kompensasi untuk menunjang

kehidupannya secara layak akan berusaha untuk mencari tambahan

penghasilan setelah pulang kerja. Keadaan ini berpengaruh terhadap moral

dan kedisiplinan kerja sehingga semangat dan kegairahan kerja menjadi

rendah.

4. Kompensasi harus adil

Kompensasi yang tepat tidak semata-mata karena jumlahnya, tetapi harus

juga mengandung unsur-unsur keadilan. Adil tidaklah berarti sama, tetapi adil

adalah sesuai dengan haknya.

5. Kompensasi tidak boleh bersifat statis

Kompensasi yang diberikan perusahaan ada yang berbentuk uang dan ada

yang tidak. Kompensasi yang berbentuk upah pada umumnya berbentuk uang

sehingga kemungkinan nilai riilnya turun naik. Oleh karena itu setiap

perusahaan harus mengikuti naik turunnya nilai rupiah dan mencoba

menyesuaikannya. Pengertian statis tidak hanya suatu perusahaan tidak

bersedia menyesuaikan dengan perusahaan nilai, tetapi juga dalam arti yang

(29)

tidak bersedia meninjau kembali, perusahaan tersebut dikatakan statis dalam

penetapan kompensasi.

6. Komposisi dari kompensasi yang diberikan harus diperhatikan

Kompensasi yang diberikan perusahaan tidak harus dalam bentuk uang,

dapat juga berbentuk fasilitas-fasilitas. Perusahaan harus dapat menentukan

kompensasi yang diberikan dalam bentuk uang atau tidak. Apabila tidak

semuanya dalam bentuk uang, perusahaan harus dapat menentukan

kompensasi secara tepat.

Agar sistem kompensasi dapat mencapai sasaran yang didasarkan pada

berbagai prinsip seperti keadilan, kewajaran dan kesetaraan. Siagaan (1998)

mengatakan bahwa perlu selalu diperhatikan bahwa sistem kompensasi harus

merupakan instrumen untuk berbagai kepentingan berikut :

Pertama, sistem kompentensi harus mempunyai daya tarik bagi tenaga

kerja yang berkualitas tinggi untuk bergabung dengan organisasi. Artinya, karena

setiap organisasi bersaing dengan organisasi lainnya di pasaran kerja,

kompensasi yang ditawarkan seyogyanya sedemikian rupa sehingga menarik

bagi para pencari lapangan pekerjaan yang memiliki kemampuan, ketrampilan

dan pengetahuan tinggi.

Kedua, sistem imbalan harus merupakan daya tarik kuat untuk

mempertahankan tenaga kerja yang sudah berkarya dalam organisasi. Meskipun

benar bahwa kompensasi bukan satu-satunya faktor pengikat bagi

pegawai/karyawan untuk tetap tinggal dalam suatu organisasi perusahaan, tetapi

tidak dapat dipungkiri bahwa apabila jumlah imbalan yang diperolehnya lebih

rendah dari imbalan yang diterima oleh rekan-rekannya yang melaklukan tugas

sejenis di organisasi lain, godaan untuk berhenti dapat menjadi lebih kuat,

apabila pegawai yang bersangkutan memiliki pengetahuan atau ketrampilan

(30)

memperhitungkan berbagai sistem kompensasi yang berlaku di

organisas-organisasi lain.

Ketiga, sistem imbalan yang mengandung prinsip keadilan. Untuk

kepentingan pengembangan dan penerapan sistem imbalan, yang dimaksud

dengan prinsip keadilan ialah bahwa secara internal para pegawai karyawan

yang melaksanakan tugas sejenis mendapat imbalan yang sama pula. Prinsip

keadilan berdasarkan pada nilai relatif dari berbagai jenis pekerjaan dalam

organisasi.

Keempat, menghargai perilaku positif. IdeaInya sistem kompensasi harus

pula mecerminkan penghargaan organisasi terhadap perilaku positif para

karyawan yang mencakup berbagai hal seperti prestasi kerja yang tinggi,

pengalaman, kesetiaan, kesediaan memikul tanggung jawab yang lebih besar,

kejujuran, ketekunan dan berbagai perilaku positif lainnya.

Kelima, pengendalian pembiayaan. Telah diketahui umum salah satu

komponen biaya yang jumlahnya tidak kecil dalam menjalankan organisasi ialah

belanja pegawai/karyawan. Oleh karena itu sistem imbalan harus pula mampu

berfungsi sebagai alat pengendali biaya dikaitkan dengan produktivitas kerja

organisasi sebagai keseluruhan. Artinya tetap berpegang teguh pada prinsip

keadilan, kewajaran dan harus dapat menjamin bahwa dan gaji yang dibayarkan

kepada pegawai tidaklah sedemikian tingginya sehingga merupakan beban yang

terlalu berat untuk dipikul oleh organisasi, tetapi juga tidak sedemikian rendahnya

sehingga berdampak negatif pada perilaku para pegawai dalam organisasi.

Keenam, kepatuhan kepada peraturan perundang-undangan. Di negara

manapun pemerintah selalu berusaha menjamin agar tenaga kerja mendapat

perlakuan yang baik dari organisasi tempat mereka bekerja. Berbagai peraturan

perundang-undangan diterbitkan untuk kepentingan tersebut termasuk di bidang

(31)

Ketujuh, terciptanya administrasi pengupahan dan penggajian yang

berdaya guna dan berhasil guna Artinya sistem kompensasi itu harus dibuat

sedemikian rupa sehingga mudah diterapkan dalam praktek. Harus diusahakan

agar jangan sampai penerapannya hanya menambah mata rantai birokrasi dalam

manaiemen sumberdaya manusia. Hal ini sangat penting karena baik buruknya

suatu sistem upah terlihat pada pelaksanaannya.

2.2.1.6. Keadilan Kompensasi

Organisasi harus menarik, memotivasi dan mempertahankan karyawan

yang kompeten. Apabila hal tersebut dapat dicapai melalui sistem kompensasi

maka organisasi harus berusaha untuk mengadakan keadilan kompensasi.

Menurut Dessler (1997) kebutuhan akan keadilan adalah faktor penting dalam

menentukan tarif pembayarannya, khususnya keadilan external dan keadilan

internal. Secara external, pembayaran harus sebanding dengan tarif organisasi

lain dan keadilan internal yaitu masing-masing karyawan hendaknya memandang

pembayarannya sama dengan tarif pembayaran yang diberikan kepada

karyawan lain di dalam organisasi.

Handoko (2001) memberikan pendapat mengenai keadilan berkaitan

dengan masalah kompensasi sebagai berikut :

Di dalam memberikan balas jasa, manajemen perlu memperhatikan

prinsip keadilan, yang dinilai secara relatif oleh para karyawan dengan

memperbandingkannya di antara mereka. Perbedaan-perbedaan kompensasi

dapat diterima para karyawan bila didasarkan atas perbedaan tanggung jawab,

kemampuan, pengetahuan, beban kerja, produktivitas, atau kegiatan-kegiatan

manajerial. Perbedaan yang tidak dapat diterima karyawana akan menimbulkan

(32)

Menurut Mondy dan Noe (1996), keadilan kompensasi diklasifikasikan

sebagai berikut :

1. Keadilan kompensasi external (External equity)

Keadilan kompensasi external terjadi ketika karyawan diberi kompensasi yang

setara dengan karyawan yang mengerjakan pekerjaan yang sama pada

perusahaan lain. Survey kompensasi memungkinkan organisasi untuk

menentukan tingkat kompensasi dimana keadilan kompensasi external dapat

dipertanggungjawabkan,

2. Keadilan kompensasi internal (Internal equity)

Keadilan kompensasi internal terjadi apabila karyawan diberi kompensasi

sesuai dengan nilai relatif dari evaluasi pekerjaan yang ada dalam

perusahaan itu sendiri. Evaluasi pekerjaan merupakan faktor utama yang

menentukan keadilan kompensasi internal.

3. Keadilan karyawan (Employee equity)

Keadilan karyawan terjadi pada saat karyawan mengerjakan yang sama untuk

perusahaan yang sama pula, namun pemberian kompensasi didasarkan pada

faktor unik yang dimiliki masing-masing karyawan. Faktor unik yang dimaksud

misalnya level kinerja dan senioritas.

4. Keadilan tim (Team equity)

Keadilan tim dapat dicapai ketika tim yang lebih produktif diberi kompensasi

atau penghargaan yang lebih besar dibandingkan tim yang kurang produktif

Namun jika ketidakadilan terjadi pada poin-poin di atas, hal tersebut dapat

menimbulkan masalah moral yang serius bagi organisasi. Apabila karyawan

merasa diberi kompensasi dengan tidak adil, maka karyawan tersebut akan

membatasi atau mengurangi produktivitasnya dalam bekerja atau bahkan dapat

(33)

ketidakadilan kompensasi dapat menyebabkan performa atau kinerja organisasi

secara keseluruhan menjadi buruk.

Cascio (1998) menjelaskan bahwa kompensasi memiliki tiga dimensi

yaitu:

1. External equity

Menurut Caddo (1998) imbalan ekstrinsik dapat digolongkan sebagai external

equity yang merupakan kesesuaian gaji yang dibayarkan oleh perusahaan

dibandingkan dengan gaji yang diberikan oleh perusahaan-perusahaan

sejenis dalam jabatan yang sama.

2. Internal equity

Imbalan intrinsik melekat pada aktivitasnya sendiri dan pelaksanaan mereka

tidak tergantung pada kehadiran atau tindakan orang lain. Menurut Cascio

(1998) imbalan intrinsik digolongkan kedalam imbalan internal equity, dimana

internal equity merupakan kesesuaian penghargaan yang diberikan oleh

organissi dibandingkan dengan kontribusi tugas karyawan terhadap organisasi

yang bersangkutan.

3. Individual equity

Lebih lanjut Cascio (1998) menambahkan satu kategori dalam pemberian

imbalan, yaitu individual equity dimana individual equity merupakan

kesesuaian imablan yang diberikan perusahaan kepada seorang individu

sesuai dengan keahlian dan kotribusinya dibandingkan individu lain yang

memiliki tugas sejenis.

2.2.1.7. Jenis Kompensasi

Menurut Hadawi Nawawi (2001), kompensasi yang berarti

penghargaan/ganjaran ternyata tidak sekedar berbentuk pemberian upah/gaji

(34)

organisasi/perusahaan. Penghargaan atau ganjaran sebagai kompensasi harus

dibedakan jenis-jenisnya sebagai berikut:

1. Kompensasi langsung

Kompensasi langsung adalah penghargaan/ganjaran yang disebut gaji

atau upah, yang dibayar secara tetap berdasarkan tenggang waktu yang

tetap. Sejalan dengan pengertian itu, upah atau gaji diartikan juga sebagai

pembayaran dalam bentuk uang secara tunai atau berupa natura yang

diperoleh pekerja untuk pelaksanaan pekerjannya.

Upah diartikan juga sebagai harga untuk jasa-jasa yang telah diberikan

oleh seseorang kepada orang lain, sedang Dewan Penelitian Pengupahan

Nasional, mengartikan upah ialah suatu penerimaan sebagai suatu imbalan

dari pemberi kerja kepada penerima kerja untuk suatu pekerjaan atau jasa

yang telah atau akan dilakukan.

Selanjutnya pengertian itu dilengkapi pula dengan mengetengahkan

fungsi upah yang mengatakan berfugsi sebagai jaminan kelangsungan hidup

yang layak bagi kemanusiaan dan produksi yang dinyatakan atau dinilai

dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan,

undang-undang dan peraturan, yang dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja

antara pemberi kerja dan penerima kerja. Kompensasi langsung disebut juga

upah dasar yakni upah atau gaji tetap yang diterima semoga pekerja dalam

bentuk upah bulanan (salary) atau upah mingguan atau upah setiap jam

dalam bekerja (hourly wage).

2. Kompensasi tidak langsung (Indirect Compensesion)

Kompensasi tidak langsung adalah pemberian bagian manfaat lainnya bagi

para pekerja di luar gaji atau upah tetap, dapat berupa uang atau barang.

Misalnya THR, Tunjangan Hari Natal dan lain-lain, dengan kata lain

(35)

degan variasi yang luas, sebagai pemberian bagian keuntungan

organisasi/perusahaan. Disamping contoh di atas dalam variasi yang luas itu

maka dapat pula berupa pemberian jaminan kesehatan, liburan, cuti dan

lain-lain.

3. Insentif

Insentif adalah penghargaan/ganjaran yang diberikan untuk memotivasi

para pekerja agar roduktivitas kerjanya tinggi, sifatnya tidak tetap atau

sewaktu-waktu. Oleh karena itu intensif sebagai bagian dari keuntungan,

terutama sekali diberikan pada pekerja yang bekerja secara baik atau yang

berprestasi. Misalnya dalam bentuk pemberian bonus.

Dalam manifestasinya dapat dibedakan antara Kompensasi Total dan

Kompensai Khusus.

1. Kompensasi Total

Kompensasi ini adalah keseluruhan penghargaan/ganjaran yang diterima oleh

seseorang pekerja untuk seluruh pekerjaan yang dilakukannya sebagai

kontribusinya pada pencapaian tujuan organisasi. Komponenya terdiri dari

ketiga jenis kompensasi tesebut di atas, yakni gaji/upah, beberapa jenis

kompensasi non finansial dan insentif.

2. Kompensasi khusus

Kompensasi ini disebut juga Penghasilan Tambahan (ParkI Prequisite) yakni

penghargaan yang diberikan kepada pekerja dengan status tertentu dalam

organisasi/perusahaan. Kompensasi ini biasanya diberikan untuk manajer

atas.

Menurut Panggabean (2002), pada dasarnya kompensasi dapat

dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu kompensasi finansial dan

(36)

langsung dan ada yang tidak langsung. Sedangkan kompensasi nonfinansial

dapat berupa pekerjan dan lingkungan pekerjaan.

Menurut Panggabean (2002) yang mengutip dari Mondy dan Noe (1996),

jenis-jenis kompensasi yang dibagi ke dalam kompensasi financial (financial

compensation) dan kompensasi non finansial (non financial compensation) :

1. Kompensasi finansial (financial compensation)

Kompensasi finansial dibagi ke dalam kompensasi langsung dan kompensasi

tidak langsung, kompensasi langsung terdiri dari gaji, upah, komisi dan bonus.

Kompensasi tidak langsung terdiri dari yang menurut hukum yang terdiri atas

jaminan sosial, dana asuransi, para pekerja ganti-rugi, keluarga dan cuti

medis dan yang menurut kebijakan perusahaan adalah pembayaran untuk

waktu yang tidak dikerjakan (contoh, liburan, upah sakit/ dengan baik

membayar), manfaat kesehatan (kesehatan, mengenai gigi, dan kepedulian

visi), manfaat keamanan (perawatan kembali, cacat, asuransi jiwa), pelayanan

karyawan (misal: penampungan, kepedulian anak, assitance bidang

pendidikan, makanan melayani / memberi subsidi kafetaria, jasa keuangan,

bantuan pendidikan), premi upah (resiko membayar, pengaturan shift)

2. Kompensasi non finansial (non financial compensation)

Kompensasi non finansial dibagi ke dalam kompensasi dalam bentuk

pekerjaan dan kompensasi dalam bentuk lingkungan pekerjaan. Kompensasi

dalam bentuk pekerjaan terdiri dari variasi tugas, identifikasi tugas, tugas

penting, otonomi dan umpan balik. Kompensasi dalam bentuk lingkungan

pekerjaan terdiri dari hak suara, pekerja kompeten, rekan kerja yang

menyenangkan, pemberian status yang sesuai, kondisi kerja yang nyaman,

fieksibilitas tempat kerja, pembagian kerja, kompensasi yang lunak,

(37)

Untuk lengkapnya, jenis-jenis kompensasi dijabarkan dalam diagram

berikut :

Gambar 1. Bagan Jenis-jenis Kompensasi

Dari bagan tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Mondy dan Noe

(1996) dapat diketahui bahwa kompensasi keuangan langsung terdiri dari gaji

upah dan insentif (komisi, dan bonus). Sedangkan kompensasi keuangan tidak

langsung dapat berupa berbagai macam fasilitas dan tunjangan.

Compensation

Financial Non Financial

Direct Security benefits Empaloye service Premium pay

• Comfortable working condition

• Workplace flexibility

(38)

2.2.1.8. Bentuk Kompensasi

Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2005), ada dua kompensasi

karyawan, yaitu:

a. Upah dan Gaji

Upah adalah pemberian berupa uang untuk pelayanan kerja atau uang yang

biasanya dibayarkan kepada karyawan secara per jam, per hari, dan per

setengah hari. Sedangkan gaji merupakan uang yang dibayarkan kepada

karyawan atras jasa pelayanannya yang diberikan secara bulanan.

b. Benefit (Keuntungan) dan Pelayanan

Benefit adalah nilai keuangan (moneter) langsung untuk karyawan yang

secara cepat dan dapat ditentukan. Sedangkan pelayanan adalah nilai

keuangan (moneter) langsung untuk karyawan yang tidak dapat secara

mudah ditentukan.

Sedangkan menurut Hanry Simamora (2004), bentuk-bentuk kompensasi

ada empat yaitu :

a. Upah dan gaji. Upah (wages) btasanya berhubungan dengan tarif gaji

perjam (semakin lama jam kerjanya semakin besar bayarannya)

b. Insentif. Insentif adalah tambahan kompensasi di atas atau diluar gaji atau

upah yang diberikan oleh perusahaan.

c. Tunjangan. Misalnya benefit adalah asuransi kesehatan dan jiwa, liburan

yang ditanggung perusahaan, program pensiun dan tunjangan lainnya.

d. Fasilitas. Misalnya perquisites adalah kenikmatan/ fasilitas seperti mobil

(39)

2.2.2. Kepuasan Kerja

Salah satu hal yang mempunyai pengaruh terhadap pelaksanaan

kegiatan dalam suatu organisasi adalah adanya kepuasan kerja (job satisfaction).

Kepuasan kerja merupakan bagian dari kepuasan hidup yang bersifat individual.

Hal ini berkaitan dengan kenyataan bahwa setiap individu memiliki tingkat

kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai-nilai yang berlaku pada

dirinya seperti tercermin dalam setiap perilaku positif para karyawan dalam

melaksanakan pekerjaannya. Karyawan yang memperoleh kepuasan kerja dari

pekerjaannya akan lebih bersemangat dalam menekuni pekerjaan (Bambang,

1991).

Kepuasan kerja juga merupakan ukuran proses pembangunan manusia

yang berkelanjutan dalam suatu organisasi, karena itu kepuasan kerja karyawan

perlu mendapat perhatian, sebab berbagai keinginan, kemauan dan kebutuhan

karyawan sebagai individu mempunyai hubungan yang saling berkaitan dengan

kepuasan kerja, yang akan menentukan sikap dan perilaku mereka dalam

bekerja.

Menurut Robbins (2007) kepuasan kerja didefinisikan sebagai suatu sikap

umum seseorang terhadap pekerjaannya didasarkan pada evaluasi dan

karakteristik pekerjaan. Definisi ini mengandung pengertian yang luas. Dengan

kata lain kepuasan kerja merupakan penjumlahan yang rumit dari sejumlah unsur

pekerjaan yang terbedakan dan terpisahkan satu sama lain (discrete job

elements). Jika mengacu pada George & Jones (2002), kepuasan kerja

merupakan kumpulan feelings dan beliefes yang dimiliki orang tentang

pekerjaannya. Sedangkan Davis dan Newstrom (1993), menambahkan bahwa

kepuasan kerja adalah seperangkat perasaan pegawai tentang menyenangkan

(40)

Kepuasan kerja seseorang pada dasarnya tergantung pada selisih antara

harapan, kebutuhan atau nilai dengan apa yang menurut perasaan atau

persepsinya telah diperoleh atan dicapai melalui pekerjaan. Seseorang akan

merasa puas bila tidak ada perbedaan antara yang diinginkan dengan

persepsinya atas kenyataan, karena batas minimum yang diinginkan telah

tercapai. Kepuasan kerja akan diperoleh karyawan apabila ciri-ciri pekerjaan dan

perusahaan selaras dengan nilai-nilai pribadi dan kemampuan kerja karyawan.

Sebaliknya apabila perusahaan tempat kerja tidak sesuai dengan nilai diri

karyawan maka kepuasan kerja sukar dicapai. Pemahaman yang lebih tepat

tentang kepuasan kerja dapat terwujud apabila analisis tentang kepuasan kerja

dikaitkan dengan prestasi kerja.

Faktor-faktor yang menentukan kepuasan kerja terdiri dari faktor

pekerjaan, gaji, peluang promosi, kelompok kerja, sistem pengawasan dan

lingkungan kerja (Hasibuan, 2001).

Dibawah ini dikemukakan teori-teori yang menunjang dan berkaitan erat

dengan pemecahan masalah dalam hal kepuasan kerja.

1) Teori Hirarki kebutuhan

Teori ini dikembangkan oleh Maslow (dalam Handoko, 1989),

mendasarkan konsep hirarki kebutuhan pada dua prinsip yaitu:

Pertama, kebutuhan-kebutuhan manusia dapat disusun dalam suatu hirarki

dari kebutuhan terendah sampai yang tertinggi. Kedua, suatu kebutuhan

yang telah terpuaskan, maka ia berhenti menjadi motivator utama dari

perilaku.

Menurut Maslow (dalam Hersey dan Blanchard, 1992), manusia akan

didorong untuk memenuhi kebutuhan yang paling kuat sesuai waktu,

keadaan dan pengalaman yang bersangkutan. Motivasi tersebut mengikuti

(41)

bekerja. Urutan-urutan kebutuhan manusia sebagai individu tersebut adalah

kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan sosial,

kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri (perwujudan

diri).

Selanjutnya kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat diuraikan sebagai

berikut:

1. Kebutuhan fisiologis, adalah kebutuhan pokok manusia untuk

mempertahankan hidupnya. Kebutuhan pokok tersebut adalah

makanan, pakaian dan tempat tinggal.

2. Kebutuhan rasa aman, adalah .kebutuhan untuk terbebas dari ancaman

fisik dan perampasan kebutuhan pokoknya, yang diwujudkan dengan

adanya kondisi kerja yang aman, adanya jaminan pensiun, sistem

penanganan keluhan.

3. Kebutuhan sosial, adalah kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial

(kebutuhan untuk diterima dalam kelompok persahabatan).

4. Kebutuhan penghargaan, adalah harga diri dan pengakuan serta rasa

hormat dan orang lain.

5. Kebutuhan aktualisasi diri, adalah kebutuhan untuk memaksimalkan

potensi, apapun potensi itu.

Apabila kebutuhan manusia sebagai individu dapat terpenuhi, maka

karyawan akan merasa puas terhadap pekerjaannya. Berdasarkan uraian

diatas terlihat bahwa teori hirarki kebutuhan dari Maslow dapat membantu

untuk memahami kebutuhannya, sehingga tercipta suatu kepuasan kerja (job

(42)

2) Teori dua faktor dari Frederick Herzberg

Teori ini pertama kali diketemukan oleh Frederick Herzberg pada

tahun 1959, dari hasil penelitian yang dilakukan bersama dengan

Mausner dan Syderman. Penjelasan teori ini diambil dari Adam I. (dalam

Indrawijaya, 1982), prinsip teori ini menyatakan bahwa karakteristik

pekerjaan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori. Kategori pertama

dinamakan disatisfiers, sedangkan kategori kedua adalah satisfiers.

Kedua kategori pekerjaan tersebut mempengaruhi kepuasan seseorang

dalam suatu organisasi.

Satisfiers atau kategori pekerjaan yang menimbulkan kepuasan,

mempunyai pengaruh positif atau mempunyai pengaruh mendorong bagi

prestasi dan semangat kerja seseorang. Sedangkan karakteristik

disatisfier menimbulkan ketidakpuasan kerja atau job disatisfier, yang

mempunyai pengaruh negatif bagi prestasi dan semangat kerja karyawan

dalam melaksanakan pekerjaannya. Secara rinci kedua kategori tersebut

dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Faktor disatisfier atau hygiene factors atau disebut juga instrinsic

factors yaitu faktor-faktor yang menjadi sumber ketidak puasan kerja,

yang terdiri dari gaji, pengawasan, hubungan interpersonal, kondisi

kerja dan status. Perbaikan terhadap faktor-faktor ini akan

mengurangi atau menghilangkan ketidakpuasan, tetapi tidak

menimbulkan motivasi seorang hanya terpuaskan jika terdapat jumlah

yang memadai dalam suatu kontinum yang kedua yaitu faktor-faktor

pekerjaan yang disebut satisfiers.

2. Satisfiers atau motivators atau extrinsic factors, yaitu karakteristik

pekerjaan atau sumber kepuasan pekerjaan. Faktor ini terdiri atas

(43)

untuk meraih prestasi, penghargaan dan promosi. Jika kondisi ini ada,

maka akan menimbulkan kepuasan, sedangkan ketidakhadiran faktor

ini tidaklah akan menimbulkan ketidakpuasan (Wexley et.al. 1992).

Teori keadilan dikembangkan oleh Adam (dalam As’ad, 1995),

teori ini mencari kondisi-kondisi yang mendasari seorang pekerja akan

menganggap fair dan masuk akal insentif dan keuntungan dari

pekerjaannya. Prinsip dari teori ini adalah seseorang akan merasa puas

atau tidak puas, tergantung adanya keadilan (equity) atau ketidak adilan

(inquiry) yang ia rasakan atas suatu situasi tertentu, yang diperoleh

dengan membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekantor

maupun yang berada di perusahaan lain.

Teori ini mempunyai 3 (tiga) elemen utama yaitu : masukan

(Input), hasil (out come), dan orang sebagai pembanding (comparation

person). Ketiga elemen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Masukan (input), adalah karakteristik individu yang dibawa oleh

karyawan kedalam pekerjaannya yang dirasakan sebagai sumbangan

terhadap pekerjaan. Karakteristik individu tersebut antara lain:

pendidikan, keahlian, pengalaman dan lain-lain.

2. Hasil (cut come), adalah semua nilai yang diperoleh dan dirasakan

karyawan antara lain upah, keuntungan tambahan, simbol status,

penghargaan, kesempatan untuk berprestasi dan lain-lain.

3. Comparatison person adalah setiap kelompok, karyawan atau orang

yang digunakan sebagai pembanding antara input dengan out comes.

Pembanding ini dapat berupa seorang karyawan yang ada

diperusahaan yang sama, perusahaan lain atau dapat pula dengan

(44)

Menurut teori ini, puas atau tidak puasnya karyawan merupakan hasil

dari membandingkan antara input-outcome dirinya dengan perbandingan

input-outcome pegawai lain (comparison person). Jika perbandingan tersebut

dirasakan seimbang maka karyawan tersebut akan merasa puas. Tetapi

apabila terjadi tidak seimbang dapat menyebabkan dua kemungkinan yaitu

ketidak seimbangan yang menguntungkan dirinya dan sebaliknya ketidak

seimbangan yang menguntungkan karyawan lain yang menjadi pembanding.

Wexley et.al. (1992), mengemukakan bahwa ketidak adilan adalah

salah satu sumber ketidak puasan kerja karyawan dan ketidak adilan tersebut

akan menjadi motif tindakan bagi seseorang untuk menegakkan keadilan.

Dalam upaya untuk menegakkan keadilan tersebut, berbagai cara dapat

dilakukan oleh seorang karyawan.

3) Teori Perbedaan (Discrepancy Theory)

Teori ini pada prinsipnya mengukur kerja seseorang dengan

menghitung selisih antara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang

ada. Locke (dalam Mangkunegara, 2000), mengemukakan bahwa

kepuasan kerja pegawai/karyawan bergantung pada perbedaan antara

apa yang didapat dengan apa yang diharapkan oleh pegawai/karyawan.

Apabila yang didapat ternyata lebih besar dari pada apa yang diharapkan

maka pegawai/karyawan tersebut menjadi puas. Sebaliknya apabila yang

didapat pegawai/karyawan lebih rendah dari pada yang diharapkan, akan

menyebabkan pegawai tidak puas.

As’ad (1982), mengemukakan bahwa kepuasan atau

ketidak-puasan terhadap sejumlah aspek pekerjaan tergantung pada selisih

(discrepancy) antara harapan-harapan kebutuhan atau nilai-nilai dengan

(45)

demikian seorang akan merasa puas bila tidak terdapat perbedaan antara

yang diinginkan dengan persepsinya atas kenyataan, karena batas

minimum yang diinginkan telah terpenuhi. Apabila kenyataan yang

diperoleh ternyata lebih besar dari apa yang diinginkan, maka akan

menjadi lebih puas, walaupun terdapat selisih tetapi merupakan selisih

yang menguntungkan. Sebaliknya jika kenyataan yang diperoleh berada

jauh di bawah harapan atau standar minimum yang diinginkan, maka

semakin besar ketidakpuasan seorang terhadap pekerjaan.

Pada dasarnya apa yang diharapkan oleh seseorang melalui

bekerja adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya yang paling

minimal. Oleh karena itu seseorang berharap agar faktor-faktor yang ada

dalam pekerjaannya terdiri dari pekerjaan itu sendiri, upah, peluang

promosi, kelompok kerja, sistem pengawasan dan lingkungan kerja dapat

memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga akan tercipta suatu kepuasan

kerja. Harapan karyawan terhadap pekerjaannya dapat dipengaruhi oleh

tiga faktor yaitu:

2. Faktor yang terdapat dalam diri karyawan itu sendiri, yaitu karyawan

membawa aset kedalam perusahaan, antara lain pengalaman,

senioritas, pendidikan dan lain-lain.

3. Faktor yang terdapat pada pekerjaan itu, yaitu karyawan

mempertimbangkan hal-hal apa saja yang dituntut dalam

pekerjaannya. Apakah bekerja dengan waktu yang panjang, apakah

pekerjaan tersebut meminta keahlian khusus, apakah pekerjaan

tersebut menuntut banyak/sedikit tanggung jawab. Semakin banyak

pekerjaan yang dituntut dari individu, maka semakin tinggi harapan

(46)

4. Faktor yang terdapat disekeliling tempat karyawan tersebut bekerja.

Hal ini berarti seorang karyawan juga memperhatikan karyawan lain

disekitarnya apakah diperlakukan secara pantas dan adil.

2.2.3. Motivasi

2.2.3.1. Pengertian Motivasi

Seperti yang disebutkan menurut pendapat Zainun (2004) di atas,

mengenai manajemen kekaryawanan berkaitan dengan adanya

keinginan-keinginan manusia dalam kedudukan karyawan sebagai anggota sesuatu

organisasi yang kalau dapat dipenuhi akan member kepuasan kepada karyawan

yang berdampak pada kinerja karyawan. Jika diidentifikasi delapan poin menurut

pendapat Zainun (2004) tersebut di atas, maka salah satunya adalah

menyangkut masalah motivasi kerja.

Menurut Hasibuan (1996), motivasi berasal dari kata latin movere yang

berarti dorongan atau daya pengerak. Motivasi ini hanya diberikan kepada

manusia, khususnya kepada para bawahan, agar karyawan mau bekerja keras

dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilannya untuk

mewujudkan tujuan perusahaan.

Menurut Nimron (1999), motivasi dapat didefinisikan sebagai keadaan

dimana usaha dan kemauan keras seseorang diarahkan kepada pencapaian

hasil-hasil tertentu. Hasil-hasil yang dimaksud bisa berupa produktivitas,

kehadiran, atau perilaku kerja kreatifnya.

Menurut Zainun (2004), konsepsi motivasi mempunyai peranan bagi

seseorang penanggung jawab dalam satu-satuan organisasi untuk

menggerakkan, mengerahkan dan mengarahkan segala daya dan potensi tenaga

Gambar

Tabel 1.  Data Produksivitas, hari kerja dan jumlah tenaga kerja pada Pabrik Gula
Gambar 1. Bagan Jenis-jenis Kompensasi
Gambar 2. Kerangka Konseptual Penelitian
Tabel 2. Identitas Responden Menurut Umur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penilaian ini adalah untuk memberikan gambaran awal tentang kondisi lingkungan dan sosial serta keselamatan kerja di sekitar lokasi proyek, mengidentifikasi potensi

Menurut Jannah dkk (2015) bimbingan belajar adalah suatu kegiatan bentuk dalam proses belajar yang dilakukan oleh seseorang yang telah memiliki kemampuan lebih

Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya dan benda-benda

Dari kedua peta kendali yang digunakan dapat diketahui bahwa hasil analisis peta kendali U masih dapat mendeteksi titik-titik yang berada di luar batas kendali

penduduk, jagad Besemah: konstruksi sejarah, sosial budaya dan ekonomi dan pemukiman. Pada bagian bab ketiga akan dijelaskan mengenai identitas kultural orang

Berdasarkan pernyataan di atas, penulis tertarik untuk mengetahui dan mempelajari lebih jauh mengenai prosedur administrasi bagian pengadaan barang dan jasa pada PT

membutuhkan suatu perencanaan dalam mengatur berbagai sumber daya yang tersedia, dengan tujuan untuk menentukan jumlah roti kering dan roti basah yang akan diproduksi,

Untuk sahnya talak, suami yang menjatuhkan talak disyaratkan: 1.. rusak akal karena sakit, termasuk kedalamnya sakit pitam, hilang akal karena sakit panas, atau sakit