ANALISIS PENGARUH PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+4
PANGRIO NURJAYA
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengaruh Pariwisata terhadap Perekonomian Negara-negara ASEAN+4 adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, November 2014
ABSTRAK
Pangrio Nurjaya. Analisis Pengaruh Pariwisata terhadap Perekonomian Negara-negara ASEAN+4. Dibimbing oleh Tanti Novianti
Sebagai kawasan yang memiliki potensi pariwisata yang besar, Negara-negara ASEAN beserta China, India, Jepang, dan Korea Selatan (ASEAN+4) melakukan kerjasama untuk mendorong kinerja sektor pariwisata. Sektor pariwisata memegang peran penting dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan penyerapan tenaga kerja di kawasan ini. Namun, perkembangan sektor pariwisata di Negara-negara ASEAN+4 mengalami fluktuasi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pariwisata terhadap perekonomian dan faktor-faktor yang mempengaruhi kedatangan wisatawan di Negara-negara ASEAN+4. Data panel statis digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari 13 Negara ASEAN+4 selama periode 2005 sampai 2012. Hasil penelitian ini menunjukkan pengeluaran wisatawan, investasi sektor pariwisata, dan total belanja pemerintah berpengaruh terhadap peningkatan Gross Domestic Product (GDP) rill perkapita. Akan tetapi tingkat korupsi berpengaruh negatif terhadap GDP rill perkapita. Selanjutnya, hasil penelitian ini menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kedatangan wisatawan ke Negara-negara ASEAN+4 adalah pelayanan publik, total perdagangan, harapan hidup dan produk domestik bruto di negara tersebut. Akan tetapi, faktor harga berpengaruh terhadap penurunan kedatangan wisatawan ke kawasan ini.
Kata kunci : ASEAN+4, data panel, GDP rill perkapita, kedatangan wisatawan, pariwisata
ABSTRACT
Pangrio Nurjaya Analysis on the Effect of Tourism of the State Economy ASEAN+4. SupervisedbyTanti Novianti
As a region which has a great tourism potential, ASEAN and China, India, Japan, and South Korea (ASEAN+4) cooperate to encourage the performance of the tourism sector. The tourism sector plays an important role in increasing household income and employment in the region. However, the development of the tourism sector in the countries of ASEAN+4 fluctuated. Therefore, this study aimed to analyze the affect of tourism on the economy and the factors that affect tourist arrivals in ASEAN+ 4. Static panel data used to analyze the data obtained from the 13 ASEAN+4 during the period 2005 to 2012. The results of this study showed tourist spending, investment tourism sector, and total government spending affect the increase in Gross Domestic Product (GDP) per capita rill. However, the level of corruption negatively affect the real GDP per capita. Furthermore, the results of this study indicate factors affecting the increase in tourist arrivals to ASEAN+4 countries is a public service, the total trade, life expectancy and gross domestic product in the country. However, the price factor influence on the decline in tourist arrivals to the region.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
ANALISIS PENGARUH PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+4
PANGRIO NURJAYA
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T atas rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah Analisis Pengaruh Pariwisata terhadap Perekonomian Negara-negara ASEAN+4. Penyusunan tulisan ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program Strata-1 pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan kepada kedua orangtua dan keluarga penulis, yaitu Nurjoko (Ayah), Rusmiyati (Ibu), Andhayani Nurjayati (Kakak), Indahyani Nurjayati (Adik), dan Daroyani (Keluarga) atas doa serta dukungan moril maupun materil yang telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Selanjutnya, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Tanti Novianti, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis, teoritis, dan moril selama proses penyusunan skripsi sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
2. Widyastutik, S.E, M.Si dan Ranti Wiliasih, S.P, M.Si selaku dosen penguji atas kritik dan masukan yang diberikan untuk perbaikan skripsi ini.
3. Dosen dan staf Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah memberikan Ilmu dan bantuan kepada penulis selama menempuh pendidikan Strata-1. 4. Bapak Dadang Djatnika dan Ibu Grace Margaretha dari Kementrian
Pariwisata Indonesia yang telah memberikan data dan informasi pariwisata ASEAN+4 kepada penulis.
5. Afriani selaku teman dekat yang senantiasa memberikan doa serta dukungan yang besar kepada penulis.
6. Teman-teman satu bimbingan yaitu, Dian Pertiwi.W, Arti Ilhami, Laura Cita Febrianty, Rahayu Aisyah.P, dan Ramos Martinus yang saling membantu dalam penyusunan skripsi. Keluarga Pondok Iona yaitu, Albeta, Bagus, Angga, Julia, Rumondang, dan Mardi yang senantiasa berbagi keceriaan. 7. Teman-teman HMI Cabang Bogor, Komisariat FEM IPB yaitu Achmad
Rivano.T, Andri Sukrudin, Luqman Azis, Tri Arifin Darsono, Khoerul Imam Fatwani, Raditya Anggoro, Rizky Ananda, Candri Yuniar.R, (Alm) Aditya Meilandi, Fajar Lubis, Ihsan, M.Nauval Fauzan Nst, dan kader angkatan 49 dan 50 yang telah bersama-sama berproses dalam dunia kampus dan senantiasa menjadi patner diskusi. Yakusa.
8. Teman-teman Ilmu Ekonomi FEM IPB Angkatan 47 (Haris, Dwilaksono, Carmin, Dwiki, Hanny, Cika, dan teman-teman yang lainnya) dan keluarga Hipotesa FEM IPB yang senantiasa bertukar pikiran dalam berbagai hal. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak yang berkepentingan.
Bogor, November 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN x
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 6
Tujuan Penelitian 8
Manfaat Penelitian 8
Ruang Lingkup Penelitian 9
TINJAUAN PUSTAKA 9
METODE PENELITIAN 21
Jenis dan Sumber Data 20
Metode Pengolahan Data 21
Uji Hipotesis 24
Uji Asumsi 25
Uji Ekonomi 26
HASIL DAN PEMBAHASAN 28
Kondisi Umum Pariwisata di Kawasan ASEAN+4 28
Pengaruh Pariwisata terhadap Perekonomian Wilayah ASEAN+4 33
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kedatangan Wisatawan ke Wilayah
ASEAN+4 37
SIMPULAN DAN SARAN 41
Simpulan 41
Saran 42
DAFTAR PUSTAKA 43
LAMPIRAN 46
DAFTAR TABEL
1 Tabel 1 Jumlah dan pertumbuhan pengeluaran wisatawan internasional
dunia pada tahun 2006-2013 2
2 Tabel 2 Total dan pertumbuhan investasi modal dunia pada sektor
pariwisata tahun 2009-2013 2
3 Tabel 3 Total dan pertumbuhan pengeluaran pemerintah di dunia
selama periode 2006 sampai 2012 3
4 Tabel 4 Jumlah tenaga kerja dan share tenaga kerja sektor pariwisata terhadap pasar tenaga kerja di Negara-negara ASEAN+4 tahun 2013 5 5 Tabel 5 Pertumbuhan kontribusi sektor pariwisata terhadap GDP total
selama periode 2006 sampai 2012 6
6 Tabel 6 Pertumbuhan jumlah kedatangan wisatawan internasional di
Negara-negara ASEAN+4 selama periode 2008-2012 7
7 Tabel 7 Rangkuman metode dan variabel pada literatur penelitian 17 8 Tabel 8 Pertumbuhan jumlah kedatangan wisatawan ke Negara-negara
ASEAN+4 periode 2008-2012 29
9 Tabel 9 Pertumbuhan pengeluarann wisatawan di Negara-negara
ASEAN+4 tahun 2008-2012 30
10 Tabel 10 Hasil Uji Chow dan uji Hausman model FEM 1 33 11 Tabel 11 Hasil estimasi data panel dengan menggunakan Fixed Effect
Model (FEM) 1 34
12 Tabel 12 Hasil uji normalitas model 1 34
13 Tabel 13 Efek individu perekonomian Negara-negara ASEAN+4 36 14 Tabel 14 Hasil Uji Chow dan uji Hausman Model FEM 2 37 15 Tabel 15 Hasil estimasi data panel dengan menggunakan Fixed Effect
Model (FEM) 2 38
16 Tabel 16 Hasil uji normalitas Model 2 38
17 Tabel 17 Efek individu kedatangan wisatawan di Negara ASEAN+4 41
DAFTAR GAMBAR
1 Gambar 3 Kerangka Pemikiran 20
2 Gambar 4 Investasi Modal Poduk Pariwisata (miliar US$) di ASEAN+4
Tahun 2006-2011 31
DAFTAR LAMPIRAN
1 Model 1 Perekonomian ASEAN+4 46
2 Lampiran 1 Hasil Estimasi Model FEM Diboboti 46
3 Lampiran 2 Uji Likelihood 47
4 Lampiran 3 Uji Hausman 47
5 Lampiran 4 Uji Normalitas 47
6 Lampiran 5 Korelasi antar Variabel 47
7 Lampiran 6 Efek Individu 48
8 Model 2 Kedatangan Wisatawan di Negara-negara ASEAN+4 49 9 Lampiran 7 Hasil Estimasi Model FEM Diboboti 49
10 Lampiran 8 Uji Likelihood 50
11 Lampiran 9 Uji Hausman 50
12 Lampiran 10 Normalitas 50
13 Lampiran 11 Korelasi antar Variabel 50
14 Lampiran 12 Efek Individu 51
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pariwisata merupakan salah satu industri yang berkembang pesat di abad ke-21. Perkembangan sektor pariwisata dunia tidak dapat dilepaskan dari liberalisasi perdagangan sebagai bentuk lain dari globalisasi. Kemajuan sektor ini terjadi seiring keterbukaan yang terjadi di berbagai negara. Menurut Nirwandar (2011), pemberlakuan liberalisasi perdagangan barang dan jasa bertujuan untuk menghilangkan hambatan dalam aktifitas perdagangan, yang meliputi: transaksi perdagangan barang dan jasa, sumber daya modal (investasi), dan pergerakan manusia. Keterbukaan ini yang kemudian mendorong masyarakat untuk berpergian tidak hanya dalam lingkup negaranya bahkan ke negara lain untuk melakukan berbagai aktifitas termasuk perjalanan wisata. Selain itu, perkembangan pariwisata terjadi seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat di era modern terhadap pariwisata. Kesibukan manusia terus mendorong seseorang untuk menyegarkan kembali fikiran ditengah-tengah aktifitasnya. Beberapa kelompok masyarakat tertentu juga mengaitkan kegiatan liburan sebagai hak azasi manusia, yang diwujudkan melalui pemberian libur panjang atau paid holidays (Nirwandar 2011). Ketersediaan waktu liburan ini memberikan peluang bagi masyarakat untuk melakukan perjalanan wisata.
Perkembangan teknologi informasi dan transportasi sangat berperan dalam memberikan kemudahan bagi masyarakat ketika melakukan perjalanan wisata. Perkembangan teknologi ini mempermudah masyarakat dalam memperoleh informasi terkait tempat wisata dan melakukan perjalanan wisata ke daerah tujuan wisata (DTW) dengan biaya yang murah dan cepat. Teknologi informasi digunakan oleh banyak penyelenggara wisata bahkan pemerintah setempat sebagai sarana untuk memperkenalkan atau mempromosikan berbagai keunggulan wisata yang terdapat di daerah tersebut. Kemudian, perkembangan teknologi transportasi yang semakin pesat juga mereduksi biaya perjalanan para wisatawan dan mempersingkat waktu tempuh perjalanan. Kemudahan-kemudahan ini yang kemudian meningkatkan kunjungan wisata ke DTW dan menjadi penerimaan bagi masyarakat setempat. Penerimaan ini diperoleh melalui pengeluaran yang dilakukan oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara.
Tabel 1 Jumlah dan pertumbuhan pengeluaran wisatawan dunia pada tahun 2001-2013
Tahun Jumlah Pengeluaran Wisatawan Pertumbuhan
(dalam miliar US$) (%)
2002 2204.60 0.58
2003 2431.92 9.35
2004 2758.27 11.83
2005 2953.73 6.62
2006 3205.46 7.85
2007 3583.53 10.55
2008 3822.70 6.26
2009 3468.93 -10.20
2010 3738.09 7.20
2011 4211.41 11.24
2012 4322.73 2.58
2013 4455.49 2.98
Rata-rata 3429.74 5.57
Sumber: WTTC (2014)
Pariwisata menjadi sebuah sektor yang mampu meningkatkan produktifitas barang dan jasa di DTW. Wisatawan menuntut empat pelayanan utama yang baik dalam perjalanan wisata yang dilakukannya, yaitu: akomodasi, transportasi, makanan, dan jasa hiburan (Eugenio et al. 2004). Hal tersebut menjadikan industri pendukung pariwisata (seperti industri perhotelan, makanan, kerajinan tangan, dan transportasi) juga turut berkembang seiring meningkatnya kedatangan pariwisata ke DTW. Tidak hanya pihak swasta yang tertarik berinvestasi pada sektor ini, pemerintah juga ambil bagian dalam menanamkan modal guna menopang perekonomian di negaranya. Pada Tabel 2 dapat dilihat total dan pertumbuhan investasi dunia pada sektor pariwisata periode 2009 sampai 2013.
Tabel 2 Investasi modal pariwisata di dunia dan pertumbuhannya selama periode 2009-2013
Tahun Investasi Modal
Total (miliar US$) Pertumbuhan (%)
2009 636.915 -15.07
2010 639.712 0.44
2011 712.508 10.22
2012 734.512 3.00
2013 754.631 2.67
Rata-rata 695.656 0.25
Sumber : WTTC (2014)
yang terlibat langsung dalam industri pariwisata. Rata-rata total investasi modal dunia pada periode ini sebesar 695.656 miliar US$ dengan pertumbuhan sebesar 0.25 persen. Pertumbuhan investasi modal ini pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 15.07 persen yang disebabkan krisis finansial global. Setelah tahun 2009 pertumbuhan investasi modal sektor pariwisata semakin meningkat seiring dengan membaiknya perekonomian global pasca krisis finansial 2008 dan semakin menariknya industri pariwisata bagi para investor (UNWTO 2009).
Perkembangan pesat industri pariwisata menjadikan pihak swasta dan pemerintah di semua negara mulai melirik sektor pariwisata sebagai salah satu sektor yang diharapkan mampu menunjang perekonomian di negaranya. Pemerintah mempunyai tanggung jawab dalam menentukan arah pembangunan pariwisata. Kebijakan yang dibuat ini merupakan panduan bagi para stakeholders dalam menjalankan perannya. Tidak hanya itu, pemerintah sebagai pemegang otoritas juga memiliki hak dan tanggung jawab untuk mengatur, menyediakan, dan menentukan berbagai infrastruktur yang terkait pengembangan pariwisata di negaranya (Damanik dan Weber 2006).
Pengeluaran pemerintah untuk sektor pariwisata di dunia dan pertumbuhannya selama periode 2006-2012 disajikan pada Tabel 3. Data tersebut menjelaskan bahwa total pengeluaran pemerintah selama periode ini terus mengalami peningkatan. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 10.63 persen dengan total pengeluaran 51.08 miliar US$. Persentase pertumbuhan pengeluaran pemerintah terkecil terjadi pada tahun 2012 sebesar 1.32 persen dengan total pengeluaran sebesar 61.16 miliar US$. Secara umun kondisi ini mencerminkan bahwa sektor pariwisata semakin menarik untuk dikembangkan oleh negara-negara dunia.
Tabel 3 Pengeluaran pemerintah untuk sektor pariwisata di dunia dan pertumbuhannya selama periode 2006-2012
Tahun Total Pengeluaran Petumbuhan
(miliar US$) (%)
2006 40.81 6.29
2007 45.64 10.60
2008 51.08 10.63
2009 52.18 2.12
2010 55.60 6.15
2011 60.35 7.86
2012 61.16 1.32
Sumber : WTTC (2014)
menjadikan wilayah ini memiliki daya tarik bagi para wisatawan untuk mengenal dan mempelajari budaya tersebut (Vovworld 2013). Selain wisata alam dan wisata budaya yang menarik, wisata belanja yang berada di kawasan ASEAN juga menjadi daya tarik untuk dikunjungi oleh para wisatawan internasional. Hal tersebut terkait berbagai jenis barang kerajinan tangan hingga industri dengan harga yang bervariasi. Begitu banyak kekayaan wisata yang dimiliki oleh negara-negara ASEAN, menjadikan sektor pariwisata menarik untuk dikembangkan oleh negara-negara dikawasan ini.
Negara-negara ASEAN menjadikan pariwisata menjadi salah satu sektor dari dua belas sektor yang dikembangkan dalam kerjasama ekonomi di kawasan ini. Negara-negara ASEAN melakukan kerjasama dengan Negara-negara mitra-ASEAN yaitu China, Jepang, Korea Selatan, dan India (mitra-ASEAN+4) untuk mengembangkan sektor pariwisata di kawasan tersebut. Kerjasama ini dilakukan dalam rangka pembuatan kebijakan agar terjadi berbagai perbaikan dan kemudahan dalam penyediaan pelayanan jasa pariwisata di kawasan ASEAN+4. Dasar kerjasama yang dilakukan oleh Negara ASEAN+4 diantaranya untuk membangun kerjasama politik, pertukaran teknologi, peningkatan investasi, dan perluasan pangsa pasar. Pembuatan kebijkan ini pada akhirnya diharapkan mampu meningkatkan perekonomian negara melalui sektor pariwisata (Djatnika 2014).
Bagi Negara-negara ASEAN+4, pariwisata menjadi salah satu penggerak perekonomian masyarakat. Berkembangnya pariwisata akan mendorong berbagai kegiatan produksi dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Melalui sektor pariwisata negara-negara tersebut terus membangun perekonomian yang berkesinambungan antar negara di kawasan ini. Kemudian, sektor ini juga dianggap mampu dalam menyerap tenaga kerja, mengentaskan kemiskinan dan mempersempit kesenjangan dalam perkembangan ekonomi yang terjadi antar negara (Vovworld 2013).
Sebagai industri yang bersifat padat karya, pariwisata menjadi sektor penting bagi Negara-negara ASEAN+4 dalam mengurangi tingkat pengangguran di negara tersebut. Keberadaan pengangguran ini menjadikan produktivitas negara tidak dapat maksimal, bahkan untuk lingkup makro hal ini dapat mengganggu stabilan politik suatu negara (Djojohadikusumo 1994). Namun demikian dengan berkembangnya sektor pariwisata, tidak hanya menyediakan diversivikasi sektor perekonomian lain melainkan juga menciptakan kesempatan kerja baru, khususnya bagi kaum perempuan, pemuda, dan golongan masyarakat yang mempunyai kemampuan rendah (ILO 2009). Industri-industri yang bergerak di sektor pariwisata pada umumnya merupakan industri yang memerlukan banyak tenaga kerja. Industri yang banyak menyerap tenaga kerja diantaranya industri akomodasi, industri rumah makan dan industri cendara mata. Kebutuhan industri-industri tersebut terhadap tenaga kerja akan meningkat seiring meningkatnya kunjungan wisata.
terkecil tenaga kerja terhadap pasar tenaga kerja terdapat pada negara Myanmar yaitu sebesar 2.9 persen dengan jumlah tenaga kerja sebesar 4 496 800 orang.
Tabel 4 Jumlah tenaga kerja dan share tenaga kerja sektor pariwisata terhadap pasar tenaga kerja di Negara-negara ASEAN+4 tahun 2013
Negara Jumlah Tenaga Kerja (ribu orang)
Share (%)
China 64412.3 8.3
Japan 4496.8 7.1
Korea Selatan 1582.2 6.3
India 35438.5 7.7
Brunei 15.1 7.4
Myanmar 823.6 2.9
Kamboja 1689.9 20.4
Indonesia 9227.5 8.3
Laos 373.9 12.3
Malaysia 1857.4 14.1
Philipina 4295.1 11.2
Singapura 295.6 8.6
Thailand 6011.4 15.3
Vietnam 4071.3 7.8
Rata-rata 9613.6 9.8
Sumber : WTTC (2014)
Selain berperan dalam penyerapan tenaga kerja, pariwisata juga menjadi salah satu sektor yang dapat meningkatkan pertumbuhan produksi dan pendapatan bagi negara-negara ASEAN+4. Sektor pariwisata merupakan sebuah sektor yang didukung oleh berbagai industri. Selain menghasilkan produk jasa, sektor pariwisata juga dapat mendorong peningkatan produksi pada industri-industri lainnya seperti Industi transportasi, penginapan, makanan, cinderaamata, dan lain sebagainya (Vovworld 2013). Secara agregatif peningkatan produksi dari berbagai industri terkait pariwisata akan berpengaruh terhadap produktivitas suatu negara.
Tabel 5 Pertumbuhan kontribusi sektor pariwisata terhadap GDP total di Negara-negara ASEAN+4 selama periode 2008-2012 (persen)
Negara Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
Brunei Darusalam 10.38 -18.45 18.43 16.26 2.06
Indonesia 16.57 6.28 17.03 14.03 3.61
Laos 25.58 10.64 20.35 13.48 9.04
Malaysia 7.03 -6.40 14.72 10.15 5.51
Myanmar 31.61 0.65 17.33 19.88 7.54
Kamboja 10.57 -1.51 6.88 20.52 9.86
Philiphina -30.59 6.32 6.06 24.64 15.39
Singapura 4.43 9.18 22.12 19.02 4.19
Thailand 5.23 -10.58 7.34 18.73 15.06
Vietnam 35.74 -18.80 8.16 14.74 10.07
China 16.52 6.19 7.06 17.72 11.41
India 8.90 -11.38 18.76 12.65 -3.95
Jepang 7.65 4.62 4.86 7.24 3.13
Korea Selatan -9.10 -4.42 10.05 3.34 4.95
Sumber : WTTC (2014)
Begitu pentingnya sektor pariwisata bagi perekonomian negara-negara ASEAN dan Mitra ASEAN di era liberalisai, menjadikan pemerintah terkait akan terus berupaya membangun dan mengembangkan pariwisata di daerahnya. Namun, dalam penenerapan kebijakan yang dibuat pemerintah seringkali tidak berjalan dengan efektif. Hal tersebut disebabkan karena pemerintah maupun pelaku di sektor pariwisata kurang memahami perannya dalam merencanakan dan mengimplementasikan program terkait pengembangan sektor pariwisata. Kemudian, kurangnya kordinasi dan kerjasama lintas sektor di pemerintahan dalam memacu kemajuan pariwisata menjadikan tidak optimalnya kinerja industri pariwisata secara keseluruhan (Damanik dan Weber 2006).
Negara-negara ASEAN+4 memiliki potensi pariwisata yang besar. Namun pengembangan sektor ini banyak menemui hambatan dalam perjalanannya. maka kajian mengenai peran pariwisata dalam perekonomian suatu negara menjadi hal yang penting untuk dilakukan. Kemudian, analisis faktor yang mempengaruhi kedatangan pariwisata juga diperlukan dalam rangka mengetahui pengembangan pariwisata di negara-negara ASEAN+4 untuk kedepannya.
Rumusan Masalah
negara tersebut dan sebagai salah satu upaya meningkatkan pendapatan dari sektor ini.
Tabel 6 menunjukkan pertumbuhan jumlah kedatangan wisatawan internasional di Negara-negara ASEAN+4 selama periode 2008 sampai 2012. Menurut data yang dipublikasi oleh Bank Dunia (2014), menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah kedatangan wisatawan internasional ke Negara-negara ASEAN+4 mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Data tersebut juga menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah kedatangan wisata pada tahun 2008 dan 2009. Penurunan jumlah kedatangan tersebut terjadi karena krisis finansial yang dialami oleh dunia (UNWTO 2009). Krisis finansial ini juga berdampak pada perekonomian negara-negara tujuan wisata dan menyebabkan berkurangnya berbagai faktor produksi yang di dalamnya termasuk sektor pariwisata. Selain pada tahun 2009, Jepang juga mengalami penurunan jumlah kedatangan wisatawan pada tahun 2011, yang disebabkan karena bencana alam (gempa bumi dan tsunami) yang terjadi di negara tersebut (Saputra 2011).
Tabel 6 Pertumbuhan jumlah kedatangan wisatawan internasional di Negara-negara ASEAN+4 selama periode 2008-2012 (persen)
Negara Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
Brunei Darusalam 26.26 -30.53 36.31 13.08 -13.64
Indonesia 13.22 1.44 10.74 9.24 5.15
Laos 13.4 -4.32 34.79 6.95 19.82
Malaysia 5.14 7.23 3.94 0.56 1.29
Myanmar -28.50 20.58 21.86 20.46 NA
Kamboja 5.46 1.74 16 14.91 24.36
Philiphina 1.52 -3.89 16.67 11.28 9.09
Singapura -2.25 -3.73 22.34 13.42 6.81
Thailand 0.83 -2.98 12.62 20.67 16.25
Vietnam 0.17 -11.54 34.77 19.09 13.87
China -3.05 -4.1 9.41 3.44 0.25
India 3.96 -2.18 11.76 9.23 4.26
Jepang 0.05 -18.69 26.82 -27.78 34.39
Korea Selatan 6.87 13.45 12.54 11.33 13.73
Sumber : World Bank (2014)
tetapi, besarnya potensi pariwisata belum mampu menopang perekonomian secara optimal. Karena pertumbuhan kontribusi pariwisata terhadap GDP yang dihasilkan oleh negara-negara tersebut masih megalami fluktuasi selama periode 2008 sampai 2012 (Tabel 5). Menurut Nirwandar (2011) ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan pariwisata di era globalisasi diantaranya kemajuan teknologi, kualitas sumberdaya manusia, pelayanan pariwisata, tingkat keamanan, dan tingkat kesehatan. Oleh karena itu, perlu dianalisis tentang pengaruh pariwisata terhadap perekonomian di negara ASEAN+4.
Sebagi pemegang otoritas, pemerintah perlu menerapkan suatu kebijakan yang tepat untuk mengembangkan dan memperbaiki berbagai fasilitas dan pelayanan di sektor pariwisata. Kebijakan yang tepat ini akan mengoptimalkan kinerja industri pariwisata secara keseluruhan (Damanik dan Weber 2006). Kedatangan wisatawan menjadi kunci dari kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, seiring perkembangan sektor pariwisata dunia. Maka perlu dianalisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kedatangan wisatawan internasional ke kawasan ASEAN+4.
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini diantaranya :
1. Bagaimana kondisi umum pariwisata di wilayah ASEAN+4?
2. Bagaimana pengaruh sektor pariwisata terhadap perekonomian negara-negara ASEAN+4?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kedatangan wisatawan ke negara-negara ASEAN+4?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan penjabaran pada bagian latar belakang dan permusan masalah di atas, tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan kondisi umum pariwisata di wilayah ASEAN+4. 2. Menganalisis pengaruh pariwisata terhadap perekonomian
Negara-nega ra ASEAN+4.
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kedatangan wisatawan ke wilayah ASEAN+4.
Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak yang berkepentingan dalam penelitian ini, diantaranya:
1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan pemahaman sehingga dapat memberikan masukan maupun solusi untuk pengembangan pariwisata di wilayah ASEAN+4. 2. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menambahkan serta
wawasan serta informasi pariwisata di wilayah ASEAN+4 dan dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian berikutnya.
4. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan dasar merumuskan kebijakan ataupun program dalam rangka meningkatkan kinerja sektor pariwisata guna meningkatkan kinerja perekonomian Negara-negara ASEAN+4.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup pada penelitian ini menganalisis tentang pengaruh sektor pariwisata terhadap perekonomian negara-negara ASEAN+4 dengan menambahkan variabel korupsi sebagai variabel tambahan. Selanjutnya, penelitian lebih difokuskan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kedatangan wisatawan ke negara-negara ASEAN+4. Negara ASEAN yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Brunei, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Philiphina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Negara Myanmar tidak dimasukan sebagai objek penelitian ini, karena adanya keterbatasan data yang tersedia untuk negara ini. Terdapat empat negara mitra ASEAN yang juga menjadi objek penelitian diantaranya China, India, Jepang, dan Korea Selatan. Periode 2005 sampai 2012 digunakan sebagai waktu pengamatan karena keterbatasan data sebelum dan sesudah periode ini.
TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teori
Pengertian Pariwisata
Pariwisata adalah keseluruhan rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan pergerakan manusia dalam melakukan perjalanan atau persinggahan sementara dari tempat tinggalnya ke suatu atau beberapa tempat tujuan di luar lingkungan tempat tinggalnya yang didorong oleh beberapa keperluan atau motif tanpa bermaksud mencari nafkah tetap (BPS 2014). Kemudian, menurut UNWTO (2014) pariwisata merupakan fenomena sosial, budaya, dan ekonomi yang melibatkan pergerakan orang ke negara atau tempat di luar lingkungan mereka untuk tujuan-tujuan profesional pribadi atau bisnis (UNWTO 2014).
GDP Berdasarkan Komponen-komponen Pengeluaran
GDP sering dianggap sebagai indikator terbaik dalam mengukur kinerja ekonomi. GDP merupakan indikator yang digunakan untuk meringkas aktivitas ekonommi dalam satuan nilai uang tertentu selama periode waktu tertentu. Banyak para ekonom dan pembuat keputusan menjelaskan bahwa pos pendapatan nasional membagi GDP ke dalam empat kelompok pengeluaran yaitu konsumsi, investasi, pembelian pemerintah dan ekspor bersih (Mankiw 2007). Kelompok pengeluaran GDP tersebut dapat dibuat persamaan sebagai berikut:
Keterangan:
Y = GDP atau pos pendapatan nasional C = konsumsi
I = investasi
G = pengeluaran pemerintah NX = ekspor bersih
Persamaan diatas menunjukkan GDP sebagai jumlah dari konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor bersih. Persamaan ini merupakan sebuah persamaan identitas yang harus digunakan agar variabel-variabel dapat didefinisikan. Persamaan ini biasa disebut sebagai identitas pos pendapatan nasional (national income accounts identity).
Konsumsi merupakan pos yang terdiri dari jumlah barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga. Konsumsi ini terbagi atas tiga subkelompok, yaitu barang tidak tahan lama, barang tahan lama, dan jasa. Barang tidak tahan lama adalah jenis barang yang habis dipakai dalam waktu yang singkat. Barang tahan lama adalah jenis barang yang mempunyai usia panjang. Jasa merupakan pekerjaan yang dilakukan untuk konsumen oleh individu atau perusahaan.
Investasi adalah barang-barang yang dibeli untuk keperluan atau penggunaan di masa depan. Investasi terbagi menjadi tiga subkelompok, yaitu investasi tetap bisnis, investasi tetap residensial, dan investasi persediaan. Investasi tetap bisnis merupakan suatu pembelian terhadap pabrik dan peralatan baru oleh perusahaan. Investasi residensial adalah pembeliaan rumah baru oleh rumah tangga dan pemilik modal. Investasi persediaan merupakan peningkatan dalam persediaaan barang perusahaan.
Pembelian pemerintah adalah barang dan jasa yang dibeli oleh pemerintah pusat maupun daerah. Jenis pembelian ini meliputi peralatan militer, infrastuktur, dan jasa yang diberikan pegawai pemerintah. Akan tetapi pemberian jaminan sosial dan kesejahteraan tidak termasuk di sini, karena pada kasus ini hanya merelokasi pendapatan yang ada dan tidak memerlukan pertukaran barang dan jasa.
Net ekspor atau ekspor bersih merupakan nilai barang dan jasa yang diekspor ke negara lain dikurang nilai barang dan jasa yang diimpor dari negara lain. Ekspor neto menunjukkan positif terjadi ketika nilai ekspor lebih besar dibandingkan nilai import, dan begitupula sebaliknya.
Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
dikeluarkan oleh pemerintah sebagai sarana penunjang perekonomian seperti belanja infrastruktur, gaji pegawai, dan lain sebagainya.
Teori Pertumbuhan Harrod-Domar
Teori pertumbuhan Harrod-Domar pada dasarnya menjelaskan hubungan atara tingkat pertumbuhan ekonomi dan investasi. Dasar pemikiran teori ini adalah bahwa pada suatu tingkat pendapatan nasional tertentu hanya cukup untuk menyerap seluruh tenaga kerja dengan tingkat upah pada satu periode. Dalam periode berikutnya tingkat pendapatan nasional ini tidak akan mampu menyerap seeluruh tenaga kerja yang ada, karena adanya tambahan kapasitas produksi pada periode berikutnya. Oleh karena itu untuk meningkatkan perekonomian diperlukan tambahan investasi baru sebagai tambahan modal yang digunakan untuk penyerapan tingkat tenaga kerja penuh pada periode berikutnya. Menurut Todaro dan Smith (2006), model pertumbuhan Harrod-Domar dapat disusun melalui persamaan berikut :
1. Pada persamaan pertama mendefinisikan bahwa Tabungan (S) merupakan bagian dalam jumlah tertentu (s) dari total pendapatan nasional (Y). Dapat ditulis dalam persamaan berikut:
S = sY
2. Pada persamaan kedua menjelaskan bahwa perubahan stok modal ( ) mempunyai hubungan langsung terhadap perubahan jumlah pendapatan nasional atau output ( ), seperti ditunjukan oleh rasio modal-output (k). Maka persamaan tersebut adalah:
= k
3. Jika diketahui bahwa = (S=I) dan k =sY maka dapat dibuat persamaan sebagai berikut:
Persamaan tersebut merupakan persamaan dalam teori pertumbuhan Harood-Domar, yang secara jelas menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan GDP ( ) ditentukan bersama-sama oleh rasio tabungan (s) dan rasio modal-output nasional (k).
Teori Pertumbuhan Solow
Model pertumbuhan Solow merupakan sebuah model yang berkontribusi dalam pembentukan teori pertumbuhan neoklasik yang juga menjadi sebuah dasar pemikiran dalam pembentukan liberalisasi perdagangan antar negara. Model ini menyatakan bahwa perekonomian semua negara akan bertemu (converge) pada tingkat pendapatan yang sama, dengan asumsi bahwa negara-negara tersebut memiliki tingkat tabungan, depresiasi, pertumbuhan angkatan kerja dan produktivitas yang sama (Mankiw 2007).
Model Solow menjelaskan interaksi antara pertumbuhan tenaga kerja, pertumbuhan modal dalam suatu perekonomian. Kemajuan teknologi juga ditetapkan sebagai faktor residu dalam menjelaskan pertumbuhan ekonomi jangka panjang dan juga diasumsikan bersifat eksogen atau tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya (Mankiw 2007). Selanjutnya, tingkat kemajuan teknologi (sebagai penentu produktivitas tenaga kerja) ditentukan secara eksogen, sehingga model ini terkadang juga disebut sebagai model pertumbuhan eksogen. Adapun perumusan model ini menggunakan fungsi agregat standar, yaitu:
Dimana,
Y = output total
K = stok modal modal total L = tenaga kerja total E = efisiensi tenaga kerja
L x E digunakan untuk mengukur jumlah para pekerja efektif. Perhitungan tersebut mengukur jumlah pekerja L dan efisiensi masing-masing pekerja E. Fungsi produksi ini menyatakan bahwa output total Y bergantung pada stok modal total K dan jumlah pekerja efektif (L x E).
Fungsi produksi yang digunakan dapat menunjukkan ekulibrium perekonomian pada jangka panjang. Kondisi ini diperoleh ketika perubahan persediaan modal yang terjadi sama dengan nol. Perubahan persediaan modal sendiri diperoleh dari selisih antara investasi dikurang investasi pulang pokok. Adapun perumusannya adalah sebagai berikut:
Perubahan persediaan modal = investasi – investasi pulang pokok
Δk = sf(k) – ( + n +g)k
investasi yang diberikan dikurang investasi pulang pokok merupakan kondisi mapan (stady-state level of capital).
Peran pariwisata dalam perekonomian
Pekembangan sektor pariwisata dunia tidak dapat dilepaskan dari begitu pentingnya peran sektor pariwisata bagi perekonomian suatu negara. Banyak sektor ekonomi yang secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan sektor pariwisata. Industri pariwisata mempunyai dampak ganda (multiplier effect) terhadap perekonomian. Selain itu pariwisata juga memberikan keuntungan ke bawah, terutama bagi masyarakat diwilayah tersebut. Dalam keadaan ideal, pariwisata menghidupkan pasar lokal dan mengurangi ketergantungan terhadap impor. Multiplier effect ini juga akan berpengaruh terhadap semakin membaiknya kualitas pelayanan lokal melalui investasi dan belanja dalam negeri (Ismayanti 2010).
Menurut Yoeti (2008), Sektor pariwisata berfungsi sebagai katalisator pembangunan (agent of development) sebuah wilayah sekaligus mempercepat proses pembangunan itu sendiri. Adapun peran sektor pariwisata bagi perekonomian suatu wilayah yaitu:
1. Meningkatkan perolehan devisa negara.
2. Mempercepat dan memperluas proses kesempatan berusaha. 3. Memperbesar kesempatan kerja bagi masyarakat.
4. Mempercepat proses pemerataan pendapatan.
5. Meningkatkan penerimaan negara melalui pajak dan penerimaan daerah melalui retribusi.
6. Meningkatkan pendapatan negara.
7. Memperkuat posisi neraca pembayaran negara.
8. Mendorong pertumbuan dan pembangunan wilayah yang memiliki sumberdaya alam terbatas.
Faktor daya tarik kedatangan wisatawan
Ada beberapa faktor yang menentukan permintaan khusus terhadap daerah tujuan wisatawan (DTW). Menurut Yoeti (2008) faktor-faktor yang menentukan wisatawan berkunjung ke tempat wisata adalah sebagai berikut:
1. Harga
Harga menjadi salah satu faktor penentu bagi wisatawan berkujung ke suatu tempat wisata. Namun, seringkali faktor harga menjadi pertimbangan kedua dalam penentuan permintaan pariwisata. Kebanyakan wisatawan mementingkan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan dengan waktu yang diinginkannya.
2. Daya tarik wisata
3. Kemudahan berkunjung
Asesibilitas wisatawan untuk berkunjung ke DTW mempengaruhi pilihan kunjungan wisatawan. Asestabilitas ini berkaitan dengan ketersediaan transportasi dan prasarana yang memadai (seperti bandara yang nyaman, infrastruktur jalan, air bersih, listrik, dan jumlah hotel).
4. Infomasi dan layanan sebelum kunjungan
Semua informasi tentang sarana yang dibutuhkan wisatawan di DTW berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan. Sarana ini terkait dengan tempat penukaran valuta asing, perpanjangan visa, dan pemesanan tiket kepulangan wisatawan.
5. Citra
Seringkali wisatawan memiliki kesan tesendiri tentang DTW. Hal tersebut berkaitan dengan citra yang ditimbulkan oleh DTW terhadap wisatawan dan keyakinan wisatawan akan pariwisata yang akan diperoleh ketika berkunjung ke DTW. Selanjutnya citra ini akan menjadi suatu pertimbangan wisatawan untuk berkunjung.
Penelitian Terdahulu
Studi yang dilakukan oleh Eugenio-Martin et al. (2004) mengenai pariwisata dan pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan data panel untuk negara-negara Amerika Latin menunjukkan bahwa bahwa jumlah kedatangan pariwisata, GDP tahun sebelumnya, investasi dari pendapatan domestik dan stabilitas negara berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran pemerintah dan tingkat korupsi berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam penelitian ini variabel pariwisata diukur dari besarnya investasi dan kedatangan pariwisata tahun sebelumnya. Indikator investasi pariwisata dilihat dari investasi dari pendapatan domestik, pengeluaran publik untuk pendidikan, konsumsi umum pemerintah, stabilitas negara dan tingkat korupsi. Indikator kedatangan pariwisata dilihat dari jumlah wisatawan dan GDP tahun sebelumnya. Selanjutnya, pada penelitian oleh Eugenio-Martin, et al (2004) yang meneliti tentang penentu kedatangan pariwisata di Amerika Latin dan membagi negara menjadi tiga kelompok berdasarkan per kapita (tinggi, menengah, dan rendah). Hasilnya menunjukkan bahwa kedatangan wisatawan ke negara-negara Amerika Latin di pengaruhi oleh GDP, angka harapan hidup dan perdagangan yang semuanya berpengaruh positif. Hasil penelitian dengan membagi negara berdasarkan tingkat pendapatannya mendapatkan hasil yang berbeda-beda. Kedatangan wisatawan di negara pendapatan tinggi dipengaruhi secara positif dengan pendapatan per kapita negara tujuan, tingkat pendidikan tinggi dan menengah, akan tetapi tingkat investasi per kapita berpengaruh secara negatif. Kemudian, kedatangan wisatawan di negara berpendapatan menengah dipengaruhi secara positif oleh pendapatan perkapita, perdagangan dan harapan hidup di negara tujuan. Kedatangan wisatawan di negara berpendapatan rendah dipengaruhi positif oleh pendapatan per kapita, investasi per kapita, harapan hidup dan tingkat pendidikan.
penelitian ini menunjukkan bahwa stabilitas politik, infrastruktur pariwisata, pembangunan negara, kesehatan, berpengaruh positif bagi kedatangan wisatawan. Namun, faktor pendapatan wisatawan memiliki hubungan negatif terhadap kedatangan wisatawan.
Penelitian yang dilakukan oleh Sodik dan Nuryadin (2005) mengenai investasi dan pertumbuhan ekonomi regional di 26 propinsi di Indonesia pada periode 1998 sampai 2003 menunjukkan bahwa investasi dalam dan luar negeri, keterbukaan ekonomi yang diwakili oleh nilai ekspor bersih berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun, variabel laju inflasi hanya berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional pada tahun 2000 sampai 2003. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel.
Penelitian yang dilakukan oleh Dritsakis (2012) mengenai hubungan antara pembangunan pariwisata yang diukur dari penerimaan dari turis perkapita dan nilai tukar terhadap pertumbuhan ekonomi tujuh negara di Mediterania. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terbukti dari hubungan panel kointegrasi antara pembangunan pariwisata dan GDP dalam kasus tujuh negara di Mediterania. Hal tersebut menunjukkan bahwa penerimaan pariwisata memiliki dampak yang tinggi pada GDP negara tersebut. Selain itu, nilai tukar juga mempengaruhi terhadap peningkatkan perekonomian negara.
Dita (2013) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pariwisata internasional Indonesia dari negara-negara ASEAN. Hasil dari analisis menggunakan data panel pada penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah akomodasi dan permintaan tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap permintaan pariwisata ini. Variabel GDP negara asal, harga relatif, dan infrastruktur negara tujuan berpengaruh negatif terhadap permintaan pariwisata Indonesia. Variabel infrastruktur yang diwakili oleh panjang jalan beraspal berpengaruh negatif terhadap kedatangan pariwisata. Hal ini terkait kecenderungan wisatawan yang tidak mempedulikan infrastruktur.
Penelitian tentang model permintaan pariwisata Indonesia dilakukan Hakim, et al. (2013) yang menggunakan proksi kedatangan wisatawan asing sebagai variabel permintaan pariwisata. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa permintaan pariwisata di indonesia dipengaruhi oleh GDP Indonesia, GDP negara asal wisatawan, harga pariwisata Indonesia, harga pariwisata negara lain, konsumsi pariwisata. Hasil dari penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa GDP Indonesia, GDP negara asal, harga pariwisata negara lain dan konsumsi berpengaruh positif terhadap penawaran wisata Indonesia. Akan tetapi, harga pariwisata Indonesia berpengaruh negatif terhadap permintaan pariwisata. Penelitian ini menggunakan analisis data panel dengan metode fixed effect.
Sebuah penelitian dilakukan oleh Makochekanwa (2013) dengan judul an analysis of tourism contribution to economic groeth in SADC (Southern Africa Development Community) countries. Penelitian ini mengunakan metode data panel statis sebagai alat analisis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengeluaran wisatawan mancanegara, investasi modal sektor pariwisata, index kebebasan ekonomi, partisipasi sekolah berpengaruh positif terhadap peningkatan GDP perkapita suatu negara. Akan tetapi, investasi langsung dan total konsumsi rumah tangga berpengaruh negatif terhadap perekonomian di wilayah ini.
sampai 2010. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data panel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa investasi modal fisik, belanja pemerintah, dan pengeluaran pendidikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Variabel korupsi berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di kawasan ini. Korupsi diindikasikan sebagai rendahnya kualitas institusi pemerintah yang menghambat kinerja perekonomian di kawasan ASEAN+3.
Beberapa penelitian terkait pariwisata dan pertumbuhan ekonomi menggunakan metode analisis data panel dinamis. Namun, metode data panel statis juga dapat digunakan dalam penelitian ini seperti yang dilakukan oleh Makochekanwa (2013) dalam penelitian di negara-negara SADC. Namun, penelitian ini melihat pengaruh pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi berdasarkan pengeluaran wisatawan yang terdiri dari pegeluaran wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik untuk produk-produk pariwisata di negara tujuan, investasi modal di sektor pariwisata, dan total pengeluaran pemerintah. Selain itu, pada penelitian ini juga menggunakan variabel tingkat korupsi yang mempengaruhi tingkat efisiensi dan kinerja perekonomian suatu negara (Eugenio-Martín et al. 2004).
Selanjutnya, analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kedatangan pariwisata ke DTW pada penelitian ini menggunakan metode panel statis. Beberapa penelitian menggunakan variabel harga dalam menentukan kedatangan wisatawan ke tempat tujuan wisata yang dilihat dari perbandingan antara index harga konsumen negara tujuan terhadap index harga negara asal wisatawan terhadap nilai tukar antar dua negara. Namun, pada penelitian ini variabel yang digunakan merupakan perbandingan antara nilai tukar nominal dan paritas daya beli antara negara tujuan terhadap Amerika (Eugenio-Martín et al. 2004). GDP perkapita negara tujuan harapan hidup dan perdagangan juga digunakan sebagai variabel independen dalam penelitian ini dengan merujuk pada penelitian Eugenio-Martín et al. (2004). Kualitas pelayanan publik digunakan dalam penelitian ini sebagai faktor yang menentukan permintaan pariwisata (Yoeti 2006).
Metode data panel statis sebagai metode analisis kuantitatif dalam penelitian ini dapat menginterpretasikan nilai individual heterogenity atau keragaman individu dari setiap cross section. Penggambaran terhadap nilai keragaman individu tersebut dapat menunjukkan besaran variabel terikat dari suatu model untuk setiap cross section yang digunakan. Penelitian ini terdapat dua model yang dianalisis menggunakan data panel statis, sehingga dapat dijabarkan dua nilai keragaman individu yaitu besaran pengaruh pertumbuhan ekonomi dan jumlah kedatangan wisatawan untuk setiap negara.
Selain itu, perbedaan antara penelitiaan ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya terdapat pada objek dari penelitian ini. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Negara-negara ASEAN beserta empat mitra kerjasama dari Asia. Pemilihan empat mitra kerjasama ini karena keempat negara ini telah menandatangani kesepakatan kerjasama dengan pihak ASEAN untuk melakukan kerjasama dalam bidang pariwisata (Djatnika 2014).
Tabel 7 Rangkuman metode dan variabel pada literatur penelitian
Data panel investasi dalam dan luar negeri (+), ekspor bersih
Kerangka Pemikiran
Berdasarkan literatur dalam penelitian terdahulu, penelitian ini menggunakan analisis data panel untuk menguji pengaruh sektor pariwisata terhadap perekonomian negara-negara ASEAN+4 perekonomian dan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kedatangan wisatawan mancanegara. Ke negara-negara ASEAN beserta empat mitra ASEAN (China, India, Jepang, dan Korea Selatan). ASEAN dipilih sebagai objek dalam penelitian ini karena kawasan ini memiliki berbagai jenis objek wisata. Selain itu, kawasan ini juga memiliki jumlah penduduk yang begitu besar dan berpotensi menjadi pasar pariwisata yang dapat menunjang perekonomian negara. Kemudian, pemilihan empat mitra ASEAN ini karena negara-negara tersebut telah menjalani kerjasama dengan pihak ASEAN untuk mengembangkan pariwisata di kawasan tersebut.
No. Judul Penelitian, Nama
Data Panel Statis Pengeluaran wisata mancanegara (+),
Pariwisata menjadi salah satu industri yang berkembang pesat diabad ke-21. Hal ini terjadi seiring dengan liberalisasi perdagangan yang terjadi, dimana setiap negara berupaya menghilangkan hambatan yang ada. Selain itu, perkembangan teknologi menjadi sebuah faktor penting yang menunjang perkembangan pariwisata. Perkembangan teknologi ini memudahkan para wisatawan dalam melakukan kunjungan wisata dengan biaya yang lebih murah. Banyak negara-negara didunia mengembangkan pariwisata diwilayahnya karena pariwisata dianggap sebagai sektor yang mampu menyerap banyak tenaga kerja dan menjadi sumber pemasukan untuk masyarakat maupun negara. Namun, pengembangan pariwisata sebagai faktor penunjang perekonomian suatu negara menghadapi tantangan yang serius, hal ini terkait masalah kesehatan, keamanan, dan bencana alam. Selain itu, stabilitas ekonomi juga menjadi faktor yang mempengaruhi kunjungan wisata ke sebuah negara. Pengaruh stabilitas ekonomi ini terjadi pada tahun 2008, dimana krisis finansial global mempengaruhi kinerja sektor pariwisata dunia.
Gambar 1 menjelaskan tentang kerangka pemikiran yang mencakup variabel-variabel yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Tingkat perekonomian menjadi tujuan dari pengembangan pariwisata di suatu negara. Menurut Mankiw (2007), GDP dapat digunakan sebagai ukuran untuk melihat kinerja perekonomian, karena GDP merupakan ringkasan aktivitas ekonomi dalam satuan mata uang tertentu selama periode tertentu. Penelitian ini menjadikan perekonomian yang diwakili oleh GDP perkapita sebagai variabel yang dipengaruhi oleh beberapa variabel bebas yaitu, pengeluaran wisatawan, investasi modal sektor pariwisata, pengeluaran pemerintah, dan tingkat korupsi. Pengeluaran wisatawan merupakan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh wisatawan domestik dan mancanegara di suatu negara dan menjadi pemasukan bagi penyedia produk pariwisata. Investasi modal sektor pariwisata menjadi modal bagi industri pariwisata yang digunakan untuk peningkatan produksi. Pengeluaran pemerintah merupakan belanja yang dilakukan pemerintah (terkait barang publik) yang ditujukan untuk meningkatkan produktivitas masyarakat. Korupsi menjadi sebuah faktor yang tidak dapat dilepaskan dengan pertumbuhan ekonomi, karena korupsi menciptakan inefisiensi dalam kegiatan ekonomi.
menggambarkan tingkat perekonomian penduduk di suatu negara dan dilihat sebagai faktor produksi semua sektor perekonomian termasuk pariwisata.
Keterangan :
: dipengaruhi oleh : mempengaruhi : terdiri dari
: variabel tidak digunakan
Gambar 3 Kerangka Pemikiran Perekonomian
Negara
Kedatangan Wisatawan
Total Pengeluaran
Pemerintah
Keterbukaan Perdagangan
Harga Korupsi
Harapan Hidup
Kualitas Pelayanan
Pariwisata Kemajuan
Teknologi Liberalisasi
Bencana Alam
Isu keamanan dan Kesehatan
Pengeluaran Wisatawan Investasi
Modal Sektor
Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dipaparkan, hipotesis yang dapat diatarik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hipotesis mengenai pengaruh sektor pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi.
1.1. Investasi modal di sektor pariwisata berpengaruh positif terhadap GDP perkapita.
1.2. Tingkat pengeluaran wisatawan berpengaruh positif terhadap GDP perkapita.
1.3. Konsumsi umum pemerintah berpengaruh positif terhadap GDP perkapita.
1.4. Tingkat korupsi berpengaruh negatif terhadap GDP perkapita. 1. Hipotesis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kedatangan
wisatawan.
1.1. Produk domestik bruto di DTW tahun berpengaruh positif terhadap kedatangan wisatawan.
1.2. Harga barang dan jasa di DTW berpengaruh negatif terhadap kedatangan wisatawan.
1.3. Kualitas pelayanan publik di DTW berpengaruh positif terhadap kedatangan wisatawan.
1.4. Harapan hidup di DTW berpengaruh positif terhadap kedatangan wisatawan.
1.5. Perdagangan di DTW berpengaruh positif terhadap kedatangan wisatawan.
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah jenis data yang diambil dari pihak (seseorang atau lembaga) lain yang telah dipublikasi (Widarjono 2009). Semua data yang diambil dalam penelitian adalah data cross section dan time series. Data time series ini meliputi data tahunan dari tahun 2005 hingga 2012. Sedangkan untuk data cross section meliputi negara-negara ASEAN yang terdiri dari Brunei, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Philiphina, Singapura, Thailand, dan Vietnam dan 6 negara mitra ASEAN yang terdiri dari China, Jepang, Korea Selatan, dan India.
Development Indicators (WDI) yang dirilis oleh World Bank. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan data index pelayanan publik yang diperoleh dari lembaga Fund for Peace dan index persepsi korupsi dari Transparency Internasional.
Metode dan Pengolahan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Metode deskriptif kualitatif digunakan untuk menggambarkan dan menganalisis kondisi umum pariwisata di Negara-negara ASEAN+4 melalui data sekunder yang diperoleh dari beberapa lembaga. Selanjutnya, metode kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan metode data panel statis untuk melihat pengaruh pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi dan menganalisis faktor-faktora yang mempengaruhi kedatangan wisatawan. Data tersebut dianalisis menggunakan program Eviews 6 yang kemudian hasilnya akan diinterpretasikan. Interpretasi hasil tersebut dilakukan dengan cara melihat kesesuaian hasil yang diperoleh dengan beberapa tinjauan ekonomi.
Analisis Data Panel Statis
Model data panel adalah suatu model analisis yang mengkombinasikan data time series dan cross section sehingga jumlah observasi yang diamati menjadi lebih besar Firdaus 2011). Selain itu, model ini dapat meningkatkan derajat kebebasan (degree of freedom) yang artinya meningkatkan efisiensi. Menurut Baltagi (2005), ada beberapa keunggulan dari penggunaan metode data panel diantaranya, yaitu:
1. Metode daata panel dapat mengontrol keberadaan unobserved heterogeneity, karena data ini memasukkan data individu ke dalam deret waktu .
2. Data panel mampu memberikan data yang informatif, mengurangi kolinieritas antarpeubah, lebih bervariasi, memperbesar derajat kebebasan, dan lebih efisien.
3. Data panel lebih baik dalam mengidentifikasi dan mengukur efek dari pada penggunaan data time series saja atau cross section saja.
4. Dapat mengurangi bias pada analisis yang mengagregasi individu yang lebih luas
5. Data panel menggunakan data dari individu-individu yang berulang dari tahun ke tahun, maka dapat dipelajari suatu bentuk peubah yang dinamis dan dapat mempelajari model prilaku yang lebih kompleks.
Pemilihan Metode Estimasi
Terdapat tiga pendekatan dalam pemilihan model estimasi regresi data panel, yaitu Pooled Least Square (PLS), Fixed Effect atau Least Square Dependent Variable (LSDV), dan Random Effect (Gujarati 2006). Adapun penjelasan dari masing-masing pendekatan sebagai berikut:
1. Pendekatan Pooled Least Square (PLS)
merupakan jumlah cross sectio dan T menunjukkan jumlah time series yang digunakan dalam analisis. Model yang digunakan dalam pendekatan ini yaitu:
YIt = ai + ßXit + uit Keterangan : Yit = variabel dependen
Xit = variabel independen a = intersep
ß = slope uit = error
Terbatasnya asumsi yang digunakan dalam metode ini karena model mengasumsikan bahwa intersep dan koefisien dari setiap variabel individu dianggap sama.oleh karena itu, model ini kurang sesuai untuk data panel. Selain itu penggunaan parameter akan bias karena metode ini tidak dapat membedakan observasi yang berbeda pada periode yang sama ataupun tidak dapat membedakan observasi yang sama pada periode yang berbeda (Firdaus, 2011).
2. Pendekatan Fixed Effect
Pendekatan Fixed Effect merupakan metode yang digunakan ketika antara efek individu dan variabel penjelas memiliki hubungan dengan variabel Xit atau memiliki pola yang sifatnya tidak acak. Asumsi tersebut membuat komponen eror dari efek individu dan waktu dimasukkan sebagai bagian dari intersep (Firdaus,2011). Dalam model ini dimungkinkan untuk memasukan variabel dummy (D) untuk memudahkan adanya peubah intersep. Model yang digunakan dalam pendekatan ini yaitu:
Yit = Σ αiDi + βXit + uit
Pada pendekatan Fixed Effect dapat dilakukan pembobotan (no wiighted) atau dengan pembobotan (cross section weight) atau yang sering disebut General Least Square (GLS). Pembobotan yang dilakukan pada model ini bertujuan untuk mengurangi heterogenitas antara unit Cross section.
3. Pendekatan Random Effect
Pendekatan Random Effect digunakan ketika tidak adanya korelasi antara efek individu dan regresor. Hal tersebut menunjukkan bahwa komponen eror dari efek individu dan waktu dimasukan ke dalam erorr (Firdaus, 2011). Model yang digunakan dalam pendekatan ini yaitu:
Yit = αi + βXit + ε εit = uit+ Vit + Wit Keterangan: uit = komponen cross section eror
Vi = komponen time series eror Wit t = komponen combinations eror
1. Uji Chow
Uji Chow adalah pengujian statistik sebagai dasar pemilihan model PLS atau model Fixed Efect yang akan digunakan. Hipotesis yang digunakan pada pengujian ini adalah sebagai berikut:
: menggunakan PLS
: menggunakan Fixed Efecct Model
Nilai F-statistik digunakan sebagai dasar penolakan hipotesis nol. Penolakan dilakukan ketika nilai F-statistik dalam pengujian lebih besar daripada F-statistik, sehingga model yang digunakan yaitu fixed effect, dan begitu pula sebaliknya. Nilai F-statistik dapat diperoleh berdasarkan persamaan berikut:
⁄ ⁄ Keterangan: RRSS = hasil pendugaan model PLS
URSS = hasil pendugaan model fixed effect N = jumlah data cross section
K = jumlah data time series T = jumlah variabel penjelas
2. Uji Housman
Uji Housman merupakan pengujian yang dapat dijadikan dasar sebagai penentu pemilihan model fixed effect atau model random effect yang akan digunakan. Hipotesis yang digunakan pada uji ini adalah sebagai berikut:
: menggunakan Random Efecct Model : menggunakan Fixed Efecct Model
Membandingkan nilai statistik Housmann dengan Chi-Square digunakan sebagai dasar penolakan hipotesis nol. Penolakan dilakukan ketika nilai statistik-H dalam pengujian lebih besar daripada (k) , sehingga model yang digunakan yaitu fixed effect, dan begitu pula sebaliknya. Nilai F-statistik dapat diperoleh berdasarkan persamaan berikut :
Keterangan : = vektor statistik variabel random effect
= vektor statistik variabel fixed effect
= matriks kovarians untuk dugaan model fixed effect = matriks kovarians untuk dugaan model random effect K = derajat bebas
3. Uji LM (Breusch-Pagan)
Uji LM (Breush-Pagan) adalah pengujian statistik sebagai dasar pemilihan model random effect atau model Pooled Least Square. yang akan digunakan. Hipotesis yang digunakan pada pengujian ini adalah sebagai berikut:
: menggunakan Pooled Least Square. : menggunakan Random Effect Model
Perumusan Model Penelitian
Peneliti menggunakan dua model yang digunakan untuk menganalisis pengarhu pariwisata terhadap perekonomian dan faktor-faktor yang mempengaruhi kedatangan wisatawan di wilayah ASEAN+4. Model pada penelitian yang dilakukan oleh Eugenio-Martin, et al (2004) dan Makochekanwa (2013). Kemudian, model kedua mengacu pada penelitian Eugenio-Martin, et al (2004). Adapun model tersebut sebagai berikut :
Model pertama :
Keterangan :
= produk domestik bruto per kapita rill (konstan tahun 2005 US$)
= tingkat pengeluaran wisatawan (domestik dan mancanegara) (US$)
= investasi modal sektor pariwisata (US$) = total pengeluaran pemerintah (US$)
= Index Persepsi Korupsi (index skala 0 sampai10)
α = intersep, β = slope, = error
Model kedua :
Keterangan :
= kedatangan wisatawan perkapita
= harga (rasio antara nilai tukar dengan faktor konversi PPP)
= index pelayanan publik (index skala 0 sampai10) = total perdagangan (US$)
= harapan hidup ketika lahir (tahun)
= produk domestik bruto per kapita rill (konstan tahun 2005 US$)
α = intersep, β = slope, = error
Uji Hipotesis
Uji-F
Uji-F merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat.Hipotesis pengujian yang digunakan adalah:
: : minimal terdapat satu 0
Jika F-statistic > F a(k-1,NT-N-K) atau Prob(F-statistic) < taraf nyata (a), maka tolak , yang berarti dengan tingkat kepercayaan 1-a dapat disimpulkan bahwa variabel bebas yang digunakan di dalam model secara bersama-sama signifikan mempengaruhi variabel terikat, begitu pula sebaliknya.
Uji-t
Uji-t merupakan pengujian yang digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Hipotesis pengujian yang digunakan adalah:
: 0 : 0
Jika diperoleh nilai t-statistic lebih besar dari t a/2(NT-K-1), maka keputusan yang diambil adalah tolak dan dapat disimpulkan bahwa variabel bebas ke-k secara parsial mempengaruhi variabel terikat dengan tingkat kepercayaan 1- , begitu pula sebaliknya.
Koefisien Determinasi
Koefisien diterminasi digunakan untuk mengetahui seberapa baik model yang diperoleh sesuai dengan data yang digunakan, mengukur besarnya persentase variasi dalam peubah terikat yang mampu dijelaskan oleh peubah
bebas. Nilai koefisien determinasi yaitu 0≤ . Model dikatakan baik apabila nilai koefisien ini mendekati semakin mendekati satu.
Uji Asumsi
Uji asumsi dilakukan untuk mendapatkan hasil model yang efisien dan konsisten. Sehingga uji ini perlu dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pelanggaran asumsi klasik seperti normalitas, heteroskedastisitas, multikolinearitas, dan autokorelasi.
Uji Normalitas
Uji asumsi normalitas dilakukan untuk melihat apakah residual (error term) terdistribusi normal atau tidak. Adapun hipotesis yang digunakan dalam uji ini sebagai berikut:
: 0 (residual terdistribusi nomal)
: α ≠ 0 (residual tidak terdistribusi nomal)
Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan variasi residual yang tidak sama untuk semua pengamatan. Sedangkan Homokedastisitas merupakan variasi residual yang sama untuk semua pengamatan.
Pengujian dapat dilakukan untuk melihat hasil estimasi yang terbebas dari masalah heterokedastisitas. Pengujian tersebut dapat dilakukan dengan cara melihat sum square resid pada Weighted Statistics yang mana hasilnya lebih kecil dari sum square resid pada Unweighted Statistics.
Uji Moltikolinearitas
Uji multikolinearita digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan linier antara variabel bebas. Indikasi terdapatnya multikolinearitas pada hasil estimasi adalah jika koefisien parameter dari t-statistik banyak yang tidak signifikan sementara f –statistiknya signifikan. permasalahan multikolieraritas dapat diatasi dengan beberapa cara, diantaranya menghilangkan variabel yang tidak signifikan, menambah variabel, dan pembobotan (cross section weight) atau GLS.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengidentifikasi ada tidaknya korelasi antar error pada periode waktu yang berbeda. Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai Durbin Watson (DW) hasil estimasi model dengan DW-tabel. Gujarati (2004) Permasalahan autokorelasi ini dapat diatasi dengan penggunaan model General Least Square. Perhitungan selang nilai statistik DW dan keputusan keberadaan autokorelasi adalah sebagai beikut:
0 dL dU 2 4-dU 4-dL 4
Autokorelasi positif
Tidak ada keputusan
Tidak ada autokorelasi
Tidak ada keputusan
Autokorelasi negatif
Uji Ekonomi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Pariwisata di Kawasan ASEAN+4
ASEAN merupakan suatu wilayah yang kaya akan berbagai jenis tempat tujuan wisata. Jenis tempat tujuan wisata yang terdapat di kawasan ini antara lain wisata alam, wisata budaya, wisata kuliner, wisata sejarah, dan wisata belanja. Selain itu, belakangan ini ada gagasan untuk mengembangkan wisata syariah untuk menarik wisatawan dari negara-negara islam dan masyarakat muslim lainnya. Beragamnya jenis wisata yang ditawarkan di ASEAN menjadi salah satu daya tarik wisatawan untuk berkunjung. Hal ini tentu menjadi salah satu keuntungan negara-negara ASEAN karena dengan banyaknya kunjungan wisatawan maka kegiatan ekonomi masyarakat setempat juga turut berkembang.
Begitu besar potensi pariwisata yang dimiliki ASEAN maka negara-negara di kawasan ini mulai fokus untuk mengembangkan sektor pariwisata. Negara-negara ASEAN bersepakat membentuk sebuah forum untuk membahas pengembangan potensi pariwisata pada tanggal 4 November 2002 di Phnom Penh. Forum kerja sama ini menghasilkan sebuah kesepakatan perjanjian pariwisata ASEAN atau ASEAN Tourism Agreement (Djatnika 2014). Ada lima poin isi dari perjanjian ini, yaitu:
1. Pemasaran dan promosi 2. Pengembangan produk
3. Peningkatan pelayanan dan standar pariwisata 4. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) 5. Fasilitas perjalanan pariwisata di ASEAN
Tindak lanjut dari kerjasama ASEAN di bidang pariwisata maka disusun Roadmap Integration of Tourism Sector (RITS) untuk periode 2004 sampai 2010. Penyusunan ini didasari setelah ditetapkannya sektor pariwisata sebagai sektor prioritas dalam proses Integrasi ASEAN. Selanjutnya, setelah berakhirnya RITS pada tahun 2010 para menteri pariwisata se-ASEAN membuat sebuah landasan baru yaitu ASEAN Tourism Strategic Plan (ATSP) untuk periode 2011 sampai 2015 (Djatnika 2014). Landasan ini dibuat pada bulan Januari 2011 di Phnom Pehn, Cambidia. Adapun isi dari ATSP meliputi:
1. Penyusunan strategi investasi, pemasaran, dan produk di kawasan ASEAN 2. Peningkatan mutu pelayanan dan SDM di kawasan ASEAN
Tabel 8 Pertumbuhan jumlah kedatangan wisatawan ke negara-negara ASEAN+4 periode 2008-2012
Negara Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
Persen (%)
Brunei Darusalam 26.26 -30.53 36.31 13.08 -13.64
Indonesia 13.22 1.44 10.74 9.24 5.15
Kamboja 5.46 1.74 16.00 14.91 24.36
Laos 13.40 -4.32 34.79 6.95 19.82
Malaysia 5.14 7.23 3.94 0.56 1.29
Philiphina 1.52 -3.89 16.67 11.28 9.09
Singapura -2.25 -3.73 22.34 13.42 6.81
Thailand 0.83 -2.98 12.62 20.67 16.25
Vietnam 0.17 -11.54 34.77 19.09 13.87
China -3.05 -4.10 9.41 3.44 0.25
India 3.96 -2.18 11.76 9.23 4.26
Jepang 0.05 -18.69 26.82 -27.78 34.39
Korea Selatan 6.87 13.45 12.54 11.33 13.73
Sumber: World Bank (2014)
Pada Tabel 8 menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah wisatawan yang datang ke Negara-negara ASEAN+4 selama periode 2008 sampai 2009 mengalami fluktuatif. Selama periode ini negara yang mengalami peningkatan jumlah kedatangan tertinggi adalah Brunei Darusalam dengan peningkatan kedatangan sebesar 36.31 persen pada tahun 2010. Selain itu, negara lain yang mencatat pertumbuhan diatas 30 persen adalah Laos dan Kamboja pada tahun 2010 dan Jepang pada tahun 2012.
Tabel 8 juga menunjukkan bahwa pada tahun 2009 banyak negara yang mengalami penurunan jumlah kedatangan wisatawan diantaranya Brunei Darusalam, Laos, Philiphina, Singapura, Thailand, Vietnam, China, India, dan Jepang. Menurut UNWTO (2009) guncangan yang terjadi pada sektor pariwisata ini merupakan imbas dari krisis finansial global pada tahun 2008. Jepang menjadi satu-satunya negara yang mengalami penurunan jumlah kedatangan wisatawan pada tahun 2011. Penurunan yang dialami Jepang diakibatkan oleh bencana alam (gempa bumi dan tsunami). Menurut Saputra (2011) bencana alam yang dialami jepang ini membuat para wisatawan membatalkan kunjungan ke negara sakura ini. Ada beberapa negara yang tetap mengalami pertumbuhan kedatangan wisatawan di tengah guncangan yang terjadi. Negara-negara tersebut diantaranya Indonesia, Kamboja, Malaysia, dan Korea Selatan, dan negara-negara ini juga merupakan negara yang terus mengalami pertumbuhan kedatangan wisata selama periode 2008 sampai 2012.