• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH FDI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI, EKSPOR DAN INFLASI DI JAWA TIMUR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGARUH FDI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI, EKSPOR DAN INFLASI DI JAWA TIMUR."

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAPATAN MASYARAKAT DI KOTA SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Ekonomi Pembanguanan

Oleh: ATU NURI AMIN 0611010085/FE/IE

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL”VETERAN” JAWA TIMUR

(2)

Assalamu’ alaikum Wr. Wb.

Pertama-tama peneliti panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT serta sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang peneliti susun dengan judul “Analisis Pengaruh FDI Terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Eksport, Inflasi di Jawa Timur” ini dapat terselesaikan.

Skripsi ini peneliti susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini sering kali menghadapi hambatan dan keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti ucapkan terima kasih tak terhingga kepada Ibu Dra.Ec.Titiek Nurhidayati, selaku dosen pembimbing utama telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan suatu bimbingan, pengarahan, dorongan, masukan-masukan, dan saran dengan tidak bosan – bosannya kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Selain itu peneliti juga menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan banyak bantuan berupa sarana fasilitas perijinan guna pelaksanaan skripsi ini.

(3)

3. Bapak Drs. Ec. Marseto, DS, Msi, selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ayahanda, Ibunda, beserta keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi, do’a, semangat dan dorongan moral serta spiritualnya yang telah tulus kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

5. Bapak – bapak dan ibu – ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur yang telah dengan ikhlas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.

6. Bapak – bapak dan ibu – ibu staf Bank Indonesia Cabang Surabaya, dan Badan Pusat Statistik cabang Surabaya, yang telah memberikan banyak informasi dan data – data yang dibutuhkan untuk mengadakan penelitian dalam penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh mahasiswa dari Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, serta semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang selalu memotivasi, membantu, dan mendukung peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT berkenan dan memberikan balasan, limpahan rahmat, serta karunia-Nya, atas segala amal kebaikan serta bantuan yang telah diberikan.

(4)

bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai bahan kajian maupun sebagai salah satu sumber informasi dan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan.

Wassalamu’ alaikum Wr. Wb

Surabaya, Mei 2010

Peneliti

(5)

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI... x BAB I PENDAHULUAN

1.1. ...Latar Belakang Masalah 1

1.2. ...Perumasan Masalah 6

1.3. ...Tujuan Penelitian 7

1.4. ...Manfaat Penelitian 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ... Hasil Penelitian Terdahulu 8

(6)

9

2.2.1...In vestasi... 9

2.2.1.1. Pengertian Investasi ... 9

2.2.1.2. Faktor yang mempengaruhi Investasi ... 11

2.2.2...Fo reign Direct Investment (FDI)... 15 2.2.2.1...Pe

ngertian Foreign Direct Investment (FDI) ... 15 2.2.2.2...Ke

unggulan Foreign Direct Investment (FDI) ... 17

2.2.3...Pe rtumbuhan Ekonomi... 22 2.2.3.1...Pe

ngertian Pertumbuhan Ekonomi ... 22 2.2.3.2...U

kuran Pertumbuhan Ekonomi ... 22 2.2.3.3...De

vinisi Pertumbuhan Ekonomi ada 3

Komponen... 23

(7)

2.2.3.5...Te ori Pertumbuhan Ekonomi ... 26 2.2.3.6...H

ubungan FDI Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi... 30 2.2.4...Ek

spor... 30

2.2.4.1...F DI vs Ekspor, Hubungan Kausalitas ... 33 2.2.5...Inf

lasi ... 34

2.2.5.1...H ubungan Inflasi Terhadap Investasi ... 38 2.3...Ke

rangka Pikir ... 40

2.4...Hi potesis ... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 42

(8)

43

3.3. Teknik Pengumpulan Data

43

3.4. Teknik Analisa Data dan Uji Hipotesis

44

3.4.1. Uji t ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 47

4.1.1 Kondisi Geografis di Jawa Timur ... 47

4.1.2 Kondisi Perkembangan Foreign Direct Investment . 48 4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 51

4.2.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi ... 51

4.2.2 Perkembangan Ekspor ... 52

4.2.3 Perkembangan Tingkat Inflasi ... 53

4.2.4 Perkembangan Foreign Direct Investment ... 54

4.3. Uji Hipotesis Secara Parsial ………. ... 54

4.3.1 Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 55

4.4. Pembahasan ………... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 61

5.2. Saran ... 62

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi ...51

Tabel 2 : Perkembangan Ekspor ...52

Tabel 3 : Perkembangan Inflasi ...53

Tabel 4 : Perkembangan Foreign Direct Invesment...54

Tabel 5 : Foreign Direct Invesment (X1), terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y1), Ekspor (Y2), Inflasi (Y3) ...55

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Hubungan anara MEC dan Investasi...14

Gambar 2 : Proses Demand Pull Inflation ...35

Gambar 3 : Proses Cost Push Inflation ...36

Gambar 4 : Kerangka Pikir ...41

Gambar 5 : Distribusi Penerimaan dan Penolakan Hipotesis...46

Gambar 6 : Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial faktor Foreign Direct Invesment (X1), Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y1) ...56

Gambar 7 : Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial faktor Foreign Direct Invesment (X1), Terhadap Ekspor (Y2) ...57

Gambar 8 : Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial faktor Foreign Direct Invesment (X1), Terhadap Inflasi (Y3) ...58

(11)

DAFTAR ISI LAMPIRAN

Lampiran 1 : Tabulasi data Pertumbuhan Ekonomi, Ekspor, Tingkat Inflasi dan FDI Tahun 1994 – 2008 di Jawa Timur

Lampiran 2 : Tabel Entered/Removed Tabel Model Summary Tabel Coefficients

Lampiran 3 : Tabel Entered/Removed Tabel Model Summary Tabel Coefficients

Lampiran 4 : Tabel Entered/Removed Tabel Model Summary Tabel Coefficients Lampiran 5 : Tabel Pengujian Nilai t

(12)

ANALISIS PENGARUH FDI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI, EKSPOR DAN INFLASI DI JAWA TIMUR

Oleh :

Kurniawan Pamungkas ABSTRAKSI

Dalam meningkatkan FDI pemerintah harus memperhatikan adanya perubahan politik dan ekonomi di Negara-negara sedang berkembang. Globalisasi perekonomian dunia merupakan fenomena yang juga mempunyai pengaruh positif terhadap volume FDI. Masalah tinggi rendahnya inflasi akan menjadi faktor penting dalam pertimbangan para investor untuk menanamkan moalnya, khususnya di Indonesia.

Dalam penelitian ini peneliti ingin menganalisis tentang hubungan berbagai variable ekonomi, yaitu FDI (X1) dalam mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi (Y1), Nilai Total Ekspor (Y2) dan Tingkat Inflasi (Y3).

Penelitian ini mengunakan data sekunder dan data menurut urutan waktu yang diperoleh dari Balai Pusat Statistik tahun 1994-2008. Untuk memenuhi tujuan penelitian digunakan teknik analisis Regresi Linier Berganda, yang juga disertai dengan uji asumsi klasik.

Dari uji Regresi Linier Berganda dapat disimpulkan bahwa : (1) secara parsial variabel FDI (X1) tidak memiliki pengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y1), Ekspor (Y2) dan Inflasi (Y3) . (2) Dilihat dari pengujian ketiga variable terikat tersebut variable yang paling dominan atau pengaruhnya yang paling besar adalah variable Pertumbuhan Ekonomi.

Kata Kunci : Pertumbuhan Ekonomi, Ekspor, Inflasi, dan FDI.

(13)

1.1. Latar Belakang

Modal merupakan pendorong perkembangan ekonomi dan merupakan sumber untuk menaikan tenaga produksi yang semuanya membutuhkan kepandaian penduduknya dan mengadakan investasi untuk mengolahnya, selain itu ditentukan pula adanya pendorong untuk mengadakan investasi atas dana yang diperoleh dari tabungan masyarakat maupun pinjaman luar negeri. Sehubungan dengan itu diperlukan upaya peningkatan pergerakan dana dari dalam negeri. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan produksi. Pada posisi semacam ini investasi pada hakekatnya juga merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika penanaman modal mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi, mencerminkan marak dan lesunya perekonomian. Dalam upaya menumbuhkan perekonomian setiap negara senantiasa menciptakan iklim yang dapat menggairahkan investasi. Sasaran yang dituju bukan hanya masyarakat kalangan swasta dalam negeri, tapi juga investor asing.

(Dumairy, 1997 : 132)

“Menurut Dumairy (1997 : 132), Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan produksi. Pada posisi semacam ini investasi pada hakekatnya juga merupakan langkah awal kegiatan

(14)

pembangunan ekonomi. Dinamika penanaman modal mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi, mencerminkan marak atau lesunya perekonomian. Dalam upaya menumbuhkan perekonomian setiap negara senantiasa menciptakan iklim yang dapat menggairahkan investasi. Sasaran yang dituju bukan hanya masyarakat atau kalangan swasta dalam negeri, tetapi juga investor asing.

(15)

ekspor nonmigas, khususnya manufaktur dan pertanian. Laju pertumbuhan rata-rata per tahun ekspor nonmigas relatif lebih tinggi dibandingkan ekspor migas, terutama pada periode prakrisis 1997/1998. Setelah sempat melambat selama krisis yang kemungkinan besar disebabkan oleh biaya produksi yang meningkat akibat depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS, pertumbuhan ekspor nonmigas cenderung menguat lagi, sementara pertumbuhan ekspor migas secara relatif cenderung melemah. (Tambunan, 2004 : 135-142)

Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang cukup besar untuk melaksanakan pembangunan yang besar. Kebutuhan dana yang besar tersebut terjadi karena upaya untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara maju, baik dikawasan regional maupun kawasan global. Disamping menggali sumber pembiayaan dalam negeri, pemerintah juga mengundang juga sumber pembiayaan luar negeri, salah satunya adalah Penanaman Modal Asing Langsung (Forign Direct Investment). (Sarwedi, 2002:17)

(16)

ekonomi, meningkatkan peran aktif masyarakat serta memperluas lapangan kerja serta kesempatan kerja.(Anonim,2005 : 7)

Sumber pembiayaan FDI ini oleh sebagian pengamat, merupakan sumber pembiayaan luar negeri yang paling potensial dibandingkan sumber yang lain. Panayotou (1988) menjelaskan bahwa FDI lebih penting dalam menjamin kelangsungan pembangunan dibandingkan dengan aliran modal portofolio, sebab terjadinya FDI di suatu Negara akan diikuti dengan Transfer of Technologi, Know-how, Management skill, resiko usaha relative kecil dan lebih profitable.

Studi empiris yang dilakukan beberapa ahli telah memperkuat beberapa argument bahwa peranan FDI relatif besar dalam pembangunan suatu Negara. Penelitian Terpstra dan Yu (1988) mengemukakan bahwa ukuran pasar (Market Size ) yang diukur denagan GDP perkapita.

Hasil penelitian Panayotou (1988) selanjutnya menyebutkan bahwa lebih dari 80% modal swasta dan 75% dari FDI sejak tahun 1990 mengalir kenegara-negara dengan pendapatan menengah (middle economic countries). Untuk kawasan Asia nilainya mencapai 60% dan

(17)

Di sektor investasi selama periode 5 tahun mulai tahun 2003-2007 secara komulatif telah disetujui sebanyak 1.172 proyek PMA. Dalam. Angka-angka ini adalah data investasi di luar sektor migas dan lembaga keuangan. Namun dari jumlah-jumlah yang disetujui itu, pada tahun realisasi komulatifnya hanya 63 proyek dengan nilai total Rp 456.659 miliar, pada tahun 2004 terdapat 65 proyek dengan nilai total Rp. 35.7770 miliar, pada tahun 2005 meningkat menjadi 78 proyek dengan nilai investasi Rp. 554.334 miliar, pada tahun 2006 mengalami kenaikan sebesar 83 proyek dengan nilai investasi Rp.467.546 miliar dan pada tahun 2007 terdapat proyek sebesar 85 proyek dengan nilai investasi Rp. 855.227 miliar. (anonim, 2006 : 56)

(18)

Berdasarkan faktor-faktor tersebut di atas, maka perlu diadakan penelitian bagaimana pengaruh dari pertumbuhan ekonomi, nilai total ekspor, dan tingkat inflasi terhadap Investasi Asing Langsung (FDI) di Jawa Timur.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang tersebut di atas, maka perumusan masalah yang timbul adalah :

1. Apakah Penanaman Modal Asing (FDI) mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, nilai total ekspor, dan tingkat inflasi di Jawa Timur ?

2. Seberapa besar pengaruh Penanaman Modal Asing (FDI) mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, nilai total ekspor dan tingkat inflasi di Jawa Timur ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Penanaman Modal Asing Langsung (FDI) mempengaruhi pertumbuhan konomi, nilai total ekspor, dan tingkat inflasi di Jawa Timur.

(19)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan pengetahuan tentang pengaruh dari Penanaman Modal Asing Langsung (FDI) baik secara simultan maupun parsial terhadap pertumbuhan ekonomi, nilai total ekspor, dan tingkat inflasi di Jawa Timur.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan Penanaman Modal Asing Langsung (FDI). 3. Sebagai bahan studi komparatif bagi peneliti lain yang berkaitan

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Beberapa peneliti telah melakukan suatu penelitian mengenai Penanaman Modal Asing Langsung atau Foreign Direct Investment (FDI), dan hasil dari penelitian tersebut adalah :

a. Menurut Sarwedi 2002, Jurnal Akuntansi dan Keuangan yang berjudul ” Investasi Langsung di Indonesia dan Faktor yang Mempengaruhinya” yang menyatakan bahwa pada saat ini sudah banyak studi yang mempengaruhi investasi asing langsung (Foreign Direct Investment). Namun demikian metodologi yang digunakan dan hasil studi masih sangat bervariasi. Meskipun faktor-faktor yang dianggap tetap pengaruhnya sangat kuat, seperti variabel makro ekonomi yaitu pendapatan nasional, pertumbuhan ekonomi dan inflasi, tetapi masih juga terdapat kesimpulan yang berbeda-beda yang menimbulkan berbagai perdebatan. FDI menjadi salah satu sumber pembiayaan (modal) yang penting bagi Negara berkembang dan mampu memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pembangunan melalui transfer asset dan manajemen, serta transfer teknologi guna mendorong perekonomian Negara.

b. Karolina Ekholm, Rikard Forslid, dan James R. Markusen (2003), Trinity College Dulbin, yang berjudul “Export-Platform FDI”. Menyatakan bahwa

Pelaksanaan FDI yang platform ekspor tidak hanya ditujukan pada negara home country dan host country tetapi juga ditujukan pada negara platform

(21)

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Investasi

2.2.1.1 Pengertian Investasi

Investasi merupakan hasil yang sangat penting dalam hajat hidup kegiatan usaha, karena investasi sangat dibutuhkan sebagai faktor penunjang didalam mempelancar proses produksi. Investasi dapat juga diartikan sebagai pengeluaran penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian. Dalam prakteknya, usaha untuk mencatat nilai penanaman modal yang dilakukan satu tahun tertentu, yang digolongkan sebagai investasi (atau penanaman modal atau pembentukan modal) meliputi pengeluaran atau pembelanjaan berikut :

a. Pembelian berbagai jenis barang modal, yatu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnyauntuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan.

(22)

c. Pertambahan nilai barang-barang stock yang belum terjual, bahan mentah dan bahan yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun perhitungan pendapatan nasional. (Sukirno, 2002 : 107)

Merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu kegiatan usaha, karena investasi sangat dibutuhkan sebagai faktor penunjang dalam memperlancar proses produksi. Menurut penggunaanya, pengeluaran untuk investasi dibagi menjadi tiga bagian yaitu : untuk keperluan konstruksi, rehabilitasi atau perbaikan, dan ekspansi atau perluasan konstruksi adalah pembangunan atau pendirian sesuatu yang sama sekali baru. Apabila bangunan itu pada suatu saat rusak dan kemudian diperbaiki, maka pengeluaran ini adalah pengeluaran untuk keperluan rehabilitasi. Sedangkan apabila bangunan tadi diperluas, maka perluasan inilah yang dimaksud ekspansi. (Rosyidi, 2003 : 168).

Cara pembagian investasi menurut jenisnya :

a. Autonomous investment dan Induced invesment

Autonomous invesment (investasi otonom) adalah investasi yang besar

kecilnya tidak dipengaruhi pendapatan, tetapi dapat berubah oleh karena adanya perubahan faktor diluar pendapatan. Misal tingkat teknologi, kebijakan para pengusaha dan sebagainya. Induced investment (investasi terimbas) adalah bersebelahan dengan investasi

(23)

b. Public investment dan Private investment

Public investment adalah investasi atau penanaman modal yang

dilakukan oleh pemerintah. Yang dimaksud ialah pemerintah pusat, maupun pemerintah daerah tingkat satu, tingkat dua, kecamatan, maupun desa.

Private investment adalah investasi yang dilakukan oleh pihak swasta.

c. Domestic investment dan Foreign investment

Domestic investment adalah penanaman modal dalam negeri.

Foreign investment adalah penanaman modal luar negeri.

d. Gross investment dan Net investment

Gross investment (investasi bruto) adalah total seluruh investasi yang

diadakan atau dilaksanakan pada suatu ketika. Atau investasi yang dilakukan pada suatu Negara (daerah tertentu) pada atau selama suatu periode tertentu.

Net investment (investasi netto) adalah selisih antara investasi bruto

dengan penyusutan. (Rosyidi, 2003 : 169-172) 2.2.1.2. Faktor yang Mempengaruhi Investasi

(24)

a. Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa yang akan datang. Kegiatan perusahaan untuk mendirikan industri dan memasang barang - barang modal baru dinamakan kegiatan memakan waktu, dan apabila investasi tersebut telah selesai dilaksanakan, yaitu pada waktu industri atau perusahaan itu sudah mulai menghasilkan barang atau jasa yang menjadi hasil produksinya, maka pemilik modal akan melakukan kegiatan terus-menerus selama beberapa tahun.

b. Perubahan dan perkembangan teknologi.

Pada umumnya semakin banyak perkembangan ilmu pengetahuan dan pengeluaran yang dilaksanakan, maka semakin banyak pula jumlah kegiatan yang dilakukan oleh para pengusaha.

c. Tingkat pendapatan nasional dan perubahannya.

Kenyataan yang ada menggambarkan bahwa hubungan antara pendapatan nasional dan investasi merupakan hal yang saling berkaitan, dimana investasi itu pada umumnya cenderung untuk mencapai tingkat yang lebih besar apabila pendapatan nasional semakin besar jumlahnya dan begitu juga sebaliknya semakin rendah jumlah investasi akan mempengaruhi tingkat pendapatan nasional. d. Keuntungan yang dicapai perusahaan.

(25)

e. Tingkat bunga.

Menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberikan keuntungan bagi para pengusaha dan dapat dilaksanakan. Para pengusaha hanya akan melaksanakan keinginan untuk menanam modal apabila tingkat pengembalian modal dari penanam modal itu, yaitu persentasi keuntungan netto (tetapi sebelum dikurangi bunga uang yang dibayar) modal yang diperoleh, lebih besar dari tingkat bunga.

(26)

Gambar 1 : Hubungan antara MEC dan Investasi

Sumber : Sukirno. 2004, Pengantar Teori Makro Ekonomi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. : 125

Berdasarkan hal-hal yang dilakukan efisiensi modal marginal dapat didefinisikan suatu kurva yang menunjukkan suatu hubungan diantara tingkat pengembalian modal dan jumlah modal yang akan di investasikannya. Untuk memperjelas arti konsep modal marginal dapat dijelaskan berikut, sumbu tegak menunjukkan nilai investasi yang akan dilakukan. Pada kurva Marginal Efficiency of Capital ditunjukkan dengan tiga buah titik A,B,C. Titik A menggambarkan bahwa tingkat pengembalian modal adalah sebesar R0 dan investasi adalah I0. Ini berarti titik A menggambarkan bahwa dalam perekonomian terdapat investasi yang akan menghasilkan tingkat pengembalian modal sebanyak R0 atau lebih tinggi, dan untuk mewujudkan investasi tersebut modal yang diperlukan adalah sebanyak I0. Titik B dan C juga memberikan gambaran yang sama. Titik A menggambarkan wujudnya kesempatan untuk menginvestasikan dengan tingkat pengembalian modal R1 atau lebih dan modal yang diperlukan

(27)

adalah I1, dan titik C menggambarkan untuk mewujudkan usaha yang dapat menghasilkan tingkat pengembalian modal sebanyak R2 atau lebih, diperlukan modal sebanyak I2. (Sukirno, 2004 : 124-125)

2.2.2 Foreign Direct Investment (FDI)

2.2.2.1. Pengertian Foreign Direct Investment (FDI)

Menurut Rusdin (2002:1), Foreign Direct Investment (FDI) menyebutkan bahwa investasi luar negeri langsung sebagai suatu arus pemberian pinjaman kepada, atau pembelian kepemilikan, perusahaan luar negeri yang sebagian besar modalnya dimiliki oleh penduduk dari negara yang melakukan investasi (investing country).

Foregn Direct Investment atau FDI sebagai aliran modal mempunyai

peranan penting bagi pertumbuhan negara berkembang, karena tidak hanya memindahkan modal barang tetapi juga menstranfer pengetahuan dan modal sumber daya manusia.Sedangkan Penanaman Modal Asing (PMA)hanya mestranfer Modal Saja Prinsip-prinsip hukum penanaman modal asing pada dasarnya dapat ditelusuri dari prinsip-prinsip yang dikembangkan dalam World Trade Organization (WTO) dan Trade Related Investment Measures

(TRIMs), karena dalam konteks internasional relasi antara perdagangan

(28)

sebuah pabrik, pembelian tanah, peralatan atau bangunan, atau konstruksi peralatan dan bangunan yang baru oleh perusahaan asing. Penanaman kembali modal (reinvestment) dari pendapatan perusahaan dan penyediaan pinjaman jangka pendek dan panjang antara perusahaan induk dan perusahaan anak atau afiliasinya juga dikategorikan investasi langsung. Kini muncul corak-corak baru dalam FDI seperti penggunaan lisensi atas penggunaan teknologi tinggi.

Sebagian besar FDI ini merupakan kepemilikan penuh atau hampir penuh dari sebuah perusahaan. Termasuk juga perusahaan-perusahaan yang dimiliki usaha bersama (Joint ventures) dan aliansi strategis dengan perusahaan-perusahaan lokal.

Foreign direct invesment mempunyai beberapa menfaat antara lain:

a. Aliran sumber daya, dengan adanya Foreign Direct Investment (FDI) dapat memberikan kontribusi positif melalui alih sumber daya, seperti modal, tekhnologi dan sumber daya manajemen.

b. Penciptaan lapangan kerja, Foreign Direct Investment (FDI) memungkinkan terciptanya lapangan kerja baru yang dapat menyerap tenaga kerja lokal.

c. Efek positif bagi neraca pembayaran, FDI dapat mengurangi defisit dalam neraca pembayaran, dengan cara :

1) Foreign Direct Investment dapat menjadi substitusi bagi impor

(29)

2) Ekspor yang dilakukan anak perusahaan MNE akan meningkatkan volume ekspor, sehingga ekspor lebih besar dari pada impor. (Rusdin, 2002 : 25)

2.2.2.2. Keunggulan Foreign Direct Investment (FDI)

Berdasarkan pembahasan tersebut, Foreign Direct Investment (FDI) mempunyai beberapa keunggulan diantaranya bahwa suatu perusahaan akan untung dengan melakukan Foreign Direct Investment (FDI) melebihi ekspor sebagai suatu strategi apabila biaya – biaya transportasi atau hambatan perdagangan menjadikan ekspor tidak menarik. Selanjutnya, perusahaan akan untung dengan melakukan Foreign Direct Investment (FDI) melebihi lisensi apabila ingin mempertahankan pengendalian melebihi keterampilan teknologinya atau melebihi operasinya dan strategi bisnisnya. (Rusdin, 2002 : 15)

Ada beberapa anggapan dengan keberadaan Foreign Direct Investment (FDI) ini selalu menguntungkan pertumbuhan ekonomi

negara, tetapi tidak bagi Rusdin (2002 : 01), dikatakan bahwa disejumlah negara yang sedang berkembang juga cemas bahwa disuatu pihak orang-orang asing akan menginvestasikan kekayaan mereka itu, karena takut eksploitasi dan akses yang tidak memadai.

(30)

1) Dapat menjadi ancaman tersendiri bagi perusahaan-perusahaan lokal. Hal ini secara keseluruhan akan berpengaruh terhadap kompetisi di suatu negara.

2) Dampak negatif bagi Neraca Pembayaran.

Menurut Rusdin (2002:1), Foreign Direct Investment (FDI) menyebutkan bahwa investasi luar negeri langsung sebagai suatu arus pemberian pinjaman kepada, atau pembelian kepemilikan, perusahaan luar negeri yang sebagian besar modalnya dimiliki oleh penduduk dari negara yang melakukan investasi (investing country).

(31)

hambatan-hambatan perdagangan. Apabila biaya-biaya transportasi merupakan tambahan biaya-biaya produksi, maka hal ini tidak menguntungkan untuk mengapalkan beberapa produk ke jarak yang lebih jauh. FDI banyak dilakukan sebagai respon terhadap ancaman dari hambatan-hambatan perdagangan, seperti tariff impor atau quota impor. Dengan pengenaan terhadap barang-barang impor, berarti pemerintah meningkatkan biaya ekspor jika dibandingkan dengan FDI dan lisensi. Tidak hanya keterbatasan dalam mengekspor saja tetapi lisensi juga terdapat keterbatasan. Terdapat berbagai keterbatasan dalam melakukan lisensi, diantaranya adalah :

1. Melakukan lisensi dapat memberikan perusahaan technological know-how yang bernilai kepada pesaing luar negeri yang potensial.

2. Dengan melisensi, pengendalian yang ketat terhadap pabrikasi, pemasaran, dan strategi menjamin kepada pemegang lisensi dengan menghasilkan fee royalty.

3. Dengan melisensi timbul ketika keunggulan bersaing perusahaan tidak didasarkan lebih banyak pada produknya, seperti di atas kemampuan manajemen, pemasaran, dan produksi yang menghasilkan produk-produk tersebut. (Rusdin, 2002 : 10-14)

(32)

Selanjutnya, perusahaan akan untung dengan melakukan FDI melebihi lisensi apabila ingin mempertahankan pengendalian melebihi keterampilan teknologinya atau melebihi operasinya dan strategi bisnisnya. (Rusdin, 2002 : 15)

Menurut Rusdin (2002 : 25-27), terdapat berbagai manfaat FDI bagi Negara – Negara Host Country (Negara sumber atau asal) dan Home Country (Pasar dalam negeri atau Negara tujuan). Bagi Negara – Negara Host Country adalah :

1. FDI dapat menjadi subtitusi bagi impor barang dan jasa, sehingga Negara dapat menekan volume impor agar tidak lebih besar dari ekspor. 2. Ekspor yang dilakukan anak perusahaan MNE (Multi National

Enterprise)

akan meningkatkan volume ekspor, sehingga ekspor lebih besar dari impor.

Bagi Negara - Negara Home Country adalah :

1. Keuntungan dalam neraca pembayaran karena adanya arus masuk pendapatan dari luar negeri.

2. Terburuknya peluang ekspor pada saat anak perusahaan MNE (Multi National Enterprise) di luar negeri menciptakan demand, baik dalam bentuk capital equipment, produk komplementer dan sebagainya.

3. Keahlian berharga yang mungkin diperoleh dari Negara lain.

(33)

mengeksploitasi host country terhadap manfaat eksklusif capitalist-imperialist home country. MNE menguras keuntungan (profit) dari host country dan mengambilnya untuk home country, tanpa memberikan nilai

kepada host country dalam pertukaran. Menurut penjelasan ini, suatu Negara tidak boleh memberikan izin perusahaan-perusahaan asing untuk melaksanakan FDI, hingga mereka dapat menjadi instrumen pembangunan ekonomi, hanya karena dominasi ekonomi. (Rusdin, 2002 : 22)

Dari manfaat - manfaat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa bagi host country, FDI membawa dampak positif dalam bentuk alih sumber daya,

(34)

2.2.3. Pertumbuhan Ekonomi

2.2.3.1. Pengertian pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang – barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini timbul sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dan idiologis yang diperlukan.

Pertumbuhan ekonomi juga berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. (Sukirno, 2004 : 9)

2.2.3.2. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi

Dalam menetukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu Negara dihitung pendapatan nasional riil, yaitu produk nasional bruto riil atau Produk Domestik Bruto riil. Formula yang digunakan untuk menetukan tingkat pertumbuhan ekonomi adalah (cara1)

PN riil 1 – PN riil 0

g = x 100%...(Sukirno, 2002 :56 )

PN riil 0

Dimana :

g = Tingkat pertumbuhan ekonomi (%)

(35)

Sedangkan suatu Negara yang tidak melakukan perhitungan pendapatan nasional menturut harga tetap, untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi perhitungan harga dilakukan secara dua tahap : 1. Menghitung pendapatan nasional riil dengan mendeflasikan

pendapatan nasional pada harga masa kini.

2. Menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi. Menghitung pendapatan nasional riil dengan mendeflasika pendapatan pada harga masa kini dilakukan dengan menggunakan formula sebagai berikut :

100

PN riil = x PN masa kini i………….(Sukirno, 2002 : 56)

HI 1

Dimana :

PN riil = Pendapatan nasional tahun I

HI 1 = Indeks harga atau pendeflasi pendapatan nasional PN masa kini i = Pendapatan nasional pada harga masa tahun 1

Untuk tingkat pembukaan ekonomi di Surabaya, penelitian ini menggunakan alat indicator PDRB (Produk Domestik Regional Brutu) yaitu nilai barang dan jasa yang diproduksi di wilayah tertentu (regional) dalam waktu satu tahun.

2.2.3.3. Devinisi Pertumbuhan Ekonomi ada 3 Komponen.

(36)

2. Teknologi maju merupakan faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam menyediakan aneka macam barang – barang kepada penduduknya.

3. Bidang kelembagaan dan idiologi sehingga menjadi inovasi yang menghasilkan ilmu pengetahuan umat manusia dan dapat dimanfaatkan secara tepat.

2.2.3.4. Faktor – Faktor Penunjang dan Penghambat Pertumbuhan Ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi yang lebih tepat diukur dengan menggunakan pertumbuhan pandapatan perkapita menurut adanya kenaikan Produk Domestik Bruto atau Pendapatan Nasiaonal (PDB). Pendapatan Domestik Bruto sangat ditentukan oleh penggunaan faktor – faktor produksi yaitu :

a. Kapital.

(37)

b. Sumber daya alam

Sering dikatakan bahwa suatu negara yang tidak memiliki sumber daya alam akan lambat dalam mencapai kemajuan ekonomi yang lebih tinggi, tetapi pada kenyataannya tidak demikian karena yang terpenting adalah kemampuan penduduknya yang tinggi untuk melakukan pembangunan. Seperti halnya kapital, sumber daya alam bukan merupakan faktor penentu dalam pertumbuhan ekonomi akan tetapi lebih merupakan hasil dan bukan sebab bagi keberhasilan pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

c. Teknologi

Pertumbuhan ekonomi dapat ditingkatkan dengan perbaikan teknologi. Teknologi adalah cara untuk mengolah atau menghasilkan suatu jenis barang atau jasa tertentu. Teknologi mempunyai hubungan dengan inovasi yaitu penemuan baru, penemuan komoditi baru, menemukan cara produksi baru, dan sebagainya.

d. Faktor Sosial

(38)

kualitas faktor – faktor produksi itu dan produk domestik bruto. Semakin banyak digunakan alat kapital, tenaga kerja dan sebagainya maka semakin tinggi pula tinggkat pendapatan suatu negara.

e. Faktor tenaga kerja

Faktor tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang penting dalam kaitanya dengan peningkatan PDB suatu negara. Dari sisi jumlahnya, semakin banyak tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi, maka semakin tinggi pula kegiatan produksi tersebut. Namun hal ini tidak berlaku sepenuhnya, karena adanya hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang, sehingga setelah tinggat penggunaan tenaga kerja tertentu, jumlah produk total yang dapat dihasilkan oleh tenaga kerja tersebut akan berkurang. Dengan kata lain setelah jumlah tertentu dari tenaga kerja tersebut maka produk marginal tenaga kerja tambahan menjadi negatif. Pada saat itu akan terjadi pengangguran tenaga kerja sehingga dengan demikian faktor tenaga kerja tidak cukup dilihat dari segi jumlahnya saja, tetapi juga harus diperhatikan kualitas dari tenaga kerja tersebut.

2.2.3.5. Teori Pertumbuhan Ekonomi

(39)

pertumbuhan ilmu ekonomi tidak hanya terdapat satu teori pertumbuhan saja tetapi banyak teori pertumbuhan ekonomi, antara lain :

a. Teori pertumbuhan ekonomi klasik

Menurut pandangan para ahli ekonomi klasik ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu : jumlah penduduk, jumlah stok barang – barang modal, luas tanah dan kekayaan alam. Walaupun pertumbuhan ekonomi tergantung pada banyak faktor, namun para ahli ekonomi klasik lebih banyak menumpahkan perhatianya kepada pertumbuhan penduduk kepada pertumbuhan ekonomi.

(40)

masyarakat tidak akan mampu menghalangi terjadinya keadaan tidak berkembang tersebut. Maka hanya mampu mengundurkan terjadinya keadaan tersebut.

Berdasarkan teori pertumbuhan klasik tersebut, dikemukakan suatu teori yang menjelaskan perkaitan antara pendapatan perkapita dan pendapatan penduduk yang disebut dengan teori penduduk optimal. Teori ini menjelaskan apabila terdapat kekurangan penduduk, produksi marginal akan lebih tinggi dari pada pendapatan perkapita. Maka pertumbuhan penduduk akan menaikkan pendapatan perkapita. Tapi apabila penduduk sudah semakin banyak, hukum hasil lebih yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi yaitu produksi marginal akan mulai mengalami penurunan. Oleh karena itu pendapatan nasional dan pendapatan perkapita menjadi semakin lambat pertumbuhannya. Penduduk yang terus bertambah akan menyebabkan pada suatu jumlah penduduk yang tertentu produksi marginal telah sama dengan pendapatan perkapita. Pada keadaan ini pendapatan perkapita mancapai nilai yang maksimal. Jumlah penduduk pada saat itu dinamakan penduduk optimal.

b. Teori pertumbuhan Schumpeter

(41)

tersebut meliputi : memperkenalkan barang – barang baru, memperluas pasar suatu barang kepasaran pasar yang baru, mengembangkan sumber hahan mentah yang baru dan mengadakan perubahan – prubahan dalam organisasi perusahaan dengan tujuan mempertinggi efesiensi.

Didalam mengemukakan teorinya schumpeter memulai analisisnya dengan memisalkan bahwa perekonomian sedang dalam keadaan tidak berkembang. Pada waktu keadaan tersebut berlaku segolongan pengusaha menyadari tentang berbagai kemungkinan untuk mengadakan inovasi yang menguntungkan, dimana merekan akan meminjam modal dan melakukan penanaman modal, investasi yang baru ini akan mempertinggi kegiatan ekonomi negara. Maka pendapatan masyarakan akan bertambah dan tingkat konsumsi akan bertambah tinggi. Kenaikan tersebut akan mendorong perusahaan – perusahaan lain untuk menghasilkan lebih banyak barang dan melakukan penanaman modal baru. Menurut schumpeter, investasi dibedakan menjadi 2 golongan yaitu menanaman modal autonomi dan penanaman modal terpengaruh.

(42)

2.2.3.6. Hubungan FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi

De Mello Jr (Mello Jr et al., 1997) membuktikan adanya hubungan FDI terhadap pertumbuhan ekonomi. Pada awalnya dengan pendekatan modal dapat mengalir diakibatkan oleh perbedaan tingkat bunga. Namun Solow memaparkan bahwa modal pasti menyusut secara fisik, jadi FDI tidak akan mempengaruhi pertumbuhan dalam jangka panjang. FDI akan memberikan pertumbuhan ekonomi hanya jika dapat mempengaruhi perkembangan teknologi secara positif. Dalam model endogen FDI dianggap sebagai satu sumber yang penting bagi akumulasi modal yaitu human capital dan perubahan teknologi. FDI dapat mendorong perusahaan-perusahaan asing menggunakan teknologi baru dalam fungsi produksi di negara-negara tuan rumah. Dengan FDI maka dapat terjadi transfer teknologi dengan mempromosikan pemakaian teknologi yang lebih tinggi kepada perusahaan-perusahaan domestik (dalam negeri), menyediakan pelatihan tenaga kerja, meningkatkan ketrampilan, memperkenalkan teori manajemen baru dan aturan-aturan organisasi yang baru sehingga lebih efektif dan efisien.

2.2.4. Ekspor

(43)

Yang dimaksud dengan ekspor adalah mengeluarkan barang-barang dari peredaran dalam masyarakat dan mengirimkan keluar negeri sesuai dengan ketentuan pemerintah dan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing. (Amir, 1995 : 209)

Menurut Amir (1995 : 11), ekspor mempunyai beberapa komoditi (barang yang akan diperdagangkan), ciri-ciri umum suatu komoditi ekspor adalah :

1. Mempunyai surplus atau kelebihan produksi dalam arti total produksi belum dapat dikonsumsi seluruhnya di dalam negeri. 2. Mempunyai keunggulan tertentu seperti karena langka, murah,

mutu dibandingkan dengan komoditi serupa yang serupa yang diproduksi di Negara lain.

3. Komoditi itu sengaja diproduksi untuk tujuan ekspor. 4. Komoditi itu memperoleh ijin pemerintah untuk diekspor. Menurut Amir (1995 : 361), manfaat dan tujuan ekspor adalah :

a. Meningkatkan pendaptan devisa Negara yang akan memperlancar arus barang impor dan roda pemerintahan.

b. Memperluas manfaat sumber daya nasional seperti sumber daya alam, tenaga kerja dan teknologi.

c. Memperluas pasar dari pasar domestik menjadi seluas pasar global sehingga memungkinkan produksi optimal dan optimalisasi laba. d. Dapat memanfaatkan “idle capity” dari kapasitas terpasang suatu

(44)

mencegah penganggaran modal dan tenaga kerja atau untuk mengisi kebutuhan musiman.

e. Terbiasa dalam persaingan yang ketat di pasar internasional, sehingga akan sangat mendorong tingkat efesiensi, inovasi, produktifitas, pengembangan dan restrukturisi teknologi.

f. Mencicil utang di luar negeri.

Menurut Amir (1995 : 30), kendala ekspor adalah semua hal yang menghalangi kelancaran ekspor, baik yang bersumber dari dalam negeri maupun yang sengaja diadakan oleh para pengimpor. Contoh dari berbagai kendala tersebut adalah :

Kendala ekspor yang berasal dari dalam negeri, diantaranya :

1. Birokrasi yang bertele-tele, yang menghambat kelancaran perizinan.

2. Pungutan liar (pungli) yang mengakibatkan ekonomi biaya tinggi, yang melemahkan daya saing.

3. Rendahnya disiplin nasional, yang menghancurkan produktivitas, integritas, dan bonafiditas eksportir nasional.

Kendala ekspor yang sengaja dilakukan oleh Negara pengimpor, yaitu : 1. Common External Tariff, tarif bea masuk tinggi yang dipasang oleh

Negara-Negara anggota pasar bersama Eropa yang diberlakukan terhadap Negara luar termasuk Indonesia.

2. British Commonwealth Preference, yaitu tarif bea masuk impor

(45)

dominion Inggris seperti Australia, Singapore, Kanada dan lain-lain. Sehingga tidak dapat dinikmati oleh Negara-Negara luar seperti Indonesia.

3. Quota sistem yang ditetapkan untuk impor hasil pertanian dan industri, yang merupakan pembatasan bagi perkembangan ekspor Indonesia.

4. Keharusan sertifikasi dan prosedur impor yang berkelebihan untuk mempersulit impor yang diberlakukan oleh Negara-Negara maju seperti Amerika Serikat.

2.2.4.1. FDI vs Ekspor, Hubungan Kausalitas

Penawaran ekspor dipengaruhi oleh penanaman modal asing (PMA). Peningkatan PMA secara tidak langsung akan meningkatkan industrialisasi. Sebagai akibatnya, jumlah barang yang diproduksi akan meningkat. Hubungan yang positif ini memang masih menjadi perdebatan oleh sebagian pengamat. Hal ini disebabkan oleh peluang terjadinya penanaman modal asing sangat tergantung dan dipengaruhi oleh kebijakan negara penerima (host country).

(46)

masih menjadi perdebatan bebarapa ahli. Selama ini yang pernah dilakukan adalah melihat apakah hubungan antara FDI dan Ekspor tersebut sebagai hubungan komplementer atau substitusi (Graham, 1996; Brenton and Di Mauro, 1999). Graham (1996) dalam studinya untuk kasus negara USA dan Jepang dengan menggunakan pendekatan model gravitasi (gravity model aprroach) menyimpulkan bahwa terdapat hubungan komplementer antara ekspor dan FDI di kedua negara tersebut. Sedangkan Brenton and Di Mauro (1999) dalam studinya di negara-negara Eropa (Prancis, Inggris dan Jerman) menyatakan bahwa secara statistik terdapat hubungan yang positif antara FDI dan ekspor sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan komplementer yang kuat diantara kedua variabel tersebut.

2.2.5. Inflasi

Definisi inflasi menurut Rahardja dan Manurung (2004 : 319), adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus, dari definisi ini ada tiga komponen yang dipenuhi agar dapat dikatakan inflasi yaitu kenaikan harga, bersifat umum, berlangsung terus-menerus.

(47)

Kesimpulan dari pengertian diatas adalah kenaikan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun dengan presentase yang cukup besar) bukanlah merupakan inflasi. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain.

Menurut Sukirno (2004 : 333), teori kuantitas membedakan sumber terjadinya inflasi dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Inflasi tekanan permintaan (demand pull inflation)

Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang bertambah terlalu kuat yang mengakibatkan tingkat harga umum naik.

Gambar 2 : Proses Demand Pull Inflation

Sumber : Sukirno. 2004, Teori Pengantar Ekonomi Makro, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. : 334

(48)

permintaan D1 dan kurva penawaran S. Kurva permintaan bergeser keluar D2 penggeseran seperti itu dapat berasal dari faktor kelebihan pengeluaran permintaan.

Pergeseran kurva permintaan menaikkan output riil (dari Q1 ke Q2) dan tingkat harga (dari P1 ke P2) maka inilah yang disebut demand pull inflation (inflasi tarikan permintaan) yang disebabkan penggeseran kurva

permintaan menarik keatas tingkat harga dan menyebabkan inflasi. 2. Inflasi dorongan penawaran (cost push inflation)

Inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi, biasanya ditandai dengan kenaikan harga barang serta turunnya produksi. Misalnya kenaikan harga barang baku yang didatangkan dari luar negeri dan kenaikan harga BBM.

Gambar 3 : Proses Cost Push Inflation

Sumber : Sukirno. 2004, Teori Pengantar Ekonomi Makro, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. : 335

(49)

Naiknya harga dan turunnya output sering kali diberi nama “stagnasi inflasi”.

Dampak yang ditimbulkan dari inflasi diantaranya :

1. Kenaikan harga-harga menimbulkan dampak terhadap perdagangan. Kenaikan harga barang tersebut menyebabkan barang-barang Negara itu tidak dapat bersaing di pasar internasional. Menyebabkan ekspor menjadi menurun dan diikuti pula oleh impor yang bertambah, menyebabkan ketidakseimbangan dalam aliran mata uang asing.

2. Biaya yang terus-menerus naik akan menyebabkan kegiatan produksi menjadi tidak menguntungkan.

3. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan tetap.

4. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. (Sukirno, 2004 : 339) Menurut Sukirno (2000:340), cara mengatasi inflasi dapat dilakukan melalui beberapa kebijaksanaan antara lain :

a. Kebijakan Moneter

(50)

b. Kebijakan Fiskal

Menyangkut pengaturan tentang pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi harga kebijaksanaan fiskal yang berupa pengurangan, pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total sehingga inflasi dapat ditekan.

c. Kebijakan segi penawaran

Pemerintah melakukan langkah-langkah yang menurunkan biaya produksi perusahaan-perusahaan. Misalnya dengan mengurangi pajak ke atas bahan mentah atau menetapkan harga barang mentah. 2.2.5.1. Hubungan Inflasi Terhadap Investasi

Inflasi sebagai suatu gejala ekonomi dapat mempengaruhi hal – hal distribusi pendapatan, alokasi produksi dan produksi nasional, ketika dapat dijelaskan sebagai berikut (Nopirin, 1987:32-33):

1. Pengaruh terhadap pendapatan (Equity Effect)

(51)

2. Pengaruh terhadap alokasi faktor – faktor produksi (Efficiency Effect) Keadaan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan terhadap berbagai barang yang dapat mengakibatkan perubahan dalam produksiberbagai barang – barang tertentu, sehingga adanya inflasi maka permintaan akan barang – barang tetentu mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang lainnya yang pada kelanjutaanya akan mendorong kenaikan produksi barang – barang tersebut dengan akibat akan mempengaruhi pola alokasi dari faktor – faktor produksi yang ada dan menjadi tidak efisien lagi.

3. Pengaruh inflasi produksi nasional (Output Effect)

Inflasi dapat mengakibatkan kenaikan produksi, sebab dengan timbulnya inflasi mengakibatkan kenaikan harga barang lebih besar dari tingkat upah, sehingga keuntungan yang diperoleh perusahaan akan naik yang dapat mengakibatkan kenaikan produksi. Namun apabila laju inflasi itu cukup tinggi dapat mengakibatkan sebaliknya.

(52)

2.3. Kerangka Pikir

Untuk menciptakan perekonomian yang seimbang dibutuhkan peningkatan Penanaman Modal Asing (FDI). Penanaman Modal Asing (FDI) dipengaruhi beberapa factor antara lain Pertumbuhan Ekonomi, Ekspor dan Inflasi. Berdasarkan pemikiran diatas maka dapat dijelaskan hubungan variabel terikat terhadap variabel bebas sebagai berikut :

a. Pengaruh Foreign Direct Investment terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

Investasi merupakan langkah awal kegiatan Produksi barang dan jasa yang dapat mendorong pembangunan ekonomi daerah, investasi yang meningkat akan menyebabkan kegiatan produksi barang dan jasa akan meningkat maka Penyediaan akan Barang dan Jasa juga akan meningkat dan berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Produk Domestik Bruto) di Jawa Timur.

b. Pengaruh Foreign Direct Investment terhadap Ekspor.

Dengan tingginya tingkat investasi maka akan dapat memperluas usaha/lapangan kerja industri kecil sehingga dapat meningkatkan barang produksi yang dihasilkan dan menyerap banyak tenaga kerja, hal tersebut menunjukkan adanya kesempatan kerja yang tinggi pula dengan perkembangan demikian industri kecil akan semakin pesat yang berdampak secara langsung akan mengakibatkan nilai ekspor juga meningkat.

(53)

Prospek pembangunan ekonomi jangka panjang akan menjadi semakin memburuk sekiranya inflasi tidak dapat dikendalikan. Dengan adanya investasi asing langsung (FDI) permintaan akan barang dan jasa meningkat. Hal ini akan meningkatkan produksi barang dan jasa. Jika Produksi barang dan jasa meningkat akan mengakibatkan penurunan harga barang dan jasa juga, dengan demikian inflasi akan menurun.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat di buat skema paradigma sebagai berikut :

Gambar 4: Kerangka Pikir

Sumber : Peneliti

2.4 Hipotesis

Berdasarkan pokok-pokok permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka dapat disusun suatu hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara terhadap permasalahan penelitian yang masih harus dibuktikan secara empiris sebagai berikut :

1. Diduga Penanaman Modal Asing Langsung (FDI) berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi, Ekspor, dan Inflasi di Jawa Timur.

(54)
(55)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional adalah definisi yang diberikan kepada

suatu variabel dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan

kegiatan maupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk

mengukur variable tersebut.

Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

a. Sebagai variabel terikat (Dependent Variable)

1. Pertumbuhan Ekonomi (Y1)

Adalah perolehan nilai PDB dari tahun ke tahun. Dinyatakan

dengan satuan Persen (%).

2. Export (Y2)

Yaitu mengeluarkan barang – barang dalam peredaran masyarakat

dan mengirimkan ke luar negeri dan dinyatakan dalam satuan unit

3. Inflasi (Y3)

Adalah suatu keadaan yang mengakibatkan terjadinya kenaikan

harga secara umum dan terus-menerus selama periode tertentu yang

dinyatakan dalam satuan prosentase (%)

(56)

b. Variabel Bebas atau variabel berdiri sendiri (Independent Variable)

1. Penanaman Modal Asing Langsung (FDI) (X)

yaitu Penanaman Modal Asing Langsung (FDI) yang dilakukan

oleh pihak asing dan modalnya secara langsung dimiliki pihak

asing yang ada di Jawa Timur. Pengukuran variabel dinyatakan

dalam satuan Juta Rupiah (Ribu US $).

3.2 Teknik Penentuan Sampel

Data-data yang dibutuhkan dieroleh dari Bank Indonesia (BI) cabang

Surabaya, Badan Pusat Statistik (BPS) Surabaya, Bursa Efek Indonesia

(BEI), dan Badan penanaman Modal (BPM) Jawa Timur. Data yang

digunakan adalah data berkala (time series) periode tahunan dari tahun 1994

- 2008 (15 tahun).

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh

melalui buku-buku yang dipublikasikan oleh lembaga atau instansi yang

terkait. Lembaga atau instansi tersebut antara lain Bank Indonesia (BI)

cabang Surabaya, Badan Pusat Statistik (BPS) Surabaya, Bursa Efek

Indonesia (BEI), dan Badan Penanaman Modal (BPM) Jawa Timur.

Sedangkan metode pengumpulan data adalah sebagai berikut :

1. Studi kepustakaan

Mengadakan penelitian secara teoritis ke perpustakaan untuk mendapatkan

teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan yang ada.

(57)

2. Dokumentasi

Studi ini dikaitkan dengan cara pengumpulan dokumentasi yaitu

pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan mencatat atau mengutip

data-data yang ada pada dokumen instansi-instansi terkait dengan masalah

yang dibahas.

3.4 Teknik Analisa Data dan Uji Hipotesis

Data yang diperoleh dianalisis dengan metode kuantitatif

(perhitungan) dan juga dengan dengan metode kualitatif (analisa

berdasarkan teori), sedangkan regresi linier yang digunakan adalah regresi

linier sederhana dan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas

(58)

Sedangkan guna mengetahui apakah model layak untuk digunakan

dalam pembuktian selanjutnya dan untuk mengetahui variabel bebas

menyebabkan variabel terikat, maka perlu diketahui nilai R2

(koefisien determinan) dengan menggunakan rumus :

R2 =

(tetapi pada umuny mempunyai batasbatas nilai antara 1 dan +1 atau

-1 ≤ R ≤ + 1 (tetapi pada umunya antara 0 dan +1 dikarenakan sulitnya

menemukan tanda), sedangkan batas koefisien determinasi antara nol

dan satu atau 0 ≤ R2≤ 1 + 1

b. Fungsi R2 tidak akan menurun dengan semakin bertambahnya variabel

bebas.

3.4.1. Uji t

Selain uji F uji statistik lain yang digunakan dalam penelitian ini

adalah parsial test dengan menggunakan uji t. pengujian ini untuk menguji

seberapa besar pengaruh dan variabel bebas terhadap variabel terikat, yang

mempunyai kriteria, sebagai berikut :

(59)

 

Kaidah keputusannya :

a. thitung ≥ ttabel , maka Ho ditolak dan H1 diterima artinya terdapat pengaruh

variabel bebas terhadap variabel terikat.

b. thitung ≤ ttabel, maka Ho diterima dan H1 ditolak artinya tidak ada pngaruh

variabel bebas terhadap variabel terikat.

Gambar 4 : Distribusi penerimaan dan penolakan hipotesis

              

           ‐ttabel        

Sumber : Sudrajad MSW, 1988, mengenal ekonometrika pemula, cetakan kedua,

                    

      ttabel          Daerah Terima Ho 

Daerah Tolak Ho  Daerah Tolak Ho

(60)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Kondisi Geografis di Jawa Timur

Jawa Timur terletak antara 110.54 dan 115.57 BT , 5.37 dan 8.48

LS. Dengan luas daratan mencapai 46.712,80 km2 dan terbagi dalam 37

wilayah Kabupaten/Kota. Menurut kondisi geografisnya, Jawa Timur

dibagi menjadi 3 bagian : dataran tinggi (lebih 100 meter di atas

permukaan laut), sedang (45 – 100 meter), dan rendah (di bawah 45 meter)

Jumlah penduduk Jawa Timur berdasarkan sensus bulan Juni 2000

mencapai 34.525.588 jiwa terdiri dari 16.980.594 jiwa laki – laki dan

17.544.944 jiwa perempuan, dengan tingkat kepadatan penduduk

mencapai 720 jiwa/km2.

Berdasarkan letak geografis, kondisi sosio-kultur, potensi alam dan

infrastruktur, maka Jawa Timur dibagi 4 bagian:

 Bagian Utara dan Pulau Madura, merupakan daerah pantai dan dataran

rendah serta daerah pegunungan kapur yang relatif kurang subur.

 Bagian Tengah merupakan daerah dataran rendah dengan perbukitan

dan gunung-gunung berapi yang relatif subur.

 Bagian Selatan – Barat (Daerah Mataraman) merupakan daerah

pegunungan dengan gunung – gunung berbatu dan kapur yang relatif

kurang subur.

(61)

 Bagian Timur, karena posisinya sebagai penghubung dengan Pulau

bali dan Indonesia bagian Timur, maka industri dan perdagangan

merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan.

4.1.2. Kondisi Perkembangan Foreign Direct Investment

Peran penanaman modal asing (FDI) dalam proses pembangunan

ekonomi negara – negara maju dan berkembang telah banyak diutarakan

dalam literatur pembangunan ekonomi nasional dan pembangunan

ekonomi daerah. Lalu lintas modal asing antar negara dan antar lokalitas di

dunia tersebut akan berlalu-lalang mengikuti dinamika perkembangan

perusahaan-perusahaan lintas nasional (MNC) dan perusahaan global

(global firms) yang dipermudah dengan globalisasi dan temuan teknologi.

Bersama – sama dengan investasi domestik dan investasi masyarakat, FDI

masih merupakan pilihan stratejik untuk memanfaatkan momentum

kebangkitan perekonomian Indonesia di masa datang.

Kehadiran penanaman modal asing di negara kita bukan merupakan

sesuatu yang baru bagi negara dan masyarakat Indonesia. FDI sempat

menjadi primadona dalam mitra pembangunan saat negara kita melaju

pada tingkat percepatan pertumbuhan ekonomi yang tinggi di atas 7% per

tahunnya saat sebelum krisis perekonomian terjadi. Bersama – sama

dengan investasi masyarakat dan PMDN, penanaman modal secara

keseluruhan telah tumbuh rata-rata sekitar 10,% per tahun pada periode

1991 – 1996 dengan kontribusi hampir mencapai 30 % terhadap Produk

(62)

Bagi kepentingan para penanam modal asing maka selain iklim

investasi tersebut, kehadirannya masih perlu didukung oleh adanya

ketentuan-ketentuan dan perlakuan yang tidak diskriminatif, yang

diberikan pada para pengusaha lokal atau domestik dalam arena

memperebutkan pangsa pasar. Sudah selayaknya jika para pemilik modal

asing menginginkan adanya perlindungan dan jaminan investasi atas

ancaman terjadinya resiko nasionalisasi dan eksproriasi. Merekapun

menginginkan adanya jaminan dalam hak untuk dapat mentransfer laba

maupun deviden, dan hak untuk melakukan penyelesaian hukum melalui

arbitrase internasional.

Atas dasar ini dipandang perlu dan sudah merupakan keharusan

bagi Indonesia segera meratifikasi RUU Penanaman Modal yang telah

terkatung – katung keberadaannya sejak 1995. Rencana Undang-Undang

Penanaman Modal ini akan diterima jika Pemerintah Pusat segera

melakukan restrukturisasi organisasi lembaga publik dan departemen pada

tingkat pusat dan kemudian memberikannya kewenangan yang lebih luas

pada Pemerintah Daerah dalam merencanakan dan mengatur rumah

tangganya secara lebih leluasa.

Para pelaku ekonomi di daerah dan aparat birokrasi pemerintahan

daerah perlu secara bersama melakukan persiapan – persiapan dalam

upaya terprogram meningkatkan kompetensi daerah. Upaya awal yang

paling mendasar adalah membangun kesiapan sumber daya manusia yang

(63)

teknologi dan bahasa dapat dibangun secara sinergi antar unsur – unsur

pelaku ekonomi yang ada di daerah.

Berikutnya ketersediaan fasilitas prasarana industri seperti

pergudangan, jalur transportasi untuk logistik barang, pelabuhan, terminal

serta hub-hub intra moda transportasi, sumber energi, air bersih, saluran

irigasi lintas-desa, lembaga – lembaga ekonomi dan finansial pedesaan,

serta pos-pos kolektor dan penyimpanan produk – produk hasil pertanian

perlu dibangun secara memadai dan berkualitas. Rentetan investasi

tersebut perlu ditrigger oleh inisiatif para gubernur dan para bupati dengan

mengundang para investor masyarakat lokal.

Dalam literatur perekonomian daerah jenis penanaman modal yang

demikian dimasukkan kedalam kelompok Social Overhead Capital (SOC).

Ketersediaan SOC akan memberikan rangsangan pada para investor di luar

daerah untuk segera berkunjung dan menetap, karena mereka

akan mendapatkan apa yang dinamakan dengan penghematan –

penghematan urbanisasi (urbanization economies) dan agglomerasi

(agglomerationeconomies).

Untuk mengurangi dampak negatif dari kehadiran FDI khususnya

di wilayah hinterland, maka Pemerintah Pusat dan Daerah perlu merevisi

berbagai ketentuan – ketentuan yang melindungi kepentingan peliharaan

kelestarian dan kualitas lingkungan hidup dan lingkungan alam.

Perusahaan-perusahaan yang melanggar ketentuan tersebut wajib

(64)

memperbaharui kerusakan – kerusakan yang dilakukan. Bagi para

pengusaha lokal dan asing hendaknya perlu semakin sadar dan mulai

menyisihkan anggaran yang memadai bagi terselenggaranya kesejahteraan

masyarakat di sekitar pabrik dan lokasi usaha. Perhatian akan tanggung

jawab sosial merupakan tuntutan bagi terselenggaranya kegiatan usaha

yang berkelanjutan.

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

Deskripsi hasil penelitian ini memberikan gambaran tentang data-

data serta perkembangan Foreign Direct Investment sehingga dapat

mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi terhadap perkembangan

Pertumbuhan Ekonomi, Ekspor, dan Inflasi.

4.2.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi

Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi dapat disajikan dalam tabel

di bawah ini :

Tabel.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Tahun 1994-2008

Tahun Pertumbuhan Ekonomi ( %) Perkembangan ( % )

(65)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa perkembangan

Pertumbuhan Ekonomi selama 15 tahun (1994 – 2008) cenderung

mengalami fluktuasi. Perkembangan tertinggi Pertumbuhan Ekonomi

adalah pada tahun 1999 sebesar 17,33 % dan perkembangan terendah

adalah pada tahun 1998 sebesar -21,14 %. Pertumbuhan Ekonomi tertinggi

terjadi pada tahun 1996 sebesar 8,26 % dan Pertumbuhan Ekonomi

terendah pada tahun 1998 sebesar -16,12 %.

4.2.2. Perkembangan Ekspor

Berdasarkan tabel 2 dapat dijelaskan bahwa perkembangan Ekspor

setiap tahunnya mengalami naik turun yang tidak tentu besarnya. Hal ini

dapat dilihat pada tabel 2 yang menjelaskan bahwa pada tahun 1994

sampai 2008, Perkembangan terbesar Ekspor pada tahun 2007 sebesar

31,90 % dan terendah sebesar -12,73 % terjadi pada tahun 1999, Ekspor

terbanyak pada tahun 2007 sebesar 11019,38 Juta US$ dan Ekspor yang

sedikit yaitu pada tahun 1994 sebanyak 3355,10 Juta US$.

Tabel.2. Perkembangan Ekspor Tahun 1994 – 2008

Tahun Ekspor ( Juta US$ ) Perkembangan ( % )

2007 11019,38 31,90

2008 10514,59 -4,58

(66)

4.2.3. Perkembangan Tingkat Inflasi

Berdasarkan tabel 3 dapat dijelaskan bahwa perkembangan Inflasi

setiap tahunnya mengalami fluktuatif yang tidak tentu besarnya.

Perkembangan Inflasi, yang tertinggi terjadi pada tahun 1998 sebesar

86,10 % ini dikarenakan adanya krisis yang melanda bangsa Indonesia dan

pada umumnya kenaikan Inflasi terjadi dari kenaikan harga barang –

barang yang tidak dikendalikan Pemerintah dan adanya kenaikan harga

BBM. tetapi pada tahun 1999 terjadi perkembangan terendah sebesar –

94,97 %. Hal ini bisa dilihat dari nilai Inflasi di tahun 1998 sebesar 95,21

% menjadi 0,24 % atau turun sebesar -94,97 %

Tabel.3. Perkembangan Tingkat Inflasi Tahun 1994-2008

Tahun Tingkat Inflasi (%) Perkembangan ( % )

(67)

4.2.4. Perkembangan Foreign Direct Investment

Perkembangan Foreign Direct Investment dapat disajikan dalam

tabel di bawah ini :

Tabel.4. Perkembangan Foreign Direct Investment Tahun 1994 – 2008

Tahun Foreign Direct Investment ( Juta US$ )

Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur ( diolah )

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa perkembangan Foreign

Direct Investment selama 15 tahun (1994-2008) cenderung mengalami

fluktuasi. Perkembangan tertinggi Foreign Direct Investment adalah pada

tahun 1999 sebesar 4536,04 % dan perkembangan terendah adalah pada

tahun 1998 sebesar -95,30 %. Foreign Direct Investment tertinggi terjadi

pada tahun 1996 sebesar 6546 juta US$ dan Foreign Direct Investment

terendah pada tahun 1998 sebesar 86 juta US$.

4.3. Uji Hipotesis Secara Parsial

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara variabel

(68)

(Y1), Ekspor (Y2), dan Inflasi (Y3). Hasil penghitungan tersebut dapat

dilihat dalam tabel analisis sebagai berikut :

Tabel 5. Foreign Direct Investment (X1), terhadap Pertumbuhan

Ekonomi (Y1), Ekspor (Y2) , Inflasi (Y3).

Koefesien Regresi Variabel Independen Variabel Y

β0 βx1

t hitung t tabel

Pertumbuhan Ekonomi (Y1) 0,376 0,001 1,728 2,160

Ekspor (Y2) 6696,272 -0,216 -0,676 2,160

Inflasi (Y3) 25,442 -0,004 -1,354 2,160

Sumber pada output Coefficient 4.3.1. Analisis Dan Pengujian Hipotesis

Berdasarkan dari hasil perhitungan pengolahan data dengan

bantuan komputer program SPSS (Statistical Program for Social Science)

maka diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :

Y1 = 0,376 + 0,001

Y2 = 6696,272 - 0,216

Y3 = 25,442 - 0,004

Dari persamaan di atas dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Konstanta (β0) : Y1 = 0,376 , Y2 = 6696,272 , Y3 = 25,442

Menunjukkan, Jika Foreign Direct Investment (X1), konstan, maka

Pertumbuhan Ekonomi (Y1), Ekspor (Y2), dan Inflasi (Y3), akan

mengalami peningkatan sebesar 0,376 % (Y1), (Y2) sebesar 6696,272 juta

US$ dan (Y3) sebesar 25,442 %.

b. Koefisien regresi X1 (β1) : Y1 = 0,001, Y2 = -0,216, Y3 = -0,004

Menunjukkan apabila Foreign Direct Investment bertambah 1 juta US$

(69)

Pertumbuhan Ekonomi (Y1) akan naik sebesar 0,001 % (Y1) , Ekspor (Y2)

akan turun sebesar 0,216 juta US$ dan Inflasi (Y3) akan turun sebesar

0,004 %.

Selanjutnya untuk melihat ada tidaknya pengaruh

masing-masing variabel terhadap variable terikatnya, dapat dianalisa melalui uji t

dengan ketentuan sebagai berikut :

a) Pengaruh secara parsial antara Foreign Direct Investment (X1)

terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y1)

Langkah-langkah pengujian :

iii. level of significani = 0,05/2 (0,025) berarti ttabel sebesar 2,160

iv. pengujian

Gambar 6

Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial

Faktor Foreign Direct Investment (X1) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y1)

2,160 -2,160

Daerah Penerimaan Ho

Daerah Penolakan Ho Daerah Penolakan Ho

1,728

(70)

Berdasarkan pehitungan diperoleh hitung sebesar 1,728 <

t-tabel sebesar 2,160 Ho di terima, pada level signifikan 5 %, sehingga

secara parsial Faktor Foreign Direct Investment (X1) tidak

berpengaruh secara nyata terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y1). Hal

ini didukung juga dengan nilai signifikansi dari Foreign Direct

Investment (X1) sebesar 0,108 yang lebih besar dari 0.05.

b) Pengaruh secara parsial antara Foreign Direct Investment (X1)

terhadap Ekspor (Y2)

iii. level of significani = 0,05/2 (0,025) berarti ttabel sebesar 2,160

iv. pengujian

Gambar 7

Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial

Faktor Foreign Direct Investment (X1) terhadap Ekspor (Y2)

Daerah Penolakan Ho Daerah Penolakan Ho

Daerah Penerimaan Ho

Sumber : lampiran pada output Coefficient

(71)

Berdasarkan pehitungan diperoleh hitung sebesar -0,676 <

t-tabel sebesar -2,160 Ho di terima, pada level signifikan 5 %, sehingga

secara parsial Faktor Foreign Direct Investment (X1) tidak

berpengaruh secara nyata terhadap Ekspor (Y2). Hal ini didukung juga

dengan nilai signifikansi dari Foreign Direct Investment (X1) sebesar

0,511 yang lebih besar dari 0.05.

c) Pengaruh secara parsial antara Foreign Direct Investment (X1)

terhadap Inflasi (Y3)

iii. level of significani = 0,05/2 (0,025) berarti ttabel sebesar 2,160

iv. pengujian

Gambar 8

Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial

Faktor Foreign Direct Investment (X1) terhadap Inflasi (Y3)

2,160 -1,354

-2,160

Daerah Penerimaan Ho

Daerah Penolakan Ho Daerah Penolakan Ho

(72)

Berdasarkan pehitungan diperoleh hitung sebesar -1,354 <

t-tabel sebesar -2,160 Ho di terima, pada level signifikan 5 %, sehingga

secara parsial Faktor Foreign Direct Investment (X1) tidak

berpengaruh secara nyata terhadap Inflasi (Y3). Hal ini didukung juga

dengan nilai signifikansi dari Foreign Direct Investment (X1) sebesar

0,199 yang lebih besar dari 0.05.

4.4. Pembahasan

Dengan melihat hasil regresi yang didapat maka peneliti dapt

mengambil kesimpulan bahwa untuk Foreign Direct Investment, terhadap

Pertumbuhan Ekonomi, Ekspor, Inflasi :

Foreign Direct Investment tidak berpengaruh secara nyata (tidak

signifikan) terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Hal ini disebabkan karena

meningkat atau turunnya Foreign Direct Investment tidak melihat dari segi

faktor ekonomi melainkan ada faktor lain yang mempengaruhi Foreign

Direct Investment yakni perizinan yang lebih di permudah, sosial, politik,

keamanan dan kepastian hukum.

Foreign Direct Investment tidak berpengaruh secara nyata (tidak

signifikan) terhadap Ekspor. Hal ini disebabkan karena meningkat atau

turunnya Foreign Direct Investment yang masuk di Jawa Timur khususnya

dan pada umumnya Indonesia hal ini disebabkan Foreign Direct

Investment yang masuk dan berkembang untuk keperluan atau kebutuhan

(73)

Foreign Direct Investment tidak berpengaruh secara nyata (tidak

signifikan) terhadap Inflasi. Hal ini disebabkan karena Inflasi di Indonesia

khususnya Jawa Timur dipengaruhi oleh demand full Inflation.

Dengan melihat hasil koefesien Variabel Independen Foreign

Direct Investment yang didapat maka peneliti dapat mengambil

kesimpulan bahwa variabel Foreign Direct Investment merupakan variabel

yang paling dominan untuk mempengaruhi variabel pertumbuhan

ekonomi, dimana pertumbuhan ekonomi yang mempunyai hasil koefesien

yang lebih besar dan yang paling dominan dalam meningkatkan Foreign

Gambar

Gambar 1 : Hubungan antara MEC dan Investasi
Gambar 2  : Proses Demand Pull Inflation
Gambar 3  : Proses Cost Push Inflation
Gambar 4: Kerangka Pikir
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penerangan Jalan Umum (PJU) tidak lagi menjadi kewenangan Dinas Pemakaman dan Pertamanan karena sejak tahun 2008 tupoksinya telah dialihkan ke Dinas Bina Marga dan Pengairan.

Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, dengan demikian Pemohon mempunyai kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan pembatalan Keputusan Komisi Pemilihan

Berdasarkan beberapa hasil penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi intensi mahasiswa untuk berwirausaha dan masih adanya perbedaan hasil, maka dalam

Pengujian sistem keamanan antar jaringan dilakukan dengan dengan cara membuat salah satu keadaan menjadi tidak normal pada lokasi pertama.. Bila keadaan menjadi tidak

Untuk membuat filter dapat digunakan hasil pemodelan sebelumnya yang menunjukkan bahwa besar amblesan yang lebih baik adalah yang sama dengan atau lebih kecil

Fokus utama penelitian ini adalah pada proses Management of Change yang diterapkan perusahaan dengan mengkaitkan proses ini pada empat faktor sebagai hasil penelitian yang

Maka dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa Total Asset Turnover (TATO) tahun 2015-2017 mengalami penurunan pada setiap tahunnya.Pada tahun 2016

Menurut Suharsimi Arikunto (2007:117), “Prosedur penelitian tindakan kelas (PTK) dimulai dengan siklus pertama yang terdiri dari empat kegiatan, yaitu perencanaan (Planning),