• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUBSURFACE DRAIN PADA LAHAN WATER LOGGING DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL GEOSYNTHETICS ABSTRAK. Ir. Juliastuti, MT (1) Dosen Bina Nusantara University

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SUBSURFACE DRAIN PADA LAHAN WATER LOGGING DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL GEOSYNTHETICS ABSTRAK. Ir. Juliastuti, MT (1) Dosen Bina Nusantara University"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

SUBSURFACE DRAIN PADA

LAHAN WATER LOGGING

DENGAN MENGGUNAKAN

MATERIAL GEOSYNTHETICS

Ir. Juliastuti, MT

(1)

Dosen Bina Nusantara University

ABSTRAK

Salah satu faktor penting dalam pengembangan lahan rawa untuk pertanian adalah bagaimana meyediakan suatu media lahan yang sesuai untuk perkembangan tanaman khususnya kelapa sawit melalui drainase. Dimana drainase yang baik adalahdrainase yang dapat memenuhi persyaratan agar sesuai pada zona perakaran khususnya dalam hal mendrainase dan mencuci kandungan asam dan racun pada lahan rawa melalui pengendalian tinggi muka air tanah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengatur muka air dengan menggunakan subsurface drain dari geosynthetics pada lahan rawa agar menghasilkan tinggi muka air tanah sesuai dengan kondisi lahan rawa dengan peruntukkan kelapa sawit. Dengan menggunakan pemodelan matematik yang kemudian disesuaikan dengan kondisi lapangan dan hasil akhirnya akan dipetakan untuk lahan pertanian, maka akan dihasilkan jarak antara subsurface drain sehingga menghasilkan tinggi muka air tanah berkisar antara 0,6 m- 1 m.

Kata Kunci : subsurface drain, rawa , tinggi muka airtanah, kelapa sawit

1. PENDAHULUAN

Indonesia memiliki sekitar 33, 4 juta lahan rawa yang tersebar di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya yang terbagi antara rawa pasang surut sebesar 20 juta Ha dan rawa non pasang surut sebesar 13 juta Ha. Dengan demikian Indonesia menempati peringkat 4 negara terbesar didunia yang

memiliki potensi pengembangan lahan rawa. Namun dari keseluruhan lahan tersebut, lahan yang tergarap baru sekitar 10 % saja, sehingga potensi untuk mengembangkan rawa untuk lahan pertanian masih sangatlah besar dalam rangka mendukung program pemerintah untuk ketahanan pangan.

Beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan pengembangan lahan rawa menyatakan bahwa pengelolaan lahan rawa sangat erat kaitannya pemahaman mengenai hubungan air dan tanah yang hasil akhirnya adalah dapat meyediakan suatu media lahan yang sesuai untuk perkembangan tanaman khususnya kelapa sawit. Hasil-hasil rencana yang dibuat berdasarkan persyaratan drainase yang secara umum telah memenuhi persyaratan masih dirasa kurang efektif dalam menyediakan media yang sesuai pada zona perakaran khususnya dalam hal mendrainase dan mencuci kandungan asam dan racun. Oleh karena itu diperlukan adanya perbaikan didalam penanganan drainage yang dikhususkan untuk lahan rawa.

Sistem drainase yang baik adalah drainase yang berfungsi dapat menyediakan oksigen dan air bagi pertumbuhan dan perkembangan akar melalui pengendalian tinggi muka air tanah. Namun untuk lahan rawa yang memiliki kondisi topografi yang rendah, curah hujan yang tinggi, permeabilitas tanah yang kecil, serta sistem drainase yang kurang baik dapat menyebabkan lahan tersebut menjadi tergenang (water logging) dalam kurun waktu yang lama memerlukan penanganan sistem drainase yang baik lagi. Hal ini diperlukan karena akibat adanya water logging, proses pencucian racun pada tanah tidak dapat berlangsung serta terjadi penuruan kualitas air dan tanah.

Namun pada prakteknya, sampai saat ini disini adalah belum adanya pengaturan sistem drainase

(2)

bawah permukaan untuk mengontrol tinggi muka air tanah yang sesuai dengan daerah rawa dan jenis tanaman kelapa sawit. Padahal disisi lain bagi lahan rawa pertanian, pengaturan tinggi muka air ini sangat diperlukan. Secara teoritikal, faktor yang sangat berperan dalam sistem drainase dibawah permukaan ditentukan oleh media struktur tanah yang dinyatakan dalam permeabilitas, kedalaman lapisan kedap air, kedalaman drainase bawah permukaan dan jarak antar saluran.

II. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan merancang subsurface

drain spacing yang optimal terhadap permeabilitas dan

ketebalan/kedalaman lapisan kedap air sehingga menghasilkan tinggi muka air tanah yang sesuai untuk media zona perakaran kelapa sawit yang memiliki tujuan akhir yaitu dapat meningkatkan produktifitas lahan rawa basah kelapa sawit.

Adapun yang menjadi keutamaan penelitian adalah : a). Penelitian dalam bidang drainase untuk peningkatan produktifitas kelapa sawit sebagai bahan baku dari salah satu dari sembilan kebutuhan pokok di Indonesia masih rendah. b). Tanaman kelapa sawit umumnya berada pada lahan rawa dimana umumnya kondisi daerah tersebut adalah memiliki curah hujan yang tinggi, permeabilitas tanah yang rendah, serta memiliki sistem drainase yang buruk serta topografi yang landai menyebabkan terjadinya water logging dan soil logged

c). Akibat dari kondisi ini adalah tinggi muka air tanah menjadi rendah yang dapat menimbulkan : - tidak terjadinya pertukaran gas oksigen

pada zona perakaran

- pembusukan bahan organik sehingga terjadi pengurangan komponen organik yang berakibat terbentuk racun

- adanya penggenangan yang dapat memperlambat laju pembusukan bahan organik sehingga nitrogen tetap terkunci dalam bentuk residu organik

- meningkatnya salinitas di daerah zona perakaran yang berakibat pada daya serap akar terhadap unsur hara menjadi berkurang

- pertumbuhan tanaman tidak dapat berkembang sempurna sehingga produksi tidak maksimal

d). Pengendalian muka air tanah di lahan rawa basah menjadi sangat penting karena bertujuan untuk menyediakan media di zona perakaran yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman melalui drainase lahan yang baik. Untuk mengendalikan muka air tanah pada lahan basah dapat digunakan subsurface drain. Namun sampai saat ini belum ada kriteria design dan aplikasi yang dapat dijadikan panduan didalam perencanaan dan pelaksanaan sistem drainase untuk berbagai kondisi tanah di rawa.

e). Salah satu faktor yang paling penting didalam perencanaan subsurface drain adalah jarak (drain

spacing) antar subsurface drain serta kedalamannya, sehingga dibutuhkan adanya suatu penelitian yang berkaitan dengan hal ini.

III. METODOLOGI

Lokasi penelitian daerah pertanian lahan rawa di Propinsi Kalimantan Tengah, dimana pemodelan sub surface drain akan dibantu dengan menggunakan Drainmod. Adapun

(3)

persamaan yang dipakai oleh Draimod adalah persamaan Hooghoudt atau persamaan Kirkham untuk menghitung fluks drainase berdasarkan bentuk muka air tanah. Hooghoudt diasumsikan aliran radial di daerah dekat saluran air dan menggunakan Dupuit-Forchheimer dengan asumsi di wilayah tersebut jauh dari saluran air. Adapun asumsi yang diambil adalah: (1) semua mengalir ke muka air tanah dangkal horisontal dan (2) kecepatan sepanjang arus sebanding dengan kemiringan muka air. Adapun persamaan Hooghoudt untuk kondisi steady state diperoleh dengan menggunakan metode gambar dan Hukum Darcy, di mana aliran di sepanjang setiap bagian lintas vertikal drain (Gambar 1), diberikan tabel air bentuk elips dan infiltrasi konstan yaitu:

2

0 2 4 2 e K q N md m S    Dimana :

q0 - debit per unit luas

K - Konduktivitas hidraulik lateral jenuh

D0 – Kedalaman muka air tanah

r - radius

d – kedalaman drain terhadap lapisan

impermeable

de – kedalaman efektif dari drain terhadap

lapisan impermeable

S – jarak antara pipa

m – tinggi muka air tanah maksimum diatas

drain N - curah hujan de m Do N S 2r

Gambar 1 Asumsi Mula Air Tanah yang Mengalir Menuju Sub-Surfacea Drain

Ada beberapa asumsi dari persamaan Hooghoudt yang harus dipertimbangkan untuk pemodelan. Asumsi meliputi pipa paralel dan memiliki jarak yang sama, tanah homogen, pertambahan konstan, aliran air vertikal dari permukaan tanah ke meja air, kedalaman konstan terhadap lapisan permeable, dan tidak ada tekanan air di saluran air. Banyak dari asumsi ini membutuhkan kondisi yang agak sulit diterapkan di lapangan dan lain-lain tidak berlaku untuk semua desain drainase bawah permukaan. DRAINMOD mengambil beberapa asumsi sebagai bahan pertimbangan, sementara yang lain diabaikan. Model ini tidak dibuat untuk letak drainase yang tidak sejajar dan tidak memiliki jarak yang sama. Sedangkan untuk curah hujan diasumsikan stabil untuk satu periode tertentu . Adapun 4 parameter utama sebagai input adalah :

(4)

- Curah hujan harian - Cuaca

- Drainage design ( kedalaman, radius efektif, jarak antar pipa)

- Soil Properties - Crop Parameter

IV. KONDISI DAERAH STUDI

KEADAAN LINGKUNGAN

Daerah Kumai adalah sebuah kecamatan di

Kabupaten Kotawaringin

Barat, Kalimantan Tengah. Hampir sebagian besar daerah studi merupakan dataran rendah dengan endapan alluvium yang cukup luas, dan hanya sebagian kecil merupakan daratan rendah yang ditempati oleh litologi batupasir kuarsa formasi Dahor dimana kondisi iklim dan Klimatologinya Kumai berada pada daerah tropis, dengan kondisi musim hujan dan musim kemarau yang dipengaruhi angin muson tenggara. Selama musim hujan pada bulan

November – April, angin berhembus membawa

uap air, sementara itu selama musim kemarau dari bulan Mei – Oktober, berhembus angin kering yang membawa musim kemarau.

Berdasarkan Kondisi iklim dari Penelitian Lahan Rawa, didapatkan kisaran seperti pada table berikut ini.

Tabel 1 Kisaran Unsur Cuaca

Adapun kondisi hidrologinya daerah tersebut beriklim tropis dengan curah hujan antara 1800 mm/tahun sampai 4000 mm/tahun. Dalam kondisi normal musim hujan dimulai pada bulan Juli s/d Desember dan musim panas antara bulan Januari s/d Juni. Suhu udara rata-rata antara 24° C – 34° C dengan kelembaban 55% - 96%.

Untuk lebih jelasnya , dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini.

Gambar 2 Curah Hujan Daerah Studi Berdasarkan data tersebut, dengan mempertimbangkan cadangan air awal dan penguapan, akan dihasilkan water balancednya sehingga kelebihan atau kekurangan air akan diketahui. Adapun hasil perhitungannya dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 3 Grafik Water Balance Kumai

No UNSUR CUACA UNIT KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN SELATAN 1 Suhu udara o C 25.4 – 27.0 23.1 – 27.9 2 Kelembaban Nisbi % 80.2 – 87.6 70.7 – 97.0 3 Penyinaran matahari Jam/hr 3.2 – 5.4 2.6 – 6.0 4 Kecepatan Angin knoot 1.7 – 5.4 1.8 – 6.0 5 Evapotranspirasi

Potensial Tanaman Mm/hr 2.9 – 3.7 2.9 – 4.3

(5)

KEGIATAN PENYEIDIKAN DI LABORATORIUM

Kegiatan penyelidikan dilakukan dengan mengumpulkan data-data sekunder di daerah penyelidikan dan melakukan penyelidikan tanah lapangan secara langsung dan uji laboratorium. Penyelidikan tanah di lapangan dilakukan dengan cara melakukan penggalian (test pit) hingga kedalaman 2 – 3 m dari permukaan tanah untuk kemudian diambil sampel tanah untuk dilakukan uji laboratorium.

Penyelidikan tanah lapangan dilakukan sebanyak 5 titik, sedangkan jenis uji laboratorium yang dilakukan mencakup uji indeks tes dan uji permeabilitas tanah.

Berdasarkan hasil penelitian, maka parameter tanah yang dihasilkan adalah :

• Jenis Tanah : Organic Clay

• Kedalaman lapisan tanah hingga tanah keras : 25 m

• Permeabilitas : 0.25 cm/jam

• Tanah tidak mempunyai kemiringan • Kedalaman MAT awal : 15 cm • Surface Storage : 0 cm

V. HASIL PENELITIAN

Analisa tinggi muka air tanah untuk kelapa sawit

Faktor pembatas yang memiliki kemungkinan untuk menghambat produktivitas tanaman kelapa sawit secara garis besar dibatasi oleh kelas drainase sedang.

Drainase merupakan keadaan tata air dalam tubuh profil tanah yang merupakan resultan atau hasil

akhir dari gerakan air yang turun ke bawah (air perkolasi) dan air aliran permukaan (run off). Kedalaman muka air tanah ikut mempengaruhi keadaan drainase karena gerakan air kapiler kearah permukaan tanah ikut mempengaruhi basah atau keringnya tubuh tanah. Air tanah yang tergenang pada lahan gambut mengakibatkan profil terlalu basah, pori-pori cenderung terisi air sehingga oksigen/udara menjadi kurang. Untuk lahan kelapa sawit, karakteristik pertumbuhan akar dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Oleh karena itu, agar kelapa sawit dapat berkembang secara bauk maka kedalaman air tanah harus dijaga sedemikian rupa agar tidak mengakibatkan akar menjadi terendam sehingga berakibat busuk.

Tabel 2. Karakteristik Kedalaman Akar Kelapa Sawit

Sumber : Badan Litbang Dep. Pertanian, 2012 Analisa Kedalaman Subsurface Drain terhadap Spacing

Saluran primer dibuat searah atau sejajar saluran alami/sungai, saluran sekunder dibuat untuk mengalirkan air menuju saluran primer dan menerima aliran air dari saluran tersier.

Pembangunan saluran dimaksudkan juga untuk menghasilkan pengerutan, peningkatan kematangan

(6)

gambut dan kompaksi alami bahan gambut maksimal 1 m pada tahun pertama dan laju subsidensi yang terjadi setelah kompaksi itu dikendalikan dengan pengaturan muka air tanah. Kompaksi alami yang baik menghasilkan kapilaritas dan kapasitas pegang air yang optimal, akan meningkatkan daya cengkram akar kelapa sawit, meningkatkan ketersediaan unsur hara, mengurangi resiko kebakaran dan serangan kutu dan semut putih, mendukung laju pertumbuhan dan bertambahnya produksi tandan buah.

Menurut Singh (1983), dimensi saluran primer, sekunder dan tersier pada gambut dalam (tebal gambut 2 – 3 m) tercantum pada Tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 3. Dimensi Saluran Drainase Perkebunan Kelapa Sawit

Saluran primer sedapat mungkin dibuat searah atau sejajar saluran alami/sungai, saluran sekunder dibuat untuk mengalirkan air menuju saluran primer dan menerima aliran air dari saluran tersier. Pembangunan saluran dimaksudkan juga untuk menghasilkan pengerutan, peningkatan kematangan gambut dan kompaksi alami bahan gambut maksimal 1 m pada tahun pertama dan laju subsidensi yang terjadi setelah kompaksi itu dikendalikan dengan pengaturan muka air tanah. Kompaksi alami yang baik menghasilkan kapilaritas dan kapasitas pegang air yang optimal, akan meningkatkan daya cengkram akar kelapa sawit, meningkatkan ketersediaan unsur hara, mengurangi resiko kebakaran dan serangan kutu dan semut putih,

mendukung laju pertumbuhan dan bertambahnya produksi tandan buah.

Selain itu, untuk mengurangi genangan akibat waterlogging karena elevasi yang relatif datar, maka diusulkan untuk memakai subsurface drain. Dimana subsurface drain ini bertujuan untuk mengalirkan kelebihan air yang diletakkan di bawah permukaan tanah. Adapun parameter yang sangat berpengaruh terhadap desain sub surface drain ini adalah kedalaman pipa (depth), jarak antara pipa (spacing) dan ukuran pipa yang dipakai. Untuk ukuran pipa, yang dipakai adalah pipa yang tersedia di pasaran dengan ukuran 6”, 8”, 10”, dan 12’’.

Sedangkan untuk memodelkan secara matematik, maka digunakan program Drainmod . Program ini adalah program yang khusus dibuat untuk memodelkan subsurface drain dengan memasukkan beberapa parameter yaitu :

- Sifat fisik tanah - Iklim dan klimatologi - Jenis tanaman

Hasil akhir dari program ini adalah tinggi muka air tanah.

Beberapa skenario yang dilakukan oleh program ini adalah menghasilkan tinggi muka air tanah minimal setinggi perkembangan kedalaman akar. Adapun hasil dari pemodelan ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

(7)

Gambar 4 . Subsurface Drain

Gambar 5 Hubungan Antara Jarak, Diameter dan Kedalaman pipa untuk Berbagai Kedalaman Muka Air

Tanah

Gambar 6 Grafik Hubungan antara Kedalaman Muka Air Tanah dan Kedalaman Pipa terhadap Jarak Antar

Pipa (Spacing)

Berdasarkan hasil pemodelan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa parameter dari subsurface drain yang paling sensitif adalah kedalaman pipa. Walaupun dimodelkan dengan ukuran yang sama dan spacing yang sama, namun apabila diletakkan dengan kedalaman yang sedikit berbeda maka akan menghasilkan ketinggian muka air tanah yang sangat berbeda hasilnya. Semakin dalam penempatan subsurface drain akan mengakibatkan semakin jauh spacingnya.

Dari analisa menggunakan program Drainmod diperoleh hasil bahwa jarak antar pipa, diameter pipa berkaitan erat dengan posisi pipa dan muka air tanah seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini.

Analisa Pengaruh Permeabilitas terhadap MAT Permeabilitas tanah menunjukkan kemampuan tanah dalam meloloskan air. Struktur dan tekstur serta unsur organik lainnya ikut ambil bagian dalam menaikkan laju permeabilitas tanah. Tanah dengan permeabilitas tinggi menaikkan laju infiltrasi.

Tinggi muka air tanah berubah-ubah sesuai dengan keadaan iklim tetapi dapat juga berubah karena pengaruh dari adanya kegiatan konstruksi. Di tempat

0,75 1,75 0 20 40 P ipe S paci ng (x Pipe Diameter … GWT Depth 60 cm D e… 800 1800 0,00 20,00 40,00 Sp aci n g Dimensi Pipa GWT Depth 70 cm D e… 0,75 2,75 0 20 40 Pi p e S p ac in g … Pipe Diameter … GWT Depth 90 cm

(8)

itu dapat juga terjadi muka air tanah dangkal, di atas muka air tanah biasa, sedangkan kondisi dapat terjadi bila tanah dengan permeabilitas tinggi di permukaan atasnya dibatasi oleh lapisan muka air tanah setempat, tetapi berdasarkan tinggi muka air tanah pada suatu tempat lain yang lapisan atasnya tidak dibatasi oleh lapisan rapat air.

Koefisien permeabilitas terutama tergantung pada ukuran rata-rata pori yang dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan struktur tanah. Secara garis besar, makin kecil ukuran partikel, makin kecil pula ukuran pori dan makin rendah koefisien permeabilitasnya. Berarti suatu lapisan tanah berbutir kasar yang mengandung butiran-butiran halus memiliki harga k yang lebih rendah dan pada tanah ini koefisien permeabilitas merupakan fungsi angka pori. Kalau tanahnya berlapis-lapis permeabilitas untuk aliran sejajar lebih besar dari pada permeabilitas untuk aliran tegak lurus. Lapisan permeabilitas lempung yang bercelah lebih besar dari pada lempung yang tidak bercelah (unfissured).

Permeabilitas ini merupakan suatu ukuran kemudahan aliran melalui suatu media poreus. Secara kuantitatif permeabilitas diberi batasan dengan koefisien permeabilitas. Banyak peneliti telah mengkaji problema permeabilitas dan mengembangkan beberapa rumus. (Rumus Fair dan Hatch 1933) dapat dipandang sebagai sumbangan yang khas.

Permeabilitas intrinsik suatu akifer bergantung pada porositas efektif batuan dan bahan tak terkonsolidasi, dan ruang bebas yang diciptakan oleh patahan dan larutan. Porositas efektif ditentukan oleh distribusi ukuran butiran, bentuk dan kekasaran masing-masing partikel dan susunan gabungannya, tetapi karena sifat-sifat ini jarang seragam, konduktivitas hidrolik suatu akifer yang berkembang dibatasi oleh permeabilitas lapisan-lapisan atau masing-maisng

zone, dan mungkin bervariasi cukup besar tergantung pada arah gerakan air.

Dari hasil analisa menggunakan Drainmod diperoleh hasil bahwa semakin tinggi nilai permeabilitas vertikal tanah dasar maka semakin rendah kedalaman Muka Air Tanah seperti ditunjukkan pada gambar 4.8 berikut ini.

Gambar 7 Hubungan antara Nilai Permeabilitas Tanah dan Muka Air Tanah

ATLAS DIGITAL ARAHAN STRUKTUR SUBSURFACE DRAIN SPACING

Menggunakan data hasil pemodelan matematik dan data spasial, selanjutnya dapat di susun atlas digital arahan struktur subsurface drain spacing sesuai dengan tujuan dari penelitian. Pada Gambar 7 dapat dilihat batasan daerah penelitian dan kenampakan muka bumi dengan tutupan lahan kebun kelapa sawit.

Gambar 8 Batasan dan Kenampakan tutupan Lahan Kelapa Sawit 84,0 84,5 85,0 85,5 86,0 86,5 0 2 4 6 GWT Dep th (c m )

Permeability (cm/hour)

(9)

Dengan menggunakan data Digital Elevation Model (DEM), data Peta Topografi dan dengan bantuan perangkat lunak system informasi geografis (SIG), selanjutnya dapat disusun informasi kenampakan daerah penelitian beserta garis ketinggian (Kontur) sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Daerah Penelitian dan Informasi Ketinggian

Guna menyusun arahan sub surface drain spacing, dipilih lokasi dibagian tengah daerah penelitian dengan luasan terbatas (Daerah Model) sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10 Daerah Model Untuk Penyusunan Arahan Sub Surface Drain Spacing

Menggunakan data Kontur dari peta topografi dan data Digital Elevation model selanjutnya dapat disusun profil tiga dimensi (3D) dari daerah Model sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 10 dan 11.

Gambar 10 Kontur ketinggian pada Daerah Model

Gambar 11 Profil tiga dimensi (3D) dari daerah Model Profil detail dari daerah model dapat diketahui dengan menggunakan perangkat lunak Vertical Mapper. Sebagaimana kenampakan pada Gambar 4.14 dan Gambar 4.15, profil topografi daerah model bervariasi dengan elevasi yang relatif lebih tinggi di bagian Timur dan terus menurun semakin ke arah Barat Daerah model. Informasi profil topografi ini penting untuk menentukan arah utama dari sub surface drain.

Gambar 12 Profil tiga dimensi (3D) dari daerah Model Dengan informasi arah utama, Jarak (Spacing), kedalaman dan ukuran pipa ideal untuk selanjutnya dapat disusun ideal sub surface drain spacing sebagaiman dapat dilihat pada Gambar 12.

(10)

Gambar 13 Arahan Struktur Sub Surface Drain Spacing ideal di Daerah Penelitian

Sesuai dengan kondisi daerah penelitian, struktur sub surface drain ideal adalah berarah Timur – Barat dengan kedalaman pipa di bagian Timur adalah 75 cm, dibagian tengah 85 cm dan bagian barat pada kedalaman 100 cm (Lihat Gambar 13). Adapun jarak antar pipa (Spacing) adalah masing masing 850 cm.

VI. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Struktur Subsurface Drain Spacing untuk budidaya kelapa sawit pada lahan rawa, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :

- Daerah studi terletak pada dataran rendah

dengan endapan alluvium dengan kondisi

iklim daerah tropis yang dipengaruhi oleh

angin muson tenggara

- Daerah tersebut terletak di paparan sunda

dimana sebagian besar merupakan endapan

rawa kearah endapan pantai

- Curah hujan pada daerah tersebut berkisar

antara 2000 – 4000 mm/tahun

- Berdasarkan perhitungan water balanced,

maka daerah tersebut mengalami kelebihan

air berkisar 3,12 mm/hari

- Berdasarkan hasil pemodelan subsurface

drain, maka parameter kedalaman atau

penempatan sub surface drain yang sangat

berpengaruh dibandingkan dengan jarak

(spacing) dan ukuran pipa dan semakin

tinggi nilai permeabilitas, maka semakin

rendah kedalam muka air tanahnya

- Sesuai dengan kondisi daerah penelitian,

struktur sub surface drain ideal adalah

berarah Timur – Barat dengan kedalaman

pipa di bagian Timur adalah 75 cm, dibagian

tengah 85 cm dan bagian barat pada

kedalaman 100 cm, dengan jarak antar pipa

(Spacing) adalah masing masing 850 cm.

- Penggunaan sub surface drain dapat

menurunkan muka airtanah berkisar antara

0,9 m sampai dengan 3,10 m dengan kondisi

apabila terjadi hujan 3 hari berturut-turut. Bila

pada periode berikutnya tidak turun hujan

terlihat bahwa selama 120 hari, maka muka

air ditengah antara 2 saluran mencapai

kedalaman 2,30 m dari muka tanah.

Sedangkan untuk durasi mingguan terlihat

bahwa penurunan muka air tanah di tengah

antara 2 saluran rata-rata mencapai 2,90 m

dari muka tanah.

- Material subsurface drain yang digunakan

untuk menurunkan muka airtanah yang

cukup significant adalah pipa geosyntetic,

dimana pipa tersebut tanah untuk lahan

rawa.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal

Pengairan. 1986. Standart Perencanaan

Irigasi. Direktorat Jenderal Pengairan

Departemen Pekerjaan Umum: Bandung.

Triatmojo, Bambang 2008. Hidrologi Terapan.

Beta Offset: Yogyakarta.

Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang

Berkelanjutan. Andi : Yogyakarta.

Wesli. 2008. Drainase Perkotaan. Graha Ilmu:

Yogyakarta

BR, Sri Harto. 2000. Hidrologi : Teori, Masalah,

Penyelesaian. Nafiri Offset : Yogyakarta.

Soemarto, C.D. 1999. Hidrologi Teknik. Erlangga :

Jakarta.

Chin, David A. 2006. Water-Resources

Engineering. Pearson Prentice Hall

Punmia, B.C, Lal, Pande Brij Basi . 1992.

Irrigation and water power engineering.

Sine Nomine.

Linsley, Ray K. 1992. Water-Resources

Engineering. McGraw-Hill.

Gambar

Gambar 1 Asumsi Mula Air Tanah yang Mengalir  Menuju Sub-Surfacea Drain
Gambar 2  Curah Hujan Daerah Studi
Tabel 2. Karakteristik Kedalaman Akar Kelapa Sawit
Tabel 3.   Dimensi Saluran Drainase Perkebunan  Kelapa Sawit
+5

Referensi

Dokumen terkait

Melalui kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan di sekolah, mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan dan meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan, serta sikap dalam

Bank terus melanjutkan untuk mengelola dan mengawasi secara aktif kualitas portofolio pinjaman yang diberikan dengan cara meningkatkan kebijakan manajemen risiko kredit

• Tidak terdapat perbezaan yang signifikan antara faktor demografi (jantina) dari segi hubungan kekeluargaan, pengaruh rakan sebaya dan kecerdasan emosi dengan tingkah laku

Iklan Baris Iklan Baris Serba Serbi PERLNGKPN MOBIL PRIVAT LES JAKARTA BARAT Rumah Dijual BODETABEK JAKARTA PUSAT.. DIJUAL RMH / TOKO

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa variasi latihan quickness merupakan salah satu metode latihan alternatif yang dapat digunakan untuk

Perkembangan masyarakat Indonesia pada saat ini dalam menghadapi era globalisasi yang penuh dengan tantangan dan kemungkinan yang bisa terjadi seakan-akan masyarakat Indonesia

Pengukuran Kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, kebijakan,

Tujuan dengan adanya pengembangan perencanaan sistim drainase pada perumahan Bulan Terang Utama,Maka bertambah pula sarana dan prasaarana pendukung,salah satunya