• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dosen FKH Ajari Warga Tuban Bikin Nugget Tanpa Micin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dosen FKH Ajari Warga Tuban Bikin Nugget Tanpa Micin"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Dosen FKH Ajari Warga Tuban

Bikin Nugget Tanpa Micin

UNAIR NEWS – Para dosen Departemen Kedokteran Dasar Veteriner

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga menggelar pengabdian masyarakat, Sabtu (22/7). Pengabdian masyarakat digelar di Desa Selogabus, Kecamatan Parengan, Tuban.

Dalam kegiatan bertajuk “Pemberdayaan Ibu Rumah Tangga Melalui Pelatihan Produksi Pangan Cepat Saji”, para dosen memberikan berbagai macam pelatihan pengolahan makanan. Pelatihan terbagi menjadi dua sesi yakni pelatihan membuat nugget ayam dan bakso ayam.

Dalam pelatihan kali ini, para ibu rumah tangga diajari untuk membuat makanan cepat saji bebas micin. Pelatihan dibagi menjadi tiga sesi diawali dengan pemaparan materi tentang penggunaan monosodium glutamat dilanjutkan dengan pembuatan nugget dan bakso ayam.

Pelatihan terbagi menjadi dua sesi, pelatihan membuat nugget ayam yang dipandu M. Gandul Atik Yuliani, M.Kes., drh., sedangkan pelatihan membuat bakso ayam dipandu oleh Dr. Nove Hidajati, M.kes., drh.

Sebelum praktik langsung pembuatan, Gandul menjelaskan sekilas bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat nugget ayam seperti daging ayam giling, tepung roti halus, telur, susu, bawang putih, merica, garam, gula, dan tepung panir. Kemudian dilanjutkan dengan demo memasak nugget.

Masyarakat Desa Selogabus antusias mengikuti tahapan pembuatan bakso dan nugget. Bahkan tak segan-segan untuk mencetak nugget sesuai dengan seleranya.

“Ibu-ibu dapat langsung menggoreng nugget yang telah dilapisi tepung panir. Namun, dapat pula dicetak sesuai selera

(2)

menggunakan cetakan kue,” jelas Gandul saat memandu pelatihan membuat nugget.

Selepas penggorengan, Ibu-ibu yang hadir mencicipi nugget yang dibuat secara bersama-sama tersebut. Sebagian mengaku rasanya tak kalah enak dengan merk yang dijual di pasaran, meskipun pembuatannya tidak menggunakan MSG atau micin.

Hal tersebut senada dengan pelatihan membuat bakso ayam, Nove pun menjelaskan secara gamblang bahan yang diperlukan beserta proses pembuatan bakso ayam.

“Untuk membuat bakso ayam bahan yang diperlukan ayam giling, garam, bawang putih, merica bubuk, tepung sagu, dan putih telur. Dan takarannya disesuaikan setiap porsi,” jelas dosen yang kerap disapa Nove tersebut.

Terlepas dari pembuatan produk cepat saji, juga dipaparkan analisis usaha. Harapannya, ibu-ibu yang hadir tidak hanya memproduksi untuk konsumsi rumah tangga, melainkan dapat dikomersilkan untuk menambah penghasilan.

“Kegiatan seperti ini ternyata menambah pengetahuan. Saya jadi tertarik mencobanya di rumah,” kata Diah, salah satu warga yang hadir.

Penulis: Siti Nur Umami Editor: Defrina Sukma S

(3)

Sastra Tutup Usia

UNAIR NEWS – Fakultas Sastra atau yang pada tahun 2008 berganti nama menjadi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga, kehilangan salah satu putra terbaiknya. Ialah Dra. Siti Parwati Soemarto D, M.Ed, pencetus berdirinya Fakultas Sastra UNAIR pada tahun 1998. Siti Parwati wafat dalam usia 81 tahun.

Upacara persemayaman yang dihadiri kerabat, handai taulan, serta sivitas akademika UNAIR berlangsung Senin, (24/7). Isteri guru besar Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UNAIR almarhum Prof. Sumarto Danusugondho tutup usia pada Minggu (23/7) di perumahan dosen Kampus B UNAIR. Sebelumnya, almarhumah sempat dirawat di Rumah Sakit Siloam, Surabaya.

Putra pertama Siti Parwati, Raditiyo Tribawono Anindito, S.E., mewakili keluarga memohon maaf terhadap segala kesalahan yang mungkin pernah diperbuat almarhumah semasa masih hidup. Dalam sambutannya ia mengatakan, almarhumah adalah sosok ibu yang menjadi tauladan bagi anak-anaknya.

“Ibu dan almarhum bapak adalah benar-benar tauladan bagi saya dan adik. Beliau berdua Ksatria Airlangga buat kami,” ujar Raditiyo.

Kawan karib Wakil Rektor III UNAIR Prof Amin Alamsjah itu mengatakan, ketika dirinya masih kecil, almarhumah adalah sosok ibu yang selalu memberikan contoh kepada anak-anaknya untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.

Sementara itu, Prof Amin mewakili Rektor UNAIR mengungkapkan rasa duka mendalam atas meninggalnya Siti Parwati. “Ananda Raditiyo adalah sahabat saya. Saya seperti kehilangan ibu saya sendiri,” ungkapnya.

Sementara itu, Sudijah selaku kawan karib almarhumah memberikan kilas balik atas kebaikan almarhumah. “Beliau

(4)

sangat perhatian dengan kami semua. Beliau selalu ingat hari ulang tahun rekan-rekannya,” ungkap dosen Departemen Sastra Inggris itu.

Almarhumah Siti Parwati pernah menjabat sebagai dosen di Departemen Bahasa dan Satra, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, tahun 1976-2001. Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua Departemen Bahasa dan Sastra di fakultas serupa tahun 1977-2000. Tahun 1998, almarhumah ikut penjadi pelopor berdirinya Fakultas Sastra UNAIR. (*)

Penulis : Binti Q. Masruroh Editor : Nuri Hermawan

Pengabdian Masyarakat FKH

Ajarkan Masyarakat Hidup

Sehat

UNAIR NEWS – Departemen Kedokteran Dasar Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan UNAIR, kembali menghelat pengabdian kepada masyarakat guna mengimplementasikan salah satu pokok Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pada tahun ini, kegiatan pengabdian masyarakat tersebut dilangsungkan di Desa Selogabus, Kecamatan Parengan, Kabupaten Tuban, Sabtu (22/07).

“Tujuan utama pengabdian masyarakat ini yakni untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan kepada masyarakat, khususnya dalam penggunaan bahan penyedap dan mengelola makanan cepat saji. Ibu-ibu pastinya tahu, kemesraan diawali dari dapur, sehingga harapannya kegiatan ini dapat bermanfaat dan dapat diterapkan untuk keluarga masing-masing,” tutur Dr. Eduardus Bimo H M.kes., drh, selaku ketua panitia saat memberikan sambutan. Hal serupa disampaikan Sukiman, selaku Sekretaris Desa

(5)

Selobagus tersebut mengatakan bahwa ilmu yang diberikan nantinya dapat meningkatkan taraf hidup masyarakatnya karena disampaikan oleh pakar-pakar dibidangnya.

“Semoga dalam pemberdayaan kali ini, ibu-ibu yang hadir dapat memetik ilmu yang diberikan. Tak lupa ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya untuk segenap tim pengabdian masyarakat FKH UNAIR,” terangnya.

Pengabdian masyarakat kali ini murni diprakarsai oleh para dosen pengajar di Departemen Kedokteran Dasar Veteriner. Hal ini membuktikan bahwa tidak hanya mahasiswa yang turun langsung dalam pengabdian masyarakat.

Prof. Sri Agus Sudjarwo drh., Ph.D dalam kegiatan pengmas kali ini memberikan pemaparan dampak dibalik lezatnya monosodium glutamat (MSG) dalam makanan. Mengingat masyarakat awam banyak mengkonsumsi MSG lantaran dirasa memberi kelezatan pada makanan.

Dalam kesempatan ini, ibu-ibu yang hadir di balai desa antusias mendengarkan pemaparan. Mengingat dalam kesehariannya selalu menggunakan MSG sebagai penyedap makanan.

“Produk yang mengandung MSG atau biasa disebut micin secara perlahan dapat membunuh manusia, prosesnya tidak terlihat,” tutur Prof. Agus usai memberi pertanyaan tentang penggunaan MSG.

Prof. Agus juga menambahkan berbagai bahaya MSG terhadap kesehatan manusia, seperti kerusakan otak, merusak sistem saraf, penyakit kardiovaskuler, dan berbagai penyakit lainnya. Tak hanya itu, Prof. Agus turut memberikan bukti penelitan seperti penelitian pada hewan coba tikus putih. Tikus yang diberikan makanan mengandung MSG akan mengalami obesitas (kegemukan). Hal ini dipicu adanya peningkatan pembentukan leptin dalam darah yang merangsang pusat nafsu makan.

Selain itu, Prof. Agus juga memberikan wawasan sejarah MSG pertama kali ditemukan oleh ahli kimia Jepang, Ikaeda Kikunae, disebut “umami” yang berarti enak, gurih atau lezat. Namun, dewasa ini MSG dikenal dengan berbagai sebutan seperti ajinomoto, miwon, vetsin, sasa, masako, royco, dan sebagainya. “Harapannya ibu-ibu jangan terlalu mudah mencampurkan MSG

(6)

kepada makanan. Disamping enak, tetapi juga membahayakan. Sebaiknya tidak melebihi takaran, 6mg/kg berat badan manusia setiap hari dan anak kecil atau ibu yang sedang mengandung sebaiknya menghindari,” tutup Prof. Agus.

Penulis : Siti Nur Umami Editor : Nuri Hermawan

Pemerintah

Berikan

Sosialisasi Undang-undang

Pemberdayaan Nelayan

UNAIR NEWS – Pemerintah memberikan sosialisasi Undang-Undang

No. 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan, dan Petambak Garam.

Sosialisasi undang-undang yang diterbitkan tahun 2017 lalu tersebut dilaksanakan di ruang 502, Gedung C, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga (FPK UNAIR), Jumat (21/7).

Dekan FPK UNAIR Prof. Dr. Mirni Lamid, drh., MP., mengatakan bahwa pihaknya sebagai akademisi akan turut memberikan sumbangsih demi kemajuan perikanan dan kelautan Indonesia. Salah satunya adalah dengan mencetak lulusan-lulusan berkualitas.

“FPK UNAIR memiliki dua program studi jenjang sarjana. Ada S-1 Budidaya Perairan dan S-1 Teknologi Industri Hasil Perikanan. Kami sebagai akademisi akan memberikan sumbangsih untuk kemajuan perikanan dan kelautan Indonesia,” tutur Mirni di hadapan kepala dinas beserta perwakilan pelaku usaha perikanan

(7)

dari seluruh kota dan kabupaten di Jawa Timur.

Anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia Drs. Ibnu Multazam mengatakan lahirnya undang-undang tersebut dilatarbelakangi dengan ketiadaan regulasi yang mengatur perlindungan dan pemberdayaan para pelaku usaha perikanan dan kelautan.

“Indonesia belum memiliki undang-undang yang mengatur dengan tujuan melindungi dan memberdayakan manusianya. Pada intinya, undang-undang ini ada dua klaster yakni perlindungan dan pemberdayaan,” jelas Ibnu.

Staf ahli Kementerian Kelautan dan Perikanan bidang sosial, ekonomi, dan budaya Dr. Ir. Achmad Poernomo, M.App.Sc yang juga hadir dalam sosialisasi tersebut mengatakan bahwa undang-undang ini mencakup perlindungan dan pemberdayaan para pelaku usaha perikanan dan kelautan.

“Semenjak ada kementerian Kelautan dan Perikanan telah mengeluarkan tiga undang-undang dan ini adalah undang-undang yang keempat. Bedanya undang-undang ini mencakup lebih khusus ke manusianya sebagai nelayan, pembudidaya ikan dan petambak garam,” tutur Poernomo.

Penulis: Akhmad Janni Editor: Defrina Sukma S

Dukungan Emosional Diperlukan

untuk Atasi Depresi

UNAIR NEWS – Popularitas dan pengaruh media sosial berpotensi

(8)

yang tak dapat mengendalikan diri terhadap caci maki haters yang bejibun di media sosial dikhawatirkan mengalami depresi dan berujung bunuh diri.

Pernyataan tersebut diungkapkan oleh dokter spesialis kejiwaan Rumah Sakit Universitas Airlangga (RS UNAIR) Andini Dyah Sitawati. Dokter Sita mengatakan, popularitas pesohor memunculkan kalangan penggemar (fans) dan pembenci (haters). Sisi buruknya, jika sang selebritis tak mampu mengendalikan emosi dalam menyikapi haters, ia akan mengalami depresi.

“Kalau sekarang kan zaman medsos (media sosial) ya. Seorang artis tidak bisa lepas dari perhatian para fans dan hater-nya. Sekecil apapun hal yang dilakukan oleh artis, termasuk pakaian akan dibicarakan oleh kedua kelompok ini. Jika artis tidak bisa menyikapi haters, maka mereka bisa mengalami depresi,” tutur dokter Sita.

Pengajar psikiatri Fakultas Kedokteran UNAIR menuturkan, orang yang mengalami depresi sebenarnya juga merasa ragu-ragu untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Namun, karena mereka tidak kunjung mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekat, maka percobaan mengakhiri hidup menjadi pilihan.

Alkohol dan obat-obatan terlarang juga bisa menjadi faktor pemicu. Sebab, biasanya peminum alkohol dan pengguna obat-obatan terlarang cenderung bersikap implusif, termasuk mengakhiri hidup.

Dukungan emosional

Orang yang tengah mengalami depresi memunculkan tanda-tanda yang bisa dicermati oleh lingkungan terdekat. Di titik inilah dibutuhkan kecermatan untuk mengamati perubahan yang dilakukan oleh mereka yang mengalami depresi.

“Biasanya mereka nampak menjadi orang yang pemurung dan menarik diri dari pergaulan. Mungkin dalam kehidupan sehari-hari mereka suka ngobrol tetapi ini cenderung diam. Mereka

(9)

cenderung sedih dan nggak punya energi untuk melakukan hobi-hobinya,” tutur dokter yang juga menjalani praktik di RSUD Dr. Soetomo.

Andini Dyah Sitawati, dokter spesialis kejiwaan Rumah Sakit Universitas Airlangga

Namun, ada pula tanda-tanda depresi yang tak ditampakkan kepada orang-orang terdekat. Mereka inilah yang justru diwaspadai karena bisa saja orang terdekat tak sadar dengan

(10)

perubahan yang muncul pada orang yang mengalami depresi.

Pada gejala-gejala yang tidak nampak, mereka bisa saja tampak normal ketika bersosialisasi. Namun, ketika mereka sudah tiba di rumah, mereka lantas melampiaskan rasa depresinya dengan menangis dan cara-cara lain.

Menanggapi hal tersebut, dokter Sita mengatakan bahwa orang-orang terdekat (supporting system) memiliki peran penting untuk mengurangi tekanan batin orang-orang yang mengalami depresi.

“Mereka (orang-orang yang depresi) bisa diajak berkomunikasi. Tanyalah apa masalahnya. Jika mereka yang mengalami depresi itu orangnya tertutup, tetap dampingi mereka. Beri mereka semangat dan dukungan emosional,” ungkap dokter spesialis

lulusan FK UNAIR.

Dokter Sita juga menyarankan agar masyarakat tak lantas memberi stigma “sakit jiwa” kepada orang-orang yang mengalami depresi. Stigma tersebut, katanya, justru membuat mereka kian tertekan.

“Jangan beri stigma. Kita harus memberikan pertolongan. Jika memang kita tidak bisa memberi support, yakinkanlah bahwa dia tidak sendiri,” imbuhnya.

Spiritualitas

Tak jarang komentar miring dilontarkan oleh warga awam ketika mendengar kisah orang depresi yang mengakhiri hidupnya. Salah satu komentar yang sering ditemui adalah rendahnya tingkat spiritualitas.

Menanggapi hal tersebut, pengajar yang pernah meneliti tentang “Hubungan Antara Kepatuhan Minum Obat dan Kualitas Tidur Pasien Skizofrenia di Instalasi Rawat Jalan Jiwa RSUD Dr. Soetomo Surabaya” mengatakan, spiritualitas menjadi salah satu faktor penentu emosional.

(11)

“Saya pernah memiliki pasien yang memiliki spiritualitas tinggi tetapi mereka juga mengalami depresi. Ada juga yang spiritualitasnya biasa-biasa saja tetapi tidak sampai mengalami depresi. Faktor spiritualitas terkadang membantu orang untuk tidak jadi bunuh diri tetapi mereka berhasil mendapatkan dukungan emosional dari keluarga dan sekitarnya,” tuturnya.

Meski ia tak menyampaikan jumlah pasti kasus depresi di Surabaya, namun dokter Sita dan rekan-rekan sejawatnya tak pernah sepi menerima pasien dengan kasus serupa di RSUD Dr. Soetomo. (*)

Penulis: Defrina Sukma S. Editor : Binti Q. Masruroh

Konferensi Perdana Asosiasi

Dosen Perbandingan Hukum

Indonesia Digelar di Fakultas

Hukum UNAIR

UNAIR NEWS – Menjadi sebuah kehormatan bagi Fakultas Hukum Universitas Airlangga yang menjadi tuan rumah konferensi nasional oleh Asosiasi Dosen Perbandingan Hukum Indonesia (ADPHI). Konferensi nasional yang baru pertama kali terselenggara ini diikuti oleh tidak kurang dari 80 dosen seluruh Indonesia antara lain dosen Universitas Indonesia, Universitas Brawijaya, Universitas Padjajaran, dan Universitas Negeri Sebelas Maret.

(12)

Bertempat di Aula Pancasila FH UNAIR, Kamis (20/7), acara tersebut dibuka dengan sambutan ketua ADPHI Pof. Topo Santoso S.H,M.H., Ph.D. Dalam sambutannya, Topo mengungkapkan bahwa konferensi nasional ini baru diadakan pertama kali.

Meski demikian, ADPHI tidak jarang mengadakan pertemuan guna membahas kurikulum perbandingan hukum yang mana pertemuan tersebut diadakan di Universitas Padjajaran. Tidak hanya itu, ADPHI juga kerap menyelenggarakan rapat untuk membentuk jurnal, dan mengadakan seminar yang diisi oleh professor. “Pertemuan ini menjadi pertemuan sekaligus silaturahmi antar anggota serta presenter yang belum menjadi anggota juga dapat bergabung. Konferensi ini dijadikan ajang diskusi untuk melakukan pertukaran fikiran tentang perbandingan hukum,” ungkapnya.

Menambahkan pernyataan Topo, Dekan FH UNAIR Prof. Dr. Abd. Shomad, S.H dalam sambutan dan sekaligus membuka acara konferensi nasional mengatakan bahwa pihaknya bangga. Pasalnya FH UNAIR menjadi tuan rumah pada acara perdana yang dilaksanakan oleh ADPHI tersebut.

“Saya merasa tersanjung karena konferensi nasional pertama ini diselenggarakan di UNAIR. Konferensi nasional ini sangat perlu karena globalisasi menyebabkan kita harus menyesuaikan diri dari berbagai aspek. Perubahan akan membawa dampak pada berbagai kajian termasuk pendidikan. Yang meliputi perubahan kurikulum di pendidikan tinggi. Sehingga diperlukan penyesuaian-penyesuaian,” ujar pengampu hukum Islam tersebut. Prof. Dr. Bagir Manan, S.H.,MCL., sebagai keynote speech menyampaikan bahwa materi ini bukan sesuatu yang asing.

“Dalam demokrasi dituntut untuk bersabar dalam mendengar perbedaan. Dalam ilmu demokrasi berlaku prinsip yang tidak boleh ada yang disembunyikan. Perbedaan itulah yang mendasari adanya kreativitas,” ungkapnya.

(13)

Topo Santoso S.H,M.H., Ph.D dengan mengundang dua pembicara yakni pertama Prof. Henning Glaser, Director of the German Southeast Asian Center of Excellence for Public Policy and Good Governance menyampaikan mengenai konsep HAM, Bagaimana HAM dalam konstitusi apakah dia bagaian dari basic struktur atau tidak, model konstitusi yang disajikan dalam presentasi berjudul “comparative constitusional law : Locus and Impact of Human Rights” .

Dilanjutkan dengan pembicara kedua Iman Prihandono, S.H.,LL.M.,Ph.D., yang menjelaskan mengenai Perbandingan mekanisme sertifikasi/pelaporan dalam relasi bisnis dan HAM. “Beberapa mekanisme HRDD di Indonesia ada 4. Pertama, Sertifikasi Indonesia sustainable palm oil. Kedua, Sertifikasi sistem vertifikasi legalitas kayu. Ketiga, sertifikasi clean and clear. Keempat, Sertifikasi HAM perikanan,” tutur ketua departemen Hukum Internasional tersebut.

Untuk selanjutnya, acara dilanjutkan dengan presentasi makalah dari para peserta yang dibagi dalam beberapa chamber.

Penulis : Pradita Desyanti Editor : Nuri Hermawan

UNAIR Lanjutkan Kerjasama

Internasional dengan Monash

University

UNAIR NEWS – Monash University kembali bertandang ke Universitas Airlangga. Selain membahas hubungan kerja sama antara keduanya, kedua kampus ini terus meningkatkan tiga

(14)

bidang potensi yang selalu dilakukan dalam kerjasama internasional. Ketiga bidang tersebut adalah publikasi jurnal internasional, pertukaran mahasiswa dan staf, serta international mobility, terutama untuk visiting professor.

Pada kesempatan yang dilakukan di Ruang Sidang Pleno Gedung Rektorat UNAIR, Wakil Rektor I UNAIR Prof. Djoko Santoso, dr., Ph.D., Sp.PD., K-GH., FINASIM., memaparkan, saat ini UNAIR terus menjalani kerja sama dengan berbagai universitas di luar negeri.

”Kerja sama dengan Monash University telah terjalin sejak beberapa tahun lalu dan telah habis masa berlakunya pada tahun 2017. Kunjungan kali ini dapat menjadi kesempatan untuk mempertimbangkan perpanjangan perjanjian kerjasama yang pernah dibuat,” terang Djoko.

Menambahkan pernyataan Djoko, sekretaris Airlangga Global Engagement UNAIR Dian Ekowati SE., M.Si., M.AppCom(OrgCh)., Ph.D., mengatakan, kerjasama yang terjalin dengan Monash University sudah cukup banyak. Mulai dari level individu maupun untuk level kelompok.

Pada tahun 2005 silam, Dian menjelaskan bahwa UNAIR dan Monash University telah menjalin kerjasama dalam hal pengembangan universitas. Hal itu diwujudkan melalui Technological and Profesional Skill Development Projek (TPSDP).

“Waktu itu sebanyak 12 orang perwakilan dari UNAIR dikirim ke Monash University untuk mendapatkan pelatihan di bidang research management university leadership, quality insurance, curiculum development,” terangnya.

Secara aktual, menurut Dian, pihak rektorat mendorong semua bagian di lingkungan UNAIR baik di level departemen, prodi, maupun fakultas untuk menjajaki kerjasama dengan Monash University. Selanjutnya, untuk mengejar internasionalisasi universitas, dibutuhkan langkah-langkah yang dinyatakan dengan kerja bersama-sama.

“Misalnya faculty exchange, bisa visiting profesor, exchange staff baik itu akademik maupun staf pendidikan maupun juga mahasiswa. Itu langkah yang harus dilakukan,” pungkasnya.

(15)

Editor : Nuri Hermawan

“Jelly Exterminator Obesity”,

Terobosan

Baru

Minuman

Pendamping Diet Sehat Alami

UNAIR NEWS – Anda merasa gendut, chubby, gemuk, dan tumbuh ke samping? Kata-kata tersebut seakan sudah sering kita dengar. Biasanya kaum hawa sangat sensitif jika mendengar kata-kata tersebut. Dari gambaran tersebut tersirat bahwa tubuh ideal merupakan dambaan setiap orang, khususnya kaum perempuan. Tampak cantik, tubuh ideal merupakan harapannya.

Dalam upaya ikut menstimulir menuju tubuh ideal seseorang, inovasi mahasiswa Universitas Airlangga menemukan produk minuman terobosan baru sebagai pendamping diet. Minuman tersebut dinamai ”Jelly Exterminator Obesity” (JLEB) sebuah minuman yang hadir dengan kemasan unik dan berbahan dasar lidah buaya yang tidak berbahaya bagi tubuh. Minuman pendamping diet ini bebas bahan pengawet dan tanpa menggunakan pemanis buatan.

Mahasiswa Universitas Airlangga yang terlibat dalam kreativitas ini adalah Revien Dwi Nuarinta, Parida Listiana, Rizka Anggraini, Dita Permatasari, dan Rahmandita Putri. Mereka kemudian menuangkan dalam proposal Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKMK), dan telah lolos penilaian untuk memperoleh dana pengembangan dalam program PKM Kemenristekdikti tahun 2016-2017.

Dijelaskan oleh Revien Dwi Nuarinta, proses pembuatan JLEB ini tergolong mudah karena hanya memanfaatkan lidah buaya sebagai

(16)

bahan utama yang bertekstur kenyal layaknya jelly yang dapat mengenyangkan walau tidak memakan nasi dalam porsi yang banyak. Rasa manis dalam produk ini didapat dari campuran gula dan madu. Komposisi gula dengan madu ini berfungsi sebagai salah satu cara untuk mendapatkan perpaduan rasa manis yang unik dan dapat mengurangi kadar kalori yang diserap tubuh.

Tim PKM JLEB ini telah memasarkan produknya ke berbagai kawasan di Kota Surabaya. Produk ini berpotensi menghasilkan keuntungan yang menjanjikan.

”Saat ini usaha minuman JLEB sudah mengumpulkan omzet sebesar Rp 1.500.000/bulan. Harapan kami kedepan, produk JLEB ini mampu berkembang dan dapat dipasarkan di berbagai daerah di Indonesia sehingga meluas seperti produk minuman populer lainnya,” ujar Revien, Ketua Tim PKM.

Bahan dasar berupa tanaman lidah buaya mudah didapat dari perkebunan di kawasan Kediri, sehingga untuk keberlanjutan proses produksi JLEB harus “gercep” istilah keren gerak cepat. Karena jika tidak begitu maka lidah buaya akan cepat membusuk. Selain itu, ketika produk ini sudah menjadi minuman dalam cup, maka juga harus segera dipasarkan supaya tidak basi.

Produk minuman JLEB ini tahan selama tiga hari diluar kulkas, dan tahan selama lima hari didalam kulkas. Masa konsumsi yang tergolong cepat ini dikarenakan produk JLEB tidak menggunakan pengawet buatan.

”Semoga adanya minuman ini membuka wawasan kita bahwa diet tidak harus dengan pil, senam ekstra, maupun bersikeras untuk tidak makan. Karena dengan mengonsumsi JLEB ini saja sudah mampu menggantikan kalori secara cukup yang dibutuhkan tubuh seseorang,” kata Revien. (*)

(17)

Dokter Gigi Muda Berikan

Penyuluhan Kesehatan bagi

Lansia

UNAIR NEWS – Pentingnya menjaga kesehatan gigi dan rongga

mulut terus digalakkan oleh sivitas akademika Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga (FKG UNAIR). Para dokter gigi muda memberikan penyuluhan kesehatan gigi dan rongga mulut kepada para kader ibu hamil dan orang lanjut usia (lansia).

Penyuluhan kesehatan yang berlokasi di Puskesmas Jagir dan Pucang Sewu dilaksanakan pada Kamis (20/7). Ketua pelaksana kegiatan bertajuk “Peningkatan Kualitas Hidup Lansia Berbasis Kesehatan Gigi dan Mulut” di Puskesmas Jagir, Alvita Wibowo, mengatakan acara ini diikuti tujuh posyandu lansia di wilayah penerjunan kelompoknya. Menurut Alvita, materi penyuluhan disesuaikan dengan kebutuhan warga setempat.

“Kita lakukan survei dan memeriksa keadaan gigi. Di Jagir, ada 18 posyandu lansia (posla). Kami menemukan bahwa kualitas fungsi rongga mulut para lansia di sini rendah,” tutur Alvita. Berdasarkan temuan tersebut, para dokter gigi muda memberikan penyuluhan interaktif sekaligus pelatihan guna meningkatkan pengetahuan mengenai lima fungsi rongga mulut. Yakni, fungsi pengunyahan dengan mempertahankan gigi yang masih ada, memperbaiki fungsi bicara dengan gigi palsu, serta pengetahuan tentang kondisi sistemik yang berhubungan dengan kesehatan rongga mulut dan gigi.

“Kami juga mengajari pembuatan obat kumur herbal dengan daun suruh dan teh hitam, serta pemberian buku lansia kesehatan

(18)

gigi dan mulut. Kami juga mengajari para kader ini untuk membaca peta rongga mulut,” imbuh Alvita yang kini tengah menjalani koas.

Suasana penyuluhan antara mahasiswa dan kader berlangsung cukup interaktif. Pada penyuluhan kali ini, para kader diajak untuk mengetahui tentang kondisi sistemik dalam tubuh seperti penyakit diabetes, hipertensi, dan jantung koroner.

Alvita dan tim mengaku banyak terbantu dengan dukungan pihak puskesmas. Ia mendapatkan arahan dari tim dokter puskesmas serta penanggung jawab posla untuk mengajak para kader mengikuti penyuluhan.

“Diharapkan ketika kami selesai memberikan penyuluhan, para kader tetap memberikan informasi-informasi tentang kesehatan gigi dan mulut kepada para lansia,” pungkas Alvita.

Selain itu, ia dan rekan-rekannya berharap agar program-program yang diusung dalam penyuluhan kali ini dapat diadopsi oleh pihak dinas kesehatan untuk memonitor pelaksanaan program kesehatan gigi dan mulut.

“Pelaksanaan penyuluhan ini bekerjasama juga dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemerintah Kota Surabaya. Kita dipantau dan melakukan presentasi. Siapa tahu bisa diusulkan program buku kesehatan gigi dan mulut bisa ditampung oleh Dinkes,” tandas Alvita. (*)

Penulis : Defrina Sukma S. Editor : Binti Q. Masruroh

(19)

Inovasi

Mahasiswa

UNAIR

Temukan

“Penghalang”

Antiadhesi Intraperitoneal

Pascabedah

UNAIR NEWS – Adhesi intraperitoneal atau biasa disebut suatu “perlengketan” di rongga perut, merupakan salah satu kasus serius di kalangan para ahli bedah. Secara sederhana, adhesi intraperitoneal ini dapat dikatakan sebagai perlengketan antara permukaan organ-organ maupun dengan dinding perut pasca-kegiatan pembedahan.

Dari serangkaian permasalahan kasus adhesi intraperitoneal serta uji coba-uji coba dalam usaha mengatasi, mahasiswa Universitas Airlangga melakukan penelitian menemukan bahwa hydrogel dengan serangkaian uji in vitro bisa menghambat anti adhesi intraperitoneal.

Penilaian itu dilaksanakan oleh Wilda Kholida Annaqiyah, Ainia Rahmah Aisyah, Claudia Yolanda Savira, Yolanda Citra Ayu Priskawati , dan Titin Widya Anjar Sari. Ketika disusun dalam proposal Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Eksakta (PKMPE), dibawah bimbingan Dr. Prihartini Widiyanti, drg., M.Kes., S.Bio,CCD., proposal ini lolos untuk memperoleh dana penelitian dari Kemenristekdikti dalam program PKM 2016-2017. Diterangkan oleh Wilda Kholida Annaqiyah, ketua tim, menurut etiologinya Adhesi intraperitoneal ini adalah pembentukan jaringan atau ikatan patologis yang biasanya terjadi antara omentum, usus, dan dinding abdomen yang merupakan bawaan atau di dapat sebagai reaksi post inflamasi atau pasca operasi. Ikatan ini dapat berupa lapisan jaringan ikat tipis, sambungan fibrous tebal yang berisi pembuluh darah dan saraf, atau perlengketan langsung antara kedua organ (Arung, 2011; Binda,

(20)

2004; Schoman, 2009).

Adhesi atau perlengketan ini dapat terjadi pada seseorang yang pernah mengalami riwayat operasi, bahkan tak sedikit kasus ini terjadi saat kegiatan operasi bedah terbuka maupun laparoskopi. Adhesi ini dikatakan kasus yang cukup serius, sebab dampak yang ditimbulkan cukup banyak, antara lain obstruksi usus, infertilitas (kemandulan), nyeri perut kronis, komplikasi serius yang mengharuskan seseorang operasi lagi bahkan meninggal dunia.

Prevalensi kejadian adhesi intraperitoneal sekitar 67-93% setelah operasi laparotomi bedah dan mencapai 97% pada operasi ginekologi. Adhesi antara luka dan omentum terjadi pada 80% pasien dan sekitar 50% melibatkan usus. Lebih dari 34% seseorang yang mengalami adhesi juga kembali dirawat di rumah sakit karena komplikasi yang terkait adhesi, dengan angka kematian 4,6-13% (Hellebrekers et al ,2011).

Menurut Arlan dalam Prasetyo (2012), di Indonesia insiden obstruksi yang disebabkan oleh adhesi peritoneal berada di posisi kedua, atau ketiga setelah hernia inguinalis dan keganasan kolon. Adhesi intraperitoneal juga penyebab tersering ileus obstruktif.

Di Indonesia tercatat 7.059 kasus obstruksi ileus paralitik dan obstruktif tanpa hernia yang dirawat inap, dan 7.024 pasien rawat jalan pada tahun 2004 (Bank Data Departemen Kesehatan Indonesia dalam Romadhan,2012). Obstruksi yang disebabkan adhesi berkembang sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi abdomen dalam hidupnya (Sabara dalam Romadhan,2012).

Guna mengatasi terjadinya adhesi intra peritoneal, banyak dilakukan percobaan terkait barrier (penghalang fisik) untuk mencegah terjadinya dhesi itu seperti obat-obatan/agen farmakologis, barier cair dan barier padat. Tetapi obat kimia seperti kortikosteroid, antikoagulan, antibiotik, bahan

(21)

fibrinolitik dan hormon dinilai tidak adekuat dan belum efektif dalam menangani adhesi intraperitoneal. Sedangkan barier cair seperti NaCl ,ringer laktat serta larutan polimer N,O-carboxymethil chitosan (NOCC) dan carboxymethil cellulose (CMC) meski digunakan dalam jumlah besar namun dalam aplikasinya terlalu cepat diserap (Grainger et al,1991). Cairan yang paling umum digunakan adalah solusi hipertonik 32% dekstran 70, tetapi mulai ditinggalkan karena mempunyai komplikasi serius (Dizerega, 2000).

Sedangkan untuk barier padat seperti membran dan film dalam penerapannya masih mengalami kesulitan praktis saat diaplikasikan dan hanya mampu menghalangi area tertentu saja bahkan beberapa diantaranya dapat secara agresif melekat pada sarung tangan dokter bedah selama pemasangan (Attard et al, 2007).

Dalam rangka mengatasi kekurangan tersebut dalam menangani adhesi intraperitoneal maka dalam penelitian ini dibuatlah sebuah barier (penghalang fisik), yakni berbentuk hydrogel untuk mencegah terjadinya adhesi selama proses penyembuhan jaringan yang luka.

Hydrogel ini memiliki keunggulan yakni mampu menutupi area luka dan seluruh permukaan organ dengan geometri secara kompleks ketika disuntikkan kedalam tubuh, sehingga mampu menjadi penghalang fisik atau kontak langsung antara dinding perut maupun antar permukaan organ selama proses penyembuhan jaringan (Balakrishnan et al , 2005).

H y d r o g e l i n i d i b u a t d e n g a n b a h a n p o l i m e r b e r b a s i s methylcellulose dan hyaluronic acid dengan penambahan nano silver (AgNPs). Methylcellulose dan hyaluronic acid dipilih karena sifatnya yang biokompatibel, biodegradabel dan non-toksik. Selain itu Hyaluronic acid diketahui dapat meningkatkan proliferasi pada sel mesothelial peritoneal (Reijnen et al, 2000). Sedangkan nano silver berfungsi sebagai agen anti-bakteri mengingat prevalensi infeksi oleh bakteri di

(22)

rongga perut yang tidak steril cukup besar.

Untuk melihat potensi hydrogel itu maka hydrogel akan melewati beberapa serangkaian uji in vitro, yakni uji swelling untuk melihat kemampuan mengembang dan penyerapan cairan tubuh. Uji degradasi untuk melihat seberapa lama sampel bertahan di dalam tubuh, uji sitotoksisitas untuk menguji sifat toksik sampel.Lalu uji antibakteri untuk melihat kemampuan antibakteri dari nano silver, dan uji Fourier Transform Infra Red (FTIR) untuk menggambarkan ikatan kimia pada bahan.

”Jadi hydrogel ini sudah melewati serangkaian uji in vitro dan memenuhi sebagai barier anti adhesi intraperitoneal. Harapan kami hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam bidang medis untuk aplikasi agen anti adhesi intraperitoneal dan dapat dilanjutkan dalam tahap uji in vivo dan uji klinis,” kata Wilda Kholida Annaqiyah. (*)

Referensi

Dokumen terkait

Kursus ini bersesuaian untuk peserta yang telah bekerja dengan persekitaran atau tugasan penjaga jentera elektrik di industri. Dan juga sesuai bagi mereka yang ingin membuat

Dengan kata lain bahwa sistem berbasis aturan adalah suatu perangkat lunak yang menyajikan keahlian pakar dalam bentuk aturan-atuan pada suatu domain tertentu untuk menyeleaikan

Internalisasi Nilai-nilai Emotional Spiritual Quotient (ESQ) Dalam Menanamkan Etos Kerja Karyawan Pondok Kerja ABA Collection Mangunsari Tulungagung ; (b)

Penelitian pertama yang menjadi acuan adalah penelitian yang dilakukan Medyana Puspasari pada 2012 yang membahas tentang “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap

Dasar pemikiran makalah ini yaitu semakin berkembangnya konsep pengembangan Kota Tepi Air yang sudah banyak diadopsi oleh banyak Negara didunia.Kawasan tepi air (waterfront) merupakan

Berbeda dengan gerakan PKI, PI maupun PNI yang langsung non-kooperasi, maka pergerakan wanita tidak langsung berhadapan dengan pemerintah kolonial tetapi dimulai dari gerakan

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu “Terdapat perbedaan biomassa perifiton pada substrat keramik antara hulu, tengah, dan hilir Sungai Salo”..

Berdasarkan berbagai pertimbangan yang telah dijelaskan dalam bagian pendahuluan dan studi komparasi, serta pengalaman krisis perbankan yang pernah terjadi di Indonesia serta