• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

No.1/3307/BRS/11/2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

1. Perkembangan IPM Wonosobo Tahun 2010-2015

Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses perluasan pilihan bagi penduduk (enlarging people choice). IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangun dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan

 Pembangunan manusia di Wonosobo pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang

ditandai dengan terus meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Wonosobo. Pada

tahun 2015, IPM Wonosobo telah mencapai 65,70. Angka ini meningkat sebesar 0,50 poin

dibandingkan dengan IPM Wonosobo pada tahun 2014 yang sebesar 65,20.

 Pada tahun 2015, pembangunan manusia di Wonosobo masih berstatus “sedang”, masih

sama dengan statusnya pada tahun 2014. IPM Wonosobo pada tahun 2015 tumbuh sebesar

0,76 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

 Selama periode 2014 hingga 2015, komponen pembentuk IPM juga mengalami peningkatan.

Bayi yang baru lahir memiliki peluang untuk hidup hingga 71,02 tahun, meningkat 0,20 tahun

dibandingkan tahun 2014. Anak-anak usia 7 tahun memiliki peluang untuk bersekolah selama

11,43 tahun, meningkat 0,09 tahun tahun dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu,

penduduk usia 25 tahun ke atas secara rata-rata telah menempuh pendidikan selama 6,11

tahun, meningkat 0,04 tahun dibanding tahun sebelumnya. Pengeluaran per kapita

disesuaikan (harga konstan 2012) masyarakat telah mencapai 9,73 juta rupiah pada tahun

2015, meningkat 245 ribu rupiah dibandingkan tahun sebelumnya.

(2)

sebagainya. IPM diperkenalkan oleh UNDP pada tahun 1990 dan metode penghitungan direvisi pada tahun 2010. BPS mengadopsi perubahan metodologi penghitungan IPM yang baru pada tahun 2014 dan melakukan backcasting sejak tahun 2010.

IPM dibentuk oleh tiga dimensi dasar, yaitu umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life), pengetahuan (khowledge), dan standar hidup layak (decent standard of living). Umur panjang dan hidup sehat digambarkan oleh Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH) yaitu jumlah tahun yang diharapkan dapat dicapai oleh bayi yang baru lahir untuk hidup, dengan asumsi bahwa pola angka kematian menurut umur pada saat kelahiran sama sepanjang usia bayi. Pengetahuan diukur melalui indikator Rata-rata lama Sekolah dan Harapan Lama Sekolah. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) adalah rata-rata lamanya (tahun) penduduk usia 25 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal. Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya (tahun) sekolah formal yang diharapakan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. Standar hidup yang layak digambarkan oleh pengeluaran per kapita disesuaikan, yang ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli.

IPM dihitung berdasarkan rata-rata geometrik indeks kesehatan, indeks pengetahuan, dan indeks pengeluaran. Penghitungan ketiga indeks ini dilakukan dengan melakukan standarisasi dengan nilai minimum dan maksimum masing-masing komponen indeks.

IPM merupakan indikator yang digunakan untuk melihat perkembangan pembangunan dalam jangka panjang. Untuk melihat kemajuan pembangunan manusia, terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu kecepatan dan status pencapaian. Secara umum, pembangunan manusia Wonosobo terus mengalami kemajuan selama periode 2010 hingga 2015. IPM Wonosobo meningkat dari 62,50 pada tahun 2010 menjadi 65,7 pada tahun 2015. Selama periode tersebut, IPM Wonosobo rata-rata tumbuh sebesar 1,00 persen per tahun. Pada periode 2014-2015, IPM Wonosobo meningkat 0,5 poin. Peningkatan pada periode tersebut lebih rendah apabila dibandingkan dengan periode 2013-2014, yang naik sebesar 0,63 poin. Meskipun selama periode 2010-2015 IPM Wonosobo menunjukkan kemajuan yang besar, status pembangunan manusia Wonosobo masih stagnan. Hingga saat ini, pembangunan manusia Wonosobo masih berstatus “sedang’, dan masih sama sejak 2010.

(3)

2. Pencapaian Kapabilitas Dasar Manusia

Pencapaian pembangunan manusia diukur dengan memperhatikan tiga aspek esensial yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak. Oleh karena itu, peningkatan capaian IPM tidak terlepas dari peningkatan setiap komponennya. Seiring dengan meningkatnya angka IPM, indeks masing-masing komponen IPM juga menunjukkan kenaikan dari tahun ke tahun.

a. Dimensi Umur Panjang dan Hidup Sehat

Angka Harapan Hidup saat lahir yang merepresentasikan dimensi umur panjang dan hidup sehat terus meningkat dari tahun ke tahun. Selama periode 2010 hingga 2015, Wonosobo telah berhasil meningkatkan Angka Harapan Hidup saat lahir sebesar o,65 tahun. Selama periode tersebut, secara rata-rata

Gambar 1

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Wonosobo, 2010-2015

62.5 63.07

64.18 64.57 65.2 65.7

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Tabel 1

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Wonosobo Menurut KOmponen, 2011-2015 Komponen Satuan 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Angka Harapan Hidup

saat lahir (AHH)

Tahun 70,37 70,50 70,63 70,76 70,82 71,02

Harapan Lama Sekolah (HLS)

Tahun 9,96 10,09 10,83 11,03 11,34 11,43

Rata-rata lama Sekolah (RLS)

Tahun 5,81 5,87 5,90 5,92 6,07 6,11

Pengeluaran per kapita disesuaikan

Ribu Rp 9.032 9.275 9.404 9.458 9.491 9.736

(4)

Angka Harapan Hidup tumbuh sebesar 0,18 persen per tahun. Pada tahun 2010, Angka Harapan Hidup saat lahir di Wonosobo hanya sebesar 70,37 tahun, dan pada tahun 2015 telah mencapai 71,02 tahun.

b. Dimensi Pengetahuan

Dimensi pengetahuan pada IPM dibentuk oleh dua indikator, yaitu Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah. Kedua indikator ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Selama periode 2010 hingga 2015, Harapan Lama Sekolah di Wonosobo telah meningkat sebesar 1,47 tahun, sementara Rata-rata Lama Sekolah meningkat 0,30 tahun.

Selama periode 2010 hingga 2015, Harapan Lama Sekolah secara rata-Gambar 2

Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH) Wonosobo (tahun), 2010-2015

70.37 70.5

70.63 70.76 70.82

71.02

(5)

Sekolah menjadi sinyal positif bahwa semakin banyak penduduk yang bersekolah. Di tahun 2015, Harapan Lama Sekolah di Wonosobo telah mencapai 11,43 yang berarti bahwa anak-anak usia 7 tahun memiliki peluang untuk menamatkan pendidikan mereka hingga lulus SMA. Sementara itu, Rata-rata Lama Sekolah di Wonosobo tumbuh 1,02 persen per tahun selama periode 2010-2015. Pertumbuhan yang positif merupakan modal penting membangun kualitas manusia di Wonosobo yang lebih baik. Hingga tahun 2015, secara rata-rata penduduk Wonosobo usia 25 tahun ke atas telah mengenyam pendidikan hingga kelas 7 atau kelas satu SMP.

c. Dimensi Standar Hidup Layak

Gambar 3

Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah di Wonosobo (tahun), 2010-2015 9.96 10.09 10.83 11.03 11.34 11.43 5.81 5.87 5.9 5.92 6.07 6.11 2010 2011 2012 2013 2014 2015 EYS MYS

(6)

Dimensi terakhir yang mewakili kualitas hidup manusia adalah standar hidup layak yang direpresentasikan oleh pengeluaran per kapita (harga konstan 2012). Pada tahun 2015, pengeluaran per kapita masyarakat di Wonosobo mencapai 9,74 juta rupiah per tahun. Selama lima tahun terakhir, pengeluaran per kapita disesuaikan masyarakat meningkat sebesar 704 ribu rupiah.

3. Pencapaian Pembangunan Manusia di Tingkat Kabupaten/Kota

Pada tahun 2015, pencapaian pembangunan manusia di tingkat Kabupaten/Kota cukup bervariasi. IPM pada level kabupaten/kota berkisar antara 63,18 (Kabupaten Brebes) hingga 80,86 (Kota Salatiga). Pada dimensi umur panjang dan hidup sehat, Angka Harapan Hidup saat lahir berkisar antara 68,20 tahun (Kabupaten Brebes) hingga 77,46 tahun (Kabupaten Sukoharjo). Sementara pada dimensi pengetahuan, Harapan Lama Sekolah berkisar antara 11,09 tahun (Kabupaten Batang) hingga 14,97 tahun (Kota Salatiga), serta Rata-rata Lama Sekolah berkisar antara 5,88 tahun (Kabupaten Brebes) hingga 10,36 tahun (Kota Surakarta). Sedangkan, pengeluaran per kapita disesuaikan di tingkat Kabupaten/kota berkisar antara 7,18 juta rupiah per tahun (Kabupaten pemalang) hingga 14,6 juta rupiah per tahun (Kota Salatiga).

Kemajuan pembangunan manusia pada tahun 2015 juga terlihat dari perubahan status pembangunan manusia di tingkat kabupaten/kota. Jumlah

Gambar 4

Pengeluaran per Kapita Disesuaikan di Wonosobo (ribu Rupiah), 2010-2015

2010 2011 2012 2013 2014 2015

9,032

9,275 9,404 9,458

9,491

(7)

Berita Resmi Statistik BPS Kabupaten Wonosobo, Nopember 2016

7 tahun 2014 menjadi 20 kabupaten/kota pada tahun 2015. Satu kabupaten yang berstatus “sedang” pada tahun 2014 berubah status menjadi “tinggi” pada tahun 2015 adalah Kabupaten Jepara. Tiga kota yang berstatus “tinggi’ pada tahun 2014 berubah menjadi “sangat tinggi”, yaitu Kota Surakarta, Kota Semarang dan Kota Salatiga.

Peningkatan IPM di tingkat provinsi juga tercermin pada level kabupaten/kota. Selama periode 2014 hingga 2015, seluruh kabupaten/kota mengalami peningkatan IPM. Pada periode ini, tercatat empat kabupaten dengan kemajuan pembangunan manusia paling cepat, yaitu Kabupaten Banjarnegara (2,50 %), Kabupaten Pati (2,28 %) dan Kabupaten Batang (2,17 %). Kemajuan pembangunan manusia di tiga daerah tersebut terutama didorong oleh dimensi pendidikan. Sementara itu, kemajuan pembangunan manusia di Kabupaten Semarang (0,35 %), Kabupaten Purworejo (0,35 %), dan Kabupaten Grobogan (0,41 %) tercatat paling lambat di Jawa Tengah selama tahun 2014-2015.

CATATAN TEKNIS I. Sumber Data

 Angka Harapan Hidup saat lahir: Sensus Penduduk 2010 (SP2010), proyeksi Penduduk, Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS2016)

 Angka Harapan Lama Sekolah, Rata-rata Lama Sekolah dan pengeluaran per kapita Disesuaikan: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

II. Penyusunan Indeks

Sebelum menghitung IPM, setiap komponen IPM harus dihitung indeksnya. Formula yang digunakan dalam penghitungan indeks komponen IPM adalah sebagai berikut:

𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝐾𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛 = AHH − AHH min AHH maks − AHH min

𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑅𝐿𝑆 = RLS − RLS min RLS maks − RLS min

(8)

Tabel 1

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Kabupaten/Kota, 2014-2015

Prov/Kab/Kota

AHH (thn) HLS (thn) RLS (thn) Pengeluaran IPM Pertu

mb. 2014 -2015 2014 2015 2014 2015 2014 2015 2014 2015 2014 2015 Jawa Tengah 73,88 73,96 12,17 12,38 6,93 7,03 9,640 9,930 68,78 69,49 1,04 Cilacap 72,80 73,00 12,27 12,28 6,48 6,58 9,091 9,351 67,25 67,77 0,78 Banyumas 72,92 73,12 12,56 12,57 7,31 7,31 9,580 10,104 69,25 69,89 0,93 Purbalingga 72,80 72,81 11,51 11,78 6,84 6,85 8,539 8,938 66,23 67,03 1,21 Banjarnegara 73,39 73,59 10,70 11,39 5,90 6,17 7,684 7,930 63,15 64,73 2,50 Kebumen 72,67 72,77 12,07 12,49 6,75 7,04 7,755 8,008 65,67 66,87 1,84 Purworejo 73,83 74,03 13,03 13,04 7,63 7,65 9,189 9,305 70,12 70,37 0,35 Wonosobo 70,82 71,02 11,34 11,43 6,07 6,11 9,491 9,736 65,20 65,70 0,76 Magelang 73,25 73,27 12,00 12,14 7,02 7,19 7,877 8,182 66,35 67,13 1,18 Boyolali 75,61 75,63 11,65 12,13 6,69 7,10 11,504 11,806 70,34 71,74 1,98 Klaten 76,54 76,55 12,74 12,84 7,92 8,16 10,965 11,178 73,19 73,81 0,84 Sukoharjo 77,45 77,46 12,96 13,42 8,41 8,50 10,264 10,416 73,76 74,53 1,04 Wonogiri 75,84 75,86 11,94 12,42 6,23 6,39 8,249 8,417 66,77 67,76 1,49 Karanganyar 76,71 77,11 13,26 13,27 8,47 8,48 10,313 10,486 73,89 74,26 0,50 Sragen 75,31 75,41 12,19 12,21 6,85 6,86 10,876 11,434 70,52 71,10 0,82 Grobogan 74,07 74,27 12,24 12,25 6,32 6,33 9,303 9,457 67,77 68,05 0,41 Blora 73,84 73,85 11,75 11,91 6,02 6,04 8,568 8,699 65,84 66,22 0,57 Rembang 74,19 74,22 11,46 12,02 6,90 6,92 9,013 9,122 67,40 68,18 1,16 Pati 75,43 75,63 11,24 11,79 6,35 6,71 9,106 9,380 66,99 68,51 2,28 Kudus 76,40 76,41 12,58 13,14 7,83 7,84 10,102 10,203 2,00 72,72 1,00 Jepara 75,64 75,65 12,25 12,27 7,29 7,31 9,195 9,504 69,61 70,02 0,58 Demak 75,18 75,21 11,84 12,43 7,44 7,45 9,003 9,118 68,95 69,75 1,15 Semarang 75,50 75,52 12,81 12,82 7,31 7,33 10,586 10,778 71,65 71,89 0,32 Temanggung 75,34 75,35 11,69 11,89 6,18 6,52 8,062 8,369 65,97 67,07 1,66 Kendal 74,14 74,15 11,83 12,41 6,53 6,64 10,126 10,419 68,46 69,57 1,62 Batang 74,40 74,42 10,65 11,09 6,00 6,41 8,012 8,244 64,07 65,46 2,17 Pekalongan 73,33 73,35 11,93 12,00 6,53 6,55 8,938 9,208 66,98 67,40 0,63 Pemalang 72,64 72,77 11,26 11,86 5,87 6,04 6,911 7,177 62,35 63,70 2,17 Tegal 70,80 70,90 11,99 12,00 5,93 6,30 8,050 8,367 64,10 65,04 1,47 Brebes 67,90 68,20 11,03 11,34 5,86 5,88 8,784 8,898 62,55 63,18 1,02 Kota Magelang 76,57 76,58 12,98 13,10 10,27 10,28 10,344 10,793 75,79 76,39 0,79 Kota Surakarta 76,99 77,00 13,92 14,14 10,33 1,036 12,907 13,604 79,34 80,14 1,01 Kota Salatiga 76,53 76,83 14,95 14,97 9,37 9,81 14,205 14,600 79,98 80,96 1,22 Kota Semarang 77,18 77,20 13,97 14,33 10,19 10,20 12,802 13,589 79,24 80,23 1,26 Kota Pekalongan 74,09 74,11 11,93 12,59 8,12 8,28 11,006 11,253 71,53 72,69 1,62 Kota Tegal 74,10 74,12 11,96 12,46 8,26 8,27 11,519 11,748 72,20 72,96 1,06 Keterangan:

AHH : Angka Harapan Hidup saat lahir HLS : Harapan Lama Sekolah RLS : Rata-rata Lama Sekolah

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan yang diteliti adalah sejauh mana pengaruh parameter mesin EDM arus listrik, discharge gap, dan off-time pulse terhadap nilai laju pembuangan material

Pada usulan perencanaan kegiatan tahun 2020, Penelahaan usulan program dan kegiatan dari masyarakat merupakan bagian dari kegiatan jaring aspirasi terkait kebutuhan

Klik ganda option (Default), dan pada bagian Value Data, isi dengan path Windows Explorer ( C:WINDOWSExplorer.exe).. Mengembalikan Folder Documents Yang Hilang Di

Multimedia interaktif sebagai media pem- belajaran yang efektif dalam mata pelajaran menggambar busana dapat: 1) memperjelas pe- san agar tidak terlalu verbalistis; 2) mengatasi

Data pada Tabel 4 juga menunjukkan bahwa pengaruh dari proses pemasakan berbeda dan tekanan yang berbeda selama pengolahan, memberikan pengaruh nyata terhadap

-asta diukur dengan spindel no.. 8eberapa diantaranya yaitu tepung kasa&a termodiBkasi, ra&a, gari, arina, dan gaplek. %epung kasa&a termodiBkasi merupakan suatu

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek resiliensi adalah : kemampuan untuk tenang dari diri individu itu sendiri, mengendalikan keinginan, percaya bahwa

21 Seperti yang dikatakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menilai persoalan sampah sudah meresahkan. Untuk menciptakan Indonesia yang bersih dan