• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNIVERSITAS INDONESIA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS INDONESIA

PERAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM

PROSES BELAJAR MENGAJAR

MIRZA INDRAJANTI S.

NPM: 1006732723

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA

PROGRAM STUDI MAGISTER

PENDIDIKAN KEDOKTERAN

JAKARTA

(2)

DAFTAR ISI

Halaman

Judul i

Daftar isi ii

BAB I. PENDAHULUAN 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 3

BAB III. DISKUSI 13

BAB IV. PENUTUP 16

4.1. Simpulan 16

DAFTAR PUSTAKA 17

(3)

BAB I PENDAHULUAN

Problem based learning adalah suatu pendekatan student centred efektif untuk

pembelajaran. Hal ini merupakan pokok yang berbeda dari program yang berbasis pada pengajaran didaktik ditambah dengan kegiatan berbasis kasus. Tutor ataupun fasilitator lebih baik dari pada seorang content expert. PBL pada program medis biasanya dilaksanakan sedini mungkin, walaupun mungkin diperpanjang sampai tahun berikutnya. Selama lebih dari 30 tahun terkumpul fakta yang menunjukkan bahwa cara itu berhasil efektif menyenangkan dan belajar mandiri, berpikir kritis, kerja tim,

pengertian lebih baik dari pada penghafalan, dipermudah dengan bahasa profesional 1.

Baik mahasiswa maupun staf menyenangi proses ini. PBL diperkaya jika dipersatukan dengan sumber berbasis komputer.

Suatu masalah memulai kegiatan. Kelompok (yang terdiri dari 10 orang atau lebih) dirangsang untuk menyelidiki mekanisme ilmiah dasar dan klinis bersama-sama dengan masalah pokok sosial, psikologi, etis atau profesional. Ilmu pengetahuan terintegrasi dan digunakan. Karena proses kemungkinan besar open-ended, dosen berkewajiban untuk mendesain masalah-masalah terstruktur yang baik mempertemukan tujuan yang jelas. Masalah dalam skenario merangsang mahasiswa untuk membuat alasan, berpikir kritis dan mempertimbangkan fakta; mereka akan mencari informasi yang relevan. Kelompok tidak membutuhkan ilmu pengetahuan sebelumnya untuk membangkitkan ide-ide baik seperti mereka mengenal area-area untuk pembelajaran bersama dan pribadi lebih lanjut. Setiap mahasiswa membawa pengalaman pribadi dan membuat kontribusi tersendiri. Peran tutor adalah memimpin interaksi daripada memberi informasi.

Kelompok efektif memberikan suatu lingkungan aman untuk bersama-sama dan menguji ilmu pengetahuan baru. Mahasiswa mempraktekkan bahasa ilmiah dan medis, mengevaluasi ide-ide dan menerima umpan balik dari teman sebaya dan tutor.

(4)

Pada saat pemaparan klinis diperkenalkan secara bersamaan, keterampilan intelektual dan praktek berkembang secara paralel. Pengalaman kinis memperkaya diskusi tutorial.

Dalam mempersiapkan mahasiswa untuk praktek profesional, PBL:

menambah kemandirian sebagai mahasiswa mengenal dan menemukan kebutuhan pembelajaran perorangan, merangsang pemikiran dan pembelajaran mandiri seumur hidup, membantu penilaian diri terus menerus, memperkenalkan alasan klinis, kemudian diperjelas dengan pengalaman klinis, meningkatkan berpikir kritis dan membuat keputusan berbasis bukti, memastikan bahwa pengetahuan sudah ditransfer, digunakan dan dikuasai oleh pemberian yang relevan, konteks terintegrasi, memberikan praktek dan pengalaman dalam perkenalan konsep profesional dan bahasa medis, membantu kerja tim dan komunikasi teman sebaya.

Perkembangan dan pemetaan sebuah urutan masalah pembelajaran membentuk suatu yang modern, relevan, kurikulum terintegrasi, mengurangi kelebihan, beban yang terlalu berat dan kerenggangan. Itu membantu evaluasi dan kesinambungan perubahan evolusioner 1.

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Proses pembelajaran adalah proses yang berakibat terjadinya perubahan perilaku yang secara relatif menetap, jalan berpikir, perasaan, tindakan/perbuatan dari pembelajar. Karakteristik/sifat yang khas dari pembelajaran bahwa pembelajaran adalah: menghasilkan suatu perubahan perilaku dalam diri pembelajar, menuju ke suatu perubahan relatif menetap, hasil/akibat dari praktik berlatih dan pengulangan, tidak

secara langsung kelihatan. Beberapa prinsip pembelajaran adalah

individual/perorangan, motivasi adalah kuncinya/pedomannya, relevan/perlunya pengalaman pembelajaran akan menjadi jelas untuk mahasiswa, umpan balik kepada pembelajar adalah penting.

Keadaan untuk memudahkan pembelajaran adalah suasana yang menganjurkan orang untuk aktif, memperlihatkan sifat alamiah perorangan, menerima adanya perbedaan sangat diperlukan, menghargai seseorang yang berbuat kesalahan, sabar menghadapi ketidaksempurnaan, menganjurkan keterbukaan diri dan kepercayaan diri, membuat orang merasa dihormati dan diterima, memudahkan penemuan, melakukan perhatian/penekanan pada evaluasi diri dalam kerjasama, mengizinkan konfrontasi.

Pembelajaran terutama dikontrol/diatur oleh pembelajar, khusus/khas dan

individual/perorangan, dipengaruhi oleh keadaan pembelajar, kooperatif dan kolaboratif, suatu proses evolusi/perkembangan, suatu konsekuensi/akibat dari

pengalaman, tidak secara langsung kelihatan.7

Terdapat bermacam-macam teori pembelajaran di antaranya adalah teori kognitif, teori behavioristik dan teori konstuktivist. Teori kognitif: kognitif berasal dari kata cognition yang berarti pengertian atau mengerti, dalam arti luas adalah perolehan,

penataan dan penggunaan pengetahuan 2. Teori behavioristik: pertama dikembangkan

oleh B. F Skinner, ada tiga asumsi dasar yaitu pembelajaran tampak oleh adanya perubahan dalam perilaku, lingkungan membentuk perilaku dan prinsip melemahkan

(6)

dan menguatkan yang semua berpusat untuk menjelaskan proses pembelajaran. Ada suatu keadaan klasik, perilaku menjadi suatu respons refleks untuk perangsang (Pavlov).3

Teori konstruktivist: pembelajaran adalah suatu proses aktif di mana pembelajar membangun ide-ide baru atau konsep berdasarkan ilmu pengetahuan sekarang ini atau yang lalu. Pembelajar memilih dan mengubah informasi, membangun hipotesis dan membuat keputusan, mengandalkan struktur kognitif untuk melakukan sesuatu (J.

Bruner).4

Pengajaran adalah hubungan timbal balik antara guru (dosen) dan mahasiswa untuk membawa perubahan yang diharapkan dalam perilaku mahasiswa. Tujuan pengajaran adalah menolong mahasiswa agar menyukai, menguasai dan dapat menggunakan ilmu pengetahuan, mengerti, menganalisa/menguraikan, memadukan dan mencapai keterampilan, membentuk kebiasaan, mengembangkan sikap. Pendekatan pengajaran antara lain percakapan kepada mahasiswa, percakapan dengan mahasiswa, bersama mereka diadakan percakapan bersama, menunjukkan mahasiswa bagaimana, mengawasi mereka, menyediakan peluang untuk praktek/berlatih.

Metode pengajaran dapat didefinisikan sebagai “suatu jalan dari tindakan guru (dosen) dalam hubungan dengan mahasiswanya yang dititikkan pada tujuan dari

pelajaran khusus di mana metode pengajaran digunakan” 8. Melihat definisi ini maka

hal ini menunjukkan bahwa suatu metode pengajaran adalah sesuatu yang digunakan dalam sebuah pelajaran yang dihubungkan dengan tujuan dari pelajaran itu. Klasifikasi metode pengajaran yaitu metode pengajaran yang melatih yang terdiri atas metode instruksi, metode interaksi sampai metode studi independent. Pembagian dari metode pengajaran didasarkan pada peran yang dilakukan guru (dosen) dan mahasiswa. Metode instruksi adalah keadaan yang menggambarkan di mana dosen melakukan tugas pemberi keterangan/informasi. Mahasiswa cenderung untuk melakukan tugas pasif dalam metode-metode itu. Metode interaksi adalah memfasilitasi /memudahkan partisipasi bersama dari mahasiswa dan dosen dalam proses pembelajaran, contoh diskusi. Pada metode studi independent mahasiswa bekerja tanpa hubungan timbal balik langsung dengan dosen, mahasiswa bekerja sendiri

(7)

atau dalam group, contohnya melakukan pekerjaan rumah.8 Metode belajar mengajar terdiri atas large group teaching, small group teaching,

independent learning, peer assisted learning, teaching in the clinical settings, teaching in the community, distance learning.1

Problem based learning banyak digunakan di fakultas kedokteran di Inggris dan seluruh

dunia 5. Problem based learning adalah metode belajar mengajar dalam kelompok kecil

dan mempunyai pengaruh yang kuat dan penting pada pendidikan kedokteran. Problem based learning merupakan metode pembelajaran dalam bentuk kelompok kecil, yang menggabungkan pengetahuan dengan perkembangan keterampilan umum dan sikap. Dalam PBL mahasiswa menggunakan “pemicu’ dari kasus masalah atau skenario untuk menetapkan sasaran pembelajaran mereka. Kemudian mereka melakukan belajar langsung mandiri sebelum kembali ke kelompok untuk mendiskusikan dan menyaring pengetahuan yang didapat. Jadi PBL bukan tentang pemecahan masalah, tetapi lebih baik menggunakan masalah-masalah yang tepat untuk meningkatkan pengetahuan dan pengertian. Prosesnya tegas jelas, dan beberapa variasi yang ada semua mengikuti suatu rangkaian langkah serupa.

Kelompok belajar tidak hanya memfasilitasi kemahiran/perolehan pengetahuan tetapi juga hal lain yang diinginkan, seperti keterampilan komunikasi, kerja tim, pemecahan masalah, tanggung jawab mandiri untuk pembelajaran, informasi bersama, dan menghormati satu sama lain. Oleh karena itu PBL dapat diartikan sebagai metode pengajaran kelompok kecil yang mengkombinasikan perolehan pengetahuan dengan perkembangan keterampilan umum dan sikap. Keterampilan umum dan sikap terdiri atas kerjasama tim, kepemimpinan, mendengarkan, mencatat, menghargai pendapat teman, evaluasi kritis terhadap literatur, belajar mandiri dan menggunakan sumber bacaan, keterampilan presentasi. Presentasi materi klinis sebagai perangsang pembelajaran kreatif mahasiswa untuk mengerti relevansi ilmu pengetahuan yang mendasari dan prinsip-prinsip dalam praktek klinis.

Bagaimanapun, sewaktu PBL dimasukkan ke dalam kurikulum, beberapa masalah

(8)

pokok yang lain untuk desain kurikulum dan pelaksanaannya butuh dibantu. PBL biasanya dimasukkan dalam konteks kurikulum inti yang jelas dan integrasi dari ilmu-ilmu dasar dan klinik. Juga merupakan pelaksanaan untuk susunan staf , sumber pembelajaran dan pendekatan berbeda untuk penjadualan dan beban kerja, dan penilaian. PBL sering digunakan untuk menyampaikan materi inti dalam bagian-bagian non klinis dari kurikulum. Naskah berbasis skenario-skenario PBL untuk dasar

kurikulum inti dan memastikan semua mahasiswa mendapat masalah yang sama 5.

Akhir-akhir ini teknik PBL yang dimodifikasi sudah dimasukkan ke dalam pendidikan klinis dengan pasien “sebenarnya” yang digunakan sebagai perangsang pembelajaran. Walaupun sifat dasar khusus yang penting dari pembelajaran ilmu kedokteran klinis, sebuah pendekatan “kasus kunci”dapat memungkinkan PBL digunakan untuk menyampaikan kurikulum inti klinis.

Tutorial PBL sudah diadakan dengan beberapa contoh yang diteladani pada Maastricht “seven jump” process (Proses tujuh langkah Maastricht), tetapi format dari tujuh langkah mungkin dipersingkat. Tutorial PBL yang khas terdiri atas suatu kelompok mahasiswa (biasanya 8 sampai 10 orang) dan tutor, yang memfasilitasi sesi. Lamanya (jumlah sesi) bahwa suatu kelompok tetap bersama dengan yang lain dan para tutor perorangan bervariasi di antara institusi. Suatu kelompok membutuhkan cukup lama untuk mengembangkan menjadi kelompok dinamis tetapi mungkin butuh perubahan adakalanya jika masing-masing pribadi berselisih atau timbul disfungsi perilaku.

Mahasiswa memilih ketua untuk masing-masing skenario PBL dan sekretaris untuk mencatat diskusi. Peran ini digilirkan untuk setiap skenario. Flip chart yang sesuai atau

whiteboard dapat digunakan untuk catatan laporan diskusi. Pada awal sesi, bergantung

pada materi pemicu, salah satu mahasiswa ketua membacakan skenario seluruhnya atau semua mahasiswa memperlajari materi. Kalau pemicu adalah pasien sesungguhnya dalam bangsal, klinik atau bagian bedah kemudian seorang mahasiswa mungkin bertanya tentang riwayat klinis atau pengenalan tanda fisik abnormal sebelum kelompok pindah ke suatu ruang tutorial. Untuk masing-masing modul, mahasiswa mungkin diberi buku penuntun berisi skenario masalah, dan dianjurkan sumber pembelajaran atau materi pembelajaran mungkin dibagikan pada waktu-waktu yang tepat sebagai kemajuan tutorial. 6

(9)

Peran tutor memfasilitasi diskusi (membantu ketua mempertahankan kelompok dinamis dan perpindahan kelompok selesai tugas) dan memastikan bahwa kelompok meningkatkan sasaran pembelajaran yang tepat dalam urutannya oleh tim desain kurikulum. Tutor mungkin membutuhkan peran lebih aktif dalam proses 7 langkah untuk memastikan bahwa semua mahasiswa sudah melakukan pekerjaan yang tepat dan membantu ketua untuk menganjurkan sebuah format yang sesuai untuk anggota kelompok yang digunakan untuk menunjukkan hasil studi mereka. Tutor menganjurkan para mahasiswa untuk mencek pengertian mereka akan materi. Ia dapat melakukan ini oleh anjuran para mahasiswa untuk bertanya dengan pertanyaan terbuka dan saling bertanya untuk menjelaskan topik-topik dengan kata-kata mereka sendiri atau oleh penggunaan gambar-gambar dan diagram-diagram. Contoh materi pemicu untuk skenario PBL: naskah berbasis skenario-skenario klinis, data percobaan atau laboratorium klinis, foto-foto, video klip, artikel-artikel surat kabar, sebagian atau seluruh artikel dari sebuah jurnal ilmiah, pasien sesungguhnya atau simulasi, pohon keluarga yang menunjukkan suatu gangguan yang diturunkan.

Proses tutorial PBL (the Maastricht “seven jump” process) terdiri atas langkah 1: identifikasi dan klarifikasi istilah-istilah yang tidak dimengerti yang terdapat pada skenario, langkah 2: menetapkan masalah-masalah untuk didiskusikan, langkah 3: sesi brainstorming untuk mendiskusikan masalah, memberikan pendapat berdasarkan prior

knowledge dan mengidentifikasi area pengetahuan yang belum lengkap, langkah 4:

meninjau kembali langkah ke 2 dan 3 dan menata solusi sementara, langkah 5: membuat formula sasaran pembelajaran; kelompok mencapai persetujuan dari sasaran pembelajaran, langkah 6: belajar mandiri (mahasiswa mencari informasi yang berhubungan dengan sasaran pembelajaran), langkah 7: kelompok membagi hasil dari belajar mandiri.

PBL berhasil baik hanya jika skenario berkualitas tinggi. Kurikulum PBL fakultas pada lulusan S1 mengalami kemajuan dalam sasaran pembelajaran. Skenario memimpin mahasiswa ke suatu area studi khusus untuk mencapai sasaran pembelajaran.

Cara menciptakan skenario PBL yang efektif: sasaran pembelajaran yang ditetapkan 7

(10)

mahasiswa setelah mempelajari skenario harus konsisten dengan sasaran pembelajaran fakultas; masalah harus tepat pada tingkatan kurikulum dan tingkatan pemahaman mahasiswa; skenario harus dapat menarik mahasiswa atau mempunyai relevansi dalam praktek nanti; ilmu dasar harus disajikan dalam konteks skenario klinik untuk tercapainya pengetahuan terintegrasi; skenario harus mengandung petunjuk untuk merangsang diskusi dan membangkitkan mahasiswa untuk mencari penjelasan dari pokok persoalan; permasalahan harus cukup terbuka, sehingga tidak membatasi diskusi secara dini dalam proses; skenario harus dapat meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam mencari informasi dari berbagai sarana pembelajaran.

Keuntungan PBL:

Student centred PBL : pembelajaran aktif, memperbaiki pemahaman dan retensi, mengembangkan keterampilan belajar sepanjang hayat; Generic competencies: PBL memberi kesempatan pada mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan umum dan sikap yang diperlukan pada praktek mereka nanti; Integration: PBL memfasilitasi kurikulum terintegrasi; Motivation: PBL memberikan motivasi pada mahasiswa dan tutor dan dalam proses melibatkan seluruh mahasiswa untuk belajar; “Deep” learning: PBL merupakan pembelajaran secara mendalam; Constructivist approach: mahasiswa mengaktifkan prior knowledge dan membangun kerangka konsep pengetahuan yang baru.

Kerugian PBL:

Tutor who can’t “teach” : tutor hanya memiliki pengetahuan dan pemahaman di

bidang mereka sendiri sehingga dapat mempersulit dalam memfasilitasi; Human

resources: membutuhkan banyak staf; Other resources: mahasiswa dalam jumlah yang

besar membutuhkan perpustakaan dan akses komputer pada saat yang bersamaan; Role

models: mahasiswa tidak mendapatkan pengalaman dari dosen; Information overload:

mahasiswa mungkin tidak yakin seberapa banyak belajar mandiri yang harus dikerjakan dan apakah informasi yang dicari relevan dan berguna.

(11)

Masuknya PBL ke dalam mata pelajaran membuat tuntutan baru pada para tutor, kebutuhan mereka akan fungsi sebagai fasilitator untuk kelompok belajar kecil lebih baik dari pada sebagai pemberi informasi. Perkembangan staf diperlukan dan memungkinkan para tutor PBL untuk mendapatkan keterampilan dalam fasilitasi dan manajemen kelompok dinamik (termasuk kelompok disfungsional: suatu karakter dominan yang mungkin menyulitkan mahasiswa lain untuk mendengarkan). Para tutor akan diberikan informasi tentang strategi pendidikan institusi dan program kurikulum sehingga mereka dapat

membantu mahasiswa untuk mengerti sasaran pembelajaran dari modul-modul perorangan dalam konteks kurikulum secara keseluruhan. Metode penilaian dan evaluasi akan dibuat dan waktu yang tersedia untuk membicarakan keinginan-keinginan. Staf mungkin merasa tidak yakin akan fasilitasi tutorial PBL untuk suatu subjek yang mereka bukan ahlinya. Para ahli subjek jika sebagai fasilitator mungkin mereka lebih mengganggu proses dan kembali pada perkuliahan. Demikian pula mahasiswa menilai keahlian dan para tutor terbaik adalah ahli subjek yang mengerti kurikulum dan mempunyai keterampilan fasilitasi yang baik sekali. Bagaimanapun semangat para tutor non spesialis yang sudah dilatih dalam fasilitasi, mengetahui kurikulum dan mempunyai catatan tutor yang memadai, adalah para tutor PBL yang baik.

Pembelajaran mahasiswa sangat dipengaruhi oleh metode penilaian yang digunakan. Jika metode penilaian semata-mata mengandalkan pada recall yang sesungguhnya maka PBL tak mungkin berhasil dalam kurikulum. Semua jadual penilaian sebaiknya mengikuti prinsip dasar dari pengujian mahasiswa dalam hubungannya dengan kurikulum dan sebaiknya menggunakan range yang tepat dari metode penilaian. Sebaiknya dilakukan penilaian kegiatan mahasiswa dalam kelompok PBL mereka. Para tutor akan memberikan umpan balik atau menggunakan prosedur penilaian formatif atau sumatif mengikuti jadual panilaian fakultas. Ini juga membantu untuk mempertimbangkan penilaian kelompok secara keseluruhan. Kelompok sebaiknya dianjurkan untuk mencerminkan hasil PBL termasuk ketaatan pada proses keterampilan komunikasi, saling menghormati satu sama lain dan kontribusi perorangan. Bekerja dengan teman sebaya

(12)

dalam kelompok mengurangi kemungkinan para mahasiswa gagal untuk melanjutkan dengan beban kerja dan pemberian tanda kelompok ditambahkan untuk masing-masing jadual penilaian perorangan dan menganjurkan para mahasiswa untuk mencapai tujuan-tujuan umum yang disatukan dengan PBL.

PBL mungkin digunakan salah satunya sebagai yang utama dari seluruh kurikulum atau untuk rangkaian pembelajaran mahasiswa. Dalam praktek, PBL biasanya bagian dari suatu kurikulum terintegrasi menggunakan suatu sistem berbasis pendekatan dengan materi non klinis yang disampaikan dalam konteks praktek klinis. Sebuah modul atau kursus singkat dapat didesain untuk memasukkan mixed teaching

method/metode pengajaran campuran

(termasuk PBL) untuk mencapai dampak pembelajaran dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Sejumlah kecil kuliah-kuliah mungkin diperlukan untuk memasukkan topik-topik atau memberi peninjauan luas dari materi subjek yang sukar yang berhubungan dengan skenario PBL. Waktu yang cukup akan diadakan setiap

minggu untuk mahasiswa melakukan belajar mandiri yang dibutuhkan untuk PBL.5,6

(13)

Peran dalam kelompok 5

Pencatat Tutor Ketua Anggota ● mencatat hasil ● membangkitkan ● memimpin ●mengikuti diskusi anggota kelompok kelompok langkah ● membantu untuk berpartisipasi ● membangkitkan proses kelompok untuk ● membantu ketua anggota ●berpartisi- mengingat menciptakan kelompok untuk pasi dalam ● berpartisipasi dinamika kelompok berpartisipasi diskusi

dalam diskusi dan menjaga waktu ● menjaga dinamika ●mende-

● mencatat sarana ● mengawasi pencatat kelompok ngarkan

yang digunakan ● mencegah ● mengawasi waktu dan

penyimpangan ● memastikan menghar- ● memastikan kelompok berjalan gai kontri- kelompok mencapai sesuai tugas busi yang learning objective ● memastikan lain ● memeriksa pencatat tetap ●bertanya pemahaman bertugas dan dengan kelompok mencatat dengan pertanyaan ● menilai performan akurat terbuka ●meneliti semua learning objective ● berbagi informasi

(14)

Tentukan learning outcomes untuk modul 5

Bagaimana learning outcomes dapat dicapai

Keterampilan klinik Kuliah PBL Keterampilan komunikasi praktikum

Berapa banyak sesi PBL dalam modul

Mencatat learning objectives tiap PBL → Buat skenario PBL Buat catatan tutor

Uji coba dengan staf Perbaiki skenario dan catatan tutor

Uji coba dengan sekelompok siswa

Membuat timetable modul dan membuat buku pegangan siswa

Diimplementasikan

12

(15)

BAB III DISKUSI

Kurikulum FK UKRIDA 2006 dikembangkan dari Kurikulum Inti Pendidikan Dokter Indonesia III (KIPDI III) untuk Program Studi Pendidikan Kedokteran Dasar

(Basic Medical Education). Penyusunan KIPDI III ini difasilitasi oleh Direktorat

Jendral Pendidikan Tinggi yang disepakati bersama oleh kalangan perguruan tinggi, masyarakat profesi dan pengguna lulusan berdasarkan SK Menteri No 45 tahun 2000 tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi. Kurikulum Inti Pendidikan Dokter Indonesia III (KIPDI III) merupakan kurikulum Nasional Berbasis Kompetensi yang bertujuan menghasilkan dokter layanan strata primer dengan pendekatan konsep kedokteran keluarga. Sesuai dengan Kurikulum Nasional KIPDI III terdapat 7 (tujuh) area

kompetensi yang harus dikuasai oleh dokter lulusan fakultas kedokteran 6. Ketujuh area

kompetensi tersebut sebenarnya adalah “kemampuan dasar” seorang dokter yang menurut WFME (World Federation for Medical Education) disebut “ basic medical

doctor”. Adapun ketujuh area kompetensi tersebut badalah: 1. Keterampilan

komunikasi efektif, 2. Keterampilan klinik dasar, 3. Keterampilan menerapkan dasar-dasar ilmu biomedik, ilmu klinik, ilmu perilaku dan epidemiologi dalam praktik kedokteran keluarga di layanan primer, 4. Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga ataupun masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistic, bersinambung, koordinatif dan kolaboratif dalam konteks pelayanan kesehatan tingkat primer, 5. Keterampilan memanfaatkan, menilai dan mengelola informasi secara kritis, 6. Kemampuan mawas diri dan mengembangkan diri serta belajar sepanjang hayat, 7. Menjunjung tinggi etika, moral dan profesionalisme dalam praktik. Ketujuh area kompetensi ini merupakan kompetensi utama yang harus ada dalam kurikulum fakultas

kedokteran 6.

Paradigma baru pendidikan kedokteran di dunia menyatakan bahwa pendidikan kedokteran haruslah bersifat student centred serta self directed learning. Mahasiswa haruslah menjadi subjek pendidikan serta aktif dan bertanggung jawab atas proses pembelajarannya. Sesuai dengan standard pendidikan dokter Indonesia, kurikulum ini

(16)

dilaksanakan dengan pendekatan/strategi SPICES. Strategi SPICES terdiri atas 6 dimensi yang dapat memberikan dampak positif pada proses belajar mengajar dalam kurikulum kedokteran, yaitu student centred, problem based, integrated, community

based, electives dan systematic.6

Di FK UKRIDA , Program Studi Sarjana Kedokteran (PSSK) terdiri atas 7 semester (3 ½ tahun), sedangkan Program Studi Profesi Dokter terdiri atas 3 semester (1 ½ tahun). Pada PSSK dalam 7 semester terdiri atas 30 blok yang masing-masing blok berlangsung selama 4 – 7 minggu. PBL dilakukan 1 kali pada tiap-tiap blok yang terdiri atas 3 kali pertemuan.

Pelaksanaan PBL dilakukan sebagai berikut: dibuat skenario oleh dosen ahli di bidangnya, kemudian dilakukan briefing bersama semua dosen untuk membahas skenario tersebut guna memperbaikinya bila perlu. Dalam 1 blok terdiri atas 7- 10 skenario. Dilakukan PBL sebanyak 3 kali pertemuan, masing-masing pertemuan lamanya 100 menit. Pada PBL mahasiswa dibagi atas kelompok A – B dan C - D,

kelompok A terdiri atas A1 – A 10, kelompok B terdiri atas B1 – B10, kelmpok C terdiri

atas C1 – C10, kelompok D terdiri atas D1- D10. Tiap-tiap kelompok A1 terdiri atas 10 –

12 orang, demikian pula A2, dan seterusnya.Dari Kelompok A – B dibagi 20 kelompok,

dari kelompok C – D dibagi 20 kelompok. Masing-masing kelompok mendapat 1 skenario. Tiap-tiap kelompok difasilitasi oleh 1 tutor. Dalam 1 hari berlangsung 2 shift PBL yaitu shift I pk 07 30 – 09 20 : kelompok A – B; shift II pk 09 20 – 11 00: kelompok C - D

Pada PBL I (pertemuan pertama): mahasiswa memilih ketua kelompok dan 2 orang sekretaris (yang menulis di whiteboard dan di kertas/komputer). Mahasiswa membahas skenario menurut 7 jumps yaitu langkah 1. Identifikasi masalah, langkah 2. Identifikasi masalah, langkah 3. Analisa masalah, langkah 4. Hipotesis, langkah 5. Sasaran pembelajaran, langkah 6. Belajar mandiri dengan mencari narasumber. Tutor menilai aktivitas mahasiswa secara perorangan dan per kelompok dengan scoring dan sebagai fasilitator.

(17)

Pada PBL 2 (pertemuan kedua): mahasiswa mempresentasikan tugas belajar mandirinya masing-masing sesuai dengan sasaran pembelajaran yang didapatkan pada PBL 1, dilakukan tanya jawab di antara mahasiswa, kemudian dibuat langkah 7. Simpulan/rangkuman dari kasus.Tutor hanya sebagai fasilitator.

Tutor menilai tugas belajar mandiri mahasiswa, aktivitas perorangan saat presentasi, aktivitas per kelompok.

Pada PBL 3 (pertemuan ketiga): dilakukan pleno. Dalam hari yang sama diadakan 2 kali pertemuan masing-masing 100 menit. Pertama: kelompok A – B, kedua: kelompok C – D. Ada moderator (dosen) dan 2 orang sekretaris (mahasiswa). Kelompok mahasiswa yang maju presentasi dilakukan berdasarkan undian. Dihadiri para dosen pakar pengampu mata kuliah pada blok tersebut dan para tutor. Mahasiswa mempresentasikan skenarionya masing-masing sesuai kelompoknya. Setiap selesai presentasi dilakukan tanya jawab antara mahasiswa. Pertanyaan-pertanyaan mahasiswa dicatat oleh sekretaris. Tutor menilai aktivitas perorangan dan per kelompok pada kelompoknya yang tampil presentasi. Pada akhir pleno maka semua dosen pakar menjelaskan semua pertanyaan mahasiswa tersebut.

Pada PBL di FK UKRIDA dalam membuat makalah tugas mandiri kadang-kadang masih ada yang menjiplak makalah teman atau kakak kelasnya, sehingga menurut saya perlu diadakan kuliah khusus tentang Etika Pendidikan Kedokteran topik kejujuran akademis pada semester satu supaya sejak awal mahasiswa mengetahui tentang plagiarisme, moralitas kedokteran dan lain-lain.

(18)

BAB IV PENUTUP 4.1. Simpulan

Pada PBL perkembangan staf sangat penting, jadi setiap dosen harus mempelajari skenario dengan baik supaya pada saat PBL mereka dapat menjadi fasilitator yang baik. Peran tutor atau fasilitator juga agar pada saat tutorial dapat memfasilitasi jangan sampai terjadi kelompok disfungsional dan harus dapat menciptakan kelompok yang dinamis.

Karena mahasiswa harus belajar mandiri maka dibutuhkan sarana perpustakaan dan media elektronik yang lengkap.

Dengan PBL maka mahasiswa dilatih untuk berpikir kritis.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

1. Sefton A. Problem based learning. In: Dent JA, Harden RM (ed.). A practical guide for

medical teachers. 2 nd ed. London: Elsevier Churchill Livingstone; 2005. pp. 143,144 2. Cognitive Approach. Weblog (online). Available from:

http://www.simplypsychology.pwp.blueyonder.co.uk/cognitive.html

3. Omrod JE. Human Learning. 4 th ed. USA: Pearson Education Inc. 2004.

4. Bruner J. The Process of Education. Cambridge MA: Harvard University Press.1960 5. Wood DF. ABC of learning and teaching in medicine: Problem based learning. BMJ

2003; 326; pp. 328-330

6. Barrows HS, Tamblyn RM. Problem Based Learning An Approach to Medical

Education. New York: Springer Publishing Company, Inc; 1980. pp.13-15

7. Katalog Universitas Kristen Krida Wacana 2007/2008

8. Guilbert JJ. Educational Handbook for Health Personal; 1977 9. Vogelaar J, Jacobse C. About teaching methods, 1988

Referensi

Dokumen terkait

Diharapkan kepada calon Penyedia Jasa untuk membawa Dokumen Penawaran Administrasi, Teknis dan Biaya Asli dan Copynya 1 (satu) rangkap sesuai yang di upload dalam Aplikasi

14: “...tujuan katekese adalah menghadirkan pada manusia iman yang hidup, eksplisit dan aktif sambil meneranginya dengan ajaran .” Rumusan Gereja Jerman (1974),

 Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan

yang mengakibatkan object Person sebagai reference, kita dapat me-reference dari tipe Employee dan tipe Student ke method ini selama itu masih subclass dari

Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,

Saat ini tugas mendesak dunia pendidikan memastikan setiap anak Indonesia memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk menang di abad 21.. Untuk itu, ada tiga hal yang

Apabila saudara ditunjuk sebagai pemenang, apakah saudara bersedia untuk melaksanakan pekerjaan tersebut sesuai dengan spesifikasi teknis yang terdapat dalam Dokumen Lelang

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai rata-rata hasil belajar siswa antara kelompok eksperimen yang menggunakan metode inquiry dengan kelompok