• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN HUBUNGAN ARSITEKTUR POHON DAN KEHADIRAN BURUNG DI KAMPUS IPB DRAMAGA BOGOR MUHAMMAD CHOIRUDDIN AZIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN HUBUNGAN ARSITEKTUR POHON DAN KEHADIRAN BURUNG DI KAMPUS IPB DRAMAGA BOGOR MUHAMMAD CHOIRUDDIN AZIS"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN HUBUNGAN ARSITEKTUR POHON DAN

KEHADIRAN BURUNG DI KAMPUS IPB DRAMAGA BOGOR

MUHAMMAD CHOIRUDDIN AZIS

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Hubungan Arsitektur Pohon dan Kehadiran Burung di Kampus IPB Dramaga Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2014

Muhammad Choiruddin Azis

(4)

ABSTRAK

MUHAMMAD CHOIRUDDIN AZIS. Kajian Hubungan Arsitektur Pohon dan Kehadiran Burung di Kampus IPB Dramaga Bogor. Dibimbing oleh TATI BUDIARTI dan SYARTINILIA.

Pohon memainkan peran penting untuk menciptakan karakter unik lanskap dan juga berfungsi sebagai habitat bagi banyak burung. Pohon sendiri mempunyai karakteristik yang dibentuk oleh arsitektur tajuk dan bentuk percabangan yang berbeda satu sama lain. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keanekaragaman pohon berdasarkan arsitekturnya, kekayaan jenis burung, tingkat penggunaan pohon oleh burung, dan pengaruh yang diberikan oleh arsitektur pohon terhadap kehadiran burung. Penelitian ini dilaksanakan dengan membagi kampus IPB Dramaga dalam petak pengamatan yang berukuran 300m x 300m kemudian tiap petak diamati kondisi fisik pohon meliputi tajuk, percabangan, ukuran daun, keberadaan bunga dan buah, dan kehadiran burung pada pohon yang dipilih. Dalam penelitian ini didapatkan 99 pohon sampel yang tersebar dalam 24 petak pengamatan dengan 27 spesies burung pada pohon sampel. Dari hasil analisis terlihat bahwa parameter yang mempengaruhi kehadiran burung adalah bentuk percabangan dan keberadaan bunga, dengan model Y = 0,566 + 2,777 X1 +

2,543 X2. Dari referensi dan hasil penelitian diketahui bahwa burung lebih

memilih pohon dengan percabangan vertical dan berbunga. Dari hasil penelitian ini juga direkomendasikan beberapa jenis pohon yang dapat menarik lebih banyak burung

Kata kunci: habitat burung, pemilihan pohon, petak pengamatan, pohon

ABSTRACT

MUHAMMAD CHOIRUDDIN AZIS. Study of Correlation of Tree Architecture and Birds Presence in IPB Dramaga Campus Bogor. Supervised by TATI BUDIARTI and SYARTINILIA.

Trees play a major role for creating the landscape characteristic and also

functions as a habitat for many birds. Trees has characteristic created by canopy and branches shape that differ each other. The research goals were to analyze the tree diversity based on its architecture, bird species richness, trees usage level by birds, and the influence given by tree architecture to bird presence. This research was conducted by divide IPB Dramaga campus into observation plots by size 300m x 300m. Then each plot was observed the trees physic include its canopy, branches, leaf size, flower and fruit existance and birds presence on the selected trees. In this research gained 99 sample trees that divided into 24 observation plots with 27 species of birds on the sample trees. From the result of analysis seen that parameter of the trees that influence bird presence are branches shape and flower existance, with model Y = 0,566 + 2,777 X1 + 2,543 X2. From the reference and

research result we knew that bird most prefered tree with vertical branch and have flower on it. From this research result also recommended some tree species that can attract more birds.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

KAJIAN HUBUNGAN ARSITEKTUR POHON DAN

KEHADIRAN BURUNG DI KAMPUS IPB DRAMAGA BOGOR

MUHAMMAD CHOIRUDDIN AZIS

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Kajian Hubungan Arsitektur Pohon dan Kehadiran Burung di Kampus IPB Dramaga Bogor

Nama : Muhammad Choiruddin Azis NIM : A44090019

Disetujui oleh

Dr. Ir. Tati Budiarti, MS Pembimbing I

Dr. Syartinilia, SP, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, MAgr Ketua Departemen

(8)

ludul Skripsi: Kajian Hubungan Arsitektur Pohon dan Kehadiran Burung di Kampus IPB Dramaga Bogor

ama : Muhammad Choiruddin Azis NIM : A44090019

Disetujui oleh

D . Ir. Tati Budiarti MS Dr. Syartinilia, SP, MSi

Pembimbing I Pembimbing II

(9)
(10)

PRAKATA

Segala puji dan syukur hanyalah milik Alloh SWT yang atas segala nikmat dan karunia-Nya penulis bisa menyelesaikan laporan penelitian ini. Laporan penelitian berjudul “Kajian Hubungan Arsitektur Pohon dan Kehadiran Burung di Kampus IPB Dramaga Bogor” ini disusun sebagai salah satu prasyarat kelulusan di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Tati Budiarti, MS selaku dosen pembimbing skripsi I dan Ibu Dr. Syartinilia, SP. MSi selaku dosen pembimbing skripsi II yang telah merelakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis dari awal perencanaan penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini.

2. Dr. Kaswanto, SP. MSi sebagai penguji pada ujian skripsi yang telah memberikan banyak masukan untuk memperbaiki skripsi ini.

3. Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS selaku dosen pembimbing akademik dan seluruh dosen Departemen Arsitektur Lanskap yang telah membagikan ilmu kepada penulis dari awal masuk sampai keluar dari departemen.

4. Seluruh anggota Uni Konservasi Fauna - IPB atas ide-ide yang diberikan untuk merumuskan penelitian ini dan kebersamaan yang telah diberikan dari awal penulis masuk sampai waktu yang tidak terhingga.

5. Seluruh teman-teman ARL 46 atas bantuan dan semangat yang diberikan dari persiapan MPD sampai kapanpun.

6. Seluruh teman-teman Manggolo Putro Ponorogo, khususnya penghuni PAS yang telah menemani selama bertahun-tahun dengan segala suka dan duka. 7. Orang tua dan seluruh keluarga atas segala doa, semangat, dan kasih sayang

yang diberikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, tetapi penulis berharap agar hasil penelitian ini bisa bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan menjadi pendorong untuk penelitian yang lebih dalam lagi.

Bogor, Maret 2014

(11)
(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL v DAFTAR GAMBAR v DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 3 Manfaat Penelitian 3 METODOLOGI 4

Lokasi dan Waktu Penelitian 4

Bahan 5

Alat 5

Batasan Studi 6

Metode Penelitian 6

Inventarisasi (Pengumpulan Data) 7

Identifikasi pohon 7

Kekayaan jenis burung 8

Analisis 8

Analisis keanekaragaman pohon 8

Analisis kekayaan jenis burung 8

Analisis penggunaan pohon oleh burung 9

Analisis hubungan arsitektur pohon dan kehadiran burung 10

Sintesis 11

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Hasil 11

Kondisi umum kawasan 11

Keanekaragaman pohon 12

Kekayaan jenis burung 16

Penggunaan pohon oleh burung 22

Hubungan arsitektur pohon dan kehadiran burung 29

(13)

Rekomendasi 33 PENUTUP 37 Simpulan 37 Saran 37 DAFTAR PUSTAKA 37 LAMPIRAN 40 RIWAYAT HIDUP 83

(14)

DAFTAR TABEL

1 Bentuk dan jenis data 5

2 Alat penelitian 5

3 Daftar jenis burung pada petak pengamatan 17

4 Data jenis burung yang ditemukan di pohon sampel 18 5 Daftar jenis burung yang ditemukan di luar pohon sampel 21

6 Data penggunaan pohon oleh burung 28

7 Rekomendasi jenis pohon yang mengundang banyak burung 36

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pikir penelitian 3

2 Peta kampus IPB Dramaga dengan pembagian petak pengamatan

berukuran 300m x 300 m dan titik pohon sampel 4

3 Kerangka alir penelitian 6

4 Bentuk tajuk (Sumber : Booth 1983) 7

5 Bentuk percabangan (Sumber : Stevens et al 1994) 7

6 Pembagian strata pohon 10

7 Peta persebaran titik pohon sampel dengan pembagian petak berukuran

300 m x 300 m 12

8 Komposisi jumlah pohon pada masing-masing petak 13

9 Komposisi bentuk tajuk pohon sampel 13

10 Komposisi bentuk percabangan pada pohon sampel 14

11 Klasifikasi ukuran daun pada pohon 14

12 Keberadaan bunga pada pohon 15

13 Keberadaan buah pada pohon 15

14 Jumlah jenis burung pada petak pengamatan 16

15 Peta penyebaran jumlah jenis burung pada petak pengamatan 19 16 Peta penyebaran 5 jenis burung dengan frekuensi perjumpaan paling

tinggi 20

17 Jumlah jenis burung berdasarkan bentuk tajuk 22 18 Tingkat penggunaan rata-rata pohon oleh burung berdasarkan bentuk

tajuk 23

19 Jumlah jenis burung berdasarkan bentuk percabangan 24 20 Tingkat penggunaan rata-rata pohon oleh burung berdasarkan bentuk

percabangan 24

21 Jumlah jenis burung pada pohon berdasarkan ukuran daun 25 22 Tingkat penggunaan rata-rata pohon berdasarkan ukuran daun 25 23 Jumlah jenis burung berdasarkan keberadaan bunga pada pohon 26 24 Tingkat penggunaan rata-rata pohon berdasarkan keberadaan bunga

pada pohon 26

25 Jumlah jenis burung berdasarkan keberadaan buah pada pohon 27 26 Tingkat penggunaan rata-rata pohon berdasarkan keberadaan buah pada

(15)

27 Perbandingan percabangan vertical (Stevens et al. 1994) dan arsitektur

pohon Attim (Hale et al. 1978) 33

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data pohon sampel 40

2 Dokumentasi pohon sampel 44

3 Data jenis burung yang ditemukan di pohon sampel 67 4 Dokumentasi jenis-jenis burung yang berada di pohon sampel

(Sumber : Dokumentasi lapang) 71

5 Dokumentasi jenis-jenis burung yang ditemukan di luar pohon sampel

(Sumber : Dokumentasi lapang) 75

6 Data penggunaan pohon oleh burung 76

7 Dokumentasi penggunaan pohon oleh burung 80

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pohon adalah tanaman dengan batang berkayu, berakar dalam, dan memiliki percabangan jauh dari tanah serta tinggi lebih dari 3 meter (Hakim dan Utomo 2003). Pohon memiliki batang utama yang tumbuh tegak dan menopang tajuk pohon. Pohon berdasarkan ketinggiannya dibedakan atas pohon rendah, pohon sedang, dan pohon tinggi. Pohon rendah ialah pohon yang tingginya kurang dari 6 m; pohon sedang adalah pohon yang memiliki ketinggian antara 6 - 12 m; sedangkan pohon tinggi ialah pohon yang ketinggiannya mencapai lebih dari 12 m (Bridwell 2003). Pembagian jenis pohon ini berdasarkan pada tinggi dan lebar pohon ketika sudah mencapai usia dewasa.

Pohon juga merupakan salah satu elemen lunak (softscape) yang sangat sering digunakan dalam pengembangan suatu tapak atau lanskap dengan berbagai karakteristiknya yang unik. Salah satu karakter unik pohon adalah bentuk arsitektur pohon yang dominan dibentuk oleh tajuknya. Pohon dengan berbagai bentuk tajuknya berperan besar dalam pembentukan karakter lanskap sebagai fungsi arsitektural, seperti untuk menciptakan ruang, screening, dan menyediakan privasi. Selain itu, penggunaan pohon di dalam suatu lanskap juga memiliki fungsi ekologi, salah satunya sebagai habitat dari berbagai satwa yang menempati relung ekologi masing-masing. Bentuk pohon merupakan elemen desain yang paling memegang peranan dan harus dipertimbangkan dalam membuat perancangan lanskap (Booth 1983). Bentuk tajuk pohon adalah elemen utama yang menentukan bentuk arsitektur suatu pohon. Selain bentuk tajuk, bentuk percabangan pohon itu sendiri juga menjadi elemen pendukung dalam membentuk arsitektur suatu pohon. Percabangan pohon yang bervariasi dengan karakter yang unik dapat menghasilkan bentuk arsitektural pohon yang bisa dimanfaatkan sebagai focal point di dalam tapak dan dapat menunjang karakter lanskap tertentu. Selain arsitektur dari bentuk tajuk dan tipe percabangan, keindahan suatu pohon juga dibentuk oleh daun, bunga dan buah. Ukuran, warna, dan bentuk daun menentukan fungsi suatu pohon di dalam lanskap, di samping itu juga mempengaruhi kehadiran burung ke pohon tersebut (Mardiastuti 1993; MacKinnon 2010). Bunga adalah bagian yang sangat populer dalam identifikasi dan pemilihan pohon. Masa pembungaan yang hanya berlangsung sekali atau beberapa kali dalam setahun mempengaruhi keindahan pohon karena tidak bisa dinikmati sepanjang waktu. Keberadaan buah dipengaruhi oleh munculnya bunga pada pohon, sehingga juga hanya bisa dilihat di saat-saat tertentu. Keberadaan buah dalam suatu lanskap tidak terlihat secara signifikan dan tidak ornamental, tetapi buah mempengaruhi kehadiran burung di pohon tersebut (Bridwell 2003). Penggunaan pohon di dalam suatu lanskap juga memiliki fungsi ekologi, yaitu sebagai habitat dari berbagai satwa yang mempunyai relung ekologi (ecological

niche) masing-masing dalam satu individu pohon. Sehingga dalam penataan

lanskap perlu diperhatikan variabel fisik pada pohon tersebut yang bisa mendukung kehidupan satwa di dalamnya.

Satwa juga merupakan salah satu elemen lunak (softscape) yang bisa menjadi indikator keberlanjutan fungsi ekologis dalam suatu tapak atau lanskap.

(17)

2

Salah satu jenis satwa yang sering berada di tapak atau lanskap adalah dari jenis burung. Burung merupakan kelompok satwaliar yang paling merata penyebarannya dikarenakan kemampuan terbang yang dimilikinya. Burung memiliki pemilihan jenis pohon yang berbeda sesuai dengan faktor yang tersedia untuk mendukung kelangsungan hidupnya (Pettingill 1970). Penggunaan pohon bagi burung juga sangat beragam, sebagai sarang, shelter (tempat istirahat), tempat mencari pakan atau berburu, tempat berkembang biak, tempat bermain dan mengasuh anak (Welty 1982). Habitat juga berfungsi sebagai tempat untuk bersembunyi dari musuh-musuh yang akan menyerang dan mengganggunya (Endah 2002).

Burung memanfaatkan bagian pohon yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan, ada yang berada di batang untuk mencari serangga, bersarang di bagian ranting pohon, memakan buah atau nektar bunga, dan sebagainya. Sehingga tipe pohon yang digunakan di dalam tapak berpengaruh besar terhadap kelangsungan hidup burung yang ada di dalamnya. Menurut Perrins dan Birkhead (1983), suatu habitat yang baik untuk perkembangbiakan burung biasanya adalah habitat yang dapat memberikan potensi pakan yang cukup besar. Burung pada umumnya mudah dijumpai pada berbagai tipe strata, mulai strata paling bawah sampai pada tajuk yang paling atas. Setiap strata mempunyai karakteristik tersendiri sehingga jenis burung yang ada pada setiap strata juga berbeda. Tingginya pemanfaatan strata bagian tengah oleh burung dikarenakan pada bagian ini banyak terdapat daun-daun yang lebih muda dan buah-buahan yang lebih masak (MacKinnon 2010).

Saat ini belum banyak penelitian mengenai hubungan penggunaan pohon dengan berbagai model arsitekturnya terhadap keberadaan satwa khususnya burung yang ada di dalam tapak. Dengan arsitektur batang dan tajuk yang berbeda, maka akan tercipta ruang berbeda juga sebagai habitat burung. Penelitian ini dilakukan untuk menguji variabel arsitektur pohon maupun faktor lain pada pohon yang berpengaruh terhadap kekayaan jenis burung yang ada di pohon tersebut. Dengan demikian diharapkan ke depannya pemilihan pohon dalam penataan tapak atau lanskap tidak hanya mempertimbangkan aspek arsitektural tetapi juga memperhatikan kehidupan satwa khususnya burung yang nantinya akan menempati pohon tersebut. Kerangka pikir dari penelitian ini ditampilkan dalam Gambar 1.

Kampus IPB (Institut Pertanian Bogor) Dramaga dengan luasan 297 ha masih memiliki banyak sekali tegakan pohon yang dapat digunakan sebagai bahan pada penelitian ini. Kampus IPB Dramaga sendiri memiliki keanekaragaman burung yang tinggi, dalam Mulyani (2001) disebutkan bahwa informasi pertama mengenai jenis burung di kampus IPB Dramaga dilaporkan oleh Alikodra (1976) yang berhasil mengidentifikasi 18 jenis burung, kemudian Putro (1982) berhasil menemukan 41 jenis. Penelitian oleh Mulyani (1985) berhasil menemukan 39 jenis, Balen et al. (1986) dan Hernowo et al. (1991) melaporkan 68 jenis, Mulyani (2001) berhasil melaporkan sebanyak 39 jenis burung, dan penelitian dari Kurnia (2003) berhasil menemukan 72 jenis burung. Di kampus IPB Dramaga juga banyak pohon dengan bentuk tajuk yang beragam dan beberapa terbentuk dengan sempurna karena ditanam secara soliter. Dengan demikian kampus IPB Dramaga sangat sesuai untuk dijadikan sebagai lokasi penelitian ini yang membutuhkan pohon sampel dengan bentuk tajuk yang sempurna sebagai salah satu variabel

(18)

3 bebas yang utama dan keanekaragaman burung tinggi yang menjadi variabel terikat untuk mendatangi pohon-pohon tersebut.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. menganalisis keragaman arsitektur pohon berdasarkan bentuk tajuk, percabangan, ukuran daun, dan keberadaan bunga atau buah,

2. menganalisis kekayaan spesies burung yang mendatangi pohon berdasarkan arsitekturnya di Kampus IPB Dramaga,

3. menganalisis tingkat penggunaan pohon oleh burung, dan

4. menganalisis variabel fisik pohon yang berpengaruh nyata terhadap jumlah jenis burung.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi mengenai hubungan antara pohon dengan bentuk arsitekturnya yang menjadi habitat burung dan kehadiran burung ke pohon tersebut. Hasil dari penelitian ini juga diharapkan bisa menjadi acuan dalam pemilihan pohon yang digunakan dalam pengembangan lanskap agar sesuai sebagai habitat satwa khususnya burung.

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian Arsitektural Ekologi

Arsitektur Pohon Habitat

Rekomendasi Preferensi Arsitektur Pohon dengan Kehadiran Burung untuk Perencanaan Tata Hijau Lanskap

Elemen Lunak Lanskap (Softscape) Vegetasi Satwa Pohon Burung Analisis Korelasi Kampus IPB Dramaga

(19)

4

METODOLOGI

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di seluruh kawasan Kampus IPB Dramaga (Gambar 2). Kampus IPB Dramaga secara administratif terletak di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Letak geografis antara 6o 32’ 41” – 6o 33’ 58” LS, dan 106o 42’ 47” – 106o 44’ 07” BT. Ketinggian tempat sekitar 190 mdpl, termasuk dataran rendah. Berbatasan dengan Sungai Ciapus dan Cisadane di bagian utara, Sungai Cihideung (Desa Cihideung Ilir) di bagian barat, Jalan Raya Dramaga di bagian selatan, dan pemukiman Desa Babakan di bagian timur. Pengambilan data mencakup inventarisasi pohon pada tanggal 27 Maret – 8 April 2013, dilanjutkan dengan pengamatan burung pada tanggal 23 April – 11 Juni 2013. Data yang sudah didapatkan kemudian dianalisis sesuai kebutuhan sambil dilakukan penyusunan laporan yang berjalan sampai bulan Januari 2014.

Gambar 2 Peta kampus IPB Dramaga dengan pembagian petak pengamatan berukuran 300m x 300m dan titik pohon sampel ()

(20)

5

Bahan

Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa data arsitektur pohon dan jenis burung yang dikumpulkan secara langsung di lapangan. Selain itu dibutuhkan juga data iklim dan cuaca pada saat penelitian sedang berlangsung. Data yang dikumpulkan dijelaskan pada Tabel 1.

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah binokuler, fieldguide pengenalan jenis burung, Global Positioning System (GPS), kamera, dan laptop dengan software Microsoft Excel 2007 dan SPSS Statistics 17.0. Peralatan ini dibutuhkan untuk membantu proses pengumpulan data sampai analisis terhadap data yang sudah didapatkan di lapangan. Alat yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan pada Tabel 2.

Tabel 1 Bentuk dan jenis data

No Jenis Kegunaan Sumber

1 Bentuk tajuk pohon

Mengidentifikasi arsitektur pohon Observasi lapang 2 Tipe percabangan

pohon

Mengidentifikasi arsitektur pohon Observasi lapang 3 Ukuran daun Mengidentifkasi faktor lain yang

mempengaruhi kehadiran burung

Observasi lapang 4 Keberadaan

bunga atau buah

Mengidentifkasi faktor lain yang mempengaruhi kehadiran burung

Observasi lapang 5 Jumlah jenis

burung

Menganalisis kekayaan jenis burung

Observasi lapang 6 Posisi burung Mengetahui penggunaan pohon

oleh burung

Observasi lapang 7 Perilaku burung Mengetahui penggunaan pohon

oleh burung

Observasi lapang 8 Iklim Menganalisis faktor di luar pohon BMKG

Tabel 2 Alat penelitian

No. Kegiatan Alat Kegunaan

1 Pengambilan data burung

a. Binokuler

Membantu mengamati burung dengan jarak yang jauh

b. Fieldguide burung

Mengidentifikasi jenis burung yang diamati 2 Pengambilan data pohon Global Positioning System (GPS)

Menandai titik pohon yang diamati

3 Dokumentasi Kamera Mengambil gambar

4 Analisis a. Microsoft Excel 2007

Mengolah data kekayaan burung dan penggunaan habitat

b. SPSS

Statistics

17.0

Mengolah data korelasi variabel bebas dan variabel terikat

(21)

6

Batasan Studi

Batasan dalam penelitian ini adalah mengkaji hubungan antara arsitektur pohon dengan kehadiran burung pada pohon tersebut. Selain data bentuk arsitektur yang dibentuk oleh bentuk tajuk dan tipe percabangan, pada pohon yang diamati juga diambil data ukuran daun dan keberadaan bunga atau buah yang bisa mengundang kedatangan burung. Data ini diambil untuk mencari faktor lain yang mempengaruhi kehadiran burung apabila parameter arsitektur pohon tidak berpengaruh secara nyata. Data burung yang dikumpulkan mencakup jenis, posisi, dan perilaku burung tersebut untuk mengetahui penggunaan pohon oleh suatu jenis burung. Data burung ini akan mendukung data parameter pohon yang mempengaruhi kehadiran jenis burung ke pohon tersebut.

Metode Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu inventarisasi, analisis, dan sintesis. Inventarisasi mencakup proses pengumpulan data baik

Gambar 3 Kerangka alir penelitian

Inventarisasi

Analisis

Sintesis

Analisis kekayaan jenis burung

Rekomendasi Preferensi Arsitektur Pohon dengan Kehadiran Burung untuk Perencanaan Tata Hijau Lanskap

Pembagian Petak Penelitian

Pengamatan bentuk tajuk, bentuk percabangan, ukuran daun, dan

keberadaan buah/ bunga

Penentuan Pohon Sampel Pengamatan Pohon Sampel Pengamatan Burung Pengamatan jenis, posisi, dan perilaku

burung Analisis Arsitektur Pohon Analisis penggunaan pohon oleh burung Analisis hubungan arsitektur

pohon dengan kehadiran burung Penentuan pohon sampel Pembagian petak pengamatan Pengamatan pohon sampel Pengamatan burung Analisis arsitektur pohon

Rekomendasi preferensi arsitektur pohon dengan kehadiran burung untuk perencanaan tata hijau lanskap

(22)

7 secara langsung dari lapangan maupun dari sumber sekunder, yang kemudian dianalisis untuk mengolah data yang didapatkan dan dilanjutkan dengan penyusunan sintesis berupa rekomendasi tata hijau di kawasan kampus IPB Dramaga berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan. Kerangka alir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Inventarisasi (Pengumpulan Data) Identifikasi pohon

Pengamatan pohon yang dilakukan dimulai dengan menginventarisasi pohon-pohon yang ada di kawasan kampus IPB Dramaga. Dari pohon-pohon yang telah dikumpulkan dipilih pohon sampel dan ditandai menggunakan GPS dan dibuat peta penyebaran pohonnya. Kemudian dilakukan pembagian area kampus IPB Dramaga ke dalam petak-petak pengamatan yang berukuran 300 m x 300 m. Pohon yang dipilih sebagai sampel adalah pohon berkayu berukuran sedang dan tinggi, yaitu pohon dengan ukuran dewasa memiliki tinggi lebih dari 6 meter. Selain itu pohon sampel juga harus memiliki ekspresi tajuk yang sempurna dan tidak mengalami kerusakan pada batang dan tajuknya. Ekspresi tajuk sempurna yang dimaksudkan di sini adalah tajuk pohon tersebut 80-100% mendekati bentuk

Gambar 4 Bentuk tajuk (Sumber : Booth 1983)

Gambar 5 Bentuk percabangan (Sumber : Stevens et al. 1994)

Fastigiate Columnar Spreading Rounded

Pyramidal Weeping Picturesque

(23)

8

tajuk menurut Booth (1983) dengan kerusakan seminimal mungkin. Data yang dikumpulkan dari pohon adalah jenis pohon, bentuk tajuk menurut Booth (1983), bentuk percabangan menurut Stevens et al. (1994), ukuran daun, dan keberadaan bunga dan buah. Bentuk tajuk dan percabangan ditampilkan pada Gambar 4 dan Gambar 5. Pembagian ukuran daun dilakukan secara deskriptif kualitatif berdasarkan visual, yaitu daun besar, daun sedang dan daun kecil. Data keberadaan bunga dan buah dilakukan dengan mengamati kondisi pohon ketika pengamatan berlangsung sedang menghasilkan bunga dan buah atau tidak.

Kekayaan jenis burung

Burung yang diamati pada penelitian ini adalah burung yang berada pada pohon yang telah dipilih. Proses inventarisasi burung pada pohon yang diamati menggunakan metode Penghitungan dari Titik Hitung (Point Count for Birds) yang dianjurkan oleh Sutherlands (2001) dalam Darjono dan Duryati (2004). Pada penelititan ini pengamatan dilakukan dengan mencatat semua data perjumpaan dengan burung yang berada di pohon terpilih, mencakup jenis, lokasi keberadaannya di pohon, dan perilakunya ketika diamati. Pada setiap petak yang diamati dilakukan pengamatan selama satu hari dengan tiga waktu pengamatan yang berbeda, yaitu pagi dari pukul 06.00 - 08.00, siang pukul 11.00 – 13.00, dan sore pukul 15.00 – 17.00. Kemudian untuk setiap pohon sampel yang diambil dari petak tersebut diamati selama 15 menit untuk mengetahui keberadaan burungnya pada setiap waktu pengamatan. Setiap jenis burung yang dapat dilihat langsung dicatat dan didokumentasikan atau dibuat sketsa gambarnya jika tidak sempat didokumentasikan serta diberi keterangan mengenai warna bulu, warna mata, bentuk leher, warna kaki, bentuk kaki, warna paruh, dan perkiraan ukuran tubuh. Burung yang sudah dikenal langsung dicatat nama jenisnya, sedangkan yang belum dikenal pemberian nama jenis dilakukan setelah dicocokkan antara foto atau sketsa gambar di lapangan dengan ilustrasi gambar yang terdapat pada buku Panduan Pengenalan Jenis Burung. Pemberian nama jenis dan nama ilmiah terhadap burung yang dijumpai mengikuti tata nama MacKinnon et al. (2010) dan Sukmantoro et al. (2007). Dari data jenis burung yang telah ditemukan dibuat peta penyebaran jumlah jenis burung pada petak pengamatan yang diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Kelompok tinggi adalah petak yang dijumpai lebih dari 10 jenis burung pada pohon sampel yang diambil, sedang adalah petak dengan perjumpaan 6 sampai 10 jenis burung, dan rendah adalah petak dengan perjumpaan kurang dari 6. Selain itu juga dibuat peta penyebaran 5 jenis burung dengan frekuensi perjumpaan paling tinggi.

Analisis

Analisis keanekaragaman pohon

Arsitektur pohon contoh yang diambil dianalisis secara deskriptif meliputi bentuk tajuk, bentuk percabangan, ukuran daun, dan keberadaan bunga atau buah. Data ini kemudian dibandingkan antar petak untuk mengetahui kecenderungan penggunaan pohon berdasarkan arsitekturnya di Kampus IPB Dramaga.

Analisis kekayaan jenis burung

Kekayaan jenis burung dianalisis untuk mengetahui banyaknya jenis burung yang ada di pohon sampel yang diambil sekaligus nilai kekayaan jenis dari burung

(24)

9 yang datang tersebut. Kekayaan jenis (species richness) burung yang diamati diukur dengan Indeks Kekayaan Jenis Jackknife. Nilai indeks digunakan untuk mengetahui kekayaan jenis satwa dalam suatu komunitas. Persamaan untuk menghitung nilai kekayaan jenis burung ini adalah sebagai berikut:

Keterangan :

S = indeks kekayaan jenis Jackknife s = total jumlah jenis yang teramati n = banyaknya unit contoh

k = jumlah jenis yang unik (yang hanya ditemukan pada satu unit contoh)

Keragaman dari nilai dugaan (S), dihitung dengan rumus:

Keterangan :

var(S) = keragaman dugaan Jackknife untuk kekayaan jenis

fj = jumlah jenis contoh dimana ditemukan j jenis unik (j = 1,2,3,...,s)

Analisis penggunaan pohon oleh burung

Pengunaan pohon oleh burung sebagai habitatnya adalah salah satu bentuk hubungan yang terjadi di antara keduanya. Hal ini perlu dianalisis untuk mengetahui besarnya tingkat penggunaan pohon oleh burung sehingga didapatkan gambaran besarnya tingkat penggunaan tersebut melalui sebuah angka. Nilai ini digunakan untuk mengetahui pemanfaatan habitat, dalam penelitian ini adalah pohon oleh burung dengan melihat banyaknya jumlah jenis yang memanfaatkan suatu pohon dari total jumlah jenis burung yang ditemukan. Untuk mengetahui tingkat penggunaan pohon oleh burung digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

Ft = fungsi habitat atau pohon bagi burung

St = jumlah jenis burung yang menggunakan habitat atau pohon Sp = jumlah keseluruhan jenis burung yang ada di lokasi penelitian

Nilai yang didapatkan dari persamaan ini kemudian dibagi jumlah pohon pada masing-masing perlakuan pada suatu parameter. Hal ini karena jumlah pohon pada masing-masing perlakuan tidak sama sehingga untuk menyetarakannya perlu dicari rata-rata tingkat penggunaan per individu pohon pada perlakuan tersebut.

Selain melihat tingkat penggunaannya, dalam penelitian ini juga dianalisis penggunaan strata pohon oleh burung. Burung memanfaatkan pohon dalam strata yang berbeda sesuai dengan kebutuhan masing-masing burung di pohon tersebut. Analisis terhadap penggunaan strata pohon oleh burung dilakukan secara deskriptif kualitatif, yaitu dengan menghubungkan antara persebaran vertikal jenis

(25)

10

burung dengan jenis pohon yang didatangi, sehingga dapat diketahui jenis burung yang menggunakan strata pada masing-masing jenis pohon. Dalam penelitian ini strata pohon akan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tajuk, batang, dan bagian di bawah pohon seperti yang tercantum pada Gambar 6. Strata tajuk sendiri akan dibagi menjadi tiga, yaitu tajuk bagian atas, tengah dan bawah. Pembagian strata tajuk ini dilakukan untuk mendapatkan data posisi burung pada pohon dengan lebih detail. Posisi burung ini perlu diketahui untuk mengetahui kecenderungan penggunaan ruang pada pohon dengan bentuk arsitekturnya yang bermacam-macam

Keterangan: A = Tajuk pohon B = Batang pohon

C = Bagian bawah pohon 1 = Tajuk atas

2 = Tajuk tengah 3 = Tajuk bawah

Analisis hubungan arsitektur pohon dan kehadiran burung

Analisis ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang disediakan pohon yang berpengaruh secara nyata terhadap jumlah jenis burung yang datang di pohon tersebut. Dengan asumsi data menyebar normal, analisis data yang digunakan yaitu dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh yang diberikan oleh variabel bebas (independen) yaitu bentuk tajuk, bentuk percabangan, ukuran daun, dan keberadaan bunga atau buah terhadap variabel bergantung/ terikat (dependen) yaitu jumlah jenis burung yang ditemukan. Model persamaan regresi linier berganda yang digunakan sebagai berikut:

Dimana:

Y = Jumlah jenis burung yang ditemukan

a = Konstanta regresi bn = Koefisien

(26)

11

X1 = Variabel bentuk tajuk pohon

X2 = Variabel bentuk percabangan pohon X3 = Variabel ukuran daun

X4 = Variabel keberadaan buah X5 = Variabel keberadaan bunga

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software SPSS Statistics 17.0. Kemudian dilakukan uji F untuk mengetahui apakah model persamaan yang diajukan dapat diterima atau tidak. Jika P < 0,15 maka model yang diajukan dapat diterima. Besarnya nilai probabilitas (α) ini sebenarnya tergantung pada keberanian pembuat keputusan (desicion maker), berapa besarnya kesalahan (yang menyebabkan resiko) yang akan ditolerir (Supranto 2009).

Untuk menguji signifikansi konstanta dari setiap variabel independen, maka dilakukan uji t. Dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 = Variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat

H1 = Variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat

Dengan pengambilan keputusan sebagai berikut: Jika probabilitas < 0,15 maka tolak H0

Jika probabilitas > 0,15 maka terima H0 Sintesis

Hasil dari penelitian ini diketahui parameter yang paling mempengaruhi kedatangan burung pada suatu pohon. Kemudian dengan model yang telah diajukan dapat ditentukan karakter pohon yang sesuai untuk mengundang burung ke dalam suatu lanskap, menyesuaikan dengan parameter bebas pada model..

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Kondisi umum kawasan

Kampus IPB Dramaga secara administratif terletak di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Letak geografis antara 6o32’41” sampai 6o33’58” LS, dan 106o42’47” sampai 106o44’07” BT. Berada di ketinggian sekitar 190 mdpl, maka kawasan ini masih termasuk dataran rendah. Lokasi kampus ini berjarak sekitar + 13,3 km dari Kota Bogor ke arah Jasinga dan sekitar + 52 km sebelah selatan Jakarta. Berbatasan dengan Sungai Ciapus dan Cisadane di bagian utara, Sungai Cihideung (Desa Cihideung Ilir) di bagian barat, Jalan Raya Dramaga di bagian selatan, dan pemukiman Desa Babakan di bagian timur.

Data iklim tahun 2012-2013 dari Stasiun Klimatologi Kelas I Dramaga, Bogor, suhu udara rata-rata bulanan sebesar 25,8oC dengan suhu tertinggi sebesar 26,3oC terjadi pada bulan Oktober dan suhu terrendah sebesar 25,1oC terjadi pada bulan Januari. Curah hujan rata-rata bulanan sebesar 316,2 mm dengan hari hujan tertinggi sebanyak 28 hari dan curah hujan tertinggi sebesar 548,9 mm terjadi

(27)

12

pada bulan Januari. Kelembaban udara relatif rata-rata tahunan wilayah ini adalah sebesar 84,3%

Keanekaragaman pohon

Berdasarkan inventarisasi pohon yang dilakukan selama 13 hari, yaitu tanggal 27 Maret – 8 April 2013 didapatkan 99 individu pohon yang memiliki bentuk tajuk yang mendekati sempurna, yang tersebar dalam 24 petak di seluruh kampus IPB Dramaga. Petak yang digunakan berukuran 300m x 300m, berdasarkan pada survei awal yang sudah dilakukan sebelumnya. Keseluruhan pohon sampel yang diambil mewakili tujuh bentuk tajuk menurut Both (1983). Peta penyebaran pohon sampel tersaji pada Gambar 7. Sedangkan data arsitektur pohon yang berhasil dikumpulkan dan dikelompokkan berdasarkan lokasi plot tercantum pada Lampiran 1 dan dokumentasi pohon sampel yang diambil tercantum pada Lampiran 2. Pada Gambar 8 dicantumkan grafik untuk membandingkan komposisi pohon pada masing-masing petak pengamatan yang digunakan.

Pada peta dalam Gambar 7 di atas dapat dilihat bahwa penyebaran pohon sampel yang diambil tidak merata di seluruh plot pengamatan yang ada di kampus IPB Dramaga. 99 pohon sampel yang didapatkan adalah hasil survei yang telah dilakukan di seluruh kawasan kampus. Angka ini terhitung sedikit dibandingkan banyaknya pohon yang ada di kawasan kampus. Hal ini dikarenakan kurangnya pohon yang memenuhi kriteria sebagai pohon sampel. Sebagian besar pohon

Gambar 7 Peta persebaran titik pohon sampel () dengan pembagian petak berukuran 300 m x 300 m

(28)

13

sampel yang diambil berada di bagian tengah yang merupakan kawasan gedung perkuliahan, dan bahkan pada bagian utara hampir tidak ada pohon sampel yang diambil. Jumlah total spesies pohon yang diamati adalah 52 spesies yang memiliki karakter masing-masing, yang berbeda bentuk tajuk, bentuk percabangan, ukuran daun, keberadaan bunga dan buah pada saat pengamatan berlangsung. Dari 24 petak yang diamati, petak 12 adalah petak yang paling banyak pohon sampelnya, yaitu 15 pohon. Sedangkan petak 3, 4, 9, 10, 14, dan 21 adalah petak pengamatan yang paling sedikit pohon sampel yang diambil, yaitu hanya 1 pohon.

Gambar 9 menyajikan grafik komposisi bentuk tajuk pada pohon sampel beserta jumlah untuk masing-masing bentuk tajuk. Berdasarkan hasil pengamatan dari tujuh bentuk tajuk menurut Both (1983) bentuk tajuk rounded adalah bentuk tajuk yang mendominasi pohon sampel, sebanyak 42 pohon. Sedangkan pohon

Gambar 9 Komposisi bentuk tajuk pohon sampel 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 Jum la h po h o n Bentuk tajuk

Gambar 8 Komposisi jumlah pohon pada masing-masing petak 0 2 4 6 8 10 12 14 16 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Jum la h po h o n Petak pengamatan

(29)

14

dengan tajuk weeping adalah yang paling sedikit, yaitu sebanyak 2 pohon. Untuk bentukan tajuk yang lain juga tidak banyak pohon sampel yang bisa diambil karena keterbatasan pohon yang bertajuk mendekati sempurna. Kisaran pohon sampel yang diambil dari bentuk tajuk lain adalah lima sampai dua puluh pohon.

Pohon sampel yang diambil selama penelitian hanya memiliki empat bentuk percabangan dari lima bentuk percabangan menurut Stevens et al (1994) seperti yang tercantum pada Gambar 10. Pada gambar tersebut dicantumkan jumlah pohon sampel dari masing-masing bentuk percabangan. Bentuk percabangan vertical adalah yang paling mendominasi dari seluruh pohon sampel, yaitu sebanyak 38 pohon. Percabangan vertikal merupakan bentuk percabangan yang umum ditemukan pada pohon, sehingga jumlahnya paling banyak. Dalam penelitian ini tidak ada bentuk tajuk pendulous yang bisa ditemukan dari seluruh pohon sampel yang diambil.

Gambar 10 Komposisi bentuk percabangan pada pohon sampel 0 5 10 15 20 25 30 35 40

Horizontal Tortous Vertical Weeping Pendulous

Jum la h po h o n Bentuk percabangan

Gambar 11 Klasifikasi ukuran daun pada pohon 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

Besar Sedang Kecil

Jum la h po h o n

(30)

15 Variabel ukuran daun diklasifikasikan dalam tiga kriteria, yaitu besar, sedang, dan kecil. Komposisi ukuran daun pohon sampel dapat dilihat pada Gambar 11. Untuk pohon sampel yang diamati, didominasi oleh pohon dengan ukuran daun sedang, yaitu sebanyak 44 pohon. Sedangkan pohon berdaun besar merupakan yang paling sedikit, yaitu sebanyak 22 pohon.

Selama penelitian ini berlangsung tidak semua pohon dalam masa pembungaan, sehingga banyak pohon sampel yang tidak berbunga, yaitu sebanyak 80 pohon, sedangkan 19 pohon sisanya sedang berbunga. Kondisi pembungaan pohon ini dilihat hanya pada saat penelitian berlangsung, sehingga tidak semua pohon sampel sesuai dengan musim berbunganya. Gambar 12 menyajikan grafik perbandingan jumlah pohon yang berbunga dan tidak.

Keberadaan buah pada pohon sangat dipengaruhi oleh pembungaan pohon tersebut, dan pada penelitian ini juga tidak banyak pohon yang sedang berbuah, seperti yang terlihat pada Gambar 13. Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 99 pohon yang diamati, hanya 31 pohon yang berbuah, sedangkan

Gambar 12 Keberadaan bunga pada pohon 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Ada Tidak Jum la h po h o n

Keberadaan bunga pada pohon

Gambar 13 Keberadaan buah pada pohon 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Ada Tidak Jum la h po h o n

(31)

16

sisanya 68 pohon tidak berbuah. Seperti halnya pada variabel keberadaan bunga, untuk keberadaan buah pada pohon juga tidak semua pohon sampel tepat dalam musim berbuah ketika penelitian berlangsung.

Kekayaan jenis burung

Pengamatan burung pada pohon sampel dilakukan sejak tanggal 23 April sampai 11 Juni 2013, dengan 18 hari pengamatan yang berlangsung dengan tidak berurutan dan tiga kali pengulangan setiap harinya. Dalam pengamatan yang dilakukan berhasil ditemukan 25 jenis burung yang memanfaatkan pohon sampel secara langsung. Bentuk pemanfaatan pohon sampel oleh burung beragam, seperti untuk makan, bersarang, kawin, bermain, atau sekedar untuk bertengger. Data jumlah jenis burung pada setiap petak pengamatan disajikan pada Gambar 14, sedangkan pada Tabel 3 disajikan jenis burung yang ada pada setiap petaknya. Daftar jenis burung yang ditemukan berada di pohon sampel pada masing-masing petak pengamatan beserta status pelestariannya tercantum pada Tabel 4. Status pelestarian ini berdasarkan pada UU no.5 tahun 1990, PP no.7 tahun 1999, daftar merah IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural

Resources), dan CITES (Convention on International Trade of Endangered Species of Wild Fauna and Flora).

Berdasarkan Gambar 14 di atas dapat diketahui bahwa jumlah jenis burung terbanyak terdapat di petak 6 dan 11, yaitu sebanyak 13 jenis yang melebihi setengah jumlah jenis burung total yang ditemukan pada seluruh pohon sampel. Berbanding terbalik dengan petak 3 dan 10 yang hanya bisa ditemukan satu jenis burung saja selama penelitian berlangsung. Bahkan pada petak 21 sama sekali tidak ditemukan burung yang hinggap di pohon contoh pada petak tersebut. Sedangkan pada petak pengamatan yang lain rata-rata ditemukan sekitar 8 jenis burung. Daftar jenis burung yang ditemukan pada masing-masing petak pengamatan dapat dilihat pada Tabel 3. Data jenis-jenis burung yang mendatangi masing-masing pohon sampel disajikan pada Lampiran 3.

Gambar 14 Jumlah jenis burung pada petak pengamatan 0 2 4 6 8 10 12 14 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Jum la h j eni s b ur un g Petak pengamatan

(32)

17

Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa dari 24 petak pengamatan Tabel 3 Daftar jenis burung pada petak pengamatan

Petak Jenis burung Jumlah

1 1 2 5 6 7 9 10 11 15 9 2 1 2 4 5 6 7 9 10 11 13 14 11 3 3 1 4 1 4 5 6 16 17 6 5 1 3 4 7 8 9 12 18 8 6 1 2 4 5 6 7 8 9 11 12 13 17 19 13 7 1 20 2 8 1 3 4 5 7 8 9 12 21 23 10 9 1 3 4 7 8 12 21 7 10 2 1 11 1 2 3 4 5 6 7 9 10 11 12 18 20 13 12 1 2 3 4 6 7 8 9 12 9 13 1 3 5 8 9 16 23 7 14 1 4 5 12 21 5 15 1 2 2 16 1 3 5 6 7 8 9 12 15 18 19 23 12 17 1 6 7 23 25 5 18 1 2 3 4 5 6 7 12 18 20 21 11 19 1 2 3 4 5 9 12 19 21 22 10 20 1 2 3 5 6 8 12 18 19 21 22 11 21 0 22 1 2 3 4 6 7 8 10 12 18 24 11 23 1 3 5 18 19 5 24 1 4 9 10 12 22 6

Keterangan : 1. Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), 2. Bondol peking (Lonchura punctulata), 3. Bondol jawa (Lonchura leucogastroides), 4. Burung madu sriganti (Cinnyris

jugularis), 5. Cipoh kacat (Aegithina tiphia), 6. Cinenen pisang (Orthotomus sutorius), 7. Cinenen jawa (Orthotomus sepium), 8. Gereja erasia (Passer montanus),

9. Tekukur biasa (Streptopelia chinensis), 10. Punai gading (Treron vernans), 11. Betet biasa (Psittacula alexandri), 12. Cabai jawa (Dicaeum trochileum), 13. Gemak loreng (Turnix suscitator), 14. Burung madu kelapa (Anthreptes malacensis), 15. Cekakak sungai (Halcyon chloris), 16. Pelanduk semak (Malacocincla sepiarium), 17. Wiwik kelabu (Cacomantis merulinus), 18. Kacamata biasa (Zosterops

palpebrosus), 19. Remetuk laut (Gerygone sulphurea), 20. Kepudang kuduk hitam

(Oriolus chinensis), 21. Sepah kecil (Pericrocotus cinnamomeus), 22. Bentet kelabu (Lanius schach), 23. Caladi tilik (Dendrocopos moluccensis), 24. Kowak malam abu (Nycticorax nycticorax), 25. Wiwik uncuing (Cacomantis sepulclaris)

(33)

18

dan 25 jenis burung yang telah ditemukan selama pengamatan, terdapat beberapa jenis burung yang tersebar secara luas. Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster)

Tabel 4 Data jenis burung yang ditemukan di pohon sampel

No Jenis burung Nama ilmiah Pakan

Frekuensi perjumpaan (petak)

Status perlindungan

1 Cucak kutilang Pycnonotus

aurigaster

Buah,

serangga 21 -

2 Bondol peking Lonchura

punctulata Biji 11 -

3 Bondol jawa Lonchura

leucogastroides Biji 13 -

4 Burung madu

sriganti Cinnyris jugularis Nektar 13 A, B

5 Cipoh kacat Aegithina tiphia Buah,

serangga 13 -

6 Cinenen pisang Orthotomus

sutorius Serangga 10 -

7 Cinenen jawa Orthotomus sepium Serangga 12 -

8 Gereja erasia Passer montanus Biji 9 -

9 Tekukur biasa Streptopelia

chinensis Biji 11 -

10 Punai gading Treron vernans Buah 5 -

11 Betet biasa Psittacula

alexandri

Buah, biji,

nektar 4 NT, II

12 Cabai jawa Dicaeum

trochileum

Buah,

serangga 13 -

13 Gemak loreng Turnix suscitator Biji 2 -

14 Burung madu

kelapa

Anthreptes

malacensis Nektar 1 A, B

15 Cekakak sungai Halcyon chloris Ikan 2 A, B

16 Pelanduk semak Malacocincla

sepiarium Serangga 2 -

17 Wiwik kelabu Cacomantis

merulinus Serangga 2 -

18 Kacamata biasa Zosterops

palpebrosus

Buah, serangga, nektar

7 -

19 Remetuk laut Gerygone

sulphurea Serangga 4 -

20 Kepudang kuduk

hitam Oriolus chinensis

Buah,

serangga 3 -

21 Sepah kecil Pericrocotus

cinnamomeus Serangga 6 -

22 Bentet kelabu Lanius schach Serangga 3 -

23 Caladi tilik Dendrocopos

moluccensis Serangga 4 -

24 Kowak malam

abu

Nycticorax

nycticorax Ikan 1 -

25 Wiwik uncuing Cacomantis

sepulclaris Serangga 1 -

Keterangan

NT : termasuk dalam status Near Threatened menurut IUCN

II : termasuk dalam daftar CITES Lampiran II

A : termasuk dalam satwa yang dilindungi menurut UU no. 5 Tahun 1990

(34)

19 adalah jenis burung yang paling luas penyebarannya, dimana jenis ini bisa ditemukan pada 21 dari 24 petak pengamatan. Tetapi ada juga jenis-jenis yang hanya bisa ditemukan di satu petak pengamatan, yaitu wiwik uncuing (Cacomantis sepulclaris) dan kowak malam abu (Nycticorax nycticorax). Sebenarnya jenis-jenis ini bukanlah jenis burung yang sangat susah ditemukan, tetapi ketika penelitian berlangsung kedua jenis ini hanya ditemukan di satu pohon pada petak tersebut. Pada Tabel 4 dicantumkan jenis-burung yang ditemukan beserta jenis pakan, frekuensi perjumpaan dan status perlindungannya. Dokumentasi burung yang berada di pohon sampel disajikan di Lampiran 4.

Berdasarkan daftar burung yang ditemukan berada di pohon sampel terdapat beberapa jenis burung yang dilindungi oleh perundang-undangan di Indonesia maupun oleh IUCN dan CITES. Betet biasa (Psittacula alexandri) adalah jenis burung yang dikategorikan Near Threatened (mendekati terancam) dan masuk dalam daftar CITES Lampiran II, yang berarti jenis ini merupakan jenis yang statusnya belum terancam tetapi akan terancam punah apabila dieksploitasi berlebihan. Burung madu sriganti (Cinnyris jugularis), burung madu kelapa (Anthreptes malacensis), dan cekakak sungai (Halcyon chloris) adalah jenis-jenis burung yang dilindungi menurut perundang-undangan di Indonesia, yaitu UU no. 5 Tahun 1990 dan PP no. 7 Tahun 1999.

Kekayaan jenis burung untuk seluruh pohon sampel yang dihitung menggunakan indeks kekayaan jenis Jacknife adalah 27,9 + 3,3, sedangkan jumlah jenis burung yang ditemukan di seluruh pohon sampel adalah 25. Nilai kekayaan jenis dari Jacknife ini menunjukkan prediksi jumlah jenis burung yang

(35)

20

bisa ditemukan pada pohon sampel yang diambil, dan tidak mewakili seluruh kawasan kampus IPB Dramaga. Berdasarkan hasil perhitungannya maka selang nilai yang terbentuk adalah 24,6 sampai 31,2 atau 25 sampai 31 jenis, sehingga jumlah jenis yang didapatkan dalam penelitian masih masuk dalam selang nilai tersebut. Pada Gambar 15 disajikan peta penyebaran jumlah jenis burung pada petak pengamatan.

Setiap jenis burung mempunyai frekuensi perjumpaan yang berbeda-beda pada petak pengamatan selama penelitian berlangsung. Beberapa jenis seperti, cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), bondol jawa (Lonchura leucogastroides), burung madu sriganti (Cinnyris jugularis), cipoh kacat (Aegithina tiphia), dan cabai jawa (Dicaeum trochileum) adalah jenis-jenis burung yang mempunyai frekuensi perjumpaan paling tinggi. Sedangkan beberapa jenis lain seperti kowak malam abu (Nycticorax nycticorax) dan wiwik uncuing (Cacomantis sepulclaris) merupakan jenis burung dengan frekuensi perjumpaan yang paling rendah. Pada Gambar 16 disajikan peta penyebaran 5 jenis burung dengan frekuensi perjumpaan paling tinggi.

Hasil overlay kelima peta menunjukkan bahwa pada petak 8, 9, 11, 18, dan 19 dapat ditemukan kelima jenis burung dengan frekuensi perjumpaan paling tinggi ini dalam petak pengamatan yang sama.

Gambar 16 Peta penyebaran 5 jenis burung dengan frekuensi perjumpaan paling tinggi

Pycnonotus aurigaster Lonchura leucogastroides

(36)

21

Tabel 5 Daftar jenis burung yang ditemukan di luar pohon sampel

No Jenis burung Nama ilmiah Status perlindungan

1 Layang-layang batu Hirundo tahitica -

2 Walet linci Collocalia linchi -

3 Delimukan zamrud Chalcophaps indica -

4 Serak jawa Tyto alba II

5 Merbah cerukcuk Pycnonotus goiavier -

6 Kapasan kemiri Lalage nigra -

7 Srigunting hitam Dicrurus macrocercus -

8 Kapinis rumah Apus nipalensis -

9 Layang-layang loreng Hirundo striolata - 10 Elang ular bido Spilornis cheela II, A, B 11 Kareo padi Amaurornis phoenicurus - 12 Raja udang meninting Alcedo meninting A, B 13 Gagak kampung Corvus macrorhynchos -

14 Celepuk reban Otus lempiji II

15 Wiwik lurik Cacomantis sonneratii - 16 Perenjak Jawa Prinia familiaris - 17 Kekep babi Artamus leucorhyncus - 18 Bubut alang-alang Centropus bengalensis - 19 Kakaktua jambul

kuning Cacatua sulphurea CR, I, B

20 Cekakak jawa Halcyon cyanoventris A, B 21 Pijantung kecil Arachnothera longirostra A, B Keterangan

CR : termasuk dalam status Critically endangered menurut IUCN I : termasuk dalam daftar CITES Lampiran I

II : termasuk dalam daftar CITES Lampiran II

A : termasuk dalam satwa yang dilindungi menurut UU no. 5 Tahun 1990 B : termasuk dalam satwa yang dilindungi menurut PP no. 7 Tahun 1999 Gambar 16 (lanjutan) Peta penyebaran 5 jenis burung dengan frekuensi perjumpaan

paling tinggi

(37)

22

Selain burung yang memanfaatkan pohon sampel secara langsung ditemukan juga beberapa jenis burung lain di luar pohon sampel tetapi masih di dalam kawasan kampus IPB Dramaga. Burung-burung ini ditemukan sedang terbang, hinggap di pohon lain, atau ditemukan di luar waktu pengamatan. Jenis-jenis ini juga dikumpulkan untuk mengetahui keanekaragaman burung yang ada di kawasan kampus IPB Dramaga. Daftar jenis burung yang ditemukan di luar pohon sampel tercantum pada Tabel 5.

Beberapa jenis burung yang ditemukan di luar pohon sampel juga dilindungi oleh perundang-undangan maupun masuk dalam daftar CITES. Serak jawa (Tyto alba), elang ular bido (Spilornis cheela), dan celepuk reban (Otus

lempiji) adalah jenis yang masuk dalam daftar CITES Lampiran II karena

merupakan jenis raptor (burung pemangsa) yang memegang peranan penting sebagai penyeimbang populasi mangsanya dalam suatu ekosistem. Selain itu elang ular bido, raja udang meninting (Alcedo meninting), cekakak jawa (Halcyon

cyanoventris), dan pijantung kecil (Arachnothera longirostra) juga dilindungi

menurut UU no. 5 Tahun 1990 dan PP no. 7 Tahun 1999. Sedangkan Kakaktua jambul kuning (Cacatua sulphurea) yang masuk status Critically endangered (sangat terancam punah) dalam daftar merah IUCN dan daftar CITES Lampiran I (jenis yang terancam punah dan berdampak apabila diperdagangkan. Perdagangan hanya diijinkan hanya dalam kondisi tertentu misalnya untuk riset ilmiah) kemungkinan besar merupakan burung peliharaan yang terlepas. Dokumentasi jenis burung yang ditemukan di luar pohon sampel disajikan pada Lampiran 5. Apabila dijumlahkan dengan burung yang ditemukan di luar pohon sampel, maka burung yang ditemukan selama penelitian berlangsung adalah 46 jenis. Tetapi angka ini tidak bisa mewakili jumlah jenis burung yang ada di kawasan kampus IPB Dramaga, karena penelitian hanya dilakukan di beberapa titik yang acak. Apabila ingin mengetahui seluruh jenis burung yang ada di kampus, maka harus dilakukan pengamatan yang menyeluruh di kawasan kampus IPB Dramaga.

Penggunaan pohon oleh burung

Gambar 17 Jumlah jenis burung berdasarkan bentuk tajuk 0 5 10 15 20 25 30 Jum lah j eni s b ur un g Bentuk tajuk

(38)

23 Pada dua subbab sebelumnya telah disampaikan mengenai keragaman arsitektur pohon dan jenis burung yang ada di seluruh petak pengamatan, maka pada subbab ini akan dibahas hubungan keduanya. Berikut pada Gambar 17 disajikan data jumlah burung yang ada di setiap bentuk tajuk untuk membandingkan data masing-masing bentuk tajuk. Dalam Gambar 17 di atas dapat dilihat bahwa jumlah jenis burung terbanyak berada di pohon dengan bentuk tajuk rounded, yaitu sebanyak 24 jenis. Sedangkan jenis paling sedikit ditemukan pada pohon dengan bentuk tajuk weeping, yaitu sebanyak 4 jenis. Tetapi apabila dilihat berdasarkan tingkat penggunaan rata-rata pada masing-masing bentuk tajuk, maka bentuk tajuk picturesque dan weeping adalah bentuk tajuk yang digunakan paling tinggi oleh burung, yaitu sebesar 7,407%. Sedangkan bentuk tajuk rouded yang memiliki jumlah jenis burung tebanyak justru memiliki tingkat penggunaan oleh burung yang paling rendah, yaitu sebesar 2,116%. Tingkat penggunaan rata-rata pohon oleh burung berdasarkan bentuk tajuk dapat dilihat pada Gambar 18.

Berdasarkan hasil pengamatan, tidak ada perbedaan perilaku yang mencolok pada seluruh bentuk tajuk pohon yang diamati. Pada seluruh pohon sampel yang diambil mayoritas dimanfaatkan oleh burung pada bagian tajuk tengah sampai atas dengan aktivitas hanya sekedar hinggap. Meskipun begitu ditemukan juga beberapa burung yang memanfaatkan bagian pohon yang lain dengan aktivitas yang lebih beragam. Pada Lampiran 6 disajikan daftar penggunaan pohon oleh burung selain bagian tajuk tengah dan atas, dan juga aktivitas lain yang ditunjukkan oleh burung selain hanya sekedar hinggap.

Gambar 18 Tingkat penggunaan rata-rata pohon oleh burung berdasarkan bentuk tajuk 0 1 2 3 4 5 6 7 8 T in gka t pe n ggun aa n po h o m ( % ) Bentuk tajuk

(39)

24

Berdasarkan Gambar 19 di atas dapat dilihat bahwa bentuk percabangan pohon yang memiliki jumlah jenis burung paling banyak adalah bentuk vertical, yaitu sebanyak 22 jenis. Sedangkan yang paling sedikit jumlah jenis burungnya adalah bentuk percabangan horizontal, yaitu sebanyak 14 jenis burung. Tipe percabangan pendulous tidak memiliki pohon sampel yang diambil, sehingga jumlah jenis burungnya kosong. Tetapi berdasarkan tingkat penggunaan rata-rata pohon oleh burung maka yang tertinggi adalah tipe tortuous dan weeping, yaitu sebesar 3,704%. Sedangkan yang paling kecil adalah tipe horizontal, yaitu sebesar 1,920%. Dalam Gambar 20 ditampilkan tingkat penggunaan rata-rata pohon oleh burung berdasarkan bentuk percabangannya.

Gambar 19 Jumlah jenis burung berdasarkan bentuk percabangan 0 5 10 15 20 25

Horizontal Tortous Vertical Weeping Pendulous

Jum la h j eni s b ur un g Bentuk percabangan

Gambar 20 Tingkat penggunaan rata-rata pohon oleh burung berdasarkan bentuk percabangan 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4

Horizontal Tortous Vertical Weeping Pendulous

T in gka t pe n ggun aa n po h o n ( % ) Bentuk percabangan

(40)

25 Aktivitas burung pada semua jenis percabangan umumnya hampir sama, yaitu sekedar hinggap. Tapi terdapat aktivitas tertentu yang hanya bisa ditemukan di jenis percabangan tertentu, yaitu perilaku bersarang. Betet biasa (Psittacula

alexandri) bersarang di pohon sengon yang memiliki percabangan vertical,

sedangkan bondol jawa dan bondol peking lebih memilih pohon kenari dan akasia yang memiliki percabangan weeping, serta beringin yang memiliki percabangan

vertical.

Dalam Gambar 21 di atas dapat dilihat hubungan antara ukuran daun pohon sampel dengan jumlah jenis burung yang medatanginya. Pohon berkayu dengan ukuran daun kecil memiliki lebih banyak jenis burung, yaitu sebanyak 21 jenis. Sedangkan yang paling sedikit adalah pohon dengan ukuran daun besar, yaitu sebanyak 12 jenis. Gambar 22 di bawah menggambarkan tingkat penggunaan pohon dengan berbagai ukuran daun oleh burung yang mendatanginya. Berdasarkan data ini dapat diketahui bahwa tingkat penggunaan untuk pohon yang paling besar berada pada pohon berdaun kecil yaitu sebesar 2,357%, sedangkan

Gambar 21 Jumlah jenis burung pada pohon berdasarkan ukuran daun 0 5 10 15 20 25

Besar Sedang Kecil

Jum la h j en is bur un g

Ukuran daun pohon

Gambar 22 Tingkat penggunaan rata-rata pohon berdasarkan ukuran daun 0 0,5 1 1,5 2 2,5

Besar Sedang Kecil

T in g k a t pe n g g u n a a n po h o n ( % )

(41)

26

yang paling kecil adalah pohon berdaun sedang, yaitu sebesar 1,599%. Pohon berdaun besar meskipun memiliki jumlah jenis burung paling sedikit, tetapi memiliki tingkat penggunaan yang cukup besar, yaitu 2,02%.

Apabila melihat perilaku burung dibedakan berdasarkan ukuran daun pohon, maka aktivitas yang paling banyak dilakukan burung pada semua ukuran daun adalah hinggap. Tetapi terdapat sedikit perbedaan perilaku pada pohon yang berukuran daun kecil dan sedang dengan yang berdaun besar. Burung cenderung bersarang dan bermain pada pohon yang memiliki ukuran daun kecil sampai sedang, sedangkan pada pohon yang berdaun besar perilaku mereka hanya hinggap.

Gambar 23 di atas menunjukkan hubungan antara keberadaan bunga pada pohon dengan jumlah jenis burung yang hinggap. Dalam gambar tersebut dapat dilihat bahwa pohon yang tidak berbunga memiliki jumlah jenis burung yang paling banyak, yaitu 23 jenis. Sedangkan pohon yang sedang berbunga dihinggapi

Gambar 23 Jumlah jenis burung berdasarkan keberadaan bunga pada pohon 0 5 10 15 20 25 Ada Tidak Jum la h j en is bur un g

Keberadaan bunga pada pohon

Gambar 24 Tingkat penggunaan rata-rata pohon berdasarkan keberadaan bunga pada pohon

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 Ada Tidak T in g k a t pe n g g u n a a n po h o n ( % )

(42)

27 oleh 16 jenis burung. Pada Gambar 24 ditunjukkan presentase tingkat penggunaan pohon oleh burung berdasarkan keberadaan bunga pada pohon tersebut. Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa pohon yang sedang berbunga rata-rata digunakan lebih besar yaitu 3,119%, sedangkan pohon yang tidak berbunga rata-rata digunakan sebesar 1,065%.

Semua aktivitas mencari nektar hanya bisa dilakukan di pohon yang sedang berbunga, sedangkan pada pohon yang tidak berbunga tidak dijumpai aktivitas makan nektar dari burung. Beberapa jenis burung yang memakan nektar bunga antara lain adalah burung madu sriganti, kacamata biasa, cipoh kacat yang memakan nektar bunga pohon tanjung, cucak kutilang yang memakan nektar bunga pohon saputangan, serta burung madu sriganti yang memakan nektar bunga pohon flamboyan dan balsa (Lagopus ochroma).

Gambar 25 menunjukkan perbandingan jumlah jenis burung pada pohon ditinjau dari keberadaan buah pada pohon tersebut. Pada pohon keberadaan buah tidak terlalu mempengaruhi, bisa dilihat bahwa jumlah jenis burung terbanyak

Gambar 26 Tingkat penggunaan rata-rata pohon berdasarkan keberadaan buah pada pohon

0 0,5 1 1,5 2 2,5 Ada Tidak T in g k a t pe n g g u n a a n po h o n ( % )

Keberadaan buah pada pohon

Gambar 25 Jumlah jenis burung berdasarkan keberadaan buah pada pohon 0 5 10 15 20 25 30 Ada Tidak Jum la h j en is bur un g

(43)

28

terdapat di pohon yang tidak berbuah, yaitu sebanyak 24 jenis. Sedangkan pada pohon yang dalam kondisi tidak berbuah terdapat jenis burung yang lebih sedikit, yaitu sebanyak 16 jenis. Walaupun demikian, kondisinya akan berbeda apabila dilihat dari tingkat penggunaan rata-rata pohon tersebut oleh burung. Pohon yang sedang berbuah dimanfaatkan burung lebih besar, yaitu sebesar 1,912%, sedangkan yang tidak berbuah rata-rata digunakan sebesar 1,307%. Gambar 26 menunjukkan tingkat penggunaan pohon oleh burung berdasarkan keberadaan buahnya.

Meskipun cukup banyak pohon sampel yang sedang berbuah, yaitu 31 pohon tetapi tidak semua pohon dijumpai burung yang sedang memakan buahnya. Jenis-jenis burung yang memakan buah antara lain cucak kutilang, cipoh kacat, kepudang kuduk hitam, betet biasa, kacamata biasa, cabai jawa (Dicaeum

trochileum) dan punai gading (Treron vernans) yang memakan buah pohon

beringin, cabai jawa memakan buah pohon kersen (Muntingia calabura), serta cucak kutilang dan cabai jawa yang memakan buah pohon buni (Antidesma

bunius).

Berikut pada Tabel 6 disajikan perbandingan jumlah pohon, jumlah jenis burung, dan rata-rata tingkat penggunaan pohon oleh burung berdasarkan setiap parameter pohon. Lampiran 7 menampilkan dokumentasi penggunaan pohon oleh burung.

Tabel 6 Data penggunaan pohon oleh burung

Parameter pohon Jumlah

pohon Jumlah jenis burung Tingkat penggunaan (%) Bentuk tajuk Columnar 13 10 2,849 Fastigiate 20 14 2,592 Picturesque 5 10 7,407 Pyramidal 6 5 3,086 Rounded 42 24 2,116 Spreading 11 12 4,04 Weeping 2 4 7,407 Bentuk percabangan Horizontal 27 14 1,921 Tortuous 18 18 3,704 Vertical 38 22 2,144 Weeping 15 15 3,704 Pendulous 0 0 0 Ukuran daun Besar 22 12 2,02 Sedang 44 19 1,599 Kecil 33 21 2,357

Keberadaan bunga Ada 19 16 3,119

Tidak 80 23 1,065

Keberadaan buah Ada 31 16 1,912

(44)

29

Hubungan arsitektur pohon dan kehadiran burung

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel arsitektur pohon dan faktor lain pada pohon yang mempengaruhi kehadiran burung pada pohon. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda dapat dilihat bahwa hubungan antara variabel terikat (jumlah jenis burung) dengan variabel bebas (bentuk percabangan dan keberadaan bunga) yang kuat karena memiliki nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,730 atau 73 %. Selain itu nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,533, yang artinya 53,3 % variasi yang terjadi terhadap kenaikan atau penurunan jumlah jenis burung dipengaruhi oleh variabel bentuk percabangan dan keberadaan bunga.

Hasil uji F menunjukkan bahwa model pendugaan yang diajukan dapat diterima karena probabilitasnya kurang dari 0,15. Kemudian dari uji t yang telah dilakukan diketahui bahwa variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap kehadiran burung adalah bentuk percabangan dan keberadaan bunga karena nilai probabilitasnya kurang dari 0,15. Sedangkan variabel bentuk tajuk, ukuran daun, dan keberadaan buah memiliki nilai probabilitas lebih dari 0,15 sehingga hasil hipotesanya adalah terima H0 yang artinya variabel tersebut tidak berpengaruh

nyata terhadap kehadiran burung. Hasil perhitungan analisis regresi linier berganda untuk pohon dicantumkan pada Lampiran 6. Dengan demikian maka model pendugaannya adalah sebagai berikut:

Y = 0,566 + 2,777 X1 + 2,543 X2

Keterangan :

Y = Jumlah jenis burung di pohon X1 = Variabel bentuk percabangan

X2 = Variabel keberadaan bunga

Pembahasan

Meskipun banyak pohon dengan berbagai jenis berbeda yang ditanam di kawasan kampus IPB Dramaga, tetapi tidak semuanya memiliki tajuk yang terbentuk dengan sempurna. Hal ini karena sistem penanaman pohon yang kurang sesuai prosedur jarak tanam yang baik, sehingga masing-masing tajuk pohon saling bersaing untuk mendapatkan cahaya matahari sebanyak mungkin. Selain itu pada daerah utara merupakan kawasan yang ditujukan sebagai kawasan kebun percobaan sehingga tidak ada pohon yang ditanam, kecuali di pinggir jalan. Beberapa area kampus juga masih berupa kebun karet yang homogen dan hutan yang memiliki tajuk rapat sehingga tidak bisa diambil sebagai pohon sampel. Kebanyakan pohon yang diambil sebagai sampel adalah pohon-pohon yang berada di pinggir jalan atau di sekitar area terbangun yang ditanam agak jauh dari pohon-pohon lain. Pohon-pohon yang berada di dalam kawasan perkebunan tidak bisa diambil sebagai pohon sampel karena pohon-pohon tersebut ditanam dengan jarak tanam tertentu untuk mengefisiensi lahan.

Petak 12 merupakan petak pengamatan yang berisi paling banyak pohon sampel, yaitu sebanyak 15 pohon. Hal ini karena petak 12 terletak di sekitar masjid Alhurriyah yang kebanyakan pohonnya ditanam agak berjauhan karena berada di sekitar lapangan tenis, basket, voli, dan baseball, serta jalan-jalan yang

Gambar

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian
Gambar 2  Peta kampus IPB Dramaga dengan pembagian petak pengamatan  berukuran 300m x 300m dan titik pohon sampel ()
Tabel 1  Bentuk dan jenis data
Gambar 3  Kerangka alir penelitian Inventarisasi
+7

Referensi

Dokumen terkait