• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

27

Pada sub bab ini akan dibahas mengenai tindakan penelitian yang dilakukan di SD Negeri Dukuh 03 Salatiga yang terdiri dari dua siklus yaitu siklus I dan siklus II dimana untuk setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Setiap siklus dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah yang terdiri dari perencanaan, implementasi dan Observasi, dan refleksi.

4.1.1 Kondisi Sebelum Tindakan

Kondisi awal merupakan keadaan siswa sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas V SDN Dukuh 03 Salatiga tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 22 siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, terlihat bahwa hasil belajar masih rendah. Hal ini bisa terlihat dari nilai sekunder hasil evaluasi peserta didik pada mata pelajaran IPA yang telah dilakukan dimana sebagian besar peserta didik memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥ 70.

Dengan demikian diperoleh data hasil pembelajaran siswa sebelum dilakukan tindakan penelitian, dapat di lihat dari tabel 4.1 berikut ini :

(2)

Tabel 4.1

Distribusi Ketuntasan belajar

Siswa kelas V Semester II SDN Dukuh 03 Salatiga Sebelum Tindakan

No Ketuntasan (KKM=70) Jumlah Persentase

1 Tuntas ( ≥ KKM 70) 6 27,27

2 Belum tuntas ( < KKM 70) 16 72,72

Rata-rata 50,07

Skor maksimal 80

Skor minimum 30

Berdasarkan tabel 4. tampak perbandingannya siswa yang mencapai ketuntasan belajar (KKM = 70) adalah sebanyak 6 siswa (27,27 %) sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 18 siswa (72,72 %) siswa. Dengan nilai tertinggi adalah 80 sedangkan nilai terendah adalah 30.

Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 4.1 dapat dibuat diagram seperti pada gambar 4.1

Gambar 4.1

Diagram Lingkaran Distribusi Ketuntasan Belajar

Siswa Kelas V Semester II SDN Dukuh 03 SalatigaSebelum Tindakan

sebelum tindakan

tuntas belum tuntas

27,27%

(3)

Setelah ditelusuri lebih lanjut ternyata 16 siswa yang belum tuntas itu memiliki kekurangan tidak bisa menangkap materi pembelajaran yang disampaikan guru dengan metode ceramah, penggunaan metode ceramah mengakibatkan siswa mengantuk, tidak antusias dalam menjawab pertanyaan guru dan itu semua berbeda dengan 6 orang yang bisa menangkap materi pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah. Guru tidak menggunakan model pembelajaran yang menarik. Model pembelajaran juga sangat mempengaruhi proses pembelajaran berlangsung. Pembelajaran yang tidak menggunakan model pembelajaran biasanya membuat siswa bosan dalam hasil belajar siswa rendah, berbeda dengan yang menggunakan model dalam pembelajaran, siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran.

Hasil ketuntasan belajar siswa SDN Dukuh 03 Salatiga sebelum dilakukan tindakan dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = 70) sebanyak 16 siswa atau 72,72 % sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 6 siswa dengan persentase 27,27%.

Diperoleh data hasil belajar siswa yang masih rendah dari siswa kelas V di SDN Dukuh 03 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015, penulis akan melakukan sebuah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sesuai dengan rancangan penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Dalam penelitian di SDN Dukuh 03 Salatiga, penulis akan menggunakan pembelajaran menggunakan model Talking Stick guna meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Dukuh 03 Salatiga, yang akan dilaksanakan dua siklus. Dengan menggunakan model jigsaw dalam setiap pembelajaran.

4.1.2 Pelaksanaan Siklus I 4.1.2.1 Perencanaan

Penelitian siklus I akan dilaksanakan pada hari selasa, rabu tanggal 17,18 Maret 2015 pada siswa kelas 5 mata pelajaran IPA. Sebelum melaksanakan

(4)

penelitian pada siklus I hal yang paling mendasar dilakukan yaitu menanyakan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan digunakan dalam penelitian bersama dengan guru kelas V. Standar kompetensi yang diberikan yaitu 7.4 mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya

Setelah itu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (lihat lampiran) yang memuat dua kali pertemuan dengan model pembelajaran talking stick sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator. Kemudian RPP tersebut didiskusikan bersama dengan guru kelas V. Selanjutnya menyiapkan alat peraga yang akan digunakan pada saat penelitian. Adapun alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran pada siklus I yaitukartu materiyang akan digunakan untuk diskusi masing-masing kelompok . Adapun langkah-langkah pembelajaran menggunakan model jigsaw sebagai berikut :

- Guru membagi topik yang besar menjadi beberapa subtopic

- Siswa dibagi ke dalam kelompok belajar kooperatif (kelompok awal) yang terdiri dari 4-6 orang siswa dan setiap anggotanya bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya.

- Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggung jawab terhadap subtopik yang sama kemudian berpindah ke “kelompok jigsaw” dimana anggotanya berasal dari kelompok lain yang telah menguasai bagian tugas yang berbeda.

- Di dalam kelompok jigsaw ini, para siswa bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: Belajar dan menjadi ahli

dalam subtopik bagiannya, Merencanakan bagaimanana mengajarkan

subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula.

- Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing (kelompok awal) sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi/pengetahuan yang baru mereka pelajari dalam kelompok

(5)

- Ahli di dalam subtopik lainnya juga berbuat sama sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru.

4.1.2.2 Pelaksanaan dan Observasi Tindakan

Tahap pelaksanaan dan observasi siklus I dilakukan pada tiap pertemuan. Setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan yang dilaksanakan pada tanggal 17 maret dan 18 maret. Materi pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya. Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah penulis buat pada tahap perencanaan dan sudah dikonsultasikan oleh guru pengampu kelas V di SD Negeri Dukuh 03 Salatiga. Setiap pertemuan dilaksanakan dengan kegiatan awal, kemudian kegiatan inti yang didalamnya terdapat eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, serta kegiatan penutup yang berisi tentang kesimpulan dalam pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dalam satu pertemuan terkandung kegiatan kelompok dengan menggunakan pembelajaran dengan model jigsaw dan pada pertemuan kedua dilakukan evalusi belajar terhadap siswa kelas V SD Negeri Dukuh 03 Salatiga. Hasil evaluasi tersebut digunakan sebagai dasar analisa untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar siswa selama proses pembelajaran.

Observasi guru dan siswa dilakukan dalam setiap pertemuan pada siklus I. hasil observasi ini digunakan untuk mengetahui data dari kegiatan guru dan kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan pengamatan kepada guru pada pertemuan pertama sampai pertemuan kedua, guru sudah melakukan pembelajaran menggunakan model jigsaw dengan baik. Pembelajaran dilaksanakan sebaik mungkin dengan untuk lebih meningkatkan antusias siswa dalam belajar, serta menggunakan media pembelajaran yang baik untuk menunjang proses pembelajaran.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis pada pertemuan pertama dapat diketahui bahwa siswa masih belum maksimal dalam

(6)

melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran menggunakan stick. Banyak siswa yang masih malas karena mereka malas mencatat point-point penting dari materi yang disajikan oleh masing-masing ketua kelompok. Namun dalam pertemuan-pertemuan selanjutnya siswa sudah mulai ada perkembangan, yaitu siswa sudah merasa senang dan lancar saat proses pembelajaran Jigsaw berlangsung.Hasil observasi kegiatan guru dan siswa pada siklus I digunakan penulis untuk dasar perbaikan pada siklus II. Melalui hasil observasi pada siklus I, dapat diketahui kekurangan dalam proses pembelajaran dan untuk lebih baik dalam merancang pembelajaran agar siswa lebih terlibat secara aktif dalam pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.

1.1.2.2 Refleksi

Tahap refleksi pada proses perbaikan hasil belajar pada siklus I ditemukan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Siswa masih malu-malu dan terkesan tidak mau mendapatkan tongkat stick nya untuk mendapat pertanyaan dari guru.

2. Siswa kurang aktif dalam proses permainan berlangsung 3. Siswa cenderung melemparkan pertanyaan kepada temannya.

Dari beberapa permasalahan diatas dapat dilihat bahwa siswa kelas V SD Negeri Dukuh 03 Salatiga pada siklus I masih memiliki kemampuan dan pemahaman yang rendah dalam proses pembelajaran. Hal tersebut mempengaruhi hasil belajar siswa pada siklus I yang masih rendah. Terbukti dengan hasil belajar siswa pada siklus I beberapa siswa yang masih di bawah KKM 70. Berdasarkan hasil rekapitulasi evaluasi hasil belajar siswa diketahui sebanyak 6 siswa dari 28 siswa memperoleh nilai di bawah KKM 70 dan dinyatakan tidak tuntas. Sedangkan 16 siswa sudah mencapai KKM 70 dan dinyatakan tuntas, namun begitu masih ada beberapa siswa yang nilainya kurang dari KKM yaitu 70. Berdasarkan tahap refleksi ini, dapat digunakan dasar perbaikan dalam pelaksanaan siklus selanjutnya yaitu siklus II sehingga hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Dukuh 03 Salatiga menjadi lebih baik lagi.

(7)

4.1.2.4. Hasil Belajar Peserta Didik

Hasil belajar peserta didik diperoleh dari hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Dukuh 03 Salatiga pada siklus I setelah siswa melakukan kegiatan pembelajaran. Melalui data dari hasil belajar siklus I ini, dapat diketahui tingkat pemahaman dan seberapa besar keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Materi pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I ini adalah materi tentang mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya berdasarkan KKM 70 sesuai dengan KKM di SD Negeri Dukuh 03 Salatiga. Hasil belajar yang telah dianalisa oleh penulis menunjukan bahwa hasil belajar IPA siswa kelas V masih kurang memuaskan karena masih terdapat beberapa siswa yang nilainya di bawah KKM 70.

Berikut hasil belajar IPA siswa kelas V yang disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.2

Distribusi Ketuntasan Belajar

Siswa kelas V Semester II SDN Dukuh 03 Salatiga Siklus I

No. Nilai Ketuntasan Jumlah siswa Persentase (%)

1. < 70 Belum Tuntas 6 27,27

2. ≥ 70 Tuntas 16 72,72

Jumlah 22 100

Rata - rata 75,23

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat dengan jelas bahwa hasil belajar siklus I dari subjek penelitian sebanyak 22 siswa, terdapat 72,72 % atau 16 siswa yang sudah dinyatakan tuntas dan 27,27 % atau 6 siswa yang belum tuntas. Siswa yang belum tuntas tersebut memperoleh hasil evaluasi < 70 yang artinya bahwa siswa tersebut memperoleh hasil yang masih dibawah KKM yang telah ditentukan yaitu 70. Dan untuk siswa yang dinyatakan tuntas memperoleh hasil evaluasi ≥ 70 yang artinya bahwa siswa tersebut memperoleh hasil diatas KKM 70 yang telah ditentukan. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa yaitu 100 dan nilai terendah yaitu 50. hasil belajar siklus I dapat dilohat pada diagram lingkar dibawah ini

(8)

Hasil belajar siswa kelas V Mata Pelajaran IPA SD Negeri Dukuh 03 Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2014-2015 dengan materi pembelajaran mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya dibandingkan dengan hasil belajar IPA siswa kelas V pada kondisi awal mengalami peningkatan hasil belajar. Terbukti dengan hasil belajar siswa pada kondisi awal yang di bawah KKM 70 ada 16 siswa, sedangkan hasil belajar siswa pada siklus I sudah berkurang dan hanya ada 6 orang. Pada siklus I ini, siswa yang sudah melampui KKM sebanyak 20 orang dengan presentase 71,43% , sedangkan yang belum mencapai KKM sebanyak 6 orang dengan presentase 28,57% pada siklus I ini 6 siswa yang masih belum mencapai KKM karena siswa tersebut kurang begitu memperhatikan karena tempat duduk mereka berada dibelakang sehingga saat belajar mengajar berlangsung mereka tidak konsentrasi sehingga saat mengerjakan test nilai mereka masih dibawah KKM 70. Hasil belajar IPA pada siklus I masih perlu adanya peningkatan yang signifikan. Maka dari itu peneliti melaksanakan siklus II untuk lebih meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Dukuh 03 Salatiga semester II tahun pelajaran 2014-2015.

SIKLUS 1

Belum Tuntas Tuntas 27 % 72,72%

(9)

4.1.3 Pelaksanaan Siklus II 4.1.3.1 Perencanaan

Berdasarkan hasil siklus I adanya kekurangan dan keberhasilan dalam siklus I, Perencanaan pembelajaran pada siklus II ini dilakukan sebagai penyempurnaan dan tindak lanjut dari kekurangan yang terjadi pada siklus I. Siklus II pelaksanaannya dilaksanakan 2 kali pertemuan, kegiatan pembelajaran pada siklus II ini masih sama dengan siklus I tapi yang membedakan adalah kegiatan pembelajaran pada siklus II dan materi pembelajaran yang berbeda.

Penelitian siklus II akan dilaksanakan pada hari selasa, rabu tanggal 24, 25 Maret 2015 pada siswa kelas 5 mata pelajaran IPA. Untuk siklus II Standar kompetensi yang diberikan yaitu 7.4 mendiskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang mempengaruhinya

Setelah itu menyusun RPP yang memuat dua kali pertemuan dengan model pembelajaran Setelah itu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (lihat lampiran) yang memuat dua kali pertemuan dengan model pembelajaran jigsawsesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator. Kemudian RPP tersebut didiskusikan bersama dengan guru kelas V. Selanjutnya menyiapkan alat peraga yang akan digunakan pada saat penelitian.. Adapun langkah-langkah pembelajaran menggunakan model jigsaw sebagai berikut :

- Guru membagi topik yang besar menjadi beberapa subtopic

- Siswa dibagi ke dalam kelompok belajar kooperatif (kelompok awal) yang terdiri dari 4-6 orang siswa dan setiap anggotanya bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya.

- Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggung jawab terhadap subtopik yang sama kemudian berpindah ke “kelompok jigsaw” dimana anggotanya berasal dari kelompok lain yang telah menguasai bagian tugas yang berbeda.

(10)

- Di dalam kelompok jigsaw ini, para siswa bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: Belajar dan menjadi ahli

dalam subtopik bagiannya, Merencanakan bagaimanana mengajarkan

subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula.

- Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing (kelompok awal) sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi/pengetahuan yang baru mereka pelajari dalam kelompok “jigsaw” tadi kepada temannya.

- Ahli di dalam subtopik lainnya juga berbuat sama sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru.

1.1.3.2 Pelaksanaan dan Observasi Tindakan

Penerapan siklus II dilaksanakan karena belum terjadi perubahan hasil belajar yang signifikan pada siklus I. Maka dari itu masih perlu adanya perbaikan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Dukuh 03 Salatiga. Siklus II ini dilaksanakan dengan 2 kali tatap muka atau pertemuan pada tanggal 24 Maret 2015, 25 maret 2015. Masing-masing pertemuan dilaksanakan dengan alokasi waktu 2x 35 menit. Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah dibuat penulis dan disetujui oleh guru kelas V dengan materimendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya. Pembelajaran dimulai dengan kegiatan awal yang berisi apersepsi, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan inti yang berisi eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, dan yang terakhir kegiatan penutup yang berisi kesimpulan. Pertemuan kedua pada kegiatan penutup, siswa mengerjakan soal evaluasi untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang materi yang telah dilaksanakan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Soal evaluasi siswa berupa soal tertulis yang berisi 20 soal pilihan ganda dan harus dikerjakan siswa secara mandiri. Apabila hasil evaluasi siswa pada siklus II mengalami perubahan yang signifikan, maka pembelajaran IPA kelas V menggunakan model jigsaw SD

(11)

Negeri Dukuh 03 Salatiga tahun pelajaran 2014-2015 dapat dikatakan mengalami peningkatan dan berhasil.

Kegiatan pengamatan atau observasi juga dilakukan seiring dengan kegiatan pembelajaran. Kegiatan observasi dilakukan dengan mengamati pengajar dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil observasi dari siklus II dari pertemuan pertama sampai dengan pertemuan kedua diketahui bahwa pengajar dalam melaksanakan pembelajaran sudah sesuai dengan langkah pembelajaran talking stick dan sesuai dengan RPP yang telah disusun.. Observasi pada siswa sudah mengalami perubahan yang lebih baik dari siklus I, terlihat dari siswa yang sebelumnya masih enggan menulis point-point darisetiap materi. pada siklus II siswa terlihat lebih senang dan sangat tertarik dengan model jigsaw ini. Antusias siswa dapat terlihat dari cara siswa mendengarkan penjelasan dari masing-masing ketua kelompok

Melalui observasi pada guru dan siswa yang dilakukan pada siklus II, dapat dikatakan bahwa hasil belajar pada siklus II ini akan lebih baik dibandingkan hasil belajar pada siklus I dan pada saat kondisi awal. Tahap refleksi dapat digunakan oleh guru dan penulis agar dapat mengetahui dan menerapkan poin-poin penting yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran agar hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Dukuh 03 Salatiga dapat mengalami peningkatan.

1.1.3.3 Refleksi

Tahap refleksi ini digunakan untuk mengetahui dan menerapkan poin-poin penting dalam pembelajaran. Tahap refleksi ini dilaksanakan oleh pihak penulis dan guru agar dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran selanjutnya. Keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan siswa tidak hanya didukung dengan adanya sebuah model pembelajaran, alat peraga dan media pembelajaran, serta sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Namun juga bergantung pada faktor yang ada dalam diri siswa serta kondisi lingkungan sekolah. Siswa yang malas dalam mengikuti pembelajaran harus didorong agar

(12)

mau ikut terlibat dalam pembelajaran, juga faktor perhatian dari guru dan orang tua yang amat penting dalam tercapainya hasil belajar siswa yang baik.

Lingkungan sekolah utamanya lingkungan belajar siswa seperti suasana dan kondisi kelas, hubungan siswa satu dengan yang lain dapat mendukung tercapainya hasil belajar yang baik. Hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Dukuh 03 Salatiga tahun pelajaran 2014-2015 pada siklus II dikatakan berhasil apabila siswa memperoleh nilai evaluasi di atas KKM 70 yang sudah ditetapkan oleh sekolah.

4.1.3.4 Hasil Belajar Peserta Didik

Hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil evaluasi yang sudah dikerjakan oleh siswa saat penerapan siklus II dilaksanakan. Hasil evaluasi tersebut merupakan ukuran keberhasilan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SD Negeri Dukuh 03 Salatiga dalam rangka untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V tahun pelejaran 2014-2015. Hasil evaluasi yang diperoleh kemudian dianalisa untuk mngetahui seberapa besar tingkat pemahan dan keberhasilan dari pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II dengan materi siklus air.

Hasil analisa dari evaluasi yang dikerjakan siswa menunjukkan hasil yang memuaskan, dari jumlah siswa 22 orang ada 2 siswa yang berada di bawah KKM 70. Hasil belajar siswa siklus II dapat dilihat dalam tabel frekuensi sebagai berikut ini.

Tabel 4.3

Distribusi Ketuntasan Belajar

Siswa kelas V Semester II SDN Dukuh 03 Salatiga Siklus II

No. Nilai Ketuntasan Jumlah siswa Persentase (%)

1. < 70 Belum Tuntas 2 9,09%

2. ≥ 70 Tuntas 20 90,90%

Jumlah 22 100

Rata - rata 80,68

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh observer terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Dari sini dapat disimpulkan ada kenaikan proses pembelajaran dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I kegiatan pembelajaran model jigsaw sudah diterapkan minimal dengan kategori cukup dari

(13)

keseluruhan kegiatan pembelajaran menggunakan model talking stick dan pada siklus II kegiatan pembelajarn menggunakan talking stick sudah diterapkan dengan sangat baik. Karena hanya ada 2 siswa yang belum tuntas dalam mengerjakan tes formatif dalam siklus II. Berarti indikator kinerja penerapan model pembelajaran model jigsaw siklus I dan siklus II sudah tercapai dan mengalami peningkatan sesuai tujuan yang direncanakan.

Berdasarkan hasil evaluasi didapatkan hasil belajar siswa meningkat, terbukti dari perolehan nilai siswa setelah penggunaan model jigsaw yang mencapai ketuntasan belajar (KKM=70) sebanyak 20 siswa atau 90,9 % , yang belum mencapai kriteria ketuntasan sebanyak 2 siswa atau 9,09%, dengan nilai rata-rata 80,68 dan nilai tertinggi 100 sedangkan nilai terendah adalah 60.

Gambar 4.3

Diagram Lingkaran Distribusi Ketuntasan Belajar Siswa Kelas V Semester II SDN Dukuh 03 Salatiga

Siklus II

4.1.4 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II Hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Dukuh 03 Salatiga tahun pelajaran 2014-2015 menggunakan model pembelajaran jigsaw bila dilihat dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II dapat dikatakan mengalami perubahan yang signifikan. Hasil belajar siswa pada kondisi awal menunjukkan nilai siswa yang masih banyak di bawah KKM 70, yaitu dari 22 siswa yang tidak tuntas nilai KKM

SIKLUS II

Belum Tuntas Tuntas 9,0

(14)

sebanyak 16 siswa. Hasil belajar IPA siswa pada siklus I mengalami sedikit peningkatan namun belum signifikan yaitu sebanyak 6 orang siswa masih di bawah KKM hal ini dikarenakan pada siklus I siswa yang duduk dibelakang cenderung kurang memperhatikan karena siswa yang didepan ramai sendiri saat bermain talking stick, sehingga yang belakang terganggu dan 6 siswa tersebut kurang memperhatikan. Hasil belajar IPA pada siklus II sudah menunjukkan peningkatan hasil belajar yang signfikan yaitu 20 siswa mendapatkan nilai di atas KKM dan itu sungguh memuaskan karena siswa merasa senang dan aktif saat proses belajar berlangsung, meskipun ada 2 siswa yang belum mencapai KKM karena 2 siswa tersebuat saat mengikuti pelajaran sedang sakit sehingga tidak konsentrasi saat proses belajar mengajar berlangsung. Berikut ini merupakan hasil belajar IPA siswa pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II.

Tabel 4.6

Distribusi Ketuntasan Belajar

Siswa Kelas IV Semester II SDN Dukuh 03 Salatiga Sebelum Tindakan, Siklus I dan Siklus II No. Nilai Sebelum

Tindakan Siklus I Siklus II Jumlah siswa Persen (%) Jumlah siswa Persen (%) Jumlah siswa Persen (%) 1. Tuntas 6 27,27 16 72,72 20 90,90 2. Belum Tuntas 16 72,72 6 27,27 2 9,09 Jumlah 22 100 22 100 22 100 Keterangan:

Dari tabel di atas dapat diklasifikasikan menjadi : 1. Klasifikasi A nilai ≥ 70 artinya tuntas. 2. Klasifikasi B nilai < 70 artinya tidak tuntas

Berdasarkan tabel rekapitulasi pengelompokkan nilai pada tabel 4.6 dapat dilihat adanya peningkatan jumlah siswa yang tuntas dari jumlah siswa 22 dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, terbukti untuk klasifikasi tuntas, sebelum diadakan tindakan yang tuntas hanya 6 siswa dan 16 siswa belum tuntas. Setelah

(15)

dilakukan siklus I dan siklus II, jumlah siswa yang tuntas sebanyak 20 siswa dan yang belum tuntas hanya 2 siswa atau 90,90 %. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran menggunakan model jigsaw dapat hasil belajar siswa. karena siswa dapat belajar sehingga siswa mudah mengerti tentang apa yang diajarkan guru khususnya pada mata pelajaran IPA di SDN Dukuh 03 Salatiga. Sedangkan ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan, siklus I dan pada siklus II dapat dilihat pada gambar 4.4

Gambar 4.4

Diagram Lingkaran Distribusi

Ketuntasan Sebelum tindakan, Siklus I, Siklus II

Skor minimum sebelum siklus adalah 30, kemudian setelah dilakukan tindakan siklus I nilai minimum siswa mengalami peningkatan menjadi 50. Sedangkan setelah dilakukan tindakan siklus II skor minimum peningkatan mengalami peningkatan menjadi 60. Untuk skor maksimum sebelum tindakan maupun setelah dilakukan tindakan adalah 100. Peneliti memerlukan peningkatan dalam proses belajar mengajar agar nilai maksimum dapat naik pada siklus II. Nilai rata-rata sebelum tindakan sebelum tindakan sebesar 67,5 dan mengalami peningkatan menjadi 75,23 setelah dilakukan tindakan pada siklus I. Dalam tindakan siklus II yang dilakukan nilai rata-rata mengalami peningkatan menjadi 80,68.

Sebelum tindakan

Siklus I Siklus II

(16)

4.1.5 Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil observasi sebelum tindakan yang dilakukan dikelas V SDN Dukuh 03 Salatiga, menyatakan tingkat pemahaman siswa kelas V khususnya mata pelajaran IPA masih rendah, hasil belajar siswa masih banyak yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM 70). Hal ini salah satu penyebabnya adalah karena guru dalam penyampaian pembelajaran masih menggunakan metode ceramah sehingga hasil belajar siswa rendah siswa masih malas-malasan mengikuti pelajaran IPA karena dengan ceramah saja siswa akan menjadi ngantuk dan konsentrasi belajar rendah. Pada Proses pembelajaran sebelum tindakan menunjukkan hasil belajar yang rendah yaitu siswa yang nilainya memenuhi KKM lebih dari 70 sebanyak 6 siswa atau 27,27% dan 16 siswa atau 72,72% masih dibawah KKM 70 dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 30.

Adanya perbandingan antar jumlah siswa yang tuntas dan belum tuntas karena siswa yang sudah mencapai ketuntasan telah mampu menangkap materi yang disajikan guru walau hanya dengan ceramah sedangkan 16 siswa yang belum bisa menangkap materi ajar dalam bentuk ceramah.

Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sudjana dan Ibrahim,2002 setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa, disamping diukur dari segi prosesnya, artinya seberapa jauh tipe hasil belajar dimiliki siswa. Baik buruknya hasil belajar dapat dilihat dari hasil pengukuran yang berupa evaluasi, selain mengukur hasil belajar penilaian dapat juga ditunjukkan kepada proses pembelajaran, yaitu untuk mengetahui sejauh mana tingkat keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Semakin baik proses pembelajaran dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, maka seharusnya hasil belajar yang diperoleh siswa akan semakin tinggi sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Jadi penilaian atau evaluasi hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu.

(17)

Maka pada siklus I dan siklus II peneliti menggunakan model Jigsaw maka hasil yang didapat pada akhirnya mengalami Peningkatan pemahaman belajar siswa didapatkan dari hasil nilai siklus I dan siklus II yaitu Siklus I Dengan menggunakan model jigsaw, siswa yang mendapat nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM 70) sebanyak 6 siswa. Dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 60. Pada Siklus II Dengan menggunakan model jigsaw siswa yang mendapat nilai yang memenuhi KKM sebanyak 20 dari 22 siswa. Dengann nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 65.

Peningkatan ketuntasan tersebut terjadi karena dalam pembelajaran siswa merasa senang dan dapat melakukan sendiri apa yang akan mereka pelajari dan guru hanya berperan sebagai fasilitator saja. Sesuai dengan tujuan dari penerapan model talking yaitu siswa dapat bekerja sama dengan temannya, siswa dapat melakutkan diskusi dengan sungguh-sungguh, siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Peneliti menggunakan model jigsaw dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan perolehan hasil nilai yang didapat pada siklus I dan siklus II didapatkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model jigsaw pada pokok bahasan daur air kelas V semester II SDN Dukuh 03 Salatiga yang akhirnya bermuara pada hasil belajar yang akan mengalami peningkatan.

Referensi

Dokumen terkait

Kelebihan dari model snowball throwing adalah: 1) Meningkatkan jiwa kepemimpinan peserta didik, sebab ada ketua kelompok yang diberi tugas kepada teman-temannya; 2)

individu maupun kelompok berdasarkan fenomena tersebut dapat diperlukan solusi digunakan sebagai oenyelesaian peneliti menggunakan layanan bimbingan kelompok dengan

Jika secara visual tidak nampak adanya suatu bentuk fungsional yang terbaik yang menunjukkan hubungan tersebut secara jelas , maka kita perlu melakukan analisis regresi dengan

Dalam masa percobaan 1 (satu) tahun CPNS, hanya ada satu pendidikan dan pelatihan (pelatihan) terintegrasi yang telah menggabungkan seluruh kebutuhan

masih belum berfungsi secara optimal. Kesesuaian tugas dan teknologi yang kurang baik inilah yang membuat para pegawai rumah sakit enggan untuk menggunakan SIMRS. Mereka lebih

tersebut menjadi suatu kendala bagi calon konsumen yang ingin mendapatkan produk dari PT. Mandiri Tunas Finance. Pada X 1.3 jumlah skor ada 4 responden yang menyatakan bahwa

 Peserta didik secara bergantian saling bertanya tentang teknik variasi dan kombinasi teknik dasar bola voli, misalnya : bagaimana jalannya bola jika (passing

Adalah suatu kegiatan ijtihad yang dilakukan seorang ulama mengenai hukum syara', dengan menggunakan metode istinbath hukum yang telah dirumuskan oleh imam mazhab, baik yang