• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang ditandai oleh sikap mengerutkan tubuh untuk menghindari kontak dengan orang lain yang masih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang ditandai oleh sikap mengerutkan tubuh untuk menghindari kontak dengan orang lain yang masih"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sifat Pemalu

Menurut Prayitno (2004:208) bahwa malu adalah bentuk yang lebih ringan dari rasa takut yang ditandai oleh sikap mengerutkan tubuh untuk menghindari kontak dengan orang lain yang masih belum dikenal. Gejalanya adalah wajah yang memerah, bicara dengan gagap, suara lemah, meremas-remas jari dan sembunyi serta mencari perlindungan.

Sifat pemalu adalah suatu sifat bawaan atau karakter yang diberi sejak lahir. Para ahli mengatakan bahwa pemalu adalah perilaku yang merupakan hasil belajar atau respon terhadap suatu kondisi tertentu. Pemalu juga sering disebut sebagai suatu keadaan dalam diri seseorang dimana orang tersebut sangat peduli dengan penilaian orang lain terhadap dirinya dan merasa cemas karena penilaian sosial tersebut, sehingga cenderung untuk menarik diri.

Menurut Hidayani (2006:3.15) bahwa anak yang pemalu secara stimulus baru cepat membangkitkan amygada (struktur otak atau inner brain structure yang mengontrol reaksi menghindar) dan hubungannya cerebral cortex dan sistem syaraf simpatis, yang membuat tubuh bersiap-siap untuk bertindak menghadapi ancaman.

Gunarsah (2001:56) mengemukakan bahwa perasaan malu adalah rasa gelisah yang dialami seseorang terhadap pandangan orang lain terhadap dirinya. Malu adalah bentuk yang lebih ringan dari rasa takut yang ditandai oleh sikap mengerut untuk menghindari kontak dengan orang lain, terutama yang belum dikenal. Banyak cara bahkan sangat mudah sekali untuk mengenali atau mengidentifikasi anak pemalu mulanya anak akan bersembunyi dibelakang teman atau hanya menunduk terus dengan mengisap jempol jika mendapat giliran maju di depan kelas.

6 5

(2)

Menurut Kak Seto (Depdiknas, 2004:70) bahwa anak pemalu yaitu anak yang selalu menghindar dari keramaian dan tidak dapat secara aktif bergaul dengan teman dan lingkungannya. Definisi ini menyatakan bahwa anak dengan sifat pemalu dapat mengalami masalah yang serius sebab akan menghambat kehidupan anak misalnya dalam pergaulan, pertumbuhan harga diri, kemampuan dasar dan penyesuaian diri.

Swallow (2002:20) membuat daftar hal-hal yang biasanya dilakukan atau dirasakan oleh anak pemalu yakni menghindari kontak mata, tidak mau melakukan apa-apa, terkadang memperlihatkan perilaku mengamuk yang dilakukan untuk menghilangkan kecemasannya, tidak banyak bicara, tidak mau mengikuti kegiatan-kegiatan di kelas, tidak mau meminta pertolongan atau bertanya pada orang yang tidak dikenal, mengalami demam panggung (pipi merah, tangan berkeringat, keringat dingin dan bibir terasa kering) disaat-saat tertentu, menggunakan alasan sakit atau tidak perlu berhubungan dengan orang lain (misalnya agar tidak perlu pergi ke sekolah), mengalami psikomatis dan merasa tidak ada yang menyukainya.

Lebih lanjut Dewi (2005:122) mengemukakan ciri-ciri anak pemalu, meliputi: (a) lebih senang bermain sendiri, (b) tidak berani tampil dalam permainan, (c) membatasi diri dalam pergaulan, (d) kurang berani berbicara dengan guru atau orang lain. Sedangkan menurut Yusuf (2006:66) menjelaskan tugas perkembangan pada fase perkembangan usia Taman Kanak-Kanak antara lain: (a) belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang tua, saudara dan orang lain, (b) belajar mengadakan hubungan baik dan buruk yang berarti mengembangkan kata hati.

Menurut Kelly (2003:61) bahwa perilaku pemalu adalah perilaku yang ditunjukkan oleh anak pada saat memasuki situasi baru, cemas, takut, ragu-ragu, merasa tak enak ketika mencoba sesuatu atau memasuki kelompok baru. Guru tidak hanya menerima perilaku dan keterampilan yang dibawa anak ke sekolah, tetapi guru juga menjamin bahwa setiap anak mendapat penerimaan tertentu dalam

(3)

kelompok. Guru meminta anak-anak membuat ruang kelas mereka menjadi tempat yang membuat anak-anak akan merasa diterima, disukai, nyaman dan aman.

Seefeldt dan Wasik (2008:174) menjelaskan anak-anak pemalu dan menarik diri yang sulit merasa diterima jika dalam kelompok penuh dengan anak-anak yang riuh, berani dan bahkan agresif, anak-anak pemalu mungkin menemukan penerimaan lebih baik bila berada di kelompok yang lebih baik bila berada di kelompok yang lebih tenang atau lebih lembut. Selanjutnya Baradja (2005:175) menguraikan perilaku pemalu pada anak dapat digambarkan antara lain sering menunjukan sikap kepada orang lain, sama sekali tidak ada respon pada orang yang dikenal maupun tidak dikenal saat pertemuan pertama kali. Dalam pergaulan sehari-hari dengan teman kurang memberikan reaksi saat disapa atau ditegur oleh orang lain.

Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa sifat pemalu adalah sifat yang terjadi pada anak dengan menghindari kontak mata dengan orang lain dan tidak banyak bicara serta tidak mau melakukan apapun yang diperintahkan guru kepadanya.

2.2 Ciri-Ciri Sifat Pemalu

Sifat pemalu memiliki ciri-ciri seperti menghindari kontak mata, tidak mau melakukan apa-apa, terkadang memperlihatkan perilaku mengamuk yang dilakukan untuk menghilangkan kecemasannya, tidak banyak bicara, tidak mau mengikuti kegiatan-kegiatan di kelas, tidak mau meminta pertolongan atau bertanya pada orang yang tidak dikenal, mengalami demam panggung (pipi merah, tangan berkeringat, keringat dingin, bibir terasa kering) disaat-saat tertentu, menggunakan alasan sakit atau tidak berhubungan dengan orang lain (misalnya agar tidak perlu ke sekolah), mengalami psikomotoris dan merasa tidak ada yang menyukainya (Swallow, 2002:20).

(4)

Dijelaskan pula oleh Swallow (2002:21) bahwa adanya beberapa situasi dimana seseorang merasa malu yang wajar dan dapat diterima adalah saat bertemu dengan orang yang baru dikenal, tampil di depan orang banyak dan pada situasi baru misalnya sekolah baru atau pindah rumah.

Menurut Rosmala (2005:122) bahwa ciri anak pemalu adalah sebagai berikut:

a. Kurang berani berbicara dengan guru dan teman lain. Anak yang pemalu, selalu gugup dalam berkata-kata sehingga cenderung jadi seorang pendiam dan kurang berbicara orang lain yang dikenalnya;

b. Sifat pemalu anak juga dapat dilihat dari keberaniannya mengadakan kontak dengan orang lain. Anak pemalu selalu berusaha menghindari bertatapan mata dengan lawan bicaranya. Saat berkomunikasi dengan orang lain, anak tersebut memilih untuk menunduk atau mengalihkan pandangan ke arah lain;

c. Situasi di sekolah terkadang mengharuskan anak untuk melakukan sesuatu yang diperintahkan gurunya, misalnya bernyanyi, bercerita atau mengucap syair. Anak yang pemalu cenderung bersikap pasif atau menolak perintah yang mengharuskan dia menjadi objek perhatian, sehingga dia selalu menolak ketika mendapat giliran untuk tampil di depan kelas.

d. Karena merasa diri banyak kekurangan seorang yang pemalu sering memilih untuk melakukan aktivitas sendiri. Kecenderungan ini menyebabkan dia selalu menolak ajakan orang lain untuk bergabung bersama.

e. Anak yang memiliki sifat pemalu, tidak suka bertutur panjang lebar dalam berkomunikasi dengan orang lain ia lebih suka berbicara seperlunya saja.

f. Sifat pemalu dapat pula disebabkan oleh rasa kurang percaya diri atau merasa dirinya sangat jauh dari kesempurnaan. Hal ini menyebabkan dia takut untuk berterus terang atau terbuka dengan

(5)

masalah yang dihadapinya. Sehingga segala sesuatu yang menjadi beban pikirannya seringkali disimpannya dalam hati, atau dipecahkannya sendiri.

Sehubungan dengan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perasaan malu menimbulkan kesadaran diri pada anak yang cukup tinggi terutama kekurangan dirinya karena tidak dapat memenuhi harapan orang lain. Meskipun kesadaran ini belum tentu benar, tetapi kesadaran ini tetap menimbulkan rasa tidak nyaman pada anak. Akibatnya anak tidak berani berkomunikasi dan mengekspresikan diri apa adanya.

2.3 Faktor-Faktor Penyebab Sifat Pemalu

Bagi orang dewasa sifat pemalu itu dirasakan sebagai suatu cacat. Juga bagi anak-anak, sebenarnya apabila sifat itu terus menerus timbul. Sumber dari sifat pemalu menurut Jusuf (2001:40) adalah rasa kurang harga diri yang ditambah dengan rasa takut bahwa orang lain akan selalu meneliti kekurangan-kekurangan yang ada pada dirinya itu dan selalu daripada itu sangkaan pada orang lain bahwa mereka itu telah mengetahui kekurangan-kekurangannya itu sebab dirinya yang disangkanya itu.

Menurut Gunarsah (2001:12) bahwa faktor-faktor yang menyebabkan sifat pemalu yakni keadaan fisik, kesulitan dalam berbicara, kurang terampil dalam berteman, harapan orang tua terlalu tinggi, pola asuh yang mencela, unsur keturunan, masa kanak-kanak kurang gembira, kurang bermasyarakat, perasaan rendah diri, dan pandangan orang lain.

Keadaan fisik menyebabkan sifat pemalu sebab anak yang sering sakit kurang mempunyai peluang melakukan berbagai aktivitas. Baik aktivitas dalam gerak motorik, sosial maupun aktivitas lainnya. Keadaan fisik anak sering sakit tentu saja membuat ruang gerak akan menjadi terbatas dan anak tidak bebas bermain seperti anak yang sehat lainnya. Kelainan fisik juga dapat menumbuhkan rasa malu pada anak misalnya kelainan pada bentuk atau tangan anak.

(6)

Faktor penyebab kedua yang dapat menyebabkan sifat pemalu adalah kesulitan berbicara. Anak yang tidak jelas mengungkapkan bahasanya sering mengalami kesulitan dalam bergaul dengan teman atau orang dewasa lain. Semua ini merupakan gejala anak mengalami kesulitan bergabung dalam kelompok lain.

Kurang terampil dalam berteman juga dapat menyebabkan sifat pemalu sebab kurang terampil dalam membina hubungan maksudnya anak belum berhasil melakukan tata cara berteman yang dapat diterima anak seusianya, hal ini disebabkan karena keadaan lingkungan tempat tinggal atau pola asuh orang tua. Selain itu harapan orang tua terlalu tinggi dapat mempengaruhi sifat pemalu pada anak sebab harapan orang tua yang terlalu tinggi menuntut pada anak tentang teman-temannya. Orang tua hanya mengizinkan anaknya berteman dengan anak-anak yang memiliki status ekonomi yang tinggi.

Pola asuh yang mencela atau mencemoohkan anak di depan anak-anak lain menyebabkan anak rendah diri. Begitu pula unsur keturunan, hal ini merupakan faktor yang tidak langsung dan belum pasti. Sejak lahir anak tersebut terlihat agak sensitif dan kemungkinan hal itu terjadi karena pembawaan saat ibu yang ketika sedang mengandung mengalami tekanan jiwa maupun fisik. Namun ini juga belum dapat menjadi suatu bukti yang kuat apakah kelak anak yang sensitif itu akan menjadi seorang pemalu.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi sifat pemalu adalah masa kanak-kanak kurang gembira. Ada sebagian anak yang mengalami hal-hal yang kurang menyenangkan pada masa kanak-kanaknya. Misalnya orang tua sering berpindah-pindah, orang tua bercerai, orang tua meninggal, dipaksa pindah sekolah atau dihina oleh teman dan sebagainya. Semua pengalaman itu mengakibatkan terganggunya hubungan sosial mereka dengan lingkungan, suka menghindar atau mundur dan tidak berani bergaul dengan orang yang tidak dikenal.

Sifat pemalu juga dapat disebabkan oleh perilaku kurang bermasyarakat. Anak yang hidup dengan latar belakang di mana ia diabaikan oleh orang tuanya atau dibesarkan dalam lingkungan

(7)

keluarga yang mengasingkan diri, terlalu dikekang sehingga mereka tidak dapat mengalami hubungan sosial yang normal dengan masyarakat. Begitu juga dengan sikap rendah diri yang dapat menyebankan sikap pemalu. Mungkin perasaan malu itu timbul karena anak bertubuh pendek, bersikap kaku atau punya kebiasaan yang jelek, lalu berusaha untuk menutupinya dengan cara menyendiri atau menghindari pergaulan dengan orang lain. Karena kurang rasa percaya diri dan beranggapan dirinya tidak sebanding dengan orang lain, ia tidak suka memperlihatkan diri keramaian.

Faktor terakhir yang dapat mempengaruhi sifat pemalu diantaranya juga adalah pandangan orang lain. Banyak anak yang menjadi pemalu karena pandangan orang lain yang telah merasuk dirinya sejak kecil. Mungkin orang dewasa sering mengatakan bahwa ia pemalu, bahkan guru dan teman-temannya juga berpendapat sama, sehingga akhirnya ia benar-benar menjadi seorang pemalu. Padahal anak-anak seperti ini kelak akan menjadi anak yang unggul di bidang sains dan teknologi.

Menurut Rahmawati (2011:2) bahwa faktor penyebab perilaku pemalu pada anak diantaranya adalah:

a. Terlalu banyak mengancam, menggoda, atau kritik. Anak-anak yang sering terancam, menggoda atau dikritik, baik oleh anggota keluarga atau oleh orang lain dapat belajar hanya mengharapkan umpan balik negatif dari orang lain. Harapan ini akan mengarah pada menghindari situasi sosial dan kontak dengan orang lain.

b. Perasaan rendah diri (low self esteem). Self esteem berhubungan dengan persepsi anak tentang dirinya. “Self esteem” dapat didefenisikan sebagai perasaan seorang anak tentang kemampuan yang dikombinasikan dengan perasaan bagaimana dia dicintai. Anak anak harus mempunyai perasaan yang baik tentang dirinya. Seorang anak yang puas dan senang dengan prestasi akademik tetapi tidak merasa dicintai pada akhirnya mengalami rendah diri. Demikian pula anak yang merasa dicintai tetapi meragukan tentang dirinya juga akan menjadi anak yang rendah diri. Misalnya anak anak

(8)

mungkin malu karena ia memandang dirinya gemuk dan bertubuh pendek. Anak ini merasa tidak sebanding dengan teman temannya.

c. Pengaruh dari model di lingkungan . Beberapa aspek dari rasa malu diperoleh dari proses beajar. Latar belakang budaya dan lingkungan keluarga menawarkan model perilaku sosial. Memberi label kepada anak bahwa ia seorang anak yang pemalu. Ketika berbicara dengan orang lain, orang tua kadang-kadang mengatakan di depan seorang anak bahwa dia atau dia malu. Itu adalah kesalahan besar! Anak-anak yang diberitahu bahwa mereka pemalu cenderung mulai memikirkan diri mereka sendiri sebagai pemalu dan kemudian memenuhi peran, tanpa membuat usaha untuk berubah.

d. Kurang BermasyarakatSifat pemalu akan terjadi bila anak hidup dengan latar belakang dimana ia diabaikan oleh orangtuanya, atau dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang mengasingkan diri, terlalu dikekang sehingga mereka tidak dapat mengalami hubungan sosial yang normal dengan masyarakat.

e. Pandangan Orang Lain. Banyak anak yang menjadi pemalu karena pandangan orang lain yang telah merasuk ke dalam dirinya sejak kecil. Mungkin orang dewasa sering mengatakan bahwa ia pemalu, bahkan guru dan teman-teman juga berpendapat sama, sehingga akhirnya ia benar-benar menjadi seorang pemalu.

f. Kurangnya keterlibatan orang tua. Beberapa orangtua mungkin tampak tidak tertarik dalam kehidupan anak-anak mereka untuk sejumlah alasan. Sebagai contoh, orang tua secara keliru percaya bahwa mereka akan mempromosikan kemerdekaan pada anak-anak mereka jika mereka membiarkan anak-anak mereka berjuang sendiri. Lain hanya mungkin tidak memiliki waktu atau keinginan untuk menjadi sangat terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka. Apa pun alasannya, penurunan keterlibatan orang tua dapat mengarahkan anak-anak untuk percaya bahwa mereka tidak layak orang lain 'perhatian. Ini pada gilirannya akan mempengaruhi hubungan sosial.

(9)

Anak-anak yang tidak percaya bahwa orang lain tertarik pada mereka mungkin akan merasa sangat tidak nyaman dalam situasi sosial.

g. Modeling atau belajar perilaku. Karena anak-anak belajar dari orang tua mereka menonton, orang tua yang pemalu sering memiliki anak-anak yang pemalu. Malu orang dewasa mungkin beberapa teman-teman atau kepentingan-kepentingan sosial, sehingga anak-anak mereka mengalami kesulitan belajar bagaimana membuat teman-teman dan bagaimana berperilaku sosial.

h. Hampir semua orang memahami, faktor genetik dan lingkungan memegang peranan penting dalam membentuk kepribadian seseorang. Hanya saja, banyak orang tak faham, bahwa sifat pemalu merupakan bawaan lahir, sehingga anak yang dilahirkan dari bapak-ibu yang pemalu, biasanya akan menjadi anak pemalu juga. Kebanyakan peneliti menekankan bahwa pengaruh genetik mungkin hanya sebagian kecil dari penyebab rasa malu anak. Hal ini merupakan faktor yang tidak langsung dan belum pasti. Sejak lahir anak tersebut terlihat agak sensitif dan kemungkinan hal itu terjadi karena pembawaan saat ibu yang ketika sedang mengandung mengalami tekanan jiwa maupun fisik. Namun ini juga belum dapat menjadi suatu bukti yang kuat apakah kelak anak yang sensitif itu akan menjadi seorang pemalu.

i. Konsistensi orangtua. Beberapa rasa malu dapat disebabkan oleh praktik-praktik pengasuhan yang tidak konsisten, misalnya, menghukum perilaku tertentu suatu hari, dan kemudian membiarkannya slide dengan yang lain, menjadi terlalu melibatkan diri dengan seorang anak beberapa waktu, dan tidak terlibat pada waktu yang lain. Inkonsistensi membuat anak merasa tidak aman, yang dapat mengakibatkan rasa malu.

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemalu di Lihat Dari Orang Tua, Teman Sebaya, Lingkungan Anak dan Keluarga

(10)

a. Perilaku pemalu di lihat dari faktor orang tua

Perilaku pemalu dapat dipengaruhi oleh orang tua dalam hal ini pola asuh yang diberikan orang tua. Pola asuh orang tua yang permisif biasanya diakibatkan oleh orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, kesibukan atau urusan lain yang akhirnya lupa untuk mendidik dan mengasuh anak dengan baik. Anak yang diasuh orang tua dengan metode semacam ini nantinya berkembang menjadi anak yang kurang perhatian, merasa tidak berarti, rendah diri, nakal dan memiliki kemampuan sosial yang buruk (Maya dan Wido, 2007:79).

Dijelaskan pula oleh Maya dan Wido (2007:79) bahwa selain pola asuh permisif ada pula pola asuh orang tua yang otoriter. Pola asuh otoriter adalah pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan, keras dan kaku di mana orang tua akan membuat berbagai aturan yang harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan sang anak sehingga anak merasa tidak bahagia, paranoid/selalu berada dalam ketakutan, mudah sedih dan tertekan, senang berada di luar rumah.

b. Perilaku pemalu dilihat dari lingkungan anak

Menurut Yusuf (2006:35) bahwa lingkungan perkembangan merupakan berbagai peristiwa, situasi atau kondisi di luar organisme yang diduga mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perkembangan individu. Lingkungan merupakan sumber seluruh informasi yang diterima individu melalui alat inderanya (penglihatan, penciuman, pendengaran dan rasa).

Salah satu lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan individu adalah lingkungan keluarga. Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak.

(11)

Sauri (2006:5) menjelaskan pendidikan keluarga termasuk pendidikan jalur luar sekolah merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pengalaman seumur hidup. Pendidikan dalam keluarga memberikan keyakinan agama, nilai budaya yang mencakup nilai moral dan aturan-aturan pergaulan serta pandangan, keterampilan dan sikap hidup yang mendukung, kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kepada anggota keluarga yang bersangkutan.

Dengan demikian keluarga merupakan tempat dilakukannya pendidikan yang mendasar tentang pendidikan keagamaan, termasuk pendidikan agama Islam. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa keluarga dipandang sebagai peletak dasar pembinaan komunikasi nilai-nilai agama Islam. Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang sangat vital, terutama bagi kelangsungan pendidikan generasi muda maupun bagi pembinaan bangsa pada umumnya. Pendidikan dalam keluarga pada dasarnya merupakan komunikasi timbal balik antara orang tua dengan anak melalui pembinaan bahasa, tanda-tanda tertentu, simbol-simbol yang bermuatan nilai-nilai yang tergambar dalam perilaku sosial di tengah situasi dan interaksi antar anggota keluarga.

d. Perilaku pemalu di lihat dari faktor teman sebaya

Seiring dengan perkembangan anak, mereka mulai belajar berteman dan bersosialisasi baik dalam kegiatan bermain dan lain-lain. Anak belajar mengetahui tata cara berteman seperti menunggu giliran, saling berbagi, mengikuti aturan permainan dan lain-lain. Keterampilan ini diperoleh anak melalui pengalaman dalam bermain bersama anak yang lain di rumah atau di sekolah.

Menurut Dewi (2005:133) bahwa anak menjadi malu sebagai akibat kurang terampilnya dia membina hubungan pertemanan di kelompok. Kurang terampil membina hubungan pertemuan dalam

(12)

hal ini anak belum berhasil melakukan tata cara berteman yang dapat diterima anak seusianya. Hal ini disebabkan karena keadaan lingkungan tempat tinggal atau pola asuh orang tua.

2.5 Upaya Meminimalkan Sifat Pemalu

Rasa malu adalah sebuah kombinasi dari kegugupan sosial dan pengkoordinasian sosial. Untuk mengatasi rasa malu ini, yang dibutuhkan adalah belajar bersikap rileks dalam pergaulan sosial. Untuk itu dibutuhkan usaha mengarahkan diri anda jauh dari terlalu berpusat pada diri sendiri, serta memberi diri anda ruang untuk mempraktekkan kemampuan bercakap-cakap. Dalam kebanyakan kasus, emosi yang memuncak dalam bersosialisasi membuat orang menanggapi berbagai kejadian dengan rasa takut.

Untuk memulai mengurangi rasa malu, bagi anda yang pemalu, ada beberapa hal di bawah ini yang mungkin dapat dilakukakan diantaranya adalah memikirkan cara untk merasa dan bertindak di sekitar orang-orang, hindari terlalu memperhatikan diri anda sendiri, buat pertanyaan terbuka pada semua orang, berhentilah percaya pada imajinasi anda, berhentilah memikirkan segalanya atau bukan apa-apa, nikmati waktu anda dan gunakan latihan hipnotis.

Upaya meminimalkan sifat pemalu dengan cara memikirkan bagaimana cara merasa dan bertindak di sekitar orang-orang, dimana kita bisa merasa nyaman dan bersikap spontan. Alihkan perasaan itu saat kita bertemu kenalan baru, begitu pula dalam situasi yang membuat rasa percaya diri anda memudar. Selain itu hindari pula kebiasaan terlalu memperhatikan diri anda sendiri, tentu saja anda boleh sedikit memikirkan tentang bagaimana anda akan melewatkan perbincangan dengan orang banyak, tapi jika seluruh fokus anda tercurah pada kata-kata sendiri dan perasaan anda, selanjutnya anda akan mulai merasa gugup sendiri. Ingat-ingat apa yng dikenakan oleh orang lain dan buat catatan tersendiri, dengarkan apa yang mereka perbincangkan, bayangkan dimana mereka tinggal, buat sebuah garis besar atau ingat-ingat nama mereka. Hal ini bukan hanya memberi anda bahan perbincangan, tapi juga mencairkan ketegangan dalam bersosialisasi dan membuat perasaan anda lebih tenang.

(13)

Membuat pertanyaan terbuka pada semua orang juga dapat dilakukan untuk mengatasi sifat pemalu. Banyak orang yang lebih senang bicara tentang diri mereka sendiri dan temukan sebuah topik yang membuat orang lain tertarik. Apa yang membuat mereka tertarik akan membuat perbincangan berjalan menyenangkan bagi semua orang. Selalu ajukan pertanyaan yang memungkinkan jawaban lebih dari ya/tidak.

Upaya lain yang dapat dilakukan adalah berhenti percaya pada imajinasi anda. Mungkin anda pernah membuat gambaran tentang sebuah liburan yang menyenangkan dan pada kenyataannya jauh berbeda dari yang anda bayangkan. Itu menunjukkan betapa tak dapat dipercayanya bayangan kita sendiri. Berhentilah memikirkan apa yang dipikirkan orang lain, karena apa yang dipikirkan orang lain tentang anda, belum tentu sama persis seperti bayangan anda.

Kelly (2003:61) menjelaskan bahwa pendekatan yang dapat digunakan dalam mengatasi perilaku pemalu yakni jangan mengecap anak, bila mungkin ajaklah anak ke lingkungan baru terlebih dahulu sebelum masanya, orang tua pada prinsipnya memfasilitasi proses penyesuaian diri anak dengan selalu mengajak anak pada situasi yang memungkinkan anak beradaptasi dan membentuk sikap mandiri sehingga anak tidak selamanya tergantung kepada orang tua.

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 5 menunjukkan bahwa faktor yang paling memepengaruhi terjadinya pencurian mesin traktor di Kabupaten Sidenreng Rappang adalah faktor kemiskinan, sebanyak

Mursalat Kulap. Pengembangan Bahan Ajar Sejarah Indonesia Masa Pergerakan Nasional Melalui Penulisan Buku Nani Wartabone dalam Pergerakan Nasional di Gorontalo untuk

Alvin Saputra 11623143154 Asian Medical Student's Conference 2016 Poster Ilmiah Asian Medical Student's Association (AMSA) - Phillipines 2016 Delegates Internasional

Aspek Confidence (percaya diri) pada pra siklus memiliki rerata nilai sebesar 19,10 dengan kategori baik, setelah dilaksanakan pembelajaran inquiri terbimbing

Hasil penelitian terhadap 3.215 murid kelas satu hingga kelas enam SD di DKI Jakarta menunjukkan bahwa terdapat 16,52% yang oleh guru dinyatakan sebagai murid

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang mana telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Dan kegiatan ini biasanya merupakan tanggung jawab dari seorang Public Relations dalam suatu perusahaan berkaitan dengan tugasnya dalam membina hubungan yang baik

Percobaan dilakukan untuk mengetahui efektivitas desikator termodifikasi, dimana pada desikator yang digunakan sebagai inkubator anaerob dialirkan gas nitrogen