• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam terbitan (KDT) Munasabah Penulis, Ahmad Sarwat 28 hlm

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam terbitan (KDT) Munasabah Penulis, Ahmad Sarwat 28 hlm"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Penulis, Ahmad Sarwat 28 hlm

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit. Judul Buku Munasabah Penulis Ahmad Sarwat Lc, MA Editor Al-Fatih Setting & Lay out Al-Fayyad Desain Cover Al-Fawwaz Penerbit Rumah Fiqih Publishing Jalan Karet Pedurenan no. 53 Kuningan

(4)

Daftar Isi

Daftar Isi ... 4

Bab 1 : Pengertian Munasabah ... 7

1. Bahasa ... 7

2. Istilah ... 7

a. Az-Zarkasyi ... 7

b. Ibnu al-Araby ... 7

c. Al-Biqa’i ... 7

d. Prof. Dr. HM. Quraisy Shihab ... 8

e. Manna’ al-Qattan ... 8

Bab 2 : Beberapa Contoh Munasabah ... 9

1. Pertama ... 9

2. Kedua ... 9

3. Ketiga ... 10

Bab 3 : Cara Mengetahui Munasabah ... 12

1. Produk Ijtihad Bukan Tauqifi ... 12

2. Hubungan Dengan Asbabun Nuzul ... 13

Bab 4 : Macam-Macam Munasabah al-Qur’an ... 16

1. Antara Surah Dengan Surah ... 16

2. Antara Surat Dengan Surat Sebelumnya ... 17

3. Antara Nama Surah Dengan Kandungan Isinya 17 4. Antara Satu Kalimat Lainnya Dalam Satu Ayat . 19 a. Adanya Hubungan Langsung ... 19

b. Beda Kalimat ... 19

5. Antara Nama Surat Dengan Tujuan Turunnya .. 20

(5)

... 22

8. Antara Awal Uraian Surah Dengan Akhir Uraian Surah ... 23

9. Antara Penutup Suatu Surah Dengan Awal Surah Berikutnya ... 24

10. Antara Ayat Tentang Satu Tema ... 24

Bab 5 : Urgensi dan Kegunaan Mempelajari Munasabah al-Qur’an ... 26

1. Pertama ... 26

2. Kedua ... 26

3. Ketiga ... 27

(6)
(7)

Bab 1 : Pengertian Munasabah

1. Bahasa

Makna munasabah (ةبسانم) secara etimologi atau bahasa adalah kecocokan, kesesuaian atau kepantasan. As-Suyuthi berarti al-musyakalah keserupaan (ةلكاشملا) dan dan al-muqabarah (ةبراقملا)

kedekatan.

2. Istilah

Sedangkan menurut istilah atau terminologi, munasabah dapat difinisikan oleh para ulama menjadi beberapa redaksi yang berbeda.

a. Az-Zarkasyi

munasabah adalah suatu hal yang dapat dipahami, tatkala dihadapkan pada akal, pasti akal itu menerimannya.

b. Ibnu al-Araby

munasabah adalah keterkaitan ayat-ayat al-Qur’an sehingga seolah-olah merupakan satu ungkapan yang mempunyai kesatuan makna dan keteraturan redaksi.

c. Al-Biqa’i

munasabah adalah suatu ilmu yang mencoba mengetahui alasan-alasan dibalik susunan atau urutan bagian-bagian al-Qur’an baik ayat atau surat dengan surat.

(8)

d. Prof. Dr. HM. Quraisy Shihab

Prof. Dr. HM. Quraisy Shihab memberi pengertian munasabah sebagai kemiripan-kemiripan yang terdapat pada hal-hal tertentu dalam al-Qur’an, baik surah maupun ayat-ayatnya yang menghubungkan uraian satu ayat dengan yang lainnya.

e. Manna’ al-Qattan

Munasabah adalah segala pertalian antara kalimat dengan kalimat dalam satu ayat atau antara ayat dengan ayat dalam banyak ayat atau antara surat dengan surat.

Dengan kata lain ilmu munasabah al-Qur’an adalah suatu ilmu yang mempelajari hubungan suatu ayat dengan ayat lainnya, atau suatu surat dengan surat lainnya.

Hubungan itu dapat berupa hubungan umum dengan khusus, hubungan logis (‘aqli) atau hubungan konsekuensi logis seperti hubungan sebab dengan akibat, hubungan dua hal yang sebanding atau berlawanan.

(9)

Bab 2 : Beberapa Contoh Munasabah

Untuk membuktikan apakah ada hubungan antara surat atau ayat dengan surat atau ayat lain dalam al-Quran berikut beberapa contoh.

1. Pertama

Hubungan surat Al-‘Alaq ayat 96 dengan surat Al-Qadar ayat 97.

ْ أَرْقا

ْ

ْا ْس ابِ

ْْ

َْكا بَر

ْ

يا ذلَّا

ْْ

َْقَلَخ

ْ

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, (QS. Al-Alaq : 1)

Dalam surat al-‘Alaq, Nabi Muhammad SAW dan umatnya disuruh membaca (iqra), yang harus dibaca itu banyak sekali di antaranya adalah al-Qur’an. Maka wajarlah jika surat berikutnya adalah surat Qadar yang menjelaskan turunya Qur’an. Inilah keserasian susunan surat dalam al-Qur’an.

ْذنّ

ِ

ا

ْ

ْ هاَنْلَزْنَأ

ْ

ْ اف

ْ

ْاَلْيَل

ْ

َْقْلا

ْار ْد

ْ

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. (QS. Al-Qadar : 1)

2. Kedua

Hubungan surat Al-Baqarah dengan surat al-Fatihah. Pada awal surat al-Baqarah tertulis :

َْ ا

لََٰذ

ْ

ْ باَتاكْلا

ْ

َْل

ْْ

َْبْيَر

ْْۛ

ْاهياف

ْْۛ

ىًد ه

ْ

َْياقذت مْلال

(10)

Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (QS. Al-Baqarah : 2)

Pada surat al-Fatihah tercantum kalimat :

َْنّادْها

ْ

َْطاَ ا صّلا

ْْ

َْياقَت ْ س مْلا

Tunjukilah kami jalan yang lurus, (QS. Al-Fatihah : 6)

Maka Allah menjawab bahwa jalan lurus yang kalian minta ini adalah al-Qur’an yang tidak ada keraguan di dalamnya.

3. Ketiga

Keserasian antara Surat Al-Kautsar ayat 108 dengan Surat Al-Ma’un ayat 107. Hubungan ini adalah hubungan dua hal yang berlawanan.

Dalam Surat Al-Ma’un, Allah menjelaskan sifat-sifat orang munafik, antara lain bakhil (tidak memberi makan fakir miskin dan anak yatim), meninggalkan shalat, riya, (suka pamer), dan tidak mau membayar zakat.

َْ ا

لََٰذَف

ْ

يا ذلَّا

ْ

ْ ع دَي

ْ

َْياتَيْلا

Itulah orang yang menghardik anak yatim

َْل َو

ْ

ْ ض َيَ

ْ

ْىَلَع

ْ

ْاماَع َط

ْ

ْاياك ْسامْلا

dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.

ْ لْيَوَف

ْ

َْيا ل َص مْلال

(11)

shalat

Dalam Surat Al-Kautsar Allah mengatakan “Sesungguhnya Kami telah memberi nikmat kepadamu banyak sekali (lawan dari bakhil, mengapa kamu bakhil?, tetaplah menegakkan shalat); shalat kamu itu hendaklah karena Allah saja, dan berkorbanlah, lawan dari enggan membayar zakat.

ْذنّ

ِ

ا

ْ

َْكاَنْي َطْعَأ

ْ

َْرَثْوَكْلا

1. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.

ْا ل َصَف

ْ

َْكا بَرال

ْ

ْْرَ ْنْاَو

2. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.

ْذن

ا

ِ

ْ

َْكَئانا َش

ْ

َْو ه

ْ

ْ َتْبَ ْلْا

3. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.

Inilah keserasian yang amat mengagumkan sebagai petanda adanya hikmah dalam susunan surat-surat dalam al-Qur’an.

(12)

Bab 3 : Cara Mengetahui Munasabah

Sebagaimana kita ketahui, bahwa sejarah munculnya kajian tentang munasabah tidak terjadi pada masa Rasulullah, melainkan setelah berlalu sekitar tiga atau empat abad setelah masa beliau. Hal ini berarti, bahwa kajian ini bersifat taufiqi (pendapat para ulama).

1. Produk Ijtihad Bukan Tauqifi

Karena itu, keberadaannya tetap sebagai hasil pemikiran manusia (para ahli Ulumul-Qur’an) yang bersifat relatif, mengandung kemungkinan benar dan kemungkinan salah. Sama halnya dengan hasil pemikiran manusia pada umumnya, yang bersifat relatif (Zhanniy).

Sungguhpun keberadaannya mengandung nilai kebenaran yang relatif, namun dasar pemikiran tentang adanya munasabah dalam al-Qur’an ini berpijak pada prinsip yang bersifat absolut, yaitu suatu prinsip, bahwa tartib (susunan) ayat-ayat al-Qur’an.

Sebagaimana kita lihat sekarang adalah bersifat Tauqifi yakni suatu susunan yang disampaikan oleh Rasulullah berdasarkan petunjuk dari Allah (wahyu), bukan susunan manusia, atas dasar pemikiran inilah, maka sesuatu yang disusun oleh Dzat Yang Maha Agung tentunya berupa

(13)

nilai filosofis (hikmah) yang sangat tinggi pula. Oleh sebab itu, secara sistematis tentulah dalam susunan ayat-ayat al-Qur’an terdapat korelasi, keterkaitan makna (munasabah) antara suatu ayat dengan ayat dengan ayat sebelumnya atau ayat sesudahnya. Karena itu pula, sebagaimana ulama menamakan ilmu munasabah ini dengan ilmu tentang rahasia/hikmah susunan ayat-ayat dan surat-surat dalam al-Qur’an.

Asy-Syatibi menjelaskan bahwa satu surat, walaupun dapat mengandung banyak masalah namun masalah-masalah tersebut berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Sehingga seseorang hendaknya jangan hanya mengarahkan pandangan pada awal surat, tetapi hendaknya memperhatikan pula akhir surah atau sebaliknya. Karena bila tidak demikian, akan terabaikan maksud ayat-ayat yang diturunkan itu.

2. Hubungan Dengan Asbabun Nuzul

Mengetahui hubungan antara suatu ayat atau surah lain (sebelum atau sesudahnya) tidaklah kalah pentingnya dengan mengetahui sebab nuzulul ayat. Sebab mengetahui adanya hubungan antara ayat-ayat dan surah-surah itu dapat pula membantu kita memahami dengan tepat ayat-ayat dan surah-surah yang bersangkutan.

Ilmu ini dapat berperan mengganti ilmu asbabul nuzul, apabila kita tidak dapat mengetahui sebab turunnya suatu ayat tetapi kita bisa mengetahui adanya relevansi ayat itu dengan yang

(14)

lainnya. Sehingga di kalangan ulama timbul masalah mana yang didahulukan antara mengetahui sebab turunnya ayat dengan mengetahui hubungan antara ayat itu dengan yang lainnya.

Tentang masalah ilmu munasabah di kalangan ulama’ terjadi perbedaan pendapat, bahwa setiap ayat atau surat selalu ada relevansinya dengan ayat atau surat lain. Ada pula yang menyatakan bahwa hubungan itu tidak selalu ada. Tetapi sebagian besar ayat-ayat dan surah-surah ada hubungannya satu sama lain. Ada pula yang berpendapat bahwa mudah mencari hubungan antara suatu ayat dengan ayat lain, tetapi sukar sekali mencari hubungan antara suatu surat dengan surat lainnya. Muhammad Izah Daruzah mengatakan bahwa semula orang menyangka antara satu ayat atau surat dengan ayat atau surat yang lain tidak memiliki hubungan antara keduanya. Tetapi kenyataannya, bahwa sebagian besar ayat-ayat dan surat-surat itu ada hubungan antara satu dengan yang lain.

Untuk meneliti keserasian susunan ayat dan surat (munasabah) dalam Alquran diperlukan ketelitian dan pemikiran yang mendalam. As-Suyuthi menjelaskan ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan untuk menemukan munasabah ini, yaitu:

1. Harus diperhatikan tujuan pembahasan suatu surat yang menjadi objek pencarian.

2. Memerhatikan uraian ayat-ayat yang sesuai dengan tujuan yang dibahas dalam surat.

(15)

apakah ada hubungannya atau tidak.

4. Dalam mengambil kesimpulannya, hendaknya memerhatikan ungkapan-ungkapan bahasanya dengan benar dan tidak berlebihan.

(16)

Bab 4 : Macam-Macam Munasabah al-Qur’an

1. Antara Surah Dengan Surah

Keserasian hubungan atau munasabah antar surah ini pada hakikatnya memperlihatkan kaitan yang erat dari suatu surah dengan surah lainnya. Bentuk munasabah yang tercermin pada masing-masing surah, kelihatannya memperlihatkan kesatuan tema.

Salah satunya memuat tema sentral, sedangkan surah-surah yang lainnya menguraikan sub-sub tema berikut perinciannya baik secara umum maupun secara parsial.

Salah satu contoh yang dapat diajukan di sini adalah munasabah yang dapat ditarik pada tiga surah beruntun, masing-masing surat Al-Fatihah, Al-Baqarah dan Ali Imran. Satu surah berfungsi menjelaskan surah sebelumnya, misalnya di dalam surah al-Fatihah:

َْنّادْها

ْ

َْطاَ ا صّلا

ْْ

َْياقَت ْ س مْلا

Tunjukan kami ke jalan yang lurus

Lalu dijelaskan di dalam surah al-Baqarah, bahwa jalan yang lurus itu ialah mengikuti petunjuk al-Qur’an, sebagaimana disebutkan:

َْ ا

لََٰذ

ْ

ْ باَتاكْلا

ْ

َْل

ْْ

َْبْيَر

ْْۛ

ْاهياف

ْْۛ

ىًد ه

ْ

َْياقذت مْلال

Kitab ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa.

(17)

Untuk mencari munasabah antara satu surat dengan surat sebelumnya, as-Suyuthi menyimpulkan bahwa satu surat berfungsi menerangkan atau menyempurkan ungkapan pada surat sebelumnya. Sebagai contoh dalam surat al-Baqarah [2] ayat 152 dan 182:

نيوركذاف

ْ

كمركذ أ

ْ

اوركشاو

ْْ

لي

ْ

لو

ْ

ْنورفكت

Ayat-ayat dari surat ini menerangkan dan menyemprnakan dari surat sebelumnya al-fatihah [1] ayat 2:

ْ دْمَحْلا

ْ

ْاذ الِل

ْ

ْ ابَر

ْ

َْيامَلاَعْلا

Begitu juga ayat 21-22 surat al-Baqarah [2]:

اَ يَُّأ َيَ

ْْ

ْ ساذنلا

ْْ

او د بْعا

ْْ

ْ كذبَر

ْْ

يا ذلَّا

ْْ

ْْ كَقَلَخ

ْْ

َْنيا ذلَّاَو

ْْ

نام

ْْ

ْْ كالْبَق

ْْ

ْْ كذلَعَل

ْْ

َْنو قذتَت

ْْ

يا ذلَّا

ْْ

َْلَعَج

ْْ

ْ كَل

ْْ

ْ َضْرَلْا

ْْ

ا ًشاَراف

ْْ

َْء آَم ذسلاَو

ْْ

َْلَزنَأَوًء آَناب

ْْ

َْنام

ْْ

ْاء آَم ذسلا

ْْ

ًْء آَم

ْْ

َْجَرْخَآَف

ْْ

ْاهاب

ْْ

َْنام

ْْ

ْاتاَرَمذثلا

ْْ

اًق ْزار

ْْ

ْْ كَل

ْْ

َْلَف

ْْ

او لَعْ َتَ

ْْ

ْاذ الِل

ْْ

ْاًدا َدنَأ

ْْ

ْْ تنَأَو

ْ

َْنو مَلْعَت

Merupakan penyempurnaan dari ungkapan (َِّني مَلاَعْلاِِّّ ب َر) dalam surat al-fatihah.

3. Antara Nama Surah Dengan Kandungan Isinya

Nama suatu surah pada dasarnya bersifat tauqifi. Namun beberapa bukti menunjukkan bahwa suatu surah terkadang memiliki satu nama dan terkadang dua nama atau lebih. Tampaknya ada rahasia dibalik nama tersebut. Para ahli tafsir sebagaimana yang dikemukakan oleh al-Sayuthi melihat adanya keterkaitan antara nama-nama

(18)

surah dengan isi atau uraian yang dimuat dalam suatu surah.

Kaitan antara nama surah dengan isi ini dapat di indentifikasikan sebagai berikut :

a. Nama diambil dari urgensi isi serta kedudukan surah. Nama surah al-Fatihah disebut dengan umm al-Kitab karena urgensinya dan disebut dengan al-Fatihah karena kedudukannya.

b. Nama diambil dari perumpamaan, peristiwa, kisah atau peran yang menonjol, yang dipaparkan pada rangkaian ayat-ayatnya; sementara di dalam perumpamaan, peristiwa, kisah atau peran itu sarat dengan ide. Di sini dapat disebut nama-nama surah : ‘Ankabut, Fath, al-Fil, al-Lahab dan sebagainya.

c. Nama sebagai cerminan isi pokoknya, misalnya al-ikhlas karena mengandung ide pokok keimanan yang paling mendalam serta kepasrahan ; al-Mulk mengandung ide pokok hakikat kekuasaan dan sebagainya. d. Nama diambil dari tema spesifik untuk

dijadikan acuan bagi ayat-ayat lain yang tersebar diberbagai surah. Contoh al-Hajj ( dengan spesifik tema haji ), al-Nisa ( dengan spesifik tema tentang tatanan kehidupan rumah tangga). Kata Nisa yang berarti kaum wanita adalah lambang keharmonisan rumah tangga.

(19)

untuk menuntut perhatian khusus terhadap ayat-ayat di dalamnya yang memakai huruf itu. Contohnya : Thaha, Yasin, Shad dan Qaf.

4. Antara Satu Kalimat Lainnya Dalam Satu Ayat

Munasabah antara satu kalimat dengan kalimat yang lainnya dalam satu ayat dapat dilihat dari dua segi.

a. Adanya Hubungan Langsung

Pertama adanya hubungan langsung antar kalimat secara konkrit yang jika hilang atau terputus salah satu kalimat akan merusak isi ayat. Identifikasi munasabah dalam tipe ini memperlihatkan ciri-ciri ta’kid dan tafsir

Ta’kid : tasydid ( penguat / penegasan

“اولعفتِِّّملِّنإف “ , dikuti “ اولعفتِّنلو” ( Q.S al-Baqarah

/ 2 : 24 ).

/ I’tiradh ( interfretasi / penjelasan dan ciri-cirinya).

ناحب س

ْْ

ىلَّا

ْْ

ىسرا

ْْ

ْهدبعب

ْْ

ليل

ْْ

ْنم

ْْ

دجسلما

ْْ

مارلحا

ْْ

لىا

ْْ

ْدجسلما

ْْ

ْصق لْا

Kemudian diikuti dengan

ىلَّا

ْ

انكربِ

ْ

لهوح

ْ

ينرل

هْ

ْنم

ْ

انتيَا

ْ

b. Beda Kalimat

Masing-masing kalimat berdiri sendiri, ada hubungan tetapi tidak langsung secara konkrit, terkadang ada penghubung huruf ‘ athaf ‘ dan

(20)

terkadang tidak ada. Dalam konteks ini, munasabahnya terletak pada :

a. Susunan kalimat-kalimatnya berbentuk rangkaian pertanyaan, perintah dan atau larangan yang tak dapat diputus dengan fashilah. Salah satu contohnya ayat berikut :

ْْ َضْرَ ْلْاَوْ اتاَواَم ذسلا ْ َقَلَخْ ْنَم ْْم َتَْلَآ َسْ ْ ائَِلَو

___

ْْْۚ ذلِلا ْذن لو قَيَل

___

ْ دْمَحْلاْال ق

َْنو مَلْعَيْ َلْْ هُ َثَْكَأْْلَبْْۚا ذ الِلْ

Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah". Katakanlah: "Segala puji bagi Allah"; tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS. Luqman : 25)

b. Munasabah berbentuk istishrad ( penjelasan lebih lanjut ). Contoh :

كنول آسي

ْْ

نع

ْْ

له لْا

ْْ

ْْ___

لق

ْْ

هى

ْْ

ْْ(ْ___

ةرقبلا

ْْ

ْْ/

2

ْْ

ْ:

189

c. Munasabah berbentuk nazhir / matsil ( hubungan sebanding ) atau mudhaddah / ta’kis ( hubungan kontradiksi ). Contoh :

سيل

ْْ

برلا

ْْ

ن أ

ْْ

اولوت

ْْ

كهوجو

ْْ

لبق

ْْ

قشرلما

ْْ

برغلماو

ْْ

ْْ___

نكلو

ْْ

برلا

ْ

ْ(ْ…

ةرقبلا

ْ

ْ/

2

ْ

ْ:

177

5. Antara Nama Surat Dengan Tujuan Turunnya

Al-Biqai menjelaskan bahwa nama-nama surat al-Qur’an merupakan “inti pembahasan surat tersebut serta penjelasan menyangkut tujuan”.

(21)

yang sangat menonjol, dan itu tercermin dalam nama-nama masing-masing surat, seperti surat Baqarah, surat yusuf, surat an-Naml, dan surat al-Jinn.

Cerita tentang sapi betina dalam surat al-Baqarah umpamanya merupakan inti pembicaraan surat tersebut, yaitu kekuasaan Allah membangkitkan orang mati.

Surat Yusuf mengisahkan Nabi Yusuf a.s. yang dibuang ke sumur oleh saudara-saudaranya, kemudian setelah menjadi orang istana ia difitnah memperkosa Zulaekha, permasuri penguasa Mesir, padahal justru wanita itu yang berusaha memaksa Yusuf melakukan pembuatan tidak terpuji.

Surat al-Jinn yang mengisahkan bahwa Jin adalah mahluk yang juga sering mendengarkan bacaan al-Qur’an, dsb. Singkat cerita semua nama surat mencerminkan isi dari surat itu.

6. Antara Ayat Dengan Ayat Dalam Satu Surah

Untuk melihat munasabah semacam ini perlu diketahui bahwa ini didaftarkan pada pandangan datar yaitu meskipun dalam satu surah tersebar sejumlah ayat, namun pada hakikatnya semua ayat itu tersusun dengan tertib dengan ikatan yang padu sehingga membentuk fikiran serta jalinan informasi yang sistematis.

Untuk menyebut sebuah contoh, ayat-ayat diawal Q.S al-Baqarah 1 – 20 memberikan sistematika informasi tentang keimanan,

(22)

kekufuran, serta kemunafikan. Untuk mengidentifikasikan ketiga tipologi iman, kafir dan nifaq, dapat ditarik hubungan ayat-ayat tersebut.

Misalnya surah al-Mu’minun dimulai dengan :

دق

ْ

حلف أ

ْ

ْنونمؤلما

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman”.

Kemudian dibagian akhir surah ini ditemukan kalimat :

هنا

ْ

ل

ْ

حلفي

ْْ

ْنورفكالا

Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tidak beruntung”.

7. Antara Penutup Ayat Dengan Isi Ayat Itu Sendiri

Munasabah pada bagian ini, Imam al-Sayuthi menyebut empat bentuk yaitu

▪ al-Tamkin (mengukuhkan isi ayat)

▪ al-Tashdir (memberikan sandaran isi ayat pada sumbernya)

▪ al-Tausyih (mempertajam relevansi makna) dan

▪ al-Ighal (tambahan penjelasan). Sebagai contoh :

كرابتف

ْ

الله

ْ

نسحا

ْ

ْيقلالخا

Mengukuhkan

ثم

ْ

انقلخ

ْ

ةفطنلا

ْ

ةقلع

(23)

ayat sebelumnya yaitu surat al-Mukminun ayat 12 – 14. Kalimat-kalimat :

موقل

ْ

نوركفتي

ْ

موقل

ْ

نولقعي

ْ

موقل

ْ

ْنوهقفي

selalu menjadi sandaran isi ayat.

Kata “halim” sangat erat hubungannya dengan ‘ibadat, sementara “rasyid” kuat hubungannya dengan al-amwal seperti bunyi ayat Q.S Hud : 87 berikut :

اولاق

ْْ

يَ

ْْ

ْبيعش

ْْ

كتلص أ

ْْ

كرم آت

ْْ

ن أ

ْْ

كتن

ْْ

دبعيام

ْْ

نّؤبِا

ْْ

و أ

ْْ

ْن أ

ْْ

لعفن

ْ

ْف

ْْ

انلاوم أ

ْ

اؤاشنام

ْ

كن ا

ْ

ْتن لْ

ْ

يللحا

ْ

دي شرلا

Sedangkan bentuk al-Ighal dapat dijumpai pada Q.S al-Naml ayat 80 :

كنا

ْ

ْعمستل

ْ

تىولما

ْْ

ْعمستلو

ْ

مصلا

ْ

ءاعلدا

ْ

اذ ا

ْْ

اولو

ْ

دم

ْْ

نيرب

Kata “Wallaw” yang artinya ‘bila mereka berpaling’ berfungsi sebagai penjelasan terhadap arti (orang tuli).

8. Antara Awal Uraian Surah Dengan Akhir Uraian Surah

Salah satu rahasia keajaiban al-Qur’an adalah adanya keserasian serta hubungan yang erat antara awal uraian suatu surat dengan akhir uraiannya. Sebagai contoh, dikemukakan oleh al-Zamakhsyari demikian juga al-Kirmani bahwa Q.S al-Mu’minun diawali dengan “نونمؤملاِّحلفاِّدق “ ( respek Tuhan kepada orang-orang Mukmin ) dan diakhiri dengan “نيرفاكلاِِّّحلفيلاِِّّهنا “ ( sama sekali Allah tidak

(24)

Dalam Q.S al-Qashas, al-Sayuthi melihat adanya munasabah antara pembicaraan tentang perjuangan Nabi Musa menghadapi Fir’aun seperti tergambar pada awal surah dengan Nabi Muhammad Saw yang menghadapi tekanan kaumnya seperti tergambar pada situasi yang dihadapi oleh Musa As dan Muhammad Saw, serta jaminan Allah bahwa mereka akan memperoleh kemenangan.

9. Antara Penutup Suatu Surah Dengan Awal Surah Berikutnya

Misalnya akhir surah al-Waqi’ah / 96 :

حب سف

ْ

سبِ

ْ

كبر

ْ

ْيظعلا

Maka bertasbihlah dengan ( menyebut ) nama Tuhanmu Yang Maha Besar”.

Lalu surah berikutnya, yakni surah al-Hadid / 57 ayat 1 :

حب س

ْ

الله

ْ

ْفام

ْ

تاومسلا

ْْ

ضر لْاو

ْْ

وهو

ْْ

زيزعلا

ْ

ْيكلحا

Semua yang berada di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah ( menyatakan kebesaran Allah ). Dan Dia-lah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.

10. Antara Ayat Tentang Satu Tema

Munasabah antar ayat tentang satu tema ini, sebagaimana dijelaskan oleh al-Sayuthi, pertama-tama dirintis oleh al-Kisa’I dan al-Sakhawi.

Sementara al-Kirmani menggunakan metodologi munasabah dalam membahas

(25)

berjudul al-Burhan fi Mutasyabih al-Qur’an.

Karya yang dinilainya paling bagus adalah

Durrah al-Tanzil wa Gharrat al-Ta’wil oleh Abu

‘Abd Allah al-Razi dan Malak al-Ta’wil oleh Abu Ja’far Ibn al-Zubair.

Munasabah ini sebagai contoh dapat dikemukakan tentang tema qiwamah (tegaknya suatu kepemimpinan). Paling tidak terdapat dua ayat yang saling bermunasabah, yakni Surat An-Nisa ayat 34

لاجرلا

ْْ

نوماوق

ْْ

ْلع

ْْ

ءاسنلا

ْْ

ابم

ْْ

لضف

ْْ

الله

ْْ

مهضعب

ْْ

لع

ْْ

ضعب

ْْ

ْوْْ

ابم

ْ

اوقفن أ

ْ

نم

ْ

ملهاوم أ

Dan Q.S al-Mujadalah ( 58 ) : 11 :

ْعفري

ْْ

الله

ْْ

نيلَّا

ْْ

اونما

ْْ

ْكنم

ْْ

نيلَّاو

ْْ

اوتو أ

ْْ

لمعلا

ْْ

تاجرد

ْْ

اللهو

ْْ

ابم

ْْ

نولمعت

ْ

ْيبخ

Tegaknya qiwamah ( konteks parsialnya qiwamat al-rijal ‘ala al-nisa ) erat sekali kaitannya dengan faktor Ilmu pengetahuan / teknologi dan faktor ekonomi.

Q.S al-Nisa menunjuk kata kunci “Bima Fadhdhala” dan “al-Ilm” .

Antara “Bima fadhdhala” dengan “yarfa’” terdapat kaitan dan keserasian arti dalam kata kunci nilai lebih yang muncul karena faktor ‘Ilmu.

Munasabah al-Qur’an diketahui berdasarkan ijtihad, bukan melalui petunjuk Nabi (tauqifi). Setiap orang bisa saja menghubung-hubungkan antara berbagai hal dalam Kitab al-Qur’an.

(26)

Bab 5 : Urgensi dan Kegunaan Mempelajari Munasabah al-Qur’an

Sebagaimana asbabunnuzul, munasabah sangat berperan dalam memahami Alquran. Muhammad Abdullah Darraz berkata: “Sekalipun permasalahan-permasalahan yang diungkapkan oleh surat itu banyak, semuanya merupakan satu kesatuan pembicaraan yang awal dan akhirnya saling berkaitan. Maka bagi orang yang hendak memahami sistematika surat semestinyalah ia memerhatikan keseluruhannya, sebagaimana juga memerhatikan segala permasalahannya.”

Kegunaan mempelajari ilmu munasabah sebagai berikut:

1. Pertama

Dapat mengembangkan sementara anggapan orang yang menganggap bahwa tema-tema Alquran kehilangan relevansi antara satu bagian dengan bagian lainnya.

2. Kedua

Mengetahui persambungan atau hubungan antara bagian Alquran, baik antara kalimat-kalimat atau ayat-ayat maupun surat-suratnya yang satu dengan yang lain, sehingga lebih memperdalam pengetahuan dan pengenalan terhadap Alquran dan memperkuat keyakinan terhadap kewahyuan dan kemukjizatannya.

(27)

Dapat diketahui mutu dan tingkat kebalghahan bahasa Alquran dan konteks kalimat-kalimatnya yang satu dengan yang lainnya, serta persesuaian ayat atau surat yang satu dengan yang lainnya.

4. Keempat

Dapat membantu dalam menafsirkan Alquran setelah diketahui hubungan suatu kalimat atau ayat dengan kalimat atau ayat dengan yang lain.

(28)

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Harahap (2006:297), rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan

Penginderaan jauh untuk mengekstrak data kualitas permukiman dengan hasil akurasi yang akurat, dibuktikan dengan nilai akurasi variabel kepadatan permukiman sebesar

Dalam buku ini terlihat gambaran pelaksanaan tata kelola pemerintahan daerah, dilihat dari pelaksanaan audit internal sektor publik, kompetensi aparatur pemerintah

Jika fungsi distribusi itu adalah diskrit maka prosedur yang diperlukan untuk membangkitkan random variate dari f(x) sbb:.. Tempatkan RN yang diperoleh pada f(x) axis

Peserta didik didorong untuk mengumpulkan berbagai sumber informasi yang kemudian dari berbagai informasi yang diperolehnya tersebut peserta didik dapat menentukan

Kualitas air baku (TDS) RO tahap 1 (desalinasi) bervariasi sesuai dengan musim, jika musim hujan TDS air baku menjadi rendah sampai 500 mg/l karena resapan air hujan ke sumur air

Aplikasi pengeditan data geografi ini terdiri dari dua modul utama yaitu modul yang menangani data multiformat (disebut nodemap), dan modul yang menangani interaksi transaksi