• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Terapi Aktifitas Kelompok Oleh Perawat Pada Pasien Rawat Inap di RSD Madani Palu Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Terapi Aktifitas Kelompok Oleh Perawat Pada Pasien Rawat Inap di RSD Madani Palu Tahun 2013"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

764

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Terapi Aktifitas

Kelompok Oleh Perawat Pada Pasien Rawat Inap

di RSD Madani Palu Tahun 2013

Aminuddin

1)

Abstrak: Kasus panyakit jiwa setiap tahun semakin meningkat jumlahnya sehingga perlu penanganan yang lebih maksimal, salah satunya melalui strategi Terapi Aktifitas Kelompok. Selama ini Terapi Aktifitas Kelompok masih belum maksimal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan Terapi Aktifitas Kelompok oleh perawat pada pasien rawat inap di RSD Madani Palu. Penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study. Yang menjadi sampel adalah semua perawat yang bertugas di ruang rawat inap RSD Jiwa Madani sebanyak 67 responden (sampel jenuh). Analisis yang digunakan adalah analisis Bivariat dengan uji Chi-Square. Hasil penelitian tidak ada pengaruh yang bermakna antara pengetahuan (ρ 0.146), pendidikan (ρ 0.356), dan lama kerja (ρ 0.878) dengan pelaksanaan Terapi Aktifitas Kelompok. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah Tidak ada pengaruh yang bermakna antara pengetahuan, pendidikan, dan lama kerja terhadap pelaksanaan Terapi Aktifitas Kelompok. Peneliti berharap bagi pihak rumah sakit untuk memberikan pelatihan teknis keperawatan jiwa dan menambah fasilitas yang menunjang pelaksanaan keperawatan jiwa.

Kata Kunci :Pengetahuan, Pendidikan, Lama Kerja, Terapi Aktifitas Kelompok

Abstrak: Mental illness cases increase annually and need a more maximal handling such as strategy of Group Activity Therapy (GAT). Recently, this GAT consider less affective. This study was aimed to know the factors associating with the implementation of GAT by nurses among inpatient at Madani Hospital, Palu City. This study is a analytical survey with Cross Sectional design. Sample of this study are all the nurses (67 nurses) servicing in inpatient room at Madani hospital. Analysis used is bivariate with Chi-square test. Study result show that there is no significant association of knowledge (ρ 0.146), aducation (ρ 0.356), and working period (ρ 0.878) with implementation of GAT. In conclusion, there is no association of knowledge, education, and working period with implementation of GAT. It is suggested to Madani hospital for providing technical training of mental illness nursing and increase the facility supporting the implementation of mental illness nursing.

Keywords : Knowledge, Education, Working period, Group activity therapy.

PENDAHULUAN

Terapi Aktivitas Kelompok klien dengan gangguan persepsi sensori dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, tentu saja klien yang mengikuti therapy ini adalah klien yang sudah mampu mengontrol dirinya dari halusinasi sehingga pada saat TAK klien dapat bekerjasama dan tidak mengganggu anggota kelompok yang lain (Somantri, 2012).

Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh individu atau klien melalui terapi aktifitas kelompok meliputi dukungan (support), pendidikan meningkatkan pemecahan masalah, meningkatkan hubungan interpersonal dan juga meningkatkan uji realitas (reality testing) pada

klien dengan gangguan orientasi realitas. Terapi aktifitas kelompok sering digunakan dalam praktek kesehatan jiwa, bahkan dewasa ini terapi aktifitas kelompok merupakan hal yang penting dari ketrampilan terapeutik dalam keperawatan. Terapi kelompok telah diterima profesi kesehatan (Ikhwanul. K, 2012).

Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu tindakan keperawatan untuk klien gangguan jiwa. Terapi ini adalah terapi yang pelaksanaannya merupakan tanggung jawab penuh dari seorang perawat. Oleh karena itu seorang perawat khususnya perawaat jiwa haruslah mampu melakukan terapi aktivitas

(2)

765 kelompok secara tepat dan benar (Fauzan, 2011).

Berdasarkan studi pendahuluan kasus panyakit jiwa setiap tahun semakin meningkat jumlahnya sehingga perlu penanganan yang lebih maksimal melalui pendekatan medis maupaun asuhan keperawatan salah satunya melakukan implementasi keperawatan melalui strategi Terapi Aktifitas Kelompok. Selama ini Terapi Aktifitas Kelompok masih belum maksimal.

METODE PENELITIAN (Methods)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study,yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang memepengaruhi pelaksanaan terapi aktifitas kelompok oleh perawat pada pasien rawat inap di RSD Madani Palu yang diteliti secara bersamaan antara variabel independen dan variabel dependen (Budiman, 2013).

Penelitian ini dilaksanakan di ruang rawat inapRSD Madani Palu pada tanggal 25 juni s/d 9 juli 2013.Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat yang bertugas di ruang rawat inap RSD Jiwa Madani sebanyak 67 responden.Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bertugas di ruang rawat inap RSD Jiwa Madani yang semuanya dijadikan sampel penelitian sebanyak 67 responden (Sampel jenuh). Tehnik Pengumpulan Data: Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan sendiri. dimana tehnik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan mengumpulkan langsung informasi tentang pengetahuan perawat jiwa tentang penatalaksanaan terapi aktifitas kelompok. Data

sekunder yaitu data yang diperoleh dari bagian kepegawaian RSD Jiwa Madai tentang ketenagaan perawat jiwa. Analisis Univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari masing-masing variabel-variabel independen (Pendidikan, pengetahuan dan lama kerja) dan variabel independen (Pelaksanaan Terapi Aktifitas Kelompok).Analisis Bivariat Dilakukan untuk melihat hubungan dari variabel dependen dengan masing-masing variabel independen. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat kemaknaan 0,05, dengan Kriteria Penerimaan Hipotesis :Bila nilai ρ≤ 0,05 berarti Ho ditolak (ada hubungan), Bila nilai ρ> 0,05 berarti H1 diterima (tidak ada hubungan). Untuk menyajikan hasil penelitian, data disajikan dalam bentuk tabel dan naskah.

Hasil Penelitian (Result)

Analisisi Univariat dilakukan dalam penelitian ini untuk melihat distribusi frekwensi dari setiap variabel Independen dan variabel dependen, yang terdiri dari variabel bebas yaitu pengetahuan, pendidikan dan lama kerja sedangkan variabel dependen adalah Terapi Aktifitas kelompok (TAK).

a. Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Untuk memperoleh gambaran distribusi responden menurut pengetahuan tentang Terapi Aktifitas Kelompok dapat dilihat pada tabel berikut :

(3)

766

Tabel 4.1

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Yang Mempengaruhi Pelaksanaan (TAK) Di RSD Madani

Palu Pengetahuan f % Kurang baik Baik 18 49 26.9 73.1 Total 67 100

Sumber : Data primer tahun 2013

** Pengetahuan kurang baik jika skor jawaban responden < 8 dan pengetahuan baik Jika skor jawaban responden ≥ 8.

Pada tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa responden yang berpengetahuan baik lebih banyak dengan proporsi 73.1%. dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan kurang baik dengan proporsi 26.9%.

b. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Untuk memperoleh gambaran distribusi responden menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Yang Mempengaruhi Pelaksanaan (TAK)

Di RSD Madani Palu Tingkat Pendidikan f % D-III Keperawatan S 1 Keperawatan 63 4 94 6 Total 67 100

Sumber : Data primer tahun 2013

Pada tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa responden yang memiliki pendidikan D-III Keperawatanlebih banyak dengan proporsi 94% dibandingkan dengan yang memiliki pendidikan S1 Keperawatandengan proporsi 6%.

c. Distribusi Responden Menurut Lama Kerja Untuk memperoleh gambaran distribusi responden menurut Lama Kerja dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3

Distribusi Responden Berdasarkan Lama Kerja Yang Mempengaruhi Pelaksanaan (TAK)Di RSD Madani

Palu Lama Kerja f % ≤ 5 tahun > 5 Tahun 26 41 38.8 61.2 Total 67 100

Sumber : Data primer

Pada tabel 4.3 bahwa responden yang memiliki lama kerja≤ 5 tahun sebanyak 26 responden (38.8%) dan responden yang memiliki lama kerja > 5 tahun sebanyak 41responden (61.2%). Hasil penelitian menurut lama kerja yang terbanyak adalah responden yang memiliki lama kerja > 5 tahun.

d. Distribusi Pelaksanaan Terapi Aktifitas Kelompok

Tabel 4.4

Distribusi Pelaksanaan Terapi Aktifitas Kelompok Di RSD Madani Palu Terapi Aktifitas Kelompok f % Tidak dilaksanakan Dilaksanakan 33 34 49.3 50.7 Total 67 100

Sumber : Data primer

Pada tabel 4.4 bahwa responden yang tidak melaksanakan terapi aktifitas kelompok sebanyak 33 responden (49.3%) dan responden yang melaksanakan terapi aktifitas kelompok sebanyak 34 responden (50.7%). Hasil penelitian menurut lama kerja yang terbanyak adalah responden yang melaksanakan terapi aktifitas kelompok.

Analisis BivariatTujuan dari analisis bivariat untuk melihat hubungan antara variabel independen yaitu pengetahuan, pendidikan dan lama kerja dengan variabel dependen yaitu terapi aktifitas kelompok sebagai berikut :

(4)

768

a. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Pelaksanaan Terapi Aktifitas Kelompok.

Tabel 4.5

Pengaruh Pengetahuan Terhadap Pelaksanaan Terapi Aktifitas Kelompok Di RSD Madani Palu

Pengetahuan

Terapi Aktifitas Kelompok

Total Ρ Value Tidak Dilaksanakan Dilaksanakan f % F % f % Kurang baik 12 66.7 6 33.3 18 100 0, 146 Baik 21 42.9 28 57.1 49 100 Total 33 49.3 34 50.7 67 100

Sumber : Data Primer tahun 2013

Hasil analisis menunjukan bahwa dari 18 responden yang berpengetahuan kurang baik yang tidak melaksanakan Terapi Aktifitas Kelompoklebih banyak dengan proporsi 66.7%dibandingkan dengan yang melaksanakan dengan proporsi 33.3%. Sedangkan dari 49 responden yang memiliki pengetahuan baik yang melaksanakan Terapi Aktifitas

Kelompoklebih banyak dengan proporsi 57.1% dibandingkan dengan yang tidak melaksanakan Terapi Aktifitas Kelompok dengan proporsi 42.9%. Hasil Uji statistik diperoleh nilai ρ 0.146 maka dapat disimpulkan pada α 0.05 tidak ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan terhadap pelaksanaanTerapi Aktifitas Kelompok.

b. Pengaruh PendidikanTerhadap Pelaksanaan Terapi Aktifitas Kelompok

Tabel 4.6

Pengaruh Tingkat PendidikanTerhadap PelaksanaanTerapi Aktifitas Kelompok Di RSD Madani Palu

Pendidikan

Terapi Aktifitas Kelompok

Total ρ

value

Tidak Dilaksanakan Dilaksanakan

F % f % f %

D-III 30 47.6 33 52.4 63 100

0.356

S-1 3 75 1 25 4 100

Total 33 49.3 34 50.7 67 100

Sumber : Data Primer tahun 2013

Hasil analisis menunjukan bahwa dari 63 responden yang memiliki pendidikan D-III Keperawatanlebih banyak yang melaksanakan Terapi Aktifitas Kelompok dengan proporsi 52.4%dibandingkan yang tidak melaksanakan Terapi Aktifitas Kelompokdengan proporsi 47.6%. Sedangkan responden yang memiliki pendidikan S-1 Keperawatan lebih banyak yang

tidak melaksanakan Terapi Aktifitas Kelompokdengan proporsi 75%dibandingkan dengan yang melaksanakan dengan proporsi 25%. Hasil Uji statistik dengan Fisher’s Exact diperoleh nilai ρ 0.356 maka dapat disimpulkan pada α 0.05 tidak ada pengaruhn yang signifikan antara pendidikan dengan Terapi Aktifitas Kelompok.

c. PengaruhLama KerjaTerhadap Pelaksanaan Terapi Aktifitas Kelompok

Tabel 4.7

Pengaruh Lama KerjaTerhadapPelaksanaan Terapi Aktifitas Kelompok Di RSD Madani Palu

Lama Kerja

Terapi Aktifitas Kelompok

Total Ρ

Value

Tidak Dilaksanakan Dilaksanakan

f % f % f %

≤ 5 tahun 12 46.2 14 53.8 26 100

0.878

> 5 Tahun 21 51.2 20 48.8 41 100

Total 33 49.3 34 50.7 67 100

Sumber : Data Primer tahun 2013 Hasil analisis menunjukan bahwa dari 26 responden yang memiliki lama kerja ≤ 5 tahunlebih banyak yang melaksanakan Terapi Aktifitas Kelompok dengan proporsi 53.8%)

dibandingkan yang tidak melaksanakan Terapi Aktifitas Kelompokdengan proporsi 46.2%. Sedangkan responden yang memiliki lama kerja > 5 tahun lebih banyak yang tidak melaksanakan

(5)

768 Terapi Aktifitas Kelompokdengan proporsi 51.2% dibandingkan yang melaksanakan dengan proporsi 48.8%. Hasil Uji statistik diperoleh nilai ρ 0.878 maka dapat disimpulkan pada α 0.05 tidak ada pengaruh yang signifikan antara lama kerja dengan Terapi Aktifitas Kelompok.

Pembahasan

1. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Pelaksanaan Terapi Aktifitas Kelompok.

Hasil penelitian univariat menunjukan bahwa Hasil penelitian menurut pengetahuan yang terbanyak adalah responden yang memiliki pengetahuan baik tentang Terapi Aktifitas Kelompok, sedangkan hasil analisis Bivariat dengan hasil uji statistik diperoleh nilai ρ 0.146 maka dapat disimpulkan secara statistik tidak ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan dengan Terapi Aktifitas Kelompok.

Menurut Khair (2012), bahwa terapi aktivitas kelompok terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.

Stuart and Sundeen (1995) dalam Budi Anna Keliat (2004) mengemukakan bahwa peran perawat psikiatri dalam terapi aktivits kelompok adalah sebagai leader/co leader, sebagai observer dan fasilitator serta

mengevaluasi hasil yang dicapai dalam kelompok.Untuk memperoleh kemampuan sebagai leader/co leader, observer dan fasilitator dalam kegiatan terapi aktivitas kelompok, perawat juga perlu mendapat latihan dan keahlian yang professional Budi Anna Keliat (2004).

Berdasarkan hasil penelitian. petugas kesehatan di RS Madani kurangnya melaksanakan Terapi Aktivitas Kelompok karena fasilitas yang masih kurang seperti radio yang sering rusak, ruangan tempat Terapi Aktivitas Kelompok yang tidak sesuai standar pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok, kursi yang kurang, dan pasien yang kurang koperatif serta jumlah pasien yang sedikit.

Menurut asumsi peneliti bahwa pengetahuan perawat tentang terapi aktifitas kelompok sudah baik karena perawat yang bertugas di RS Madani selain mendapatkan ilmu keperawatan jiwa ketika menjalani pendidikan di D-III Keperawatan sebagian besar perawat yang bertugas sudah mendapatkan pendidikan khusus (D1 pendidikan jiwa), sehingga pengetahuan tentang terapi aktifitas kelompok sudah cukup baik. Sedangkan hasil uji statistik tidak ada hubungan dengan pelaksanaan terapi aktifitas kelompok oleh karena faktor Rumah Sakit yang belum didukung oleh fasilitas yang dapat menunjang terapi aktifitas kelompok.

Pengetahuan perawat kurang baik oleh karena perawat yang bertugas di rumah sakit adalah perawat yang masih bekerja < dari 5 tahun atau perawat yang baru bertugas di Rumah Sakit atau perawat

(6)

769 yang baru menyelesaikan pendidikan D-III Keperawatan sehingga belum memiliki pengalaman tentang Terapi Aktifitas kelompok.

Menurut Notoatmodjo (2005), bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin baik pula tingkat pengetahuannya. Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah untuk menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Dimana perawat jiwa yang bertugas sudah mendapatkan pendidikan khusus jiwa selain pendidikan D-III Keperawatan secara umum.

Penelitian yang di lakukan oleh Dedi (2007) dengan judul hubungan pengetahuan perawat tentang TAKS dengan motivasi pelaksanaan TAKS di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Propinsi Lampung, menghasilkan kesimpulan bahwa peningkatan motivasi pelaksanaan TAKS dipengaruhi oleh pengetahuan perawat tentang TAKS, jika pengetahuan tinggi tentang TAKS maka motivasi pelaksanaan TAKS juga tinggi ini sesuai dengan.

2. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap pelaksanaan Terapi Aktifitas Kelompok.

Hasil penelitian univariat memperlihatkan bahwa hasil penelitian menurut tingkat pendidikan yang terbanyak adalah responden yang memiliki penidikan D-III Keperawatan, sedangkan hasil analisis Bivariat denganFisher’s Exact Test diperoleh nilai ρ 0.356 maka dapat disimpulkan pada α 0.05 tidak ada pengaruh

yang signifikan antara pendidikan dengan Terapi Aktifitas Kelompok.

Menurut asumsi peneliti bahwa tenaga perawat yang bertugas di Rumah Sakit lebih banyak yang berpendidikan D-III Keperawatan oleh karena jumlah lulusan perawat yang berpendidikan D-III lebih banyak dibandingkan yang berpendidikan S-1 keperawatan sehingga tenaga sarjana Keperawatan masih sangat kurang terutama D-IV keperawatan jiwa, sedangkan hasil uji statistik tidak ada hubungan dengan pelaksanaan terapi aktifitas kelompok dimana perawata yang berpendidikan S1 adalah perawat yang bekerja sebagai pengelola seperti Kepala Ruangan sehingga pelaksanaan terapi aktifitas kelompok lebih banyak dilakukan oleh perawat yang berpendidikan D-III Keperawatan. Selain itu terapi aktifitas kelompok bukan hanya ditunjang oleh tingkat pengetahuan dan pendidikan, fasilitas yang mendukung juga sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan terapi aktifitas kelompok.

Terapi aktivitas kelompok sosialisasi pernahditeliti dan memberi dampak pada kemampuan klien dalam bersosialisasi. Terapi aktivitas yang lain telah digunakan dibeberapa Rumah Sakit Jiwa. Dengan evaluasi dan penelitian tentang manfaat terapi aktivitas kelompok yang akan memberi kontribusi peningkatan kemampuan perawat dalam melaksanakan terapi aktivitas kelompok dapat diperoleh melalui pendidikan keperawatan berkelanjutan diharapkan perawat yang melaksanakan terapi aktivitas kelompok

(7)

770 telah mengikuti pendidikan khusus (Sefrianti, 2011).

3. Hubungan Lama Kerja Dengan Terapi Aktifitas Kelompok.

Hasil penelitian univariat menunjukkan bahwa Hasil penelitian menurut lama kerja yang terbanyak adalah responden yang memiliki lama kerja > 5 tahun, sedangkan hasil analisis Bivariat dengan hasil uji statistik diperoleh nilai ρ 0.878 maka dapat disimpulkan pada α 0.05 tidak ada pengaruh yang signifikan antara lama kerja dengan Terapi Aktifitas Kelompok.

Menurut asumsi peneliti bahwa sama halnya dengan pengetahuan dan pendidikan, lama kerja tidak ada hubungan dimana semakin lama perawat tersebut bekerja maka perawat tersebut memagang / mengelola ruangan sehingga teknis atau pelaksanaan keperawatan lebih banyak dilaksanakan oleh perawat yang bertugas < 5 tahun.

Karakteristik individu dapat mempengaruhi kinerja perawat. Tingkat pendidikan, motivasi, usia dan pengalaman kerja karyawan baik baru maupun lama merupakan sebagian faktor yang dapat mempengaruhi kinerja dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan profesionalitas karyawan dalam pekerjaannya dan menyesuaikan diri dengan perubahan dan pengembangan yang berlangsung sekarang ini. Dengan demikian tingkat pendidikan, motivasi, usia dan pengalaman kerja mempunyai peranan yang penting bagi perusahaan karena akan mempengaruhi kinerja karyawan.

KESIMPULAN

Hasil penelitian dengan menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Tidak ada pengaruh yang bermakna antara pengetahuan terhadappelaksanaan Terapi Aktifitas Kelompok dengan nilai ρ 0.146 b. Tidak ada pengaruh yang bermakna antara

pendidikan terhadappelaksanaan Terapi Aktifitas Kelompok dengan nilai ρ 0.356 c. Tidak ada pengaruh yang bermakna antara

lama kerja terhadappelaksanaan Terapi Aktifitas Kelompok dengan nilai ρ 0.878 SARAN-SARAN

Diharapkan bagi pihak rumah sakit meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan menambah fasilitas yang menunjang pelaksanaan asuhan keperawatan jiwa. Bagi perawat diharapkan untuk melaksanakan TAK di setiap ruangan.Bagi peneliti selanjutnya perlu mengadakan penelitian yang lebih lanjut mengenai variabel-variabel yang lebih luas tentang pelaksanaan tarapi aktifitas kelompok pada pasien rawat inap RSD Madani Palu. DAFTAR PUSTAKA

Budiman, 2013, Penelitian Kesehatan, Cetakan kesatu, Refika Aditama, Bandung. Dedy A, 2007, Hubungan Pengetahuan Perawat

Dengan Motivasi Pelaksanaan TAKS di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Propinsi Lampung.

Fauzan, 2011, Program Terapi Aktifitas Kelompok, http//ilmukeperawatan.co.id, diakses tanggal 7 April 2013.

Ikhwanul. K, 2012, Terapi Aktifitas kelompok

(TAK).http://id.wikipedia.org. diakses

tanggal 9 April 2013.

Keliat, Budi, Anna, 2004, Keperawatan Jiwa

Terapi Aktifitas Kelompok., EGC,

Jakarta, Jakarta.

Priyanto, 2010, Analisis Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Kerja Terhadap Kinerja Perawat Pada Bagian Keperawatan

(8)

771 pada RS Nirmala Suri Sukoharjo,

Skripsi S1 keperawatan,

http//google.co.id, diakses tanggal 17 Juli 2013.

Sefrianti, 2011, Terapi Aktifitas Kelompok, http//.keperawatanjiwa.co.id, diakses tanggal 18 Juli 2013.

Somantri, 2012, Terapi Aktifitas Kelompok

Orientasi Realita halusinasi,

httpp//skripsijiwa.co.id, diakses tanggal 7 April 2013.

Referensi

Dokumen terkait

2. Rumah Sakit sebagai suatu institusi di bidang pelayanan jasa seharusnya berusaha menyediakan perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan memiliki keahlian di bidang

PENILAIAN KINERJA PELAYANAN PERAWAT PASIEN RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM

Hubungan Persepsi Perilaku Caring Perawat dengan Loyalitas Pasien Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Paru Jember; Melinda Rahman, 092310101069; 2014: 135 halaman; Program

pihak manajemen rumah sakit, karena perawat merupakan karyawan dengan jumlah.. terbesar dan menjadi ujung tombak pelaksana pelayanan keperawatan serta

Seperti yang telah dijelaskan bahwa pelatihan, motivasi, insentif, dan lingkungan kerja sangat berpengaruh dalam kinerja perawat Di Rumah Sakit Umum Royal Prima

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit. Umum

Pengetahuan Perawat tentang Pelaksanaan Terapi Bermain di Rumah Sakit Berilah tanda silang (√) pada kolom sesuai dengan jawaban Anda.. No Pernyataan Benar

Dari hasil penelitian tentang hubungan kepuasan kerja terhadap kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di Rumah Sakit Tingkat II Pelamonia Makassar