• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan Perawat di Ruang Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Imelda Medan Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Persepsi Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan Perawat di Ruang Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Imelda Medan Tahun 2013"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN 2013

SKRIPSI

OLEH :

HELMIDA BR BARUS 111021055

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERSEPSI PASIEN TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP KELAS III

RUMAH SAKIT IMELDA MEDAN TAHUN 2013

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehtn Masyarakat

Oleh : Helmida Br Barus

NIM. 111021055

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

Pelayanan keperawatan merupakan bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komperhensif ditujukan kepada individu,keluarga dan masyarakat, baik yang sakit maupun yang sehat. Namun pada kenyataanya pelayanan perawat belum sesuai dengan yang diharapkan karena masih banyak masyarakat yang merasa tidak puas terhadap pelayanan yang diberikan perawat.

Penelitian ini bersifat deskriftif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien di ruang rawat inap kelas III Rumah Sakit Imelda dan jumlah sampel sebagai responden sebanyak 65 orang.

Hasil penelitian menunjukkan kategori indikator bukti langsung atau nyata perawat adalah mayoritas kategori baik sebanyak 54 orang (83,1%), kategori indikator kehandalan dari perawat adalah mayoritas kategori cukup baik sebanyak 37 orang (56,9%), kategori indikator cepat tanggap perawat adalah mayoritas kategori baik sebanyak 28 orang (43,1%), kategori indikator kepastian perawat adalah mayoritas kategori baik sebanyak 25 orang (38,5%) dan kategori indikator empati dari perawat adalah mayoritas kategori kurang baik sebanyak 26 orang (40,0%).

Dalam rangka mengubah persepsi pasien yang kurang baik terhadap indikator pelayanan kesehatan perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Imelda, diperlukan usaha-usaha yaitu mengikut sertakan perawat ruang rawat inap dalam kegiatan-kegiatan pelatihan dan seminar kesehatan agar pengetahuan selalu bertambah dan berkembang serta mereka dapat memberikan berbagai macam informasi kesehatan kepada pasien dengan tepat, Manajemen Rumah Sakit perlu menetapkan kebijakan dan langkah untuk menangani keluhan pasien tentang perawat dengan pendekatan persuasif kepada para perawat melalui supervisi kepala ruangan dan pemberian reward.

(5)

Nursing services is a professional services form an integral part of the Ministry of health, is based on the science of nursing, and tips service-form bio-psycho-socio-spiritual comprehensive addressed to individuals, families and communities, whether sick or healthy. But in fact the nurse service has not been as expected because there are still many people who are not satisfied of the service given to the nurse.

This research is deskriftif by using a quantitative approach. The population in this study are all the patients in the inpatient room class III Hospital Imelda and the number of samples as the respondents a total of 65 people.

The results showed the category indicator is direct evidence or real nurses are the majority category either as many as 54 people (83.1%), the category of indicators of reliability of nurses is the majority of the categories are good enough as many as 37 people (56.9%), indicator category respond swiftly nurses are the majority category either as many as 28 people (43.1%), indicator categories convinces nurses are the majority category either as many as 25 people (38.5%) and categories of indicators are the majority of nurses empathy categories less well as many as 26 people (40,0%).

In order to change the perception of patients who are not good indicators of health care nurses in inpatient hospitals, Imelda, required the efforts of requiring inpatient room nurses in training activities and seminars on health so that knowledge is always growing and developing as well as they can provide a wide range of health information to patients with precise, hospital management need to set policies and measures to deal with the patient's complaint about the persuasive approach to nurse the nurse through the supervision of the head of the room and the awarding of reward.

(6)

I . Identitas

Nama : Helmida Br Barus

NIM : 111021055

Tempat/tanggal Lahir : Talapeta, 16 April 1987

Agama : Khatolik

Anak Ke : Keempat dari Empat Bersaudara

Status Perkawinan : Belum Menikah

Nama Ayah : P. Barus (+)

Nama Ibu : M. Perangin-angin

Alamat Rumah : Dusun II, Talapeta Kec. STM-Hilir Kab. Deli Serdang.

II. Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1993-1999 : SD Negeri Talapeta 2. Tahun 1999-2002 : SMP Abdi Karya Talapeta 3. Tahun 2002-2005 : SMA PGRI 24 T.kenas

4. Tahun 2006-2009 : Akademi Keperawatan Santa Elisabeth Medan 5. Tahun 2011-2014 : Menyelesaikan Pendidikan Fakultas Kesehatan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “Persepsi Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan Perawat Di Ruang Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Imelda Medan Tahun 2013 “.

Dalam penyusunan skripsi ini banyak mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Tukiman, MKM selaku Ketua Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis selama menuntut ilmu di FKM USU.

3. Ibu Lita Sri Andayani, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan, petunjuk, saran dan support yang tiada terhingga kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

(8)

5. Seluruh Staf Dosen PKIP yang telah memberikan bimbingan selama mengerjakan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen FKM USU dan Staf Administrasi yang terlah memberikan bimbingan dan masukan selama mengerjakan skripsi ini.

7. dr. Hedy Tan, MARS, MOG, SpOG selaku Direktur Rumah Sakit Imelda Medan, beserta seluruh staf yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam melakukan penelitian.

8. Kedua orang tua dan kakak, abang tercinta yang telah mendoakan dan memberikan dorongan semangat kepada penulis.

9. Teman- teman mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat dan teman-teman mahasiswa peminatan PKIP yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan upaya dalam membantu menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dalam materil, makna maupun tata cara penulisan, Karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua dan semoga tulisan ini memberikan manfaat bagi kita semua, Amin.

Medan, Februari 2014 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

RIWAYAT HIDUP PENULIS... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 10

1.3. Tujuan Penelitian ... 10

1.3.1. Tujuan Umum ... 10

1.3.2. Tujuan Khusus ... 10

1.4. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1. Persepsi ... 12

2.1.1. Pengertian Persepsi ... 12

2.1.2. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 14

2.1.3. Objek Persepsi ... 16

2.1.4. Hak pasien... 17

2.2. Perawat ... 19

2.2.1. Pengertian Perawat ... 19

2.2.2. Hak dan Kewajiban Perawat ... 21

2.3.2.1. Hak Perawat ... 21

2.3.2.2. Kewajiban Perawat ... 22

2.2.3. Sifat- Sifat Dasar dari Dedikasi perawat ... 23

2.2.4. Peran Perawat ... 24

2.2.5. Tugas Pokok dan Fungsi Perawat ... 25

2.2.5.1. Tugas Perawat ... 25

2.2.5.2. Fungsi Perawat ... 30

2.2.6. Asuhan Keperawatan ... 30

2.2.7. Pelayanan Perawat ... 36

2.3. Rumah Sakit ... 37

2.3.1. Pengertian Rumah Sakit ... 37

2.3.2. Klasifikasi Rumah Sakit ... 38

2.3.3. Jenis- Jenis Rumah Sakit ... 41

2.3.4. Mutu Pelayanan Rumah Sakit ... 42

2.4. Kerangka Konsep ... 43

(10)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 44

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 44

3.2.2. Waktu Penelitian ... 44

3.3. Populasi dan Sampel ... 45

3.3.1. Populasi ... 45

3.3.2. Sampel ... 45

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 46

3.4.1. Data Primer ... 46

3.4.2. Data Sekunder ... 46

3.5. Instrumen Penelitian... 46

3.6. Defenisi Operasional ... 46

3.7. Aspek Pengukuran ... 49

3.8. Teknik Analisa Data ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 51

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 51

4.1.1. Identitas Rumah Sakit Imelda Medan ... 51

4.1.2. Ketenagaan Rumah Sakit Imelda ... 52

4.2. Karakteristik Responden ... 52

4.2.1. Distribusi Karakteristik Responden… ... 52

4.3. Indikator Pelayanan Kesehatan Perawat ... 55

4.3.1. Indikator Bukti Langsung Pelayanan Perawat... 55

4.3.2. Indikator kehandalan Pelayanan Kesehatan Perawat... 56

4.3.3. Indikator cepat tanggap Pelayanan Kesehatan Perawat.... 58

4.3.4. Indikator Kepastian Pelayanan Kesehatan Perawat... 60

4.3.5. Indikator Empati Pelayanan Kesehatan Perawat... 63

BAB V PEMBAHASAN ... 65

5.1. Karakteristik Responden ... 65

5.2. Indikator Pelayanan Kesehatan Perawat ... 66

5.2.1. Indikator Bukti Langsung Pelayanan Perawat ... 66

5.2.2. Indikator Kehandalan Pelayanan Kesehatan Perawat ... 68

5.2.3. Indikator Cepat Tanggap Pelayanan Kesehatan Perawat.. 72

5.2.4. Indikator Kepastian Pelayanan Kesehatan Perawat ... 75

5.2.5. Indikator Empati Pelayanan Kesehatan Perawat ... 78

5.2.6. Rangkuman Persepsi Pasien ... 80

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 82

6.1. Kesimpulan ... 82

6.2. Saran ... 83 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Kuesioner Penelitian

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Data Tenaga Kesehatan/Pegawai Rumah Sakit Imelda

Medan Tahun 2013 ... 51 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur

Di Rumah SakitImelda Medan Tahun2013... 52 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin di

Rumah Sakit Imelda Medan Tahun 2013... 52 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan di

Rumah Sakit Imelda Medan Tahun 2013... 52 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pekerjaan di

Rumah Sakit Imelda Medan Tahun 2013... 53 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Penghasilan di

Rumah Sakit Imelda Medan Tahun 2013... 53 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pernyataan Berdasarkan Indikator Bukti

Langsung Pelayanan Kesehatan Perawat ... 54 Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Kategori Berdasarkan Indikator Bukti

Langsung Pelayanan Kesehatan Perawat ... 55 Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Pernyataan Berdasarkan Indikator

Kehandalan Pelayanan Kesehatan Perawat ... 55 Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Kategori Berdasarkan Indikator

Kehandalan Pelayanan Kesehatan perawat ... 57 Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Pernyataan Berdasarkan Indikator Cepat

Tanggap Pelayanan Kesehatan Perawat ... 57 Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Kategori Cepat Tanggap Pelayanan

Kesehatan Perawat ... 59 Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Pernyataan Berdasarkan Indikator

(12)

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Pernyataan Berdasarkan Indikator

Empati PelayananKesehatan Perawat ... 62 Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Kategori Responden Berdasarkan

(13)

Pelayanan keperawatan merupakan bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komperhensif ditujukan kepada individu,keluarga dan masyarakat, baik yang sakit maupun yang sehat. Namun pada kenyataanya pelayanan perawat belum sesuai dengan yang diharapkan karena masih banyak masyarakat yang merasa tidak puas terhadap pelayanan yang diberikan perawat.

Penelitian ini bersifat deskriftif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien di ruang rawat inap kelas III Rumah Sakit Imelda dan jumlah sampel sebagai responden sebanyak 65 orang.

Hasil penelitian menunjukkan kategori indikator bukti langsung atau nyata perawat adalah mayoritas kategori baik sebanyak 54 orang (83,1%), kategori indikator kehandalan dari perawat adalah mayoritas kategori cukup baik sebanyak 37 orang (56,9%), kategori indikator cepat tanggap perawat adalah mayoritas kategori baik sebanyak 28 orang (43,1%), kategori indikator kepastian perawat adalah mayoritas kategori baik sebanyak 25 orang (38,5%) dan kategori indikator empati dari perawat adalah mayoritas kategori kurang baik sebanyak 26 orang (40,0%).

Dalam rangka mengubah persepsi pasien yang kurang baik terhadap indikator pelayanan kesehatan perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Imelda, diperlukan usaha-usaha yaitu mengikut sertakan perawat ruang rawat inap dalam kegiatan-kegiatan pelatihan dan seminar kesehatan agar pengetahuan selalu bertambah dan berkembang serta mereka dapat memberikan berbagai macam informasi kesehatan kepada pasien dengan tepat, Manajemen Rumah Sakit perlu menetapkan kebijakan dan langkah untuk menangani keluhan pasien tentang perawat dengan pendekatan persuasif kepada para perawat melalui supervisi kepala ruangan dan pemberian reward.

(14)

Nursing services is a professional services form an integral part of the Ministry of health, is based on the science of nursing, and tips service-form bio-psycho-socio-spiritual comprehensive addressed to individuals, families and communities, whether sick or healthy. But in fact the nurse service has not been as expected because there are still many people who are not satisfied of the service given to the nurse.

This research is deskriftif by using a quantitative approach. The population in this study are all the patients in the inpatient room class III Hospital Imelda and the number of samples as the respondents a total of 65 people.

The results showed the category indicator is direct evidence or real nurses are the majority category either as many as 54 people (83.1%), the category of indicators of reliability of nurses is the majority of the categories are good enough as many as 37 people (56.9%), indicator category respond swiftly nurses are the majority category either as many as 28 people (43.1%), indicator categories convinces nurses are the majority category either as many as 25 people (38.5%) and categories of indicators are the majority of nurses empathy categories less well as many as 26 people (40,0%).

In order to change the perception of patients who are not good indicators of health care nurses in inpatient hospitals, Imelda, required the efforts of requiring inpatient room nurses in training activities and seminars on health so that knowledge is always growing and developing as well as they can provide a wide range of health information to patients with precise, hospital management need to set policies and measures to deal with the patient's complaint about the persuasive approach to nurse the nurse through the supervision of the head of the room and the awarding of reward.

(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan Rumah Sakit di Indonesia menghadapi tantangan yang semakin komplek. Peningkatan mutu Rumah Sakit harus ditingkatkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan dan tuntutan masyarakat, disertai peningkatan efisiensi dan produktivitas di bidang manajemen, sesuai dengan standar pelayanan minimal Rumah Sakit, standart profesi dan standar operasional prosedur. (Ditjen Bina Pelayanan Medik, 2010).

Menurut Andersen (1974), pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh komponen predisposisi, kemampuan dan kebutuhan seseorang akan pelayanan kesehatan. Selanjutnya Andersen menguraikan komponen predisposisi tersebut dalam 3 faktor yaitu faktor demografi, struktur sosial dan faktor sikap atau pandangan seseorang terhadap pelayanan kesehatan. (Notoatmodjo,1993).

Pandangan atau persepsi merupakan perlakuan yang melibatkan penafsiran melalui proses pemikiran tentang apa yang dilihat, dengar, alami atau dibaca, sehingga persepsi sering mempengaruhi tingkah laku, percakapan serta perasaan seseorang. Persepsi yang positif akan mempengaruhi rasa puas seseorang dalam bentuk sikap dan perilakunya terhadap pelayanan kesehatan, begitu juga sebaliknya persepsi negatif akan ditunjukkan melalui kinerjanya. (Tjiptono, 2000).

(16)

pasien atau melalui informasi yang di peroleh melalui media massa maupun orang yang pernah menjadi pasien atau keluarga pasien di sarana pelayanan ksehatan tersebut. Persepsi yang terbentuk akan diikuti dengan pembentukan sikap, selanjutnya sikap akan di ikuti oleh tindakan terhadap pelayanan ksehatan bila memerlukanya. (Notoatmodjo,1993).

Tuntutan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas bukan hanya berkaitan dengan kesembuhan dari penyakit, tetapi juga menyangkut persepsi pasien terhadap kualitas keseluruhan proses pelayanan yang termasuk kedalamnya ketersediaan sarana dan prasarana rumah sakit guna guna memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat. Dengan demikian keberhasilan suatu rumah sakit tidak hanya ditentukan oleh kemampuan medis tetapi juga ditentuka oleh fasilitas pelayanan rumah sakit dan non medis (Andriani, 2005).

Pelayanan keperawatan mempunyai peranan besar dalam meningkatkan dan menentukan keberhasilan pelayanan kesehatan, pelayanan keperawatan ini juga termasuk pelayanan keperawatan di rumah sakit. Dengan demikian baik buruknya pelayanan kesehatan di rumah sakit sangat ditentukan oleh pelayanan keperawatan itu sendiri (Azwar, 2000).

(17)

Kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien walaupun merupakan nilai subjektif, tetapi tetap ada dasar objektif yang dilandasi oleh pengalaman masa lalu, situasi psikis waktu pelayanan dan pengaruh lingkungan khususnya mengenai penilaian performance pemberi jasa pelayanan kesehatan terdapat 2 elemen yang perlu diperhatikan yaitu teknis medis, dan hubungan interpersonal. Hal ini meliputi penjelasan dan pemberian informasi, empati, kejujuran, ketulusan hati, kepekaan, dan kepercayaan dengan memperhatikan privasi pasien (Foster. Timothy R,V, 2002).

Perawat sebagai bagian dari tenaga kesehatan juga harus meningkatkan profesionalisme dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Perawat juga dituntut untuk melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan standar profesinya, yang terdiri atas: pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan keperawatan dan evaluasi keperawatan. Tindakan keperawatan yang dimaksud meliputi: intervensi keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan konseling keperawatan, sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi profesi. (Kep Menkes no. 1239/Menkes/SK/XI/2001).

(18)

Menurut Wahit Iqbal Mubarak dan Nurul Chayatin (2009) ada beberapa peran perawat yang terdiri dari:

Pertama,peran sebagai pemberi asuhan keperawatan. Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan. Kedua, peran sebagai advokat pasien. Peran ini dilakukan perawat dalam membantu pasien dan keluarganya dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya dan hak atas privasi.

Ketiga,peran edukator. Peran ini dilakukan dengan membantu pasien dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan tentang, gejala penyakit, bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari pasien setelah dilakukan pendidikan kesehatan. Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisir pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan pasien.

(19)

Kelima, peran kolaborator.Peran perawat dalam hal ini dilakukan karena perawat bekerja sama dengan tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterpis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

Keenam, peran konsultan. Disini perawat berperan sebagai tempat konsultasi terhadap masalah tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan pasien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.

Ketujuh, peran pembaharu. Peran ini dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.

Menurut Parasuraman dalam Wijono (1999), dimensi ukuran kualitas jasa/pelayanan terdiri dari : Tangibel (nyata/bukti langsung), Reliability (kehandalan), Responsiveness (cepat tanggap), Assurance (kepastian), Empathy (empati).

Hasil penelitian WHO di Indonesia dalam Departemen Kesehatan RI (1998), menunjukkan bahwa rendahnya pelayanan rumah sakit di sebabkan oleh mutu pelayanan yang rendah, hal ini ditunjukkan dari tingkat pelayanan asuhan keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan memiliki peran yang sangat besar terhadap peningkatan mutu pelayanan rumah sakit secara keseluruhan

(20)

di Kalimantan Timur, Sumatera Utara,Jawa Barat, dan Daerah Khusus Ibukota (DKI) menunjukkan bahwa : 1). 70,9 % perawat selama 3 tahun terakhir tidak pernah mengikuti pelatihan. 2). 39,8 % perawat masih melakukan tugas-tugas non keperawatan. 3). 47,4 % perawat tidak mempunyai uraian tugas secara tertulis. 4). Belum dikembangkan evaluasi kinerja perawat secara khusus.

Untuk itu sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan No. 836 / Menkes / SK / IV / 2005 telah dilaksanakan Pengembangan Manajemen Kerja (PMK) yang merupakan suatu model peningkatan kerja perawat di Puskesmas dan Rumah Sakit. Sehingga dengan adanya pengembangan Manajemen Kerja (PMK) akan meningkatkan motivasi kerja perawat dalam melaksanakan tugas yang diberikan dengan baik.

Pengembangan Manajemen Kerja (PMK) sebagai suatu sistem meliputi tiga unsur penting, yaitu : Input, Proses dan Output. Input PMK meliputi: standar (SOP), uraian tugas, tanggung jawab dan akuntabilitas, jabatan fungsional, sistem penghargaan, pelatihan yang pernah diikuti. Proses PMK meliputi : monitoring berdasarkan indikator kinerja, pengelolaan penyimpangan, pendokumentasian kegiatan, diskusi refleksi kasus,pertemuan strategik.

(21)

Jumlah perawat di seluruh rumah sakit Indonesia berdasarkan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS Tahun 2000) sebanyak 107.029 orang. Jumlah perawat yang bekerja di Puskesmas berdasarkan Profil Kesehatan Tahun 2009 berjumlah 52.753 orang. Perawat di Indonesia, jumlahnya paling banyak bila dibandingkan dengan tenaga kesehatan lainnya, sehingga perannya menjadi penentu dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan baik di Puskesmas maupun di rumah sakit (DepKes RI, 2009).

Menurut laporan data Sensus Nasional 2001 pelayanan kesehatan untuk rawat inap yang banyak dimanfaatkan adalah rumah sakit pemerintah adalah (37,1%) dan rumah sakit swasta (34,3%) sisanya adalah rumah sakit bersalin dan puskesmas, sedangkan untuk pelayanan kesehatan disimpulkan bahwa ketidakpuasan dari pelayanan keperawatan pemerintah dan swasta untuk rawat jalan dan rawat inap semakin meningkat.

Hasil penelitian Herlina Zainuddin (2004) di RSU Dr.Zainoel Abidin menyatakan bahwa persepsi mengenai mutu asuhan keperawatan di ruang rawat inap

penyakit dalam masih kurang yaitu dari 34 responden yang menjawab “YA”

sebanyak 36 %, berarti perawat yang bekerja sesuai standar hanya 36 % dan yng

menjawab “TIDAK” sebanyak 64 % berarti perawat yang bekerja tidak sesuai setandar sebesar 64 %.

(22)

terhadap pelayanan perawat belum seperti yang diharapkan dan sesuai setandar keperawatan.

Hasil penelitian Devi Shintana (2012) di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan dengan jumlah sampel untuk responden pasien sebanyak 30 orang. Berdasarkan hasil analisa data kuesioner diperoleh pasien yang menilai perilaku perawat saat berkomunikasi dengan pasien di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan berada dalam kategori cukup sebanyak 17 orang (56,7 %), sebanyak 8 orang (26,7 %) dalam kategori kurang, dan sebanyak 5 orang (16,7 %) dalam kategori baik. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat di ketahui pelayanan yang di berikan perawat masih perlu ditingkatkan karena akan mempengaruhi dan berhubungan dengan persepsi atau pandangan pasien terhadap pelayanan yang diberikan perawat kurang baik sehinga masyarakat atau pasien tidak akan kembali menggunakan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit tersebut.

Rumah Sakit Imelda merupakan salah satu Rumah Sakit Swasta tipe “B” yang terdiri dari 10 ruangan untuk rawat inap, kapasitas tempat tidur sebanyak 300 untuk pasien rawat inap dan menerima berbagai jenis Jaminan Kesehatan baik dari pemerintah (Jamkesmas, Jamkesda, Medan Sehat, Jampersal, ASKES), PT dan Perusahan lain yang bekerjasama dengan Rumah Sakit Imelda. Sehingga banyak orang atau masyarakat menggunakan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Imelda karena tidak semua rumah sakit swasta yang menerima jaminan kesehatan. (Rekam medik RS Imelda, 2013).

(23)

bidan 51 orang. Jumlah seluruh pasien rawat inap di Rumah Sakit Imelda Medan pada tahun 2011 sebanyak 11.276 orang sedangkan pada tahun 2012 sebanyak 10.906 orang. Berdasarkan data tersebut dapat kita ketahui terjadi penurunan jumlah kunjungan pasien rawat inap. Sedangkan jumlah pasien rawat inap tahun 2013 sampai bulan agustus ini sebanyak 6.731 orang. Total jumlah rata- rata pasienrawat inap perbulan dari bulan Januari- Agustus sebanyak 841orang.

Penelitian ini akan dilakukan di ruangan rawat inap kelas III bangsal, dimana berdasarkan informasi dari Rumah Sakit dan berdasarkan pengalaman pada umumnya ruang rawat inap kelas III atau sering juga disebut ruang bangsal lebih sering ada keluhan pasien mengenai pelayanan perawat yang kurang baik dan banyak pasien merasa tidak puas terhadap pelayanan yang diterima. Adapun ruangan rawat inap kelas III termasuk bangsal di Rumah Sakit Imelda yaitu ruangan Katalia dan Anggrek, dimana pada ruangan Katalia dan angrek terdiri dari 2 dan 4 kamar dengan kapasitas pasien 10- 15 orang dalam satu kamar. Berdasarkan informasi dari Rumah Sakit Imelda persepsi pasien rawat inap terhadap pelayanan perawat yang baik terutama kelas III atau bangsal yaitu sekitar 60%.

Banyak hal yang menyebabkan terjadinya penurunan jumlah kunjungan seperti persepsi pasien yang kurang baik terhadap pelayanan yang diberikan perawat dan ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan yang diterima dari suatu Rumah Sakit. Hal tersebut akan membuat pasien mencari pelayanan kesehatan yang lebih baik.

(24)

tersedia di setiap ruangan namun tidak berjalan efektif karena pasien juga jarang menulis saran dan kotak saran jarang diperiksa untuk dilakukan koreksi.

Berdasarkan dari hal tersebut, penulis tertarik memilih Rumah Sakit Imelda Medan sebagai tempat penelitian untuk mengetahui bagaimana persepsi pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan perawat terutama di Ruangan Rawat Inap Kelas III Bangsal Rumah Sakit Imelda.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan suatu masalah yaitu penurunan jumlah kunjungan pasien rawat inap di Rumah Sakit Imelda, maka peneliti ingin mengetahui Persepsi Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan Perawat di Ruang Rawat Inap Kelas III Bangsal Rumah Sakit Imelda Medan Tahun 2013.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui Persepsi Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan Perawat di Ruangan Rawat Inap Kelas III Bangsal Rumah Sakit Imelda Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui persepsi pasien terhadap kategori indikator bukti langsung dari pelayanan kesehatan perawat.

2. Untuk mengetahui persepsi pasien terhadap kategori indikator kehandalan dari pelayanan kesehatan perawat.

(25)

4. Untuk mengetahui persepsi pasien terhadap kategori indikator kepastian dari pelayanan kesehatan perawat.

5. Untuk mengetahui persepsi pasien terhadap kategori indikator empati dari pelayanan kesehatan perawat.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan ada manfaatnya terutama : 1. Bagi Rumah Sakit

a) Sebagai bahan masukan dalam pengambilan keputusan khususnya yang menyangkut kepuasan pasien terhadap pelayanan perawat.

b) Sebagai bahan masukan dalam menanggulangi dan meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap pasien terutama pelayanan keperawatan.

2. Bagi Institusi Pendidikan (FKM USU)

Merupakan masukan yang dapat memperkaya kepustakaan atau mungkin dapat dikembangkan dalam penelitian selanjutnya.

3. Bagi Peneliti

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

2.1.1 Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan perlakuan yang melibatkan penafsiran melalui proses pemikiran tentang apa yang dilihat, dengar, alami atau dibaca, sehingga persepsi sering mempengaruhi tingkah laku, percakapan serta perasaan seseorang. Persepsi yang positif akan mempengaruhi rasa puas seseorang dalam bentuk sikap dan perilakunya terhadap pelayanan kesehatan, begitu juga sebaliknya persepsi negatif akan ditunjukkan melalui kinerjanya (Tjiptono, 2000).

Winardi (2001) mengemukakan persepsi merupakan proses yang bermanfaat sebagai filter dan metode untuk mengorganisasikan stimulus, yang memungkinkan kita menghadapi lingkungan kita. Proses persepsi menyediakan mekanisme melalui stimulus yang diseleksi dan dikelompokkan dalam wujud yang berarti, yang hampir bersifat otomatik dan bekerja dengan cara yang sama pada masing-masing individu, sehingga secara tipikal menghasilkan persepsi-persepsi yang berbeda-beda.

Menurut Wudayatun (1999), persepsi adalah proses mental yang terjadi pada diri manusia yang akan menunjukkan bagaimana kita melihat, mendengar dan merasakan serta meraba (kerja indra) disekitar kita.

(27)

Persepsi atau pandangan adalah suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka. Bagaimanapun, apa yang telah dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari kenyataan objektif. Tidak harus demikian, tetapi sering ada ketidaksepakatan. Persepsi menjadi penting dikarenakan perilaku orang-orang di dalam organisasi didasarkan kepada persepsi mereka mengenai apa yang realitas itu, bukan mengenai realitas itu sendiri (Robbins, 2001).

Menurut Rakhmad (1992), persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan yang diperolch dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda meskipun objeknya sama, dengan demikian persepsi juga adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan oleh indera penglihatan, pendengaran, penciuman dan sebagainya.

Menurut Sears dkk (1999) menyebutkan bahwa persepsi manusia dinominasi dua asumsi yakni (1) Proses pembentukan kesan dianggap agak bersifat mekanis dan cenderung hanya memantulkan sifat manusia yang memberi stimulus (2) Proses itu berada dibawah dominasi perasaan atau evaluasi dan bukan oleh pikran atau kognisi. Pembentukan kesan tersebut secara mekanis memantulkan terkumpulnya informasi dalam pikiran seseorang.

(28)

objeknya atau target yang dipersiapkan, atau dalam konteks situasi dimana persepsi itu dilakukan (Robbins, 2001).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Persepsi adalah keadaan integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu, pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif berpengaruh dalam proses persepsi dan merupakan suatu proses penginderaan, stimulus yang diterima oleh individu melalui alat indera yang kemudian diinterpretasikan sehingga individu dapat memahami dan mengerti tentang stimulus yang diterimanya tersebut. Proses menginterpretasikan stimulus ini biasanya dipengaruhi pula oleh pengalaman dan proses belajar individu.

2.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Baltus (1983) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah : 1) Kemampuan dan keterbatasan fisik dan alat indera dapat mempengaruhi persepsi

untuk sementara waktu atau permanen. 2) Kondisi lingkungan.

3) Pengalaman masa lalu. Bagaimana cara individu untuk menginterpretasikan atau bereaksi terhadap stimulus tergantung pada pengalaman masa lalunya.

4) Kebutuhan dan keinginan. Ketika seorang individu membutuhkan atau menginginkan sesuatu maka ia akan terus berfokus pada hal yang dibutuhkan dan diinginkan tersebut.

(29)

Menurut Prasetijo (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi seseorang adalah :

1) Faktor internal a. Pengalaman

b. Kebutuhan saat itu c. Nilai-nilai yang dianut d. pengharapan

2) Faktor eksternal a. Tampakan produk b. Sifat-sifat stimulus c. Situasi lingkungan.

Menurut Gunarsa (1995) dan Charles Abraham dan Eamon Shanley (1997) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pernyataan kepuasan pasien adalah latar belakang pasien yang berbeda-beda adalah sebagai berikut:

1. Umur

Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja yaitu usia 15 – 64 tahun (Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2000).Semuanya memberikan kepribadian yang berbeda-beda terhadap pelayanan kesehatan. 2. Pendidikan

(30)

dan minatnya masing-masing. Pendidikan seseorang mmempengaruhi cara berpikir dalam menghadapi segala sesuatu (Depkes RI. 1990).

3. Pekerjaan

Pasien yang mempunyai jenis pekerjaan yang berbeda-beda dan tingkat penghasilan yang berbeda pula. Menurut Green (1970) dalam Lumenta menyimpulkan bahwa masyarakat yang berpenghasilan rendah dan berpendidikan formal rendah yang menimbulkan sikap masa bodoh dan pengingkaran serta rasa takut yang tidak mendasar.

4. Jenis kelamin

Emosi seseorang jelas mempengaruhi persepsi seseorang. Laki-laki cenderung bisa mengendalikan emosinya dibanding dengan wanita.

2.1.3 Objek Persepsi

Sebagaimana disebutkan bahwa persepsi itu merupakan proses pengamatan, maka hal-hal apa yang diamati dapat dibedakan atas dua bentuk dan disebut sebagai obyek dan persepsi itu. Adapun obyek persepsi adalah sebagai berikut:

1) Manusia termasuk didalamnya kehidupan sosial manusia, nilai-nilai kultural dan lain-lain, dalam hal ini digunakan istilah persepsi interpersonal.

2) Benda-benda mati seperti balok, pohon dan sebagainya.

(31)

1. Kelas sosial, mengacu pada pengelompokan orang yang sama dalam perilaku mereka berdasarkan posisi ekonomi mereka dipasar. Kelompok status bercermin suatu harapan komunitas akan gaya hidup dikalangan masing-masing kelas dan estimasi social yang positif atau negative mengenai kehormatan yang diberikan kepada masing-masing kelas. Kelas sosial dengan variabel ekonomi yaitu pekerjaan, pendapatan, pendidikan, ukuran dan jenis tempat tinggal, pemilikan barang dan kekayaan, pekerjaan yang dilakukan oleh konsumen/pasien yang sangat mempengaruhin gaya hidup, prestise, kehormatan dan respek.

2. Budaya, bahwa budaya suatu masyarakat biasa diidentifikasikan berdasarkan etnis, agama, demografi dan lain-lain. Veriabel demografi menjelaskan karakteristik suatu populasi dan dikelompokan kedalam karakteristik yang sama. Variabel yang termasuk kedalam demografi adalah etnis, kebangsaan, umur, agama, jenis kelamin, dan lain-lain.

3. Peran ekspektasi pada persepsi

Harapan atau ekspektasi adalah keyakinan, kepercayaan, individual sebelumnya mengenai apa yang seharusnya terjadi pada situasi tertentu.

2.1.4 Hak Pasien

Setiap pasien mempunyai hak:

1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit

2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien

(32)

4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional.

5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi

6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan

7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di rumah sakit

8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya

9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang dideritanya termasuk data- data medisnya

10.Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis 11.Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang dilakukan tenaga

kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya 12.Didampingi keluarganya dalam keadaan krisis

13.Menjalankan ibadah sesuai agamanya selagi tidak mengganggu pasien yang lain

14.Memperoleh keselamatan dan keamanan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit

15.Mengajukan saran, usul,perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya

(33)

2.2. Perawat

2.2.1. Pengertian perawat

Perawat merupakan salah satu sumber daya manusia di rumah sakit yang menentukan penilaian terhadap kualitas pelayanan kesehatan. Dikatakan menentukan penilaian terhadap mutu pelayanan kesehatan adalah mengingat bahwa perawat adalah bagian dari tenaga para medis yang memberikan perawatan kepada pasien secara langsung.

Sehingga pelayanan keperawatan yang prima secara psikologis merupakan suatu yang harus dimiliki dan dikuasai oleh seorang perawat. Perawat merupakan sub komponen dari sumber daya manusia, khususnya tenaga kesehatan yang ikut menentukan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Keperawatan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan. Dalam melakukan pelayanan kesehatan perawat selalu berinteraksi dengan pasien, keluarga, tim kesehatan lain di rumah sakit dimana pelayanan tersebut dilaksanakan.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 28 ayat (3) mengenai pengadaan dan pendayagunaan tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan memperhatikan: a. Jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat.

b. Jumlah sarana pelayanan kesehatan.

(34)

Masyarakat dewasa ini sudah mulai memperhatikan pemberi jasa pelayanan kesehatan termasuk perawat yang merupakan penghubung utama antara masyarakat dengan pihak pelayanan kesehatan secara menyeluruh.

Bahkan menurut Nash et al yang dikutip oleh Swisnawati (1997) melaporkan penelitian yang dilaporkan oleh ANA (American Nurse`s Association) bahwa 60% sampai 80% pelayanan preventif yang semula dilakukan oleh dokter, sebenarnya dapat diberikan oleh perawat dengan kemampuan profesional dan menghasilkan kualitas pelayanan yang sama.

Bila dilihat dari beban dan tanggung jawab yang harus diemban oleh seorang perawat, maka sering menimbulkan permasalahan, karena perawat merupakan pelayan kesehatan yang paling lama (24 jam) berhubungan dengan pasien, dibanding dengan petugas lain di rumah sakit.

Dengan demikian pelayanan perawat sangat diperlukan untuk memenuhi kepuasan pasien yang sedang dirawat di rumah sakit. Untuk lebih jelasnya dibawah ini dibuat pengertian atau definisi perawat.

Perawat adalah orang yang mengasuh, merawat dan melindungi, merawat orang sakit, merawat luka dan merawat usia lanjut (Priharjo, 1995).

Perawat adalah orang telah dipersiapkan melalui pendidikan untuk turut serta merawat dan menyembuhkan orang sakit, usaha rehabilitasi, pencegahan penyakit, yang dilaksanakannya sendiri atau dibawah pengawasan dan supervisi dokter atau suster kepala (Gunarsa, 1995).

(35)

kesehatan, mengasuh, merawat, melindungi, melakukan rehabilitasi, mencegah terjadinya penyakit pada manusia.

2.2.2. Hak dan Kewajiban Perawat

Hak dan kewajiban perawat telah diatur secara rinci dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat. Hak dan kewajiban tersebut adalah:

2.2.2.1. Hak perawat

1. Memperoleh perlindungan hukum yang melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi.

2. Mendapat jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang berkaitan dengan tugasnya.

3. Mendapat perlakuan adil dan jujur oleh pimpinan sarana kesehatan, klien/pasien, dan atau keluarganya.

4. Menerima imbalan jasa pelayanan keperawatan. 5. Mendapat hak cuti dan hak kepegawaian.

6. Memperoleh kesempatan mengembangkan diri melalui pendidikan formal dan informal.

7. Menjaga privasi profesional sebagai perawat. 8. Mendapat pelayanan pemeriksanaan secara rutin.

(36)

10.Menolak pihak lain yang memberi anjuran atau permintaan tertulis untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, standar profesi, dan kode etik profesi.

11.Mendapat informasi yang benar dan jujur dari klien.

12.Dilibatkan secara aktif dalam penyusunan kebijakan kesehatan di sarana kesehatan.

13.Memperoleh kesempatan dalam pengembangan karir sesuai bidang profesi disarana kesehatan.

2.2.2.2. Kewajiban perawat

1. Perawat wajib memiliki Surat Ijin Perawat (SIP), Surat Ijin Kerja (SIK), dan Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP).

2. Perawat wajib menghormati hak pasien.

3. Perawat wajib merujuk pada kasus yang tidak dapat ditangani. 4. Menyimpan rahasia klien.

5. Memberikan informasi kepada klien sesuai batas kewenangannya. 6. Meminta persetujuan setiap tindakan keperawatan.

7. Mencatat/mendokumentasikan semua tindakan keperawatan. 8. Mematuhi standar profesi dan kode etik keperawatan.

9. Meningkatkan pengetahuan.

10.Melakukan pertolongan darurat yang mengancam jiwa pasien/klien.

11.Melaksanakan program pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan. 12.Menaati semua peraturan perundang-undangan.

(37)

14.Menjaga hubungan kerja dengan sesama perawat dan tenaga kesehatan lainnya 2.2.3. Sifat-sifat Dasar dari Dedikasi Perawat

Ada beberapa sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang perawat yang dapat menunjang keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugasnya pada saat memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien, seorang perawat herus memiliki sifat-sifat tertentu.

Menurut Gunarsa (1995) menyatakan bahwa sifat-sifat yang mendasari dedikasi seorang perawat adalah sebagai berikut:

a. Minat terhadap orang lain

Perawatan yang efektif hanya mungkin bilamana seorang perawat menaruh minat terhadap orang lain, tanpa menghiraukan umur, latar belakang, dan status sosial ekonomi.

b. Derajat sensitivitas

Seorang perawat akan menghadapi pasien dengan berbagai ragam kepribadian, oleh karena itu seorang perawat harus memiliki kepekaan, dan dapat membedakan setiap orang yang dihadapinya. Hal ini disebabkan tidak semua pasien dapat dihadapi dan ditangani dengan cara yang sama.

c. Menghargai hubungan-hubungan

(38)

2.2.4. Peran Perawat

Peran perawat yaitu merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh seseorang pasien dari seorang perawat sesuai dengan kedudukan dan sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat menetap.

Menurut Wahit Iqbal Mubarak dan Nurul Chayatin (2009) ada beberapa peran perawat yang terdiri dari:

1. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan

Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan.

2. Peran sebagai advokat pasien

Peran ini dilakukan perawat dalam membantu pasien dan keluarganya dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya dan hak atas privasi.

3. Peran edukator

(39)

pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan pasien.

4.Peran koordinator

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan, dan mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan, sehingga pemberi pelayanan kesehatan terarah, serta sesuai dengan kebutuhan klien atau pasien. 5. Peran kolaborator

Peran perawat dalam hal ini dilakukan karena perawat bekerja sama dengan tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterpis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya. 6. Peran konsultan

Disini perawat berperan sebagai tempat konsultasi terhadap masalah tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan pasien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan. 7. Peran pembaharu

Peran ini dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan. (Konsorsium Ilmu Kesehatan, 1989).

2.2.5. Tugas Pokok dan Fungsi Perawat 2.2.5.1 Tugas Perawat

(40)

a) Memperhatikan individu dalam kontek sesuai kehidupan klien, perawat harus memperhatikan klien berdasarkan kebutuhan signifikan dari klien.

b) Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mulai dari masalah fisik (fisiologis) sampai masalah-nasalah psikologis. c) Peran utamanya adalah memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat sesuai diagnosa masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai yang komplek.

2) Client Advocate

Sebagai klien advokat, perawat bertanggung jawab untuk membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya.

Selain itu perawat harus mempertahankan dan melindungi hak-hak klien. Hal ini harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan. Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan klien, leh karena itu perawat harus membela hak-hak klien.

3) Conselor

a) Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya.

(41)

c) Konseling diberikan kepada idividu/keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu.

d) Pemecahan masalah difokuskan pada; masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup sehat (perubahan pola interaksi)

4) Educator

a) Peran ini dapat dilakukan kepada klien, keluarga, team kesehatan lain, baik secara spontan (saat interaksi) maupun formal (disiapkan).

b) Tugas perawat adalah membantu klien mempertinggi pengetahuan dalam upaya meningkatkan kesehatan, gejala penyakit sesuai kondisi dan tindakan yang spesifik. 5) Coordinator

Peran perawat adalah mengarahkan, merencanakan, mengorganisasikan pelayanan dari semua anggota team kesehatan. Karena klien menerima pelayanan dari banyak profesioanl, misal; pemenuhan nutrisi. Aspek yang harus diperhatikan adalah; jenisnya, jumlah, komposisi, persiapan, pengelolaan, cara memberikan, monitoring, motivasi, dedukasi dan sebagainya.

6) Collaborator

Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga, team kesehatan lain berupaya mengidentifikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk tukar pendapat terhadap pelayanan yang dipelukan klien, pemberian dukungan, paduan keahlian dan keterampilan dari bebagai profesional pemberi pelayanan kesehatan.

7) Consultan

(42)

dikatakan perawatan adalah sumber informasi ang berkaitan dengan kondisi spesifik klien.

8) Change Agent

Elemen ini mencakup perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dalam berhubungan denan klien dan cara pemberian keperawatan kepada klien.

Menurut Lokakarya Nasional tentang keperawatan tahun 1983, peran perawat untuk di Indonesia disepakati sebagai :

1) Pelaksana Keperawatan

Perawat bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan keperawatan dari yang sederhana sampai yang kompleks kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat. Ini adalah merupakan peran utama dari perawat, dimana perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang profesional, menerapkan ilmu/teori, prinsip, konsep dan menguji kebenarannya dalam situasi yang nyata, apakah krieria profesi dapat ditampilkan dan sesuai dengan harapan penerima jasa keperawatan.

2) Pengelola (Administrator)

(43)

alternatif terapi yang harus diterima oleh klien. Tugas ini menuntut adanya kemampuan managerial yang handal dari perawat.

3) Pendidik

Perawat bertanggungjawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan lainnya. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam keperawatan adalah aspek pendidikan, karena perubahan tingkah laku merupakan salah satu sasaran dari pelayanan keperawatan. Perawat harus bisa berperan sebagai pendidik bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

4) Peneliti

Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu (inovator) dalam ilmu keperawatan karena ia memiliki kreatifitas, inisiatif, cepat tanggap terhadap rangsangan dari lingkungannya. Kegiatan ini dapat diperoleh melalui penelitian. Penelitian, pada hakekatnya adalah melakukan evaluasi, mengukur kemampuan, menilai, dan mempertimbangkan sejauh mana efektifitas tindakan yang telah diberikan.

(44)

2.2.5.2 Fungsi Perawat

Ada tiga jenis fungsi perawat dalam melaksanaan perannya yaitu: 1) Fungsi Independent

Dimana perawat melaksanakan perannya secara mandiri, tidak tergantung pada orang lain. Perawat harus dapat memberikan bantuan terhadap adanya penyimpangan atau tidak terpenuhinya kebutuahn dasar manusia (bio-psiko-sosial/kultural dan spiritual), mulai dari tingkat indiovidu utuh, mencakup seluruh siklus kehidupan, sampai pada tingkat masyarakat, yang jua tercermin pada tidak terpenuhinya kebutuhan daar pada tingkat sistem organ fungsional sampai molekuler. Kegiatan ini dilakukan dengan diprakarsai oleh perawat, dan perawat bertangungjawab serta bertanggunggugat atas rencana dan keputusan tindakannya. 2) Fungsi Dependent

Kegiatan ini dilaksanakan atas pesan atau intruksi dari orang lain. 3) Fungsi Interdependent

Fungsi ini berupa kerja tim, sifatnya saling ketergantungan baik dalam keperawatan maupun kesehatan.

2.2.6. Asuhan Keperawatan

(45)

Menurut Azwar (2000), mutu asuhan pelayanan rawat inap dikatakan baik, apabila :

1. Memberikan rasa tentram kepada pasien

2. Memberikan pelayanan yang profesional dan setiap strata pengelola rumah sakit. Pelayanan bermula sejak masuknya pasien kerumah sakit sampai pasien pulang Dari kedua aspek ini dapat diartikan sebagai berikut :

a. Petugas menerima pasien dalam melakukan pelayanan terhadap pasien harus mampu melayani dengan cepat karena mungkin pasien memerlukan penanganan segera

b. Penanganan pertama dari perawat harus mampu menaruh kepercayaan bahwa pengobatan yang diterima dimulai secara benar

c. Penanganan oleh para dokter dan perawat yang profesional akan menimbulkan kepercayaan pasien bahwa pasien tidak salah memilih rumah sakit

d. Ruang yang bersih dan nyaman, memberikan nilai tambah kepada rumah sakit e. Peralatan yang memadai dengan operator yang profesional

f. Lingkungan rumah sakit yang nyaman.

Dalam hal manajemen keperawatan di rumah sakit, tugas yang harus dilakukan adalah :

(46)

2. Membuat penggolongan pasien sesuai berat ringannya penyakit dan kemudian mengatur kerja perawat secara optimal pada setiap pasien sesuai kebutuhannya masing-masing

3. Memonitor mutu pelayanan pada pasien, baik pelayanan keperawatan secara khusus maupun pelayanan lain secara umumnya

4. Manajemen ketenagaan dan logistik keperawatan, kegiatan ini meliputi staffing, scheduling, assignment dan budgeting (Aditama, 2007)

Keperawatan profesional diberikan dalam bentuk asuhan keperawatan. Menurut konsorsium kelompok kerja keperawatan, asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada pasien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan dengan menggunakan metodologi proses keperawatan yang berpedoman pada standar asuhan keperawatan berdasar pada etik dan etiket keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggungjawab keperawatan (Nursalam, 2007)

Asuhan keperawatan menggunakan metode proses keperawatan yaitu proses pemecahan masalah yang dinamis dalam usaha memperbaiki atau memelihara pasien sampai taraf optimum melalui suatu pendekatan yang sistematis untuk mengenal dan membantu memenuhi kebutuhan pasien.

Menurut Dungoes (2000), proses keperawatan adalah proses yang terdiri dari 5 tahap yang spesifik, yaitu :

a. Pengkajian

(47)

perkembangan ekonomi dan gaya hidup. Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara, pengumpulan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, laboratorium dan diagnosa serta melihat kembali catatan sebelumnya

b. Identifikasi masalah / diagnosa keperawatan

Adalah analisa data yang telah dikumpulkan untuk mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi.

c. Perencanaan

Adalah proses dua bagian yaitu : pertama adalah identifikasi tujuan dan hasil yang diinginkan dari pasien untuk memperbaiki masalah kesehatan atau kebutuhan yang telah dikaji, hasil yang diharapkan harus spesifik, realistik dan dapat diukur, menunjukkan kerangka waktu yang pasti, mempertimbangkan keinginan dan sumber pasien, kedua adalah pemilihan intervensi keperawatan yang tepat untuk membantu pasien dalam mencapai hasil yang diharapkan

d. Implementasi

Adalah melakukan tindakan dan mendokumentasikan proses keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan.

e. Evaluasi

(48)

Menurut Gilles (1996), ciri-ciri asuhan keperawatan yang berkualitas antara lain:

1. Memenuhi standar profesi yang ditetapkan

2. Sumberdaya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efisien dan efektif.

3. Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan

4. Memperhatikan aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat

Menurut Griffith dalam Aditama (2007) menyatakan bahwa kegiatan keperawatan di Rumah sakit dapat dibagi menjadi keperawatan klinik antara lain ;

1. Pelayanan keperawatan personal (personal nursing care), yang antara lain berupa pelayanan keperawatan umum dan atau spesifik untuk sistem tubuh tertentu, pemberian motivasi dan dukungan emosional pada pasien, pemberian obat, dll 2. Berkomunikasi dengan dokter dan petugas penunjang medik, mengingat perawat

selalu berkomunikasi dengan pasien setiap waktu sehingga merupakan petugas yang seyogyanya paling tahu tentang keadaan pasien.

3. Menjalin hubungan dengan keluarga pasien, Komunikasi yang baik dengan keluarga atau kerabat pasien akan membantu proses penyembuhan pasien itu sendiri.

(49)

5. Melakukan penyuluhan kesehatan dan upaya pencegahan penyakit. Program ini diberikan pada pasien dengan materi spesifik sesuai dengan penyakit yang dideritannya

Parasuraman dalam Wijono (1999), menyatakan ada lima dimensi untuk mengukur mutu pelayanan atau jasa yaitu:

1. Bukti langsung atau nyata dari perawat (tangibles), suatu yang dapat dilihat yang meliputi keadaan fisik, penampilan fisik para perawat yang melayani pasien. Suatu pelayanan tidak bisa dicium atau diraba, dengan demikian aspek Tangibles

menjadi penting terhadap pelayanan, kerena tangibles akan mempengaruhi persepsi pasien.

2. Kehandalan perawat (reliability), yakni untuk memberikan layanan yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan, meliputi kecekatan dalam memberikan pelayanan, ketepatan waktu pelayanan serta pelayanan yang tidak pilih kasih (adil dalam pelayanan). Pelayanan harus sesuai dengan harapan pasien, dalam hal ketepatan waktu serta pelayanan yang sama/adil untuk semua pasien tanpa kesalahan. Ada 2 aspek dari dimensi kehandalan, yaitu kemampuan pelayanan kesehatan untuk memberikan pelayanan seperti yang dijanjikan dan seberapa jauh mereka mampu memberikan pelayanan yang akurat.

(50)

pertanyaan atau peminatan pasien. Ada 4 aspek dari dimensi ini yaitu keramahan, kompetensi, kredibilitas dan kenyamanan.

4. Jaminan atau kepastian perawat (Assurance), yaitu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh petugas dalam memberikan pelayanan sehingga dapat memberikan kepercayaan dan rasa aman kepada pasien meliputi, sikap sopan santun, mampu berkomunikasi dengan jelas dan berwawasan yang luas.

5. Empati perawat (Empathy), yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau bersifat pribadi yang diberikan kepada pasien dengan berupaya memahami keinginan pasien. Suatu organisasi pelayanan kesehatan diharapkan memiliki pengertian dan pengetahuan untuk memahami kebutuhan pasien secara spefisik.

2.2.7. Pelayanan Perawat

Griffith (Aditama, 2007) menyatakan bahwa pelayanan keperawatan mempunyai 5 (lima) tugas yaitu :

1. Melakukan kegiatan promosi kesehatan, termasuk untuk kesehatan emosional dan sosial.

2. Melakukan upaya pencegahan penyakit dan kecacatan.

3. Menciptakan keadaan lingkungan, fisik, kognitif dan emosional sedemikian rupa yang dapat membantu penyembuhan penyakit.

(51)

2.3. Rumah Sakit

2.3.1. Pengertian Rumah Sakit

Rumah sakit adalah bagian yang amat penting dari suatu sistem kesehatan. Dalam jejaring kerja pelayanan kesehatan, rumah sakit menjadi simpul utama yang berfungsi sebagai pusat rujukan.

Rumah sakit adalah organisasi yang bersifat padat karya, padat modal, padat teknologi, dan padat keterampilan (Soedarmono, S, dkk, 2000).

Menurut WHO rumah sakit adalah institusi yang merupakan bagian integral dari organisasi kesehatan dan organisasi sosial berfungsi mengadakan pelayanan kesehatan yang lengkap, baik kuratif maupun preventif bagi pasien rawat jalan dan rawat inap melalui kegiatan pelayanan medis serta perawatan.

Disamping melaksanakan fungsi pelayanan kesehatan masyarakat, rumah sakit juga mempunyai fungsi pendidikan dan penelitian (Boekitwetan, 1997) dalam Muluk (2001).

Menurut Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 bahwa rumah sakit merupakan suatu institusi yang utamanya adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit serta melaksanakan upaya rujukan.

(52)

Pelayanan kesehatan di rumah sakit terdiri dari :

1. Pelayanan medis, merupakan pelayanan yang diberikan oleh tenaga medis yang profesional dalam bidangnya, baik dokter umum maupun dokter spesialis.

2. Pelayanan keperawatan, merupakan pelayanan yang bukan tindakan medis terhadap pasien, tetapi merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat sesuai aturan keperawatan.

3. Pelayanan penunjang medis adalah pelayanan penunjang yang diberikan terhadap pasien seperti: pelayanan gizi, laboratorium, farmasi, rehabilitasi medik, dan lain-lain.

4. Pelayanan administrasi dan keuangan, pelayanan administrasi antara lain adalah yang berhubungan dengan ketatausahaan seperti pendaftaran pasien, rekam medis, dan kerumah tanggaan, bidang keuangan adalah proses pembayaran biaya rawat jalan dan rawat inap.

2.3.2. Klasifikasi Rumah Sakit Umum

Berdasarkan UUD Republik Indonesia No 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, mengklasifikasikan rumah sakit umum dalam 4 tipe yaitu :

(53)

I. Rumah sakit umum tipe A

Rumah sakit umum tipe A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis Spesialistik Luas dan Sub Spesialistik Luas.

1. Penyakit dalam

2. Kebidanan dan penyakit kandungan

3. Bedah

4. Kesehatan anak

5. THT

6. Mata

7. Syaraf 8. Jiwa

9. Kulit dan kelamin 10. Jantung

11. Paru 12. Radiologi 13. Anesthesi

(54)

II. Rumah sakit umum tipe B

Rumah sakit umum tipe B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya 11 Spesialistik dan Sub Spesialistik Terbatas.

1. Penyakit dalam 2. Kesehatan anak

3. Bedah

4. Kesehatan anak

5. THT

6. Mata

7. Syaraf 8. Jiwa

9. Kulit dan kelamin 10. Jantung

11. Paru 12. Radiologi 13. Anesthesi

III. Rumah sakit umum tipe C

Rumah sakit umum tipe C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis Spesialitik Dasar yang meliputi spesialis : 1. Penyakit dalam

2. Kebidanan dan penyakit kandungan

(55)

4. Kesehatan anak

IV. Rumah sakit umum tipe D

Rumah sakit tipe D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis Dasar yaitu hanya memberikan pelayanan kedokteran umum dan gigi serta menampung pasien rujukan dari puskesmas.

2.3.3. Jenis-jenis Rumah Sakit

Dalam praktiknya rumah sakit dibagi dalam beberapa jenis, antara lain: 1. Rumah Sakit Umum.

Rumah sakit umum melayani hampir, seluruh penyakit yang bersifat umum, dan biasanya memiliki institusi perawatan darurat yang siaga selama 24 jam (instlasi gawat darurat) untuk mengatasi bahaya dalam waktu secepatnya dan memberikan pertolongan pertama.

Rumah sakit umum biasanya merupakan fasilitas yang mudah ditemukan disuatu negara, dengan kapasitas rawat inap sangat besar untuk perawatan intensif maupun jangka panjang. Rumah sakit jenis ini juga dilengkapi dengan fasilitas bedah, bedah plastik, ruang bersalin, laboratorium dan sebagainya.

2. Rumah Sakit Terspesial

Jenis ini mencakup trauma center, rumah sakit anak, rumah sakit manula, rumah sakit yang melayani populasi khusus seperti psychiatric (Psychiatric Hospital), penyakit saluran pernapasan, dan lain-lain.

3. Rumah sakit Penelitian dan Pendidikan

(56)

pendidikan tinggi. Biasanya rumah sakit ini dipakai untuk tempat pelatihan dokter- dokter muda, uji coba berbagai macam obat baru atau teknik pengobatan baru.

Rumah sakit ini diselenggarakan oleh pihak universitas atau perguruan tinggi perwujudan pengabdian masyarakat atau tridharma perguruan tinggi.

4. Rumah Sakit Lembaga atau Perusahaan.

Rumah sakit ini didirikan oleh suatu lembaga atau perusahaan untuk melayani pasien-pasien yang merupakan anggota lembaga tersebut atau karyawan perusahaan tersebut. Alasan pendirian bisa karena penyakit yang berkaitan dengan kegiatan lembaga tersebut (misalnya rumah sakit militer, lapangan udara), bentuk jaminan sosial atau pengobatan gratis bagi karyawan, atau karena letak atau lokasi perusahaan yang terpencil atau jauh dari rumah sakit umum.

2.3.4. Mutu Pelayanan di Rumah Sakit

Mutu pelayanan di rumah sakit adalah merupakan salah satu kriteria untuk menilai apakah kinerja perawat baik atau tidak, atau dengan kata lain mutu pelayanan kesehatan dapat dilihat dari prestasi kerja perawat. Definisi mutu pelayanan berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk memenuhi harapan pelanggan.

Menurut Wickof (dalam Tjiptono F, 2000), mutu adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan untuk memenuhi keinginanan pelanggan. Baik tidaknya mutu tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggannya secara konsisten.

(57)

pelayanan atau jasa merupakan suatu kajian yang sangat menarik sehingga banyak para ahli yang menganalisanya antara lain model kesenjangan (Gap Model).

2.4. Kerangka konsep

Berdasarkan latar belakang dan penelusuran pustaka, maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

Dari kerangka konsep di atas menjelaskan bahwa persepsi pasien terhadap pelayanan kesehatan perawat di ruang rawat inap kelas III Rumah Sakit Imelda meliputi karakteristik pasien dalam mempengaruhi persepsi dan indikator pelayanan kesehatan perawat.

Persepsi pasien terhadap pelayanan perawat di ruang rawat inap Kelas III bangsal Rumah Sakit Imelda.

Karakteristik Pasien : -jenis kelamin

-umur -pendidikan -pekerjaan -penghasilan

Indikator pelayanan kesehatan perawat :

1.Bukti langsung atau nyata dari perawat 2. Kehandalan perawat

(58)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif yang bersifat deskriptif untuk mengetahui persepsi pasien terhadap pelayanan kesehatan perawat di ruang rawat inap kelas III bangsal Rumah Sakit Imelda Medan Tahun 2013.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi

Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap kelas III bangsal Rumah Sakit Imelda Medan. Jln. Bilal No.24 Pulo Brayan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dimulai dengan :

Pengajuan judul pada bulan Mei 2013 Kegiatan survei awal, penelusuran pustaka

Konsultasi dengan Dosen Pembimbing dari bulan Juli- November 2013 Pelaksanaan seminar proposal tanggal 26 November 2013

Pelaksanaan penelitian pada bulan Desember 2013 Penyusunan data dan penyusunan akhir ( hasil penelitian)

(59)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien di ruang rawat inap kelas III bangsal Rumah Sakit Imelda Medan.

3.3.2. Sampel

Adapun pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus Lemeshow (1997) untuk mencari sampel dimana jumlah populasi tidak diketahui yaitu :

Keterangan :

n : Besar sampel minimum Z1-α/2 : 5% ( 1,96)

Z1-β

Gambar

Tabel 4.1. Data Tenaga Kesehatan/Pegawai Rumah Sakit Imelda Medan
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur di Rumah Sakit
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Penghasilan di Rumah Sakit Imelda Medan Tahun 2013
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Pernyataan Berdasarkan Indikator Kehandalan Pelayanan  Kesehatan Perawat
+6

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan hipotesis minor yang kedua adalah, ada hubungan positif antara kepercayaan nasabah terhadap organisasi dengan loyalitas nasabah.Subyek penelitian berjumlah 70 orang

Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti, strategi komunikasi yang digunakan perusahaan untuk menyosialisasikan terminal baru (T2) Bandara

Menurut Wijaya (2004) sesungguhnya istilah virginitas lebih menampakkan masalah purity (kesucian), yaitu cara seseorang menjaga kemurnian dirinya dan

Dari penafsiran berbagai pendapat yang dikemukakan, dapat ditarik dua kesimpulan: (1) adanya “laba” kenangan menjadi sebuah nilai tambah yang penting bagi para murid

menggunakan baseline data populasi species pada tahun 2013, dengan metode inventarisasi dan site monitoring yang konsisten. • Data dasar ( baseline data ) spesies satwa target

Hal ini dapat ditempuh dengan menerapkan model pembelajaran CTL dimana model ini berupaya membawa pemikiran peserta didik untuk lebih memahami makna dari suatu

Penemuan kasus Leptospirosis dilakukan dengan cara deteksi dini pasif oleh petugas leptospirosis Puskesmas Kota Semarang yang 91,9% menunggu datangnya pasien masuk

Kebijakan perikanan di Kabupaten Minahasa Utara yang meliputi rencana strategis dan programnya masih belum melibatkan masyarakat lokal.Terbitnya Keputusan Menteri