• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Karakter Cinta Tanah Air

Cinta tanah air menurut Yaumi (2016: 104-105) yaitu cara berpikir, bertindak, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya ekonomi, dan politik bangsa. Pengertian cinta tanah air menurut Yulianda (2015: 14), ialah perasaan cinta terhadap bangsa dan negaranya sendiri. Cinta tanah air dimiliki dan dirasakan oleh setiap individu dalam sebuah masyarakat yang menempati suatu negara.

Cinta tanah air adalah perasaan cinta dan bangga yang diharapkan dimiliki oleh seluruh rakyat Indonesia terhadap negara dan dibuktikan dengan tindakan atau sikap sehari-hari. Terdapat dua indikator keberhasilan pengembangan budaya dan karakter bangsa menurut Daryanto dan Darmiatun (2013: 139) yaitu indikator sekolah dan indikator kelas untuk setiap karakter. Indikator sekolah untuk karakter cinta tanah air yaitu:

a) Menggunakan produk buatan dalam negeri.

b) Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

c) Menyediakan informasi (dari sumber cetak, elektronik) tentang kekayaan alam dan budaya Indonesia.

(2)

Indikator kelas untuk kelas 4 termasuk dalam kategori kelas tinggi, yaitu: a) Mengagumi posisi geografis wilayah Indonesia dalam perhubungan

laut dan udara dengan negara lain.

b) Mengagumi kekayaan budaya dan seni di Indonesia.

c) Mengagumi keragaman suku, etnis dan bahasa sebagai keunggulan yang hadir di wilayah negara Indonesia.

d) Mengagumi sumbangan produk pertanian, perikanan, flora, dan fauna Indonesia bagi dunia.

e) Mengagumi peran laut dan hasil laut Indonesia bagi bangsa-bangsa di dunia.

Setiap warga negara Indonesia diharapkan memiliki rasa cinta tanah air yang tinggi dan dibuktikan dengan sikap nyata sehari-hari. Sikap yang dilakukan sebagai indikator bukti rasa cinta tanah air menurut Yulianda (2015: 20-21) antara lain:

a. Bangga menjadi bangsa Indonesia. b. Mengikuti upacara bendera.

c. Belajar dengan giat, tekun dan berakhlak baik sehingga dapat menorehkan prestasi-prestasi yang mengharumkan bangsa Indonesia.

d. Mencintai produk dalam negeri. e. Menjaga kelestarian alam Indonesia.

f. Menghargai keragaman budaya yang ada di Indonesia.

g. Berpartisi dalam acara hari-hari penting Indonesia seperti hari kemerdekaan, hari sumpah pemuda, dan hari pahlawan serta turut mengheningkan cipta untuk mendoakan arwah para pahlawan. Rasa cinta tanah air tersebut begitu penting sehingga harus ditanamkan kepada warga negara sejak dini, diantaranya yaitu melalui pendidikan formal atau sekolah. Sekolah melalui guru memberikan pendidikan dan membiasakan siswa untuk bersikap yang memunculkan karakter cinta tanah air. Salah satu kegiatan yang dilakukan di sekolah yang dapat mencerminkan rasa cinta tanah air yaitu dengan mengikuti upacara bendera dan menundukkan kepala saat mengheningkan cipta

(3)

sebagai tindakan untuk mendoakan arwah para pahlawan yang gugur di medan peperangan. Hal lain yang menunjukkan cinta tanah air yaitu dengan bangga menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar serta mampu menyanyikan lagu-lagu wajib dan nasional. Kegiatan tersebut bila dilaksanakan secara terus menerus akan menjadi kebiasaan dan kebiasaan baik tersebut akan tumbuh menjadi karakter.

2. Seni Budaya dan Keterampilan (SBK)

Pengertian musik menurut Jamalus dalam Afryanto, (2011: 5), musik adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, dan ekspresi sebagai satu kesatuan.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami bahwa musik merupakan ungkapan perasaan seseorang yang dituangkan lewat nada-nada melodi, baik dalam bentuk karya vokal maupun instrumental dan tersusun atas kesatuan unsur-unsur seni seperti irama, melodi, harmoni dan ekspresi. Unsur-unsur tersebut saling berkaitan sehingga menimbulkan musik yang indah.

Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 dalam Susanto (2015: 262) tentang Standar Nasional Pendidikan, menjelaskan bahwa:

Muatan seni budaya tidak hanya terdapat dalam satu mata pelajaran karena budaya itu sendiri meliputi segala aspek kehidupan. Dalam

(4)

mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan, aspek budaya tidak dibahas secara tersendiri tetapi terintegrasi dengan seni. Karena itu, mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan pada dasarnya merupakan pendidikan seni yang berbasis budaya.

Tujuan mata pelajaran SBK menurut Kemendiknas (2010: 96) yaitu untuk mengembangkan apresiasi seni, daya kreasi, dan kecintaan pada seni budaya nasional. Ruang lingkup mata pelajaran SBK menurut Kemendiknas (2010: 96-97) meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1) Seni rupa, mencakup pengetahuan, keterampilan, dan nilai dalam menghasilkan karya seni berupa lukisan, patung, ukiran, cetak-mencetak, dan sebagainya.

2) Seni musik, mencakup kemampuan untuk menguasai olah vokal, memainkan alat musik, apresiasi karya musik.

3) Seni tari, mencakup keterampilan gerak berdasarkan olah tubuh dengan dan tanpa rangsangan bunyi, apresiasi terhadap gerak tari. 4) Seni Teater, mencakup keterampilan olah tubuh, olah pikir, dan

olah suara yang pementasannya memadukan unsur seni musik, seni tari, dan seni peran.

Pada kenyataannya, tidak semua aspek dalam mata pelajaran SBK diajarkan pada sekolah. Umumnya kebanyakan SD hanya mengajarkan seni rupa, seni musik dan keterampilan. Hal itu disebabkan oleh kurangnya kemampuan guru dan fasilitas sekolah. Tujuan pendidikan musik di sekolah menurut Banoe (2013: 12), yaitu:

Harus berusaha mengembangkan dan membangkitkan rasa serta minat musikal pada anak-anak sehingga mereka kelak dapat menyanyi dengan sopan, dan sebagai pendengar musik dapat mendengarkan musik dalam bentuk-bentuknya yang sangat bervariasi. Selain itu, pendidikan musik di sekolah harus menjadi penyeimbang bagi pendidikan intelektual dan pendidikan jasmani sehingga cita-cita manusia yang harmonis jiwa dan raga tetap menjadi kultur ideal.

Berdasarkan pendapat di atas, pelajaran SBK mempunyai peranan yang penting yaitu sebagai pembentukan pribadi siswa dengan

(5)

memperhatikan kebutuhan perkembangannya sehingga siswa memiliki kecerdasan moral, kreativitas dan emosional. Peran ini tidak dapat digantikan oleh mata pelajaran lain

Pembelajaran seni musik dalam SBK di sekolah dasar harus dilaksanakan, karena selain bertujuan untuk menumbuhkan kecakapan siswa dalam menyanyi dan mengapresiasi lagu, juga bertujuan sebagai penyeimbang kecerdasan. Siswa diharapkan tidak hanya cerdas dan mempunyai tubuh yang sehat, tetapi juga memiliki perasaan yang bahagia. Usaha yang dilakukan SD Negeri 1 Pasir Kulon dalam mewujudkan tujuan pada mata pelajaran SBK yaitu dengan melaksanakannya dua kali dalam seminggu dengan waktu pertemuan 4 x 35 menit. Namun peneliti hanya mengambil satu kali pertemuan dalam satu minggu dengan waktu pertemuan 2 x 35 menit sehingga waktu yang dibutuhkan untuk melakukan dua siklus pembelajaran yaitu 4 minggu. Pembelajaran SBK yang diajarkan di SD Negeri 1 Pasir Kulon meliputi seni rupa, seni musik dan ketrampilan dengan mengacu kepada silabus pembelajaran.

3. Ketrampilan Bernyanyi

Ketrampilan bernyanyi merupakan kegiatan utama dalam pengajaran musik di sekolah dasar. Kegiatan bernyanyi terdapat dalam mata pelajaran SBK materi “Bernyanyi dengan iringan alat musik melodis” dengan Standar Kompetensi (SK) 12, yaitu mengekspresikan diri melalui karya seni musik dan Kompetensi Dasar (KD) 12.2 menyiapkan penyajian lagu daerah dan lagu wajib dengan iringan sederhana dan KD 12.3

(6)

menyanyikan penyajian lagu daerah dan lagu wajib dengan iringan sederhana. Adapun indikator pada 12.2 yaitu 12.2.1 Membaca tangga nada (solmisasi), dan 12.2.2 Menyanyikan not angka pada lagu Bangun Pemudi Pemuda dengan tempo yang tepat. Indikator pada KD 12.3 yaitu 12.3.1 Menyanyikan lagu Bangun Pemudi Pemuda dengan nada, tempo, dan teknik bernyanyi yang benar dengan iringan instrumen pianika.

Bernyanyi menurut Safrina (2002: 34) adalah suatu bentuk kegiatan seni untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan manusia melalui suaranya. Suara dihasilkan oleh selaput suara yang bergetar, yang berada dalam kotak selaput suara, digetarkan oleh aliran udara pernafasan dari paru-paru. Suara digunakan manusia untuk berbicara dan benyanyi.

Kegiatan bernyanyi dimulai dengan mengajarkan solfegio pada siswa. Solfegio menurut Prier (2009: 203) adalah:

Istilah untuk latihan pendengaran dan latihan vokal dengan berpangkal pada solmisasi. Pengertian solmisasi adalah mengucapkan nama nada-nada tertentu sambil menghafal tinggi nada tertentu, atau sebaliknya dengan mengaitkan bunyi tertentu pada nama nada tersebut.

Sejalan dengan pengertian tersebut, Stanley dalam Sulasmono (2013: 47) mengatakan bahwa solfegio adalah :

Latihan kemampuan pendengaran atau ketajaman pendengaran musik, baik ketepatan ritmik maupun ketepatan nadanya. Solfegio adalah istilah yang mengacu pada menyanyikan tangga nada, interval dan latihan-latihan melodi dengan sillaby zolmization yaitu menyanyikan nada musik dengan menggunakan suku kata. Dalam perkembangannya, solfegio bukan hanya menyanyi saja, tetapi juga mendengar dan membaca nada. Kemampuan membaca nada disebut dengan sight reading, kemampuan mendengar nada disebut ear training, sedangkan kemamuan menyanyi disebut

(7)

Berdasarkan pendapat di atas, solfegio merupakan latihan olah vokal dengan mendengar dan membaca nada. Membaca nada dilakukan dengan solmisasi yaitu menyanyikan tangga nada dengan suku kata do, re, mi, fa, sol, la, si, do. Solfegio yang akan dilaksanakan di SD Negeri 1 Pasir Kulon bertujuan untuk mengenalkan siswa dengan tangga nada dan memudahkan siswa dalam membidik nada. Langkah-langkah yang akan dilakukan yaitu: 1) Guru memainkan tangga nada menggunakan pianika dari nada do rendah hingga do tinggi kemudian siswa diminta untuk menirukan bersama-sama. Guru menentukan tangga nada lagu yang disesuaikan dengan wilayah suara anak-anak. 2) Guru membunyikan nada menggunakan pianika secara acak lalu siswa diminta untuk menirukan nada tersebut. Latihan ini merupakan latihan pendengaran. 3) Setelah siswa terampil membaca dan membunyikan not angka, selanjutnya guru mengenalkan lagu Bangun Pemudi Pemuda dan siswa diminta membaca nada paling rendah hingga nada paling tinggi yang terdapat dalam lagu Bangun Pemudi Pemuda. 4) Guru menentukan tempo lagu tersebut dengan mengetuk meja. 5) Guru memberikan contoh bunyi lagu Bangun Pemudi Pemuda dengan memainkan not angka pada pianika, selanjutnya guru mengajak siswa menyanyikan not angka yang didengar secara bersama-sama. 6) Siswa menyanyikan not angka lagu Bangun Pemudi Pemuda sebaris demi sebaris dengan kelompoknya.

Langkah pembelajaran setelah siswa menguasai solfegio (membaca dan membunyikan tangga nada) yaitu guru mengajarkan unsur-unsur

(8)

musik yang terdapat pada lagu Bangun Pemudi Pemuda, namun para siswa tidak perlu mengetahui bahwa guru akan mengajarkan unsur-unsur musik yang terdapat pada lagu model itu. Pembahasan unsur-unsur musik dilakukan secara bertahap dengan syarat urutan kemampuan dan urutan materi pengajaran yang logis, yaitu irama, melodi, harmoni dan ekspresi. Penjelasan mengenai unsur-unsur musik tersebut yaitu:

a. Irama

Irama menurut Banoe (2003: 198), yaitu pola ritme tertentu yang dinyatakan dengan nama, seperti: wals, mars, dan lain-lain. Pengertian Irama menurut Safrina (2002: 63), adalah:

Urutan rangkaian gerak yang menjadi dasar dalam musik dan tari, irama dalam musik terbentuk dari sekelompok bunyi dan diam dengan bermacam-macam lama waktu atau panjang pendeknya, membentuk pola irama, bergerak menurut pulsa ayunan birama, irama dapat dirasakan, kadang-kadang dirasakan dan didengar, atau dirasakan dan dilihat, ataupun dirasakan dan didengar serta dilihat.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa irama adalah urutan rangkaian nada-nada yang teratur dan panjang pendeknya not dapat dirasakan dan didengar. Safrina (2002: 82) mengatakan, untuk dapat memahami irama dengan baik maka terlebih dahulu harus mampu memahami dan merasakan bagian-bagian irama itu dengan merasakan pulsa secara mantap.

Pulsa menurut Safrina (2002: 81) ialah rangkaian denyutan berulang-ulang yang berlangsung secara teratur yang dapat dirasakan

(9)

dan dihayati dalam musik. Pulsa dapat didengar dan dilihat. Pulsa yang dapat didengar disebut ketukan (beat).

Merasakan ketukan lagu dapat dilakukan dengan bernyanyi sambil bertepuk tangan atau mengetuk meja sesuai dengan ketukan lagu. Guru mengetuk meja sesuai dengan ketukan yang terasa pada lagu Bangun Pemudi Pemuda dan siswa menyanyikan lagu Bangun Pemudi Pemuda sesuai dengan ketukan atau pulsa yang didengarnya. Macam-macam irama yang dikenal dalam musik menurut Rahardjo (TT: 10) adalah:

1) Irama Mars adalah irama untuk mengikuti gerak langkah seperti orang berbaris, gagah penuh semangat.

2) Irama Waltz adalah irama yang menirukan gerak-gerak tarian rakyat Jerman (Eropa).

3) Irama Cha cha cha adalah irama yang menirukan gerak tarian dari Kuba dan Puertorico Amerika Selatan

4) Irama Bolera adalah irama yang menirukan gerak tarian bangsa Spanyol

5) Irama Samba adalah irama yang menirukan gerakan lincah yang banyak digemari di Amerika Latin.

b. Melodi

Melodi menurut Prier (2009: 113) adalah suatu urutan nada yang utuh dan membawa makna. Syaratnya adalah berciri khas, berbentuk jelas, memuat suatu ungkapan dan dapat dinyanyikan. Melodi menurut Safrina (2002: 124) ialah susunan rangkaian nada (bunyi dengan rangkaian teratur) yang terdengar berurutan serta berirama, dan mengungkapkan suatu gagasan pikiran dan perasaan. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa melodi adalah rangkain dari beberapa nada yang disusun secara teratur dan

(10)

berirama membentuk suatu keindahan yang musikal yang mengungkapkan suatu ide gagasan.

Nada adalah bunyi yang dihasilkan oleh suatu sumber bunyi yang bergetar dengan kecepatan getar yang teratur. Sistem nada ialah susunan rangkaian nada berurutan dengan perbedaan tinggi nada tertentu, yang membentuk tangga nada tertentu pula.

Terdapat 2 macam jenis tangga nada menurut Safrina (2002: 124-125) yaitu tangga nada pentatonik dan diatonik.

Tangga nada pentatonik adalah sistem nada yang menggunakan lima nada dalam jarak nada-nada yang berfrekuensi dua kali lipat. Nada-nada pentatonik banyak ditemukan pada musik karawitan. Tangga nada diatonik adalah susunan rangkaian nada berurutan dengan dua macam perbandingan jarak nada atau interval, yang disebut interval penuh (I) dan interval setengah. Lagu-lagu nasional dan lagu-lagu daerah Indonesia kebanyakan ditulis dalam tangga nada diatonik.

Tangga nada diatonik menggunakan tujuh nada pokok dengan nama tujuh huruf pertama abjad, yaitu a, b, c, d, e, f, dan g. Misalnya pada nada dasar C mayor, tangga nada dituliskan dengan nama mutlak c, d, e, f, g, a, b, c’. Ketujuh nada tersebut jika dibaca menggunakan solmisasi menjadi do, re, mi, fa, sol, la, si, dan do. Jika ditulis menggunakan notasi angka adalah 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 1.

Terdapat 12 nada dasar mayor menurut Banoe (2003: 35), dimulai dari C mayor. Kedua belas nada dasar itu yaitu C mayor, G mayor, D mayor, A mayor, E mayor, B mayor, Fis mayor, Des Mayor, F mayor,

(11)

Bes mayor, Es mayor dan As mayor. Tangga nada yang paling umum digunakan adalah C mayor (natural) dan G mayor.

Nada yang terkandung pada setiap tangga nada menurut Banoe (2003: 35-41) dijelaskan dengan tabel berikut ini:

Tabel 2.1 Tangga nada mayor

No Nada Dasar Nada

1 C mayor C-D-E-F-G-A-B-C 2 G mayor G-A-B-C-D-E-Fis-G 3 D mayor D-E-Fis-G-A-B-Cis-D 4 A mayor A-B-Cis-D-E-Fis-Gis-A 5 E mayor E-Fis-Gis-A-B-Cis-Dis-E 6 B mayor B-Cis-Dis-E-Fis-Gis-Ais-B

7 Fis mayor Fis-Gis-Ais-B-Cis-Dis-Eis-Fis

8 Des mayor Des-Es-F-Ges-As-Bes-C-Des

9 F mayor F-G-A-Bes-C-D-E-F.

10 Bes mayor Bes-C-D-Es-F-G-A-Bes

11 Es mayor Es-F-G-Bes-C-D-Es

12 As Mayor As-Bes-C-Des-Es-F-G-As

(Banoe, 2003: 35-41)

c. Harmoni

Harmoni menurut Safrina (2002: 156) disebut juga dengan paduan nada, yaitu susunan atau gabungan dua nada atau lebih yang berbeda tinggi nadanya yang didengar serentak. Dasar dari harmoni adalah trinada dan akor.

Akor menurut Safrina (2002: 156) adalah bunyi gabungan tiga nada yang terbentuk dari salah satu nada pokok tangga nada dengan nada terts dan kuin. Akor yang digunakan untuk mengiringi sebuah lagu adalah akor primer.

(12)

Akor pokok yang banyak berperan dalam komposisi musik dan banyak dipergunakan dalam aransemen lagu yang sederhana. Akor-akor primer tersebut adalah akor yang kejadiannya beralas nada urutan kesatu (tonik) dilambangkan dengan angka I, urutan keempat (subdominan) dilambangkan dengan angka IV, urutan kelima (dominan) dilambangkan dengan angka V. Akor pokok dalam tangga nada mayor pada akor I (tonika) adalah do, mi, sol. Akor pokok IV (subdominan) terdiri dari nada fa, la, do. Akor pokok V (dominan) terdiri dari nada sol, ti, re. Akor pokok dalam tangga nada minor pada akor I (tonika) adalah la, do, mi. Akor pokok IV (subdominan) terdiri dari nada re, fa, la. Akor pokok V (dominan) terdiri dari nada mi, si, sel, dan ti.

d. Ekspresi

Pengertian ekspresi menurut Rahardjo (TT: 41) adalah suatu cara seseorang untuk mengungkapkan perasaannya melalui usaha penghayatan yang mendalam. Ekspresi dalam musik menurut Safrina (2002: 187) ialah:

Ungkapan pikiran dan perasaan yang mencakup nuansa tempo, dinamik, dan warna nada dari unsur-unsur pokok musik, dalam pengelompokan frase (phrasing) yang diwujudkan oleh

seniman musik atau penyanyi, disampaikan pada

pendengarnya.

Berdasarkan pendapat di atas, ekspresi dalam bernyanyi merupakan ungkapan perasaan dan pikiran penyanyi dengan cara menghayati lagu yang dibawakan. Unsur-unsur ekspresi dalam musik adalah tempo, dan dinamika. Tempo adalah ukuran untuk menentukan cepat lambatnya suatu musik atau lagu. Safrina (2002: 187-188)

(13)

menjelaskan istilah atau tanda-tanda yang menunjukkan tempo pada suatu musik atau lagu. Istilah-istilah tersebut yaitu:

1) Presto : cepat sekali

2) Allegro : cepat, gembira

3) Allegretto : agak cepat

4) Moderato : sedang

5) Andante : secepat orang berjalan

6) Adagio : lambat

7) Largo : lambat sekali

8) Accel : makin cepat

9) Ritardando : makin lambat

10) Rattentando : makin lambat

11) Attarg – kllargando : makin melebar dan makin keras

12) A tempo : kembal ke tempo asal

13) Con moro : dengan gerak

14) Piu : lebih

15) Meno : kurang

16) Poco : sedikit

17) Poco a poco : sedikit demi sedikit

18) Molto : banyak

19) Ma non troppo : tetapi jangan terlalu keras

20) Assai : sangat

21) Fermata : diperpanjang

Unsur ekspresi kedua adalah dinamika. Dinamika menurut Prier (2009: 33) adalah istilah untuk membedakan keras lembutnya dalam pembawaan karya musik. Safrina (2002: 188) menjelaskan, bahwa dinamika adalah tanda untuk menyatakan tingkat volume suara, atau keras lunaknya suara serta perubahan-perubahan keras lunak suara itu.

Pada partitur atau teks lagu biasanya terdapat tanda dinamik. Tanda dinamik itu berfungsi sebagai identitas lagu tersebut dinyanyikan dengan keras, sedang atau lembut. Tanda-tanda dinamik mampu memberi kekuatan pada suatu kalimat lagu. Ketetapan pemakaian tanda-tanda dinamik dalam suatu lagu akan membantu seorang

(14)

penyanyi atau pemain musik untuk mencapai sasaran utama yaitu penghayatan lagu.

Istilah-istilah pada tanda dinamik antara lain: 1) ff : fortissimo artinya keras sekali 2) fF : forte artinya keras

3) mf : mezzoforte artinya agak keras 4) mp : mezzopiano artinya agak lunak 5) p : piano artinya lunak (lembut) 6) pp : pianissimo artinya lunak sekali 7) < : crescendo artinya makin keras 8) > : decresendo artinya makin lunak 9) dim : diminuendo artinya makin menghilang 10) subito f : subito forte artinya tiba-tiba keras 11) subito p : subito piano artinya tiba-tiba lunak

Lagu Bangun Pemudi Pemuda merupakan lagu wajib yang bersifat semangat dan gembira sehingga harus dinyanyikan dengan suara yang tegas, bertekanan dan pendek-pendek dengan irama yang mantap seperti tentara berbaris dengan gagah.

Langkah pembelajaran setelah siswa mampu membaca dan membunyikan not angka, serta menguasai lirik lagu, ketukan dan unsur-unsur dalam lagu dengan tepat, selanjutnya guru mengajarkan teknik pernafasan, sikap badan ketika bernyanyi dan kejelasan pengucapan atau artikulasi melalui bentuk mulut.

Seseorang tidak memerlukan teknik pernafasan khusus ketika berbicara, namun ketika bernyanyi seseorang memerlukan teknik pernafasan khusus yang meliputi sikap tubuh, cara bernafas, dan cara memproduksi nada melalui bentuk mulut saat mengeluarkan vokal agar suara yang dihasilkan lebih panjang dan pernafasan tetap lancar.

(15)

Sikap tubuh yang baik ketika bernyanyi menurut Safrina (2002: 35) adalah cara berdiri atau duduk sehingga memberi keleluasaan untuk melakukan pernafasan untuk mempersiapkan udara yang diperlukan. Sikap tubuh yang benar akan sangat membantu penyanyi dalam menghasilkan suara yang jelas, nyaring, merdu dan indah. Sikap berdiri yang saat bernyanyi menurut Rahardjo (TT: 50) yaitu:

a) Upayakan kedua kaki terpancang kokoh di tanah/lantai namun tidak kaku seperti orang yang sedang siap berbaris dan renggangkan kedua kaki supaya tidak mudah jatuh. b) Tulang punggung usahakan selalu dalam sikap tegak lurus

tidak membungkuk.

c) Posisi kepala tegak dengan pandangan arah ke depan.

d) Dada agak membusung sedikit, agar rongga dada memberi kesempatan kepada paru-paru tidak terganggu.

Sikap berdiri yang kurang teliti akan mengganggu peranan organ-organ tubuh yang berfungsi untuk membantu memproduksi suara. Disamping itu sikap berdiri yang kurang teliti kelihatan kurang etis, bahkan dianggap tidak sopan yang berakibat kurang diperhatikan oleh penonton. Menyanyi dapat pula dilakukan dengan duduk. Sikap duduk yang benar ketika bernyanyi menurut Safrina (2002: 38) yaitu:

a) Tubuh dan kepala tegak dan tulang belakang direntangkan. b) Paha diletakkan pada kursi dan punggung lurus.

c) Tarik dan regangkan tulang pinggang tegak lurus, dan otot perut agak dikencangkan sehingga tidak kendur.

d) Dada agak dibusungkan agar tulang rusuk bebas berkembang dan rongga dada bertambah besar.

e) Otot leher rileks sehingga kepala dapat berputar dengan muda

Teknik vokal selanjutnya adalah pernafasan. Ada 3 macam pernafasan yaitu pernafasan dada, pernafasan perut dan pernafasan diafragma. Pernafasan dada terlihat pada seseorang yang sedang

(16)

bernafas, dadanya akan terlihat naik turun. Pernafasan ini kurang baik digunakan untuk bernyanyi, karena rongga dada tidak cukup besar untuk menampung udara yang banyak. Pernafasan perut bisa terlihat saat orang sedang tertidur maka perutnya akan bergerak naik turun. Pernafasan perut mempunyai ruang yang cukup luas dan cukup baik digunakan ketika bernyanyi. Pernafasan diafragma dapat dirasakan ketika mengambil nafas, tulang rusuk dan sekitar perut bagian atas mengembang. Pernafasan ini paling cocok digunakan untuk bernyanyi.

Pernafasan diafragma untuk bernyanyi harus sering dilatih. Prinsip latihan pernafasan diafragma menurut Safrina (2002: 41) yaitu:

a) Letakkan kedua tangan di pinggang bagian belakang. Usahakan posisi ibu jari terletak pada bagian tulang rusuk di belakang tubuh.

b) Tarik atau ambil nafas dalam-dalam. Rasakan tulang rusuk ikut mengembang ketika mengambil nafas dan tahan udara di dalam tubuh kira-kira dua atau tiga hitungan.

c) Keluarkan atau hembuskan udara perlahan-lahan sambil berdesis dengan 5-10 hitungan.

Guru dan siswa bersama-sama mempraktekkan teknik pernafasan diafrgama sehingga siswa dapat memproduksi suara dengan keras dan lantang, tetapi tidak kehabisan nafas ketika bernyanyi. Memproduksi nada untuk bernyanyi dipengaruhi oleh bentuk mulut ketika mengucapkan vokal. Posisi bibir atas dan bawah dibulatkan agar menghasilkan suara yang bulat penuh. Bentuk mulut saat pengucapan vokal a-i-u-e-o menurut Murtono dan Muwarni (2010: 28) yaitu:

(17)

Gambar 1.1 Bentuk mulut ketika mengucapkan huruf a Bentuk mulut saat mengucapkan a, seperti pada kata mama, papa, dan mana.

Gambar 1.2 Bentuk mulut ketika mengucapkan huruf i Bentuk mulut saat mengucapkan i, seperti pada kata gigi, mimi, dan sisi.

Gambar 1.3 Bentuk mulut ketika mengucapkan huruf u Bentuk mulut saat mengucapkan u, seperti kata buku, mutu, dan suhu.

(18)

Gambar 1.4 Bentuk mulut ketika mengucapkan huruf e Bentuk mulut saat mengucapkan e, seperti kata sate, tape, dan ini ni keke.

Gambar 1.5 Bentuk mulut ketika mengucapkan huruf o Bentuk mulut saat mengucapkan o, seperti kata toko, bobo, pohon, dan gado-gado.

(Murtono dan Muwarni, 2010: 28) Bentuk mulut saat mengucapkan kata ketika bernyanyi sangat penting. Seorang penyanyi harus memperhatikan posisi rongga mulut agar dapat mengucapkan kata dalam lirik lagu dengan baik. Posisi rongga mulut yang benar ketika bernyanyi menurut Rahardjo (TT: 53) yaitu :

a) Rahang bawah harus benar-benar bebas sewaktu mengucapkan bentuk-bentuk suara. Teknik melatih kelentukan rahang bawah yaitu membuka rahang bawah ke arah bawah selebar 3 jari, menarik rahang bawah ke kiri dan ke kanan, dan menarik rahang bawah arah ke depan.

b) Lidah selalu dalam posisi rata.

c) Bibir dan sekitarnya tidak boleh terlalu menekan pada gigi seri.

d) Membuka mulut selebar 2 atau 3 jari supaya suara jelas. Bentuk mulut saat mengucapkan kata ketika bernyanyi mempengaruhi artikulasi atau kejelasan pengucapan. Artikulasi

(19)

jelas. Pengucapan kata atau artikulasi yang benar saat bernyanyi akan sangat membantu penyampaian pesan dalam lirik lagu dari penyanyi kepada pendengar.

4. Lagu Wajib

Pengertian lagu wajib menurut Murtono dan Muwarni (2010: 17) yaitu:

Lagu yang wajib dan dapat dinyanyikan oleh seluruh rakyat Indonesia. Lagu wajib berisi semangat perjuangan bangsa dalam usaha mencapai kemerdekaan dan kemakmuran bangsa. Nilai-nilai yang terkandung dalam lagu wajib adalah nilai persatuan dan kesatuan bangsa, patriotisme, dan cinta tanah air.

Sejalan dengan pengertian di atas, fungsi lagu-lagu perjuangan menurut Mintargo (2014: 255) yaitu:

Untuk upacara dan aubade adalah lagu-lagu yang dapat membangkitkan semangat kebangsaan dan rasa cinta tanah air, memiliki arti nilai-nilai penegakan demokrasi yang berkeadilan. Substansi yang digambarkan pada lagu-lagu perjuangan bahwa pesan moral dan keterlibatan hati yang disampaikan ternyata semakin relevan sepanjang waktu bukan semakin pudar dan jauh dari tuntutan jaman. Semakin sering lagu itu diperdengarkan semakin lama keharuan dan juga keinginan hati nurani untuk menerapkan nilai-nilai yang ada pada lagu itu semakin besar. Indonesia Raya, Satu Nusa Satu Bangsa, Bagimu Negeri, Maju Tak Gentar, Dari Sabang Sampai Merauke, Halo-Halo Bandung, Hari Merdeka, Merah Putih, Berkibarlah Benderaku, Indonesia Tetap Merdeka, Rayuan Pulau Kelapa, Bangun Pemudi Pemuda dan Syukur termasuk lagu wajib. Lagu Nasional adalah lagu-lagu berbahasa Indonesia yang berisi tentang aspek kehidupan bangsa Indonesia. Contoh lagu nasional antara lain Ibu Kita Kartini, Desaku yang Kucinta, Indonesia Pusaka, Gugur

(20)

Bunga, Nyiur Hijau, Di Timur Matahari, Bambu Runcing, Sepasang Mata Bola,Pantang Mundur dan Kulihat Ibu Pertiwi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa lagu wajib adalah lagu berbahasa Indonesia berisi tentang perjuangan rakyat Indonesia dalam mencapai kemerdekaan yang wajib dan dapat dinyanyikan oleh seluruh rakyat Indonesia. Lagu wajib dapat menumbuhkan rasa cinta tanah air dan patriotisme, serta dapat menumbuhkan semangat kebangsaan. Oleh karena itu penting sekali bagi guru sekolah dasar mengajarkan lagu wajib kepada siswa agar siswa mempunyai rasa cinta tanah air yang besar.

Lagu yang dipilih dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu lagu berjudul “Bangun Pemudi Pemuda”. Lagu ini dipilih karena isi atau pesan lagu mengajak para generasi muda untuk bersemangat dalam membela negara. Liriknya tidak terlalu panjang dan lagunya dinyanyikan dengan gembira dan bersemangat.

5. Instrumen Pianika

Pianika menurut Fitria (2013: 35), merupakan alat musik yang memiliki tuts dan dimainkan dengan cara ditiup. Bilahan-bilahan nadanya ada yang berwarna putih untuk nada-nada asli (natural) dan ada yang berwarna hitam-hitam untuk memainkan nada-nada kromatis.

Pianika merupakan instrumen yang memudahkan untuk penerapan teori musik dan memainkan musik secara mudah baik dalam bentuk akord maupun melodi. Pianika sangat praktis digunakan dalam sebuah

(21)

pembelajaran musik karena selain bentuknya yang mudah dibawa namun penerapannya sangat memungkinkan untuk memahami dasar-dasar bermain musik terutama pemahaman tentang tangga nada dan susunan nada dalam pembentukan sebuah akor. Tangga nada menurut Prier (2009: 213), adalah urutan nada melalui satu oktaf yang mengikuti pola tertentu. Menurut Rahardjo (TT: 30), tangga nada adalah susunan nada-nada yang teratur jarak dan tinggi rendahnya.

Terdapat dua jenis tangga nada, yaitu tangga nada mayor dan tangga nada minor. Mayor berarti besar sedangkan minor berarti kecil. Rahardjo (TT: 30) mengatakan bahwa tangga nada mayor dikenal memiliki ciri atau sifat gembira, penuh semangat, dan percaya diri penuh keyakinan. Tangga nada minor memiliki ciri atau sifat sedih, penuh haru, melankolis, kurang percaya diri, dan ragu-ragu. Tangga nada yang digunakan pada lagu Bangun Pemudi Pemuda adalah tangga nada mayor dengan kunci G.

Susunan nada dalam pianika pada prinsipnya sama dengan tuts pada keyboard ataupun piano yang terdiri dari terdiri dari 5 tuts warna hitam dan 7 tuts warna putih dalam satu oktaf. Rentang nada dalam satu oktaf yaitu dimulai dari nada do rendah sampai do tinggi. Berikut ini adalah susunan nada pada tuts pianika:

(22)

Untuk memainkan pianika, perlu memperhatikan teknik penjarian. Lazimnya pianika dimainkan dengan penjarian tangan kanan, tetapi bagi yang dominan tangan kiri atau kidal bisa juga menggunakan tangan kiri. Bagi yang menggunakan tangan kanan sebagai tangan dominannya, maka tangan kiri digunakan untuk memegang bodi pianika, letak pegangan pianika berada di bawah body pianika, sedangkan bagi yang dominannya tangan kiri maka tangan kanan digunakan untuk memegang body pianika. Petunjuk penjarian pada pianika adalah sebagai berikut:

Gambar 1.7 Petunjuk penjarian

Penjarian pianika menurut Rahardjo (TT: 39), dimulai dari ibu jari yang disimbolkan dengan angka 1, jari telunjuk disimbolkan dengan angka 2, jari tengah disimbolkan dengan angka 3, jari manis disimbolkan dengan angka 4, dan jari kelingking disimbolkan dengan angka 5. Memainkan tangga nada pada pianika dengan tangan kanan maka digunakan urutan 1-2-3-1-2-3-4-5 atau dimulai dari ibu jari, telunjuk, jari tengah, kembali ke ibu jari, jari telunjuk, jari tengah, jari manis dan berakhir di jari

(23)

kelingking. Memainkan tangga nada dengan tangan kiri maka kebalikan dari tangan kanan yaitu dimulai dari 5-4-3-2-1-3-2-1 atau dari kelingking, jari manis, jari tengah, jari telunjuk, ibu jari lalu kembali ke jari tengah, jari telunjuk dan ibu jari.

Instrumen pianika digunakan pada pembelajaran bernyanyi sebagai pengiring vokal siswa menggunakan akor yang terdapat pada partitur lagu. Lagu yang akan dinyanyikan oleh siswa yaitu lagu wajib Bangun Pemudi Pemuda dengan nada dasar G = do. Akor primer dalam nada dasar G mayor menurut Banoe (2003: 129) adalah akor I = G sebagai posisi alas dengan triad G-B-D. Akor IV dengan triad C-G-E dan akor V dengan triad D-Fis-A.

Cara memainkan akord pada instrumen pianika berdasarkan teknik penjarian menurut Banoe (2013: 115-137), dapat dilihat pada gambar berikut ini dengan keterangan:

- menunjukkan tuts atau nada yang dimainkan - angka 1 2 3 4 5 untuk menunjukkan jari yang digunakan a) Akord primer dalam nada dasar C mayor

Gambar 1.8 Akord C mayor I = C (C-E-G)

(24)

V = G (G-B-D) V7 = G7 ( B-D-F-G)

b) Akord G Mayor dalam Posisi Dasar

Gambar 1.9 Akord G mayor I = G (G-B-D)

IV = C (G-C-E) V = D (D-Fis-A) V7 = D7 ( Fis-A-C-D)

c) Akord D Mayor dalam Posisi Dasar

Gambar 1.10 Akord D mayor I = D (D-Fis-A)

IV = G (D-G-B) V = A (Cis-E-A) V7 = (Cis-E-G-A)

(25)

d) Akord A Mayor dalam Posisi Dasar

Gambar 1.11 Akord A mayor I = A (A-Cis-E)

IV = D (A-D-Fis) V = E7 (Gis-B-E)

e) Akord B Mayor dalam Posisi Dasar

Gambar 1.12 Akord B mayor I = B (B-Dis-Fis)

IV = E (B-E-Gis) V = F# (Ais-Cis-Fis) V7 = F#7 (Ais-Cis-E-Fis)

f) Akord Bes Mayor dalam Posisi Dasar

Gambar 1.13 Akord Bes mayor I = Bes (Bes-D-F)

(26)

V =F (C-F-A) V7 = F7 (A-C-Es-F)

g) Akord Es Mayor dalam Posisi Dasar

Gambar 1.14 Akord Es mayor I = Es (Es-G-Bes)

IV = As (Es-As-C) V = Bes (D-F-Bes) V7 = Bes7 (D-F-As-Bes)

h) Akord As Mayor dalam Posisi Dasar

Gambar 1.15 Akord As mayor I = As (As-C-Es)

IV = Des (As-Des-F) V = Es (G-Bes-Es) V7 = Es7 (G-Bes-Des-Es)

i) Akord Des Mayor dalam Posisi Dasar

Gambar 1.16 Akord Des mayor I = Des (Des-F-As)

(27)

IV = Ges = G# (Cis-Fis-Ais) V = As (C-Es-As)

V7 = As7 (C-Es-Ges-As)

6. Model Direct Instruction

Model pengajaran langsung menurut Trianto (2012: 41), disebut juga model pengajaran aktif (active teaching model), training model, mastery

teaching, dan explicit instruction. Pengajaran ini merupakan suatu model

pengajaran yang bersifat teacher center. Model pengajaran langsung efektif untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang artinya bertahap. Model pengajaran langsung membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang diajarkan selangkah demi selangkah.

Pembelajaran bernyanyi diajarkan secara bertahap yaitu pada siklus I pembelajaran difokuskan pada mengenal tangga nada dan tempo. Pada siklus II pembelajaran difokuskan pada teknik bernyanyi yang meliputi teknik pernafasan, sikap badan, artikulasi dan ekspresi. Oleh karena itu, peneliti memilih model ini karena diharapkan model direct instruction mampu meningkatkan keterampilan bernyanyi siswa, khususnya menyanyikan lagu wajib.

Pengajaran langsung menurut Kardi (1997: 3) dalam Trianto (2012: 43) dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktik, dan kerja kelompok. Dalam pelaksanaannya, guru harus dapat menyusun

(28)

waktu pembelajaran agar dapat mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat lima langkah pembelajaran langsung, yaitu:

a) Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, memusatkan perhatian dan minat siswa agar siswa siap untuk belajar. Penyampaian tujuan pembelajaran dimaksudkan agar siswa mengetahui apa yang harus dapat dilakukan setelah berperan dalam pembelajaran. Tujuan yang harus dicapai siswa setelah mengikuti pelajaran yaitu adanya peningkatan cinta tanah air dan keterampilan menyanyikan lagu wajib. b) Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

Guru harus menguasai materi tangga nada, teknik bernyanyi, dan unsur-unsur seni musik dengan baik agar mampu mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan kepada siswa dengan jelas dan spesifik. Guru juga mampu memainkan instrumen pianika untuk mengiringi latihan vokal dan mengiringi siswa menyanyikan lagu wajib.

c) Membimbing pelatihan

Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal. Materi pembelajaran pada satu siklus sama, sedangkan materi pada siklus berikutnya merupakan kelanjutan dari materi yang telah diajarkan pada siklus I. Pembelajaran pada siklus I berupa latihan

solfegio (kemampuan membaca dan mendengar not angka pada tangga

nada) dan menyanyikan not angka pada teks lagu Bangun Pemudi Pemuda dengan ketukan yang tepat. Pembelajaran pada siklus 2, guru

(29)

menjelaskan dan memberi contoh mengenai teknik bernyanyi dengan benar. Teknik bernyanyi meliputi teknik pernafasan, sikap badan ketika bernyanyi, kejelasan dalam mengucapkan kata atau artikulasi, dan ekspresi atau penjiwaan terhadap lagu yang dibawakan. Siswa mempraktekkan satu persatu teknik bernyanyi yang diajarkan guru. Siswa mempraktekkan menyanyi lagu Bangun Pemudi Pemuda dengan teknik bernyanyi yang benar dengan diiringi instrumen pianika yang dimainkan guru. Praktek menyanyikan dilakukan secara bersama-sama, kemudian secara berkelompok atau perbanjar dan terakhir secara individu sebagai penilaian akhir.

d) Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik

Guru mengecek keadaan siswa sudahkah menguasai keterampilan membaca dan mendengarkan not angka, serta bernyanyi dengan teknik dan ekspresi yang benar seperti yang sudah diajarkan.

e) Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan

Latihan intensif dibutuhkan agar siswa menguasai dan mampu mendemonstrasikan ketrampilan menyanyikan lagu wajib dengan teknik bernyanyi yang benar. Pada pertemuan selanjutnya guru mengulang materi pembelajaran sebelumnya dan menambah materi pembelajaran kemudian mempraktekannya bersama siswa agar ketrampilan bernyanyi siswa semakin baik.

Dari penjelasan tersebut, model direct instruction sangat tepat digunakan dalam pembelajaran yang menekankan adanya ketrampilan yang diajarkan secara bertahap pada siswa yaitu ketrampilan menyanyikan

(30)

lagu wajib melalui demonstrasi dari guru ke siswa. Peran guru dalam model direct instruction sangat penting yaitu memberikan penjelasan secara spesifik dan pemberian umpan balik dalam bentuk lisan, tes maupun komentar tertulis dari guru kepada siswa agar guru mengetahui hasil dan manfaat yang dicapai oleh siswa.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang akan dikemukakan oleh peneliti mengacu pada peneitian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Putut Sulamono yang dilaksanakan di SMP Negeri 2 Kayen, Pati pada tahun 2013 yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Vokal Melalui Metode Solfegio”. Penelitian ini mempunyai kesamaan permasalahan awal dengan peneliti yaitu kemampuan vokal siswa kelas VIII A di SMP Negeri 2 Kayen masih rendah. Hal itu ditunjukkan oleh data pra siklus kemampuan vokal peserta didik yaitu dari 40 siswa hanya 5% atau 2 siswa saja yang mendapat predikat baik, 30% atau 12 siswa mendapat predikat cukup baik, dan 65% atau 26 siswa mendapat predikat kurang baik. Hasil Penelitian pada siklus I menunjukkan siswa masih nampak asing dengan langkah-langkah metode

solfegio dan masih banyak siswa yang belum memahami teori dan konsep

dari materi. Pada siklus II siswa sudah mulai memahami metode solfegio dan materi pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 40 siswa, 30 siswa mencapai kriteria baik (82,5%). Hal ini menunjukkan

(31)

bahwa penerapan metode solfegio di kelas VIII A SMP Negeri 2 Kayen dapat meningkatkan kemampuan vokal peserta didik.

2. Penelitian oleh F.Totok Sumaryanto yang dilaksanakan di kelas V SD Negeri Sekaran 01 Semarang, pada tahun pelajaran 2004/2005 yang berjudul “Efektivitas Penggunaan Metode Solfegio untuk Pembelajaran Keterampilan Bermain Musik di Sekolah Dasar”. Penelitian tersebut memiliki kondisi awal keterbatasan kemampuan bermain musik rendah dan model pembelajaran yang belum tepat. Hasil pembelajaran siklus I dengan menggunakan metode solfegio menunjukkan adanya peningkatan hasil dari kondisi awal yaitu siswa lebih bersemangat dengan hasil 49% telah menguasai alat musik dengan sangat baik, 17,5% menguasai dengan tingkt baik, 20% siswa menguasai pada tingkat sedang dan sisanya 22,5% belum bisa menguasai atau pada tingkatan buruk. Siklus II penelitian ini menunjukkan peningkatan kemampuan bermain musik siswa, yaitu 60% menguasai dengan sangat baik, 28% menguasai dengan tingkat baik, 14% menguasai pada tingkat sedang dan sisanya 8% belum menguasai atau pada tingkatan buruk.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Cahyo Sukrisno Putra yang berjudul “Pembelajaran Vokal dengan Metode Solfegio pada Paduan Suara Gracia Gitaswara di GKJ Cilacap Utara Kabupaten Cilacap”. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan keterampilan bernyanyi jemaat GKJ dengan metode solfegio. Pembelajaran vokal meliputi latihan pernafasan, latihan solfegio yaitu membaca nada (sight reading) dan

(32)

mendengar nada (ear training) sebelum menyanyikan syair dilanjutkan latihan artikulasi.

4. Jurnal bejudul “Patriotic songs in primary school textbooks in Taiwan

from 1949-1987” nomor 2, tahun 2014 oleh Angela Lee. Penelitian

tersebut membuktikan bahwa lagu-lagu nasional dan perjuangan mampu membangkitkan semangat perjuangan dan berfungsi sebagai media menyamakan cita-cita dan tujuan rakyat Taiwan yang kala itu menolak negaranya menggunakan sistem pemerintahan komunis. Lagu-lagu perjuangan juga terdapat pada buku teks atau buku pelajaran dan dikumandangkan setiap pagi di sekolah-sekolah. Jumlah lagu perjuangan terus bertambah pada tahun 1949-1987. Lagu-lagu perjuangan terbukti mampu menumbuhkan dan membangkitkan rasa patriotisme dan cinta tanah air pada siswa sekolah dasar di Taiwan.

5. Jurnal pembelajaran musik oleh Barbara M. Doscher, Volume III Nomor 2 tahun 1992 yang berjudul “Teaching Singing”. Jurnal tersebut mengatakan bahwa guru berperan penting dalam pembelajaran bernyanyi di sekolah dasar. Guru harus mengerti teknik vokal dan cara memperlakukan siswa yang sedang belajar menyanyi. Guru sebaiknya tidak memberi kritikan atau memarahi siswa, karena akan membuat siswa tidak percaya diri. Sebaliknya, guru seharusnya memotivasi siswa dengan kalimat yang baik agar semangat belajar bernyanyi.

Tidak seluruh penelitian di atas mempunyai variabel yang sama dengan penelitian ini namun kelima jurnal tersebut memiliki kesamaan dengan salah

(33)

satu variabel dalam penelitian ini, yaitu cinta tanah air dan keterampilan bernyanyi. Subjek dalam penelitian di atas sama dengan penelitian ini, yaitu siswa di sebuah sekolah.

C. Kerangka Pikir

Pembelajaran menyanyi pada mata pelajaran SBK di SD Negeri 1 Pasir Kulon saat ini belum dilaksanakan secara optimal, karena belum digunakannya instrumen atau alat musik yang tepat pada saat pembelajaran sehingga siswa merasa enggan saat diajak menyanyi, terutama menyanyikan lagu wajib. Penggunaan instrumen pianika diharapkan mampu membuat siswa tertarik dalam pembelajaran dan memudahkan siswa dalam membidik nada karena pianika berfungsi sebagai pengiring vokal. Lagu yang dipilih adalah lagu wajib berjudul Bangun Pemudi Pemuda sebagai upaya meningkatkan cinta tanah air siswa. Diharapkan hasil pembelajaran akan meningkatkan cinta tanah air siswa dan keterampilan bernyanyi siswa khususnya menyanyikan lagu wajib.

(34)

Penjelasan di atas dapat digambarkan pada skema berikut:

Kondisi awal

1. Rasa cinta tanah air siswa rendah dan keterampilan bernyanyi kurang

Siswa berlatih solfegio dan menyanyi dengan lirik dan irama yang benar menggunakan model direct instruction dan instrumen pianika 2. Guru belum menggunakan model direct instruction dan instrumen pianika Siklus I Evaluasi dan Refleksi Siklus II Guru melatih teknik bernyanyi menggunakan model direct instruction dan siswa menyanyikan lagu wajib diiringi pianika Evaluasi dan Refleksi

Kondisi Akhir : Cinta tanah air siswa dan keterampilan menyanyikan lagu wajib meningkat setelah melaksanakan pembelajaran dengan instrumen

Gambar

Tabel 2.1 Tangga nada mayor
Gambar 1.1 Bentuk mulut ketika mengucapkan huruf a  Bentuk mulut saat mengucapkan a, seperti pada kata mama, papa, dan  mana
Gambar 1.4 Bentuk mulut ketika mengucapkan huruf e  Bentuk  mulut  saat  mengucapkan  e,  seperti  kata  sate,  tape,  dan  ini  ni  keke
Gambar 1.6 Susunan nada pada pianika
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi karyawan untuk terus meningkatkan disiplin kerja agar nantinya mampu bekerja secara optimal dengan selalu mengikuti

a) Produk (Product), menurut Kotler &amp; Armstrong, (2001: 346) produkadalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli,

Nilai ekspor produk-produk DKI Jakarta bulan September 2007 mencapai 742,54 juta dollar Amerika, menurun sebesar 1,50 persen dari bulan Agustus 2007 yang mencapai 753,84 juta

Benzodiazepin adalah molekul kecil yang relative larut lemak, yang siap diabsorbsi secara oral dan dengan cepat melewati SSP. Midazolam harus melewati hepar dulu sehingga hanya

Pemeriksaan CT scan sesuai dengan teori bahwa tumor dapat terbatas pada rongga hidung dalam yang dapat berkisar dari beberapa milimeter hingga lebih dari 2

tertutup dengan software scilab juga dilakukan pada penelitian ini untuk menguji ketangguhan (robustness) konfigurasi pengendalian dan parameter pengendali PID yang

Saat itu, kekuatan pasukan Islam yang berasal dari dinasti Fatimiyah yang menguasai Yerusalem memang kalah banyak dibandingkan pasukan penyerbu yang terdiri dari

Dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor penentu prestasi kerja dalam organisasi adalah faktor kemampuan, motivasi, individu dan faktor lingkungan organisasi. Cara-cara seorang