• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunitas Belajar Kelurahan/Desa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Komunitas Belajar Kelurahan/Desa"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

Komunitas Belajar

Kelurahan/Desa

MODUL KHUSUS KOMUNITAS

DEPARTEMEN

PEKERJAAN UMUM

Direktorat Jenderal Cipta Karya

(2)

Modul 1 KBK dan Penanggulangan Kemiskinan 1

Kegiatan 1: KBK dan Komunitas Pembelajaran Masyarakat 2

Kegiatan 2: Tahapan Pembelajaran Masyarakat 4

Modul 2 Metode Belajar KBK 15

Kegiatan 1 : Diskusi Pendidikan Orang Dewasa 16

Kegiatan 2 : Diskusi Metode Belajar 17

Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 31

Kegiatan 1 : Identifikasi Kebutuhan Pengetahuan Masyarakat 32

Kegiatan 2 : Prioritas Materi Belajar 34

Modul 4 Perencanaan Proses Belajar 35

(3)

Modul 1

Topik: KBK dan Penanggulangan Kemiskinan

Peserta memahami dan menyadari:

ƒ Peran KBK sebagai kelompok strategis dalam penaggulangan kemiskinan di kelurahan/desa

ƒ Tahapan pembelajaran masyarakat ƒ Peran relawan dalam KBK

Kegiatan 1: KBK dan kelompok pembelajaran masyarakat Kegiatan 2: Tahapan pembelajaran masyarakat

3 Jpl ( 135 ’)

Bahan Bacaan:

1. Lembar Kasus – Cerita dari Gondolayu

2. Lembar Kasus – Perempuan Penggerak Perubahan

3. Bahan Bacaan – Belajar Bersama Membebaskan diri dari Kemiskinan 4. Bahan Bacaan – Komunitas Belajar Kelurahan

5. Media Bantu – Tahapan Pembelajaran Masyarakat

• Kerta Plano

(4)

KBK dan Kelompok Pembelajaran Masyarakat

1) Sampaikan kepada peserta bahwa selanjutnya kita akan mendiskusikan bagaimana mengelola dan merawat relawan agar bisa terus bersama-sama mendorong upaya penanggulangan kemiskinan di desa/kelurahan kita. Perkenalkan istilah komunitas belajar kelurahan (KBK). 2) Bagi peserta dalam empat kelompok. Tugaskan setiap kelompok untuk membaca bersama dan

mendiskusikan lembar kerja kasus yang dibagikan. Kelompok 1 dan 2 mendiskusikan Lembar Kasus 1 – Cerita dari Gondolayu, sedangkan kelompok 3 dan 4 mendiskusikan Lembar Kasus 2 – Perempuan Penggerak Perubahan. Pertanyaan diskusi :

ƒ Apa yang mendorong berkembangnya kelompok pembelajaran masyarakat dalam cerita tersebut?

ƒ Bagaimana dengan desa/kelurahan dampingan kita? Apakah di desa/kelurahan ada ruang atau kesempatan bagi warga untuk membicarakan masalah-masalah bersama?

3) Setelah diskusi kelompok selesai, persilahkan juru bicara kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi kelompoknya.

4) Lontarkan pertanyaan retoris (tidak perlu didiskusikan) untuk memastikan kesadaran peserta : ”Pentingkah adanya kelompok-kelompok warga yang membicarakan masalah desa/kelurahan?” Untuk memperkuat kesadaran peserta, ajak peserta untuk membaca bersama Bahan Bacaan 4 – Belajar Bersama Membebaskan Diri dari Kemiskinan.

5) Jelaskan mengenai KBK, dan keterkaitan KBK dengan kelompok-kelompok pembelajaran di masyarakat tersebut. Ajak peserta membaca bersama Bahan Bacaan 5 – Komunitas Belajar Kelurahan

KBK merupakan satu dari sekian alat intervensi program penanggulangan kemiskinan ini untuk mendorong terjadinya proses pembelajaran di masyarakat. Melalui KBK, kelompok-kelompok pembelajaran di masyarakat yang selama ini tumbuh dan berkembang diarahkan untuk secara aktif mendiskusikan dan memberikan solusi-solusi penanggulangan kemiskinan di kampungnya.

(5)

KBK merupakan ”rumah relawan”. KBK merupakan titik berangkat (institusi) bagi relawan-relawan penanggulangan kemiskinan untuk membangun komitmen seluruh masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan. Kewajiban moral relawan ini menjadi satu keniscayaan ketika program ini hanya mampu memfasilitasi pengembangan kapasitas segelintir orang. Jadi, selain bertugas memfasilitasi aktivitas ’siklus’, relawan juga berperan melakukan pemberdayaaan masyarakat.

Menggunakan KBK, proses ’getok tular’ komitmen dan proses pembelajaran

penanggulangan kemiskinan di masyarakat dan aparat kelurahan/desa diharapkan dapat berjalan secara terencana. Karena itu, KBK harus memiliki misi (agenda), aturan main, dan rencana proses belajar yang jelas.

Setiap orang dalam KBK berperan setara. Apa yang menjadi ukuran bahwa KBK berfungsi baik? Salah satunya, semakin banyak orang jadi relawan (anggota KBK).

Mengapa perlu membangun kelompok pembelajaran (KBK)? ƒ Fakta bahwa banyak orang masih buta huruf.

ƒ Fakta bahwa banyak perempuan tidak mengetahui bahwa terlibat dalam kegiatan masyarakat adalah hak.

ƒ Fakta bahwa banyak warga tidak mengetahui masalah-masalah desa/kelurahannya, bahkan masalah-masalah hidup yang dihadapi dirinya sendiri.

ƒ Fakta bahwa banyak warga tidak mengetahui bagaimana cara memecahkan masalah mereka.

Strategi pengembangan KBK

1) Menghimpun relawan-relawan yang peduli terhadap persoalan warganya;

Pengembangan Komunikasi Informasi Komunitas • Open Menu (sesuai

kebutuhan komunitas) • Horizontal & Vertikal • Produksi pengetahuan Pelatihan, Coaching, Belajar Mandiri KOMUNITAS BELAJAR Berbagai Media Hubungan Sosial Masalah, Kebutuhan , dan Potensi Kom unitas

Kelompok Sosial

Pengembangan Komunikasi Informasi Komunitas • Open Menu (sesuai

kebutuhan komunitas) • Horizontal & Vertikal • Produksi pengetahuan Pelatihan, Coaching, Belajar Mandiri KOMUNITAS BELAJAR Berbagai Media Hubungan Sosial Masalah, Kebutuhan , dan Potensi Kom unitas

(6)

2) Menghimpun potensi-potensi lokal termasuk potensi kelompok-kelompok masyarakat yang exist (LSM/KSM) sebagai basis pembelajaran bagi masyarakat;

3) Menggalang semangat (power) para pemeduli untuk bahu membahu secara bersama-sama duduk dalam satu forum belajar yang generiknya dinamakan Komunitas Belajar Kelurahan (KBK);

4) Memberikan ruang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk ikut andil/berperan serta dalam kegiatan KBK sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya.

5) Memberikan peran kepada anggota KBK untuk :

¾ Membantu memfasilitasi masyarakat dalam aktivitas siklus kelurahan PNPM Mandiri Perkotaan.

¾ Membantu memfasilitasi masyarakat dalam program-program pembangunan partisipatif pemerintah desa/kelurahan.

¾ Membantu memfasilitasi terjadinya kemitraan masyarakat, baik dengan pengelola PNPM Mandiri Perkotaan, pemerintah daerah, swasta, perguruan tinggi dan pihak-pihak lainnya.

¾ Melakukan diskusi-diskusi pemecahan masalah praktis masyarakat maupun kajian pembangunan desa/kelurahan.

¾ Melakukan monitoring evaluasi partisipatif terhadap pelaksanaan dan hasil kegiatan program-program penanggulangan kemiskinan dan program-program pembangunan di wilayahnya.

Tahapan Pembelajaran Masyarakat

1) Nyatakan bahwa kita yang hadir di sini merupakan tenaga penggerak KBK. Kewajiban moral ini otomatis melekat karena kita berada di sini sekarang dan menerima fasilitas belajar ini dari negara. Setelah kita bersama-sama berdiskusi mengenai konteks KBK, saat ini kita mulai akan bekerja merumuskan skema belajar masyarakat.

2) Tampilkan atau bagikan Media Bantu Pembelajaran Masyarakat. Jelaskan tahap demi tahap secara garis besar saja karena diskusi lebih jauh akan kita lakukan di tiap sessi.

3) Beri kesempatan peserta untuk mengajukan satu dua pertanyaan. Diskusikan bersama seluruh peserta

(7)

Lembar Kasus 1

Bacalah cerita ini dengan seksama

Jendela

Kompas, Jumat, 28 Januari 2005 Belajar Bersama, Membebaskan Diri dari Kemiskinan (1)

ROMBONGAN aktivis dari sejumlah negara di kawasan Asia Pasifik yang berkunjung ke Kampung Gondolayu, yang berada di tengah Kota Yogyakarta, hampir-hampir tidak percaya dengan pemberian sebutan "miskin" untuk kampung itu. Bukannya empati dan belas kasihan yang tergambar di mata mereka, tetapi justru pujian dan decak kagum.

SAYA telah mengunjungi kampung-kampung miskin di banyak negara, tetapi tidak pernah saya jumpai lingkungan sebagus ini. Rumah di sini bagus-bagus, jalan-jalan bersih sekalipun sempit, sanitasi dan air minum cukup higienis," kata Seario Sarvodaya, aktivis organisasi nonpemerintah dari Sri Lanka.

Komentar serupa juga dikemukakan oleh tamu-tamu lain, yang sore itu bermaksud mengunjungi kelompok ibu-ibu "kaum miskin kota" yang membentuk kelompok tabungan di kampung Gondolayu.

"Rumah-rumah di sini bagus dan bersih meski dibangun dari material yang tidak mahal. Anak-anak di sini juga bersih-bersih," kata Thomas Webster dari Papua Niugini.

KAMPUNG Gondolayu tersembunyi di balik deretan gedung-gedung megah di Jalan Sudirman, Yogyakarta. Akses menuju kampung itu hanyalah lorong sempit-kurang dari dua meter-dengan panjang sekitar 300 meter, terjepit di antara dua bangunan megah. Sisi timur kampung itu dibatasi oleh Kali Code yang membelah kota.

Meski masih banyak rumah berdinding bambu, namun kampung itu tampak asri. Pot-pot bunga berjajar di depan rumah warga. Di beberapa tempat, tanaman rambat menjulur menaungi lorong-lorong sempit rumah penduduk dari sengatan matahari. Kampung yang disebut oleh sejumlah aktivis sebagai "kampung miskin" itu jauh dari suasana kumuh.

Suasana kampung yang bersih dan asri itu terwujud karena kepedulian berbagai pihak, dari lingkungan lurah, ketua rukun wilayah (RW) dan rukun tetangga (RT), serta warga setempat. Tiap Jumat warga turun kerja bakti untuk membersihkan lingkungan. Papan pengumuman didirikan di tiap RT. Kegiatan ibu-ibu PKK berjalan baik. Sesekali petugas kesehatan atau polisi datang memberikan penyuluhan.

Di balik kampung yang asri dan dinamis itu masih ada kegiatan kelompok ibu-ibu yang berinisiatif membentuk kelompok menabung. Kelompok ini dibentuk setahun lalu. Ide dari Ny Sumarni berkat interaksinya dengan seorang aktivis organisasi nonpemerintah. Sumarni kemudian menjual gagasannya kepada sejumlah ibu-ibu di kampungnya. Kelompok yang

(8)

ditabung bersama dan dipinjamkan bila ada anggota yang membutuhkan.

Tiap hari, salah satu anggota kelompok berkeliling mendatangi seluruh anggota kelompok, mengumpulkan uang tabungan harian. Jumlah yang disetor per hari tidak seberapa. Setoran selembar uang Rp 500 atau Rp 1.000 pun diterima. Tiap minggu, uang yang terkumpul-antara Rp 75.000 sampai Rp 100.000-disetorkan ke bank.

"Kami harus melakukan cara ini karena tidak mungkin kami menabung Rp 500 langsung ke bank," kata Sumarni.

Menurut Sumarni, dengan terbentuknya kelompok menabung, mereka juga bisa belajar dan berbagi pengalaman satu sama lain. Dari berkumpul itulah muncul ide berjualan bihun, membuat rempeyek, membuka warung jus, dan kegiatan produktif lainnya.

Ny Elisati (53) merasa terbantu dengan kegiatan kelompok menabung tersebut. Sejak ditinggal suaminya, Elisati harus memenuhi kebutuhannya sendiri bersama seorang putrinya. Tidak ada harta tertinggal saat suaminya meninggal. Elisati membanting tulang menjadi buruh cuci untuk menghidupi keluarganya. Dari penghasilannya yang pas-pasan, ia masih bisa menyisikan uangnya untuk menabung dan mulai membuka warung kecil-kecilan. Dengan modal seadanya ia mulai berjualan sabun, gula, teh, dan kebutuhan rumah tangga sehari-sehari.

"Saya ingin menabung supaya tidak perlu berutang bila ada kebutuhan mendadak. Saya juga ingin cucu saya bisa terus bersekolah," kata Elisati.

KELOMPOK menabung kedengarannya sangat sepele. Akan tetapi, bertolak dari kegiatan semacam inilah proses pembelajaran berkelanjutan terjadi. Tanpa kurikulum, tanpa buku pelajaran, tanpa kehadiran seorang guru, warga masyarakat yang dianggap tidak berpendidikan bisa mencerdaskan dirinya. Ketika mereka mulai berkumpul tiba-tiba hari esok menjadi tidak terbatas.

Dari mengenali masalah yang ada pada diri mereka sendiri, lingkungan rukun tetangga, mereka mulai mengenal hak-hak sebagai seorang warga negara, berbicara tentang hak-hak perempuan, dan lain-lainnya. Mereka pun kemudian mulai bergerak, membuka usaha kecil-kecilan, untuk keluar dari kemiskinan yang mengimpit tanpa harus menunggu uluran tangan dari pemerintah.

Di Yogyakarta setidaknya ada enam kelompok tabungan, yakni Komunitas Gadjah Wong I dan II, Kampung Iromejan, Kampung Gondolayu, Kampung Kepuh, dan Kampung Brandan. Kehadiran kelompok tabungan ibu-ibu ini bersama komunitas pembelajaran yang tumbuh di sejumlah tempat makin menyemarakkan identitas Yogya sebagai kota pelajar.

(9)

Lembar Kasus 2

Bacalah dengan seksama

Potret

Hidup di Bantaran Sungai (2)

Perempuan-perempuan Itu Penggerak Perubahan

Rabu | 17 Januari 2007 | 9:41 wib |

Bisakah Anda bayangkan ada orang mencuci piring dan gelas dengan menggunakan air sungai yang begitu kotor? Tak usah heran bila kejadian itu telah menjadi semacam rutinitas yang dilakoni warga yang tinggal di salah satu sudut Ibu Kota. Mau melihat sendiri? Sesekali turun ke bantaran Sungai Ciliwung yang membelah kota Jakarta. Untuk menyiasati pekatnya air sungai, seorang ibu yang tinggal di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur, bahkan mencoba mencampurkan cairan kimia pemutih baju ke air sungai yang ditimbanya untuk mencuci piring. Sang ibu, tentu saja tidak sadar akan bahaya lain yang mengancam. Sebab, mencampur air sungai yang kotor dengan cairan kimia pemutih baju jelas tindakan yang membahayakan kesehatan.

Lalu, mengapa tidak menggunakan air bersih? Justru di sana pokok masalahnya. Bagi warga yang tinggal di bantaran Sungai Ciliwung, pertanyaan semacam ini boleh jadi justru terdengar naif. Air bersih harus dibeli. Selain berarti menambah pengeluaran sehari-hari dari pendapatan yang begitu terbatas, bagi mereka, air bersih sudah seperti identik dengan kemewahan. Kalau setiap kali mencuci piring dan peralatan dapur harus membeli air bersih, jelas mereka tak mampu.

Oleh karena itu, memberi pengetahuan dan pemahaman kepada perempuan di bantaran sungai sangat penting untuk dilakukan. Bagaimanapun, perempuan dan anak-anaklah yang menjadi

KOMPAS/ Priyombodo

Aktivitas mandi dan mencuci warga yang tinggal di

bantaran Sungai Ciliwung di Kawasan Bukit Duri, Jakarta Selatan, akhir Desember 2006, ini telah menjadi

pemandangan biasa. Aliran sungai dengan kualitas air yang buruk menjadi pilihan warga miskin akibat minimnya fasilitas MCK umum. Kondisi ini menjadi salah satu faktor

(10)

korban utama akibat kotornya sungai-sungai kita. Setiap hari merekalah yang sangat dekat dengan kehidupan sungai. Kaum perempuan itu pula yang lebih banyak bersentuhan dengan sungai kotor itu, lewat aktivitas sehari-hari, seperti mencuci baju dan atau peralatan dapur/makan.

Pada seminar "Perempuan di Bantaran Sungai Ciliwung" medio Desember 2006, salah seorang peserta, Ny Pini—warga Pasar Pintu Air, RT 05 RW 11, Kelurahan Petamburan, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat—mengeluhkan sampah pasar yang menumpuk di depan rumahnya. Letak sampah yang berada di pinggir sungai sangat rawan jatuh ke sungai. Belum lagi penumpang kereta yang kerap melempar sampah keluar jendela dan jatuh ke sungai.

"Kami minta dibuatkan bak sampah yang besar karena sampah tidak setiap hari diangkut," kata Ny Pini. Jika sampah menumpuk, bau tidak sedap pun akan segera tercium. "Untung saja sampah ikan tidak dibuang di depan rumah saya. Kalau ikut dibuang di situ, wah pasti banyak lalat," tambahnya.

Situasi sama juga dirasakan Ny Mariam, yang tinggal di dekat Kali Lagoa Kanal dan Kali Sindang di Kelurahan Koja, Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Karena sampah dari Pasar Sindang menumpuk, tidak jarang belatung pun ada di mana-mana.

Hal semacam ini tentu tidak nyaman dan mengganggu kesehatan warga, terutama kesehatan anak-anak. Belum lagi bau busuk "pulau-pulau" sampah yang membuat Kali Lagoa Kanal mampet.

……….

Sudah enam bulan ini Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Quadrant Utama mendampingi perempuan di bantaran sungai di wilayah Jakarta. Mereka mengadvokasi, melakukan pendampingan, dan memberi penyuluhan mengenai bagaimana menjaga kebersihan sungai. Sejak didampingi, kini sudah tidak ada lagi ibu-ibu yang mencuci piring dengan air sungai yang dicampur dengan cairan kimia pemutih baju. Setidaknya mereka kian sadar akan bahayanya.

"Getok tular"

Menurut Ny Mariam, Ketua RT 08 RW 08, Kelurahan Koja, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, dari 300 perempuan yang ada di dua RW di sana terbentuklah kelompok inti yang terdiri atas 100 perempuan. 100 perempuan di wilayah Koja inilah yang secara intensif mendapatkan pendidikan, pengetahuan, dan makin luas pemahamannya tentang pentingnya fungsi sungai. Karena tidak semua perempuan teradvokasi, para perempuan di kelompok inti melakukan upaya penyebaran informasi kepada rekan dan tetangga-tetangganya dengan cara "getok tular". Mereka, misalnya, memberi masukan kepada ibu-ibu lain agar sebaiknya tidak

(11)

membuang sampah dan buang air besar di sungai supaya sungai tidak mampet dan bau busuk. "Tapi ada saja tetangga yang berkomentar negatif saat diberi saran. Seperti mengucapkan kata-kata ’belagu loe’.... Begitulah, mereka belum sepenuhnya sadar," kata Ny Mariam.

Mereka pun diajak untuk membersihkan lingkungan masing-masing, membuang sampah di tempat sampah yang mereka buat bersama, mengajak anak-anak untuk tidak sembarangan membuang sampah.

Hal yang sama juga dilakukan di Kebon Melati, Pintu Air, di Kelurahan Petamburan, di Manggarai, Jatinegara, dan Kampung Melayu. Bahkan, di Pasar Pintu Air, Kelurahan Petamburan, Kecamatan Tanah Abang, meskipun rumah-rumah yang ada adalah rumah-rumah petak, kini mereka telah memiliki kaleng bak sampah di depan pintu rumah masing-masing. "Anak-anak di sini pun kami larang untuk berenang di sungai karena berbahaya," kata Ny Pini tentang meningkatnya kesadaran para perempuan di bantaran sungai di sana.

Apalagi menjelang banjir tahunan, mereka harus lebih waspada dan tidak lagi membuang sampah seenaknya. "Kami juga melakukan lomba kebersihan di sini," tutur Ny Pini. Mereka yang tinggal di bantaran sungai tak mau mengulang duka saat kebanjiran, saat perabot rumah tangga mereka—seperti kursi, kasur, televisi, dan piring—terendam air dan rusak.

"Kalau sudah begitu, mau tidak mau kami terpaksa mengungsi di pelataran rumah susun sampai air surut kembali. Jadi, kami tidak mau kebanjiran lagi," papar Ny Pini, dan diamini para perempuan tetangganya.

Kesadaran perempuan dan upaya memberdayakan perempuan yang hidup di bantaran sungai harus terus-menerus dibangun agar suatu saat kita bisa benar-benar mendapatkan sungai yang bersih.

(12)

Jendela

Kompas, Jumat, 28 Januari 2005 Belajar Bersama, Membebaskan Diri dari Kemiskinan (2)

Berbagai bentuk komunitas pembelajaran yang muncul dalam berbagai jenis organisasi bisa dijumpai di Yogyakarta. Serikat Petani Jamu (SePeJam) lahir dari keinginan untuk melestarikan tanaman obat. Serikat ini memiliki 562 anggota, 85 persen anggotanya perempuan dan 75 persen anggotanya hanya berpendidikan sampai tingkat sekolah dasar (SD). Mereka mencoba membudidayakan tanaman obat-obatan seperti empon-empon, sere, dan mahkota dewa. Sambil berproduksi mereka saling berdiskusi tentang masalah lingkungan, pertanian organik, dan cara-cara budidaya tanaman obat yang lain.

Kelompok pembelajaran juga muncul di kalangan para pengamen yang tergabung dalam Tim Advokasi Arus Bawah (Taabah). Kelompok ini bermula dari masalah penggarukan yang sering mereka hadapi lantaran tidak memiliki kartu identitas. Berkat pertolongan LBH Yogyakarta, para pengamen, pemulung, dan mereka yang hidup di jalanan bisa mengurus surat keterangan sebagai penduduk musiman. Berangkat dari situ, tujuh pengamen mengontrak rumah di Keparakan Kidul, Yogyakarta, untuk bekerja sama dan belajar bersama.

Di Kampung Nitiprayan, yang terletak di perbatasan selatan Yogyakarta, saat ini menjadi sebuah kampung yang hidup karena berbagai kegiatan pembelajaran. Bermula dari kegiatan anak-anak yang diorganisir melalui Sanggar Anak Alam, kelompok ibu-ibu di kampung itu kini mengelola kelompok bermain, TK PKK, kelompok simpan pinjam, pelatihan pertanian organik, pinjaman untuk renovasi dan kepemilikan rumah sederhana, dan lain-lainnya. Kegiatan kerajinan dan kesenian juga tumbuh di kampung ini.

Tidak ketinggalan pula kelompok pembelajaran di komunitas marginal, seperti pembelajaran di kalangan pekerja seks komersial dalam program "Kamis Sehat". Mereka bertemu dua minggu sekali tiap Kamis untuk mendiskusikan masalah kesehatan reproduksi, alat kontrasepsi, kesehatan reproduksi dan latihan-latihan keterampilan. Untuk pembantu rumah tangga, Rumpun Tjoet Njak Dien membentuk Sekolah PRT dengan mengadakan pertemuan dua minggu sekali. Pertemuan rutin ini dipergunakan untuk latihan keterampilan dan kegiatan diskusi.

PENDIDIKAN merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan. Pendidikan tidak terbatas pada institusi bernama sekolah dan berlangsung sepanjang hayat, sejak manusia dilahirkan sampai masuk ke liang kubur. Bagi yang beruntung mereka dapat memperoleh pendidikan yang terstruktur: dari taman bermain sampai perguruan tinggi, mengantongi berbagai jenjang ijazah dan sertifikat, terus memperbarui keterampilan dan ilmu pengetahuan melalui berbagai pelatihan, kursus, atau rapat-rapat kerja.

Bagi sebagian besar masyarakat yang berada dalam posisi marginal, pendidikan semacam itu berada di luar jangkauan. Sebagian mereka tidak bisa membaca dan menulis, tidak memperoleh pendidikan dasar yang baik, dan tidak pernah tersentuh oleh pendidikan formal atau nonformal. Betapa pun demikian, mereka tetap berhak memperoleh pembelajaran untuk mengaktualisasikan diri sebagai makhluk belajar dan mencoba membebaskan diri dari belenggu

(13)

kemiskinan yang mengimpit secara turun-menurun.

Belajar sepanjang hayat atau life long learning yang gencar dikampanyekan oleh Organisasi Pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan PBB (UNESCO) sebenarnya merupakan nilai yang melekat pada masyarakat sejak dulu. Di Afrika hidup nilai-nilai yang mendorong setiap manusia untuk mencari kebijaksanaan yang dipikirkan secara terus-menerus pada setiap waktu. Agama-agama mendasarkan ajarannya pada kitab suci, yang mengharuskan para pemeluk untuk mempelajarinya terus-menerus sepanjang hayat. Belajar merupakan jendela yang memungkinkan seseorang belajar dari masalah-masalah yang pernah dihadapinya sehingga siap menghadapi masalah-masalah baru yang datang.

"Belajar merupakan sebuah proses yang berlangsung terus-menerus dan bersifat universal. Kita belajar tidak hanya pada seorang guru, tetapi juga pada anak-anak. Kita dituntut rendah hati untuk belajar pada semua orang," kata Admiral Ramdes, seorang aktivis perdamaian dari India.

Pembelajaran sepanjang hayat menjadi esensial bagi masyarakat marginal, yang pada umumnya tidak memiliki akses dan gagal dijangkau oleh pendidikan formal yang wajib diselenggarakan oleh pemerintah. Liberalisasi dan komersialisasi pendidikan semakin menyisihkan kelompok-kelompok marginal dari peluang mendapatkan pendidikan dasar yang bermutu. Ironinya pendidikan nonformal, apalagi pendidikan informal, yang bisa menjadi jalan pintas bagi mereka yang tersisih dari pelayanan pendidikan formal justru tidak mendapatkan perhatian yang memadai dari pemerintah.

Inisiatif mesti datang dari masyarakat sendiri. Diinspirasi oleh pendekatan komunikasi masyarakat yang diperkenalkan oleh Paolo Friere, gerakan pembelajaran di kelompok-kelompok akar rumput berkembang dengan pendekatan yang kreatif. Mereka bergerak dengan suatu keyakinan bahwa tidak benar kalangan marginal, suku-suku terasing, merupakan orang-orang yang kemampuan belajarnya lamban dan kemampuan intelektualnya lebih rendah dari rata-rata. Sekalipun mungkin tak pernah berada dalam ruang kelas, tidak bergaul dengan buku, mereka belajar melalui pengalaman atau melalui cerita turun-temurun.

"Pembelajaran dalam masyarakat tidak perlu menghadirkan orang-orang yang ahli dalam bidang lingkungan, jender, atau suku-suku asli. Kami punya keyakinan bahwa kekuatan ada pada komunitas itu sendiri," kata Nani Zulminarni, Ketua Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita (PPSW) Jakarta.

Dodo Albasya, pengamen jalanan di Yogya, tidak tamat SD. Namun kemampuan berargumentasi dan kemampuan berorasi Dodo tidak kalah dengan seorang sarjana, pemuka agama, ataupun seorang aktivis politik. Berbekal kemampuan baca tulis yang dimilikinya, Dodo belajar bersama dengan kalangan pengamen dan anak jalanan yang terhimpun dalam komunitas Taabah di Yogyakarta. Ia menciptakan lagu, bermusik, dan memberikan inspirasi pada masyarakat miskin untuk bergerak. Ia berteriak ketika pendidikan menutup diri untuk orang-orang miskin.

Dodo memang tidak pernah berhenti berteriak. "Saat pendidikan makin mahal, orang miskin harus belajar bersama-sama dan bekerja bersama sama," kata Dodo, yang dituangkan dalam syair lagu dan kegiatan nyata komunitas pengamen jalanan Taabah di Keparakan Kidul, Yogyakarta.

Tidak salah bila dikatakan bahwa learning is freedom. Belajar adalah kemerdekaan. (wis)

(14)

KOMUNITAS BELAJAR : MEMBANGUN KULTUR PEMBELAJARAN YANG

TERORGANISASI UNTUK MENGURANGI KESENJANGAN INFORMASI DAN

PENGETAHUAN MASYARAKAT MISKIN

Hakikatnya, PNPM Mandiri Perkotaan merupakan proses pembelajaran masyarakat dan pemerintah untuk memulihkan dan melembagakan kembali kapital sosial (social capital) yang telah ada, yakni nilai-nilai dan prinsip-prinsip universal sebagai landasan kokoh untuk membangun tatanan masyarakat madani (good governance) yang mampu mandiri dan berkelanjutan menangani kegiatan penanggulangan kemiskinan serta pembangunan lingkungan perumahan permukiman di wilayahnya secara terpadu.

Dengan orientasi pembelajaran seperti itu, proses pembelajaran merupakan tanggung jawab semua pelaku : masyarakat, organisasi masyarakat sipil, swasta dan kelompok/organisasi peduli, pemerintah daerah, pemerintah pusat, ataupun konsultan pengelola program. Untuk memastikan bahwa komitmen pembelajaran ini tercapai secara terencana – daripada sekedar mempercayai bahwa pembelajaran akan terjadi dengan sendirinya – PNPM Mandiri Perkotaan mengembangkan proses pembelajaran yang tak terlepas dari berbagai aktivitas program melalui pengembangan komunitas-komunitas belajar: Komunitas Belajar Kelurahan/Desa (KBK atau KBD), Komunitas Belajar Perkotaan (KBP), Komunitas Belajar Nasional (KBN) dan Komunitas Belajar Internal Konsultan (KBIK).

Komunitas belajar dirancang untuk menjawab persoalan kesenjangan informasi dan pengetahuan, baik di tingkat masyarakat, pemerintah, swasta maupun konsultan. Karena itu, setiap komunitas belajar akan terdiri dari 2 aktivitas utama sebagai berikut.

Pengembangan Komunikasi Informasi Komunitas • Open Menu (sesuai

kebutuhan komunitas) • Horizontal & Vertikal • Produksi pengetahuan Pelatihan, Coaching, Belajar Mandiri KOMUNITAS BELAJAR Berbagai Media Hubungan Sosial Masalah, Kebutuhan , dan Potensi Kom unitas

Kelompok Sosial

Pengembangan Komunikasi Informasi Komunitas • Open Menu (sesuai

kebutuhan komunitas) • Horizontal & Vertikal • Produksi pengetahuan Pelatihan, Coaching, Belajar Mandiri KOMUNITAS BELAJAR Berbagai Media Hubungan Sosial Masalah, Kebutuhan , dan Potensi Kom unitas

(15)

Metode - Media Metode - Media masalah/kebutuhan komunikasi-informasi masalah/kebutuhan komunikasi-informasi kelompok sasaran kelompok sasaran Pengembangan komunikasi informasi komunitas NAIK KAN UPAH !!! pesan NAIK KAN UPAH !!! NAIK KAN UPAH !!!

pesan tujuantujuan

ƒ Pelatihan/Coaching/Belajar Mandiri.

PNPM Mandiri Perkotaan meyakini bahwa secara alamiah semua orang melakukan pengembangan kapasitas selama hidupnya. Proses aksi-refleksi-aksi, baik tidak sadar atau terencana, selalu digunakan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Berangkat dari asumsi tersebut, pengembangan kapasitas yang didorong oleh PNPM Mandiri Perkotaan lebih ditujukan untuk memastikan bahwa proses pembelajaran dilakukan secara terencana sehingga efektif mencapai hasil yang diinginkan.

Secara programatik, PNPM Mandiri Perkotaan mengembangan berbagai pelatihan dan coaching untuk memastikan proses pembelajaran berjalan efektif. Sebagai supporting bagi pengembangan kapasitas masyarakat dan pemerintah daerah, pelatihan/coaching yang dilakukan di PNPM Mandiri Perkotaan bertujuan untuk :

a. Menumbuhkan komitmen para pelaku PNPM Mandiri Perkotaan dalam penanggulangan kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat sesuai tugas dan fungsinya.

b. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman para pelaku PNPM Mandiri Perkotaan terhadap program untuk mencapai standard kompetensi dasar yang ditetapkan.

c. Meningkatkan keterampilan para pelaku PNPM Mandiri Perkotaan.

d. Menciptakan para pelatih yang memiliki kapasitas untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan dan mampu menumbuhkan sikap dan motivasi para pelaku untuk menuju kemandirian masyarakat.

ƒ Pengembangan Komunikasi-Informasi Komunitas.

Sebagaimana dinyatakan di atas, tujuan pengembangan komunikasi-informasi komunitas tidak semata-mata

menginformasikan atau mempromosikan gagasan pembangunan kepada masyarakat agar

program ini memperoleh legitimasi. Komunikasi yang hendak dikembangkan adalah berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam menganalisis masalah kemiskinan, mengidentifikasi penyelesaiannya dan melaksanakannya. PNPM Mandiri Perkotaan meletakkan keterlibatan

aktif para pemangku kepentingan, terutama masyarakat miskin, di dalam keseluruhan proses komunikasi pembangunan (komunikasi partisipatoris) baik yang sifatnya horizontal (warga ke warga, pemerintah ke pemerintah, swasta ke swasta) maupun vertikal (warga ke pemerintah, kelurahan ke kota, kota ke nasional).

Setiap komunitas menyusun sendiri rancangan strategi komunikasi-informasi komunitasnya, mulai dari menyusun kelompok sasaran komunikasi, perubahan pengetahuan-keterampilan-sikap-perilaku yang diharapkan, tujuan komunikasi, indikator pencapaian tujuan komunikasi, serta menentukan model pendekatan komunikasi, metode, teknik, saluran/media, dan alat komunikasi yang diharapkan secara tepat bisa membangun proses pembelajaran dan dialog.

(16)

Tahapan Pembelajaran Masyarakat

Sumber: Membangun Masyarakat Pembelajar, Panduan Metodologi Pendidikan Non-Formal untuk

(17)

Modul 2

Topik: Metode Belajar KBK

Peserta memahami dan menyadari:

ƒ Pendidikan Orang Dewasa sebagai metode belajar dalam KBK ƒ Prinsip – prinsip pendidikan dan daur orang dewasa

ƒ Beberapa metode dalam pendidikan orang dewasa

Kegiatan 1: Diskusi Pendidikan Orang Dewasa Kegiatan 2: Diskusi Metode Belajar

3 Jpl ( 135 ’)

Bahan Bacaan:

1. Pendiidkan Orang Dewasa

2. Metode Pendidikan Orang Dewasa

• Kerta Plano

(18)

Diskusi Pendidikan Orang Dewasa

1) Ajukan pertanyaan kepada peserta: ”Siapa yang akan menjadi peserta belajar?” Siapapun yang disebutkan oleh peserta – entah ibu-ibu atau bapak-bapak, laki-laki atau perempuan, petani atau karyawan – pada pokoknya peserta belajar kita adalah orang dewasa. Dan ternyata cara belajar orang dewasa itu berbeda dengan cara belajar anak-anak. Di sessi ini kita akan mempelajari karakteristik cara belajar orang dewasa.

2) Bagikan gambar/komik “Tuan Guru dan Tukang Perahu“. Biarkan peserta membacanya sebentar. Ajukan pertanyaan kepada peserta :

ƒ Apakah cerita ini mungkin terjadi.

ƒ Apa tanggapan anda tentang kedua tokoh tersebut. ƒ Apa yang bisa dipetik dari cerita tersebut.

3) Minta peserta untuk diskusi berpasangan dengan teman sebelahnya (tak lebih dari 10 menit). Dari komik tersebut diskusikan berdua:

ƒ Bagaimana proses sang guru dan tukang perahu memperoleh ilmu.

ƒ Bagaimana cara sang guru dan tukang perahu menyimpulkan pengalaman masing-masing. ƒ Bagaimana cara sang guru dan tukang perahu mengambil keputusan dari

kesimpulan-kesimpulan yang diambil.

4) Setelah selesai diskusi berpasangan, persilahkan siapa saja yang mau mengungkapkan hasil diskusinya.

semua orang dewasa belajar dengan cara yang berbeda–beda, ada yang belajar melalui pengalaman, pengamatan dan pengalaman orang lain. Dalam kasus komik tadi guru mengambil kesimpulan dari kegiatan belajar formal yang cenderung teoritik sedangkan tukang perahu belajar dari pengalaman/kenyataan yang dialami.

5) Jelaskan tentang prinsip-prinsip orang dewasa, daur belajar orang dewasa, perbedaan andragogi dan pedagogi serta perbedaan guru (sikap menggurui) dan fasilitator (sikap fasilitasi). Gunakan Bahan Bacaan – Pendidikan Orang Dewasa. (Apabila ada keluangan waktu, ajak peserta untuk membaca bersama).

6) Lakukan diskusi tanya jawab untuk memperkuat pemahaman peserta.

7) Simpulkan hasil diskusi. Sampaikan bahwa selanjutnya kita akan berdiskusi metode-metode yang biasa digunakan dalam proses belajar orang dewasa.

(19)

Model pendekatan pendidikan menurut Knowles dapat diklasifikasikan menjadi dua bentuk pendekatan yang kontradiktif yakni antara pedagogi dan andragogi. Perbedaan antara kedua pendidikan tersebut, sesungguhnya tidak semata perbedaan ‘obyek’nya. Pedagogi sebagai ‘seni mendidik anak’ merupakan proses pendidikan yang ‘menempatkan obyek pendidikannya sebagai ‘anak – anak’ walaupun secara biologis mereka sudah termasuk ‘dewasa’. Konsekuensi logis dari pendekatan ini adalah menempatkan peserta didik sebagai ‘murid’ yang pasif. Murid sepenuhnya menjadi obyek suatu proses belajar seperti misalnya : guru menggurui, murid digurui, guru memilihkan apa yang harus dipelajari, murid tunduk pada pilihan tersebut, guru mengevaluasi, murid dievaluasi dan seterusnya. Kegiatan belajar mengajar model ini menempatkan guru sebagai inti terpenting, sementara murid menjadi bagian pinggiran.

Sebaliknya, andragogi atau pendekatan pendidikan ‘orang dewasa’ merupakan pendekatan yang menempatkan peserta belajar sebagai orang dewasa. Di balik pengertian ini Knowles ingin menempatkan ‘murid’ sebagai subyek dari sistem pendidikan. Murid sebagai orang dewasa diasumsikan memiliki kemampuan aktif untuk merencanakan arah, memilih bahan dan materi yang dianggap bermanfaat, memikirkan cara terbaik untuk belajar, menganalisis dan menyimpulkan serta mampu mengambil manfaat pendidikan. Fungsi guru adalah sebagai ‘fasilitator’, dan bukan menggurui. Oleh karena itu relasi antara guru – murid bersifat ‘multi arah ’.

Diskusi Metode Belajar

1) Sampaikan kepada peserta, sekarang ini kita akan mendiskusikan beberapa metode belajar orang dewasa yang akan sering kita gunakan dalam berbagai diskusi KBK.

2) Bagi peserta dalam kelompok-kelompok kecil sesuai jumlah metode. Diskusikan dalam kelompok pertanyaan berikut. Tuliskan hasil diskusi di kertas plano.

ƒ Kapan sebaiknya metode tersebut digunakan? ƒ Langkah-langkah umum penggunaan metode.

3) Setelah selesai, persilahkan juru bicara kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi kelompoknya. Buka kesempatan peserta bertanya, menambahkan atau memperkuat hasil diskusi kelompok.

4) Perkuat pemahaman peserta dengan menjelaskan kembali metode-metode yang biasa digunakan dalam pendidikan orang dewasa.

5) Tutup diskusi. Sampaikan setelah ini kita akan berdiskusi merancang aktivitas-aktivitas KBK. Kita nanti akan mulai dengan mengidentifikasi kebutuhan belajar masyarakat.

(20)

Pemilihan metode harus berdasarkan beberapa pertimbangan : ƒ Kesesuaian dengan tujuan yang ingin dicapai.

ƒ Fasilitator mampu menjalankan metode tersebut.

ƒ Warga belajar mampu melibatkan diri dalam metode tersebu.t ƒ Murah, artinya tidak terlalu memakan alat bantu yang banyak. ƒ Besarnya kelompok yang difasilitasi.

ƒ Ketersediaan waktu .

ƒ Kombinasi antar metode akan membuat proses belajar semakin menarik dan tidak membosankan.

(21)
(22)

PENDIDIKAN ORANG DEWASA (POD)

Berbicara mengenai Pendidikan Orang Dewasa, masalahnya lebih dari sekedar mengajarkan suatu pengetahuan baru kepada orang dewasa, karena orang dewasa telah memiliki sikap dan pengetahuan sehingga informasi baru akan mereka bandingkan dengan pengalaman, pengetahuan dan konsep–konsep mereka selama ini.

Bagaimana Proses Belajar Bagi Orang Dewasa ?

Pendidikan orang dewasa meliputi segala bentuk pengalaman belajar yang dibutuhkan oleh orang dewasa, pria maupun wanita, sesuai dengan bidang perhatian dan kemampuannya. Akibat atau hasil dari belajarnya orang dewasa nampak pada perubahan perilakunya.

Perilaku seseorang dipengaruhi oleh sikap, pengetahuan, keterampilan yang dimilikinya serta dalam hal tertentu oleh sarana yang mendukungnya. Maka proses belajar manusia dewasa ke arah perubahan perilaku hendaknya digerakkan melalui usaha perubahan sikap baru, memberinya pengetahuan baru, melatihkan keterampilan baru dan dalam hal tertentu penyediaan sarana baru. Perubahan perilaku seseorang akan terjadi jika isi dan cara pembelajarannya sesuai dengan kebutuhan yang dirasakannya.

Pada prinsipnya, proses belajar bagi orang dewasa adalah suatu proses belajar dari pengalaman.

1

Mulai dari Pengalaman Peserta. Fasilitator mendorong peserta untuk ’memanggil kembali’ ingatannya atas pengalaman

Mulai dari Pengalaman Peserta Lakukan Refleksi/ Analisis Tarik Kesimpulan Terapkan dalam Kehidupan Peserta

1

2

3

4

(23)

yang sudah lampau dan menyampaikan ”apa yang sudah terjadi”. Fasilitator menggali kesan peserta atas kenyataan tersebut.

2

Lakukan Refleksi/Analisis Fasilitator mendorong peserta untuk mengkaji hubungan sebab akibat dan keterkaitan

berbagai hal dengan kenyataan tersebut seperti aturan, sistem, kebijakan, perilaku, dsb. Diskusi didorong untuk menjawab ”tapi, mengapa...”

3

Tarik Kesimpulan

Fasilitator mengajak peserta merumuskan makna kenyataan tersebut sebagai suatu pelajaran baru yang lebih utuh.

4

Terapkan dalam Kehidupan Peserta

Peserta menyadari dan memahami pelajaran yang telah dipetik dari pengalaman dahulu. Hasil pembelajaran baru ini menjadi bekal untuk melakukan tindakan-tindakan yang lebih baik.

Orang dewasa akan bisa belajar secara efektif, bila melalui ke empat tahap tersebut. Namun, setiap orang berbeda kemampuannya dalam melalui proses belajar. Ada yang belajar dari pengalaman nyata, ada yang dari pengamatan, dan sebagainya. Yang jelas proses belajar adalah pengalaman individual, yang akan sangat tergantung dari karakteristik orang bersangkutan.

Prinsip – Prinsip Belajar Orang Dewasa ?

Orang dewasa sesungguhnya tidaklah seperti gelas kosong yang dengan mudah dapat kita tuangi sesuatu ke dalamnya. Beberapa prinsip Pendidikan Orang Dewasa yang perlu diperhatikan dan diterapkan dalam penyelenggaraan program, yaitu :

1. Orang dewasa mempunyai konsep diri

Orang dewas menganggap dirinya mampu untuk membuat keputusan dan mampu menghadapi segala risiko atas keputusannya, serta mengatur hidupnya agar mandiri. Harga diri sangat penting bagi orang dewasa. Seorang dewasa menuntut dihargai terutama dalam hal pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan kehidupannya. Sikap yang terkesan menggurui cenderung ditanggapi negatif. Mereka cenderung menghindar, menolak dan merasa tersinggung apabila diperlakukan seperti anak – anak. Mereka akan menolak situasi belajar yang kondisinya bertentangan dengan konsep dirinya sebagai individu yang mandiri. Sehingga mereka perlu dilibatkan secara penuh dalam menentukan kebutuhan belajar dan merancang belajar secara partisipatif. Sumber belajar berfungsi sebagai pembimbing, fasilitator serta narasumber.

2. Orang Dewasa Kaya Akan Pengalaman

Makin lanjut usia seseorang, makin banyak pengalaman yang ia miliki. Adapun pengalaman orang dewasa diperoleh dari :

• Peristiwa yang dialami pada masa lalu dan masa kini. • Hubungan dengan lingkungan di sekitarnya.

• Pengalaman dengan dirinya sendiri pada masa kini dan masa lampau. 3. Orang Dewasa Mempunyai Kesiapan Belajar

Masa kesiapan belajar orang dewasa berubah sejalan dengan usia dan peran sosial yang mereka tampilkan. Untuk itulah, urutan program belajar berdasarkan tahapan yang relevan dengan peran mereka menjadi penting untuk diutamakan.

(24)

Orang dewasa senantiasa berorientasi pada kenyataan. Oleh karena itu, kegiatan belajar bagi orang dewasa sebaiknya diarahkan pada kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya.

5. Orang Dewasa Itu Dapat Belajar

Sesungguhnya orang dewasa dapat melakukan kegiatan belajar. Apabila orang dewasa tidak menampilkan kemampuan belajar yang sebenarnya, kemungkinan hal ini disebabkan oleh adanya perubahan faktor fisiologis seperti menurunnya pendengaran, penglihatan, atau tenaga sehingga mempengaruhi kecepatan belajarnya. Fasilitator perlu mendorong dan membantu warga belajar untuk belajar sesuai dengan langkah yang mereka inginkan dan terapkan sendiri.

6. Belajar Merupakan Proses yang Terjadi Pada Diri Orang Dewasa

Setiap warga belajar akan mengontrol langsung proses belajarnya, termasuk potensi intelektual, emosi serta fisik. Ia merasa adanya kebutuhan untuk belajar dan melihat tujuan pribadinya yang akan tercapai melalui belajar. Proses belajar akan terpusatkan pada pengalaman sendiri melalui interaksi dirinya dengan lingkungannya. Dengan demikian seni pembelajaran orang dewasa merupakan upaya mengelola lingkungan dan proses belajar itu sendiri. Untuk itu, digunakan metode dan teknik dimana warga belajar terlibat secara intensif dalam mendiagnosa kebutuhan belajar serta menilai proses belajar.

Orang dewasa tidak suka diperintah untuk melakukan sesuatu, kecuali jika mereka diberi kesempatan untuk bertanya ‘mengapa?’ dan mengambil keputusannya sendiri.

(25)

Metode Pembelajaran

(Membangun Masyarakat Pembelajar, Panduan Metodologi Pendidikan Non Formal; UNESCO APPEAL – SPPM)

Fasilitator perlu memiliki metode yang memungkinkan warga belajar mengalami 4 tahap proses daur belajar dari pengalaman , dan mempraktekan metode tersebut dalam sebuah proses belajar yang menyenangkan.

Untuk dapat memilih metode yang tepat fasilitator perlu mengetahui karakteristik dan ranah belajar dari setiap metode.

Ranah belajar Metode

Pengetahuan Sikap Keterampilan Wawancara/Tanya jawab

Curah pendapat

Ceramah Diskusi kelompok

Diskusi kelompok terfokus

Penugasan/praktek Permainan Bermain peran Analisis situasional Kunjungan silang Simulasi

Bagaimana Memilih Metode dan Alat Bantu ?

Suatu metode dipilih biasanya didasarkan atas beberapa pertimbangan, antara lain : • Kesesuaian dengan tujuan yang ingin dicapai

• Fasilitator mampu menjalankan metode tersebut

• Warga belajar mampu melibatkan diri dalam metode tersebut • Murah, artinya tidak terlalu memakan alat Bantu yang banyak • Besarnya kelompok yang difasilitasi

• Ketersediaan waktu

Metode – metode tersebut tidak boleh berdiri sendiri. Kombinasi antar metode akan membuat proses belajar semakin menarik dan tidak membosankan.

ƒ Metode – metode yang disebut di atas, memiliki karakter dasar yang cenderung merangsang partisipasi. Tetapi memilih metode dan media tersebut belum tentu menjamin proses fasilitasi berlangsung secara partisipatif. Yang paling penting adalah fasilitatornya sendiri.

ƒ Kita bisa memodifikasi atau mengembangkan metode – metode yang ada di dalam tulisan ini disesuaikan dengan masalah atau kebutuhan yang kita hadapi di lapangan.

(26)

Penggunaan Metode dalam Proses Pembelajaran Bersama Masyarakat Metode Brainstorming (Curah Pendapat)

Metode asah otak adalah suatu cara yang cocok untuk menghasilkan ide-ide baru. Asah otak memungkinkan warga belajar saling bekerjasama mengumpulkan ide-ide untuk memecahkan masalah mereka.

Metode ini umumnya kita gunakan untuk kegiatan yang berhubungan dengan pemecahan masalah tertentu, atau kegiatan – kegiatan lain yang membutuhkan munculnya gagasan-gagasan baru. Ada dua tahap pengorganisasian dan peraturan dari kegiatan asah otak :

• Tahap pertama adalah untuk menghasilkan sebanyak mungkin ide-ide tersebut bisa ditulis di atas lembaran kertas dan memperkenalkannya di atas papan atau menuliskannya secara langsung dalam sebuah bagan – bagan. Warga dilarang berkomentar selama tahap ini. • Tahap kedua adalah mengevaluasi ide – ide yang dihasilkan selama tahap pertama.

Kemudian, warga belajar diminta mengelompokan ide – ide yang sama, lalu memberikan tanda pada setiap kelompok dalam sebuah prioritas ( ada kelompok ide dengan prioritas paling penting, kedua terpenting, dan seterusnya)

Langkah Umum Penggunaan Metode

• Identifikasi dan tulis masalah – masalah yang dihadapi oleh warga belajar di papan tulis atau lembaran kertas

• Mintalah warga belajar untuk memikirkan masalah – masalah tersebut selama beberapa menit

• Mintalah ide – ide/gagasan seketika warga belajar (tanpa perlu dipikirkan terlebih dahulu) terhadap pemecahan masalah tersebut.

• Mintalah warga belajar untuk memberi tanggapan atau mendebat ide – ide yang dilontarkan tersebut.

• Tunjuklah seseorang untuk menulis ide – ide tersebut di papan tulis

• Hentikan kegiatan brainstorming pada beberapa titik permasalahan dan mintalah warga belajar untuk menjelaskan setiap ide tersebut.

• Kelompokkan ide – ide tersebut, lalu tentukan tingkat prioritasnya • Diskusikan dan garis bawahi ide – ide yang telah disetujui bersama

Metode Ceramah

Metode ini biasa kita lakukan untuk menyampaikan suatu pesan atau materi secara lisan, dengan maupun tanpa menggunakan alat Bantu/media. Biasanya penggunaan metode ini harus dibarengi dengan penggunaan metode lainnya.

(27)

Langkah Umum Penggunaan Metode Persiapan

• Susun materi yang akan kita sampaikan dengan sistematika yang berurutan. Biasanya, materi ini akan menjadi bahan serahan untuk warga belajar.

• Tulislah beberapa pokok pikiran penting dari bahan serahan di atas lembar kertas Pelaksanaan

• Sampaikan pokok bahasan materi secara berurutan di hadapan warga belajar

• Setelah semua materi selesai disampaikan, atau pada tengah – tenagh sesi, persilakan warga belajar untuk mengajuka pertanyaan

• Setelah Tanya jawab/diskusi selesai, simpulkan materinya • Bagikan bahan serahan kepada seluruh warga belajar

Metode Tanya Jawab

Metode ini kita terapkan untuk melakukan pendalaman materi. Sesuai dengan prinsip, bahwa orang dewasa adalah orang yang telah memiliki berbagai pengalaman, proses Tanya jawab tidak berari pertanyaan dari warga belajar harus kita jawab. Kita bisa memberikan kesempatan kepada warga belajar yang bersangkutan untuk menggali pengalamannya sendiri, atau memberikan kesemoatan kepada warga belajar lain untuk memberikan jawaban.

Biasanya metode ini digunakan setelah kita menyampaikan materi ( seperti ceramah, demonstrasi, atau penugasan ).

Langkah umum penggunaan metode

Jika proses diawali dengan pertanyaan dari warga belajar :

• Persilakan warga belajar untuk bertanya tentang topik yang disampaikan

• Ketika sebuah pertanyaan diajukan, persilakan warga belajar yang lain untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan tersebut berdasarkan pengalaman mereka.

• Pada saat Tanya jawab berlangsung, jaga proses agar tetap mengarah pada persoalan yang sedang dipertanyakan, tidak melebar ke mana – mana

• Simpulkan jawaban-jawaban tersebut, jika perlu kita bisa memberikan masukan. Jika proses diawali dengan pertanyaan dari fasilitator :

• Persiapkan beberapa pertanyaan kunci untuk memperdalam pemahaman materi yang akan disampaikan

• Ajukan pertanyaan kunci tersebut dan minta warga belajar untuk menanggapinya

• Pada saat Tanya jawab berlangsung, jaga proses agar tetap mengarah pada persoalan yang sedang dipertanyakan, tidak melebar kemana – mana

• Simpulkan jawaban – jawaban tersebut, jika perlu kita bisa memberikan masukkan.

Metode Diskusi Kelompok dan Pleno

Metode ini bermanfaat agar warga belajar dapat : saling mendengarkan pandangan orang lain; menghormati ide – ide orang lain; tidak melukai atau mempermalukan satu sama lain; belajar berkomunikasi secara ringkas, jelas dan tepat.

(28)

Metode ini biasa digunakan dalam berbagai kegiatan. Pada saat menerapkan metode ini, kita atau orang yang berperan sebagai pemimpin diskusi tidak boleh berbicara terlalu panjang, tetapi harus lebih banyak mendengarkan dan memandu proses diksusi di antara warga belajar.

Langkah Umum penggunaan metode Diskusi Kelompok

Metode ini digunakan kalau jumlah warga belajar cukup banyak, misalnya lebih dari 10 orang. Jadi, agar semua orang bisa terlibat aktif dalam proses diskusi, bagi warga belajar dalam kelompok-kelompok kecil.

Langkah umum metode ini adalah sebagai berikut :

• Agar proses diskusi dapat berlangsung lancr, sepakati dahulu aturan main • Bagilah warga belajar ke dalam kelompok-kelompok kecil

• Tuliskan topik yang akan didiskusikan dalam kelompok

• Mintalah kepada setiap kelompok untuk memilih fasilitator yang akan memimpin diskusi dalam kelompok.

• Sepakati waktu yang dibutuhkan untuk diskusi kelompok • Minta setiap kelompok untuk menuliskan hasil kerja mereka

• Doronglah setiap anggota kelompok menyampaikan pendapat mereka. Setiap orang harus punya kesempatan untuk berbicara dan membagi idenya.

• Kumpulkan hasil kerja dari setiap kelompok, lalu lanjutkan pembahasan dalam diskusi pleno.

Diskusi Pleno

Metode ini umumnya dipergunakan setelah selesai melakukan diskusi kelompok

• Minta setiap kelompok memilih satu orang untuk menyampaikan pokok-pokok pikiran hasil diskusi kelompoknya.

• Sepakati lamanya waktu bagi setiap kelompok dalam menyampaikan hasil kelompoknya, jangan lebih dari 10 menit. Ingatkan warga belajar, bahwa pembahasan hasil diskusi akan dilakukan setelah presentasi.

• Setalah seluruh kelompok selesai menyampaikan hasil diskuisnya, persilakan warga belajar untuk mengajukan pertanyaan atau penjelasan terhadap hasil kelompok yang sudah disampaikan sebelumnya

• Setelah semua hasil kerja kelompok dibahas, ajak warga belajar menyimpulkan hasil-hasil diskusi, dengan cara membandingkan hasil-hasil setiap kelompok dan menarik benag merah dari hasil diskusi.

• Simpulkan hasil diskusi pleno, atau minta salah seorang warga belajar untuk menyimpulkannya sendiri

Metode Penugasan/Praktek

Metode penugasan adalah cara belajar dengan jalan menugaskan kepada warga belajar untuk melakukan sesuatu. Tugas yang diberikan harus khusus atau jelas obyek dan waktunya. Metode ini lebih bertujuan untuk membawa warga belajar ke dunia nyata dalam mempraktekan pengetahuan yang diperoleh. Oleh karena itu, metode ini akan sangat mempengaruhi wilayah keterampilan warga belajar.

(29)

Langkah umum penggunaan metode

• Persiapkan pedoman tugas yang akan diberikan ( bisa berupa topik yang berhubungan dengan materi, dan lain-lain)

• Jelaskan kepada warga belajar tentang tugas yang akan dilakukan

• Persilakan warga belajar untuk mengajukan pertanyaan tentang tugas tersebut

Buat kesepakatan tentang lamanya waktu penugasan tersbut (kapan mulai dan kapan selesai) dan bentuk laporannya serta cara mempresentasikannya

Metode Permainan

Metode ini digunakan dalam kegiatan belajar. Dari pengalaman, metode ini terbukti sangat efektif untuk melibatkan warga belajar, membuat warga belajar merasa nyaman dan segar mengikuti kegiatan.

Metode permainan dapat dilakukan dengan bermacam cara, seperti nyanyian, cerita, gambar atau permainan lainnya. Tema – tema permainan bisa berhubungan dengan kepemimpinan, sikap, kerjasama, koordinasi, pemecahan masalah, komunikasi, pemantauan, evaluasi, isu gender, teknik fasilitasi, dan sebagainya yang relevan dengan materi belajar.

Dalam proses belajar, metode permainan bertujuan untuk :

• Mengubah suasana belajar yang kaku atau tegang menjadi lebih santai dan nyaman, dan megubah warga belajar yang pasif dan jenuh menjadi lebih aktif dan semangat.

• Menumbuhkan sikap dan pandangan pribadi, dalam hal penalaran, wawasan, perbaikan sikap, dan introspeksi

• Mengantarkan atau memulai pokok bahasan dengan suasana aktif, gairah, riang, luwes atau akrab.

Untuk mencapai tujuan /manfaat tersebut perlu dipertimbangkan karakteristik warga belajar, yaitu (1) latar belakang budaya atau kebiasaan, agama, pekerjaan dan status sosial warga belajar; (2) Pengalaman, pendidikan, atau wawasan warga belajar pada umumnya; (3) kecenderungan perilaku atau sikap tertentu dari warga belajar ayng berkembang dalam proses belajar, baik yang positif maupun negatif.

Metode Bermain Peran

Selain digunakan dalam kegiatan belajar , metode bermain peran dapat juga dipakai untuk menilai proses dan hasil belajar.

Biasanya bermain peran menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi warga belajar. Dengan bermain peran dalam situasi tertentu, warga belajar dapat mengungkapkan gagasan mereka dan memperdalam pemahaman warga belajar terhadap apa yang dipelajari. Metode ini juga dapat dijadikan sebagai alat untuk memotivasi dalam memecahkan masalah melalui diskusi.

Untuk bermain peran ini, tidak perlu latihan terlebih dahulu, tidak perlu ada naskah atau kata-kata kunci yang harus diucapkan warga belajar. Yang penting diberikan adalah gambaran tentang situasi

(30)

Penilaian bermain peran, dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan seperti berikut :

• Bagaimana warga belajar memahami perannya dengan jelas ?

• Bagaimana warga belajar mengungkapkan gagasannya dengan jelas ? • Bagaimana keaktifan warga belajar ?

• Bagaimana warga belajar bertutur dan menggunakan bahasa tubuh dengan baik ? • Bagaimana warga belajar dapat membaca dan menggunakan naskah tertulis ?

Langkah umum penggunaan metode

Jika metode ini diterapkan untuk menilai hasil belajar, misalnya untuk menilai kemampuan membangun hubungan sosial yang baik, maka langkah-langkah penerapannya adalah sebagai berikut :

• Kelompokkan warga belajar menjadi 2 kelompok. Minta mereka untuk mendiskusikan situasi yang menggambarkan : kelompok 1 tentang menjalin hubungan yang baik antar pribadi, kelompok 2 tentang merusak hubungan antar pribadi.

• Setiap kelompok bermain selama 5 menit, diawali dengan kelompok 1 yang dilanjutkan oleh kelompok 2

• Setelah selesai, minta seluruh warga belajar untuk memberi komentar

• Setelah kelompok 1 tampil, tanyakan pada kelompok 2 hal – hal apa saja yang dapat menjalin hubungan baik itu

• Kemudian setelah kelompok 2 tampil, tanyakan hal-hal yang dapat merusak hubungan antar pribadi

• Analisalah jawaban-jawabannya dan catat pengamatan anda

• Catatlah pengamatan mengenai (1) apakah warga belajar memahami pentingnya membangun hubungan baik dengan orang lain ? (2) bagaimana caranya ? (3) apakah mereka dapat menyebutkan ciri-ciri hubungan baik?

Metode Analisis Situasional

Metode ini memungkinkan warga belajar mengidentifikasi atau membandingkan perbedaan – perbedaan berdasarkan keyakinan, pengetahuan dan pengalaman masing-masing warga belajar. Situasi seperti ini dapat diperoleh melalui TV, radio, atau cerita – cerita rakyat yang dikenal oleh warga belajar sehingga memberikan mereka kesempatan untuk mengungkapkan pengalamannya. Sehingga warga belajar dapat mendemonstrasikan keterampilan dan pengetahuan yang dimilki. Oleh karena itu, kita sebagai fasilitator dapat menggunakan hasil pengamatan, juga umpan balik dari kelompok dan setiap warga belajar sebagai upaya penilaian.

(31)

Langkah umum penggunaan metode

Jika metode ini diterapkan untuk menilai hasil belajar, maka langkah – langkah penerapannya adalah sebagai berikut :

• Kelompokkan warga belajar ke dalam kelompok – kelompok kecil

• Minta mereka membaca atau menggambarkan cerita tentang masalah sosial atau masalah lain yang melibatkan masyarakat. Misalnya saja masalah banyaknya keluarga – keluarga yang memiliki lebih dari 5 anak ( keluarga besar )

• Berikan gambaran situasi serta permasalahannya kepada setiap kelompok untuk menganalisa cerita tersebut.

• Minta warga belajar membandingkan gagasan dari suatu keluarga berdasar pada situasi yang digambarkan dengan gagasan mereka tentang keluarga

• Warga belajar menganalisis situasi keluarga besar kemudian menuliskan keuntungan dan kerugiannya.

• Warga belajar mengidentifikasi situasi yang sama dengan pengalaman mereka tentang pengaruh keluarga besar terhadap kebutuhan pokok utamanya kesehatan dan gizi

• Berikan waktu yang cukup untuk menganalisa, kemudian minta warga belajar melaporkan kegiatan di depan kelas

• Analisislah jawaban-jawabannya, dan catat hasil pengamatan anda : (1) apakah warga belajar dapat menggunakan konsep keluarga secara jelas ? (2) apakah warga belajar dapat menyebutkan manfaat keluarga kecil, manfaat keluarga besar, kemudian minta untuk memberikan alasannya.

Metode Simulasi

Metode simulasi adalah cara belajar melalui pengandaian atau pemisalan. Seperti metode tanya jawab dan penugasan, metode ini dapat digunakan untuk pendalaman materi yang telah disampaikan dengan cara lain (misalnya : ceramah, diskusi kelompok). Hanya saja, metode ini lebih banyak mempengarunahi ranah sikap dari warga belajar. Sehingga pokok pembahasan lebih ditekankan kepada sikap – sikap yang perlu dikembangkan untuk menerapkan pengetahuan yang diperoleh.

Metode ini bisa dijadikan semacam ujian terhadap warga belajar, untuk melihat sampai sejauh mana mereka mampu menerapkan materi yang telah diberikan.

(32)

Langkah umum penggunaan metode

• Minta salah seorang atau beberapa orang warg belajar untuk berperan sebagai fasilitator. Sedangkan warga belajar lainnya diminta untuk berperan sebagai warga belajar.

• Berilah kesempatan kepada orang yang berperan sebagai fasilitator untuk mempersiapkan proses.

• Minta fasilitaor untuk merancang proses seakan – akan berhadapan dengan warga belajar

• Warga belajar diminta untuk berekasi, memberikan pertanyaan maupun tanggapan selama proses berlangsung.

• Setelah proses dianggap selesai, ajak seluruh warga belajar untuk mendiskusikan pengalamannya.

• Bagi yang berperan sebagai fasilitator. Bagaimana kesannya mengenai simulasi tadi? Apakah kesulitan – kesulitan yang dihadapi dalam memfasilitasi proses tadi ? bagaimana caranya agar proses tersebut dapat diterapkan dengan lebih baik ?

• Bagi warga belajar : bagaimana kesan – kesannya terhadap proses yang dibawakan oleh fasilitator tadi? Mudah atau sulitkah bagi warga belajar untuk belajar dengan proses tersebut? Bagaimana cara untuk memperbaiki proses tadi?

Garis bawahi gagasan – gagasan warga belajar, sebagai bahan refleksi atas materi yang telah diberikan. Jika perlu, berikan masukan tentang tips-tips atau cara – cara untuk menjadi fasilitator yang baik

(33)

Modul 3

Topik: Identifikasi Kebutuhan Belajar

Peserta memahami dan menyadari:

Mengidentifikasi kebutuhan informasi/ pengetahuan belajar masyarakat Menseleksi dan membuat prioritas kebutuhan belajar masyarakat

Kegiatan 1: Idenitfikasi kebutuhan pengetahuan masyarakat Kegiatan 2: Prioritas materi belajar

2 Jpl ( 90 ’)

Bahan Bacaan:

1. Pendiidkan Orang Dewasa

2. Metode Pendidikan Orang Dewasa

• Kerta Plano

(34)

Identifikasi Kebutuhan Pengetahuan Masyarakat

1) Sampaikan kepada peserta bahwa kita akan memasuki langkah pertama tahapan pembelajaran masyarakat yaitu mengidentifikasi kebutuhan belajar masyarakat. Jelaskan pentingnya melakukan identifikasi kebutuhan belajar.

Identifikasi kebutuhan belajar dilakukan untuk mengetahui masalah dan kebutuhan warga belajar sehingga kegiatan pembelajaran yang dilakukan kemudian lebih efektif.

Proses pembelajaran bersama masyarakat akan efektif bila:

ƒ Materi yang dipelajari sesuai dengan minat dan kebutuhan hidup sehari-hari; ƒ Materi yang dipelajari menyelesaikan masalah paling penting dalam hidup warga; ƒ Materi atau pengetahuan baru agar bisa langsung dipraktekkan masyarakat.

2) Bagi peserta dalam 5 kelompok. Masing-masing kelompok akan mendiskusikan 1 isu yaitu ekonomi, pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan sosial politik. Gunakan matriks berikut untuk mendorong diskusi kelompok. (Sangat baik kalau peserta membawa hasil Pemetaan Swadaya)

Isu Masalah Kemiskinan di Masyarakat Informasi / Kebutuhan

Pengetahuan Kebutuhan Lain

Kesehatan

Banyak anak terkena

diare ƒ Cara hidup bersih dan sehat

ƒ Pertolongan pertama anak terkena diare. ƒ Perawatan anak terkena diare Gotong royong membersihkan lingkungan

Banyak anak terkena

infeksi saluran pernafasan atas (ISPA)

ƒ Mengenali gejala-gejala ISPA ƒ Mengenali faktor penyebab berkembangnya ISPA ƒ Merawat anak penderita ISPA Pelayanan Puskesmas Pendidikan Ekonomi Lingkungan Sosial Politik

(35)

3) Setelah diskusi kelompok selesai, lakukan diskusi kelompok dengan teknik komedi putar untuk memperkaya hasil diskusi.

4) Setelah selesai, persilahkan juru bicara kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi kelompoknya serta tanggapan dari kelompok tamu.

5) Buka kesempatan peserta menambahkan atau memperkuat hasil diskusi kelompok.

6) Sepakati bersama seluruh peserta bahwa inilah daftar kebutuhan masyarakat kita akan informasi atau pengetahuan. Daftar kebutuhan ini mengikat kita, penggerak KBK, sehingga kita bertanggung jawab mempersiapkan dan menjalankannya. Selanjutnya kita akan menyusun prioritas materi belajar.

Komidi Putar―Jaga Warung. Disebut “komidi putar―jaga warung” karena para peserta dari satu kelompok diskusi akan mengunjungi kelompok diskusi lain dengan cara berputar (mirip komidi putar); sedangkan di kelompok yang dikunjunginya itu ada orang yang akan menerima kedatangan kelompok lain (seperti orang yang sedang jaga warung).

Langkah-langkah untuk melakukan diskusi “komidi putar―jaga warung” ini adalah sebagai berikut :

a. Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok diskusi kecil. Masing-masing kelompok itu ditugaskan untuk mendiskusikan topik yang berbeda;

Setelah selesai diskusi di kelompok kecil, minta 2 anggota dari setiap kelompok untuk tetap tinggal di kelompoknya untuk jadi “penjaga warung”; sedangkan sisa anggota kelompok akan berputar mengunjungi kelompok-kelompok yang lainnya (“berkomidi putar”). Tugas dari penjaga warung adalah “menjelaskan hasil diskusi di kelompoknya, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh anggota kelompok lain yang berkunjung, dan sekigus juga mendiskusikannya.” Tugas dari anggota yang berkomidi putar adalah “meminta penjelasan dari penjaga warung kelompok yang dikunjunginya, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan sekaligus mendiskusikannya”;

b. Lakukan diskusi “komidi putar―jaga warung” ini sampai masing-masing kelompok itu terkunjungi semua;

c. Setelah selesai, bawa hasil diskusi “komidi putar―jaga warung” ini untuk dibahas lebih lanjut dan sekaligus dikaji ulang di kelompok besar (pleno).

Penjaga

W

Pengunjung

(36)

Diskusi dengan cara “komidi putar―jaga warung” ini biasanya dipilih dan digunakan untuk membahas topik-topik yang relatif kompleks, dan ada sejumlah subtopik yang harus dibahas. Dengan menggunakan cara ini, hasil diskusi di setiap kelompok kecil akan memungkinkan untuk dipertukarkan satu sama lain, dibahas, serta diperdalam, tetap dalam kelompok kecil (tidak dalam kelompok diskusi besar/pleno); meskipun pada akhirnya, setelah diskusi ini selesai, baik hasil diskusi kelompok kecil maupun diskusi “komidi putar―jaga warung”, akan dikaji ulang dalam kelompok besar (pleno).

Prioritas Materi Belajar

1) Ajak peserta untuk kembali melihat daftar materi belajar. Ajak peserta untuk menyeleksi : mana materi belajar yang mendesak untuk dipelajari? Biarkan peserta menilai sendiri ukuran kemendesakan itu. Salah satu ukuran yang bisa dipakai misalnya, kalau tidak segera dipelajari akan semakin menimbulkan atau memperparah kondisi masyarakat ’korban’.

2) Seberapa cepat proses belajar juga sangat ditentukan oleh frekuensi pertemuan KBK. Sepakati bersama peserta apakah kegiatan belajar akan dilakukan 1 minggu sekali, dsb.

Pengalaman menunjukkan tidak mudah menggulirkan proses belajar secara rutin. Kunci sukses pertama adalah lakukan pertemuan belajar sesegera mungkin dan persiapkan sebaik mungkin. Ingat bunyi iklan berikut ”kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah anda”. Pertemuan pertama akan sangat menentukan minat orang untuk

mengikuti proses belajar berikutnya.

3) Tutup diskusi dengan menyampaikan kembali daftar prioritas kebutuhan belajar masyarakat. Sampaikan selanjutnya kita akan menyusun rencana belajar.

(37)

Modul 4

Topik: Perencanaan Proses Belajar

Peserta mampu menyusun rencana belajar komunitas kelurahan

Menyusun rencana belajar masyarakat

2 Jpl ( 90 ’)

Bahan Bacaan:

• Kerta Plano

(38)

Menyusun Rencana Belajar Masyarakat

1) Sampaikan kepada peserta, setelah kita mengidentifikasi kebutuhan informasi dan pengetahuan masyarakat, saat ini kita berdiskusi menyusun rencana belajar masyarakat tersebut. Tempelkan di dinding kesepakatan hasil identifikasi kebutuhan belajar sehingga semua peserta bisa melihatnya.

2) Jelaskan bahwa kita akan kembali berdiskusi dalam kelompok. Pembagian kelompok dan anggotanya dapat saja sama seperti kelompok sessi sebelumnya (lima kelompok: ekonomi, pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan sosial politik). Atau bisa juga disesuaikan dengan urutan prioritas hasil identifikasi kebutuhan belajar.

3) Tugas setiap kelompok adalah mendiskusikan dan menyusun rencana belajar. Matriks berikut ini dapat dijadikan alat bantu.

Topik

Belajar Tujuan Peserta Metode Media Narasumber Tempat Waktu

Satu topik belajar tidak selalu dapat dilakukan dalam 1 kali pertemuan. Seringkali, apalagi jika topik tersebut menyangkut masalah yang sulit atau tujuannya terfokus kepada perubahan sikap/perilaku warga belajar, memerlukan waktu lebih dari 1 kali pertemuan. Selain itu pengaturan waktu perlu juga mempertimbangkan waktu belajar masyarakat yang kadang-kadang hanya 2 – 3 jam per pertemuan.

4) Setelah diskusi kelompok selesai, lakukan diskusi kelompok dengan teknik komedi putar untuk memperkaya hasil diskusi.

5) Setelah selesai, persilahkan juru bicara kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi kelompoknya serta tanggapan dari kelompok tamu.

6) Buka kesempatan peserta menambahkan atau memperkuat hasil diskusi kelompok.

7) Sepakati bersama seluruh peserta bahwa inilah rencana belajar kita semua. Sekali lagi kita bertanggung jawab mempersiapkan dan menjalankannya.

(39)

Referensi

Dokumen terkait

MODERASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA.. EFEK INDONESIA TAHUN 2009

a) Keterbukaan konselor. b) Keterbukaan klien, artinya dia dengan jujur mengungkapkan isi hati, perasaan, harapan, dan sebagainya. Namun, keterbukaan ditentukan oleh

Pengujian sistem sering diasosiasikan dengan pencarian bug, ketidaksempurnaan program, kesalahan pada baris program yang menyebabkan kegagalan pada eksekusi sistem perangkat

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji Secara lebih rinci, hal-hal yang akan dilakukan dan menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah mencari algoritma-algoritma untuk mengolah

Untuk itu digunakan metode klasik dengan pendekatan diskusi dan tanya jawab, dilanjutkan dengan sesi latihan untuk mengecek pemahaman peserta tentang topik yang

Proses pembuatan produk bahan ajar berbasis multimedia. 2) Melakukan diskusi dan tanya jawab untuk meningkat pemahaman dalam identifikasi dan perumusan masalah, selanjutnya

Dalam jurnal ini kita mendesain Lifting Wavelet Transform-Discrete Sine Transform pada steganografi audio stereo dengan Compressive Sampling dan performasi yang diharapkan

Hasil dari penelitian yang dilakukan adalah perubahan metode kerja, dan meminimalkan usaha serta berbagai kemudahan yang diperoleh oleh pekerja diantaranya pekerja