• Tidak ada hasil yang ditemukan

SESI 12: PENCEGAHAN PENELANTARAN DAN EKSPLOITASI TERHADAP ANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SESI 12: PENCEGAHAN PENELANTARAN DAN EKSPLOITASI TERHADAP ANAK"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

62

BAHAN BACAAN

SESI 12: PENCEGAHAN PENELANTARAN DAN

EKSPLOITASI TERHADAP ANAK

A. PENCEGAHAN PENELANTARAN TERHADAP ANAK 1. Apa yang dimaksud dengan penelantaran?

Penelantaran adalah tidak dilakukannya kewajiban dan tanggung jawab orang tua dalam memenuhi kebutuhan dasar anak secara wajar, termasuk kasih sayang dan perhatian (Irwanto, 2014). Sedangkan anak terlantar adalah anak yang karena suatu sebab orang tuanya melalaikan kewajibannya sehingga kehidupan anak tidak dapat terpenuhi dengan wajar baik rohani, jasmani maupun sosial (pasal 1 UU Nomor 4 Tahun 1979).

Terlantar disini bukan sekedar karena seorang anak sudah tidak lagi memiliki salah satu orang tua atau kedua orang tuanya. Tetapi juga dalam pengertian ketika hak-haknya untuk tumbuh kembang secara wajar, untuk memperoleh pendidikan yang

layak, dan untuk memperoleh

pelayanan kesehatan yang memadai tidak terpenuhi karena kelalaian, ketidak mengertian, ketidakmampuan atau kesengajaan dari orang tua. Seorang anak yang kelahirannya tidak dikehendaki misalnya, sangat rawan untuk diterlantarkan karena ketidaksiapan orang tua untuk melahirkan

KAMUS ISTILAH

Penelantaran adalah tidak dilakukannya kewajiban dan tanggung jawab orang tua dalam memenuhi kebutuhan dasar anak secara wajar,termasuk kasih sayang dan perhatian

Pendiaman adalah tidak dilakukannya tindakan ketika diketahui seorang anak sedang

membutuhkan pertolongan atau bantuan karena terancam kesejahteraan fisik dan mentalnya Pembahayaan adalah tindakan orang tua / atau dewasa yang dengan sengaja atau tidak sengaja menaruh anak pada situasi yang membahayakan kesejahteraan fisik dan mentalnya

Sumber: Irwanto,2014

(2)

63 dan memelihara anaknya secara wajar. Penelantaran juga dapat berupa

pendiaman dan pembahayaan.

Penelantaran terkadang dilakukan oleh orang tua secara tidak disadari, karena disebabkan dampak dari kehidupannya sendiri, seperti kemiskinan, karakter atau tekanan yang sedang dialami oleh orang tua pada saat itu. Para orang tua atau sebagian besar orang menganggap penelantaran sebagai hal yang biasa sehingga sulit dideteksi. Hampir tidak ada orang yang melaporkan kondisi tersebut bahkan tidak pernah dilaporkan kepada pihak yang berwenang karena dengan dalih urusan keluarga, padahal hal ini sangat berdampak buruk untuk kehidupan anak kelak di kemudian hari.

2. Jenis / contoh dan dampak pelantaran terhadap anak a. Jenis dan contoh-contoh Penelantaran terhadap anak

1) Penelantaran Fisik

Penelantaran fisik terjadi jika seseorang melalaikan kewajiban tugas dan tanggung jawabnya untuk memenuhi kebutuhan anak yang bersifat fisik, misalnya: tidak memberikan makanan yang sehat, aman dan bergizi, tidak memenuhi kebutuhan sandang termasuk memberikan pakaian kotor terhadap anak atau ketika seorang ibu tidak membawa ke posyandu/puskesmas ketika anak sakit adalah bagian dari penelantaran fisik. Begitupun jika orang tua tidak memberikan keleluasaan anak bekreasi (bermain), membiarkan anak terganggu binatang (kalajengking, kecoa, ular, anjing, dll), dan anak dibiarkan di rumah sendiri tanpa ada orang dewasa adalah juga bentuk-bentuk dari penelantaran fisik.

2) Penelantaran Mental

Keterlantaran mental dapat terjadi jika orang tua/pengganti orang tua tidak memberikan pendidikan, kasih sayang, perhatian kepada anak. Begitu pula jika anak tidak didengar pendapatnya adalah bentuk penelantaran secara mental.

3) Penelantaran Spiritual

Penelantaran spiritual dapat terjadi jika orang tua tidak melakukan tugas dan tanggung jawabnya untuk mengenalkan nilai-nilai baik dan buruk yang disebabkan karena sibuk, ataupun tidak ada waktu, atau apapun penyebabnya, sehingga anak tidak pernah tahu atau memahami nilai-nilai kehidupan. Selanjutnya, orang tua yang tidak pernah menghargai anak melalui celaan-celaan, selalu menyalahkan anak, merupakan bentuk penelantaran.

(3)

64 4) Penelantaran Sosial

Jika anak tidak terpenuhi kebutuhan-kebutuhan terkait dengan hubungan dengan orang lain seperti: ditinggal pergi dan sendirian, didiamkan oleh orang lain dalam kurun waktu tertentu, tidak dipedulikan.

b. Akibat Penelantaran 1) Putus sekolah 2) Kurang gizi 3) Celaka, luka 4) Digigit binatang (,kalajengking, kecoa,ular, anjing) 5) Sering ketakutan/tidak berani

6) Kemampuan berbahasa rendah 7) Anak merasa tidak aman 8) Susah bergaul

9) Mengalami masalah penyesuaian diri pada masa yang akan datang 10) Dll

3. Cara mencegah Pelantaran terhadap anak

Apapun bentuk penelantaran adalah melanggar hak anak dan tidak boleh dilakukan oleh siapapun termasuk orang tua, mengingat dampaknya sangat membahayakan terhadap kelangsungan hidup anak secara fisik, psikhis, sosial, dan spiritual. Jika kita menginginkan anak keturunan kita memiliki kecerdasan yang maksimal, maka orang tua harus berusaha memenuhi kebutuhan dasar diantaranya: fisik, psikis maupun sosial dan spiritualnya, dan menghindari penelantaran dalam bentuk apapun. Dengan kata lain, sebagai orang tua ada beberapa hal yang dapat dilakukan guna mencegah penelantaran terhadap anak: a. Memenuhi kebutuhan dasar anak (kasih sayang,sandang,pangan, dan papan) b. Meluangkan waktu untuk bersama dengan anak

c. Berbagi tugas dalam mengasuh anak

d. Mendidik tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan e. Memperhatikan pergaulan anak

f. Memperhatikan perkembangan anak

g. Menitipkan anak kepada keluarga/kerabat yang dapat dipercaya pada saat orangtua tidak berada di rumah

(4)

65 i. Mengkonsultasikan masalah keluarga dengan aparat setempat, atau penyedia

layanan (misalnya guru ngaji, bidan, dll)

j. Bawa anak ke tempat kerja (jika ada fasilitas yang aman)

k. Konsultasi dengan pendamping PKH untuk membantu mencari solusi l. Dll

B. PENCEGAHAN EKSPLOITASI TERHADAP ANAK 1. Apa yang dimaksud dengan Eksploitasi?

Eksploitasi adalah pemanfaatan atau penyalahgunaan tenaga, tubuh, kenaifan (keluguan/kepolosan) anak untuk memperoleh keuntungan sosial maupun ekonomi (Irwanto, 2014). Contoh pemanfaatan tubuh anak yaitu anak yang dilacurkan, pornografi anak, atau anak yang memiliki kecacatan atau bayi untuk memancing rasa iba oleh pengemis dewasa. Pemanfaatan tenaga anak dapat berupa memberikan pekerjaan rutin, berat dan berbahaya kepada anak seperti memecah batu, mengupas kerang, mengumpulkan sampah, atau menyelam untuk mengambil mutiara, mendulang emas, bekerja lebih dari 3 jam perhari dan

Bila Orang Tua berpisah/bercerai

Bila terjadi keterpisahan orangtua (antara ayah dan ibu), maka demi kepentingan terbaik bagi anak, keduanya harus tetap menjalankan peran sebagai orangtua. Tanggung jawab terhadap anak harus dijalankan secara bersama oleh kedua orangtua walaupun keduanya telah berpisah atau bercerai. Berikut merupakan uraian penting bagi orangtua yang berpisah agar pengasuhan yang kontinuum tetap dapat dilaksanakan.

 Pertimbangkan prioritas kebutuhan anak-anak, mempersiapkan segala sesuatu untuk anak-anak sesuai dengan prinsip kepentingan terbaik anak.

 Melindungi anak-anak dari bahaya fisik atau psikis atau dampak buruknya.

 Mendorong anak-anak untuk berbicara dan bertemu dengan orang tua lainnya (ayah atau ibu) secara berkala, kecuali jika hal itu akan membahayakan / merugikan anak.

 Jangan menyatakan tidak atau menghentikan komunikasi antara anak dengan salah satu orangtua (ayah atau ibu) karena hal tersebut akan menyebabkan hubungan yang buruk / merusak hubungan antara anak dengan orangtua (ayah atau ibu).

o Hargai pandangan anak terutama ketika membuat keputusan yang berdampak pada kehidupan anak

(5)

66 terus menerus. Contoh

pemanfaatan kepolosan dan keluguan anak yaitu perkawinan anak pada usia sebelum 18 tahun, anak yang dilacurkan, dll. Eksploitasi terhadap anak biasanya dilakukan karena 2 hal. Pertama, mengeksploitasi anak untuk memperoleh penghasilan berupa uang, contohnya anak yang dilacurkan, anak yang dipekerjakan, anak yang

digunakan untuk mengemis, dll. Kedua, mengeksploitasi anak untuk memperoleh status sosial atau derajad yang lebih tinggi seperti anak perempuan yang

dinikahkan dengan laki-laki yang lebih kaya atau berkedudukan lebih terhormat, anak perempuan yang dilacurkan untuk membeli HP dan meningkatkan status sosialnya, dll.

2. Contoh-contoh eksploitasi terhadap anak. a. Eksploitasi ekonomi

Eksploitasi ekonomi, yaitu pemanfaatan yang dilakukan secara sewenang-wenang dan berlebihan terhadap anak untuk kepentingan ekonomi semata-mata tanpa mempertimbangkan rasa kepatutan, keadilan serta kompensasi kesejahteraan terhadap anak.

Contoh perbuatan yang termasuk eksploitasi ekonomi terhadap anak: misalnya buruh

Eksploitasi adalah tindakan dengan atau tanpa persetujuan korban yang meliputi tetapi tidak terbatas pada pelacuran, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktik serupa perbudakan, penindasan, pemerasan, pemanfaatan fisik, seksual, organ reproduksi, atau secara melawan hukum memindahkan atau mentransplantasi organ dan/atau jaringan tubuh atau memanfaatkan tenaga atau kemampuan seseorang oleh pihak lain untuk mendapatkan keuntungan baik materiil maupun immateriil (pasal 1 UU Nomor 21 Tahun 2007)

Pekerja anak adalah anak-anak yang melakukan pekerjaan secara rutin untuk orang tuanya, untuk orang lain, atau untuk dirinya sendiri yang membutuhkan sejumlah besar waktu, dengan menerima imbalan atau tidak (Bagong: 2010). Anak adalah setiap orang yang berusia 18 (delapan belas) tahun (UU Nomor 13 Tahun 2003).

(6)

67 anak sebagai pembantu, pekerja pabrik, buruh angkut pelabuhan, pengemis, pengamen, kuli bangunan, buruh tani, dll.

b. Eksploitasi Seksual

Eksploitasi Seksual adalah segala bentuk pemanfaatan organ tubuh seksual atau organ tubuh lain

dari seseorang anak untuk mendapatkan keuntungan pribadi, termasuk tetapi tidak terbatas pada semua kegiatan pelacuran, percabulan, wisata seks, promosi dan distribusi pornografi yang melibatkan anak-anak, pelibatan anak dalam pertunjukan seks dan bentuk lainnya.

Contoh perbuatan eksploitasi seksual terhadap anak: anak disuruh jadi pelacur untuk mendapatkan uang, anak dijual.

3. Dimanakah eksploitasi seksual terhadap anak terjadi?

a. Eksploitasi seksual terhadap anak terjadi di semua tempat termasuk: b. Di rumah, rumah singgah, panti asuhan

c. Di sekolah, pesantren d. Di jalan

e. Di tempat kerja

f. Di tahanan kepolisian, lembaga permasyarakatan, pusat rehabilitasi g. Di masyarakat

Anak-anak sangat rentan mengalami kekerasan seksual/eksploitasi dari anggota masyarakat. Eksploitasi seksual sering kali dilakukan oleh orang yang dikenal oleh anak termasuk anggota keluarga atau orang dewasa yang dipercayai anak seperti pelatih olahraga, polisi, guru atau majikan . Akan tetapi dapat juga dilakukan oleh orang yang tidak dikenal (studi sekjen PBB tentang kekerasan terhadap anak, 2006).

(7)

68 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi anak beresiko terhadap eksploitasi

a. Faktor Gender

1) Dalam berbagai budaya lokal, perempuan merupakan individu yang lebih beresiko dari laki-laki, terutama dalam kekerasan/ eksploitasi seksual (walaupun korban laki-laki juga mulai banyak dilaporkan).

2) Di Indonesia posisi perempuan yang beresiko dilihat dari budaya diperparah oleh hukum yang memperbolehkan anak perempuan dinikahkan pada usia 16 tahun atau lebih muda.

3) Undang undang kriminal yang tidak memihak pada korban eksploitasi anak; yaitu usia tanggung jawab kriminal 12-14 tahun, UU ini mengakibatkan anak perempuan akan sangat dirugikan.

4) Anak laki-laki juga lebih beresiko terhadap bulliying dan kekerasan fisik/bekerja berat.

b. Faktor keutuhan orang tua

Penelitian pada keluarga yang miskin dan hampir miskin menunjukkan bahwa kematian orang tua merupakan faktor yang dapat mengakibatkan anak putus sekolah sehingga membuat anak rentan untuk dieksploitasi orang lain.

c. Putus Sekolah

Putus sekolah terutama di jenjang pendidikan dasar 9 tahun, merupakan faktor yang menyebabkan anak rentan bekerja, kawin muda, dan menjadi sasaran bujuk rayu organisasi kriminal.

d. Stigma dan Diskriminasi

1) Anak dengan disabilitas, anak yang mengalami gangguan mental/ intelektual, anak yang mengalami penyakit berstigma atau di cap jelek di masyarakat seperti kusta atau HIV/AIDS sehingga beresiko terhadap penolakan, penelantaran, kekerasan dan pengucilan oleh masyarakat. 2) Anak dari orang tua yang dicap jelek karena latar belakang politik, budaya,

agama, dll juga rentan mengalami kekerasan, penelantaran, pengucilan, dan kekerasan. Contohnya:

3) orang tua yang mantan anggota PKI, orang tua yang menganut aliran-aliran tertentu (sekte-sekte) cenderung untuk didiskriminasi. Karena dikucilkan, anak mengalami kesulitan untuk sekolah, orangtua mengalami kesulitan mencari nafkah sehingga mereka rentan untuk di bujuk rayu organisasi kriminal, kawin muda, rentan mendorong anak untuk bekerja.

(8)

69 e. Tinggal atau hidup di luar keluarga

Anak yang karena sesuatu hal harus meninggalkan rumah/keluarganya mempunyai resiko tambahan untuk dieksploitasi. Apalagi kalau tinggal dan bekerja di jalanan, atau tempat-tempat yang tidak ramah anak seperti penjara, tempat pelacuran, dll.

5. Akibat-akibat dari anak-anak yang rentan dieksploitasi: a. Mudah ditarik dari sekolah dan dipekerjakan

b. Untuk anak perempuan ada resiko untuk dinikahkan jika keluarga miskin c. Diincar/ditipu oleh organisasi kriminal untuk dilacurkan, dijual jadi pembantu,

diminta untuk mengedarkan narkotika, digunakan untuk menipu, dijual belikan sebagi budak atau anak adopsi ilegal

6. Akibat Eksploitasi Anak

Akibat dari eksploitasi anak yang terkait dengan kehidupan sehari-hari anak antara lain sebagai berikut:

a. Anak putus sekolah

b. Perkembangan fisik anak terganggu c. Menjadi penakut, murung, menarik diri

d. Anak terkena PMS (Penyakit Menular Seksual), HIV/AIDS e. Tidak punya masa depan (kehilangan cita-cita)

f. Anak berpotensi mengulang kembali eksploitasi yang dialaminya g. Anak kehilangan kepercayaan diri

h. Anak dapat terluka/sakit-sakitan, celaka i. Anak tidak punya waktu bermain

j. Anak stres/tertekan

k. Anak terpisah dari keluarga

l. Anak terlibat penyalahgunaan narkotika dan berkonflik dengan hukum

m. Dll

7. Cara mencegah eksploitasi terhadap anak.

Para orang tua dapat melakukan beberapa cara untuk mencegah terjadinya eksploitasi terhadap anak, yaitu:

a. Mengupayakan anak tetap sekolah b. Tidak menyuruh bekerja

c. Tidak membiarkan anak dengan orang dewasa tanpa pengawasan d. Pastikan jalur yang dilalui anak (keluar rumah) aman

(9)

70 f. Melatih/ mengajarkan anak untuk tidak melayani orang yang tidak dikenal g. Tidak mudah mempercayai janji-janji -orang lain

h. Memberitahu anak untuk waspada pada iming-iming pekerjaan dan gaji besar di kota

i. Tidak menikahkan anak di usia sebelum 18 tahun

j. Tidak membiarkan anak bermain dengan HP/internet tanpa pengawasan k. Menanyakan kepada anak tentang kegiatan yang dia lakukan dan dia alami l. Luangkan waktu untuk bercengkrama/bercerita dengan anak

m. Kenali guru sekolah atau guru ngaji mereka n. Kenali teman-teman mereka

o. Kenali orang-orang dewasa di sekitar mereka p. Tidak menjaminkan anak untuk hutang

q. Tidak melakukan berbagai jenis kekerasan pada anak r. Memberikan anak kesempatan untuk belajar agama s. Memberikan kesempatan anak untuk beristirahat t. Memberikan waktu bermain untuk anak

u. Membuat akta kelahiran anak

v. Memasukkan anak dalam kartu keluarga

C. Pencatatan kelahiran merupakan salah satu cara mencegah eksploitasi anak. Pencatatan kelahiran, yang

merupakan pencatatan resmi nama dan umur anak, memberikan identitas sah pada anak. Hal tersebut merupakan langkah penting untuk melindungi hak-hak

sipil,politik, ekonomi, sosial dan budaya anak.

Pencatatan kelahiran juga memberikan data penting untuk dijadikan informasi bagi penyusunan perencanaan akan pelayanan kesehatan dan pendidikan terhadap anak. D. Peraturan terkait pencegahan eksploitasi anak

Indonesia telah memiliki peraturan perundang-undangan terkait pencegahan eksploitasi terhadap anak. UU Nomor 13 Tahun 2013 tentang ketenagakerjaan menyebutkan bahwa pengusaha dilarang mempekerjakan anak. Jika anak harus bekerja maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan:

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang tidak terdaftar kelahirannya merupakan kelompok korban pertama yang terlibat pada masalah obat-obat terlarang; menempatkan mereka pada risiko yang lebih besar menjadi korban perdagangan manusia, eksploitasi seksual, dipaksa menjadi buruh anak atau tidak mempunyai akses kepada pelayanan sosial sama sekali.

(10)

71 1. Anak-anak dapat dipekerjakan dengan syarat berumur antara 13 (tiga belas)

sampai dengan 15 (lima belas) tahun dengan melakukan pekerjaan ringan dan tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik, mental, dan sosial anak. 2. Pengusaha yang mempekerjakan anak pada pekerjaan ringan harus memenuhi

kriteria sebagai berikut:

a. Izin tertulis dari orangtua/wali

b. Perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau wali c. Waktu kerja maksimum 3 jam

d. Dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah e. Keselamatan dan kesehatan kerja

f. Adanya hubungan kerja yang jelas

g. Menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku

3. Anak dapat melakukan pekerjaan di tempat kerja yang merupakan bagian dari kurikulum pendidikan atau pelatihan yang disahkan oleh pejabat berwenang, dengan syarat sebagai berikut:

a. Berusia paling sedikit 14 tahun

b. Diberi petunjuk yang jelas tentang cara pelaksanaan pekerjaan serta bimbingan dan pelaksanaan pekerjaan

c. Diberi perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja

4. Anak dapat melakukan pekerjaan untuk mengembangkan minat dan bakatnya, dengan syarat sebagai berikut:

a. Dibawah pengawasan langsung dari orangtua atau wali b. Waktu kerja paling lama 3 (tiga) jam sehari

c. Kondisi dan lingkungan kerja tidak mengganggu perkembangan fisik, mental, sosial dan waktu sekolah

5. Dalam hal anak dipekerjakan bersama-sama dengan pekerja/buruh dewasa, maka tempat kerja anak harus dipisahkan dari tempat pekerja/buruh dewasa.

6. Dilarang mempekerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaan terburuk untuk anak, yaitu:

a. Segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya

b. Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan atau menawarkan anak untuk pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno atau perjudian c. Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan atau melibatkan anak

untuk produksi dan perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya

d. Semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan atau moral anak

(11)

72 Daftar Pustaka:

Irwanto. 2014. __________. Universitas Atmajaya: Jakarta.

Republik Indonesia. 1979. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. Jakarta.

Republik Indonesia. 2002. Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Jakarta.

Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Jakarta.

Republik Indonesia. 2004. Undang-undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Jakarta.

Republik Indonesia. 2007. Undang-undang No.21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Jakarta.

Suyanto, Bagong. 2013. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Utomo, Hadi dkk. 2014. Berkelanjutan hak-Hak Anak Dan Perlindungan Anak, kerangka

Hukum Hak-Hak Anak Dan Perlindungan Anak kerangka Anak, Pengasuhan Berkelanjutan hak. Jakarta: Unicef.

Utomo, Hadi, dkk. 2014. Hak-Hak Anak Dan Perlindungan Anak (Buku Pegangan Fasilitator PKH Atau Petugas Lapangan). Jakarta: Unicef.

Utomo, Hadi, dkk. 2014. Panduan Diskusi Fasilitator PKH 2013. Jakarta: Unicef. ______, ______. Lembar Fakta Pencatatan Kelahiran. UNICEF.

Referensi

Dokumen terkait

Sebagaimana halnya sebuah permainan musik yang terdiri atas berbagai alat, kehidupan nyata yang penuh dengan perbedaan pun dapat berdampingan dengan baik, asalkan setiap orang

perusahaan yang terdaftar di pasar modal wajib mempublikasikan laporan keuangan secara berkala kepada Bapepam dan mengumumkan laporan kepada masyarakat. Berdasarkan

Peraturan KPPU Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 13 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan tentang Penggabungan

Reformasi di bidang kesehatan telah menetapkan Visi Pembangunan Kesehatan Kabupaten Sleman “Terwujudnya Masyarakat Sleman Sehat yang Mandiri, Berdaya saing dan

Hasil penelitian tentang kepuasan nasabah BRI menunjukkan bahwa faktor-faktor yang terdiri dari variabel pelayanan, harga, produk, promosi dan lokasi secara simultan

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, memperjelas posisi madrasah adalah sekolah umum yang berciri khas agama Islam.. Madrasah

Dengan adanya jurnal dan tinjauan pustaka tersebut peneliti dapat menganalisis beberapa kekurangan dari beberapa penelitian yang telah dilaksanakan diantaranya adalah

Hasil tabulasi untuk variabel Pelatihan kerja menunjukkan bahwa nilai terkecil terdapat pada item pertanyaan pelatihan kerja karyawan dan tenaga kerja dapat