• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAKNAAN IBU MERAWAT ANAK PENDERITA TALASEMIA DI KOTA BANDUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMAKNAAN IBU MERAWAT ANAK PENDERITA TALASEMIA DI KOTA BANDUNG"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PEMAKNAAN IBU MERAWAT ANAK PENDERITA TALASEMIA DI

KOTA BANDUNG

(Studi Fenomenologi komunikasi intrapersonal Ibu yang Mempunyai Anak

Penderita Talasemia)

THE MEANING OF THE MOTHERS WHO HAVE THALASSAEMIAN

CHILDREN IN BANDUNG

(A Phenomenological Study of the Mother who have Thalassaemian Children)

Afrida Yati, Hadi Purnama, Syarif Maulana

Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Bisnis, Universitas Telkom

Jl. Telekomunikasi No. 01, Terusan Buah Batu, Bandung, Jawa Barat 40257 Telp. (022) 7564108

afridajamil@gmail.com, hadipurnama21@gmail.com, syarafmaulini@gmail.com

ABSTRAK

Talasemia merupakan salah satu penyakit kronis sehingga membutuhkan perawatan khusus. Talasemia merupakan penyakit genetik sehingga hal ini menyerang balita dan anak-anak. Talasemia merupakan Penyakit kelainan darah yang menyebabkan sel darah (hemoglobin) merah cepat hancur sehingga usia sel-sel darah menjadi lebih pendek dan tubuh kekurangan darah. Ada tiga pengobatan yang paling sering digunakan oleh dokter. Ketiganya itu antara lain transfusi darah, terapi iron chelation, dan supleman asam folat. Selama menjalani masa perawatannya,

penderita talasemia seringkali didampingi oleh orangtua dan yang paling sering adalah ibu. Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk meneliti tentang pemaknaan Ibu terhadap penyakit talasemia, dan Bagaimana sikap ibu terhadap penyakit talasemia yang diderita oleh anaknya berdasarkan komunikasi intrapersonal. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian menunjukan bahwa talasemia merupakan cobaan/ujian dari Allah. Penyikapan terhadap anaknya yang menderita talasemia didasarkan secara positif dan negatif.

Kata kunci: talasemia, penyakit genetik, penyakit kronis, fenomenologi ABSTRACT

Thalassemia is one of the chronic diseases requiring special care. Thalassaemia is agenetic disease so that this attack toddlers and children. Thalassaemia is a blood disorder that causes Diseases of blood cells (hemoglobin) Red quickly disintegrates so that the age of the blood cells become shorter and the body of a shortage of blood. There are three treatment most often used by doctors. All three include blood transfusions, iron chelation therapy, supleman and folic acid. During her period oftreatment, sufferers of thalassaemia are often accompanied by parents and the most common is the mother. In this study, researchers are interested in researching on the definition of the mother against the disease thalassaemia, and how Motheraddressing disease Thalassemia suffered by his son based on inrapersonal communications. The type of research used a qualitative approach is phenomenological. The research results showed that thalassaemia is trials/test from God. How against his son suffering from thalassaemiais based in a positive and negative.

Keywords: Thalassemia, a genetic disease, chronic disease, phenomenology Pendahuluan

Angka kejadian penyakit talasemia di dunia berdasarkan data dari Badan Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa pada tahun 2014, sekitar 250 juta penduduk dunia (4,5%) membawa genetik talasemia, sedangkan 80-90 juta di

(2)

talasemia di Indonesia tergolong tinggi dan termasuk dalam negara yang berisiko tinggi, karena setiap tahunnya 3.000 bayi yang lahir berpotensi terkena talasemia.(http://www.puslit.kemsos.go.id ).

Talasemia merupakan salah satu penyakit kronis sehingga membutuhkan perawatan khusus. Talasemia merupakan penyakit genetik sehingga hal ini menyerang balita dan anak-anak. Talasemia merupakan Penyakit kelainan darah yang menyebabkan sel darah (hemoglobin) merah cepat hancur sehingga usia sel-sel darah menjadi lebih pendek dan tubuh kekurangan darah. Misalnya, jika sel darah merah pada orang sehat bisa bertahan hingga 120 hari, pada penderita talasemia sel darah merahnya hanya bertahan 20-30 hari. Penyakit ini muncul dengan gejala

diantaranya anemia, pucat, sukar tidur, lemas dan tidak punya nafsu makan (http://web.rshs.or.id/). WHO menyatakan insiden pembawa sifat talasemia di Indonesia berkisar 6% - 10%, artinya dari setiap 100 orang, 6 sampai 10 orang di Indonesia membawa sifat talasemia. Penyakit ini merupakan penyakit genetik, sehingga penderita penyakit ini telah terdeteksi sejak masih bayi (http://web.rshs.or.id/).

Sementara ini belum ada data yang akurat untuk daerah jawa barat. Berdasarkan sumber dari Pikiran Rakyat, jumlah penderita talasemia di jawa barat tahun 2014 tercatat sekitar 6.647 orang dari jumlah tersebut 42% ada di Jawa Barat (http://www.pikiran-rakyat.com/) Artinya sekitar 2.792 orang di Jawa Barat menderita talasemia. Berdasarkan data tersebut, secara nasional angka penderita talasemia di Jawa Barat memiliki jumlah yang tinggi di Indonesia di bandingkan dengan daerah-daerah lainnya.

Berdasarkan tingkat keparahannya, talasemia dibagi menjadi talasemia minor, intermedia dan mayor. Menurut Nahalla dan FtzGerard (dalam Indriati, 2011:1 ) “penderita talasemia minor dan talasemia intermedia mempunyai gejala yang sedang bahkan ringan sehingga pesian dengan talasemia jenis ini tidak membutuhkan transfusi darah yang rutin”, Sedangkan menurut Muncie dan Campbell (dalam Indriati, 2011: 2) “ talasemia mayor akan membutuhkan transfusi darah rutin secara teratur seumur hidupnya”. Sehingga penderita talasemia mayor ini menurut Potts dan Mandleco (dalam Indriati, 2011: 2) “membutuhkan perawatan medis yang berkelanjutan”. Transfusi darah ini dilakukan dengan harapan kadar hemoglobin penderita mendekati normal agar komplikasi dari penderita dapat terhambat.

Menurut Hockenberry dan Wilson (dalam Indriati, 2011:3) Selama menjalani perawatan, umumnya anak selalu di damping oleh orang tua, dan yang paling sering adalah ibu. Ibu memiliki peran penting dalam merawat dan menjaga anaknya. Dalam merawat anak penderita talasemia , ibu akan mengalami suka duka tersendiri, stress, dan tentu hal ini memberikan pengalaman tersendiri bagi ibu.

Orangtua Penderita talasemia harus melakukan transfusi darah untuk anaknya untuk menjaga Hb anaknya dan pertahanan tubuh sang anak. Usaha pengobatan yang dilakukan oleh orangtuapun beragam untuk menjaga kesehatan sang anak disamping pengobatan medis yang dilakukan. Hal itu tergantung dari bagaimana ibu orangtua memaknai pengobatan yang dia lakukan untyuk anaknya.

Pengalaman manusia merupakan fokus penelitian fenomenologi deskriptif. Studi fenomenologi mendeskripsikan pemaknaan umum dari sejumlah individu terhadap berbagai pengalaman hidup mereka terkait dengan konsep atau fenomena. Para fenomenolog memfokuskan untuk mendeskripsikan apa yang sama/umum dari semua partisipan ketika mereka mangalami fenomena (misalnya, dukacita yang dialami secara universal). Menurut Moustakas (dalam Creswell, 2014:105) Pengalaman manusia ini dapat berupa fenomena, misalnya insomnia, kesendirian, kemarahan, dukacita, atau pengalaman operasi bypass pembuluh koroner .Peneliti kemudian mengumpulkan data dari Ibu yang telah mengalami fenomena pengalaman merawat anak penderita thalasemia, dan mengembangkan deskripsi gabungan tentang esensi dari komunikasi intrapersonal bagi ibu. Deskripsi ini terdiri dari “apa” yang mereka alami dan “bagaimana” mereka mengalaminya.

Berdasarkan latarbelakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Kota Bandung dalam bentuk skripsi yang berjudul “Pemaknaan Ibu Merawat Anak Penderita

Talasemia di Kota Bandung (Studi Fenomenologi Ibu yang Mempunyai Anak Penderita Talasemia)”

(3)

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemaknaan Ibu terhadap penyakit talasemia.

Untuk mengetahui bagaimana sikap Ibu tehadap penyakit talasemia yang diderita oleh anaknya.

Komunikasi Intrapersonal

Komunikasi intrapribadi adalah komunikasi yang berlangsung dalam diri seseorang. Orang itu berperan baik sebagai komunikator maupun sebagai komunikan. Dia berbicara kepada dirinya sendiri, dia berdialog dengan dirinya sendiri, dia bertanya kepada dirinya sendiri dan dijawab oleh dirinya sendiri (Effendy, 2003:57).

Makna

Menurut R. Brown (dalam Mulyana, 2010: 281), makna sebagai kecende-rungan (disposisi) total untuk menggunakan atau bereaksi terhadap suatu bentuk bahasa. Makna muncul dari hubungan khusus antar kata (sebagai simbol verbal) dan manusia. Makna tidak melekat pada kata- kata, namun kata-kata mebangkitkan makna dalam pikiran orang. Jadi tidak ada hubungan langsung antara suatu objek dan simbol yang digunakan untuk merepresentasikannya. Hubungan diciptakan dalam pikiran orang yang berbicara. C.K. Ogden dan I.A. Richards menge-mukakan hubungan ini secara diagramatik dalam sebuah segitiga makna.

Penyakit Kronis

Penyakit-penyakit kronis adalah penyakit degeneratif yang berkembang Selama kurun waktu yang lama, misalnya penyakit jantung, kanker, dan stroke (Smert, 1994:9). Menurut La Greca dan Stone (1985 dalam Smert, 1994:9) bahwa 50 % dari perawatan pediatris menghadapi anak-anak yang menderita kesakitan yang kronis. Menurut Eiser (1990 dalam Smert, 1994:85) tidak semua penyakit kronis itu sama. Seperti ada bebrapa penyakit seperti arthritis yang dapat mempengaruhi keterbatasan mobilitas fisik, dan ada juga penyakit-penyakit lainnya yang dapat mengancam hidup penderita (seperti leukimia, atau kanker-kanker yang lain) atau hanya sedikit yang menganggy (seperti kasus penyakit asma yang ringan).

Kekhawatiran (Anxiety)

Khawatir atau was-was adalah rasa takut yang tidak mempunyai obyek yang jelas atau tidak ada obyeknya sama sekali. Kekhawatiran menyebabkan rasa tidak senang, gelisah, tegang, tidak tenang, tidak aman (Ahmadi, 2003:214).

Keimanan

Menurut Kohnstamm (dalam Ahmadi, 2003 :108) Perasaan ketuhanan yaitu berkaitan dengan kekuasaan Tuhan. Perasaan ini digolongkan peristiwa psikis yang paling mulia dan luhur yang hanya dimiliki oleh manusia. Pemilihan pola hidup religius adalah merupakan keputusan pribadi yang paling asasi dan memberikan kekuatan dalam menghadapi segala badai taufan kehidupan.Menurut pandangan filsafat ketuhanan (Theologi) Manusia disebut “homo dvans” yaitu makhluk yang berketuhanan artinya manusia dalam sepanjang sejarahnya senantiasa memiliki kepercayaan terhadap Tuhan dan hal-hal yang bersifat ghaib.

Metodelogi Penelitian

Metode kualitatif dipilih karena peneliti ingin mendeskripsikan, mempe-roleh gambaran nyata dan menggali informasi yang jelas mengenai pengalaman ibu merawat anak penderita talasemia.

Penelitian ini menggunakan para-digma konstruktivisme. Paradigma ini menentukan bagaimana peneliti memandang suatu masalah peneli-tian, menentukan metodologi pene-litian dan menganalisis data yang diperoleh dari penelitian. Paradigma konstruktivisme ini banyak dipenga- ruhi oleh pandangan fenomenologi.

Tradisi Fenomenologi berkon-sentrasi pada pengalaman pribadi, termasuk bagian individu yang saling memberikan pengalaman satu sama lain. Komunikasi dipandang sebagai proses berbagi pengalaman antar-individu melalui dialog. Hubungan baik antar individu mendapat

(4)

kedu-dukan tinggi dalam tradisi ini. hal ini pula timbul mengakibatkan terkikis-nya hubungan yang sudah kuat (Suryanto, 2015:279).

Hasil Penelitian

proses penelitian yang dilakukan yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemaknaan Ibu terhadap penyakit talasemia, dan bagaimana Ibu memaknai anaknya yang menderita talasemia berdasarkan komunikasi intrapersonal. Peneliti mengumpulkan dan menganalisa data berdasarkan transkrip wawancara dan catatan selama proses observasi berlangsung dilapangan.

Pemaknaan orangtua mengenai penyakit yang diderita oleh anaknya

Pemaknaan orangtua mengenai penyakit yang diderita oleh anaknya adalah talasemia terjadi karena faktor genetik dan kesehatan orangtua yang menjadi indikator penyebab talasemia yang terjadi pada anak. Talasemia merupakan penyakit genetik sehingga hal ini menyerang balita dan anak-anak baik dibawa oleh orangtua penderita talasemia atau pembawa sifat talasemia.

Berdasarkan hasil wawancara mengenai penyakit yang diderita oleh anaknya informan sepakat memaknai bahwa ini merupakan ujian dan cobaan dari Allah. Cobaan dan ujianpun telah Allah gambarkan dalam hadist dan surah Al-qur’an telah dijelaskan dalam sebuah hadist mengenai penyakit yang sekecil apapun itu merupakan ujian dari Allah dengan tujuan untuk menghapuskan dosanya.

informan memandang ini sebagai sebuah cobaan dan ujian untuk menguji keimanan hambanya. Seperti keimanan Menurut Kohnstamm (dalam Ahmadi, 2003 :108) Perasaan ketuhanan yaitu berkaitan dengan kekuasaan Tuhan. Perasaan ini digolongkan peristiwa psikis yang paling mulia dan luhur yang hanya dimiliki oleh manusia. Pemilihan pola hidup religius adalah merupakan keputusan pribadi yang paling asasi dan memberikan kekuatan dalam menghadapi segala badai taufan kehidupan.Menurut pandangan filsafat ketuhanan (Theologi) Manusia disebut “homo dvans” yaitu makhluk yang berketuhanan artinya manusia dalam sepanjang sejarahnya senantiasa memiliki kepercayaan terhadap Tuhan dan hal-hal yang bersifat ghaib.

Gambar 4.4 Model Hasil Penelitian

Pemaknaan Orang Tua Mengenai Penyakit yang diderita oleh Anaknya Pemaknaan orangtua

mengenai penyakit yang diderita oleh anaknya

Ujian/Cobaan (anugerah kenikmatan (kebaikan))

Sumber: Olahan Penulis, 2016

Pemaknaan orangtua pada tekhnik pengobatan yang dijalani oleh anak

Pemaknaan pada tekhnik pengobatan yang dijalani oleh anaknya Hasil penelitian menunjukkan bahwa informan percaya pada pengobatan medis dan pada pengobatan berdasarkan sunnah Nabi. Pengobatan herbal yang dipilih oleh informan adalah madu dan kurma. Keputusan mengenai proses menuju pemanfaatan pelayanan medis telah dijelaskan seperti dalam model keputusan pengobatan medis Menurut model Foster dan Anderson, salan (1988 dalam Smet, 1994:227) menyebutkan lima tahap di dalam proses menuju pemanfaatan pelayanan medis. a) Keputusan bahwa ada sesuatu yang tidak beres.

b) Keputusan bahwa seseorang yang sakit dan mebutuhkan perawatan profesional, c) Keputusan untuk mencari perawatan medis profesional,

d) Keputusan untuk mengalihkan pengawasan kepada dokter dan penerima serta mengikuti pengobatan yang ditetapkan,

Kekhawatiranpun muncul dalam diri informan mengenai pengobatan yang akan dijalani dan dampak talasemia lainnya. Khawatir atau was-was adalah rasa takut yang tidak mempunyai

(5)

obyek yang jelas atau tidak ada obyeknya sama sekali. Kekhawatiran menyebabkan rasa tidak senang, gelisah, tegang, tidak tenang, tidak aman (Ahmadi, 2003:214).

Gambar 4.5 Model hasil penelitian

Pemaknaan pada Tekhnik Pengobatan yang dijalani oleh Anak.

Pemaknaan pada tekh-nik pengobatan yang dijalani oleh anak.

Rasional

Percaya medis modern dan pengobatan ala sunnah Rosul.

Emosional

Percaya pengobatan alte-rnatif alami.

Sumber: Olahan Penulis, 2016

Pemaknaan informasi bagi orangtua penderita talasemia

Pemanfaatan sumber informasi bagi orangtua penderita talasemia digunakan untuk mencari tahu mengenai informasi mengenai talasemia didapatkan dari internet dan lingkungan/orangtua penderita talasemia lainnya juga.

Internet sangat membantu para orangtua penderita talasemia untuk mengetahui lebih banyak mengenai talasemia,dan juga para orangtua mendapatkan kemudahan untuk memperoleh informasi banyak mengenai talasemia.

Berdasarkan hasil penelitian ketiga informan memilih pencarian informasi dilakukan melalui media internet untuk mengetahui pengobatan yang harus dijalani,dan penjelasan mengenai penyakit talasemia. Internet merupakan media komunikasi modern yang kini mewabah dan digemari oleh masyarakat. Internet merupakan jaringan komunikasi global yang terbuka dan menghubungkan jutaan bahkan milyaran jaringan komputer dengan berbagai tipe dan jenis, dengan menggunakan tipe komunikasi seperti telepon, satelit, dan lain sebagainya.

Gambar 4.7 Model Hasil Penelitian

Pemaknaan Informasi bagi Orang Tua Penderita Talasemia selain Medis

Pemaknaan informasi bagi orangtua pende-rita talasemia

Positif Rasional (infor- masi didapatkan dari internet)

Negatif emosional (infomasi didapatkan dari lingkungan)

Sumber: Olahan Peneliti 2016

Sikap orangtua terhadap penyakit yang diderita oleh anaknya

Dalam memaknai penyakit yang diderita oleh anaknya, ketiga informan memiliki kesamaan dalam menyikapi penyakit yang diderita oleh anaknya yaitu dengan beriman kepada Allah. Dari hasil wawancara, peneliti membagi informan berdasarkan sifat informan dalam memaknai penyakit yang diderita oleh anak mereka. Pertama, optimis terhadap kesembuhan anak yakni mempunyai harapan yang baik atau tidak mudah putus asa. Kedua, sifat skeptis terhadap pengobatan anak yakni sikap untuk meragukan kebenaran sesuatu yang bersifat mengandung

(6)

informasi. Ketiga, sifat pesimis terhadap kesembuhana anak yakni tidak mempunyai harapan yang baik atau mudah putus asa.

Informan sepakat untuk menghindari semakin bertambahnya penderita talasemia bahwa sebaiknya untuk yang akan sedang mencari pendamping atau akan menikah untuk melakukan tes darah terlebih dahulu untuk menghindari talasemia. Peneliti menyimpulkan bahwa penyadaran orangtua penderita talasemia terhadap penanganan perawatan talasemia dan harapan kepada pemerintah adalah agar pemerintah lebih memperhatikan penanganan, dan pelayanan untuk penderita talasemia, serta menjelaskan kepada masyarakat terkait usaha pencegahan peningkatan penderita talasemia.

Gambar 4.8 Model Hasil Penelitian

Tentang Sikap Orang Tua terhadap Penyakit Talasemia

Sikap orang tua terhadap talasemia

Sikap orang tua terhadap penyakit talasemia yang diderita berdasarkan sifat orangtua

Harapan orang tua terhadap pemerintah.

Optimis terhadap kesem- buhan anak

Skeptis terhadap pengo- batan medis modern. Pesimis terhadap kesem- buhan anak

Harapan pada pemerintah untuk lebih memperha- tikan penderita talasemia terhadap pelayanan kese- hatan penderita.

Harapan agar pemerintah lebih aktif untuk kam- panyekan mengenai tala- semia kepada masya- rakat.

Sumber: Olahan Penulis, 2016. Simpulan

Bedasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap ibu yang memiliki anak penderita talasemia selama + 4 (empat) bulan, maka peneliti menemukan hasil penelitian yang disimpulkan sebagai berikut:

1. Dalam memaknai penyakit yang diderita oleh anaknya, ibu memaknai penyakit talasemia sebagai penyakit genetik yang bersifat kronis yang merupakan ujian atau cobaan dari Allah untuk menguji keimanan hambanya dengan tujuan kebaikan. dalam memaknai teknik pengobatan yang dijalani oleh anaknya terrdapat 2 jenis tipe ibu yaitu tipe ibu yang rasional dan emosional. Pertama, tipe rasional adalah ibu yang percaya akan pengobatan medis modern karena hingga saat ini pengobatan yang memiliki izin dan terjamin adalah pengobatan dengan medis modern dan infomasi yang didapatkan diperoleh dari internet. Kedua, tipe ibu yang emosional yaitu tipe ibu yang tidak percaya dengan teknik pengobatan medis modern dan memilih pengobatan alternatif yang dianggap mampu menyembuhkan penyakit yang diderita oleh anaknya dan infomasi yang didapatkan deperoleh dari lingkungan sekitar.

(7)

2. Dalam menanggapi penyakit yang diderita oleh anaknya, sikap ibu terhadap penyakit yang diderita oleh anaknya didasarkan atas sifat informan yaitu optimis, psimis dan skeptis sehingga timbul harapan-harapan dari para orangtua penderita talasemia terhadap pemerintah untuk lebih memperhatikan penderita talasemia terhadap pelayanan kesehatan dan Harapan agar pemerintah lebih aktif untuk kampanyekan mengenai talase-mia kepada masyarakat.

Saran

Untuk melengkapi hasil penelitian ini, perlu diajukan beberapa saran atau rekomendasi: 1. Penyakit talasemia merupakan penyakit genetik sehingga manusia tidak bisa berbuat apa-

apa dan hingga saat ini belum ditemukan obat yang bisa menyembuhkan penyakit talasemia selain melakukan terapi transfusi darah berdasarkan tingkatan penyakit talasemia yang diderita. Pengobatan juga dapat dilakukan dengan cara sugesti untuk kesembuhan, untuk meyakinkan anak yang menderita talasemia. Dalam merawat anak yang menderita talasemia ibu selalu berperan dalam merawat anak namun perlu diketahui bahwa tugas tesebut bukan semata-mata tugas ibu saja sehingga perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut terkait pemaknaan dari ayah yang memiliki anak penderita talasemia.

2. Setiap orang memiliki sikap yang berbeda dalam memaknai penyakit yang diderita oleh anaknya. Sehingga dibutuhkan peran dari medis dan pemerintah untuk mendampingi para orang tua penderita talasemia dan penderita talasemia dalam menghadapi penyakit talasemia.

Daftar pustaka

Ahmadi, Abu. (2003). Psikologi Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Ardianto, Elvinaro , dan Bambang Q-Ariess. (2009). Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya

Bungin, Burhan. (2010). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Creswell, John W. (2014). Penelitian Kualitatif dan Desain Riset. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Djumhana, Hanna. (2013). Islam untuk Disiplin Ilmu Psikologi. Jakarta:Departemen Agama RI Damaiyanti, Mukhripah. (2010). Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan. Bandung:

PT. Refika Aditama

Effendy, Onong Uchjana. (2003). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT.Citra Aditya Bakti

Ekman, Paul. (2011). Membaca Emosi Orang. Jogjakarta: Think Jogjakarta

Hall, Calvin S., dan Gardner Lindzey. (1993). Psikologi Kepribadian 2: Teori-teori Holistik

(Organismik-Fenomenologis). Yogyakarta: Kanisius

Kuswarno, Engkus. (2009). Metodelogi Penelitian Komunikasi, Fenomenologi, Konsepsi

Pedoman dan Contoh Penelitian. Bandung:Widya Padjadjaran

Moleong, Lexy J. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy. (2010). Ilmu Komunikasi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Mumpuni, Yekti ,dan Ari Wulandari. (2010). Cara Jitu Mengatasi Stress. Yogyakarta: CV. Andi Mutmainah, Nina, dkk. (2002). Psikologi Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka.

Nazir, Muhammad. (2005) Metode Penelitian. Bogor Selatan: Ghalia Indonesia

Rakhmat, Jalaluddin. (2007). Psikologi Komunikasi. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya. Rakhmat, Jalaluddin. (2008). Psikologi Komunikasi. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya. Sembiring, Samuel Pola Karta. (2010) Thalasemia. Medan: Morposhlab Ebook

Smet, Bart. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT.Grasindo.

Sugiyono (2012). Metode Pnelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2014). MemahamiPenelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Gambar

Gambar 4.5 Model hasil penelitian
Gambar 4.8 Model Hasil Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Anita Rohmatur Rizki, D0212015, POLA KOMUNIKASI KOMUNITAS DALAM MEMBANGUN KONSEP DIRI POSITIF (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Komunitas Stroke Happy

Peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan bimbingan kelompok teknik problem solving (pemecahan masalah) yang bertujuan agar siswa memiliki pemahaman terhadap dirinya dan

Selain itu, metode ini tidak memperhatikan nama dari ahli untuk mencegah pengaruh besar satu anggota terhadap anggota yang lainnya, dan Masing – masing responden memiliki waktu

Miskonsepsi Siswa terhadap Pemahaman Konsep Matematika pada Pokok Bahasan Persamaan Kuadrat Siswa Kelas X5 SMA Negeri 11 Makassar..

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) adapun formulasi strategi yang dibuat guru Al-Qur‟an Hadist dalam meningkatkan kemampuan membaca Al- Qur‟an siswa MI

Rose was sure there would have been a fight if she hadn’t turned up when she did, and the Doctor didn’t look like he was the brawling type.. The Doctor’s psychic paper had helped

Sistem Single Sign On pada server SSO CAS telah berjalan ditandai dengan hanya membutuhkan satu kali operasi login melalui halaman web SSO CAS Server pada

Ferumusan