• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membangun Sinergi antar Perguruan Tinggi dan Industri Pertanian dalam Rangka Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Membangun Sinergi antar Perguruan Tinggi dan Industri Pertanian dalam Rangka Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-45 UNS Tahun 2021

“Membangun Sinergi antar Perguruan Tinggi dan Industri Pertanian dalam

Rangka Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka”

Analisis Efisiensi Usaha Peternakan Sapi Potong Rakyat di Tengah Pandemi

Covid 19 di Kabupaten Langkat Sumatera Utara

Ruth Dameria Haloho, dan Fauzul Azhimah

Dosen Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Quality Berastagi. Jl. desa Lau Gumba, Peceren 22152

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknis pemeliharaan, pendapatan dan efisiensi usaha peternakan sapi potong di Kabupaten Langkat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Metode

Multistage Random Sampling. Responden adalah peternak sapi potong rakyat diambil secara

acak sebanyak 80 responden. Metode pengambilan data yaitu metode observasi dan wawancara langsung kepada peternak. Analisis data dilakukan dilakukan secara kuantitatif yaitu analisis pendapatan dan efisiensi dan analisis deskriftif yaitu teknis pemeliharaan sapi potong. Hasil penelitian menunjukkan tata laksana pemeliharaan sapi yang dipelihara diberi pakan rumput. Peternak memelihara ternak secara intensif. Peternak melakukan sanitasi dan menjaga kebersihan lingkungan kandang. Sistem perkawinan yang dilakukan secara inseminasi buatan. Jumlah pendapatan peternak sebesar Rp. 7.066.621,8. Usaha peternakan sapi potong sudah efisien dengan tingkat efisiensi usaha rata-rata sebesar 1,7 yang berarti bahwa setiap pengeluaran Rp. 1,00 akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 1,7.

Kata kunci: efisiensi, usaha, pemeliharaan, rakyat, sapi potong,

Pendahuluan

Kebutuhan pangan manusia terpenuhi dari sub sektor peternakan yang memiliki peranan yang sangat penting. Salah satu usaha peternakan yang dapat menunjang kebutuhan masyarakat akan protein hewani asal ternak ialah produk daging sapi, ternak sapi bermanfaat memenuhi kebutuhan protein hewani asal ternak yang esensial guna memenuhi kebutuhan gizi masyarakat (kesehatan) serta menambah sumber pendapatan petani (Bawianto et al., 2016).

Peningkatan peternakan sapi potong di Indonesia di pengaruhi oleh meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pangan yang berkualitas, diantaranya adalah daging sapi. Peningkatan populasi sapi potong di Indonesia sebagai penyuplai daging sapi masih rendah

(2)

dibanding peningkatan permintaannya. Hal ini dikarenakan produktifitas sapi potong yang rendah yang disebabkan karena sebagian besar usaha ternak dilakukan secara sederhana oleh rumahtangga petani sebagai salah satu cabang dari usahataninya (Handayanta et al., 2016)

Kabupaten Langkat merupakan daerah yang potensial dalam pengembangan peternakan sapi potong. Populasi sapi potong Tahun 2019 sebesar 201.840 ekor dengan produksi daging sebesar 95.000 ton (Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Sumatera Utara, 2019). Hal ini merupakan kesempatan untuk memenuhi kebutuhan akan produksi daging dan peluang pengembangan usaha sapi potong di Kabupaten Langkat.

Sapi potong di Kabupaten Langkat dikembangkan dalam bentuk usaha peternakan rakyat yang pengelolaannya masih bersifat tradisional dan tingkat penerapan teknologi peternakan yang sederhana. Para petani peternak umumnya belum berorientasi pada aspek ekonomi usaha sehingga belum memperhitungkan tingkat pendapatan dan efisiensi usahanya. Keberhasilan usaha ternak sapi potong bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan manajemen atau pengelolaan. Manajemen mencakup pengelolaan perkawinan, pemberian pakan, perkandangan, dan kesehatan ternak (Wahyuni, 2017). Awal Maret 2020 merupakan Pandemi Covid-19 yang mempunyai dampak terhadap eksistensi perkonomian, salah satu dampaknya adalah terganggunya produksi ternak di seluruh daerah. Akibat pandemi, sektor peternakan hanya tumbuh 2,86% melambat dari Q1 2019 yang tumbuh 7,96%. Pemenuhan kebutuhan daging sapi pun selalu terdapat kesenjangan yang luar biasa. Kebutuhan daging nasional sebesar 650.000 ton per tahun atau setara 3,8-3,9 juta ekor, hal ini tidak dapat dipenuhi karena jumlah populasi sapi potong hingga tahun 2019 hanya sebanyak 17.118.650 ekor (Tanjungsari, 2020). Maka dari itu perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengkaji efisiensi usaha peternakan sapi potong di tengah pandemik covid.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemeliharaan sapi potong, mengetahui besarnya tingkat pendapatan dan efisiensi usaha peternakan sapi potong di Kabupaten Langkat. Manfaat dari penelitian ini memberikan informasi kepada pengambil keputusan khususnya Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat dalam usaha meningkatkan pengelolaan usaha peternakan dan kesejahteraan peternak sapi potong rakyat dan sebagai informasi bagi kalangan peternak sapi potong rakyat dan pihak lain dalam usaha meningkatkan keuntungan usaha peternakan sapi potong rakyat.

(3)

dilakukan oleh peternak di Kabupaten Langkat. Penelitian dilakukan dengan metode survei. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan Metode Multistage Random Sampling. Jumlah responden adalah 80 peternak yang dipilih secara acak. Penelitian berlangsung pada Mei-Desember 2020. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara pihak-pihak terkait yang mempunyai fungsi dan tugas sesuai bidang dengan panduan kuesioner. Data yang diambil berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari survey langsung ke lapangan dan hasil wawancara dengan menggunakan bantuan kuesioner mengenai aspek teknis yaitu pemberian pakan, perkandangan, pencegahan penyakit dan perkawinan. Data keuangan yaitu biaya pembuatan kandang, penjualan sapi potong, biaya listrik, tenaga kerja, inseminasi buatan. Analisis data dilakukan dengan metode deskriptif dan kuantitatif yaitu metode yang menggambarkan tentang hal-hal yang berhubungan dengan judul dalam penelitian ini berupa analisis efisiensi usaha peternakan sapi potong di Kabupaten Langkat.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis pendapatan dan efisiensi usaha.

Tingkat pendapatan dihitung dari hasil pengurangan antara total penerimaan dan total biaya usaha sedangkan efisiensi usaha dihitung dengan revenue cost ratio (R/C) yaitu rasio antara total penerimaan dengan total biaya. Sedangkan untuk mengetahui teknis pemeliharaan adalah pakan, perkawinan, kandang dan pencegahan penyakit. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif.

Analisis pendapatan dan efisiensi usaha ternak sapi menurut Soekartawi (2002) dapat dituliskan sebagai berikut :

1. Pendapatan π = TR – TC π = Penerimaan Penjualan TR = Total revenue TC = Total cost

2. Efisiensi usaha R/C Ratio = TR/TC

Keterangan : TR = Total Revenue atau Penerimaan Total (Rp/th) TC = Total Cost atau Biaya Total (Rp/th)

Kriteria R/C ratio :

R/C ratio < 1 = tidak layak dikembangkan R/C ratio = 1 = titik impas

(4)

Hasil dan Pembahasan A. Teknis pemeliharaan

1. Pakan

Pemberian pakan yang diberikan berdasarkan umur sapi potong yaitu pedet, induk dan pejantan. Pemberian pakan dilaksanakan pada pagi hari dan sore hari. Pemberian pakan tergantung pada berat ternak, fase pertumbuhan atau reproduksi dan laju pertumbuhan (Nurwahidah et al., 2016). Pakan yang diberikan peternak pada umumnya terdiri dari hijauan berupa rumput gajah segar dan rumput lapangan. Banyak peternak tidak memberikan konsentrat sebagai pakan ternak. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan tentang teknologi pakan sapi potong sehingga peternak masih mempertahankan kebiasaan beternaknya dan sulit menerima informasi tentang teknologi pakan ternak. Berdasarkan penelitian Sandi et al. (2012) menyatakan bahwa konsentrat merupakan pakan penguat yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi ternak. Pemberian minum sapi potong diberikan secara ad libitum.

2. Kandang

Kandang yang dimiliki oleh peternak merupakan kandang sederhana, rata rata kandang ternak berada tepat dibelakang rumah. Pemilihan lokasi ini dikarenakan keamanan, sehingga ternak lebih terjaga. Bangunan kandang sebagian besar sudah dibangun secara permanen, lantai kandang sebagian besar sudah disemen dan dinding kandang terbuat dari papan atau anyaman bambu. Atap kandang ada yang menggunakan ijuk, seng maupun rumbia. Bentuk kandang sudah berupa kandang setengah terbuka. Sebenarnya kandang dengan bentuk setengah terbuka bagus untuk pertukaran udara. Kandang sapi milik peternak biasanya sudah terdapat tempat pakan dan tempat minum sudah disemen. Ternak dipelihara secara intensif, ternak dipelihara didalam kandang. Hal ini dimaksudkan sebagai tempat bernaung terhadap cuaca dan untuk membatasi ruang gerak agar penimbunan daging dan lemak cepat terjadi serta pertambahan bobot badan lebih cepat. Berdasarkan penelitian Putri et al. (2019) menyatakan bahwa Peternak memelihara secara intensif yaitu sapi dikandangkan secara terus menerus hingga sapi dijual.

3. Pencegahan penyakit

Salah satu upaya pencegahan penyakit yang paling mudah adalah dengan melakukan sanitasi dan menjaga kebersihan lingkungan kandang. Berdasarkan hasil penelitian, pencegahan penyakit yang dilakukan oleh para peternak adalah dengan melakukan sanitasi kandang yang dilakukan pada pagi dan sore hari. Pengendalian penyakit sapi yang paling baik menjaga kesehatan sapi dengan tindakan pencegahan guna mencegah timbulnya penyakit yang

(5)

dapat mengakibatkan kerugian. Tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan sapi adalah: Menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, termasuk memandikan sapi. Sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi sehat dan segera dilakukan pengobatan. Mengusahakan lantai kandang selalu kering. Memeriksa kesehatan sapi secara teratur dan dilakukan vaksinasi sesuai petunjuk (Syafrial, 2007). Santosa (2010) menambahkan bahwa kesuksesan manajemen bukan hanya terletak pada baiknya program kesehatan saja, tetapi mencegah penyakit justru akan lebih ekonomis atau merupakan metode termurah untuk menjaga agar ternak tetap sehat daripada mengobati

4. Perkawinan

Pemeliharaan sapi potong yang diusahakan oleh para responden adalah sapi yang dipelihara lalu dikawinkan dan beranak. Apabila pedet yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik, pedet tersebut akan dijadikan bakalan untuk menggantikan induknya. Peternak biasanya mengawinkan sapinya ketika sudah mengalami dewasa kelamin. Sistem perkawinan yang dipilih oleh peternak adalah dengan kawin suntik (IB). Pengawinan ternak dengan sistem suntik ini dilakukan oleh petugas inseminator di daerah setempat. Setiap satu kali kawin suntik, peternak dibebani biaya sebesar Rp 100.000,-. Jika Ib pertama tidak berhasil maka biaya Ib kedua yang dikeluarkan adalah Rp. 50.000. Rata-rata untuk dapat bunting, diperlukan 1-3 kali suntik. Sistem perkawinan suntik lebih dipilih peternak karena tidak membutuhkan pejantan dan pedet yang dihasilkan bisa berbeda ras dengan induknya serta pedet yang dihasilkan bisa memiliki kualitas lebih baik. Inseminasi buatan sebagai teknologi reproduksi yang digunakan tidak hanya memperbaiki produktivitas tetapi juga menyadari pertumbuhan genetic yang lebih cepat (Mwanga et al., 2018). Teknologi Inseminasi buatan dapat diakses oleh peternak rakyat secara relative dan terjangkau yang akan menghasilkan keturunan yang sehat (Rathod et al., 2017).

B. Efisiensi usaha peternakan sapi potong

1. Analisis pendapatan

Besarnya penerimaan usaha peternakan sapi potong bergantung pada bobot hidup serta harga jual pada saat terjadi proses penjualan. Halid et al. (2017) menyatakan penerimaan adalah hasil dari perkalian jumlah produksi saat penjualan. Penerimaan penjualan sapi potong sebesar Rp 16.122.500 dapat dilihat pada Tabel 1. Biaya produksi yang digunakan adalah biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan kandang, penyusutan peralatan dan biaya listrik. Biaya penyusutan kandang sebesar Rp 362.137,5; Biaya penyusutan peralatan

(6)

sebesar Rp 25.818,75 dan biaya listrik sebesar Rp 30.875. Total biaya tetap sebesar Rp 418. 831,3.

Biaya tidak tetap 2020 terdiri dari biaya pakan, inseminasi buatan dan tenaga kerja. Biaya Tidak Tetap Tahun 2020 adalah biaya pakan sebesar Rp 4.131.000, 00. Biaya inseminasi buatan sebesar Rp 423.750,00. Biaya tenaga kerja sebesar Rp 4.082.296,875. Total Biaya Tidak Tetap sebesar Rp 8.637.046,875 dapat dilihat pada Tabel 1. Biaya produksi terbesar adalah biaya pakan. Biaya pakan merupakan komponen biaya besar dalam usaha peternakan (Hastang dan Asnawi, 2014).

Tabel 1. Rata-rata analisis usaha peternakan sapi potong di Kabupaten Langkat

No Uraian Total (Rupiah)

1 Penerimaan Penjualan ternak 16.122.500,00 2 Biaya Produksi Biaya Tetap Penyusutan Kandang 368.128,00 Penyusutan Peralatan 25.819,00 Biaya Listrik 30.875,00

Total Biaya Tetap 418.813,30

3 Biaya Tidak Tetap

Hijauan 4.131.000,00

Inseminasi buatan 423.750,00

Tenaga kerja 4.082.296,87

Total Biaya Tidak Tetap 8.637.046,8

Pendapatan 7.066.621,8

R/C 1,7

Haloho (2020) menyatakan pendapatan merupakan suatu penerimaan dikurangi biaya produksi maka hasilnya dinyatakan dengan keuntungan/kerugian. Rata-rata pendapatan peternak sebesar Rp 7.066.621,8/tahun. Hal ini menunjukkan usaha peternakan sapi potong di Kabupaten Langkat menguntungkan.

2. Efisiensi usaha

Keberhasilan usaha peternakan sapi potong selain dapat dilihat dengan pendapatan dapat juga dilihat dengan menggunakan R/C ratio. Besarnya efisiensi ekonomi dihitung dengan menggunakan revenue cost ratio (R/C) yaitu membandingkan antara total penerimaan dengan seluruh biaya yang digunakan dalam proses produksi. Besarnya efisiensi ekonomi usaha ternak sapi potong di Kabupaten Langkat adalah 1,7. Hal ini berarti bahwa setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan dalam usaha ternak dalam satu tahun akan menghasilkan penerimaan sebesar

(7)

sapi di Kabupaten Gorontalo layak diusahakan dengan nilai R/C 1,36 . Nilai 1,36 bermakna bahwa dari setiap pengeluaran satu rupiah biaya tunai maka akan diperoleh tambahan penerimaan sebesar Rp1,36.

Kesimpulan dan Saran

Tata laksana pemeliharaan sapi yang dipelihara diberi pakan rumput. Peternak memelihara ternak secara intensif. Peternak melakukan sanitasi dan menjaga kebersihan lingkungan kandang. Sistem perkawinan yang dilakukan adalah secara inseminasi buatan. Usaha peternakan sapi potong sudah efisien dengan tingkat efisiensi usaha rata-rata sebesar 1,7 yang berarti bahwa setiap pengeluaran Rp. 1,00 akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 1,7.

Saran

Peternak sebaiknya memberikan pakan tambahan yaitu konsenterat agar ternak menghasilkan bobot badan yang ideal agar menghasilkan harga jual yang tinggi sehingga meningkatkan keuntungan peternak.

Daftar Pustaka

Bawianto, A., Mokoaguow, D.R., Elly, F.H. & Manese, M.A.V. (2016). Analisis Break Even Point Ternak Sapi Potong Kelompok Tani “Sumber Hidup Sejati” di Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Jurnal Zootek, 36(2), 262-270. Direktorat Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Sumatera Utara. (2019).

http://dishanpangternak.sumutprov.go.id/. Diakses 08 Agustus 2020.

Halid, A., Muhtar.M, & Mokodompit, S.Y. (2017). Financial Feasibility Analysis, Small Business Farm Beef Cattle Livestock in Gorontalo District. Jurnal Perspektif

Pembiayaan dan Pembangunan Daerah, 5(2), 105 - 114.

Haloho, R. D. (2020). Analisis Usaha Penggemukan Sapi Potong dengan Menggunakan Paradigma Agribisnis (Studi Kasus pada Peternakan Sapi Potong Molan) di Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai Provinsi Sumatra Utara. Agrimor, 5 (1), 17-19

Handayanta, E., Rahayu, E.T. & Sumiyati, M. (2016). Analisis Finansial Usaha Peternakan Pembibitan Sapi Potong Rakyat di Daerah Pertanian Lahan Kering Studi Kasus di Wilayah Kecamatan Semin, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sains Peternakan, 14(1), 13-20.

Hastang & Asnawi, A. 2014. Analisis Keuntungan Peternak Sapi Potong Berbasis Peternakan Rakyat di Kabupaten Bone. Jurnal Ilmu dan Industri Peternakan, 1(1), 240-252.

(8)

Mwanga, G., Mujibi, F.D.N., Yonah, Z.O., & Chaguda, M.G.G. (2018). Multi-Country Investigation of Factors Influencing Breeding Decisions by Smallholder Dairy Farmers in Sub-Saharan Africa. Trop. Anim. Health Prod, 51(2), 395-409.

Nurwahidah, J., Tolleng, A.L. & Hidayat, M.N. (2016). Pengaruh Pemberian Pakan Konsentrat dan Urea Molases Blok (UMB) terhadap Pertambahan Berat Badan Sapi Potong. JIIP,

2(2), 111-121.

Putri, G.N., Sumarjono, D. & Roessali, W. (2019). Analisis Pendapatan Usaha Sapi Potong Pola Penggemukkan pada Anggota Kelompok Tani Ternak Bangunrejo II di Desa Polosiri Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Agrisocionomic, 3(1), 39-49.

Rathod, P., M. Chander, & C. Sharma. G. (2017). Adoption Status of Artificial Insemination in Indian Dairy Sector : Application of Multinomial Logit Model Multinomial Logit Model. J. Appl. Anim. Res, 45(1), 442–446.

Rouf, A.A & Munawaroh, S. (2016). Analisis Efisiensi Teknis dan Faktor Penentu Inefisiensi Usaha Penggemukan Sapi Potong di Kabupaten Gorontalo. Jurnal Pengkajian dan

Pengembangan Teknologi Pertanian, 19(2), 103-118.

Sandi, S., Desiarni, M & Asmak. (2018). Manajemen Pakan Ternak Sapi Potong di Peternakan Rakyat di Desa Sejaro Sakti Kecamatan Indralaya Kabupaten Ogan Ilir. Jurnal

Peternakan Sriwijaya, 7(1), 21-29.

Santosa, U. (2010). Mengelola Peternakan Sapi Secara Profesional. Jakarta: Penebar Swadaya.

Soekartawi. (2002). Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Syafrial., Susilawati, E. & Bustami. (2007). Manajemen Pengelolaan Penggemukan Sapi

Potong. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Balai Besar Pengkajian Dan

Pengembangan Teknologi Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.

Tanjungsari, A. (2020). Strategi Pemberdayaan Peternak Sapi Bali Akibat Pandemi Covid-19 di Desa Tiga, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Jurnal Biologi dan

Pembelajarannya, 7(2), 8-14.

Wahyuni, T. (2017). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Kelompok Tani Ternak Sapi Di Desa Penyesawan Kecamatan Kampar (Studi Kasus Kelompok Tani Bukik Batang Potai). JOM Fekon, 4(1), 597-607.

Referensi

Dokumen terkait

Pada masa kini, energi listrik sudah menjadi hal yang penting dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Dari sektor perumahan hingga industri semuanya membutuhkan

Tinjauan pustaka memuat uraian yang sistematik dan relevan dengan topik/masalah yang dibahas pada laporan kerja praktek. Teori dan konsep dasar penunjang topik yang akan

Dari produksi cabai rawit maka dapat dilakukan penawaran cabai rawit adalah banyaknya jumlah cabai rawit yang ditawarkan pada suatu pasar tertuntu dengan tingkat

Pendapat lain yang menguatkan pendapat di atas adalah pendapat Sajoto (1988), yang mengatakan daya ledak atau power adalah suatu kekuatan yang dipengaruhi

[r]

Sumardjo mengemukakan bahwa cerita pendek adalah cerita yang membatasi diri dalam membahas salah satu unsur fiksi dalam aspek terkecil (Purba, 2010: 51). Cerpen Emak

Bluetooth adalah suatu peralatan media komunikasi yang dapat digunakan untuk menghubungkan sebuah perangkat komunikasi dengan perangkat komunikasi lainnya, Bluetooth

Karena obyek yang diangkat dalam karya ini merupakan proses pembuatan kain endek maka dalam proses pengumpulan data digunakan pendekatan kualitatif yaitu suatu cara