• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INTENSITAS MENGAKSES AKUN INSTAGRAM DAKWAH RUMAYSHOCOM TERHADAP SIKAP KEBERAGAMAAN (survei pada followers

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH INTENSITAS MENGAKSES AKUN INSTAGRAM DAKWAH RUMAYSHOCOM TERHADAP SIKAP KEBERAGAMAAN (survei pada followers"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP SIKAP KEBERAGAMAAN

(survei pada followers Instagram @Rumaysho.com)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Hadijah Titesi Nur Hutomo 11160510000121

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1442 H/ 2020 M

(2)
(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

Hadijah Titesi Nur Hutomo, 11160510000121, Pengaruh

Intensitas Mengakses Akun Instagram Dakwah

Rumayshocom Terhadap Sikap Keberagamaan (Survei Pada

Followers Instagram @Rumaysho.com)

Keberadaan Instagram kerap kali menimbulkan berbagai dampak terhadap pengguna, baik yang bersifat positif maupun negatif. Tak jarang intensitas penggunaannya berdampak pada hal-hal menyimpang yang tidak sesuai dengan nilai-nilai keislaman. Hal tersebut dimanfaatkan oleh pendakwah untuk menjadikan dakwah di Instagram sebagai senjata dalam mencegah kemungkaran. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan sikap keberagamaan individu secara tidak langsung dapat terpengaruh ketika memiliki intensitas yang tinggi dalam melihat Instagram dakwah sebagai media dalam memenuhi kebutuhan akan pengetahuan agama.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan uji teoritik mengenai pengaruh dan seberapa besar pengaruh intensitas mengakses akun Instagram dakwah Rumayshocom terhadap sikap keberagamaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan rumus Slovin terdapat sebanyak 89 responden. Program yang digunakan dalam pengolahan data dan analisis data dalam penelitian adalah software IBM SPSS statistic 20.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang bersifat positif dengan kekuatan hubungan dalam kategori sedang, yaitu 0,545. Artinya semakin tinggi intensitas mengakses Instagram dakwah @Rumaysho.com maka sikap keberagamaan mitra dakwah akan meningkat. Adapun besar pengaruh yang diberikan variabel intensitas terhadap sikap keberagamaan sebesar 29,8%. Berdasarkan skor rata-rata variabel sikap keberagamaan yang memiliki skor mendominasi adalah indikator kognitif, kedua afektif dan ketiga konatif. Hal tersebut menandakan bahwa adanya efek terhadap mitra dakwah berupa timbulnya pemahaman akan pesan dakwah yang disampaikan, adanya rasa mendalami ajaran agama dan timbul kecenderungan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai keislaman.

Kata kunci : Intensitas Mengakses, Sikap Keberagamaan, Instagram, Dakwah

(6)

ii

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim …

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang. Karena berkat rahmat, hidayah, serta inayahNya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul “Pengaruh Intensitas Mengakses Akun Instagram Dakwah

Rumayshocom Terhadap Sikap Keberagamaan (Survei Pada

Followers Instagram @Rumaysho.com)”. Shalawat serta salam

semoga Allah Subhanahu wa ta’ala curahkan kepada junjunganku Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa salam, beserta Para Sahabat dan Keluargannya.

Penulisan skripsi ini merupakan karya tulis ilmiah yang dibuat untuk memenuhi syarat kelulusan dalam studi tingkat akhir (S1) dan mendapat gelar Sarjana Sosial (S.sos) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak kesalahan, kekurangan dan keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Akan tetapi, berkat adanya dukungan, arahan, bimbingan serta motivasi dari berbagai pihak, maka sebagai tanda syukur penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

(7)

iii

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A., selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Suparto, M. Ed., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Dr. Siti Napsiyah, S. Ag, BSW. MSW, selaku Wakil Dekan 1 Bidang Akademik. Dr. Sihabudin Noor, M.Ag, selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum. Drs. Cecep Castrawijaya, M.A, selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan. 3. Dr. Armawati Arbi, M.Si, selaku ketua Jurusan

Komunikasi Penyiaran Islam dan Dr. H. Edi Amin, S.Ag., M.A, selaku sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

4. Dra. Rochimah Imawati M.Psi, selaku Dosen Pembimbing Akademik serta Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu serta pikirannya dalam mengarahkan, membimbing serta memberi masukan kepada penulis selama penulisan skripsi ini berlangsung. Semoga beliau dan keluarga selalu dalam lindungan Allah Subhanahu wa ta’ala.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta pengalamannya kepada seluruh Mahasiswa khususnya penulis.

6. Seluruh Staff Tata Usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Serta seluruh Pengelola Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

(8)

iv

Jakarta. Terima kasih atas pelayanannya selama penulis kuliah sampai Menyusun skripsi ini.

7. Kedua orang tua, ayahanda Sri Hutomo dan Ibunda Siti Asiyatun atas segala kasih sayang, doa serta semangat yang selalu menyertai untuk penulis. Adinda Suci Nur H, yang senantiasa menjadi pemicu semangat penulis. 8. Muhun Guys yang beranggotakan Arina Manistaufia,

Nina Indri A, Shifa Fauziah, Regita Cahyadini, Nanda Astriyadi, Nurul Dwi R, Riska Farisa, Muthi’ah Fiddin, Hamilah S yang terus memberikan support dari masa perkuliahan samapi pembuatan skripsi serta membuat masa-masa kuliah peneliti berwarna dengan kekonyolan mereka.

9. Tim Gibah (Rifa S, Jufrin M, Dysthia, Nisia M) teman sejak SMP yang masih terus memberikan dukungan dan motivasi dalam pembuatan skripsi.

10. Kawan-kawan Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2016 dan khusus KPI C terima kasih banyak atas semua pengalamannya.

11. Kawan-kawan HMJ KPI, DEMA-FIDIKOM terima kasih atas pengalaman berharga dalam berorganisasi selama di perkuliahan dan teman-teman KKN-Radmila terima kasih atas pengalaman bersosialisasi dan menjadi keluarga selama satu bulan penuh di Desa Klebet.

12. Kepada seluruh responden yang telah membantu penelitian penulis serta semua pihak yang telah banyak

(9)

v

berkonstribusi dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada semua pihak. Semoga Allah Subhanahu wa ta’ala senantiasa membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.

Jakarta, 09 Oktober 2020

Hadijah Titesi Nur Hutomo NIM 11160510000121

(10)

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Batasan Masalah... 11

D. Rumusan Masalah ... 11

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

F. Kajian Terdahulu ... 12

G. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 17

A. Teori dan Konsep ... 17

1. Sikap keberagamaan ... 17

2. Intensitas ... 28

3. Dakwah ... 31

4. New Media ... 36

5. Media Sosial ... 37

6. Instagram Sebagai Media Dakwah ... 39

B. Kerangka Berpikir ... 43

C. Hipotesis ... 44

(11)

vii

A. Populasi dan Sampel ... 46

C. Variabel Penelitian ... 48

D. Sumber Data ... 49

E. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ... 50

F. Instrumen Penelitian... 52

G. Teknik Pengumpulan Data ... 55

H. Teknik Pengolahan Data ... 56

I. Uji Instrumen ... 57

J. Teknik Analisis Data ... 62

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 68

A. Temuan Penelitian ... 68 B. Pembahasan ... 90 BAB V PENUTUP ... 102 A. Kesimpulan ... 102 B. Saran ... 103 DAFTAR PUSTAKA ... 105 LAMPIRAN ... 110

(12)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Skala Likert ... 53

Tabel 3. 2 Blue Print Skala Intensitas ... 53

Tabel 3. 3 Blue Print Skala Sikap Keberagamaan ... 54

Tabel 3. 4 Uji Hasil Validitas Variabel X (Intensitas) ... 58

Tabel 3. 5 Uji Hasil Validitas Variabel Y (Sikap Keberagamaan) ... 59

Tabel 3. 6 Nilai Cronbach’s Alpha ... 61

Tabel 3. 7 Hasil Uji Reliabilitas Variabel X ... 61

Tabel 3. 8 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y ... 62

Tabel 3. 9 Penafsiran Tingkat Koefisien Korelasi (r) ... 65

Tabel 4. 1 Data Berdasarkan Jenis Kelamin Responden ... 68

Tabel 4. 2 Data Berdasarkan Usia Responden ... 69

Tabel 4. 3 Data Pendidikan Terakhir Responden... 69

Tabel 4. 4 Respon Terhadap Aspek Perhatian ... 70

Tabel 4. 5 Respon Terhadap Aspek Penghayatan ... 72

Tabel 4. 6 Respon Terhadap Aspek Durasi ... 73

Tabel 4. 7 Respon Terhadap Aspek Frekuensi... 74

Tabel 4. 8 Rekapitulasi Skor Variabel Intensitas Mengakses ... 76

Tabel 4. 9 Respon Terhadap Aspek Kognitif ... 77

Tabel 4. 10 Respon Terhadap Aspek Afektif ... 79

Tabel 4. 11 Respon Terhadap Aspek Konatif ... 81

Tabel 4. 12 Rekapitulasi Skor Variabel Sikap Keberagamaan ... 83

Tabel 4. 13 Output Uji Normalitas... 85

Tabel 4. 14 Output Uji Regresi Linear Sederhana ... 86

Tabel 4. 15 Output Uji Korelasi ... 88

Tabel 4. 16 Output Uji Korelasi Determinasi ... 89

(13)

ix

Tabel 4. 18 Temuan Pengaruh Intensitas Mengakses Akun Instagram @Rumaysho.com dan Besar Pengaruhnya ... 95 Tabel 4. 19 Besar Pengaruh Terhadap Responden... 97 Tabel 4. 20 Temuan Penelitian Pengaruh dan Seberapa Besar Pengaruh Intensitas Mengakses Akun Instagram Dakwah @Rumayshocom Terhadap Sikap Keberagamaan ... 99

(14)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Penggunaan Instagram di Indonesia ... 3

Gambar 1. 2 Logo Instagram @Rumaysho.com ... 7

Gambar 2. 1 Profil Akun Instagram Dakwah @Rumaysho.com ... 40

Gambar 2. 2 Kolom Komentar Unggahan Akun Instagram dakwah @Rumaysho.com ... 41

Gambar 2. 3 Unggahan foto dan video Akun Instagram dakwah @Rumaysho.com ... 41

Gambar 2. 4 Kajian Online Melalui Instagram Live dan Instagram Story akun dakwah @Rumayshocom ... 42

Gambar 2. 5 Kerangka Pemikiran ... 44

Gambar 4. 1 Konten Akidah Instagram @Rumaysho.com ... 84

Gambar 4. 2 Konten Ibadah Instagram @Rumaysho.com ... 84

(15)

1

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan globalisasi yang semakin modern saat ini membuat semua serba canggih semakin berkembang dan mengalami kemajuan yang pesat. Hal tersebut tentu dimanfaatkan oleh masyarakat dalam mendapatkan informasi yang mereka butuhkan. Perubahan zaman yang pesat tersebut tentunya mempengaruhi banyak aspek mulai dari bidang sosial, budaya, pendidikan dan teknologi. Diantara aspek yang ada bidang teknologilah yang terlihat jelas perkembangannya, terutama dalam bidang komunikasi. Salah satu bentuk inovasi dari perkembangan teknologi komunikasi adalah internet. Keberadaan internet membuat munculnya berbagai macam jenis media sosial baru.

Menurut Van Dijk (2013), Media sosial merupakan flatform media yang memfokuskan pada eksistensi penggunaan yang memfasilitasi mereka dalam beraktivitas maupun berkolaborasi. Karena itu, media sosial dapat dilihat sebagai medium (fasilitor) online yang menguatkan hubungan antar pengguna, sekaligus sebagai sebuah ikatan sosial.1 Salah satu media sosial yang banyak diminati saat ini adalah Instagram. Instagram merupakan media sosial yang banyak digunakan oleh kalangan remaja dan

1 Rulli Nasrullah, Media Sosial & Perspektif Komunikasi Budaya dan Sosioteknologi, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015), h. 11

(16)

dewasa. Media sosial Instagram adalah salah satu jenis platform yang dapat dijadikan sebagai sarana komunikasi terbaru dengan cara membagikan postingan berupa gambar, video maupun fitur-fitur digital menarik secara online kepada pengguna lainnya. Di era millenial saat ini hampir semua orang menggunakan media sosial Instagram untuk mencari informasi dari berbagai jenis bidang yang dibutuhkan.

Berdasarkan data yang penulis dapat, dalam berita yang ditulis oleh Goodnewsfromindonesia.id pada 14 Juni 2020 mengenai penggunaan Instagram di Indonesia yang terus meroket didapatkan bahwa: “Dirilis Napoleon Cat, pada periode Januari hingga Mei 2020, Pengguna Instagram di Indonesia mencapai 69,2 juta (69.270.000) pengguna. Pencapaian itu merupakan peningkatan dari bulan ke bulan atas penggunaan platform berbagi foto ini. Di bulan Januari tercatat sekitar 62,23 juta pengguna, lalu naik pada Februari menjadi 62,47 juta pengguna. Kemudian di bulan berikutnya (Maret) penggunanya semakin membeludak mencapai 64 juta pengguna. Selang sebulan diperoleh data pengguna yang mencapai 65,7 juta, hingga ditutup pada Mei dengan catatan 69,2 juta pengguna. Tak juga dimungkiri para pengguna Instagram di Indonesia didominasi oleh golongan usia produktif, yakni pada rentang 18-34 tahun, atau lazim disebut generasi milenial”.2

2

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2020/06/14/pengguna-instagram-di-indonesia-didominasi-wanita-dan-generasi-milenial diakses pada 20 Juni 2020, Pukul 20.05 WIB

(17)

Gambar 1. 1 Penggunaan Instagram di Indonesia

Sumber: Goodnewsfromindonesia.id

Keberadaan Instagram tentu memiliki fungsi yang dapat dinikmati dan memberikan dampak positif bagi penggunanya, seperti dapat digunakan sebagai media belajar dalam mencari pengetahuan, sebagai penunjang masalah ekonomi, media bersosialisasi dan sebagai lahan memperkenalkan skills yang dimiliki oleh individu.

Namun, Adapun dampak negatif yang timbul seperti

membuat seseorang kecanduan dan malas sehingga membuat kegiatan lainnya terbengkalai bahkan termasuk urusan ibadah kepada Tuhan yang Maha Esa, banyaknya pengguna yang menggungah foto dan video pornografi sehingga tak sedikit menjadikan banyaknya pelecehan seksual, timbulnya pergaulan bebas, merusak Kesehatan mental, munculnya sifat ria, kurangnya toleransi dan beredarnya berita hoax (tidak benar) tanpa adanya klarifikasi yang dapat menimbulkan banyak masalah dan perpecahan dengan adanya pemahaman berbeda-beda yang kemudian membuat seseorang mudah terhasut.

(18)

Jika sudah terihat hal menyimpang yang tidak sesuai dengan

norma-norma ajaran agama islam sebaiknya diantara mereka, yaitu para pendakwah (da’i) untuk memberikan peringatan dengan mengajak dan menyeru untuk melakukan kebajikan. Hal tersebut sejalan dengan firman Allah Subhanahu wa ta’ala dalam Q.S. Ali-Imran ayat 104:

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.

Senjata yang dapat dilakukan untuk mencegah kemungkaran adalah dengan berdakwah. Dakwah merupakan kegiatan dengan lisan maupun tulisan yang bertujuan untuk menyeru, mengajak dan memanggil manusia lainnya beriman dan mentaati perintah Allah Subhanahu wa ta’ala. Masdar Helmy mengatakan bahwa, “dakwah adalah mengajak dan menggerakan manusia agar mentaati ajaran-ajaran Allah Subhanahu wa ta’ala (islam) termasuk amar ma’ruf nahi munkar untuk bisa memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat”.3

Pada hakekatnya dakwah merupakan komunikasi, karena dakwah bersifat mempengaruhi seseorang untuk berbuat kebaikan. Keduanya merupakan aktivitas yang hampir sama

(19)

secara terminologinya. Dakwah dan komunikasi memiliki penafsiran yang tidak jauh berbeda, meski ada pula perbedaan yang ada tetapi keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu adanya partisipasi dari komunikan (mad’u) atas ide maupun pesan yang disampaikan oleh komunikator (da’i) sehingga dari ide atau pesan yang disampaikan tersebut terjadi perubahan kepercayaan, sikap dan perilaku yang diharapkan. Dalam berdakwah ada pula tujuan untuk mengharapkan terbentuknya perubahan serta pembentukan sikap, maupun perilaku yang sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan Hadis sebagai sumber ajaran islam.

Pada saat ini berdakwah bukan hanya bercakap semacam berceramah diatas podium dengan para jama’ah, melainkan memanfaatkan adanya media sosial yang berkembang, yaitu Instagram. perkembangan dakwah memerlukan perhatian terhadap perkembangan teknologi komunikasi dengan mengharapkan dakwah mudah diterima dimanapun dan kapanpun agar dakwah tidak terkesan ketinggalan zaman. Hal tersebut membuat para da’i seharusnya mampu memanfaatkan perkembangan teknologi tersebut secara maksimal dalam mengembangkan risalah dakwah, agar komunikannya (mad’u) memiliki ketertarikan. Karena dalam penyebaran ajaran agama, anonimitas internet (media sosial) menjadi tantangan terbesar bagi praktis agama di dunia maya, khususnya para da’i.4

4 Fazlul Rahman. Matinya Sang Da’I (Otominasi Pesan-Pesan Keagamaan di Dunia Maya). (Tangerang Selatan: LSIP, 2011) h. 106

(20)

Kemajuan dakwah melalui Instagram saat ini semakin terlihat dari jumlah akun-akun Instagram dakwah yang semakin banyak, para pendakwah berlomba-lomba menyebarkan konten berisikan pesan tentang nilai-nilai islam yang bersumber dari Al-Quran maupun Hadits dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai agama. Metode yang digunakan dalam berdakwah melalui Instagram begitu unik, yaitu dengan menggungah gambar maupun video yang didesain secara visual yang menarik tetapi inti dari pesan dakwah tersebut tidak dihilangkan.

Adapun terdapat beberapa akun Instagram dakwah, seperti @berani.hijrah, @shiftmedia.id, @muslimorid, @yufid.id, @adihidayatofficial, @teladan.rasul, @dakwah.vidgram dan masih banyak akun lainnya. Namun penulis tertarik pada salah satu akun Instagram yang memanfaatkan media sosial sebagai media berdakwah, yaitu Rumayshocom. Akun Instagram tersebut dibina oleh Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, S.T., M. Sc dengan latar belakang pendidikan formal yang dimiliki oleh beliau sejak SD sampai SMA ditempuh melalui pendidikan umum dan menempuh pendidikan di perguruan tinggi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan King Saud University (Riyadh-KSA). Beliau merasakan indahnya ajaran islam dan nikmat menuntut ilmu agama saat menempuh pendidikan non-formal di Ma’had Al-‘Ilmi, berguru kepada Ustadz Aris Munandar, M.A. dan Ustadz Abu Isa dan para ulama yang menjadi guru. Setelah

(21)

memperdalami ilmu agama, saat ini beliau mampu menghasilkan karya tulis yang mencapai 63 buku dan 4.684 artikel.5

Selain itu, melalui akun Instagram yang dibina olehnya, beliau mencoba menyebarkan pesan-pesan islam melalui unggahan gambar, video maupun melalui fitur-fitur digital yang dikemas menjadi konten dakwah yang menarik dengan konsep yang Instagramable. Selain tampilannya yang menarik akun tersebut berisikan dakwah dengan video-video pendek maupun gambar yang berisi ceramah, tanya jawab permasalahan agama, hal-hal yang menyimpang dari norma-norma agama, nasehat islam, renungan, maupun kutipan para ulama terdahulu berkaitan dengan fenomena yang sedang berkembang di masyarakat.

Gambar 1. 2 Logo Instagram @Rumaysho.com

Terhitung sejak Juni 2020 akun Rumayshocom memiliki 799.000 followers (pengikut), dengan unggahan sebanyak 1.416 gambar dan video yang selalu dibanjiri like maupun comment. Banyaknya respon yang terdapat dalam unggahan akun Rumayashocom menandakan para pengguna Instagram memiliki antusias yang tinggi terhadap unggahan dakwah islam yang disajikan.

(22)

Sasaran dakwah pada akun Instagram dakwah Rumayshocom adalah kalangan pengguna aktif Instagram, yaitu generasi muda seperti remaja, pelajar maupun mahasiswa. Masa remaja merupakan fase dimana seseorang dalam pencapaian jati diri, memiliki rasa keingintahuan yang tinggi terhadap ajaran agama dan memahami ajaran agama dan adanya kemungkinan mengamalkan ajaran agama hanya secara ikut-ikutan karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman akan agama.

Sedangkan, usia dewasa awal memasuki suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, perubahan nilai-nilai dan penyesuaian diri. Memiliki pemahaman yang mendalam mengenai ajaran agama, akan tetapi masih memiliki keinginan untuk memperdalam ajaran agama dari berbagai sumber yang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap sikap keberagamaannya. Kedua hal tersebut membuat kita para pengguna media sosial harus cerdas dan berhati-hati saat menerima informasi dari manakah sumbernya. Karena secara tidak langsung berdakwah melalui media sosial dapat mempengaruhi pola pikir dan ideologi dalam beragama.

Ketika seseorang rutin mengakses akun Instagram dakwah dalam keterbukaan akan media dan pesan-pesan yang ada secara tidak langsung akan timbul efek atau pengaruh pada dirinya, hal tersebut membuat pengetahuan serta pemahaman tentang agama semakin bertambah. Bertambahnya pengetahuan dan pemahaman tersebut akan berpengaruh terhadap sikap keberagamaan seseorang, dimana seseorang dalam kehidupan sehari-hari

(23)

memiliki suatu pemahaman, penghayatan serta kecenderungan berperilaku sesuai dengan ketaatan dirinya terhadap Tuhan dan agamanya.

Berdasarkan data yang penulis dapat menurut Saiful Umam, Ph. D, Direktur Eksekutif Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta menyatakan bahwa “akses internet berpengaruh dalam pembentukan dan pemahaman siswa dan mahasiswa, apalagi akses terhadap media sosial dan internet dikalangan siswa dan mahasiswa mencapai 85%”. Beliau juga menyatakan bahwa “paling tidak terdapat tiga faktor utama yang dapat mempengaruhi sikap keberagamaan seseorang, yaitu pengajaran yang diberikan guru atau mentor agamanya, sumber pengetahuan agama yang ada di internet, dan performa pemerintah selama tiga tahun belakangan”.6 Hal tersebut

menandakan bahwa sikap keberagamaan dapat terbentuk karena adanya pengalaman langsung seseorang dalam berinteraksi melalui berbagai unsur lingkungan sosial, salah satu faktor yang mempengaruhi sikap tersebut adalah melalui internet maupun media sosial yang digunakannya.

Namun, banyaknya akun Instagram dakwah saat ini seperti akun Instagram Rumayshocom tidak mengurangi sikap maupun perilaku yang bertentangan dengan ajaran maupun norma-norma agama islam, seperti menerima kebenaran agama hanya sekedar

6 Survei PPIM: internet, Pemerintah, dan Pembentukan Sikap Keberagamaan Generasi Z, https://ppim.uinjkt.ac.id/penelitian/survey-ppim-internet-pemerintah-dan-pembentukan-sikap-keberagamaan-generasi-z/] diakses pada 20 Oktober 2020 Pukul 20.00 WIB

(24)

ikut-ikutan tanpa berdasarkan pemikiran yang matang. Berbagai macam sikap yang bertentangan dengan ajaran agama masih saja dilakukan, masih banyaknya perbuatan menyimpang bersikap negatif terhadap ajaran dan norma-norma agama yang merusak degradasi moral. Padahal, adanya akun Instagram dakwah bertujuan untuk memberikan pengetahuan serta pemahaman mengenai ajaran agama yang berkaitan dengan habluminallah dan habluminannas yang nantinya dapat memberikan pengaruh dalam memahami serta melaksanakan ajaran agama yang diyakininya.

Maka dari itu, berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk memilih penelitian skripsi dengan judul “Pengaruh

Intensitas Mengakses Akun Instagram Dakwah

Rumayshocom Terhadap Sikap Keberagamaan (survei pada

followers Instagram @Rumaysho.com)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjelasan dari latar belakang, penulis mengidentifikasikan permasalahan yang akan dijadikan bahan penelitian selanjutnya.

1. Banyaknya pengguna media sosial Instagram yang terpengaruh oleh unggahan konten-konten negatif yang berisikan hoax (tidak benar), tidak edukatif tanpa adanya klarifikasi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai keislaman. 2. Munculnya sikap dan perilaku menyimpang setelah

(25)

3. Rendahnya tingkat pengetahuan dan pemahaman seseorang mengenai nilai-nilai keislaman.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan menghindari penafsiran yang lebih luas, maka penelitian ini hanya dibatasi pada hal-hal apa saja yang dapat mempengaruhi sikap keberagamaan khalayak dalam lingkup intensitas mengakses akun Instagram dakwah Rumayshocom terhadap sikap keberagamaan pada followers aktif akun Instagram @Rumaysho.com yang digunakan, diantaranya terdapat pada aspek intensitas mencakup: perhatian, penghayatan, durasi dan frekuensi.

D. Rumusan Masalah

Adapun agar penelitian ini berjalan secara sistematis, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat pengaruh intensitas mengakses akun Instagram dakwah Rumayshocom terhadap sikap keberagamaan pada follower Instagram @Rumaysho.com? 2. Seberapa besar pengaruh intensitas mengakses akun Instagram dakwah Rumayshocom terhadap sikap keberagamaan pada follower Instagram @Rumaysho.com?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Terkait dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan uji teoritik mengenai pengaruh intensitas mengakses akun Instagram

(26)

dakwah Rumayshocom terhadap sikap keberagamaan pada followers (pengikut) Instagram @Rumaysho.com.

2. Manfaat Penelitian

a. Secara Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta pengetahuan yang dapat memberikan konstribusi keilmuan dan manfaat di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi terutama bagi studi Komunikasi Penyiaran Islam, khususnya memberikan informasi serta masukan tentang pengembangan media sosial Instagram dalam memperoleh pesan dakwah melalui media yang memberikan pengaruh kepada khalayak.

b. Secara Praktis

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi bagi pengguna media dengan bijak dan dapat menyaring konten maupun pesan dakwah melalui Instagram dengan benar serta dapat menambah wawasan yang bernilai positif dalam hal dakwah dan komunikasi.

F. Kajian Terdahulu

Beberapa penelusuran dan telaah terhadap berbagai hasil kajian yang terkait dengan hal yang berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Skripsi Mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, UIN

(27)

Sunan Kalijaga Yogyakarta. Ditulis oleh Tita R. Nurjanah (2019) “Pengaruh Intensitas Menonton Tayangan Video di Akun Instagram Ustadz Hanan Attaki Terhadap Religiusitas Siswa-Siswi Rohis Al-Hidayah SMKN 1 Subang”. Dalam penelitiannya menghasilkan bahwa terdapat pengaruh intensitas menonton tayangan video di akun Instagram @hanan_attaki terhadap tingkat religiusitas siswa-siswi Rohis Al-Hidayah SMKN 1 Subang, dengan hasil korelasi 0.515>0.355. Persamaan dalam penelitian ini sama-sama berkaitan tentang mengakses intensitas dalam media sosial Instagram dan menggunakan pendekatan kuantitatif. Perbedaan dalam penelitian ini pada objek yang diteliti oleh Tita adalah tentang religiusitas dan Instagram hanan attaki, sedangkan peneliti meneliti tentang sikap keberagamaan dan Instagram @Rumaysho.com.

2. Skripsi Mahasiswi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam, UIN Sunan Ampel Surabaya. Ditulis oleh Elok Latifah (2018) “Pengaruh Akun Dakwah Instagram Terhadap Sikap Keagamaan Siswa Di SMAN 17 Surabaya”. Dengan hasil nilai t hitung 15.544 > t tabel, artinya variabel x mempengaruhi variabel y sebesar 59% dan variabel lain yang mempengaruhi variabel y sebesar 41%. Persamaan pada penelitian ini dengan penelitian yang akan penulis teliti adalah sama-sama membahas tentang dakwah melalui Instagram dan sikap keagamaan, selain itu pendekatan

(28)

yang digunakan yaitu kuantitatif. Adapun perbedaannya, yaitu penelitian ini menggunakan objek Instagram secara umum dengan subjek siswa SMAN 17 Surabaya, sedangkan penulis menggunakan Instagram @Rumaysho.com dengan responden followers akun tersebut.

3. Skripsi Mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Ditulis oleh Afiana Putri “Pengaruh Mengakses akun Instagram Pemuda Hijrah Terhadap Religiusitas Santri Pondok Pesantren Ali Maksun Krapyak Yogyakarta”. Dalam penelitiannya menghasilkan bahwa tidak terdapat hubungan antara variabel mengakses Instagram pemuda hijrah dengan variabel religiusitas. Persamaan keduanya sama-sama meneliti media Instagram dalam berdakwah. Jika penelitian Putri menggunakan Instagram pemuda hijrah, peneliti menggunakan Instagram @Rumaysho.com dan perbedaannya terdapat pada subjek yang diteliti.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh pembahasan skripsi ini secara sistematis, penulis membagi penulisannya ke dalam lima bab yang terdiri dari atas sub-sub bab. Adapun sisematika penulisannya, sebagai berikut:

(29)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memberikan gambaran mengenai permasalahan penelitian: meliputi: Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN TEORI

Pada bab ini menjelaskan secara rinci definisi teori intensitas sikap keberagamaan, dakwah, new media (media baru), media sosial, dan Instagram sebagai media dakwah.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang metodologi yang digunakan dalam penelitian, seperti populasi dan sampel, tempat dan waktu penelitian, sumber data, konseptual dan operasional variabel, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, uji instrument, dan teknik analisis data.

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Bab ini berisikan penjelasan tentang temuan dan pembahasan hasil penelitian. Berisi hasil deskripsi data responden yaitu followers Instagram @Rumaysho.com, deskripsi hasil pengolahan variabel intensitas dan variabel sikap keberagamaan serta hasil analisis data penelitian menggunakan software SPSS versi 20.

BAB V PENUTUP

Berisikan kesimpulan dari hasil pengolahan data temuan dan analisis penelitian serta memberikan saran sebagai masukan

(30)

dari penulis. Selain itu, penulis juga mencamtumkan daftar pustaka yang dipakai sebagai rujukan.

(31)

17

A. Teori dan Konsep

1. Sikap keberagamaan

Sikap (attitude) adalah istilah yang mencerminkan rasa senang, tidak senang, atau perasaan biasa-biasa saja (netral) dari seseorang terhadap sesuatu. Sesuatu itu bisa benda, kejadian, situasi, orang-orang atau kelompok. Kalau yang timbul terhadap sesuatu itu adalah perasaan yang senang, maka disebut sikap positif, sedangkan kalau perasaan tak senang, sikap negatif. Kalau tidak timbul perasaan apa-apa berarti sikapnya netral. Sedangkan, dalam tiga domain ABC, sikap didefinisikan sebagai Affect (perasaan yang timbul), Behaviour (perilaku yang mengikuti perasaan itu), dan Cognition (penilaian terhadap objek sikap).1

Alice Eagly dan Shelly Chaiken (1993) dalam bukunya, The Psychology of Attitudes mencatat adanya dua padangan yang berbeda dalam mendefinisikan mengenai sikap. Satu pandangan memandang sikap sebagai kombinasi dari reaksi- reaksi, perilaku dan kognitif terhadap suatu objek. Menurut pendekatan tricomponent ini, sikap merupakan: (1) reaksi afeksi yang bersifat positif atau negatif atau campuran keduanya mengenai suatu objek, (2) predisposisi perilaku atau kecenderungan bertindak dengan cara tertentu terhadap suatu

1 Sarlito W. Sarwono. Pengantar Psikologi Umum. (Jakarta: Rajawali Pers, 2010) h. 201

(32)

objek, dan (3) reaksi kognitif, sebagai evaluasi pribadi kita terhadap suatu objek yang didasarkan pada keyakinan, impresi dan ingatan kita. Sedangkan menurut pandangan single component, sikap diartikan sebagai evaluasi positif ataupun negatif atas suatu objek yang diekspresikan pada satu level intensitas tidak kurang dan tidak lebih.2

Pada hakekatnya sikap merupakan keadaan internal sebagai penentu tingkah laku individu dalam merespon stimulus. Keadaan internal tersebut yang kemudian menyebabkan munculnya kesiapan individu untuk merespon suatu objek tertentu. Sikap yang dimiliki seseorang dalam merespon suatu objek berbeda-beda. Perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa hal, seperti adanya perbedaan dalam minat, pengetahuan, pengalaman, lingkungan, maupun intensitas perasaan individu.

a. Aspek-Aspek Sikap

Sikap seseorang dapat ditentukan oleh tiga komponen berikut, yakni komponen kognitif, komponen afektif dan komponen perilaku (Manstead, 1996; Stickland, 2001).3

1. Komponen kognitif merupakan pikiran, keyakinan atau ide seseorang tentang suatu objek. Berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.

2 Suryanto dkk. Pengantar Psikologi Sosial. (Surabaya: Airlangga University Press, 2012) h. 258

3 Fattah Hanurawan. Psikologi Sosial. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010) h. 65

(33)

2. Komponen afektif menunjukkan pada emosional individu atau perasaan yang dihubungkan dengan suatu objek sikap. Afeksi sebagai komponen aktif menunjukkan perasaan, respek, atau perhatian kita terhadap objek tertentu, seperti ketakutan, kesukaan atau kemarahan. 3. Komponen konatif merupakan kecenderungan untuk

berperilaku pada cara-cara tertentu terhadap objek sikap atau mengimplementasikan perilaku sebagai tujuan terhadap objek.

b. Keberagamaan

Istilah keberagamaan berasal dari kata dasar agama yang berarti segenap kepercayaan kepada Tuhan. Beragama berarti memeluk atau menjalankan agama. Keberagamaan berasal dari bahasa inggris religiosity dari akar kata religy yang berarti agama. Religiosity merupakan wujud kata dari religious yang berarti beragama, beriman. Kata keberagamaan merupakan kesadaran diri seseorang untuk menjalankan suatu ajaran dari suatu agama yang dianut, adapaun agama yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Islam.4 Suatu perwujudan sikap dan perilaku yang berkaitan dengan akidah, ibadah serta akhlak seseorang dan hal-hal yang dianggap suci yang berasal dari Allah Subhanahu wa ta’ala.

Jalaluddin Rakhmat mengemukakan keberagamaan sebagai kecenderungan seseorang untuk hidup sesuai dengan aturan

4 Idrus Ruslan. Kontribusi Lembaga-Lembaga Keagamaan Dalam Pengembangan Toleransi Antar Umat Beragama di Indonesia. (Lampung: Arjasa Pratama, 2020) h. 13

(34)

agama.5 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agama mempunyai makna sebagai sistem yang mengatur taat keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan yang Maha kuasa serta taat kaidah berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.6 Secara lebih

khusus, agama diartikan sebagai suatu sistem keyakinan yang dianut serta tindakan-tindakan yang diwujudkan oleh seseorang, kelompok maupun masyarakat dalam memberikan respon dan mengisi interpretasi terhadap apa yang dirasakan dan diyakini sebagai yang suci.

Fungsi keberagamaan dalam kehidupan seseorang merupakan sebagai suatu sistem mengenai nilai yang memuat norma tertentu, yang dimana norma-norma tersebut menjadi acuan dalam bersikap sesuai dengan ajaran agamanya. Keberagamaan merupakan tolak ukur ketaatan seseorang terhadap agama yang dianutnya (dalam hal ini islam). Dalam hal ini, dengan adanya keyakinan mengenai suatu ajaran agama, lalu mempraktikkan nilai-nilai agama tersebut dan mengamalkannya dengan baik dan benar, maka fungsi keberagamaan sebagai acuan mengenai nilai-nilai agama berjalan dengan baik. Adapun menurut Yusuf Al Qordhowy pokok-pokok ajaran islam secara garis besar dibagi menjadi 3, sebagai berikut:

5 Sutarto. Pengembangan Sikap Keberagamaan. Peserta Didik. (Institut Agama Islam Negeri Curup) h. 26

6 Website, “KBBI”, https://kbbi.web.id/agama diakses pada tanggal 08 Februari 2020

(35)

1. Akidah

Menurut terminologi akidah ialah sesuatu yang mengharuskan hati membenarkannya, yang membuat jiwa tenang dan menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keragu-raguan.7 Akidah didalam Al-Quran

disebut dengan iman, artinya membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan dan melaksanakan dengan amal perbuatan. Akidah berawal dari keyakinan zat mutlak yang maha Esa yang disebut Allah, Allah Maha Esa dalam zat, sifat, perbuatan dan wujud-Nya. Adapun masalah dalam akidah yang berkaitan dengan: Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat, Iman Kepada Kitab-Kitab Allah, Iman kepada Nabi dan Rasul, Iman Kepada Hari Kiamat dan Iman Kepada Qada’ dan Qadar.

2. Ibadah

Ibadah dalam bahasa Arab diartikan sebagai berbakti, berkhidmat, tunduk, patuh, mengesakan dan merendahkan diri. Dalam istilah diatikan sebagai perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah yang disadari ketaatan untuk mengerjakan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Juga diartikan sebagai segala usaha lahir dan bathin sesuai dengan perintah Tuhan untuk mendapatkan kebahagiaan dan keselarasan hidup, baik terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat maupun sesama alam semesta.8

7 Wahyuddin Achmad, M. Ilyas dkk. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi. (Jakarta: Grasindo, 2009) h. 18

(36)

Ibadah dilakukan dengan penuh ketaatan terhadap Allah Subhanahu wa ta’ala, mengharapkan keridhaan dan perlindungan Allah dan sebagai penyampaian rasa syukur atas segala nikmat hidup yang diterima dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Seperti yang tertera pada lima poin dalam Rukun Islam, yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat, shalat, zakat, puasa dan naik haji, semuanya telah diatur dalam ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah.

3. Akhlak

Akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata khalaqa yang asalnya adalah khuluqum yang berarti perangai, tabiat, adat atau kholaqun yang berarti kejadian, buatan, ciptaan. Akhlak merupakan pelengkap dari keimanan dan keislaman seseorang, karena agama islam merupakan agama yang menjunjung tinggi suatu nilai-nilai moralitas dalam kehidupan manusia. Akhlak yang baik dan keyakinan agama yang kuat akan membentuk suatu moral yang baik. Menurut Ibnu Miskawih, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.9 Adapun ruang lingkup akhlak, sebagai berikut:

a) Akhlak Al-Karimah, atau akhlak yang mulia sangat amat banyak jumlahnya namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan, dan manusia dengan 9 Abuddin Nata. Akhlak Tasawuf. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012). Cet. Ke-11 h. 3

(37)

manusia, akhlak yang mulia, (Akhlak terhadap Allah, Akhlak terhadap Diri sendiri, Akhlak terhadap sesama manusia).

b) Akhlak Al-Mazmumah (akhlak yang tercela), sebagai lawan atau kebalikan dari akhlak yang baik sebagaimana diatas. Seperti: berbohong, takabur, dengki, bakhil atau kikir.

Menurut Jalaluddin mengenai sikap keberagamaan, yaitu merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatanyaa terhadap agama, sikap keberagamaan terwujud oleh adanya konsistensi antara pemahaman terhadap agama sebagai unsur kognitif, perasaan agama sebagai unsur afektif, dan perilaku terhadap agama sebagai unsur konatif.10

Sikap keberagamaan merupakan suatu keadaan internal yang terdapat dalam diri manusia, keadaan tersebut menyebabkan munculnya kesiapan seseorang untuk merespon dan bertingkah laku atau melakukan aktivitasnya selalu bertautan dengan agamanya. (dalam hal ini islam). Sikap keberagamaan merupakan integrasi serta kompleksitas antara pengetahuan agama, perasaan agama, serta tindakan agama dalam diri seseorang.11 Hal tersebut memiliki keterkaitan antara komponen-komponen sikap yang terdiri dari kognitif,

10 Jalaluddin. Psikologi Agama. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996) cet 1, h. 197

11 Dahwadin, dan Farhan, Sifa. Motivasi dan Pembelajaran Pendidikan Agama. (Wonosobo, Mangku Bumi Media, 2019) h. 95

(38)

afektif dan konatif dengan pokok-pokok ajaran islam mencakup akidah, ibadah dan akhlak.

Sikap keberagamaan memiliki segi motivasi, diartikan bahwa sikap keberagamaan senantiasa mendorong untuk berusaha dan bergerak untuk mencapai suatu tujuan. Sikap keberagamaan dapat berbentuk suatu pengetahuan yang diikuti oleh kesediaan dan kecenderungan untuk bertingkahlaku sesuai pengetahuan yang dimiliki. Sikap keberagamaan berbeda dengan kebiasaan tingkah laku beragama, yang dimana hal tersebut hanya sebuah tingkah laku yang secara otomatis hanya untuk mempermudah hidup.12

Menurut Zakiyah Darajat, sikap keberagamaan terbentuk melalui pengalaman langsung melalui interaksi dengan berbagai unsur lingkungan sosial, mislanya hasil kebudayaan, orang tua, guru, teman sebaya, masyarakat, dan sebagainya.13

Sururin telah mengemukakan secara lengkap, karakteristik sikap keberagamaan (sikap spiritual), sebagai beriut:14

a) Kebenaran mengenai agama diterima dengan pertimbangan pemikiran yang matang, bukan secara ikut-ikutan.

b) Memiliki sikap yang realistis, dimana norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku dalam keseharian.

12 Sutarto. Pengembangan Sikap Keberagamaan. Peserta Didik. (Institut Agama Islam Negeri Curup) h. 26

13 Dzakiya Drajat. Ilmu Jiwa Agama. (Jakarta: Bulan Bintang, 2003) h. 58 14 Dahwadin, dan Farhan Sifa. Motivasi dan Pembejalaran PAI, h. 95

(39)

c) Memiliki sikap yang positif terhadap ajaran dan norma-norma agama serta berusaha untuk mempelajari dan mendalami pemahaman agama islam.

d) Memiliki tanggung jawab dan pertimbangan terhadap diri sendiri mengenai tingkat ketaatan beragama, karena sikap keberagamaan adalah realisasi dari sikap hidup.

e) Memiliki sikap yang lebih terbuka dan wawasan yang luas mengenai pengetahuan agama serta bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama yang disampaikan sehingga munculnya kemantapan dalam beragama yang datangnya dari pikiran dan hati nurani.

f) Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe-tipe kepribadian masing-masing, kemudian terlihat adanya pengaruh kepribadian menerima, memahami serta dapat melaksanakan ajaran agama yang diyakininya.

c. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Sikap

Keberagamaan

Dalam sebuah interaksi sosial, proses belajar sosial mulai terbentuk dimana adanya kegiatan saling mempengaruhi satu sama lain yang akan membentuk pola sikap individu terhadap berbagai macam objek psikologis yang dihadapinya. Sikap keberagamaan yang dimiliki seseorang berbeda-beda antara satu dengan lainnya, dimana dengan sikap tersebut seseorang

(40)

menjadi patuh dan tunduk terhadap perintah agama terhadap dirinya.

Sikap keberagamaan dapat berubah berdasarkan banyaknya kondisi, baik adanya pengaruh dari dalam maupun dari luar individu itu sendiri. Pengaruh dari dalam membuat bertambahnya pengetahuan dan wawasan yang kemudian menumbuhkan kesadaran sehingga terjadilah perubahan sikap, sedangkan pengaruh dari luar seperti lingkungan maupun pergaulan. Adapun menurut Azwar (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terhadap suatu objek antara lain:15

1. Pengalaman Pribadi. Pengalaman pribadi seseorang dapat menjadi dasar pembentukan sikap apabila pengalaman tersebut meninggalkan kesan yang kuat dan melibatkan faktor emosional. Dalam suatu yang emosional, penghayatan terhadap sesuatu pengalaman pribadi akan lebih mendalam dan lebih lama membekas.

2. Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting. Orang yang dianggap paling penting adalah sosok individu yang memiliki power. Umumnya, individu cenderung bersikap konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting sebagai wujud adanya suatu afiliasi serta menghindari adanya konflik.

15 A. Wawan dan Dewi M. Teori dan Pengukuran (Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia), (Yogyakarta: Nuha Medika, 2010) h. 35-36

(41)

3. Pengaruh Kebudayaan. Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap seseorang terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakat karena memberikan corak pengalaman kepada masing-masing individu.

4. Media. Adanya pemberitaan pada suatu media cetak maupun media elektronik seharusnya dikemas secara faktual dan objektif, jika pesan yang disampaikan media cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya dan intensitas dalam penggunaannya, makan akan mengakibatkan pengaruh kepada sikap komunikannya atau penikmatnya. Kemudian, munculnya efek media, suatu efek yang dapat diukur sebagai hasil

5. Pengaruh Lembaga Pendidikan dan Agama. Lembaga pendidikan dan agama merupakan sistem yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap karena keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Oleh karena konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sistem kepercayaan, maka tidak mengherankan jika pada gilirannya akan menentukan pembentukan sikap. 6. Pengaruh Emosional. Kadang kala sikap merupakan

pernyatan yang didasari emosi sebagai salah satu penyaluran frustasi atau pengalihan mekanisme pertahanan ego. Salah satu bentuk sikap yang didasari oleh emosi adalah prasangka.

(42)

2. Intensitas

a. Pengertian Intensitas

Intensitas memiliki arti keadaan tingkatan atau ukuran intensitasnya, berasal dari kata intens yang berarti hebat atau sangat kuat (tentang kekuatan, efek, dan sebagainya), tinggi (tentang mutu), bergelora, penuh semangat, berapi-api, berkobar-kobar (tentang perasaan), sangat emosional (tentang orang).16

Chaplin (2009) menjelaskan tiga arti intensitas, yaitu: (1) Satu sifat kuantitatif dari satu pengindraan, yang berhubungan dengan intensitas perangsangnya, (2) Kekuatan sebuah tingkah laku atau sebuah pengalaman, (3) Kekuatan yang mendukung suatu pendapat atau suatu sikap. Menurut Horiggan (Novianto, 2013), menjelaskan bahwa dalam intensitas penggunaan internet seseorang, terdapat dua hal mendasar yang perlu diamati, yaitu frekuensi internet yang sering digunakan dan lama menggunakan tiap kali mengakses internet yang dilakukan oleh pengguna.17

Sedangkan menurut Ajzen (1991) intensitas diartikan sebagai suatu usaha individu dalam melakukan suatu tindakan, yang dimana tindakan tersebut dilakukan pada

16 Website “KBBI”, diakses pada tanggal 08 Februari 2020 pukul 14.00 WIB dari https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/intens

17 Faiz, Noormiyanto. “Pengaruh Intensitas Anak Mengakses Gadget dan Tingkat Kontrol Orangtua Anak Terhadap Interaksi Sosial Anak SD Kelas Tinggi di SD 1 Pasuruhan KIdul Kudus jawa Tengah” E-jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas PGRI Yogyakarta. Volume 5, Nomor 1 Januari 2018.

(43)

kurun waktu tertentu dan memiliki jumlah volume tindakan yang dikatakan memiliki intensitas.18

Dari beberapa penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa intensitas adalah kekuataan ataupun kesungguhan seseorang dalam mengakses atau mengkonsumsi media untuk mendapatkan sesuatu yang menjadi tujuannya. Mengakses adalah kegiatan seseorang dalam menggunakan atau mengkonsumsi suatu media. Penggunaan media terdiri dari jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media, jenis isi media, media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan.19

Intensitas dalam mengakses suatu media akan mempengaruhi sikap dan tindakan khalayak, selain itu intensitas mengakses tidak hanya melihat seberapa dekat khalayak dengan media, tetapi melihat keterbukaan khalayak dalam menerima pesan-pesan yang ada di media.

b. Aspek- aspek Intensitas

Penggunaan media pada dasarnya akan dipengaruhi oleh intensitas mengakses oleh penggunannya. Dalam hal

18 Awaliya Frisnawati. “Hubungan Antara Intensitas Menonton Reality Show Dengan Kecenderungan Perilaku Prososial Pada Remaja.” E-Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan. Volume 1, Nomer 1 Desember 2012.

19 Jalaludin Rakhmat. Metode Penelitian Komunikasi dilengkapi dengan Contoh Analisis Statsitik. (Bandung: Remaja Rosdakarta, 2005) h. 66

(44)

ini, Ajzen membagi intensitas menjadi empat aspek, yaitu:20

1. Perhatian, merupakan konsentrasi individu dalam mengakses media yang memiliki makna tersembunyi karena adanya ketertarikan terhadap objek tertentu yang menjadi target perilaku. Hal ini digambarkan bahwa khalayak bersifat aktif dalam menggunakan media sesuai dengan kebutuhannya. Adanya pemenuhan kebutuhan tersebut membuat khalayak memusatkan perhatiannya dalam mengakses media. 2. Penghayatan, merupakan pemahaman dan penyerapan

akan suatu pesan ataupun informasi yang kemudian informasi tersebut dipahami, dinikmati, dan disimpan sebagai pengetahuan baru bagi individu yang bersangkutan.

3. Durasi, merupakan berapa lamanya waktu yang digunakan individu untuk melakukan perilaku atau kegiatan yang menjadi target. Melihat berapa lama khalayak bergabung dengan suatu media (berapa menit dalam sehari, atau berapa jam khalayak mengakses media).

4. Frekuensi, merupakan banyaknya pengulangan penggunaan media. Masing-masing individu memiliki frekuensi yang berbeda-beda dalam keinginannya

20 Aulia, N Rahma. “Pengaruh Intensitas Mengakses Instagram Terhadap Perilaku Konsumtif Siswa-Siswi SMA Muhammadiyah 1 Kota Magelang”. (Skripsi, Yogyakarta: Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga, 2018), h. 15-16

(45)

mendapatkan informasi, tergantung ketertarikan dan kebutuhan. Contoh: seberapa sering media sosial Instagram digunakan untuk mengakses konten dakwah dalam suatu kurun waktu tertentu.

3. Dakwah

a. Pengertian Dakwah

Menurut etimologi (bahasa) dakwah berasal dari bahasa Arab da’a – yad’u – da’watan yang memiliki arti mengajak, menyeru, memanggil. Dalam bahasa islam pengertian dakwah adalah suatu tindakan dalam megkomunikasikan pesan-pesan islam.

M. Quraisy Shihab mendefiniskan dakwah sebagai seruan atau ajakan kepada situasi yang lebih baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Perwujudan dakwah bukan sekedar usaha peningkatan pemahaman keagamaan dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas. Sedangkan, Nasarudin Latif menyatakan, bahwa dakwah adalah “setiap aktivitas dengan lisan maupun tulisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan mentaati Allah Subhanahu wa ta’ala”.21 Kegiatan dakwah merupakan sebuah kewajiban yang syar’i yang tercantum dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah, berikut

21 Abdul, Pirol, Komunikasi dan Dakwah Islam, (Yogyakarta: Deepublish, 2018) h. 7

(46)

salah satu ayat berdakwah. Sebagaimana firman Allah menyatakan:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. An-Nahl [16]: 125)

Dapat dikatakan bahwa dakwah merupakan suatu komunkasi yang bersifat persuasif, ajakan yang dilakukan oleh seorang da’I (komunikator) untuk mengajak kepada ajaran-ajaran Allah (islam) sebagai pesan yang disampaikan oleh mad’u (komunikan) penerima pesan dakwah. Dakwah pada dasarnya merupakan sebauh proses komunikasi. Komunikasi antar dua arah, yang mengajak dan yang diajak, yang diajak dan yang menerima ajakan. Hal tersebut tergambar pada definisi dakwah itu sendiri yang mencerminkan sebuah aktivitas yang melibatkan dua orang sebagai subjek dan komunikan sebagai objek dalam penyampaian suatu pesan dengan tujuan tertentu.22

(47)

b. Unsur- Unsur Dakwah

Dalam berdakwah terdapat bagian-bagian yang terkait yang disebut unsur-unsur dakwah, sebagai berikut:23

1. Subjek dakwah

Dalam hal ini yang dimaksud dengan subjek dakwah adalah yang melaksanakan tugas-tugas dakwah, orang itu disebut da’i atau mubaligh. Dalam aktivitasnya subjek dakwah dapat secara individu ataupun bersama-sama dan pengertian subjek dakwah yang terorganisasi, dapat dibedakan dalam tiga komponen, yaitu da’i, perencana dan pengelola dakwah.

Dalam berdakwah para da’i juga harus mempunyai kecerdasan yang baik dalam menyampaikan pesan dakwahnya.24 Menjadi seorang da’i harus memiliki syarat tertentu, diantaranya menguasi isi kandunga Al-Qur’an dan Sunnah Rasul dan hal-hal yang berhubungan dengan tugas dakwah seperti menguasai ilmu pengetahuan yang ada hubungannya dengan tugas-tugas dakwah, serta taat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Dalam penelitian ini yang menjadi da’i (komunikator) dalam Instagram dakwah @Rumaysho.com adalah Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, S.T., M. Sc.

23 Syamsuddin AB, Pengantar Sosiologi Dakwah, h. 14-16

24 Armawati Arbi, Psikologi Komunikasi dan Tabligh, (Jakarta: Amzah, 2012) h. 83

(48)

2. Objek dakwah (audience)

Objek dakwah adalah setiap orang atau kelompok orang yang dituju atau menjadi sasaran suatu kegiatan dakwah. Berdasarkan pengertian tersebut, maka setiap manusia tanpa membedakan jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan, warna kulit, dan lain sebagainya, adalah sebagai objek dakwah. Adapun objek dakwah dapat digolongkan menjadi dua kelompok: (1). Umat dakwah, umat yang belum menerima, meyakini dan mengamalkan ajaran agama islam, (2). Umat ijabah, umat yang secara ikhlas memeluk agama islam dan kepada mereka sekaligus dibebani kewajiban untuk melaksanakan dakwah. Mad’u dalam penelitian ini adalah khalayak yang mengakses akun Instagram dakwah @Rumaysho.com.

3. Materi dakwah

Materi dakwah adalah isi pesan yang disampaikan oleh da’i kepada objek dakwah, yakni ajaran islam sebagaimana tersebut dalam Al-Qur’an dan Hadis. Agama islam yang bersifat universal yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, dan bersifat abadi sampai akhir zaman serta mengandung ajaran-ajaran tentang tauhid, akhlak dan ibadah. Sebelum menentukan materi dakwah diharapkan seorang dai’i untuk mengkaji objek dakwah dan strategi dakwah yang digunakan agar terhindar dari hal-hal yang dapat menghambat ketika berdakwah.

(49)

4. Metode dakwah

Metode dakwah adalah cara-cara menyampaikan pesan kepada objek dakwah, baik itu kepada individu, kelompok maupun masyarakat agar pesan-pesan tersebut mudah diterima, diyakini, dan diamalkan. Dalam perkembangannya di era sekarang ini, dakwah disampaikan melalui cara dan sarana yang berbeda namun tidak keluar dari garis asas metode dakwah yang sesuai dengan perintah Allah Subhanahu wa ta’ala.

5. Landasan dakwah

a) Pertama, Bil hikmah (kebijaksanaan), yaitu cara-cara penyampaian pesan-pesan dakwah yang sesuai dengan keadaan penerima dakwah. Keistimewaan berdakwah dengan cara bil hikmah adalah memungkinkan dipelajari dan diperoleh karena hikmah adalah sikap perlakuan yang baik dan sifat yang terpuji yang mungkin pelaksanaannya seperti sifat-sifat dan akhlak lainnya.25

b) Kedua, Mau’idah hasanah, yakni memberi nasihat atau mengingatkan kepada orang lain dengan tutur kata yang baik, sehingga nasihat tersebut dapat diterima tanpa rasa keterpaksaan. Pengaruh yang didapat dalam berdakwah menggunakan cara ini

25 Muhammad Abu Al-Fatah, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Akademika Pressindo) h. 325

(50)

adalah dapat menahan dan memutus kemunkaran karena nasihat baik yang diberikan akan lebih menyetuh para mad’u.

c) ketiga, Mujadalah (bertukar pikiran dengan cara yang baik), berdakwah dengan menggunakan cara bertukar pikiran.

4. New Media

Straubhaar dan LaRose mencatat, bahwa adanya perubahan terminologi menyangkut media. Perubahan itu berkaitan dengan perkembangan teknologi, cakupan area, produksi missal (mass production), distribusi massal (mass distribution), sampai pada efek yang berbeda dengan apa yang ada di media massa. Menurut John Vivian, keberadaan media baru seperti internet bisa melampaui pola penyebaran pesan media tradisional; sifat internet, dan yang terpenting bisa dilakukan secara real time. Nicholas Gane dan David Beer memaparkan karakteristik media baru dengan term netwoek, interactivity, information, interface, archive, dan simulation.26

Saat ini teknologi media baru memberi peluang bagi selera dan mengkreasi isi media, seperti Blog, halaman Facebook, portal, dan catatan harian video Youtube.27 New media atau media baru merupakan media yang menggunakan

26 Rulli Nasrullah. Teori dan Riset Media Cyber (Cybermedia), (Jakarta: Kencana, 2014) h. 13-14

27 Beger dkk. Handbook Ilmu Komunikasi. (Bandung: Nusa Media, 2014) h. 381

(51)

internet, media online berbasis teknologi, berkarakter fleksibel, berpotensi interaktif dan dapat berfungsi secara publik. Media baru memiliki ciri utama, yaitu adanya saling keterhubungan aksesnya terhadap khalayak individu sebagai penerima maupun pengirim pesan, kegunaan yang beragam sebagai karakter yang terbuka, interaktivitasnya, dan sifanya yang ada dimana-mana.28

5. Media Sosial

Media sosial adalah media daring yang para penggunaanya dapat berpartisipasi, berbagi dan menciptakan isi meliputi blog, wiki, forum dan dunia virtual. Kaplan dan Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknoogi Web 2.0 dan memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content.29 Media sosial saat ini memiliki banyak jenis fitur digital yang canggih, sehingga membuat media sosial sangat digandrungi oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Selain itu, media sosial sangat dimanfaatkan oleh banyak orang untuk bertukar informasi untuk saling menyapa dan memudahkan segala aktivitas yang dilakukan sehari-hari.

Media sosial memiliki karakter khusus yang tidak dimiliki oleh media lain, menurut Castells et al, dalam buku khusus

28 Dennis McQuail. Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Salemba Humanika, 2011) h. 43

29 Sitti Nurhalimah dkk, Media Sosial dan Masyarakat Pesisir: Refleksi Pemikiran Mahasiswa Pesisir, (Yogyakarta: Deepublish, 2019) h. 27

(52)

yang dimiliki media sosial, salah satunya adalah media sosial berawal dari pemahaman bagaimana media digunakan sebagai sarana sosial di dunia virtual. Tetapi bukan berarti tidak ada karakter umum atau makro, hanya pembahasan karakteristik media sosial dipandang perlu untuk melihat perbedaan dengan media lain.30 Adapun karakteristik media sosial menurut Rulli Nasrullah, yakni:

1. Network (jaringan), media sosial terbangun dari struktur sosial yang terbentuk dalam jaringan atau internet. Jaringan tersebut terbentuk antar official host dimana jaringan yang secara teknologi dimediasi oleh perangkat teknologi.

2. Information (informasi), dalam media sosial informasi menjadi komoditas yang diproduksi, dipertukarkan, dan dikonsumsi oleh setiap individu.

3. Archive (arsip), arsip menjadi sebuah karakter yang menjelaskan bahwa informasi telah tersimpan dan dapat diakses kapanpun melalui perangkat apapun. Setiap informasi yang diunggah melalui media sosial tidak akan hilang begitu saja dalam hitungan hari, minggu, bulan sampai tahun.

4. Interactivity (interaktif), adanya interaksi yang dibangun antar pengguna dan perangkat teknologi.

30 Rulli Nasrullah. Media Sosial: Perspektif Komunikasi Budaya dan Sosioteknologi. (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015) h. 15

(53)

6. Instagram Sebagai Media Dakwah

Aplikasi Instagram pada awalnya bernama Burbn yang didirikan oleh suatu perusahaan Burbn. Inc dan dipelopori oleh Mike Krieger dan Kevin Systrom pada tahun 2010, dimana Burbn merupakan perusahaan starup yang bergerak di bidang pengembangan aplikasi untuk mobile phone. Instagram adalah komunitas yang saling berbagi foto antara satu anggota dengan anggota lainnya dari seluruh dunia. Instagram meyerupai galeri berukuran raksasa dimana setiap orang bisa melihat hasil karya pengguna Instagram yang lain dan menciptakan jaringan pertemanan.31

Instagram sebuah aplikasi untuk mengirimkan informasi dengan mudah dan cepat, informasi tersebut berupa foto dan video yang kemudian di bagikan dan menjadi konsumsi publik. Dalam bukunya yang berjudul Instagram Handbook, Atmoko menjelaskan bahwa ada lima menu utama yang dimiliki Instagram dan terletak dibagian bawah dan adapaun beberapa aktivitas lainnya yang dapat dilakukan, yaitu:32

a. Home Page, halaman utama yang menampilkan foto maupun video terbaru dari pengguna yang telah diikuti. b. Search, menu pencarian akun pengguna lainnya dan

menu pencarian foto maupun video yang sedang popular.

31 Jubilee Enterprise. Instagram untuk Fotografi Digital dan Bisnis Kreatif. (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2012) h. 2

32 Bambang Dwi Atmoko. Instagram Handbook. (Jakarta: Mediakita, 2012) h. 59

(54)

c. Camera, menu untuk menggungan foto atau video serta mengambil foto atau video secara langsung.

d. Profile, menu untuk mengetahui secara detail aktivitas atau informasi pengguna lain yang sudah diikuti.

e. News Feed, fitur ini menampilkan notifikasi terhadap berbagai aktivitas yang dilakukan oleh pengguna Instagram.

f. Comment, bagian dari interaksi namun lebih hidup dan personal. Kita dapat memberikan komentar apapun terhadap foto, baik saran, pujian dan kritik.

g. Instagram Story, terdapat fitur live, type, boomerang, superzoom, focus, rewind and handsfree.

Menurut pengertian diatas penggunaan Instagram dalam penelitian pada akun Instagram @Rumaysho.com dapat mengakses berbagai fitur yang ada dalam media sosial Instagram, diantaranya:

1. Profile, followers atau pengguna akun Instagram dakwah @Rumaysho.com dapat mengakses dan melihat profile dari akun Instagram tersebut

Gambar 2. 1 Profil Akun Instagram Dakwah @Rumaysho.com

(55)

2. Comment, para followers akun Instagram @Rumaysho.com dapat mengungkapkan apa yang mereka rasakan setelah mengakses Instagram @Rumaysho.com.

Gambar 2. 2 Kolom Komentar Unggahan Akun Instagram dakwah @Rumaysho.com

3. Photo dan video, dalam akun Instagram dakwah @Rumaysho.com followers dapat melihat unggahan berupa foto maupun video yang beriskan materi dakwah.

Gambar 2. 3 Unggahan foto dan video Akun Instagram dakwah @Rumaysho.com

(56)

4. Instagram Story, fitur ini digunakan followers untuk dapat melihat aktivitas Instagram dakwah @Rumaysho.com, seperti kajian online melalui Live atau informasi keagamaan yang akan dilakukan.

Gambar 2. 4 Kajian Online Melalui Instagram Live dan Instagram Story akun dakwah @Rumayshocom

Media merupakan alat atau wahana yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber ke penerima. Dalam berdakwah diperlukan adanya media agar dakwah yang disampaikan efektif dan efisien. Media yang dapat digunakan dalam berdakwah meliputi, media antarpribadi, media kelompok, media publik dan media massa, Menurut Hamzah Ya’qub membagi media dakwah menjadi lima: Lisan, tulisan, lukisan atau gambar, audio visual, akhlak.33

Media dakwah di era ini dituntut untuk menyesuaikan pada kebutuhan dakwah, salah satunya melalui media sosial

33 Muhammad Q, Abdullah. Pengantar Ilmu Dakwah. (Penerbit Qiara Media, 2019) h. 40

Gambar

Gambar 1. 1 Penggunaan Instagram di Indonesia
Gambar 1. 2 Logo Instagram @Rumaysho.com
Gambar 2. 2 Kolom Komentar Unggahan Akun  Instagram dakwah @Rumaysho.com
Gambar 2. 4 Kajian Online Melalui Instagram Live  dan Instagram Story akun dakwah @Rumayshocom
+7

Referensi

Dokumen terkait

masalah yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah, “ Apa motif followers Explore Surabaya dalam mengakses akun instagram.

Hal tersebut memperkuat hasil penelitian bahwa terdapat hubungan anatara informasi stunting pada akun instagram @1000_hari (Variabel X) dengan sikap followers

Hasil pada penelitian ini menunjukan bahwa Promosi penjualan tiket pesawat AirAsia Indonesia melalui akun Instagram @airasia_indo berpengaruh signifikan

PENGARUH KREDIBILITAS CELEBRITY ENDORSER BTS DALAM IKLAN TOKOPEDIA TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN (SURVEI PADA FOLLOWERS AKUN INSTAGRAM TOKOPEDIA).. Skripsi ini

Pada setiap prosesnya hingga terselesaikannya skripsi dengan judul PENGARUH AKUN INSTAGRAM @gedeanandaputra TERHADAP MINAT BELJAR EDITING VIDEO yang telah dikerjakan

Adapun interpretasi dakwah komunikasi visual terhadap gambar yang dibagikan dalam penggunaan unsur-unsur desain komunikasi visual melalui akun instagram @haditsku,

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Social Media Marketing (Instagram)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan pada postingan akun Instagram Hanan Attaki yaitu berupa video dakwah dengan penggunaan gaya bahasa yang bervariasi, didukung