• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori dan Konsep

1. Sikap keberagamaan

A. Teori dan Konsep

1. Sikap keberagamaan

Sikap (attitude) adalah istilah yang mencerminkan rasa senang, tidak senang, atau perasaan biasa-biasa saja (netral) dari seseorang terhadap sesuatu. Sesuatu itu bisa benda, kejadian, situasi, orang-orang atau kelompok. Kalau yang timbul terhadap sesuatu itu adalah perasaan yang senang, maka disebut sikap positif, sedangkan kalau perasaan tak senang, sikap negatif. Kalau tidak timbul perasaan apa-apa berarti sikapnya netral. Sedangkan, dalam tiga domain ABC, sikap didefinisikan sebagai Affect (perasaan yang timbul), Behaviour (perilaku yang mengikuti perasaan itu), dan Cognition (penilaian terhadap objek sikap).1

Alice Eagly dan Shelly Chaiken (1993) dalam bukunya, The Psychology of Attitudes mencatat adanya dua padangan yang berbeda dalam mendefinisikan mengenai sikap. Satu pandangan memandang sikap sebagai kombinasi dari reaksi- reaksi, perilaku dan kognitif terhadap suatu objek. Menurut pendekatan tricomponent ini, sikap merupakan: (1) reaksi afeksi yang bersifat positif atau negatif atau campuran keduanya mengenai suatu objek, (2) predisposisi perilaku atau kecenderungan bertindak dengan cara tertentu terhadap suatu

1 Sarlito W. Sarwono. Pengantar Psikologi Umum. (Jakarta: Rajawali Pers, 2010) h. 201

objek, dan (3) reaksi kognitif, sebagai evaluasi pribadi kita terhadap suatu objek yang didasarkan pada keyakinan, impresi dan ingatan kita. Sedangkan menurut pandangan single component, sikap diartikan sebagai evaluasi positif ataupun negatif atas suatu objek yang diekspresikan pada satu level intensitas tidak kurang dan tidak lebih.2

Pada hakekatnya sikap merupakan keadaan internal sebagai penentu tingkah laku individu dalam merespon stimulus. Keadaan internal tersebut yang kemudian menyebabkan munculnya kesiapan individu untuk merespon suatu objek tertentu. Sikap yang dimiliki seseorang dalam merespon suatu objek berbeda-beda. Perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa hal, seperti adanya perbedaan dalam minat, pengetahuan, pengalaman, lingkungan, maupun intensitas perasaan individu.

a. Aspek-Aspek Sikap

Sikap seseorang dapat ditentukan oleh tiga komponen berikut, yakni komponen kognitif, komponen afektif dan komponen perilaku (Manstead, 1996; Stickland, 2001).3

1. Komponen kognitif merupakan pikiran, keyakinan atau ide seseorang tentang suatu objek. Berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.

2 Suryanto dkk. Pengantar Psikologi Sosial. (Surabaya: Airlangga University Press, 2012) h. 258

3 Fattah Hanurawan. Psikologi Sosial. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010) h. 65

2. Komponen afektif menunjukkan pada emosional individu atau perasaan yang dihubungkan dengan suatu objek sikap. Afeksi sebagai komponen aktif menunjukkan perasaan, respek, atau perhatian kita terhadap objek tertentu, seperti ketakutan, kesukaan atau kemarahan. 3. Komponen konatif merupakan kecenderungan untuk

berperilaku pada cara-cara tertentu terhadap objek sikap atau mengimplementasikan perilaku sebagai tujuan terhadap objek.

b. Keberagamaan

Istilah keberagamaan berasal dari kata dasar agama yang berarti segenap kepercayaan kepada Tuhan. Beragama berarti memeluk atau menjalankan agama. Keberagamaan berasal dari bahasa inggris religiosity dari akar kata religy yang berarti agama. Religiosity merupakan wujud kata dari religious yang berarti beragama, beriman. Kata keberagamaan merupakan kesadaran diri seseorang untuk menjalankan suatu ajaran dari suatu agama yang dianut, adapaun agama yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Islam.4 Suatu perwujudan sikap dan perilaku yang berkaitan dengan akidah, ibadah serta akhlak seseorang dan hal-hal yang dianggap suci yang berasal dari Allah Subhanahu wa ta’ala.

Jalaluddin Rakhmat mengemukakan keberagamaan sebagai kecenderungan seseorang untuk hidup sesuai dengan aturan

4 Idrus Ruslan. Kontribusi Lembaga-Lembaga Keagamaan Dalam Pengembangan Toleransi Antar Umat Beragama di Indonesia. (Lampung: Arjasa Pratama, 2020) h. 13

agama.5 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agama mempunyai makna sebagai sistem yang mengatur taat keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan yang Maha kuasa serta taat kaidah berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.6 Secara lebih khusus, agama diartikan sebagai suatu sistem keyakinan yang dianut serta tindakan-tindakan yang diwujudkan oleh seseorang, kelompok maupun masyarakat dalam memberikan respon dan mengisi interpretasi terhadap apa yang dirasakan dan diyakini sebagai yang suci.

Fungsi keberagamaan dalam kehidupan seseorang merupakan sebagai suatu sistem mengenai nilai yang memuat norma tertentu, yang dimana norma-norma tersebut menjadi acuan dalam bersikap sesuai dengan ajaran agamanya. Keberagamaan merupakan tolak ukur ketaatan seseorang terhadap agama yang dianutnya (dalam hal ini islam). Dalam hal ini, dengan adanya keyakinan mengenai suatu ajaran agama, lalu mempraktikkan nilai-nilai agama tersebut dan mengamalkannya dengan baik dan benar, maka fungsi keberagamaan sebagai acuan mengenai nilai-nilai agama berjalan dengan baik. Adapun menurut Yusuf Al Qordhowy pokok-pokok ajaran islam secara garis besar dibagi menjadi 3, sebagai berikut:

5 Sutarto. Pengembangan Sikap Keberagamaan. Peserta Didik. (Institut Agama Islam Negeri Curup) h. 26

6 Website, “KBBI”, https://kbbi.web.id/agama diakses pada tanggal 08 Februari 2020

1. Akidah

Menurut terminologi akidah ialah sesuatu yang mengharuskan hati membenarkannya, yang membuat jiwa tenang dan menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keragu-raguan.7 Akidah didalam Al-Quran disebut dengan iman, artinya membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan dan melaksanakan dengan amal perbuatan. Akidah berawal dari keyakinan zat mutlak yang maha Esa yang disebut Allah, Allah Maha Esa dalam zat, sifat, perbuatan dan wujud-Nya. Adapun masalah dalam akidah yang berkaitan dengan: Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat, Iman Kepada Kitab-Kitab Allah, Iman kepada Nabi dan Rasul, Iman Kepada Hari Kiamat dan Iman Kepada Qada’ dan Qadar.

2. Ibadah

Ibadah dalam bahasa Arab diartikan sebagai berbakti, berkhidmat, tunduk, patuh, mengesakan dan merendahkan diri. Dalam istilah diatikan sebagai perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah yang disadari ketaatan untuk mengerjakan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Juga diartikan sebagai segala usaha lahir dan bathin sesuai dengan perintah Tuhan untuk mendapatkan kebahagiaan dan keselarasan hidup, baik terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat maupun sesama alam semesta.8

7 Wahyuddin Achmad, M. Ilyas dkk. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi. (Jakarta: Grasindo, 2009) h. 18

Ibadah dilakukan dengan penuh ketaatan terhadap Allah Subhanahu wa ta’ala, mengharapkan keridhaan dan perlindungan Allah dan sebagai penyampaian rasa syukur atas segala nikmat hidup yang diterima dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Seperti yang tertera pada lima poin dalam Rukun Islam, yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat, shalat, zakat, puasa dan naik haji, semuanya telah diatur dalam ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah.

3. Akhlak

Akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata khalaqa yang asalnya adalah khuluqum yang berarti perangai, tabiat, adat atau kholaqun yang berarti kejadian, buatan, ciptaan. Akhlak merupakan pelengkap dari keimanan dan keislaman seseorang, karena agama islam merupakan agama yang menjunjung tinggi suatu nilai-nilai moralitas dalam kehidupan manusia. Akhlak yang baik dan keyakinan agama yang kuat akan membentuk suatu moral yang baik. Menurut Ibnu Miskawih, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.9 Adapun ruang lingkup akhlak, sebagai berikut:

a) Akhlak Al-Karimah, atau akhlak yang mulia sangat amat banyak jumlahnya namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan, dan manusia dengan 9 Abuddin Nata. Akhlak Tasawuf. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012). Cet. Ke-11 h. 3

manusia, akhlak yang mulia, (Akhlak terhadap Allah, Akhlak terhadap Diri sendiri, Akhlak terhadap sesama manusia).

b) Akhlak Al-Mazmumah (akhlak yang tercela), sebagai lawan atau kebalikan dari akhlak yang baik sebagaimana diatas. Seperti: berbohong, takabur, dengki, bakhil atau kikir.

Menurut Jalaluddin mengenai sikap keberagamaan, yaitu merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatanyaa terhadap agama, sikap keberagamaan terwujud oleh adanya konsistensi antara pemahaman terhadap agama sebagai unsur kognitif, perasaan agama sebagai unsur afektif, dan perilaku terhadap agama sebagai unsur konatif.10

Sikap keberagamaan merupakan suatu keadaan internal yang terdapat dalam diri manusia, keadaan tersebut menyebabkan munculnya kesiapan seseorang untuk merespon dan bertingkah laku atau melakukan aktivitasnya selalu bertautan dengan agamanya. (dalam hal ini islam). Sikap keberagamaan merupakan integrasi serta kompleksitas antara pengetahuan agama, perasaan agama, serta tindakan agama dalam diri seseorang.11 Hal tersebut memiliki keterkaitan antara komponen-komponen sikap yang terdiri dari kognitif,

10 Jalaluddin. Psikologi Agama. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996) cet 1, h. 197

11 Dahwadin, dan Farhan, Sifa. Motivasi dan Pembelajaran Pendidikan Agama. (Wonosobo, Mangku Bumi Media, 2019) h. 95

afektif dan konatif dengan pokok-pokok ajaran islam mencakup akidah, ibadah dan akhlak.

Sikap keberagamaan memiliki segi motivasi, diartikan bahwa sikap keberagamaan senantiasa mendorong untuk berusaha dan bergerak untuk mencapai suatu tujuan. Sikap keberagamaan dapat berbentuk suatu pengetahuan yang diikuti oleh kesediaan dan kecenderungan untuk bertingkahlaku sesuai pengetahuan yang dimiliki. Sikap keberagamaan berbeda dengan kebiasaan tingkah laku beragama, yang dimana hal tersebut hanya sebuah tingkah laku yang secara otomatis hanya untuk mempermudah hidup.12

Menurut Zakiyah Darajat, sikap keberagamaan terbentuk melalui pengalaman langsung melalui interaksi dengan berbagai unsur lingkungan sosial, mislanya hasil kebudayaan, orang tua, guru, teman sebaya, masyarakat, dan sebagainya.13

Sururin telah mengemukakan secara lengkap, karakteristik sikap keberagamaan (sikap spiritual), sebagai beriut:14

a) Kebenaran mengenai agama diterima dengan pertimbangan pemikiran yang matang, bukan secara ikut-ikutan.

b) Memiliki sikap yang realistis, dimana norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku dalam keseharian.

12 Sutarto. Pengembangan Sikap Keberagamaan. Peserta Didik. (Institut Agama Islam Negeri Curup) h. 26

13 Dzakiya Drajat. Ilmu Jiwa Agama. (Jakarta: Bulan Bintang, 2003) h. 58 14 Dahwadin, dan Farhan Sifa. Motivasi dan Pembejalaran PAI, h. 95

c) Memiliki sikap yang positif terhadap ajaran dan norma-norma agama serta berusaha untuk mempelajari dan mendalami pemahaman agama islam.

d) Memiliki tanggung jawab dan pertimbangan terhadap diri sendiri mengenai tingkat ketaatan beragama, karena sikap keberagamaan adalah realisasi dari sikap hidup.

e) Memiliki sikap yang lebih terbuka dan wawasan yang luas mengenai pengetahuan agama serta bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama yang disampaikan sehingga munculnya kemantapan dalam beragama yang datangnya dari pikiran dan hati nurani.

f) Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe-tipe kepribadian masing-masing, kemudian terlihat adanya pengaruh kepribadian menerima, memahami serta dapat melaksanakan ajaran agama yang diyakininya.

c. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Sikap

Keberagamaan

Dalam sebuah interaksi sosial, proses belajar sosial mulai terbentuk dimana adanya kegiatan saling mempengaruhi satu sama lain yang akan membentuk pola sikap individu terhadap berbagai macam objek psikologis yang dihadapinya. Sikap keberagamaan yang dimiliki seseorang berbeda-beda antara satu dengan lainnya, dimana dengan sikap tersebut seseorang

menjadi patuh dan tunduk terhadap perintah agama terhadap dirinya.

Sikap keberagamaan dapat berubah berdasarkan banyaknya kondisi, baik adanya pengaruh dari dalam maupun dari luar individu itu sendiri. Pengaruh dari dalam membuat bertambahnya pengetahuan dan wawasan yang kemudian menumbuhkan kesadaran sehingga terjadilah perubahan sikap, sedangkan pengaruh dari luar seperti lingkungan maupun pergaulan. Adapun menurut Azwar (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terhadap suatu objek antara lain:15

1. Pengalaman Pribadi. Pengalaman pribadi seseorang dapat menjadi dasar pembentukan sikap apabila pengalaman tersebut meninggalkan kesan yang kuat dan melibatkan faktor emosional. Dalam suatu yang emosional, penghayatan terhadap sesuatu pengalaman pribadi akan lebih mendalam dan lebih lama membekas.

2. Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting. Orang yang dianggap paling penting adalah sosok individu yang memiliki power. Umumnya, individu cenderung bersikap konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting sebagai wujud adanya suatu afiliasi serta menghindari adanya konflik.

15 A. Wawan dan Dewi M. Teori dan Pengukuran (Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia), (Yogyakarta: Nuha Medika, 2010) h. 35-36

3. Pengaruh Kebudayaan. Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap seseorang terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakat karena memberikan corak pengalaman kepada masing-masing individu.

4. Media. Adanya pemberitaan pada suatu media cetak maupun media elektronik seharusnya dikemas secara faktual dan objektif, jika pesan yang disampaikan media cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya dan intensitas dalam penggunaannya, makan akan mengakibatkan pengaruh kepada sikap komunikannya atau penikmatnya. Kemudian, munculnya efek media, suatu efek yang dapat diukur sebagai hasil

5. Pengaruh Lembaga Pendidikan dan Agama. Lembaga pendidikan dan agama merupakan sistem yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap karena keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Oleh karena konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sistem kepercayaan, maka tidak mengherankan jika pada gilirannya akan menentukan pembentukan sikap. 6. Pengaruh Emosional. Kadang kala sikap merupakan

pernyatan yang didasari emosi sebagai salah satu penyaluran frustasi atau pengalihan mekanisme pertahanan ego. Salah satu bentuk sikap yang didasari oleh emosi adalah prasangka.

Dokumen terkait